Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Dengan

Kejadian Stunting Pada Balita Usia 3-5 Tahun


Di Puskesmas Kaluku Bodoa

Nurasni

Nurasni1, Mikawati2, Evi Lusiana3


1
Nurasni, Mahasiswa STikes Panakkukang Makassar
2
Mikawati, Dosen STikes Panakkukang Makassar. Makassar
3
Evi Lusiana, Dosen STikes Panakkukang Makassar, Makassar
Email : asnhyyhd@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh
tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Tujuan : penelitian ini bertujuan
untuk diketahui hubungan perilaku ibu dalam pemberian makanan dengan kejadian stunting pada
balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku bodoa. Metode penelitian : Desain Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional. Responden sebanyak 68 orang ibu yang memenuhi kriteria
inklusi di Puskesmas Kaluku Bodoa. Hasil : Hasil dari uji chi square membuktikan bahwa
perilaku ibu dalam pemberian makanan ada hubungan dengan kejadian stunting dengan nilai
kemaknaan α = 0.05 (p˂α) didapatkan nilai p = 0.000. Kesimpulan dan saran : Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan perilaku ibu dalam pemberian makanan dengan
kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa. Dalam pemberian
makanan pada balita ibu hendaknya memperhatikan beberapa hal dalam memberikan makanan
pada balita misalnya pemberian makanan sesuai umur, porsi makan maupun frekuensi makan pada
balita.

Kata kunci : Perilaku, Pemberian Makanan, Stunting

ABSTRACT

Introduction : Stunting is a term for nutritionists to refer to children who grow not according to
their proper size (short babies). Objective: This study aims to determine the relationship between
maternal behavior in feeding and the incidence of stunting in toddlers aged 3-5 years at the Kaluku
Bodoa Health Center. Research method : Design This study used a cross sectional design.
Respondents were 68 mothers who met the inclusion criteria at the Kaluku Bodoa Health Center.
Results: The results of the chi square test showed that the mother's behavior in feeding had a
relationship with the incidence of stunting with a significance value of = 0.05 (p˂α), p value =
0.000. Conclusions and suggestions: The conclusion in this study is that there is a relationship
between maternal behavior in feeding with the incidence of stunting in toddlers aged 3-5 years at
the Kaluku Bodoa Health Center. In giving food to toddlers, mothers should pay attention to
several things in giving food to toddlers, for example giving food according to age, meal portions
and frequency of eating in toddlers.

Keywords: Behavior, Feeding, Stunting


PENDAHULUAN
Kejadian balita stunting atau balita stunting masih tinggi dan
pendek merupakan suatu masalah menjadi salah satu masalah gizi
gizi yang dialami oleh anak balita di (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
dunia saat ini. Pada tahun 2017 Berdasarkan data yang
terdapat balita stunting sebanyak didapatkan dari hasil Pemantauan
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita Status Gizi (PSG) Sulawesi Selatan
di dunia yang mengalami stunting pada tahun 2015 yang dilakukan di
jika di perbandingkan dengan 24 kabupaten/kota menunjukkan
kejadian stunting balita yang berada bahwa prevalensi balita stunting
pada tahun 2000 sebanyak sekitar yang ada di Sulawesi Selatan pada
32.6%. Dari empat tahun kemarin tahun 2014 memiliki sebesar 34,5%.
tepatnya tahun 2017, terdapat Kemudian, Mengalami penurunan
setengah lebih balita yang pada tahun 2015 menjadi 34,1%.
mengalami stunting di dunia Setelah itu kembali mengalami
diantaranya Asia 55% sedangkan kenaikan pada tahun 2017 mencapai
yang lebih dari sepertiganya 39% di 34,8%. Angka ini menunjukkan
Afrika. Sebanyak 83,6 juta balita bahwa posisi Sulawesi Selatan di
yang mengalami stunting, dimana tahun 2017 masih belum mencapai
terbanyak di Asia Selatan 58,7 dan target MDGs (Dinkes Sulsel 2018).
proporsi yang paling sedikit berasal Berdasarkan dari data yang
dari Asia Tengah 0,9% (Kemenkes telah didapatkan bahwa terdapat 5
RI, 2018). puskesmas di kota Makassar dengan
Indonesia merupakan salah angka kejadian stunting tertinggi
satu negara yang memiliki prevalensi pada tahun 2018 yaitu pada
stunting pada balita yang cukup Puskesmas Tamalate sebanyak 475
tinggi jika dibandingkan dengan balita stunting, Puskesmas Kaluku
negara yang lainnya dimana yang Bodoa sebanyak 399 balita stunting,
memiliki berpendapatan sedikit. Puskesmas Sudiang sebanyak 194
kondisi seperti ini jika tidak dapat balita stunting, Puskesmas Layang
tangani maka akan berpengaruh pada sebanyak 186 balita stunting, dan
gagal tumbuh pada balita serta Puskesmas Sudiang Raya sebanyak
kinerja pembangunan Indonesia, baik 184 balita stunting (Dinas Kota
yang menyangkut pertumbuhan Makassar, 2019).
ekonomi, kemiskinan maupun Berdasarkan uraian yang
ketimpangan. Stunting atau kerdil telah dijelaskan dan terkait juga
adalah kondisi dimana tinggi badan dengan data prevalensi stunting
anak yang pendek, jika dibandingkan tertinggi kedua di kota Makassar
dengan anak seusianya. Balita adalah Puskesmas Kaluku Bodoa.
dikatakan pendek jika nilai Z- Berdasarkan dari hasil observasi
SCORE-nya panjang badan menurut terkait dengan data prevalensi
umur atau tinggi badan menurut stunting di Puskesmas Kaluku Bodoa
umur kurang dari -2SD/standar menjelaskan bahwa kejadian
deviasi (stunted) dan kurang dari stunting pada balita belum berhasi
-3SD (Severely stunted). Prevalensi diturunkan angka prevalensinya
karena kurangnya perilaku ibu baik Total 68 100%
dalam pengetahuan, sikap serta Pendidikan
tindakan dalam pemberian makanan.
SD 34 50.0
Kemudian data awal yang didapatkan
SMP 21 30.9
dari Puskesmas Kaluku Bodoa
prevalensi stunting pada balita tahun SMA 12 17.6
2021 sebanyak 197 atau 4,9%. Diploma 1 1.5
METODE PENELITIAN Total 68 100%
Desain penelitian ini yang digunakan
analitik dengan pendekatan cross Pekerjaan
sectional atau penelitian yang IRT 65 95.6
dilakukan dimana pengambilan Analis 1 1.5
semua variabel dilakukan pada satu Wiraswasta 2 2.9
waktu yang bersamaan. Adapun Total68 100%
tujuan dari penelitian ini adalah Penghasilan
untuk mengetahui hubungan tingkat 500.000- 22 32.4
perilaku ibu dalam pemberian 1.600.000
makanan dengan kejadian stunting 1.700.000- 35 51.5
pada balita usia 3-5 tahun di 2.600.000
Puskesmas kaluku Bodoa.
2.700.000- 10 14.7
HASIL
3.600.000
Hasil penelitian dalam pengumpulan
3.700.000- 1 1.5
data diolah menggunakan program
5.000.000
computer SPSS versi 21 selanjutnya
di editing, coding, tabulasi dan Total 68 100%
dianalisa. yang disajikan dalam Sumber : Data Primer, 2021
bentuk tabel disertai penjelasan. Berdasarkan tabel 5.1 diatas
1. Karakteristik Responden (Ibu) diketahui dari 68 responden,
karakteristik responden (ibu) diperoleh data frekuensi menurut
berdasarkan usia, pekerjaan, umur bahwa tertinggi yaitu 26-
pendidikan terakhir, dan 35 tahun sebanyak 30 (44.1%)
penghasilan responden di responden. Berdasarkan
Puskesmas Kaluku Bodoa. pendidikan, tertinggi yaitu SD
Tabel 5.1 karakteristik sebanyak 34 (50.0%) responden.
responden (ibu) berdasarkan Berdasarkan pekerjaan, tertinggi
usia, pekerjaan, pendidikan yaitu IRT 65 (95%) responden.
terakhir, dan penghasilan di Berdasarkan penghasilan,
Puskesmas Kaluku Bodoa. tertinggi yaitu sebanyak 35
Karakteristik Freku Presentase (51.5%) responden.
Responden ensi (%) 2. Karakteristik Balita
(f) Karakteristik balita berdasarkan,
usia, tinggi badan dan jenis
Usia
kelamin di Puskesmas Kaluku
17-25 tahun 11 16.2
Bodoa.
26-35 tahun 30 44.1 Tabel 5.2 karakteristik balita
27-45 tahun 27 39.7 berdasarkan usia, jenis
kelamin dan tinggi badan di 3. Analisa Univariat
Puskesmas Kaluku Bodoa. a. Perilaku ibu dalam
Karakteris Frekue Presenta pemberian makanan dengan
tik Balita nsi (f) se (%) kejadian stunting pada balita
Usia usia 3-5 tahun di Puskesmas
36-40 34 50.0 Kaluku Bodoa.
bulan Tabel 5.3 Distribusi
41-45 18 26.5 frekuensi perilaku
bulan pemberian makanan.
46-50 11 16.2 Perilak Frekuens Presentas
bulan u i (f) e (%)
51-55 2 2.9 Baik 20 29,4
bulan
Kurang
56-60 3 4.4 48 70,6
baik
bulan
Total 68 100 %
Total 68 100%
Sumber : Data Primer, 2021
Jenis Berdasarkan tabel diatas
kelamin diketahui bahwa dari 68
Laki-laki 37 54.4 responden menunjukkan
Perempua 31 45.6 bahwa perilaku ibu dalam
n pemberian makanan pada
Total 68 100% balita dengan perilaku baik
Tinggi adalah sebanyak 20
badan (29,4%) responden.
75-80 cm 11 16.2 Berdasarkan perilaku
81-85 cm 25 36.8 kurang baik yaitu sebanyak
86-90 cm 23 33.8 48 (70,6%) responden.
91-95 cm 7 10.3 b. Karakteristik responden
96-100 2 2.9 berdasarkan kategori
cm kejadian stunting.
Total 68 100% Tabel 5.4 Distribusi
Sumber : Data Primer, 2021 frekuensi berdasarkan
Berdasarkan tabel 5.2 diatas kategori kejadian stunting
diketahui dari 68 responden di Puskesmas Kaluku
diperoleh data frekuensi Bodoa.
berdasarkan umur balita bahwa Stuntin Frekuens Presentas
usia tertinggi yaitu 34-40 bulan g i (f) e (%)
sebanyak 34 (50.0%) responden.
Pendek 22 32.4
Berdasarkan jenis kelamin
balita, tertinggi yaitu laki-laki Sangat
46 67.6
sebanyak 37 (54.4%) responden. pendek
Berdasarkan tinggi badan balita, Total 68 100%
tertinggi yaitu 81-85 cm Sumber : Data primer, 2021
sebanyak 25 (36.8%) responden. Menurut tabel 5.4 diatas,
menunjukkan balita pendek
yaitu sebanyak 22 (32,4%) dan 1. Perilaku ibu dalam pemberian
balita sangat pendek yaitu makanan
sebanyak 46 (67%). Pemberian makanan
adalah makanan atau minuman
4. Analisa Bivariat yang mengandung gizi kepada
a. Distribusi Perilaku ibu bayi atau anak yang berumur 6-
dalam pemberian makanan 24 bulan untuk memenuhi
dengan kejadian stunting kebutuhan gizinya (Susilowati,
pada balita di Puskesmas 2016). Dalam pemberian
Kaluku Bodoa makanan sering ditemukan
Dari 68 responden beberapa permasalahan
didapatkan 23 responden kesehatan akibat cara pemberian
yang berperilaku baik 21 makanan yang salah ataupun
(7.4%) balita dengan kurang benar. Pemberian
kategori pendek, dan 2 makanan sebaiknya
(15.6%) balita dengan memperhatikan beberapa hal
kategori sangat pendek. seperti kandungan zat gizi pada
Sedangakan 45 responden bahan yang digunakan,
yang berperilaku kurang baik pemberian yang sesuai dengan
1 (14.6) balita dengan usia balita, pemberian sesuai
kategori pendek dan 44 porsi serta frekuensi makan.
(30.4%) balita dengan Pemberian makanan yang baik
kategori sangat pendek. Hal nantinya akan memberikan
ini menunjukkan bahwa dampak yang baik pula
semakin kurang baik begitupun sebaliknya jika
perilaku ibu maka semakin diberikan kurang sesuai maka
pendek pula juga balita hal ini akan menimbulkan
mengalami stunting. permasalahan (Baso, 2009).
Dari hasil analisis
menggunakan uji chi square Berdasarkan dari tabel
dengan tingkat kemaknaan α 5.1 maka diperoleh data
= 0.05 (p˂α) didapatkan frekuensi berdasarkan umur
nilai p = 0.000. Hal ini bahwa usia tertinggi yaitu 26-35
menunjukkan bahwa Ha tahun sebanyak 30 (44.1%)
diterima. Dengan demikian responden. Maka dari itu dimana
dapat disimpulkan bahwa dari usia 26-35 tahun termasuk
dalam penelitian ini terdapat kategori masa dewasa awal. Usia
hubungan antara perilaku ibu juga dapat berpengaruh
pemberian makanan dengan dalam proses belajar
kejadian stunting pada balita menyesuaikan diri.
di Puskesmas Kaluku Bodoa. Sebagian besar
responden memiliki tingkat
pendidikan SD sebanyak 34
(50.0%) responden. Pendidikan
yang rendah sangat berpengaruh
PEMBAHASAN terhadap pemberian makanan
pada balita. Di mana pendidikan balita sebagian besar memiliki
ini sangat diperlukan untuk perilaku kurang baik yaitu
memperoleh informasi, sebanyak 48 (70,6%) responden.
pendidikan juga sangat berperan Perilaku kurang baik dalam
penting dalam proses memberikan makanan pada
pertumbuhan balita. balita dapat disebabkan karena
Dari tabel 5.1 hasil usia ibu yang semakin tua
penelitian dimana ibu yang tidak sehingga kurang mendapatkan
bekerja didapatkan sebagian informasi, kurangnya
besar atau sebagai IRT dengan pendapatan dalam keluarga
jumlah 65 responden (95%). Hal sehingga dalam memilih jenis
ini dipengaruhi kepada perilaku makanan yang kurang baik,
ibu dalam pemberian makanan ketidaktahuan tentang cara
pada balita. Dari Hasil penelitian pemberian makanan pada balita
terdahulu yang dikemukakan dimana responden tidak
oleh peneliti Pudjiadi, S bahwa mengetahui cara pemberian
salah satu faktor yang dapat makanan seperti pemberian jenis
mempengaruhi terjadinya makanan, porsi serta frekuensi
stunting pada balita yaitu makan. Hasil penelitian ini
seorang ibu yang mempunyai sejalan dengan Kusnandar dan
pekerjaan yang tetap yang Sapja (2018) yang menyatakan
mengharuskannya untuk pemberian makanan kurang baik
meninggalkan balitanya menjadi salah satu terjadinya
sehingga bisa membuat balita stunting.
jatuh sakit dan kurang perhatian 2. Kejadian stunting pada balita
dari seorang ibu sehingga balita usia 3-5 tahun
tidak mendapatkan perhatian Berdasarkan tabel 5.4
dari ibu dengan seutuhnya. didapatkan hasil penelitian
Dari hasil yang tentang distribusi kejadian
didapatkan mengenai stunting pada balita usia 3-5
penghasilan maka hasil yaitu tahun dengan kategori pendek
hasil yang terebanyak 35 sebanyak 22 (32,4%) dan
responden (51.5%) dimana kategori sangat pendek sebanyak
dalam penelitian ini keluarga 46 (67,6%) balita.
yang memilki penghasilan Usia pertama dalam
perbulan Rp. 1.700.000 – Rp. pemberian makanan dengan
2.600.000. Pendapatan yang juga kejadian stunting pada balita
menjadi satu faktor dalam merupakan salah satu faktor
penentuam hal memilih jenis yang mempengaruhi terjadinya
makanan yang berkualitas stunting pada balita. Penelitian
sehungga baik untuk dikonsumsi departemen kesehatan yang
para keluarga mengemukakan bahwa
Dari analisis data, gangguan pertumbuhan pada
maka hasil yang didapatkan oleh masa awal kehidupan balita
penelitian mengenai perilaku antara lain kekurangan gizi sejak
dalam pemberian makanan pada balita, pemberian makanan
terlalu cepat ataupun terlalu yaitu 1 (14,6%) dan balita sangat
lambat. pendek yaitu 44 (30,4%) maka
Berdasarkan jenis hal ini dapat disimpulkan bahwa
kelamin didapatkan terbanyak perilaku ibu kurang baik lebih
yaitu yang berjenis kelamin laki- banyak memiliki balita dengan
laki 37 (54,4%) dan perempuan kategori sangat pendek
31 (45,6%). Menurut studi dibandingkan dengan balita
kohort di ethiopia seperti dikutip dengan kategori pendek.
dalam Kristianti (2018) Notoatmodjo (2012)
menjelaskan bahwa bayi yang seperti yang dikutip dalam
laki-laki menunjukkan lebih dua (Oktaningrum, 2018)
kali berisiko menjadi stunting menjelaskan bahwa perilaku ibu
dibandingkan dengan bayi dapat mempengaruhi beberapa
perempuan pada usia 6-12 bulan faktor dimana salah satunya
(Medhin dalam Anisa, 2012). faktor yang muncul dari dalam
Adapun hasil riskesdas pada diri seseorang yakni jenis
tahun 2013 memperlihatkan kelamin, status, usia dan tingkat
prevalensi stunting lebih tinggi pendidikan. Sehingga ibu
terjadi pada balita dengan jenis dengan tingkat pendidikan yang
kelamin laki-laki yaitu sebesar lebih tinggi mempunyai
18,8% sedangkan balita dengan pengetahuan lebih luas hal
jenis kelamin perempuan 17,1% tersebut dapat dibentuk pada
(Riskesdas, 2013). perilaku ibu yang baik
3. Hubungan perilaku ibu dalam khusunya dalam pemberian
pemberian makanan dengan makanan yang memiliki peran
kejadian stunting pada balita penting terhadap keberhasilan
di Puskesmas Kaluku Bodoa dalam menurunkan kejadian
Berdasarkan dari tabel stunting pada balita.
5.5 menyatakan bahwa 68
responden didapatkan hasil Dari hasil analisis
perilaku ibu baik sebanyak 23 menggunakan uji chi square
responden di antaranya balita dengan tingkat kemaknaan α =
stunting yang kategori pendek 0.05 (p˂α) didapatkan nilai p =
memiliki hasil yaitu 21 (7,4%) 0.000. Hal ini menunjukkan
dan balita sangat pendek yaitu 2 bahwa Ha diterima. Dengan
(15,6%). Hal ini dapat demikian dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa perilaku ibu bahwa dalam penelitian ini
yang baik lebih banyak memiliki terdapat hubungan antara
balita dengan kategori pendek perilaku pemberian makanan
dibandingkan dengan balita dengan kejadian stunting pada
dengan kategori sangat pendek. balita di Puskesmas Kaluku
Sedangkan dengan ibu yang Bodoa.
perilakunya kurang baik Dari hasil yang
didapatkan hasil sebanyak 45 dilakukan pengolahan dan
responden diantaranya balita analisis data, maka penelitian
stunting dengan kategori pendek tentang hubungan perilaku ibu
dalam pemberian makanan memberikan makanan pada
dengan kejadian stunting pada balita.
balita usia 3-5 tahun di KESIMPULAN DAN SARAN
Puskesmas Kaluku Bodoa A. KESIMPULAN
menunjukkan bahwa ada Berdasarkan hasil
hubungan perilaku pemberian penelitian tentang “hubungan
makanan dengan kejadian perilaku ibu dalam pemberian
stunting pada balita usia 3-5 makanan dengan kejadian
tahun di Puskesmas Kaluku stunting pada balita di
bodoa. Puskesmas Kaluku Bodoa dapat
Hasil penelitian ini juga disimpulkan sebagai berikut :
sejalan dengan penelitian 1. Perilaku ibu dalam pemberian
Renyoet, Brigitte Sarah, dkk makanan di Puskesmas
(2016) tentang hubungan Kaluku Bodoa terbanyak
karakteristik ibu, pemberian yaitu ibu yang berperilaku
makanan persiapan dan perilaku kurang baik yaitu
penyimpanan dengan terdapat 48 (70.6%)
pertumbuhan panjang badan responden.
balita dan kejadian stunting di 2. Kejadian stunting pada balita
wilayah pesisir kecamatan Tallo, di Puskesmas Kaluku Bodoa
hasil penelitian tersebut sebagian besar dengan status
menunjukkan bahwa ada sangat pendek sebanyak 46
hubungan antara pemberian (67.6%) responden.
makanan dengan kejadian 3. Ada hubungan perilaku
stunting pada balita. pemberian makanan dengan
Dari pembahasan kejadian stunting di
berdasarkan hasil uji chi square Puskesmas Kaluku Bodoa (p-
dan diperkuat oleh penelitian value = 0.000).
terdahulu yang telah dijelaskan B. SARAN
maka peneliti berasumsi bahwa Adapun saran berdasarkan
ada hubungan perilaku ibu kesimpulan pada penelitian ini
dalam pemberian makanan adalah :
dengan kejadian stunting pada Dalam pemberian makanan pada
balita di Puskesmas Kaluku balita ibu hendaknya
Bodoa, dikarenakan adanya memperhatikan beberapa hal
perilaku ibu yang baik namun dalam memberikan makanan
balitanya dengan kategori sangat pada balita misalnya pemberian
pendek yang dimana makanan sesuai umur, porsi
dipengaruhi oleh tingkat makan maupun frekuensi makan
pendidikan responden dengan pada balita.
tamatan SD-SMP, responden 1. Bagi institusi pendidikan
dengan tingkat pendidikan yang keperawatan
rendah memiliki pengetahuan Institusi pendidikan dapat
dan sikap yang kurang sehingga meningkatkan kapasitas dan
dapat tergambarkan perilaku kualitas pendidikan agar
yang kurang baik dalam informasi dari hasil
penelitian ini dapat
bermanfaat serta dapat
digunakan untuk pemerkaya
pengetahuan dan keperluan
referensi ilmu keperawatan
khususnya keperawatan anak
tentang hubungan perilaku
ibu dalam pemberian
makanan dengan kejadian
stunting pada balita usia 3-5
tahun.
2. Teoritis
Penelitian ini masih
memiliki keterbatasan serta
kekurangan, baik dalam
sumber jurnal dan teori-teori
yang telah tersedia. Adapun
penelitian ini sebelumnya
belum pernah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. E. (2020). Gambaran
Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 24-
59 Bulan. PhD Thesis.
Poltekes Kemenkes
Yogyakarta, 10-24.
Kristianto, Y. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian
Makanan Pada Bayi Umur 6-36 Bulan. Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Pada Bayi Umur 6-36 Bulan,
58-60.

Nurlailis Saadah, (2020). model deteksi dini pencegahan dan penanganan


stunting. surabaya: scopindo media pustaka.
Rita Ramayulis, D.(2018). stop stunting dengan konseling gizi. jakarta: penebar
swadaya grup.
Gibney. (2016). Gambaran Pola Pengasuh Gizi Pada Anak Balita . Sulawesi
Barat: Nuha medika.
Hasmi. (2016). Metode Penelitian Kesehatan. Jayapura: Penerbit In Media
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Nursalam, 2017, Manajemen Keperawatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam,2017. Manajemen keperawatan (Aplikasi Dalam Keperawatan
Praktek Profesional). Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika
Puskesmas Kaluku Bodoa, (2020). Profil Kesehatan Puskesmas Kaluku Bodoa
Tahun 2018. Bodoa : Puskesmas Kaluku Bodoa.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Hasil
Utama Riset kesehatan dasar (RISKESDAS), 87-97.
RI, K. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Faktor-faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59, 1-
10.

Rusmil, V. K., Ikhsani, R., Dhamayanti, M., & Hafsah, T. (2019). Hubungan
Perilaku Ibu dalam Praktik Pemberian Makan pada Anak Usia 12-23 Bulan
dengan Kejadian. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, 20(6), 1–5.
https://www.researchgate.net/publication/333169080

Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2015. Tumbuh Kembang


Anak. Jakarta: EGC
Sulsel, D. (2018). Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan. Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, 25-29.

Supriati, E. K. (2020). Faktor-Faktor


Penyebab Kejadian Stunting
Pada Balita. Majalah
Kesehatan Indonesia, 51-56.
Unicef. (2017). Ringkasan Kajian
Gizi Ibu & Anak. Gizi,
Investasi Masa Depan
Bangsa. Unicef Indonesia, 5-
27.
Wahida Yuliana, S. (2019). Darurat Stunting dengan Melibatkan Keluarga.
Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai