Denny Firmansyah
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
ABSTRAK
1
sampah adalah melalui pengoptimalan dan pengembangan program
pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan konsep “bank sampah”.
Saran bagi masyarakat agar meningkatkan sanitasi total menjadi lebih baik
agar tidak menjadi sumber/perantara diare misalnya dapat dilakukan dengan
cara tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dan
limbah cair rumah tangga dengan benar serta untuk instansi terkait agar
melakukan penyuluhan-penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan sanitasi total dan perilaku ibu dalam merawat anaknya.
PENDAHULUAN
merupakan masalah global dengan presentase penderita diare dan jumlah kematian
yang tinggi di berbagai negara. Secara global terjadi peningkatan penderita diare
dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015 hingga 2017. Pada Tahun
2015 sekitar 688 juta orang menderita diare dan menyebabkan 499.000 balita
meninggal dunia. Data WHO menyatakan bahwa hampir 1,7 miliar kasus diare
terjadi pada anak-anak dengan angka kematian sekitar 525.000 terjadi pada balita
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 pada tahun 2018
di Indonesia terjadi 10 kali kejadian luar biasa (KLB) diare yang tersebar di 8
orang dengan case fatality rate (CFR) sebesar 4,76%. Hal itu terlihat bahwa CFR
saat KLB masih cukup tinggi yaitu >1% (Kemenkes RI, 2019).
2
Salah satu provinsi yang termasuk dalam daftar penemuan kasus diare yang
Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan DIY diare
selalu menjadi 10 besar penyakit yang paling banyak dijumpai kasusnya di DIY.
Penyakit (STP) puskesmas, jumlah kasus diare tahun 2016 sebanyak 33.033, tahun
2017 turun menjadi 28.318 kasus dan tahun 2018 naik lagi menjadi 40.150 kasus
Salah satu kabupaten di DIY yang mengalami kasus diare tertinggi adalah
2018 dan 2019 kasus tertinggi diare pada balita di Kabupaten Bantul terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I yaitu sebesar 688 kasus dan 638 kasus. Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul mencatat pada tahun 2017, angka penderita diare
pada balita di Kabupaten Bantul sebesar 90 orang per 1000 penduduk. Angka ini
meningkat bila dibandingkan dengan data tahun 2016 dan tahun 2015 sebesar 82
orang dan 75 orang per 1000 penduduk kemudian menurun pada tahun 2018
sebesar 82 orang per 1000 penduduk (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun
2019).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan pendekatan
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
3
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) dan untuk
menentukan strategi pengelolaan sanitasi digunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di
Puskesmas Sewon I, berlokasi di Jl. Parangtritis, Timbulharjo, Sewon, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah kejadian diare
pada balita yang tercatat di Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta pada tahun
2019 sebanyak 638 orang. Teknik pengambilan sampel dengan pengambilan
sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah sanitasi total, yang meliputi: kondisi jamban, sumber air
minum, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah rumah tangga sedangkan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita.
4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
5
4 anak 3 3,4
5 anak 2 2,3
Total 87 100
responden berada pada kelompok umur antara 25-35 tahun sebanyak 61%.
Umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar dalam hal
yang terkena diare, karena dengan pengalaman dapat merubah perilaku yang
6
dan memperoleh perawatan medis yang baik (Imanah, 2013). Terdapat
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, lebih banyak menghabiskan waktu di
Sedangkan pada ibu yang bekerja, mereka lebih terpapar dengan berbagai
penanggulangan dini diare pada balita. Maka dengan kata lain Status
(Novrianda, dkk 2014). Ditinjau dari jumlah anak dalam keluarga, sebagian
(Suyitno, 2002).
7
Tabel 2 Distribusi Karakteristik Sampel (Balita)
balita berumur 12-24 bulan yaitu sebanyak 55%. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan penyakit diare banyak terjadi pada dua tahun pertama
(Mengistie B,dkk 2013). Dari penelitian ini juga didapatkan sebagian besar
balita yang mengalami diare berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 52%
8
dan balita yang berjenis kelamin perempuan 48%, hal ini disebabkan karena
anak laki- laki lebih aktif dibandingkan anak perempuan (Mengistie B dkk.,
2013).
Ditinjau dari status gizi dalam penelitian ini sebagian besar status gizi
balita adalah baik yaitu sebanyak 55%, Berat dan lamanya diare sangat
dipengaruhi oleh status gizi penderita dan diare yang diderita oleh anak
dengan status gizi kurang lebih berat dibandingkan dengan anak yang status
gizinya baik karena anak dengan status gizi kurang keluaran cairan dan tinja
lebih banyak sehingga anak akan menderita dehidrasi berat. Bayi dan balita
yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare, hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi (Eliati, 2015). Status gizi balita
adalah keadaan gizi anak balita umur 0-59 bulan yang ditentukan dengan
metode
Badan mrnurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB). Berat Badan Menurut Umur adalah berat badan anak yang dicapai
pada umur tertentu, Tinggi Badan Menurut Umur adalah tinggi badan anak
yang dicapai pada umur tertentu. Berat Badan Menurut Tinggi Badan adalah
berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai. (Depkes
RI, 2007). Untuk membedakan balita gizi baik, kurang gizi, gizi buruk dan
gizi lebih dapat dilakukan dengan cara berikut, gizi baik adalah adalah bila
berat badan menurut umur yang di hitung menurut skor Z nilainya -2,0 SD s/d
9
2,0 SD, gizi kurang bila skor Z -3,0 SD s/d < -2,0 SD, gizi buruk bila skor Z
< -3,0
SD dan gizi lebih jika skor Z > 2,0 SD (Kepmenkes, 2010)
Ditinjau dari status imunisasi, dalam penelitian ini semua balita
(100%) telah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan tingkat umurnya.
Sistem kekebalan tubuh manusia terdiri dari dua macam yaitu imunitas non
spesifik dan imunitas spesifik. Imunitas non spesifik merupakan sistem
kekebalan tubuh yang umum yang berlaku pada semua kondisi, akan tetapi
sistem ini tidak cukup kuat untuk melawan patogen-patogen tertentu
penyebab penyakit, oleh karenanya dibutuhkan persiapan bagi tubuh untuk
menghadapi berbagai jenis patogen dan bakteri khusus penyebab penyakit
tersebut. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan cara melakukan
imunisasi (Lestari, 2012).
10
Dehidrasi 39 58
Total 67 100
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar balita
Kondisi ini dimungkinkan karena data yang diambil dalam penelitian ini
peneliti langsung mendapatkan data dari keluarga. Hal ini berarti bahwa data
mempunyai riwayat atau sedang mengalami diare yang dirawat dirumah atau
terakhir. Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar balita mengalami
diare > 3 kali dalam sehari yaitu sebanyak 89,5%, disertai demam sebanyak
91% dan yang disertai dengan dehidrasi sebanyak 58%. Penyakit diare
diare. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa insiden diare bervariasi dari
tahun ke tahun.
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian, analisis ini
11
Tabel 4.4. Distribusi Variabel Sanitasi Total
Sanitasi Total Jumlah (n) Persentase (%)
1. Kondisi Jamban
Tidak Memenuhi Syarat 4 4.6
Memenuhi Syarat 83 95,4
Total 87 100
2. Sumber Air Minum
Tidak Memenuhi Syarat 8 9,2
Memenuhi Syarat 79 90,8
Total 87 100
3. Pengelolaan Sampah
12
tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya penyakit
sangat berkaitan erat dengan kondisi sanitasi, dimana sanitasi dasar yang
sanitasi akan
13
memenuhi syarat sebanyak 4 responden (4,6%). Hal ini menunjukkan
pembuangan tinja. Perilaku BAB yang baik atau tidak sembarangan diikuti
jamban terdiri dari : Tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau,
kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari
dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi yang cukup, lantai
kedap air dan luas ruangan memadai dan tersedia air, sabun serta alat
Kondisi sanitasi total pada aspek sumber air minum yang memenuhi
untuk minum harus diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan
tertutup. Air yang tidak dikelola dengan standar pengelolaan air minum
dalam menggunakan sumber air minum tidak terlindung beresiko tiga kali
14
lebih besar memiliki anak dengan diare. Anak dengan keluarga yang
tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan syarat bakteriologis yaitu
dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air
terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka air tersebut sudah
di dalam jumlah tertentu pula, kekurangan atau kelebihan salah satu zat
(Notoatmojo, 2010).
15
memenuhi syarat sebanyak 41 responden (47,1%). Hal ini menunjukkan
antara lain : Sampah tidak boleh ada di dalam rumah, harus dibuang setiap
rumah tangganya sudah memenuhi syarat. Limbah cair rumah tangga yang
16
berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan
adalah: Jarak dengan sumber air bersih minimal 10 meter agar tidak
mencemari sumber air bersih, diberi tutup yang cukup rapat agar
3 Tahun 2014).
17
Jumlah Variabel Perilaku
Ibu
Buruk 4,55
Baik 95,45
Total 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
Perilaku ibu dalam mengasuh balita yang buruk adalah salah satu
kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik tentunya
sebanyak 84 orang (96,6%) dan kategori buruk sebanyak 3 orang. Hal ini
kepada balitanya, Pemberian ASI dengan cara dan waktu yang tepat
18
bagi ibu dan bayinya, ada tiga kriteria utama yang menjadi esensi dalam
benar, jadwal pemberian yang tidak kaku, dan pemberian posisi yang
benar pada pemberian ASI, artinya mulut terbuka lebar, lidah di bawah
diserap dan masuk ke dalam tubuh bayi. Jadi, apabila sang ibu sudah siap
Perilaku ibu pada cuci tangan pakai sabun (CTPS) kategori baik
sebanyak 86 orang (98,9%) dan kategori buruk hanya 1 orang (1,1%). Hal
air besar dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare sebesar 47%
19
(Kemenkes RI, 2011). CTPS adalah perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. Kriteria utama sarana
CTPS yaitu air bersih yang dapat dialirkan, sabun, dan penampungan atau
saluran, dan waktu penting untuk melakukan CTPS yaitu pada waktu :
orang (89,7%), dan kategori buruk sebanyak 9 orang (10,3%). Hal ini
adalah baik, susu botol umumnya menjadi pelengkap disamping ASI atau
rentan terkontaminasi bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh perilaku ibu
kebersihan botol susu sebelum digunakan adalah hal yang amat mutlak
untuk para ibu mulai dari proses pencucian botol susu yang baik harus
20
pada ruang yang sirkulasinya segar atau langsung kena sinar matahari agar
bakteri dapat mati. Proses penyiapan botol susu yang baik melalui
minimal 15 menit, menyeduh susu dengan air panas dan tidak menyimpan
susu yang telah diseduh lebih dari 4 jam (Galih, dkk 2010).
Suhu pertumbuhan yang paling cocok untuk bakteri adalah 10º - 60ºC
(danger zona). Sekitar 80% tubuh bakteri terdiri dari air dan air
21
Pengelolaan, penyediaan serta penyajian makanan sesuai standar
70ºC, makanan segera dimakan sebab makanan dibiarkan pada suhu ruang
serangga, tikus atau binatang serta gunakan air bersih. Pencucian peralatan
zat pencuci atau detergen. Detergen yang baik terdiri dari detergen cair
2010).
4.5 Hasil Analisis Bivariat
Jamban dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
22
Tabel. 4.6. Hubungan Antara Kondisi Jamban dengan Diare Pada
Balita
Diare Pada Balita Total Nilai P
K ondisi Jamban Diare Tidak Diare
Jumlah %
n % n %
0,263
Tidak Memenuhi Syarat 4 100 0 0 4 100
Memenuhi Syarat 63 76 20 24 83 100
n = Jumlah
% = Persentase
jambannya memenuhi syarat yaitu sebanyak 76%. Setelah dilakukan uji chi-
square dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p lebih besar dari
0,05 (0,263>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan positif antara sanitasi
total pada kondisi jamban dengan terjadinya diare pada balita di wilayah
hubungan dimana nilai p = 0,877 (p > 0,05). Selain itu hasil penelitian dari
23
Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar
salah satu fasilitas yang harus ada dimiliki setiap rumah tangga, karena
dengan penyediaan jamban yang sehat maka manusia akan terhindar dari
terdiri dari atap yang berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
pembuangan kotoran dengan konstruksi leher angsa atau bukan leher angsa
berpenutup dengan lantai jamban kedap air, tidak licin, dan dilengkapi
2014).
tinja) ada 8, yaitu jamban cemplung, jamban air, jamban leher angsa,
jamban bor, jamban keranjang, jamban parit, jamban empang, dan chemical
toilet. Tetapi, hanya jenis jamban leher angsa yang sesuai dengan jenis
24
kebanyakan jenis jamban yang digunakan oleh responden adalah jamban
leher angsa.
4.5.1.2 Hubungan antara Sumber Air Minum dengan Diare Pada Balita
Minum dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
air minumnya memenuhi syarat yaitu sebanyak 75%. Setelah dilakukan uji
sumber air minum terhadap diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sewon I Bantul didapatkan hasil nilai p lebih besar dari 0,05 (0,105>0,05),
sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan
positif antara sanitasi total pada sumber air minum dengan terjadinya diare
25
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Utomo dkk, (2013)
signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan
nilai p =
sumber air minum dengan terjadinya diare pada balita dimana nilai p = 0,911
(p > 0,05).
sarana air minum dengan kejadian diare dengan nilai p = 0,141 (p > 0,05).
Selain itu, hasil penelitian Bumulo (2012) juga diperoleh bahwa responden
yang sarana penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat dan tidak diare
yaitu sebanyak 79 responden (52,7%), hal ini dikarenakan walaupun air yang
26
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat
tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan
yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air (Depkes RI, 2014).
Menurut Direktur Jenderal P2P (2008), Air untuk minum harus diolah
terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup. Air yang tidak
responden memiliki sumber air minum yang memenuhi syarat yaitu sebanyak
syarat,
tetapi balita tetap saja ada yang diare, hal ini bisa disebabkan karena diare
tidak hanya disebabkan oleh karena faktor sumber air saja tetapi didukung
oleh faktor-faktor lain seperti perilaku ibu pada saat menggunakan air atau
pada balita. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pada penelitian ini
pencemaran air bukan pada sumber air yang digunakan tetapi kemungkinan
terjadi karena adanya pencemaran pada saat air siap untuk digunakan oleh
27
ibu di rumah tangga, pencemaran ini kemungkinan berhubungan dengan
dapat dikurangi atau dicegah perlu dilakukan perbaikan kualitas air yang
digunakan oleh masyarakat, tetapi yang lebih penting lagi adalah perlunya
perilaku yang tidak baik menjadi perilaku yang baik dalam hal penggunaan
air, dan pada akhirnya masyarakat dapat berperilaku hidup bersih dan sehat
Sampah dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
28
Dari hasil analisis hubungan diketahui responden yang lebih banyak
uji chi-square dengan taraf signifikan 5% (0,05) terhadap diare pada balita
kecil dari 0,05 (0,001< 0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti ada hubungan positif antara sanitasi total pada pengelolaan sampah
Bantul.
tentang hubungan antara sanitasi total dengan kejadian diare pada balita di
29
juga diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan dimana nilai p =
0,002< 0,005.
ditemukan pada balita yang pernah mengalami diare yaitu sejumlah 49 balita
ditemukan pada balita yang tidak pernah mengalami diare sejumlah 19 balita
(54,3%), nilai signifikansi dari uji Chi-square sebesar 0,003 sehingga dapat
sampah setiap hari, tempat pembuangan sampah dekat dengan sumber air
(<10 meter), konstruksi tempat sampah yang digunakan belum saniter yaitu
tidak berpenutup, konstruksinya tidak kuat dan tidak kedap air. Sampah
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa. Selain itu sampah dapat
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
30
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
4.5.1.4 Hubungan antara Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dengan Diare Pada
Balita
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan antara
Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dengan diare pada balita yang dapat
Kerja
31
Puskesmas Sewon I Bantul didapatkan hasil nilai p lebih besar dari 0,05
(0,179>0,05), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada
hubungan positif antara sanitasi total pada pengelolaan limbah rumah tangga
Bantul.
gambaran sanitasi lingkungan pada kejadian diare anak bawah lima tahun yang
dirawat di Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2016, hasil penelitiannya
tidak ada hubungan antara pengelolaan limbah rumah tangga dengan terjadinya
diare pada balita dimana nilai p = 1,000 (p>0,05). Selain itu penelitian Angelina
Maimun Kota Medan menyatakan bahwa kondisi sarana pembuangan air .limbah
memiliki saluran air limbah yang baik yaitu saluran tertutup dan lancar
32
sehingga tidak ada air limbah yang menggenang. Air limbah merupakan sisa
dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air Limbah dapat
berasal dari kegiatan industri dan rumah tangga (domestik), Air limbah
pada balita terutama yang ditularkan oleh cacing dan parasit. Limbah padat
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 macam yaitu tinja, air seni dan
grey water. Grey water merupakan air cucian dapur, mesin cuci, dan kamar
mandi. Campuran tinja dan urin disebut dengan extreta. Extreta tersebut
limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban,
33
licin dan rawan kecelakaan, 5) Terhubung dengan saluran limbah umum/got
4.5.2.1 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Diare Pada Balita
Eksklusif dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
ASI Eksklusifnya baik yaitu sebanyak 76%. Setelah dilakukan uji chi-
Bantul didapatkan hasil nilai p lebih besar dari 0,05 (0,336>0,05), sehingga
Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan positif
34
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Sarah (2016) tentang
Bayi usia 0-6 Bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johor Baru,
mendapatkan ASI Eksklusif dan adanya kejadian diare adalah 23,3% dan
dengan terjadinya diare, melainkan ada beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan seorang bayi terkena diare. Selain itu, hasil penelitian yang
Dengan Kejadian diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti
Dalam hal ini, balita hanya yang diberikan ASI saja, tanpa cairan atau
ibu menyusui bayinya sejak dini setelah persalinan baik secara langsung
35
maupun diperah tanpa terjadwal, tidak diberi makanan atau minuman lain
kecuali obat atau vitamin hingga bayi berusia 6 bulan (Kemenkes RI, 2012).
seorang anak karena air susu ibu merupakan cairan hidup yang mengandung
zat protektif guna meningkatkan kekebalan tubuh yang akan melindungi anak
dari berbagai infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur sehingga anak yang
disusui oleh ibunya secara penuh selama enak bulan (ASI Eksklusif) lebih
sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan anak yang tidak
komposisi zat gizi serta zat antibodi yang dapat membuat bayi kebal terhadap
akan nutrien selama periode sekitar enam bulan, kecuali jika ibu mengalami
keadaan gizi yang kurang baik. Oleh karena itu, bayi-bayi yang mendapat
ASI secara penuh jarang terjangkit oleh peyakit diare (Retno, 2020).
Ada beberapa mekanisme bahan utama ASI untuk mencegah diare dan
merupakan tindakan anti infeksi yang melibatkan lebih dari sekedar antibodi.
Mekanisme yang pertama adalah antibodi dan sel darah putih dalam ASI
secara aktif melawan infeksi. Imun perlindungan ini yang bayi terima melalui
antibodi dari ibunya secara ekstrim penting sejak sistem imun bayi tersebut
belum cukup matang saat lahir dan bayi memiliki kemampuan yang terbatas
36
untuk memproduksi antibodinya sendiri. Antibodi dalam ASI mengikat
patogen yang masuk ke usus bayi dan mencegahnya melekat pada enterosit
yang mirip seperti pada enterosit manusia. Patogen mengenali glycan ini dan
pada glycan, patogen tersebut menjadi lemah dan keluar melalui feses. Aksi
pertumbuhan bakteri baik ini sehingga dapat mendominasi dalam usus bayi.
37
Bifidobacteria dan Lactobacillus juga membantu dalam pengembangan
CTPS dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
baik yaitu sebanyak 77%. Setelah dilakukan uji chi-square dengan taraf
Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul didapatkan hasil nilai nilai p lebih
besar dari 0,05 (0,583>0,05), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti tidak ada hubungan positif antara perilaku ibu pada Perilaku CTPS
Bantul.
38
tidak ada hubungan bermakna antara perilaku mencuci tangan dengan diare,
hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dan perilaku ibu mencuci
tangan dengan diare pada balita di wilayah kerja puskesmas pucang sawit
Surakarta, dari hasil uji chi square menunjukkan nilai nilai p = 0,261
tangan dengan diare pada balita di wilayah kerja puskesmas pucang sawit
Surakarta. Hasil penelitian lain menyatakan perilaku cuci tangan ibu dengan
sabun setelah menceboki anak, sebelum makan, setelah dari kamar mandi,
responden Perilaku CTPS nya baik yaitu sebanyak 98,6%. Salah satu
39
mencuci tangan menggunakan sabun (CTPS). Upaya mudah dan murah ini
akan
langsung terpapar pada tubuh manusia, seperti diare, kolera, tifus, hingga
dan air mengalir pada saat sebelum memasak, setelah BAB, setelah
adalah perilaku yang amat penting bagi upaya mencegah diare, kebiasaan
mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja
anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan
makan. Tingginya penyakit diare dapat disebabkan oleh jari atau tangan
Hal ini dikarenakan tangan merupakan salah satu media masuknya kuman
40
4.5.2.3 Hubungan antara Penggunaan Botol Susu dengan Diare Pada Balita
Susu dengan diare pada balita yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Botol Susu baik yaitu sebanyak 77%. Setelah dilakukan uji chi-square dengan
hasil nilai nilai p lebih besar dari 0,05 (0,954>0,05), sehingga Ho diterima
dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan positif antara perilaku ibu
pada Perilaku Penggunaan Botol Susu dengan terjadinya diare pada balita di
tentang hubungan penggunaan botol susu dengan kejadian diare pada Balita
41
di Wilayah Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar. Hasil penelitiannya
tentang perilaku ibu pengguna botol susu dengan kejadian diare pada balita
botol dengan terjadinya diare pada balita, hal ini diperkirakan karena
pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi umur 6-12 bulan di
tidak ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare
pada bayi umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Nanglik I dan 11
42
Botol susu yang tidak steril sangat berbahaya sebab mudah terkontaminasi
penyakit salah satunya diare. Oleh sebab itu seorang ibu harus melakukan
perilaku yang benar dalam menjaga higienitas botol susu balita seperti cara
penggunaan botol susu yang benar, cara mencuci botol susu yang benar,
mensterilkan botol susu yang benar seperti merebus botol 5-10 menit,
menyimpan botol susu dalam wadah tertutup dan rapat, dan cara
sterilisasi pada botol susu sebelum digunakan. Pada responden yang perilaku
penggunaan botol susunya baik tetapi balitanya masih diare, hal ini bisa
higienitas botol susu akan tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain yang juga
43
karena pemberian susu botol yang terlalu kental atau daya toleransi anak
anak mempunyai daya imunitas yang berbeda satu dengan yang lainya
(Widjaja, 2013).
Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul didapatkan hasil nilai nilai p lebih
44
besar dari 0,05 (0,336>0,05), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti tidak ada hubungan positif antara perilaku ibu pada pengelolaan,
hubungan antara sanitasi total dengan kejadian diare pada balita di wilayah
dengan Pengelolaan Air Minum Dan Makanan baik sebesar 67,2%. Pada
tidak ada hubungan antara Pengelolaan Air Minum Dan Makanan dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kepil 2. Selain itu
hasil penelitian Rosa (2011) pada balita di Puskesmas Cipayung Kota Depok
pengolahan air minum dan makanan rumah tangga dengan kejadian diare
yang hasil penelitiannya menyatakan tidak ada hubungan antara praktik ibu
45
dalam menyiapkan makanan dan minuman berdasarkan hasil analisis
sudah mengelola makanan dan minuman dengan baik yaitu sudah merebus
es, mengkonsumsi makanan yang masih segar dan belum berjamur atau
membusuk dan selalu menutup makanan yang disajikan dengan tudung saji.
yang terdapat pada makanan. Penularan dari agent pathogen dapat terjadi
bebas dari kotoran dan bukan dilantai, penanganan makanan di tanah atau
46
lantai dapat terkontaminasi oleh kotoran atau debu dan mikroba pathogen
sehingga bagian dalam dari masakan mencapai titik didih dan biarkan
47
4.6.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
dapat masuk pada analisis multivariat yaitu variabel yang memiliki nilai p<
No Variabel Nilai p
1 Kondisi Jamban 0,056
2 Sumber Air Minum 0,894
3 Pengelolaan Sampah 0,006
4 Pengelolaan Lmbah RT 0,284
5 Pemberian ASI Eksklusif 0,090
6 Perilaku CTPS 0,436
7 Penggunaan Botol Susu 0,400
8 Pengelolaan, Penyediaan Penyajian, Makanan 0,998
Maka berdasarkan syarat yang diterapkan oleh (Hastono, 2011) yang
ENTER. Metode ENTER adalah semua variabel yang memiliki nilai p yang
paling besar untuk dikeluarkan terlebih dahulu dari model pada proses
48
regresi logistik. Dalam pemodelan multivariat terdapat tiga variabel yaitu
Variabel B
-.052 Nilai p Exp(B) 95%CI
Kondisi Jamban 0,025 0,949 0,907-0,993
Pengelolaan Sampah -.035 0,002 0,966 0,945-0,987
Pemberian ASI Eksklusif .035 0,099 1.036 0,993-1,080
Constant 4.375 0,077 79.449
Dari hasil diatas nilai p terbesar adalah pemberian ASI Eksklusif,
49
dapat dilihat bahwa variabel yang dominan berhubungan dengan terjadinya
yang artinya bahwa pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat berisiko
0,969 lebih tinggi menderita diare dibanding dengan pengelolaan sampah yang
memiliki pengaruh paling besar terhadap terjadinya diare adalah sanitasi total
didapat nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,296 yang berarti variabel dependen
sebesar 70,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang diatur dalam model
50
pengelolaan sampah nilai nilai p = 0,003 dengan OR 0,969, yang artinya
sampah dekat dengan sumber air (<10 meter), konstruksi tempat sampah
kuat dan tidak kedap air. Kemudian beradasarkan hasil uji regresi logistic
penelitian ini variabel terikat (diare pada balita) dapat dijelaskan oleh
mempunyai daya imunitas yang berbeda satu dengan yang lainnya, status
51
gizi , penyakit infeksi pada balita dan lingkungan rumah serta banyak
faktor-faktor lainnya.
multivariat. Oleh karena itu fokus untuk tindakan pencegahan terjadinya diare
kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan
terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida (Cl-), Sulfat (SO42-), fosfat (PO43-), Zn,
Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, asam organik, H2. Di dalam lindi bisa juga
terdapat mikroba pathogen, logam berat dan zat lain yang berbahaya
52
apabila mencemari air, tanah dan udara (Munawar, 2011). Oleh karena itu
adalah dengan program bank sampah. Sebagai dasar hukum pendirian bank
daur ulang sumberdaya. Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan
di tingkat masyarakat.
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
rumah tangga dengan cara dipilah dan ditabung di bank sampah yang
53
tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang
pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank sampah (Asteria, 2015).
(Novianty, 2013).
54
Community-Based Solid Waste Management dengan kegiatan pengelolaan
55
Berdasarkan data bank sampah yang ada di Kabupaten Bantul pada
tahun 2018 memiliki bank sampah sebanyak 135 unit. Berdasarkan Proyeksi
tahun 2020 sebesar 86 unit, tahun 2021 sebesar 119 unit, tahun 2022 sebesar
121 unit, tahun 2023 sebesar 124 unit, tahun 2024 sebesar 127 unit dan
tahun 2025 sebesar 129 unit. (Dinas Lingkungan Hidup Kab.Bantul, 2018).
masyarakat merasakan lingkungan yang lebih bersih dan nyaman. Hal ini
56
karena sudah tidak terlihat tumpukan sampah lagi di sekitar tempat tinggal
mereka. Sebelum ada bank sampah, sampah yang dihasilkan dari kegiatan
tempat tinggal mereka. Selain itu, sebelum ada bank sampah, untuk
Dari uraian diatas bank sampah merupakan salah satu solusi alternatif
Management) dengan konsep “bank sampah”, kalau dilihat dari data jumlah
bank sampah di
57
2 (dua) Bank Sampah yakni PSM. Dahlia di Sudimoro, Timbulharjo dan
PSM.
kerajinan dari bahan sampah, dan siap menampung serta membeli dan
atau usaha lain yang membuat nilai uang bertambah, membuat inovasi
58
Untuk mengatasi permasalahan sampah perlu juga upaya menggalakkan
sampah yang masih bisa digunakan dan daur ulang, serta produksi energi
Ditinjau dari segi ekonomi, maka sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan
sampah plastik, kertas, logam dan sebagainya dapat dijual ataupun dibuat
manusia sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Upaya daur ulang
sampah merupakan salah satu faktor kunci dalam konsep eko-efisiensi (EE).
59
2. Mengurangi jumlah penggunaan energy
3. Mengurangi pencemaran
hanya dilakukan sebanyak satu kali (sesaat), sehingga penelitian ini tidak
2. Dari hasil penelitian variabel terikat (diare pada Balita) baru mampu
variabel yang berbeda untuk lebih diteliti kembali dan lebih mengetahui
60
3. Untuk menentukan strategi pengelolaan sampah, peneliti menggunakan
61
BAB V
5.1 KESIMPULAN
4,55%.
62
(Community-Based Solid Waste Management) dengan konsep
“bank sampah”.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
tangga menjadi lebih baik misalnya dapat dilakukan dengan cara tidak
mengelola air minum dan makanan yang aman serta mengelola sampah
berkaitan dengan sanitasi total dan perilaku ibu dalam merawat anaknya.
63
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sewon I Bantul
Peneltian selesai/Hasi
l dan diskusi
DAFTAR PUSTAKA
64
Abdul Aziz FA, dkk., 2016, Prevalence of and factors associated with diarrhoeal
diseases among children under five in Malaysia: a cross-sectional study
2016. Institute for Public Health, Ministry of Health Malaysia, Kuala
Lumpur, Malaysia.
Ali Munawar., 2011, Rembesan Air Lindi (Leachate) Dampak Pada Tanaman
Pangan Dan Kesehatan, Surabaya:Upn press.
Aman, M. C. U., Manoppo, J. I. C., & Wilar, R., 2015, Gambaran Gejala Dan
Tanda Klinis Diare Akut Pada Anak Karena Blastocystis Hominis. E-Clinic.
Angeline L. Y., 2012, Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan
Kesehatan Diare Serta Kualitas Air Pada Pengguna Air Sungai Deli Di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012, Medan :
Departemen Kesehatan Lingkungan FKM.USU.
Arienta Sari Retno ., 2020, Hubungan Antara Perilaku Ibu Dan Sanitasi Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung, Skripsi: Universitas Bandar Lampung.
Asmadi, Suharno., 2012, Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah,
Yogyakarta: Goysen Publishing.
Audy Sarah., 2015, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Angka Kejadian
Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Johor Baru, Skripsi : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Bumulo, Septian., 2012, Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih Dan Jenis
Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo Tahun
2012, Skripsi : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
DLH Bantul., 2018, Laporan Periodik Per Bulan Sampah Harian Kabupaten
Bantul Tahun 2016. Yogyakarta. DLH Bantul. (2018). Laporan Kinerja
65
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2018.
Yogyakarta: Pemerintah Kabupaten Bantul.
Dinkes Provinsi DIY., 2019. Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2019.
Https://Kesehatan.Jogjakota.Go.Id/Uploads/Profil2019data2018.Pdf
(diakses 19 Maret 2020).
Dinkes Bantul., 2019, Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2019.
Https://Dinkes.Bantulkab.Go.Id/Filestroge/Dokumen/2019/05/Profilkesehata
n2019.Pdf (diakses 19 Maret 2020).
--------------., 2018, Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2018.
Https://Dinkes.Bantulkab.Go.Id/Filestroge/Dokumen/2018/05/Profilkesehata
n2018.Pdf (diakses 19 Maret 2020).
Eliyati., 2015, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kota Kutacane Kabupaten
Aceh Tenggara Tahun 2015, Skripsi:Akademi Keperawatan Kabupaten Aceh
Tenggara, NAD.
Falasifa Mila., 2015, Hubungan Antara Sanitasi Total Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kepil 2 Kecamatan Kepil
Kabupaten Wonosobo Tahun 2015, Skripsi : Universitas Negeri Semarang.
Galih Wuly P., 2010, Perilaku Ibu Pengguna Botol Susu Dengan Kejadian
Diare Pada Balita. Makara, Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Juni 2010: 46-50.
Gribble, Karleen D., 2011, Mechanisms Behind Breastmilk’s Protection
Againts, And Artificial Baby Milk’s Facilitation Of, Diarrhoeal Illness.
Breastfeeding.
Hastono. SP., 2011, Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers.
Hidayanti, R., 2012, Faktor Risiko Diare Di Kecamatan Cisarua, Cigudeg Dan
Megamendung Kabupaten Bogor Tahun 2012, Tesis : Universitas
Indonesia.
66
Ibrahim., 2013, Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Denga Kejadian
Diare Akut Pada Anak Di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou. Manado,
Skripsi: Universitas Sam Ratulangi.
Kementerian Kesehatan RI2., 2019, Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Jakarta. Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI., 2017, Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Jakarta. Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI., 2011, Penyakit Menular Penyebab Kematian Di
Indonesia. Jakarta. Kemenkes RI.
Kementrian Negara LH., 2007, Panduan Penerapan Eko-Efisiensi Usaha Kecil
dan Menengah Sektor Batik. Kerjasama Kementrian Negara LH dan
Deutsche Gesselschaft fuer Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dalam
kerangka Program Lingkungan Hidup Indonesia – Jerman (Pro LH). Jakarta.
Mannan, Rahman., 2010, Exploring The Link Between Food Hygiene
Practices And Diarrhoea Among The Children Of Garments Worker
Mothers In Dhaka, Bangladesh.
Masriani., 2013, Gambaran Sanitasi Lingkungan Pemukiman Pada Balita
Penderita Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontosunggu Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2013, Skripsi : Universitas
Alauddin Makassar.
Maya Febriana, dkk ., 2019, Hubungan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(Stbm ) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bergas Kabupaten Semarang. Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Universitas Ngudi Waluyo. Semarang.
Melvani PR., 2019, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Kelurahan Karyajaya Kota Palembang. Tesis: Universitas
Sriwijaya.Palembang.
Mengistie B, dkk., 2013, Prevalence Of Diarrhea And Associated Risk Factors
Among Children Under-Five Years Of Age In Eastern Ethiopia: A
CrossSectional Study. Open Journal Of Preventive Medicine 3.; hal 446-
453.
Mukono HJ., 2011, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Surabaya
: UAP.
Nasution Ahmad., 2019, Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada
Balita Di Kelurahan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan, Skripsi: Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
67
Ningsih Norma A., 2017, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian
Diare Pada Bayi Di Puskesmas Umbulharjo 1 Kota Yogyakarta Tahun 2016,
Skripsi: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novrianda, dkk., 2014, Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Pengetahuan
Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita.
Nursalam., 2017, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Salemba Medika.
Nuraeni., 2012, Hubungan Penerapan Phbs Keluarga Dengan Kejadian Diare
Balita Di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang, Skripsi: Universitas
Indonesia.
Nugraheni Devi, 2012, Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar Dan Personal
Hygiene Dengan Kejadian Diare Di Kecamatan Semarang Utara Kota
Semarang, Skripsi: Universitas Diponegoro.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Berbasis
Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan RI 907/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Baku Mutu
Standar Air Minum.
Prasojo, dkk., 2016, Kajian Kondisi Sanitasi Masjid Di Kecamatan Kutoarjo
Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Rekayasa Lingkungan
Vol. 16/No. 1/April 2016.
Pratama Riski Nur., 2013, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dan Personal
Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Sumurejo
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Vol2No.1. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Putra Laskar Syah, dkk., 2017, Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe.
Jimkesmas Vol.2/N0.7/Agustus 2017;ISSN 2502-731X.
68
Rosa, Syaefty Dewi., 2011, Hubungan Pengelolaan Air Minum Rumah
Tangga Dan Perilaku Sehat Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Di Puskesmas Cipayung Kota Depok Tahun 2011, Skripsi: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas. Depok: UI.
Saripah, Dkk., 2019, Hubungan Penggunaan Botol Susu Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar, Skripsi:
Universitas Islam Kalimantan.
Sari Arianti Retno., 2020, Hubungan Antara Perilaku Ibu Dan Sanitasi Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung, Skripsi : Universitas Lampung.
Sari Yulistia Eka., 2014, Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dan
Perilaku Ibu Mencuci Tangan Dengan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pucang Sawit Surakarta, Skripsi : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sanjaya Putra, I. G. N, dkk., 2016, Effect Of Probiotics Supplementation On
Acute
Diarrhea In Infants: A Randomized Double Blind Clinical Trial. Paediatrica
Indonesiana.. Https://Doi.Org/10.14238/Pi47.4.2007.172-8 (diakses 06
Agustus 2020).
Santosa,dkk., 2009, Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan
Prilaku Pencegahan Diare Pada Anak Di Kelurahan Pacangsawit Surakarta.
Universitas Sebelas Maret. 2009.
Septi Santri Aina., 2016, Gambaran Sanitasi Lingkungan Pada Kejadian Diare
Anak Bawah Lima Tahun Yang Dirawat Di Rumah Sakit Haji Medan Pada
September-November 2016, Skripsi: Universitas Muhammdiyah Sumatra
Utara. Medan.
Setiawan Agus Heri., 2018, Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu
Tentang Perawatan Diare Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon
II, Kabupaten Bantul, Skripsi : Program Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sulistyoningtyas Putri, dkk., 2012, Evaluasi Dan Perencanaan Aspek Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Kabupaten Bantul. Fakultas Teknik
Lingkungan. UII. Yogyakarta.
Sulistiyowati, T., 2017, Perilaku Ibu Tentang Hygiene Makanan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Bareng Jombang. Midwife Journal.
Sugiyono., 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
69
Suririnah., 2009, Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Suyitno H., 2002, Pertumbuhan Fisik Anak. Dalam: (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Edisi Ke-1. Jakarta:
Sagung Seto;Hlm. 55.
Suwerda, B.., 2012, Bank Sampah (Kajian Teori Dan Penerapan),
Yogyakarta :Pustaka Rihana.
Widjaja, MC., 2015, Mengatasi Diare Dan Keracunan Pada Balita, Jakarta
:Kawan Pustaka.
Wijayanti Vica., 2011, Analisis Faktor Risiko Sanitasi Lingkungan Dan Perilaku
Hygiene Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sayung I Kabupaten Demak, Skripsi: Universitas Diponegoro.
70
Wibowo T, Soenarto S, dkk., 2016, Faktor-Faktor Resiko Kejadian Diare
Pada Balita Di Puskesmas Tanjung Sari Tahun 2016. Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol.20, No.1, Maret 2004: 41-48.
Wijayanti W., 2010. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka
Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan Di Puskesmas Gilingan
Kecamatan Banjarsari Surakarta, Skripsi : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret,Surakarta.
71
LAMPIRAN
NO Pertanyaan Ya Tidak
A. Diare
72
1 Dalam satu (1) tahun terakhir, apakah anak balita Ibu terkena diare ?
2 Apakah anak balita Ibu dalam satu hari diare (berak) lebih dari 3
kali?
3 Apakah tinja anak balita Ibu cair (lembek) dengan atau tanpa lendir
dan darah?
4 Apakah anak balita Ibu terserang diare kurang dari satu (< 2) kali
dalam seminggu?
5 Apakah anak balita Ibu terserang diare lebih dari dua (>2) kali
dalam seminggu?
6 Apakah durasi diare pada balita Ibu berlangsung secara terus
menerus selama kurang dari empat belas (< 14) hari?
7 Apakah durasi diare pada balita Ibu berlangsung secara terus
menerus selama lebih dari empat belas (> 14) hari?
8 Apakah anak balita Ibu mengalami dehidrasi (kekurangan cairan)
selama terserang diare?
9 Apakah anak balita Ibu mengalami penurunan berat badan (kurus)
selama terserang diare?
10 Apakah selama diare anak balita Ibu disertai demam?
B. Sanitasi Total
Kepemilikan Jamban
11 Apakah seluruh anggota keluarga menggunakan jamban/wc?
73
21 Apakah sumber air minum di rumah Ibu dari Air PDAM?
22 Jika sumber air berasal dari sumur, apakah jarak sumur Ibu
dengan sumber pencemaran > 10 meter?
27 Apakah air minum yang dikonsumsi adalah air minum isi ulang?
Pengelolaan Sampah
31 Apakah Ibu menyediakan tempat pembuangan sampah sementara di
rumah?
74
39 Apakah sampah setiap hari diangkat petugas kebersihan 1x24 jam?
NO Pertanyaan Ya Tidak
C. Perilaku Ibu
49 Apakah Ibu memberikan air susu Ibu (ASI) kepada bayi Ibu?
56 Apakah ASI yang Ibu berikan mencukupi buat anak balita Ibu?
75
57 Apakah ASI selalu diberikan sampai anak balita Ibu berumur 2
tahun?
58 Apakah Ibu dalam keadaan bersih ketika memberikan ASI kepada
anak balita Ibu?
59 Apakah Ibu mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air
mengalir sebelum memberi anak makan?
61 Apakah Ibu mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air
mengalir sesudah BAB?
62 Apakah Ibu mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air
mengalir sesudah membantu anak BAB?
63 Jika anak balita Ibu sudah tidak disuapi ketika makan apakah dia
mencuci tangan menggunakan air bersih, sabun dan air mengalir ketika
akan makan?
66 Apakah Ibu mencuci botol susu dengan air hangat dan direbus
(disterilkan)?
76
72 Apakah bahan makanan yang akan digunakan di rumah Ibu disimpan
dalam lemari es?
75 Apakah makanan yang telah matang diletakkan pada tempat yang bersih
sebelum disajikan?
N %
Valid 3 100.0
0 .0
Excluded a
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.889 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 3.23 7.220 .931 .854
77
N %
Valid 3 100.0
Excludeda 0 .0
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.728 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 6.57 2.944 .803 .662
N %
Valid 3 100.0
0 .0
Excluded a
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.788 10
Item-Total Statistics
78
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 7.70 4.631 -.454 .866
N %
Valid 3 100.0
Excludeda 0 .0
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.802 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 6.13 5.568 .457 .787
79
p10 6.33 5.126 .590 .770
Pengelolaan LImbah Rumah Tangga
Case Processing Summary
N %
Valid 3 100.0
0 .0
Excludeda
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.802 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 4.20 4.028 .635 .764
N %
Valid 3 100.0
0 .0
Excluded a
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
80
.835 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 8.00 2.966 .877 .803
N %
Valid 30 100.0
0 .0
Excluded a
Cases
Total 30 100.0
Reliability Statistics
.753 .809 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 3.33 1.195 .576 .723
81
Penggunaan Botol Susu
Case Processing Summary
N %
Valid 3 100.0
0 .0
Excluded a
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.867 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 4.43 2.047 .329 .936
Valid 3 100.0
Excludeda 0 .0
Cases 0
Total 3 100.0
0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
82
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
.834 .835 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted
Total Alpha if Item
Correlation Deleted
p1 4.10 2.162 .502 .827
83
84
Lampiran 4. Skor Hasil Jawaban Kuesioner Responden
Responden Diare Sumber Pemberian Perilaku Penggunaan Pengolahan
Kondisi Pengelolaan Pengelolaan
Air Asi CTPS Botol Makanan
Jamban Sampah Limbah
Minum Eksklusif Susu
85
1 0 100 90 70 88 70 100 100 100
3 80 90 60 0 88 70 100 100 83
4 80 90 50 0 88 90 100 83 100
5 0 90 80 60 88 80 100 67 100
7 60 60 40 20 0 70 40 50 67
8 80 60 60 60 25 80 80 67 83
10 0 90 90 60 75 50 80 100 100
18 70 30 50 10 38 60 100 33 67
21 80 40 50 0 38 40 80 83 67
24 60 40 40 10 25 70 100 83 100
25 60 20 30 0 38 40 80 17 50
86
28 70 100 80 0 100 100 100 83 100
36 80 70 40 0 25 40 100 83 100
52 50 70 70 0 63 80 100 83 100
87
55 60 80 60 40 75 100 100 83 100
71 70 0 20 40 0 0 100 83 83
72 60 70 90 90 63 80 100 83 100
77 60 60 70 30 63 80 100 0 100
81 0 90 90 90 88 80 100 83 100
88
82 0 80 70 40 0 90 100 17 100
87 70 70 30 40 0 60 100 100 83
89
Lampiran 5. Data Responden
Berat
Jumlah Jenis Kelamin Umur
Resp Umur Pendidikan Pekerjaan Badan
Anak Balita (Bulan)
(BB)
1 28 1 Sarjana Ibu Rumah Tangga Laki-laki 12 8
2 38 2 Tamat SMA Lain-lain Perempuan 59 18
3 33 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 36 14
4 35 3 Sarjana Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 18 9
5 26 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 12 7.8
6 31 1 Tamat SMA Buruh Laki-Laki 30 10
7 40 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 46 16.8
8 35 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 32 12.6
9 25 1 Sarjana Karyawan Swasta Perempuan 20 8.0
10 40 3 Tamat SMA Buruh Perempuan 20 11.0
11 27 2 Sarjana Karyawan Swasta Laki-Laki 32 14.6
12 39 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 48 12.6
13 31 2 Sarjana Karyawan Swasta Laki-Laki 44 13.5
14 40 4 Tamat SMA Petani Laki-Laki 60 15.6
15 30 2 Tamat SMA Karyawan Swasta Laki-Laki 48 23.3
16 35 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 51 31
17 33 3 Sarjana Wiraswata Perempuan 39 13.8
18 45 5 Tamat SMP Petani Perempuan 42 10.7
19 38 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 14 8.7
20 30 2 Sarjana Karyawan Swasta Perempuan 14 8.1
21 40 3 Tamat SMA Buruh Perempuan 60 15.5
22 35 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 16 10
23 28 1 Sarjana Karyawan Swasta Laki-Laki 33 14.6
24 40 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 60 16.8
25 45 5 Tamat SD Petani Laki-Laki 48 15.8
PNS/ Pensiunan/
26 35 2 Sarjana ABRI Laki-Laki 17 8
27 36 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 51 14
28 35 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 33 11.5
29 35 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 17 8
30 28 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 30 11
31 40 4 Tamat SMP Buruh Laki-Laki 52 16.7
32 30 2 Sarjana Karyawan Swasta Laki-Laki 36 15
33 37 4 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 24 12
34 30 2 Sarjana Ibu Rumah Tangga Laki-Laki 39 13
35 36 2 Tamat SMA Buruh Perempuan 39 24
36 29 1 Tamat SMA Karyawan Swasta Perempuan 26 11
90
37 30 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 40 13
38 25 2 Tamat SMA Karyawan Swasta Laki-laki 15 11.7
39 22 2 Tamat SMP Wiraswasta Perempuan 36 12
40 32 2 Tamat SMP Ibu Rumah Tangga Laki-laki 14 11
41 30 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 18 8
42 20 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 24 14
43 29 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 11 10
44 33 2 Tamat SMA Karyawan Swasta Perempuan 19 9.3
45 39 1 Sarjana Wiraswasta Perempuan 18 9
46 34 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 18 9.5
47 35 2 Tamat SMP Buruh Perempuan 15 8.5
48 26 3 Tamat SMA Karyawan Swasta Laki-laki 35 15.9
49 28 1 Tamat SMA Karyawan Swasta Laki-laki 20 10
50 36 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 35 15
51 25 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 19 11.8
52 26 1 Tamat SMA Karyawan Swasta Perempuan 12 8,4
53 27 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 20 9
54 33 2 Tamat SMA Buruh Laki-laki 32 13.5
55 31 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 21 11
56 25 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 18 8.9
57 27 1 Tamat SMA Wiraswasta Laki-laki 19 10
58 36 3 Sarjana Karyawan Swasta Laki-laki 32 15.6
59 30 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 20 10.5
60 25 2 Tamat SMP Ibu Rumah Tangga Perempuan 22 11.5
61 25 1 Sarjana Ibu Rumah Tangga Perempuan 25 15.4
62 37 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 20 9
63 36 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 30 10.5
64 27 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 16 10.4
65 29 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 17 8.1
66 28 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 20 13
67 28 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Laki-laki 19 8.5
68 33 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 20 9.5
69 37 2 Tamat SMA Karyawan Swasta Perempuan 42 14.2
70 35 2 Tamat SMP Ibu Rumah Tangga Perempuan 22 9.5
71 30 3 Tamat SMA Karyawan Swasta Perempuan 20 14
72 27 2 Tamat SMA Karyawan Swasta Laki-laki 18 8.9
73 23 1 Tamat SMP Ibu Rumah Tangga Laki-laki 25 10.3
74 35 3 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 12 10
91
75 31 2 Tamat SMP Ibu Rumah Tangga Perempuan 12 9.2
76 22 1 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 36 19.2
77 28 2 Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Perempuan 9 9.5
92
Lampiran 6. Hasil Analisis Penelitian
Penyakit Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Diare 20 23.0 23.0 23.0
Diare 67 77.0 77.0 100.0
Valid
Total 87 100.0 100.0
Kondisi Jamban
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Memenuhi Syarat 4 4.6 4.6 4.6
Pengelolaan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Memenuhi Syarat 41 47.1 47.1 47.1
Pengelolaan LImbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Memenuhi Syarat 18 20.7 20.7 20.7
Memenuhi Syarat 69 79.3 79.3 100.0
Valid
Total 87 100.0 100.0
93
Tidak Memenuhi Syarat 3 3.4 3.4 3.4
Memenuhi Syarat 84 96.6 96.6 100.0
Valid
Total 87 100.0 100.0
PerilakuCTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tidak Memenuhi Syarat 1 1.1 1.1 1.1
Memenuhi Syarat 86 98.9 98.9 100.0
Valid
Total 87 100.0 100.0
94
Ngringinan, Palbapang PSM. Ngringinan
PSM. MandingKampung
Gandekan, Trirenggo Hijau
Sumberbatikan, Trirenggo PSM Coklat
95
Rukeman, Tamantirto PSM. Suket Teki
Argorejo PSM.IndraPramitaKarya
Surobayan, Argomulyo,
Sedayu PSM SBY Membara
Plawonan, Argomulyo,
Sedayu PSM Kurnia
Pedes, Argomulyo, Sedayu PSM Ertigos
Karanglo, Argomulyo,
Sedayu PSM Berseri
Panggang, Argomulyo,
Sedayu PSM Aneka Guna
Samben,Argomulyo,Sedayu PSM Poenk Sik
96
Kembangsari, Srimartani PSM. Kembangsari
97
Pokoh, Dlingo PSM. Asri Setiti
98
Brajan Rt. 1 Wonokromo Pengelola Sampah
Mandiri
Brajan Rt. 1 Wonokromo PSM. D'Resik
99
Ploso, Wonolelo PSM. Gemilang
Jumlah 135
100
155