ABSTRAK
Permasalahan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, kalau
bertahan hidup akan mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang tidak maksimal saat dewasa.
Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi
jangka panjang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada anak usia 0-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidenreng Rappang. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif menggunakan
metode analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah 25
responden dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Data hasil penelitian ini
dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara
BBLR dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,008(p<α=0,05), tidak ada hubungan antara ASI
Eksklusif dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,322(p>α=0,05), tidak ada hubungan antara
pola asuh orangtua dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,593(p>α=0,05), pada anak usia
0-36 bulan di wilayah kerja lawawoi kabupaten sidenreng rappang
Total 25 100
Tabel 4. di atas memperlihatkan
bahwa dari 25 jumlah responden Batita
Tabel 9. Hubungan ASI Eksklusif Tabel 10. Hubungan Pola Asuh Orang
dengan Kejadian Stunting Tua dengan Kejadian Stunting
Stunting stunting P
ASI
P Pola Asuh
Sangat Orang Tua Sangat
Eksklusif Pendek Pendek
pendek pendek
ASI 4 1 Demokratis 3 1
Tidak ASI 9 11 0,322 Otoriter 10 11 0,593
Total 13 12 Total 13 12
Tabel 9 diperoleh data bahwa hasil Tabel 10. Berdasarkan tabel 5.10
penelitian dari 25 responden menunjukkan diperoleh data bahwa hasil penelitian dari
bahwa ASI Eksklusif dengan Stunting 25 responden menunjukkan bahwa Pola
kategori pendek berjumlah 4 batita Asuh Orang Tua Demokratis dengan
dengan persentase (16%), dan ASI kejadian Stunting kategori pendek
Eksklusif dengan Stunting kategori sangat berjumlah 3 responden dengan persentase
pendek berjumlah 1 batita dengan (12%), dan Pola Asuh Orang Tua
persentase (4%), sedangkan Tidak ASI Demokratis dengan Stunting kategori
dengan Stunting kategori pendek sangat pendek berjumlah 1 responden
berjumlah 9 batita dengan persentase dengan persentase (4%), sedangkan Pola
(36%), dan Tidak ASI dengan Stunting Asuh Orang Tua Otoriter dengan Stunting
kategori sangat pendek berjumlah 11 kategori pendek berjumlah 10 responden
dengan persentase (44%). Total ASI dengan persentase (40%), dan Pola Asuh
Eksklusif berjumlah 5 batita dengan Orang Tua Otoriter dengan kejadian
persentase (20%), dan total Tidak ASI Stunting kategori sangat pendek
berjumlah 20 batita dengan persentase berjumlah 11 responden dengan
(80%), sedangkan total Stunting presentase (44%). Total Pola Asuh Orang
kategori pendek berjumlah 13 batita Tua Demokratis berjumlah 4 responden
dengan persentase (52%), sedangkan total dengan persentase (16%), dan total Pola
Stunting sangat pendek berjumlah 12 Asuh Orang Tua Otoriter berjumlah 21
batita dengan presentase (48%). Sehingga responden dengan persentase (84%),
total secara keseluruhan berjumlah 25 sedangkan total batita stunting kategori
batita dengan presentase (100%). pendek berjumlah 13 responden dengan
Dari hasil uji fisher’s exact test persentase (52%), sedangkan total batita
didapatkan nilai p=0,322 dengan tingkat stunting sangat pendek berjumlah 12
kemaknaan α < 0,05 yang artinya p > α, responden dengan persentase (48%).
maka dapat disimpulkan bahwa Ha di Sehingga total secara keseluruhan
tolak dan Ho diterima, yang artinya tidak sejumlah 25 responden dengan persentase
ada hubungan yg signifikan antara ASI (100%).
Eksklusif dengan kejadian Stunting Di Dari hasil fisher’s exact test
Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi didapatkan nilai p=0,593
Kabupaten Sidrap. dengantingkatkemaknaan α < 0,05 yang
artinya p > α, maka dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, yang
artinya tidak ada hubungan yg signifikan yang menunjukkan bahwa pemberian ASI
antara Pola Asuh Orang Tua dengan tidak ada hubungan yang signifikan
kejadian Stunting Di Wilayah Kerja terhadap kejadian stunting. Akan tetapi
Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap jika tidak memberikan ASI Eksklusif akan
Tahun 2018. meningkatkan resiko besar 2 kali terhadap
kejadian stunting.
PEMBAHASAN Hasil ini tidak sejalan dengan
1. Hubungan BBLR dengan Kejadian penelitian yang dilakukan oleh Hidayah
Stunting (2013) yang menemukan bahwa ada
Hasil ini sesuai dengan penelitian hubungan yang bermakna antara ASI
yang dilakukan oleh Onetusfifsi Putra Eksklusif dengan kejadian Stunting pada
(2016) dengan judul Pengaruh BBLR, anak balita. ASI tidak memiliki hubungan
ASI Eksklusif terhadap Kejadian Stunting dalam penelitian ini dikarenakan sebagian
pada Anak usia 12-60 bulan di Wilayah besar orang tua memilih mengkombinasi
kerja Puskesmas Pauh Padang, di antara ASI dengan susu formula.
dapatkan p=value 0,049 yang 3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
menunjukkan bahwa BBLR memiliki dengan Kejadian Stunting
hubungan yang signifikan terhadap Dari hasil uji fisher’s exact test
kejadian Stunting. didapatkan nilai p=0,593 dengan tingkat
Secara individual BBLR merupakan kemaknaan α < 0,05 yang artinya p < α,
predictor penting dalam kesehatan dan maka dapat disimpulkan bahwa Ha
kelangsungan hidup bayi yang baru lahir ditolak dan Ho diterima, yang artinya
dan berhubungan dengan resiko tinggi tidak ada hubungan yang signifikan antara
pada anak, pada umumnya sangat terkait PolaAsuh Orang Tua dengan kejadian
dengan pertumbuhan dan perkembangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
jangka panjang, sehingga dampak lanjutan Lawawoi Kabupaten Sidrap.
dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh Hasil ini tidak sejalan dengan
(growth faltering). penelitian yang dilakukan oleh Veni
2. Hubungan ASI Eksklusif dengan Hadju (2013) dalam judul Hubungan Pola
Kejadian Stunting Asuh dengan Kejadian Stunting Anak usia
Dari hasil fisher’s exact test 6-23 bulan di wilayah pesisir Kecamatan
didapatkan nilai p=0,322 dengan tingkat Tallo, yang menemukan adanya hubungan
kemaknaan α < 0,05 yang artinya p < α, yang signifikan antara
maka dapat disimpulkan bahwa Ha perhatian/dukungan ibu terhadap anak
ditolak dan Ho diterima, yang artinya dalam praktek pemberian makanan. Akan
tidak ada hubungan yang signifikan antara tetapi penelitian ini sejalan dengan
ASI Eksklusif dengan kejadian Stunting penelitian yang dilakukan oleh Risani
di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Rambu Podu (2017) yang tidak
Kabupaten Sidrap. menemukan hubungan yang signifikan,
Hasil ini sejalan dengan penelitian dikarenakan pemberian makanan yang
yang dilakukan oleh Onetusfifsi Putra salah. Dalam penelitian ini pola asuh
(2016) dengan judul Pengaruh BBLR, demokratis adalah pola asuh yang lebih
Pemberian ASI Eksklusif terhadap mengarah ke pola asuh yang baik,
kejadian Stunting pada anak usia 12-60 sedangkan pola asuh otoriter adalah pola
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh asuh yang selalu merujuk dalam tekanan,
Padang, yang didaptkan p=value 0,36 tidak ada hubungan yang signifikan dalam
penelitin ini dikarenakan ada faktor lain Barombong Kota Makassar Tahun
yang lebih berpengaruh misalya, pola 2014. Public Health Science
asuh makan,pola asuh kesehatan. Journal, Volume 7 (Nomor 1).