Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG


DAN SINUS PARANASAL

Taschiro Yuliartha 
712017046

Pembimbing : dr. Taufik Hidayat,Sp.THT­KL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hidung dan sinus paranasal 

•organ  yang  berperanan 


penting sebagai garis terdepan 
pertahanan  tubuh  pada  organ  ini  juga  berfungsi  sebagai 
saluran  nafas  terhadap  alat  respirasi,  pengatur 
mikroorganisme  dan  bahan­ humidifikasi,  penghidu  dan 
bahan berbahaya lainnya yang  penyeimbang tekanan lokal.
terkandung di dalamnya 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG LUAR

Bagian hidung luar
Hidung  bagian  luar  menonjol 
pada garis tengah di antara pipi 
dan bibir atas; 

struktur  hidung  luar  dibedakan  1) pangkal hidung (bridge), 


atas  tiga  bagian  :  yang  paling  2) batang hidung (dorsum nasi), 
atas  :  kubah  tulang  yang  tak  3) puncak hidung (hip), 
dapat  digerakkan;  di  bawahnya  4) ala nasi, 
terdapat  kubah  kartilago  yang  5) kolumela,
sedikit dapat digerakkan 6) lubang hidung (nares anterior). 
 
kerangka tulang rawan terdiri dari
Hidung  luar  dibentuk  oleh 
beberapa pasang tulang rawan yang
kerangka  tulang  dan  tulang 
terletak di bagian bawah hidung,
rawan.
yaitu
1) sepasang kartilago nasalis lateralis
Kerangka tulang terdiri dari: 
superior
1) tulang hidung (os nasal)
2) sepasang kartilago nasalis lateralis
2) prosesus frontalis os maksila
inferior (ala mayor)
3) prosesus nasalis os frontal;
3) tepi anterior kartilago septum.
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG DALAM

•Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari 
os.  internum  di  sebelah  anterior  hingga  koana  di  posterior,  yang 
memisahkan rongga hidung dari nasofaring. 

•Kavum  nasi  dibagi  oleh  septum,  dinding  lateral  terdapat  konka 


superior,  konka  media  dan  konka  inferior.  Celah  antara  konka 
inferior  dengan  dasar  hidung  dinamakan  meatus  inferior, 
berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus 
media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.
    Tiap kavum nasi dibatasi 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi.

 Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral
terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior.

 Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, 
kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil 
lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema.

o Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os 
maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan 
suprema merupakan bagian dari labirin etmoid
 Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan 
meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan 
inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media 
disebut meatus superior. 

 Meatus medius merupakan celah yang penting karena disini 
terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bagian 
anterior sinus etmoid.
  Infundibulum adalah bagian yang terletak di balik meatus medius 
dinding lateral di bagian anterior. 

 Ada suatu muara atau fisura yang menghubungkan meatus 
medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. 
Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan 
yang dikenal sebagai prosesus unsinatus5.
Perdarahan Hidung

  Batas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. 
etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. 
oftalmika dari a.karotis interna. 
 Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari 
cabang a. maksilaris interna. 
 Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang – 
cabang a.fasialis. 
 Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang­
cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior, 
dan a.palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach 
(Little’s area).
 Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cidera 
oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis 
(perdarahan hidung) terutama pada anak. 
Vena pada Hidung

  Vena­vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan 
berdampingan dengan arterinya .Vena di vestibulum dan 
struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang 
berhubungan dengan sinus kavernosus. 

 Vena­vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga 
merupakanfaktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran 
infeksi hingga ke intracrania
Persarafan pada Hidung

  Persarafan hidung bagian depan dan atas rongga hidung 
mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis anterior yang 
merupakan cabang dari n.nasosiliaris yang berasal dari 
n.oftalmikus (N.V­1). 

 Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan 
sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum. 

 Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan 
sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom 
untuk mukosa hidung. 
Fungsi Fisiologis Hidung :

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), 
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran 
tekanan dan mekanisme imunologik lokal. 

2. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan 
reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu.

3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu 
proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi 
tulang.

4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, 
proteksi terhadap trauma dan pelindung panas
ANATOMI DAN FISIOLOGI SINUS PARANASAL

 Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang


berisi udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian
prosesus alveolaris dan bagian lateralnya berasal dari rongga
hidung hingga bagian inferomedial dari orbita dan zygomatikus.

 Sinus- sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified columnar


epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel
dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang
menghasilkan sel-sel goblet.
a. Sinus maksila 
 Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. 
Bentuknya segitiga dengan dinding anterior sinus 
adalah permukaan fasial os maksila yang disebut 
fosa kanina, dinding posteriornya adalah 
permukaan infratemporal superiornya adalah dasar 
orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus 
alveolaris dan palatum.

 Ostium sinus maksila berada disebelah superior 
dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus 
semilunaris berjalan melalui infundibulum etmoid6
b.Sinus etmoid 
 Bagian anterior sinus bermuara kemeatus medius dan bagian 
posterior yang bermuara ke meatus superior. Sel anterior dan 
posterior dipisahkan oleh lempeng tulang transversal yang 
tipis. 

 Tempat perlekatan konka media pada dinding lateral hidung 
juga merupakan patokan letak perbatasan kelompok sel­sel 
anterior dan posterior. Kelompok sel anterior terdapat didepan 
dan bawahnya sedang kelompok posterior ada diatas dan 
belakangnya8.
c.Sinus frontal
 Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari
pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak digaris tengah. Kurang
lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang
lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.

 Sinus frontalis dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa
serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar kedaerah
ini. Sinus frontal ini berdrenase melalui ostiumnya dan bermuara ke meatus
media.
d.Sinus sphenoid 
 Masing-masing sinus sphenoid berhubungan dengan meatus superior melalui
celah kecil menuju ke resesus spheno-etmoidalis.. Batas-batasnya ialah
sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah
inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan arteri karotis interna dan disebelah posteriornya berbatasan
dengan fosa serebri posteriordidaerah pons 8
e. Kompleks Osteo Meatal (KOM) 
 Bagian ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks 
osteomeatal (KOM). KOM adalah bagian dari sinus etmoid 
anterior. 
 Pada potongan koronal sinus paranasal, gambaran KOM terlihat 
jelas yaitu suatu rongga diantara konka media dan lamina 
papirasea. 
 Isi dari KOM terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di 
belakang prosesus unsinatus, sel agger nasi, resesus frontalis, bula 
etmoid dan sel­sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium 
sinus maksila. 
Fungsi Sinus Paranasal :
a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning) 
b. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
c. Membantu resonansi suara 
d. Membantu keseimbangan kepala 
e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
f. Membantu produksi mukus
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Berdasarkan struktur anatomisnya, hidung terdiri atas 
hidung luar dan hidung bagian dalam. Bentuk hidung luar 
seperti piramid dengan bagian­bagiannya dari atas ke bawah: 
pangkal hidung, batang hidung, puncak hidung, ala nasi, 
kolumela, dan lubang hidung. Bagian hidung dalam terdiri 
atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah 
anterior hingga koana di posterior dan terdiri dari cavum 
nasi, septum nasi, konka­konka, dan meatus diantaranya. 

2. Fungsi fisiologis hidung adalah : Fungsi respirasi ,Fungsi 
penghidu, Fungsi fonetik,   Fungsi statistik dan mekanik
3. Sinus paranasal adalah rongga­rongga di dalam tulang 
kepala yang berisi udara yang berkembang dari dasar 
tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan bagian 
lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian 
inferomedial dari orbita dan zygomatikus. 

4.     Fungsi sinus paranasal antara lain adalah : sebagai 
pengatur kondisi udara (air conditioning), penahan suhu 
(thermal insulators) , peredam perubahan tekanan udara 
membantu keseimbangan kepala, resonansi suara, produksi 
mukus. 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai