Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis Schizofrenia


1. Pengertian Schizofrenia
a. Schizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta perilaku
dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Kusumawati dan Hartono, 2010).
b. Menurut Stuart dan Sundeen (2010), gangguan schizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang berlanngsung menahun, sering kambuh dan kondisi kejiwaa penderita
semakin lama semakin merosot, gangguan ini terdiri dari:
1) Schizofrenia paranoid
Schizofrenia paranoid merupakan schizofrenia yang dikarakteristikkan dengan
kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham
kejar atau waham kebesaran.
2) Schizofrenia catatonic
Schizofrenia catatonic merupakan salah satu jenis schizofrenia yang ditandai
dengan rigiditas otot, negativism, kegembiraan berlebih atau posturing
(mematung), kadang-kadang pasien juga menunjukkan perubahan yang cepat
antara kegembiraan dan stupor. Ciri penyerta yang lain adalah gerakan
stereotypic, manerisme dan fleksibilitas lilin dan yang sering dijumpai adalah
mutisme.
3) Schizofrenia Hebephrenic
Schizofrenia hebephrenic (Disorganized schizofrenia) merupakan jenis
schizophrenia yang ditandai dengan adanya percakapan dan perilaku yang
kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi, pasien
mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial
yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri, biasanya terjadi
sebelum usia 25 tahun.
4) Schizofrenia tak tergolongkan
Schizofrenia tak tergolongkan dikarakteristikkan dengan perilaku yang
disorganisasi dan gejala-gejala psikosis (mis: waham, halusinasi, inkoherensia

1
2

atau perilaku kacau yang sangat jelas) yang mungkin memenuhi lebh dari satu
tipe atau kelompok kriteria schizofrenia.
5) Schizoaffective
Kelainan schizoaffective merujuk kepada perilaku yang berkarakteristik
schizofrenia, ada tambahan indikasi kelainan alam perasaan seperti depresi
atau mania.
6) Schizofrenia residual
Schizophrenia residual adalah eksentrik, tetapi gejala-gejala psikosis saat
diperiksa atau dirawat tidak menonjol. Menarik diri atau afek yang serasi
merupakan karakteristik dari kelainan, pasien memiliki riwayat paling sedikit
satu episode schizophrenia dengan gejala-gejala yang menonjol.
.
2. Penyebab (Faktor predisposisi dan presipitasi)
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), penyebab skizofrenia tidak diketahui akan
tetapi hal-hal yang dapat diketahui sebagai faktor presipitasi dan predisposisi
terjadinya skizofrenia antara lain:
a. Herediter
Pentingnya faktor genetik telah dibuktikan secara meyakinkan. Risiko bagi
masyarakat umum 1% pada orang tua risiko skizofrenia 5% pada saudara kandung
8% dan pada anak 10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah
dipisahkan orang tua sejak lahir, dan pada kembar monozigot 30-40%.
b. Lingkungan
Gambaran pada penderita kembar seperti di atas menunjukkan bahwa faktor
lingkungan cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang
memiliki faktor predisposisi, beberapa penelitian mengatakan skizofrenia bukan
suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang dapat ditoleransi
dalam keluarga dan masyarakat, tetapi pandangan ekstrim demikian walaupun
sesuai dengan masyarakat kurang didukung oleh penelitiaan. Banyak penelitian
terhadap pengaruh masa kanak-kanak, khususnya atas personalitas orang tua,
tetapi belum ada yang berhasil
c. Emosi yang diekspresikan
Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara
berlebihan, misalnya pasien diomeli atau terlalu banyak dikekang denagn aturan-
aturan yang berlebihan, maka kemungkinan, maka kemungkinan kambuh lebih
3

besar. Juga jika pasien tidak mendapatkan obat neuroleptik. Angka kekambuhan di
rumah dengan ekspresi emosi rendah dan pasien minum obat teratur sebesar 12%
dengan ekspresi emosi rendah dan tanpa obat 42%, ekspresi emosi tinggi dengan
tanpa obat, angka kekambuhan 92%.

3. Tanda dan gejala


Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), gejala-gejala positif yang yang
diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rational,
namun penderita tetap meyakini keberanannya.
b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus).
Misalnya pederita mendenga suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara.
c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya
bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat, dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan akan ada ancaman terhadap
dirinya
g. Menyimpan rasa permusuhan

Gejala-gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat mengganggu


lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa
penderita berobat. Gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah
sebagai berikut:
a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social
e. Sulit dalam berpikir abstrak.
4

f. Pola pikir stereotype.


g. Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada
inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton, serta
tidak ingin apa-apa, dan serba malas (kehilangan nafsu).

4. Penatalaksanaan
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), pengobatan untuk penderita skizofrenia
dapat menggunakan beberapa metode antara lain:
a. Metode Biologi
Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti psikotik
atypical baru (kisaran dosis ekuivalen=chlorpromaxine 300-600 mg/hari). Ketidak
patuhan minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu diberikan depo
flufenazine atau haloperidol kerja-lama merupakan obat terpilih. Penambahan
litium, benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/hari atau klonazepam 5-15
mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang disertai dengan kecemasan
atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan
cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak
berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan ECT.
b. Metode Psikosis
Jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit skizofrenia antara
lain:
1) Psikoterapi suportif
Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi
agar penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya (fighting spirit)
dalam menghadapi hidup.
2) Psikoterapi re edukatif
Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah
pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif
terhadap dunia luar.
3) Psikoterapi rekonstruksi
Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang
mengalami keresahan.
4) Terapi tingkah laku
5

Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior
psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi
dengan pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif.
5) Terapi keluarga
Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena
keluarga selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga
sekaligus sarana terapi yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan sosial
melalui komunikasi timbal balik.
6) Psikoterapi kognitif
Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan nilai-nilai
sosial dan etika.

B. Teori Keperawatan Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011)

Menurut Balitbang (2009) isolasi sosial merupakan suatu sikap dimana individu
menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
menarik diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan
orang lain
6

2. Rentang Respon Sosial


Rentan respon social menurut Stuart dan Sundeen (2010):

Rentan respon sosial


Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri (loneliness) Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama (mutualisme ) narcicisme
Ketegantungan (defenden)
Saling ketergantungan (interdeverenden )

a. Menyendiri ( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorrang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan bdi lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selaanjutnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran,
perasaan, dalam hubungaan sosial.
c. Bekerjasama (mutualism)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling Ketergantungan (intervenden)
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
e. Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
f. Ketergantungan (dependen)
7

Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
g. Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek.individu tersebut terdapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
h. Impulsif
Tidak ammpu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
i. Narcissim
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian yang egosentris dan pencemburu.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Budi Anna Kelia (2010), tanda dan gejala ditemui seperti:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur.

4. Penyebab
Menurut Budi Anna Keliat (2010), salah satu penyebab dari menarik diri adalah
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
8

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

5. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala ;
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

C. Teori asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi, data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual (Stuart dan Sundeen, 2002). Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Isi pengkajian
meliputi:
a. Identitas Klien
9

Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,


dan dari penanggung jawab.
b. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa yang
menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit.
c. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan eran dan identitas diri.
d. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal: trauma dan ketegangan peran. (transisi peran:
perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
e. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari, pola
tidur, pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada keluhan.
f. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.

g. Konsep diri:
1) Citra tubuh: Persepsi klien terhadap tubuhnya
2) Identitas diri: Status dan posisi klien sebelum dirawat
3) Peran diri: Tugas yang diemban dalam keluarga
4) Ideal diri: Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
5) Harga diri: Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya.
a) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat
b) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
h. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses piker, isi piker, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
10

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta


membersihkan dan merapikan pakaian
3) Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
j. Mekanisme koping
Bila diberikan suatu pilihan dengan bantuan minimal klien dapat menyelesaikan
masalah dengan bantuan perawat atau keluarga. Mekanisme koping pada HDR
yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri
yang meyakinkan.
k. Masalah psikosoial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
l. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
m. Aspek medis
Terapi yang diterima klien yaitu ECT, terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, dan terapi lingkungan
serta rehabilitasi.

2. Pohon masalah

Defisit Perawatan Diri Resiko Perilaku Kekerasan EFEK

Menurunya motivasi Isolasi Sosial CORE PROBLEM


perawatan diri

Harga Diri Rendah ETIOLOGI

Koping individu in efektif


11

3. Daftar Masalah Keperawatan


a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Koping individu tidak efektif
d. Defisit perawatan diri
e. Risiko perilaku kekerasan

4. Data yang perlu dikaji


Masalah Data yang perlu dikaji
keperawatan
Isolasi sosial Subyektif:
 Klien mengatakan malas bergaul dengan orang laim.
 Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian.
 Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
 Tidak mau berkomunikasi.
 Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat).

Obyektif:
 Kurang spontan.
 Apatis (acuh terhadap lingkungan).
 Ekpresi wajah kurang berseri.
 Tidak merawat diri dan tidakmemperhatikan kebersihan diri.
 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
 Mengisolasi diri.
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
 Asupan maknan dan minuman terganggu.
 Retensi urine dan feses.
 Aktivitis menurun.
 Kurang berenergi atau bertenaga.
 Rendah diri.
 Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).

5. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
12

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ruang :
No RM: Diagnosa Medis :
a. Pasien
No. Tgl/Bulan Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. 30 Mei Isolasi Sosial: SP 1:
2017 Menarik Diri a. Klien mampu Setelah 3 kali
Diskusikan klien tentang:  Dengan mengetahui
mengidentifikasi pertemuan klien dapat Orang yang tinggal serumah / sekamar penyebab klien
penyebab isolasi menyebutkan minimal  Orang yang paling dekat dengan klien di Menarik Diri dapat
sosial: siapa yang satu penyebab rumah / ruang perawatan ditemukan mekanisme
serumah, siapa yang Menarik Diri yaitu  Apa yang membuat klien dekat dengan orang koping klien dalam
dekat, siapa yang dari:Diri sendiri, tersebut berinteraksi sosial, serta
tidak dekat dan apa Orang lain,
 Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah strategi apa yang akan
sebabnya Lingkungan / ruang perawatan diterapkan kepada
 Apa yang membuat klien tidak dekat dengan klien.
orang tersebut
 Upayakan apa yang sudah ia lakukan supaya
dekat dengan orang lain
SP1:  Diskusikan dengan klien tentang manfaat  Dengan mengetahui
b. Klien mampu Setelah 3 kali hubungan sosial manfaat berhubungan
mengidentifikasi pertemuan, klien dapat  Diskusikan bersama klien tentang manfaat sosial dan kerugian
keuntungan menyebutkan berhubungan Menarik Diri, maka
mempunyai teman keuntungan  Diskusikan keuntungan mempunyai teman klien akan termotivasi
dan bercakap-cakap mempunyai teman dan  Diskusikan tentang keuntungan bercakap- untuk berinteraksi
bercakap-cakap cakap dengan orang lain
misalnya: banyak  Beri pujian terhadap kemampuan klien
teman, tidak kesepian, mengungkapkan perasaannya.
bisa berdiskusi, saling
13

menolong.
SP1: Setelah 3 kali  Tanyakan kepada klien tentang Kerugian tidak  Dengan mengetahui
c. Klien mampu pertemuan, klien dapat mempunyai teman kerugian tidak
mengidentifikasi menyebutkan kerugian  Diskusikan bersama klien tentang kerugian mempunyai teman dan
kerugian tidak tidak berinteraksi tidak bercakap-cakap bercakap-cakap, maka
mempunyai teman dengan orang lain,  Beri pujian terhadap kemampuan klien klien akan termotivasi
dan bercakap-cakap misalnya: sendiri, mengungkapkan perasaannya. untuk berinteraksi
kesepian, tidak bisa  Observasi perilaku klien saat berubungan dengan orang lain.
berdiskusi. sosial.
SP1: Setelah 3 kali Latih pasien berkenalan dengan pasien, perawat  Melibatkan klien dalam
d. Klien mampu pertemuan, klien dapat atau tamu: interaksi sosial akan
berkenalan dengan berkenalan dengan  Jelaskan arti berkenalan dengan pasien, mendorong klien untuk
pasien dan perawat satu orang berkenalan perawat atau tamu melihat dan merasakan
atau tamu dengan pasien dan  Jelaskan tujuan berkenalan dengan pasien, secara langsung
perawat atau tamu perawat atau tamu manfaat dari
 Jelaskan cara berkenalan dengan pasien, berhubungan sosial,
perawat atau tamu serta meningkatkan
 Demonstasikan cara berkenalan dengan konsep diri klien
pasien, perawat atau tamu:
o Menyebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai, lalu
menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan: “perkenalkan nama saya...
senang dipanggil.... Nama anda siapa?”
 Bersama pasien lakukan cara berkenalan
dengan pasien, perawat atau tamu
 Anjurkan klien untuk mencoba berkenalan
dengan pasien, perawat atau tamu
 Beri pujian jika klien berhasil melakukannya.
SP1: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan untuk  Memasukkan
14

e. Klien mampu klien mampu membuat latihan berkenalan dalam jadwal kegiatan bercakap-
memasukkan latihan dan melaksanakan  Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan cakap ke jadwal
berkenalan dalam jadwal kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kegiatan harian akan
jadwal dalam jadwal harian.  Beri pujian terhadap kemampuan klien mencapai interaksi
kegiatan harian. memperluas pergaulannya melalui aktivitas sosial klien secara
yang dilaksanakan bertahap
2. Isolasi Sosial: SP 2: Setelah 3 kali  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengevaluasi hasil
Menarik Diri a. Klien mampu intervensi, klien mengingat topik kemarin yaitu latihan latihan sebelumnya
melakukan kegiatan mampu berkenalan berkenalan serta memberikan
berkenalan beberapa dengan beberapa  Tanyakan pada klien mengenai latihan kesempatan klien
orang sesuai jadwal orang berkenalan sebelumnya, apakah sudah mengungkapkan
dilakukan sesuai jadwal? perasaan terkait
 Minta klien untuk memperagakan cara hambatan yang
berkenalan dialami
 Diskusikan bersama klien hambatan latihan
berkenalan
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 2: Setelah 3 kali Latih pasien cara berbicara saat melakukan 2  Melibatkan klien
b. Klien mampu interaksi, klien mampu kegiatan harian dalam ineraksi sosial
berbicara saat berbicara saat  Jelaskan arti berbicara saat melakukan akan mendorong klien
melakukan kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian melihat dan
harian (latih 2 sehari-hari  Jelaskan tujuan berlatih berbicara saat merasakan secara
kegiatan) kegiatan harian langsung keuntungan
 Jelaskan cara berbicara saat melakukan 2 dari berinteraksi sosial
kegiatan sehari-hari serta meningkatkan
 Demonstrasikan cara berbicara saat 2 konsep diri klien
kegiatan sehari-hari
 Lakukan bersama klien contoh cara berbicara
saat melakukan 2 kegiatan sehari-hari
15

 Anjurkan klien berbicara saat melakukan 2


kegiatan sehari-hari
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan
SP 2: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan untuk  Memasukkan cara
c. Klien mampu klien mampu latihan berkenalan dan berbicara saat berkenalan, berbicara
memasukkan untuk memasukkan untuk melakukan 2 kegiatan harian dalam jadwal saat kegiatan harian
jadwal kegiatan jadwal kegiatan  Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan ke dalam jadwal
berkenalan 2-3 orang berkenalan 2-3 orang sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kegiatan akan
pasien, perawat atau pasien, perawat atau  Beri pujian terhadap kemampuan klien membiasakan pasien
tamu, berbicara saat tamu, berbicara saat memperluas pergaulannya melalui aktivitas untuk berinteraksi
melakukan kegiatan melakukan kegiatan yang dilaksanakan sosial dengan orang
harian harian lain sehingga isolasi
sosial teratasi
3. Isolasi Sosial: SP 3: Setelah 3 kali interaksi  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui apakah
Menarik Diri a. Klien mampu diharapkan klien mengingat topik kemarin yaitu latihan pasien sudah
mengevaluasi mampu melakukan berkenalan dan berbicara saat melakukan 2 melakukan latihan
kegiatan berkenalan jadwal latihannya kegiatan harian berkenalan dan bicara
dan berbicara saat untuk berkenalan dan  Tanyakan pada klien mengenai latihan saat 2 kegiatan harian
melakukan kegiatan berbicara saat berkenalan dan berbicara saat 2 kegiatan sesuai jadwal
harian melakukan kegiatan harian, apakah sudah dilakukan sesuai
harian jadwal?
 Minta klien untuk peragakan cara berkenalan
dan berbicara saat melakukan 2 kegiatan
 Diskusikan bersama klien hambatan latihan
berkenalan dan bicara saat 2 kegiatan harian
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan dan bicara pada 2 kegiatan
harian sesuai jadwal
SP 3: Setelah 2 kali interaksi Latih pasien cara berbicara saat melakukan 2  Dengan berlatih
16

b. Klien mampu berlatih Klien mampu berlatih kegiatan harian baru berbicara pada 2
cara berbicara saat cara berbicara saat  Jelaskan arti berbicara saat melakukan kegiatan baru maka klien
melakukan kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian akan terbiasa
harian (latih 2 harian (latih 2  Jelaskan tujuan berlatih berbicara saat berinteraksi dengan
kegiatan baru) kegiatan baru) kegiatan harian orang lain saat
 Jelaskan cara berbicara saat melakukan 2 melakukan kegiatan
kegiatan sehari-hari yang baru harian sehingga terjadi
 Demonstrasikan cara berbicara saat 2 sosialisasi dengan orang
kegiatan sehari-hari yang baru disekitar pasien
 Lakukan bersama klien contoh cara berbicara
saat melakukan 2 kegiatan sehari-hari yang
baru
 Anjurkan klien berbicara saat melakukan 2
kegiatan sehari-hari yang baru
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan
SP 3: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan untuk  Memasukkan cara
c. Klien mampu klien mampu latihan berkenalan dan berbicara saat berkenalan, berbicara
memasukkan jadwal memasukkan jadwal melakukan 4 kegiatan harian dalam jadwal pada 4 kegiatan harian
kegiatan untuk kegiatan untuk latihan  Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan ke dalam jadwal
latihan berkenalan 4- berkenalan 4-5 orang, sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kegiatan akan
5 orang, berbicara berbicara saat  Beri pujian terhadap kemampuan klien membiasakan pasien
saat melakukan 4 melakukan 4 kegiatan memperluas pergaulannya melalui aktivitas untuk berinteraksi sosial
kegiatan harian harian yang dilaksanakan dengan orang lain
sehingga isolasi sosial
teratasi
4. Isolasi Sosial: SP 4: Setelah 3 kali interaksi  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui apakah
Menarik Diri a. Klien mampu klien mampu mengingat topik kemarin yaitu latihan pasien sudah melakukan
melakukan evaluasi melakukan evaluasi berkenalan dan berbicara saat melakukan latihan berkenalan dan
kegiatan latihan kegiatan latihan 4kegiatan harian bicara saat 4 kegiatan
17

berkenalan, bicara berkenalan, bicara saat  Tanyakan pada klien mengenai latihan harian sesuai jadwal
saat melakukan melakukan empat berkenalan dan berbicara saat melakukan 4
empat kegiatan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian, apakah sudah dilakukan
sesuai jadwal sesuai jadwal?
 Diskusikan bersama klien hambatan latihan
berkenalan dan bicara saat 4 kegiatan harian
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 4: Setelah 2 kali Latih pasien cara bicara sosial:  Berlatih bicara sosial
b. Klien mampu berlatih interaksi, klien mampu  Jelaskan arti bicara sosial: meminta sesuatu dengan meminta sesuatu
cara bicara sosial: berlatih cara bicara dan menjawab pertanyaan dan menjawab
meminta sesuatu, sosial: meminta  Jelaskan tujuan berlatih berbicara sosial: pertanyaan akan
menjawab pertanyaan sesuatu, menjawab meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan membiasakan klien
pertanyaan  Jelaskan cara berbicara sosial: meminta untuk berinteraksi dan
sesuatu dan menjawab pertanyaan besosialisasi dalam
 Demonstrasikan cara berbicara sosial: lingkup sosial dengan
meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan cara yang benar
 Lakukan bersama klien contoh cara berbicara
sosial: meminta sesuatu dan menjawab
pertanyaan
 Anjurkan klien cara berbicara sosial:
meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan
 Berikan pujian apabila klien berhasil
melakukan
SP 4: Setelah 3 kali interaksi  Bantu pasien memasukkan kegiatan untuk  Memasukkan cara
c. Klien mampu klien mampu latihan berkenalan, berbicara saat melakukan berkenalan, berbicara
memasukkan jadwal memasukkan jadwal 4 kegiatan harian, dan bicara sosial: meminta pada 4 kegiatan harian,
kegiatan untuk kegiatan untuk latihan dan menjawab pertanyaan dalam jadwal dan bicara sosial:
latihan berkenalan 4- berkenalan 4-5 orang,  Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan meminta dan menjawab
5 orang, berbicara berbicara saat sesuai dengan jadwal yang telah dibuat pertanyaan ke dalam
18

saat melakukan 4 melakukan 4 kegiatan  Beri pujian terhadap kemampuan klien jadwal kegiatan akan
kegiatan harian, dan harian, dan bicara memperluas pergaulannya melalui aktivitas membiasakan pasien
bicara sosial: sosial: meminta dan yang dilaksanakan untuk berinteraksi sosial
meminta dan menjawab pertanyaan dengan orang lain
menjawab sehingga isolasi sosial
pertanyaan teratasi
5. Isolasi Sosial: SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Tanyakan pada klien apakah masih  Mengetahui apakah
Menarik Diri a. Klien mampu klien mampu mengingat topik kemarin yaitu latihan pasien sudah melakukan
melakukan evaluasi melakukan evaluasi berkenalan dan berbicara saat melakukan latihan berkenalan dan
kegiatan latihan kegiatan latihan kegiatan harian dan sosialisasi bicara saat kegiatan
berkenalan, bicara berkenalan, bicara saat  Tanyakan pada klien mengenai latihan harian dan sosialisasi
saat melakukan melakukan kegiatan berkenalan, berbicara saat melakukan sesuai jadwal
kegiatan harian dan harian dan sosialisasi kegiatan harian dan sosialisai, apakah sudah
sosialisai sesuai dilakukan sesuai jadwal?
jadwal  Diskusikan bersama klien hambatan latihan
berkenalan dan bicara saat kegiatan harian
dan sosialisasi
 Berikan pujian apabila klien melakukan
latihan berkenalan sesuai jadwal
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Latih kegiatan harian  Melakukan kegiatan
b. Klien mampu berlatih Klien mampu berlatih  Jelaskan arti latihan kegiatan harian membiasakan pasien
kegiatan harian kegiatan harian  Jelaskan tujuan berlatih kegiatan harian melakukan aktivitas dan
 Jelaskan cara melakukan kegiatan harian berinteraksi dengan
 Demonstrasikan cara melakukan kegiatan lingkungan sosial
harian sehingga pasien tidak
 Bersama klien lakukan kegiatan harian mengalami isolasi sosial
 Anjurkan klien melakukan kegiatan harian
sendiri
 Berikan pujian apabila klien mampu
melakukan kegiatan harian
19

 Observasi klien saat melakukan kegiatan


apakah sudah mulai berbicara atau belum
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Observasi kegiatan harian klien, apakah sudah  Kemandirian klien
c. Klien mampu menilai Klien mampu menilai sesuai dengan jadwal sebagai tolok ukur
kemampuan yang kemampuan yang  Diskusikan hambatan klien kegiatan sesuai kemajuan perawatan
telah mandiri telah mandiri jadwal pasien
 Beri pujian apabila klien sudah melakukan
jadwal kegiatan harian secara mandiri
SP 5: Setelah 3 kali interaksi  Observasi kemandirian klien dalam  Sebagai bahan
d. Klien mampu menilai Klien mampu menilai melakukan interaksi sosial sesuai jadwal pertimbangan untuk
isolasi sosial teratasi isolasi sosial teratasi  Tanyakan apakah klien masih takut untuk mengehentikan
berinteraksi dengan orang lain intervensi keperawatan
 Berikan pujian apabila klien melakukan
jadwal kegiatan harian secara mandiri

b. Keluarga
No. Tgl/Bulan Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
30 Mei 2017 SP 1: Setelah 1 x interaksi, Diskusikan masalah yang dirasakan Mengetahui respon
a. Keluarga mampu keluarga mampu dalam,merawatklien. keluarga terhadap
Isolasi sosial: mendiskusikan mengekspresikan masalah klien
1.
menarik diri masalah yang perasaan dalam,
dirasakan merawat klien
dalam,merawat klien
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Jelaskan pengertian, tanda&gejala, dan Peningkatan
b. Keluarga mampu keluarga mampu proses terjadinya isolasi sosial (gunakan pengetahuan mengenai
menjelaskan tentang memahami dan booklet) isolasi sosial, keluarga
pengertian, menjelaskan kembli  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya dapat memahami
20

tanda&gejala, dan tentang pengertian,  Minta keluarga menjelaskan kembali apa perilaku klien dan ikut
proses terjadinya tanda&gejala, dan yang sudah dijelaskan empati serta peduli
isolasi sosial proses terjadinya isolasi  Berikan pujian apabila keluarga mampu
sosial menyebutkan kembali apa yang sudah kita
ajarkan.
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Jelaskan cara merawat klien dengan isolasi Melatih kemandirian
c. Keluarga mampu Keluarga mampu sosial dirumah keluarga
menjelaskan tentang memahami dan  Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
cara merawat klien menjelaskan kembali  Minta keluarga menjelaskan kembali apa
dengan isolasi sosial tentang cara merawat yang sudah dijelaskan
dirumah klien dengan isolasi  Berikan pujian apabila keluarga mampu
sosial dirumah menyebutkan kembali apa yang sudah kita
ajarkan.
SP 1: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti berkenalan Memandirikan keluarga
d. Keluarga mampu keluarga mampu melatih dan berbicara saat kegiatan harian sebagai dukungan
melatih cara merawat cara merawat  Jelaskan kepada keluarga tujuan sosial
berkenalan, berbicara berkenalan, berbicara berkenalan dan berbicara saat kegiatan
saat melakukan saat melakukan kegiatan harian
kegiatan harian harian  Jelaskan kepada keluarga cara berkenalan
dan berbicara saat kegiatan harian
 Demostrasikan kepada keluarga kepada
keluarga cara berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian
 Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri
berkenalan dan berbicara
saat kegiatan harian
SP 1: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
21

e. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien sesuai membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian klien sebagai anggota
jadwal dan memberi sesuai jadwal kepada klien bila klien dapat melakukan keluarga
pujian kegiatan
SP 2: Setelah 1 kali interaksi,  Minta keluarga untuk mengulangi kegiatan Keluarga paham
a. Keluarga mampu keluarga mampu yang sudah dilakukan pada pertemuan kegiatan yang sudah
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan sebelumnya berkenalan dan berbicara saat dilakukan pada
Isolasi Sosial: keluarga dalam keluarga dalam melatih kegiatan harian pertemuan sebelumnya,
2.
Menarik Diri melatih pasien pasien berkenalan dan  Observasi keluarga dalam melakukan keluarga mampu
berkenalan dan berbicara saat kegiatan kegiatan melakukan kegiatan,
berbicara saat kegiatan harian. keluarga termotivasi
harian.
SP 2: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kegiatan rumah tangga yang Dengan mengetahui
b. Keluarga mampu Keluarga mampu mempu melibatkan pasien berbicara: kegiatan yang
mengetahui kegiatan mengetahui kegiatan makan, sholat bersama dirumah melibatkan pasien
rumah tangga yang rumah tangga yang berbicara, keluarga
dapat melibatkan dapat melibatkan pasien termotivasi untuk
pasien berbicara berbicara mengajak klien
berbicara saat dirumah
SP 2: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti membimbing Memandirikan keluarga
c. Keluarga mampu Keluarga mampu pasien berbicara dirumah dalam membimbing
berlatih cara berlatih cara  Jelaskan kepada keluarga tujuan pasien berbicara
membimbing pasien membimbing pasien membimbing pasien berbicara dirumah dirumah
berbicara dirumah berbicara dirumah  Jelaskan kepada keluarga cara
membimbing pasien berbicara dirumah
 Demostrasikan kepada keluarga kepada
keluarga cara membimbing pasien
berbicara dirumah
 Lakukan bersama keluarga kepada
keluarga cara membimbing pasien
berbicara dirumah
22

 Anjurkan keluarga melakukan sendiri cara


membimbing pasien berbicara dirumah
SP 2: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
d. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian klien sebagai anggota
sesuai jadwal saat sesuai jadwal kepada klien bila klien dapat melakukan keluarga
besuk dan memberi kegiatan
pujian
SP 3: Setelah 1 kali interaksi,  Minta keluarga untuk mengulangi kegiatan Keluarga paham
a. Keluarga mampu keluarga mampu yang sudah dilakukan pada pertemuan kegiatan yang sudah
mengevaluasi mengevaluasi kegiatan sebelumnya berkenalan dan berbicara saat dilakukan pada
Isolasi Sosial: kegiatan keluarga keluarga dalam melatih kegiatan harian pertemuan sebelumnya,
3.
Menarik Diri dalam melatih pasien pasien berkenalan dan  Observasi keluarga dalam melakukan keluarga mampu
berkenalan dan berbicara saat kegiatan kegiatan melakukan kegiatan,
berbicara saat harian. keluarga termotivasi
kegiatan harian.
SP 3: Setelah 1 kali interaksi,  Jelaskan kepada keluarga arti melatih Dengan memandirikan
b. Keluarga mampu keluarga mampu melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti keluarga cara melatih
melatih pasien pasien melakukan belanja, meminta sesuatu dll pasien melakukan
melakukan kegiatan kegiatan sosial seperti  Jelaskan kepada keluarga tujuan melatih kegiatan sosial akan
sosial seperti belanja, belanja, meminta pasien melakukan kegiatan sosial seperti membuat pasien merasa
meminta sesuatu dll sesuatu dll belanja, meminta sesuatu dll diperhatikan dan lebh
 Jelaskan kepada keluarga cara melatih cepat bisa melakukan
pasien melakukan kegiatan sosial seperti kegiatan sosial
belanja, meminta sesuatu dll
 Demostrasikan kepada keluarga cara
melatih pasien melakukan kegiatan sosial
seperti belanja, meminta sesuatu dll
 Lakukan bersama keluarga cara melatih
pasien melakukan kegiatan sosial seperti
belanja, meminta sesuatu dll
23

 Anjurkan keluarga melakukan sendiri cara


melatih pasien melakukan kegiatan sosial
seperti belanja, meminta sesuatu dll
SP 3: Setelah 1 kali interaksi  Jelaskan kepada keluarga arti melatih Melatih pasien belanja
c. Keluarga mampu Keluarga mampu pasien belanja saat besuk saat besuk akan melatih
melatih pasien melatih pasien belanja  Jelaskan kepada keluarga tujuan melatih kemampuan sosialisasi
belanja saat besuk saat besuk pasien belanja saat besuk pasien, dan pada jam
 Jelaskan kepada keluarga cara melatih besuk keluarga bisa
pasien belanja saat besuk mengawasi langsung
 Demostrasikan kepada keluarga cara pasien
melatih pasien belanja saat besuk
 Lakukan bersama keluarga cara melatih
pasien belanja saat besuk
 Anjurkan keluarga melakukan sendiri cara
melatih pasien belanja saat besuk
SP 3: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membatu klien Menimbulkan
d. Keluarga mampu keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. kepedulian terhadap
membantu klien sesuai membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian klien sebagai anggota
jadwal saat besuk dan sesuai jadwal kepada klien bila klien dapat melakukan keluarga
memberi pujian kegiatan
SP 4: Setelah 1 kali interaksi  Minta keluarga untuk mengulangi kegiatan Keluarga paham
a. Keluarga mampu Keluarga mampu yang sudah dilakukan pada pertemuan kegiatan yang sudah
mengevaluasi kegiatan mengevaluasi kegiatan sebelumnya yaitu melatih berkenalan, dilakukan pada
Isolasi Sosial: keluarga dalam keluarga dalam melatih berbicara saat kegiatan harian dan belanja pertemuan sebelumnya,
4.
Menarik Diri melatih pasien pasien berkenalan,  Observasi keluarga dalam melakukan keluarga mampu
berkenalan, berbicara berbicara saat kegiatan kegiatan melakukan kegiatan,
saat kegiatan harian, harian, dan berbelanja keluarga termotivasi
dan berbelanja
SP 4: Setelah 1 x interaksi, Bantu dan latih keluarga untuk menjelaskan Kesiagaan keluarga
b. Keluarga mampu keluarga mampufollow follow up ke RSJ tanda kambuh dan rujukan untuk perkembangan
menjelaskan follow up up ke RSJ/PKM, tanda dan kondisi klien
24

ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan


kambuh, rujukan
SP 4: Setelah 1 x interaksi,  Anjurkan keluarga untuk membantu klien Mempertahankan
c. Keluarga keluarga mampu melakukan kegiatan sesuai jadwal. program pengobatan
mampumembantu membimbing klien  Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian secara optimal.
klien sesuai jadwal dan sesuai jadwal dan kepada klien bila klien dapat melakukan
memberi pujian memberi pujian kegiatan
 Beri pujian
SP 5: Setelah 1 kali interaksi  Minta keluarga untuk mengulangi kegiatan Melatih kesiagaan dan
a. Keluarga mampu Keluarga mampu yang sudah dilakukan pada pertemuan kemandirian keluarga
mengevaluasi mengevaluasi kegiatan sebelumnya (berkenalan, bicara saat dalam membimbing
kegiatan keluarga keluarga dalam melatih kegiata harian, belanja dan kegiatan lain klien dirumah
Isolasi Sosial: dalam melatih pasien pasien berkenalan, serta follow up ke RSJ tanda kambuh dan
5.
Menarik Diri berkenalan, berbicara berbicara saat kegiatan rujukan)
saat kegiatan harian, harian, berbelanja dan  Observasi keluarga dalam melakukan
berbelanja dan kegiatan lain serta kegiatan
kegiatan lain serta follow up  Beri pujian
follow up
SP 5: Setelah 1 x interaksi,  Nilai kemampuan keluarga merawat klien Memandirikan keluarga
b. Keluarga mampu keluarga  Observasi kemampuan kelurga saat klien unruk merawat
merawat klien mampumerawat klien. merawat klien dan membimbing klien
 Diskusikan hambatan dalam merawat klien saat tinggal dirumah
SP 5: Setelah 1 x interaksi,  Nilai kemampuan keluarga melakukan Memandirikan keluarga
c. Keluarga mampu keluarga control ke RSJ/PKM klien untuk merawat
melakukan kontrol mampumelakukan dan membimbing klien
ke RSJ/ PKM kontrol ke RSJ/ PKM saat tinggal dirumah

Anda mungkin juga menyukai