Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 3, September 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PENGARUH PEMBERDAYAAN PMBA TERHADAP KESADARAN KRITIS


KELUARGA BALITA STUNTING DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Hafsah Widiyanti*, Saimi, Lalu Abdul Khalik
Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Qamarul Huda
Badaruddin, Turmuzi Badrudin, Bagu, Praya, Central Lombok Regency, West Nusa Tenggara 83371, Indonesia
*hafsahwidiyanty@gmail.com

ABSTRAK
Kejadian stunting pada tahun 2018 diketahui bahwa angka stunting di dunia yaitu 21,9% atau 149 juta
pada anak usia di bawah lima tahun atau balita (bayi lima tahun), di wilayah Asia Tenggara tahun
2018 balita stunting mencapai angka 25%. Angka ini menduduki peringkat ke-5 tertinggi setelah
wilayah Oseania, sedangkan Balita stunting di NTB tahun 2018 terdapat 33,5%, dan kasus balita
stunting di kabupaten Lombok Tengah 31,05%, dengan data tertinggi terdapat di Kecamatan Batu
Kliang Utara yaitu 41,29%, urutan kedua Kecamatan Jonggat 30,16%, dan menjadi prioritas untuk
intervensi anak kerdil (stunting), dan salah satunya adalah kecamatan Jonggat dengan kasus 568 balita
stunting. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment dengan desain penelitian
menggunakan Pretest-Posttest Design. Penelitian ini akan melakukan observasi dua kali yaitu sebelum
(Pretest) dan sesudah (Posttest), penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jonggat dengn jumlah sampel
85 keluarga balita stunting dengan menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analiss
menggunakan paired t test menunjukan ada perbedaan nilai mean antara tingkat pengetahuan, sikap,
tindakan dan praktik PMBA setelah diberikan pintervensi, dan didapatkan nilai p value pengetahuan
0,000 <α=0,05, sikap 0,000 <α=0,05, tindakan 0,000 <α=0,05, dan praktik PMBA 0,000 <α=0,05. Ada
pengaruh yang pemberian pmeberdayaan dalam pemberian makanan balita dan anak (PMBA)
terhadap kesadaran kritis keluarga balita stunting di Kabupaten Lombok Tengah.

Kata kunci: pemberdayaan; PMBA; stunting

EFFECT OF EMPOWERMENT IN PMBA ON THE CRITICAL AWARENESS OF


FAMILY STUNTING IN CENTRAL LOMBOK REGENCY

ABSTRACT
The incidence of stunting in 2018 is known that the stunting rate in the world is 21.9% or 149 million
in children under five years of age or toddlers (five-year-old babies), in the Southeast Asia region in
2018 stunting toddlers reached 25%. This figure is ranked 5th highest after the Oceania region while
stunting under five in NTB in 2018 was 33.5%, and the case of stunting under five in Central Lombok
district was 31.05%, with the highest data found in Batu Kliang Utara District, namely 41, 29%,
Jonggat sub-district is second with 30.16%, and is a priority for stunting intervention, and one of them
is Jonggat sub-district with 568 stunting cases. The research method used is Quasi Experiment with
the research design using Pretest-Posttest Design. This study will conduct two observations, namely
before (Pretest) and after (Posttest), this research was conducted in Jonggat District with a sample of
85 families of stunting toddlers using the purposive sampling technique. Based on the results of the
analysis using paired t-test, it shows that there is a difference in the mean value between the level of
knowledge, attitudes, actions, and practices of PMBA after being given intervention, and the p-value
of knowledge is 0.000 <α=0.05, attitude is 0.000 <α=0.05, 0.000 actions <α=0.05, and 0.000 PMBA
practice <α=0.05. It can be concluded that there is an effect of empowerment in feeding toddlers and
children (PMBA) to the critical awareness of families of stunting toddlers in Central Lombok Regency.

Keywords: empowerment; PMBA; stunting

625
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Angka stunting secara global pada tahun 2015 telah mencapai 24% (159 juta) pada anak usia
0 hingga 59 bulan. Bagian Asia Selatan memiliki angka prevalensi stunting tertinggi (38%)
sejalan dengan jumlah populasi anak yang juga tinggi (Unicef, 2016). Sementara itu, pada
tahun 2018 diketahui bahwa angka stunting di dunia yaitu 21,9% atau 149 juta pada anak usia
di bawah lima tahun atau balita (bayi lima tahun) (UNICEF – WHO – World Bank, 2019).

Berdasarkan data Unicef, WHO, & World Bank Group (2019), Data balita stunting mencapai
angka 25% di wilayah Asia Tenggara tahun 2018. Angka ini menduduki peringkat ke-5
tertinggi setelah wilayah Oseania, Afrika Timur, Asia Selatan, Afrika Tengah, dan Afrika
Barat pada tahun yang sama. Balita stunting di NTB tahun 2018 terdapat 33,5%, dan kasus
balita stunting di kabupaten Lombok Tengah 31,05%. Data stunting di Kabupaten Lombok
Tengah tertinggi terdapat di Kecamatan Batu Kliang Utara yaitu 41,29%, urutan kedua
Kecamatan Jonggat 30,16%. Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu
Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting), dan salah
satunya adalah kecamatan Jonggat dengan kasus terbaru 568 balita stunting pada tahun 2019.
Dalam menangani masalah stunting TNP2K telah menyusun strategi intervensi stunting di
Indonesia meliputi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi tersebut
diterjemahkan dan dilakukan oleh masing-masing Kementerian dan Lembaga terkait dengan
sasaran mulai dari ibu hamil hingga anak balita (TNP2K, 2017; Dinkes NTB, 2019).

Program yang diluncurkan Pemerintah belum efektif dalam menekan angka stunting di
Kabupaten Lombok Tengah khusunya di Kecamatan Jonggat, karena pemberian bantuan
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga balita stunting namun tidak merubah pengetahuan
masyarakat yang nantinya akan mengubah perilaku masyarakat dalam mencegah kejadian
stunting di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh Olsa et al., (2017)
menyatakan bahwa kasus stunting serign terjadi pada ibu yang pengetahuannya rendah,
karena ibu dengan sikap dan pengetahuan rendah tidak bisa memilih makan yang baik dan
bergizi untuk anaknya. Penelitian yang dilakukan Rahayu & Khairiyati (2014) menunjukan
ibu yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori rendah yaitu sebesar 78,4% dan sebagian
besar ibu yang memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah memiliki balita yang mengalami
stunting yaitu sebesar 92,3 %. Wulandari & Muniroh (2020) menyatakan pengetahuan ibu
merupakan resiko penyebab kejadian stunting pada balita, karena rendahnya pengetahuan ibu
mengenai gizi dan kesehatan sebelum, saat kehamilan dan setelah ibu melahirkan merupakan
faktor risiko penyebab stunting pada balita,

Penelitian yang dilakukan Nurbaiti (2017) menyatakan sarana dan prasarana penunjang dalam
pelatihan PMBA masih kurang, terdapat perbedaan persepsi mengenai tujuan utama kegiatan,
hingga monitoring dan evaluasi program PMBA belum dilaksanakan di tingkat puskesmas.
Dari kondisi tersebut perlu dilakukan evaluasi pengetahuan dan keterampilan ahli gizi terlatih
dan kader mengenai program PMBA secara berkala. Untuk menempatkan ahli gizi di tiap
desa. Perlu pelatihan dan penambahan checklist yang digunakan dalam kegiatan monitoring
dan evaluasi, serta melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi dari tahap perencanaan
hingga akhir. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, kegiatan dan program yang sudah
dilaksanakan pemerintah dalam mencegah dan menangani angka stunting belum optimal
karena masih terdapatnya kasus stunting yang cukup tinggi di Kabupaten Lombok Tengah
sehingga peneliti merasa pentingnya dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberdayaan
PMBA Terhadap Kesadaran Kritis Keluarga Balita Stunting Di Kabupaten Lombok Tengah ”.

626
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

METODE
Desain penelitian ini adalah Eksperimen dengan rancangan Quasy Eksperimen Design.
Penelitian ini dilakukan terhadap 85 orang keluarga balita stunting di Kabupaten Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat. Yang di ambil dengan teknik purposive sampling. Terdapat
dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
adalah pemberdayaan dalam pemberian makanan balita dan anak (PMBA). Variabel terikat
adalah kesadaran kritis yang terdiri dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap tindakan dan praktik
PMBA, pengetahuan masyarakat yang dikategorikan menjadi dua. Data diperoleh dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan, sikap, tindakan dan praktik
PMBA yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dan dinyatakan valid dengan Alpha
Croncbach pengetahuan 0,84. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan program
statistic SPSS 22. Analisis data dilakukan menggunakan uji paired t test dengan tingkat
kemaknaan p<0,05.

HASIL
Gambaran karakteristik responden penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=85)
Variabel f %
Umur
17-25 Tahun 23 27,1
26-35 Tahun 43 50,6
34-45 Tahun 19 22,4

Tabel 1 menunjukan usia ibu terbanyak pada usia 26-35 (50,6%), dan urutan kedua adalah
usia 17-25 tahun (27,1%). Gambaran hasil analisis kesadaran kritis (pengetahuan) disajikan
pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Analisis Kesadaran Kritis (Pengetahuan) (n=85)


Pengetahuan n Mean R SD P value
Pretest 85 17,86 2,38
6,05 0,000
Posttest 85 23,92 2,39

Analisis uji statistik pada tabel 2 menunjukan nilai mean pengetahuan keluarga balita Stunting
sebelum dilakukan intervensi sebesar 17,86, dan setelah diberikan intervensi dengan
Pemberdayaan PMBA mengalami peningkatan nilai mean tingkat pengetahuan keluarga
balita Stunting terdapat selisih nilai mean sebesar 6,05 menjadi 25,92. Hasil analisis
didapatkan p value 0,000 < 0,05 yang berarti ada perubahan kesadaran kritis (Pengetahuan)
keluarga balita Stunting setelah diberikan intervensi. Gambaran hasil analisis kesadaran kritis
(sikap) disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3.
Analisis Kesadaran Kritis (Sikap) (n=85)
Sikap N Mean R SD P value
Pretest 85 21,22 16,77 5,89 0,000
Posttest 85 38 5,82

Analisis uji statistik pada tabel 3 menunjukan nilai mean sikap keluarga balita Stunting
sebelum dilakukan intervensi sebesar 21,22, dan setelah diberikan intervensi dengan
Pemberdayaan PMBA mengalami peningkatan nilai mean sikap keluarga balita Stunting
terdapat perbedaan mean sebesar 16,77 menjadi 38. Hasil analisis didapatkan p value 0,000

627
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

<0,05 yang berarti ada perubahan kesadaran kritis (Sikap) setelah diberikan intervensi.
Gambaran hasil analisis kesadaran kritis (Tindakan) disajikan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4.
Hasil Analisis Kesadaran Kritis (Tindakan)
Tindakan n Mean R SD P value
Pretest 85 26,39 24,64 6,22 0,000
Posttest 85 51,04 5,76

Hasil analisis uji statistik pada tabel 4 menunjukan nilai mean tindakan keluarga balita
Stunting sebelum dilakukan intervensi sebesar 26,39, dan setelah diberikan intervensi dengan
Pemberdayaan PMBA mengalami peningkatan nilai mean tingkat tindakan keluarga balita
Stunting terdapat perbedaan nilai mean sebesar 24,64 menjadi 51,04. Hasil analisis didapatkan
p value 0,000<0,05 yang berarti ada perubahan kesadaran kritis (tindakan) sedudah diberikan
intervensi. Gambaran hasil analisis Praktik PMBA disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5.
Hasil Analisis Praktik Pemberian Makan Bayi Dan Anak (PMBA)
Praktik n Mean R SD P value
Pretest 85 64,07 20,77 6,07 0,000
Posttest 85 84,86 5,75

Hasil analisis uji statistik pada tabel 5 menunjukan nilai mean praktik PMBA keluarga balita
Stunting sebelum dilakukan intervensi sebesar 64,07, dan setelah diberika intervensi
mengalami peningkatan nilai mean, terdapat perbedaan nilai mean sebesar 20,77 menjadi
84,86. Hasil analisis didapatkan p value 0,000 < 0,05 yang berarti ada perubahan perilaku
Praktik PMBA setelah diberikan imtervensi.

PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberdayaan dalam pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Terhadap
Kesadaran Kritis (Pengetahuan) Keluarga Balita Stunting
Berdasarkan hasil penelitian tentang kesedaaran kritis (pengetahuan) ibu keluaraga balita
stunting menunjukan hasil kuesioner pretest dengan skor terendah adalah 89 pada pernyataan
14, yang menyatakan tentang “Manfaat KMS adalah untuk mengetahui pertumbuhan anak
balita”, dan urutan kedua terendah pada 95 pada pernyataan no 12, yang menyatakan tentang
“Cara memasak sayur yang baik adalah merebus makanan anak balita sampai lembek”, dan
pernyataan no 13, yang menayatakan “Makanan yang bervariasi baik untuk pertumbhan anak
balita”. berdasarkan jawaban ini menunjukan kurangnya kesadaran kritis ibu dalam
mengetahui manfaat KMS atau buku KIA (kesehatan ibu dan anak), cara memasak sayur dan
pengetahuan terkait variasi makanan seusa dengan pertumbuhan balita di Kabupaten Lombok
Tengah, dan setelah diberikan pemberdayaan skor responden mengalami peningkatan pada
pernyataan 14 menjadi 167 dan pernyataan 12 menjadi 140, pernyataan 95 menjadi 166. Hasil
analisis menggunakan paired t test didapatkan p value 0,000 < α=0,05 dengan peningkatan
mean sebesar 6,05, yang berarti secara statistik dan empiris pemberdayaan PMBA memiliki
dampak yang bermakna terhadap kesadaran kritis (pengetahuan) keluarga balita stunting di
Kabupatan Lombok Tengah. Peningkatan pengetahuan keluarga balita stunting sebesar 6,05
menunjukan pemberian pemberdayaan dengan cara membentuk kelas PMBA sebagai pusat
informasi gizi keluarga, dan sesuai dengan modul yang telah dibuat.

628
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arini et al., (2017) yang
menyatakan ada perubahan nilai tingkat pengetahuan dan praktik pemberian MP ASI setelah
diberikan penyuluhan. Penelitian ini sejalan dengan peneltian Aprillia et al., (2019) bahwa
pemberian edukasi tentang MP ASI berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang
MP-ASI. Himawaty (2020) menunjukan Program pemberdayaan terbukti mampu
meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang pentingnya 1000 HPK, pemberian MP-ASI bagi
anak dan faktor risiko kejadian Stunting, serta meningkatkan keaktifan kader posyandu di
Desa Pilangsari. Penelitian Nuryanto et al., (2020) menunjukan ada perubahan tingkat
pengetahuan masyarakat terkait penyusunan menu makanan yang sehat dalam upaya
pencegahan dan penanganan stunting, sesudah mengikuti kegiatan dan diberikan intervensi
terkait bahan makanan, cara pengolahan yang benar, serta bagaimana kita dalam memenuhi
kebutuhan sesuai tingkatan usia, pengetahuan ibu bertambah menjadi tahap tahu bagaimana.
ditandai dengan Ibu hamil dan ibu menyusui dapat membuat menu yang baik sesuai dengan
kebutuhannya, Ibu hamil dan ibu menyusui dapat memilih makanan yang baik untuk
kebutuhannya, Ibu hamil dan ibu menyusui dapat memasak makanan sesuai yang disusun
oleh petugas.

Penelitian serupa dilakukan oleh Mulyani et al., (2017) kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan bidan dan kader serta dengan menggunakan teknik diskusi dan ceramah
memberikan efek perubahan pengetahuan yang signifikan yaitu dimana diawal ibu balita
memiliki pengetahuan 30.0% atau kategori baik tentang pemberian MP ASI balita, meningkat
menjadi pengetahuan baik 58.9%. Sehingga kegiatan tersebut perlu ditingkatkan sebagai
sebuah bentuk pemberdayaan dengan mengadakan kegiatan diskusi dan ceramah tentang
kesehatan dan gizi dengan memberdayakan bidan dan kader sebagai agent of change di
masyarakat. Citrakesumasari et al., (2020) menyatakan bahwa pelatihan dalam pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan kader PKK yang dilatih pada
kategori baik sebesar 54,5%. Pelatihan dinyatakan berhasil karena mampu meningkatkan
pengetahuan responden pada kategori baik sebesar 40%, sehingga pelatihan yang dilakukan
dalam penelitian ini efektif meningkatkan pengetahuan dan kemampusn kader PKK dalam
melakukan pengukuran antropometri, sebagai salah satu bentuk upaya dalam proses
pencegahan stunting pada balita.

Pada teori menyebutkan bahwa ada 3 macam pengetahuan, yang pertama adalah tahap tahu
bahwa atau tahap pengetahuan hanya sebatas mengetahui tentang informasi tertentu. Kedua
adalah pada tahap tahu bagaimana yaitu mengetahui bagaiaman seseorang melakukan sesuatu
yang baik. Ketiga adalah pengetahuan pada tahap tahu akan atau jenis pengetahuan yang
sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu yang didapatkan melalui pengalaman
pribadi atau mengalaminya langsung (Keraf & Dua, 2001). Sesuai dengan teori Taksonomi
Blosom yang melihat kemampuan manusia pada tahapan kognitif yang melihat tindakan
keluarga pada pengetahuan serta keterampilan berpikir keluarga setelah menerima
pemberdayaan pemberian makanan balita dan anak (PMBA), dan aspek ini dapat dilihat dari
peningkatan pengetahuan keluarga balita stunting tentang makanan yang bergizi, jenis
makanan bergizi dan mengetahuan cara pemberian makanan balita dan anak (PMBA) dengan
baik dan benar.

Magdalena et al., (2020) menyatakan penguasaan ranah kognitif peserta didik meliputi
tindakan peserta didik yang ditunjukkan melalui pengetahuan serta keterampilan berpikir.
Pengetahuan serta kemampuan dapat diukur dari perkembangan pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta, dan mampu mengingat pengetahuan baru yang didapatkan, sehingga
menunjukan peserta didik yang memiliki kognitif yang kuat dapat mengingat sebuah teori

629
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

yang didapatnya lebih kuat. Pemberdayaan PMBA di Kabupaten Lombok tengah merupakan
sebuah inovasi kegiatan yang sangat baik dan efektif dalam meningkatkan pengetahun
masyarakat dalam mencegah dan menangani kasus stunting, karena tingkat pengetahuan
keluarga menentukan bagaimana keluarga memberikan pola pemberian makanan kepada
anaknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Sari (2020) menunjukan pentingnya dilakukan
peningkatan pemberdayaan keluarga terkait pencegahan penyakit infeksi yang menjadi faktor
resiko terjadinya stunting. Pemberdayaan ini dilakukan melalui perubahan perilaku, menjaga
kesehatan lingkungan dan pemanfaatan lingkungan sebagai lahan berkebun. Kurangnya
pengetahuan dan pemebahaman masyarakat menjadi salah satu alasan mengapa pentingnya
dilakukan pemberdayaan masyarakat, karena selama ini kita hanya fokus dan menjadikan
keluarga balita stunting sebagai Objek suatu program, tetapi pada konsep pemberdayaan
menjadikan keluaraga balita stunting sebagai subjek yang akan menangani masalah itu sendiri
dengan pendampingan.

Pengaruh Pemberdayaan dalam pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Terhadap
Kesadaran Kritis (Sikap) Keluarga Balita Stunting
Hasil penelitian menunjukan hasil kuesioner pretest dengan skor terendah adalah 175 pada
pernyataan 2, yang menyatakan tentang “Saya perlu mengetahui jenis sumber makanan yang
diperlukan anak balita”, dan urutan kedua terendah pada 176 pada pernyataan no 1, yang
menyatakan tentang “Saya akan memberikan Asi saja pada anak saya sejak baru lahir sampai
umur 6 bulan”. Berdasarkan jawaban ini menunjukan kurangnya kesadaran kritis ibu dalam
menyikapi masalah sumber makan dan pemberian ASI secara eksklusif di Kabupaten Lombok
Tengah, dan setelah diberikan pemberdayaan skor responden mengalami peningkatan pada
pernyataan 2 menjadi 378 dan pernyataan 1 menjadi 400. Hasil analisis menggunakan paired t
test didapatkan p value 0,000 < α=0,05 dengan peningkatan nilai mean sebesar 16,77, yang
berarti secara statistik dan empiris pemberdayaan PMBA memiliki dampak yang positif
terhadap kesadaran kritis (Sikap).

Perubahan sikap keluarga balita Stunting bisa terjadi seiring dengan terjadinya peningkatan
pengetahuan keluarga setelah mendapatkan informasi yang baik dalam kelas PMBA yang
dibentuk, bukan hanya pemberian informasi, dalam kelas PMBA masyarakat juga diajarkan
demo bagaimana cara memilih makanan hingga proses menyajikan makanan sesuai dengan
kelompok usia anak. Penelitian Hestuningtyas (2013) menunjukkan hasil bahwa pada
kelompok perlakuan, pemberian konseling gizi dapat meningkatkan sikap dalam pemberian
makan anak. Dewi & Sari (2020) menyatakan ddukasi gizi dapat dilakukan secara individu
maupun berkelompok, dan metode intervensi penyuluhan gizi terbukti mampu merubah sikap
responden dalam mencegan terjadinya stunting. Penelitian ini sejalan dengan Susanti (2014)
yang menyatakan ada pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap perubahan sikap ibu.
Sebelum merubah perilaku, merubah pengetahuan dan sikap terlebih dahulu adalah hal yang
sangat penting, yang menjadi dasar ibu balita dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita.
Perubahan perilaku tersebut ditunjukan dengan ibu bisa memilih jenis makanan yang
berkualitas, mengukur jumlah yang sesuai, serta cara pengolahan yang tepat. Dengan
demikian, Ibu mampu memberikan kebutuhan nutrisi balita dan taraf kesehatan balita pun
meningkat. Pada proses pemberdayan kader Posyandu Dusun Tambakrejo yang melibatkan
berbagai pihak antara lain Kepala Desa, Kepala Dusun dan Petugas Puskesmas, hal tersebut
tentu menjadi bukti bahwa Pemerintah Desa setempat dan sektor lain memberikan dukungan
penuh terhadap pemberdayaan yang dilakukan.

630
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetya & Kurniati (2014) menunjukan ada pengaruh
pemberdayaan dalam bentuk metode pemicuan terhadap sikap kader, ditandai dengan adanya
peningkatan sikap kader PKK mengenai pencegahan DBD setelah mendapatkan pemicuan
DBD dibandingkan dengan sebelum pemicuan DBD. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan
antara pre dan post pemberian pemicuan DBD. Rata-rata skor sikap kader PKK sebelum
pemicuan DBD lebih rendah dibandingkan rrata skor sikap setelah mendapatkan pemicuan
DBD. Andriani et al., (2017) menyatakan Perbedaan sikap ibu dan ditunjukkan dengan
peningkatan skor post test. Salah satu aspek yang membentuk sikap adalah pengalamn.
Pengalaman yang memberikan kesan yang kuat dapat membetuk sikap. Dalam hal ini,
pengalamam ibu adalah dengan melewati proses pendidikan kesehatan mulai dari metode
konvensional sampai dengan ikut serta dalam demonstrasi memasak makanan yang sehat.
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang dapat dicegah dengan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarajat tentang stunting. Pemberian edukasi
dengan teknik yang tepat menentukan peningkatan pengetahuan masyarakat. Edukasi yang
diberikan tidak hanya mengenai pencegahan, tetapi juga ditujukan kepada ibu untuk
mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini, sehingga sikap yang
terbentuk menentukan apak seseorang akan mempraktikan pengetahuan yang telah didapatkan
(Andriani et al., 2017; Gadsden & Breiner, 2016).

Pengaruh Pemberdayaan dalam pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Terhadap
Kesadaran Kritis (Tindakan) Keluarga Balita Stunting
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan hasil kuesioner pretest menunjukan skor
terendah terdapat pada pertanyaan 14 (skor 116) yang menanyakan tentang “Ibu berkonsultasi
dengan bidan desa atau dokter atau ke puskesmas bila berat badan anaknya turun
dibandingkan bulan lalu”, dan urutan kedua pertanyaan 13 (skor 122) yang menyatakan
tentang “Apakah ibu menimbangkan anaknya ke posyandu? Bila setiap bulan berarti selalu”,
berdasarkan jawaban ini menunjukan kurangnya kesadaran kritis ibu dalam melakukan
konsultasi dan melakukan pemeriksaan langsung terkait masalah kesehatan anak khususnya
masalah Stunting dengan petugas kesehatan di posyandu maupun puskesmas, dan setelah
diberikan pemberdayaan skor responden mengalami peningkatan pada pertanyaan 14 menjadi
272 dan pertanyaan 13 menjadi 308. Hasil analisis menggunakan paired t test didapatkan p
value 0,000 < α=0,05 dengan peningkatan nilai mean sebesar 24,64, yang berarti secara
statistik empiris pemberdayaan PMBA memiliki dampak yang bermakna terhadap tindakan
keluarga balita Stunting di Kabupatan Lombok Tengah. Teori blossom menyatakan bahwa
perilaku sesorang bisa terbentuk setelah adanya perubahan pada aspek penbetahuan dan sikap
sehingga terjadinya perubahan perilaku keluarga balita Stunting, selain itu dalam proses
pemberdayaan ini petugas kesehatan juga melakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga
balita Stunting, tahapan ini juga sebagai salah satu bentuk kontroling instansi kesehatan dan
bentuk kerjasama antara instansi kesehatan dan masyarakat sebagai partnership dalam
meanggulangi Stunting di Kabupaten Lombok Tengah.

Menurut Witari et al., (2020) proses kegiatan pemberdayaan kelompok ibu yang memiliki
balita berisiko Stunting di Banjar Triwangsa bejalan sesuai dengan jadwal yang sudah
disepakati. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pengetahuan mitra mengenai stunting dan
MPASI seimbang setelah diberikan intervensi dalam bentuk pendampingan. Penelitian yang
dilakukan Prasetya & Kurniati (2014) menunjukan ada pengaruh pemberdayaan dalam bentuk
metode pemicuan terhadap perilaku kader, ditandai dengan adanya peningkatan sikap kader
PKK mengenai pencegahan DBD setelah mendapatkan pemicuan DBD dibandingkan dengan
sebelum pemicuan DBD. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan antara pre dan post
pemberian pemicuan DBD. Rata-rata skor sikap kader PKK sebelum pemicuan DBD lebih

631
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

rendah dibandingkan dengan rata skor sikap setelah mendapatkan pemicuan DBD. Huriah et
al., (2020) dalam penelitiannya menayatakan kegiatan pengabdian masyarakat berhasil
membentuk kegiatan Pendidikan Ibu Berbasis Masyarakat (PIBM) yang merupakan upaya
peningkatan perilaku ibu dalam memenuhi gizi balita Stunting. Manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat terutama pada ibu dengan balita Stunting adalah peningkatan pengetahuan dan
sikap mereka terkait bagaimana pemenuhan kebutuhan gizi balita sehingga status gizi balita
dapat diperbaiki.

Perubahan perilaku ibu setelah diberikan penyuluhan tentang gizi. Hasil tersebut menguatkan
penelitian yang menyebutkan bahwa edukasi tentang gizi adalah suatu pendekatan personal
yang lebih baik untuk meningkatkan pemehaman ibu mengenai permasalahan gizi yang
dihadapi dan memotivasi menuju perubahan perilak, sehingga ibu dapat mengatasi
permasalahan gizi tersebut, termasuk perubahan praktik pemberian makan. Meningkatnya
perilaku ibu dalam memberikan makan pada anak, membuat asupan zat gizi anak juga ikut
meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa edukasi tentang gizi yang dilakukan 1 kali tiap
minggu terbukti cukup efektif dalam perubahan perilaku pemberian makan (Hestuningtyas,
2013). Menurut Siswanti et al., (2016) pendampingan merupakan suatu langkah yang
menentukah berhasil atau tidaknya pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep pekerjaan sosial
adalah bagaimana kita bisa membantu orang lain untuk membantu dirinya sendiri. Dalam
proses pemberdayaan pekerjaan sosial hadir sebagai pendamping dalam memberdayakan
potensi yang ada, bukan sebagai pemcah masalah atau yang menyelesaikan masalah.

Pada dasarnya perilaku bergantung pada interaksi dengan lingkungan dengan organisme.
Formulasi ini memperjelas hubungan antara lingkungan interaksisosial. Bandura menjelaskan
bahwa individu, behaviour, dan enviroment saling memiliki hubungan yang erat. Ini berarti
bahwa diri seseorang dapat mempengaruhi dirinya sendiri. Berdasarkan teori tersebut di atas
baik dari Kurt Lewin maupun Bandura jelas bahwa perilaku seseorang juga disebabkan oleh
faktor dalam (organism/ person), dan keterampilan (kemmapuan) dan aspek-aspek internal
lainnya, ataukah disebabkan oleh faktor eksternal (environement) misalnya situasi (Andriani
et al., 2017). Keluarga diberikan pendampingan diharapkan bisa menjadi agen perubahan
dalam meningkatkan status gizi balita Stunting. Pendampingan yang diberikan diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran kritis keluarga tentang pentingnya memperhatikan gizi
keluarga, terutama dalam memberikan makanan balita yang lebih bervariasi, sehingga terjadi
perubahan status gizi balitanya menjadi lebih baik.

Pengaruh Pemberdayaan dalam pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Terhadap
Praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Keluarga Balita Stunting.
Hasil penelitian ini menunjukan kuesioner pretest dengan skor terendah adalah 185 pada
pernyataan 2,3,5 dan 24, yang pernyataan 2 yang menyatakan ibu memperhatikan kompisi zat
gizi anak, pernyataaan 3 tentang kebiasaan ibu menyusu menu makanan yang di senangi oleh
anak, pernyatan 5 yang menyatakan ibu sebelum memasakan menentukan zat gizi anak
terlebih dahulu sesua dengan kebutuhan anak, dan pernyataan 24 yang menyatakan ibu selalu
masaka sayur dengan menggunakan garam beryodium. Skor dengan urutan kedua terendah
adalah 187 pada pernyataan 7 dan 23, dengan pernyataan 7 “Saya menggunakan bahan
makanan yang masih segar dan berkualitas baik dalam mengolahmakanan untuk anak”,
pernyataan 23 “Saya memberikan makanan selingan lain yang bergizi seperti manga, papaya,
pisang, alpukat dan buah-buahan dan sayuran lain”. berdasarkan jawaban ini menunjukan
masih rendahnya praktik PMBA ibu terkait pemilihan jenis makanan, pemahaman jenis
makanan dan jumlah kandungan gizi yang terkandung dalam makanan hingga pada perilaku
ibu dalam memilih garam beryodium di Kabupaten Lombok Tengah, dan setelah diberikan

632
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pemberdayaan skor responden mengalami peningkatan pada pernyataan 2 menjadi 302,


pernyatan 3 menjadi 311, pernyataan 5 menjadi 317, pernyataan 24 menjadi 259, pernyataan 7
menjadi 302, pernyataan 23 menjadi 267. Hasil analisis menggunakan paired t test didapatkan
p value 0,000 < α=0,05 dengan peningkatan nilai mean sebesar 20,77, yang berarti secara
statistik dan empiris pemberdayaan PMBA memiliki dampak yang bermakna terhadap praktik
pemberian makanan balita dan anak (PMBA) keluarga balita Stunting di Kabupatan Lombok
Tengah.

Penelitian yang dilakukan Jamhariyah & Sugijati (2020) yang menyatakan pada awal kegiatan
kader belum pernah membuat atau mempraktekkan menu khusus saat posyandu. Menu yang
disediakan monoton yaitu secara bergantian antara nasi sop dan bubur kacang hijau, namun
setelah dilakukan pendampingan dan pembelajaran kader mampu memilih bahan lokal yaitu
labu kuning sebagai bahan dasar, kemudian nasi tim campur yang terdiri dari nasi, sayur
bayam, wortel, tahu, tempe dan teri putih. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Primadevi
et al., (2019) yang menyatakan pendidikan tentang PMBA dapat meningkatkan pengetahuan
ibu mengenai praktik pemberian makan pada balita sehingga dapat mencegah Stunting.
Rahmawati et al., (2019) menyatakan Konseling tentang PMBA yang dilakukan oleh kader
posyandu mampu meningkatkan nilai praktik PMBA ibu yang memiliki anak usia 6 bulan
sampai usia 24 bulan. Peningkatan terjadi pada praktik pemberian makan bayi dan anak ibu
bayi dan anak usia 6 bulan sampai usia 24 bulan, khususnya tentang peningkatan kebutuhan
protein hewani, dan variasi jenis makanan.

Upaya pencegahan dan penanganan Stunting pemberdayaan keluarga meruapakan salah satu
program yang tepat, mengingat keluarga adalah orang terdekat yang selalu berinteraksi
dengan balita, contohnya salah satu program yang diungkapkan oleh Sofiyanti & Melisa
(2020) bahwa pemberdayaan Kelas pojok gizi dalam pemberian makanan bayi & anak
(PMBA) dapat dijadikan program kesehatan dalam meningkatkan status gizi pada bayi dan
dalam pencegahan Stunting. Gizi merupakan kebutuhan dasar untuk berkembang secara
optimal bagi seorang anak. Hasil penelitian tersebut menunjukan 1000 HPK merupakan masa
terbaik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan menentukan kualitas hidup anak di masa
depan (IDAI, 2015). Kekurangan pemahaman dalam memberikan makanan pada anak
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Jenis malnutrisi pada anak, budaya sangat mempengaruh
kebiasaan keluarga dalam memberika makanan anaknya, sehingga perlunya ada
pengembangan dan inovasi dalam memadukan budaya dan praktik pemberian makanan anak
dengan memanfaatkan panganaan local (IDAI, 2015).

SIMPULAN
Hasil analisis menunjukan nilai p value 0,000 < 0,05, yang berarti ada perubahan nilai mean
kesadaran kritis (pengetahuan) keluarga balita stunting sebelum dan setelah diberikan
intervensi Pemberdayaan PMBA Terhadap Kesadaran Kritis Keluarga Balita Stunting Di
Kabupaten Lombok Tengah. Hasil analisis menunjukan nilai p value 0,000 < 0,05, yang
berarti ada perubahan nilai mean kesadaran kritis (sikap) keluarga balita stunting sebelum dan
setelah diberikan intervensi Pemberdayaan PMBA Terhadap Kesadaran Kritis Keluarga Balita
Stunting Di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil analisis menunjukan nilai p value 0,000 <
0,05, yang berarti ada perubahan nilai mean kesadaran kritis (tindakan) keluarga balita
stunting sebelum dan setelah diberikan intervensi Pemberdayaan PMBA Terhadap Kesadaran
Kritis Keluarga Balita Stunting Di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil analisis menunjukan
nilai p value 0,000 < 0,05, yang berarti ada perubahan nilai mean praktik PMBA keluarga
balita stunting sebelum dan setelah diberikan intervensi Pemberdayaan PMBA Terhadap
Kesadaran Kritis Keluarga Balita Stunting Di Kabupaten Lombok Tengah.

633
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, W. O. S., Rezal, F., & Nurzalmariah, W. ST. (2017). Perbedaan pengetahuan, sikap,
dan motivasi ibu sesudah diberikan program mother smart grounding (msg) dalam
pencegahan Stunting di wilayah kerja puskesmas puuwatu kota kendari tahun 2017.
JIMKESMAS, 2(6), 1–9.
Anisa, P. (2012). Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada balita
usia 25 – 60 bulan di kelurahan Kalibaru Depok. Universitas Indonesia.
Aprillia, Y. T., Nugraha, S., & Mawarni, E. S. (2019). Efektifitas Kelas Edukasi Makanan
Pendamping Asi ( Mp-Asi ) Dalam Peningkatan Pengetahuan Ibu Bayi. Jurnal Bidang
Ilmu Kesehatan, 9(2), 126–133.
Arini, F. A., Sofianita, N. I., & Ilmi, I. M. B. (2017). Program Studi S1 Ilmu Gizi Fikes UPN
“Veteran” Jakarta. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13(1), 80–89.
Azmy, U., & Mundiastuti, L. (2018). Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting dan Non-
Stunting di Kabupaten Bangkalan. Amerta Nutr, 292–298.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i3.2018.292-298
Citrakesumasari, Kurniati, Y., Syam, A., Salam, A., & Virani, D. (2020). Pencegahan
Stunting Melalui Pemberdayaan Kader PKK Kecamatan Barebbo di Kabupaten Bone
Prevention of Stunting Through Empowerment of Family Welfare Programme Cadres
in Barebbo District in Bone Regency. Urnal Panrita Abdi, 4(3), 322–327.
Dewi, N. T., & Widari, D. (2018). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Penyakit Infeksi
dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Desa Maron Kidul Kecamatan Maron
Kabupaten Probolinggo. Amerta Nutr, 373–381.
https://doi.org/10.2473/amnt.v2i4.2018.373-381
Dewi, R., & Sari, P. (2020). Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di
Desa. In 1st Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri Peran Pengabdian
Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di
Era Revolusi Industri 4.0 (Vol. 01, pp. 1–8).
Dinkes NTB. (2019). Profil Kesehatan NTB 2018. Mataram.
Fitri, L. (2018). Stunting Di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(1), 131–
137.
Gadsden, V. L., Ford, M., & Breiner, H. (2016). Parenting matters: Supporting parents of
children ages 0-8. Washington, DC: The National Academies Press.
Hestuningtyas, T. R. (2013). Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktik
Ibu dalam Pemberian Makan Anak, Dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2
Tahun Di Kecamatan Semarang Timur. Universitas Diponegor.
Himawaty, A. (2020). Posyandu Cadres and Mother Empowerment to Prevent Stunting
Prevalence in Pilangsari Village , Bojnegoro Regency. Jurnal Ikesma, 16(2), 77–86.
Huriah, T., Larasati, Y., Sudyasih, T., & Susyanto, B. E. (2020). Pendidikan Ibu Berbasis
Masyarakat ( PIBM ) dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Pemenuhan Gizi
Balita Stunting. Jurnal Solma, 09(02), 400–410.

634
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Illahi, R. K., & Muniroh, L. (2016). Gambaran Sosio Budaya Gizi Etnik Madura dan
Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di bangkalan. Media Gizi Indonesia, 11(2),
135–143.
Jamhariyah, & Sugijati. (2020). Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Pada Keluarga Rawan
Gizi Melalui Program Pemberdayaan Kader Kesehatan Di Desa Kemuninglor
Kabupaten Jember Poltekkes Kemenkes Malang Efforts To Improve The Nutritional
Status Of Children In The Nutrition Family Through. Jurnal Idaman, 4(1), 65–71.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta.
Keraf, A., & Dua, M. (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Kanisius.
Khasanah, D. P., Hadi, H., & Paramashanti, B. A. (2016). Waktu pemberian makanan
pendamping ASI ( MP-ASI ) berhubungan dengan kejadian stunting anak usia 6-23
bulan di Kecamatan Sedayu. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia, 4(2).
Magdalena, I., Islami, N. F., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah taksonomi
bloom dalam pendidikan. Jurnal Edukasi Dan Sains, 2, 132–139.
Mulyani, E. Y., Jus’at, I., & Angkasa, D. (2017). Pendamping Asi ( Mp-Asi ) Pada Ibu Balita
Di Wilayah Kedaung. Jurnal Abdimas, 4(1).
Nagari, R. K., & Nindya, T. S. (2017). Tingkat Kecukupan Energi , Protein Dan Status
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia 6-8
Tahun. Amerta Nutr, 189–197. https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i3.2017.189-197
Nasution, D., Nurdiati, D. S., & Huriyati, E. (2014). Jurnal Gizi Klinik Indonesia Berat badan
lahir rendah ( BBLR ) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 11(01), 31–37.
Ni’mah, C., & Muniroh, L. (2015). Hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan
pola asuh ibu dengan. Media Gizi Indonesia, 10(1), 84–90.
Nurbaiti, L. (2017). Studi Kasus Kualitatif Pelaksanaan Program Pemberian Makan Bayi dan
Anak Lima Puskesmas di Lombok Tengah. Jurnal Kedokteran Unram, 6(4), 1–6.
Nuryanto, Adespin, D. A., & Margawati, A. (2020). Pemberdayaan Keluarga Ibu Hamil dan
Ibu Menyusui Dalam Penanggulangan Stunting di Desa Plosorejo Kabupaten Grobogan.
In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP (pp. 618–622).
Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2017). Artikel Penelitian Hubungan Sikap dan
Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523–529.
Prasetya, W. A., & Kurniati, D. P. Y. (2014). Pengaruh Pemicuan Masalah Demam Berdarah
Berbasis Masyarakat Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Pencegahan DBD
Pada Kader PKK Di Kelurahan Sesetan Tahun 2013. Community Health, II(1), 63–73.
Primadevi, I., Febriyanti, H., & Fauziah, N. A. (2019). Pendidikan Kesehatan Praktik
Pemberian Makan Bagi Anak ( Pmba ) Untuk Mencegah Stunting Pada Balita. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI KE UNGU) Universitas Aisyah
Pringsewu, 2(2), 2715–2717.

635
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 625 - 636, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Rahayu, A., & Khairiyati, L. (2014). Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada
Anak 6-23 Bulan (Maternal Education As Risk Factor Stunting Of Child 6-23 Months-
Old). Penel Gizi Makan, 37(2), 129–136.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Rahman, F. (2015). Riwayat Berat Badan Lahir
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun Birth Weight Records
with Stunting Incidence among Children under Two. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 10(2), 67–73.
Rahmad, A. H. A. (2017). Pemberian Asi Dan Mp - Asi Terhadap Pertumbuhan. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA V, 17(1), 8–14.
Rahmawati, S. M., Madanijah, S., Anwar, F., & Kolopaking, R. (2019). Konseling Oleh
Kader Posyandu Meningkatkan Praktik Ibu Dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Bogos Indonesia. Gizi Indo,
42(1), 11–22.
Siswanti, A. D., Muadi, S., & Chawa, A. F. (2016). Peran Pendampingan Dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Pada Program Pendampingan Keluarga Balita Gizi
Buruk di Kecamatan Semampir Kota Surabaya ). Wacana, 19(3), 128–137.
Sofiyanti, I., & Melisa, N. (2020). Sosialisasi Praktek Pemberian Makan bagi Anak ( PMBA )
pada Kader Posyandu Desa Siwal Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. IJCE,
1161, 31–38.
Susanti, E. D. (2014). Pengaruh Pemberdayaan Kader Posyandu Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Balita Dalam Pemberian Nutrisi Di Posyandu Dusun Tambakrejo Desa Sodo
Kecamatan Paliyan GunungkiduL. Naskah Publikasi Universitas Aisyiyah, 1–18.
Tsaralatifah, R. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di
Kelurahan Ampel Kota Surabaya Determinants of Stunted Children Under Two Years
Old in Ampel Village , Surabaya. Amerta Nutr, (January 2019).
https://doi.org/10.20473/amnt.
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition - The achievable imperative for global progress.
United Nations Children’s Fund.
UNICEF – WHO – World Bank. (2017). Levels & Trends in Child Malnutrition:Joint Child
Malnutrition Estimates. Key Findings of the 2015 Edition.
https://doi.org/10.1016/S0266-6138(96)90067-4
Witari, N. P. D., Aryastuti, A. A. I., & Rusni, N. W. (2020). Pemberdayaan Kelompok Ibu
Yang Memiliki Balita Berisiko Stunting Di Banjar Triwangsa-Payangan Gianyar Bali.
Jurnal Sewaka Bhakti, 5(2), 40–46.
Wulandari, R. C., & Muniroh, L. (2020). orangtua dengan kejadian stunting pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya Correlation between adequacy levels
of nutrition , m other ’ s knowledge level , and height of parents with the incidence of
stunting in toddler in Puskesmas Tam. Amerta Nutr, 4(2), 95–102.
https://doi.org/10.20473/amnt.

636

Anda mungkin juga menyukai