Anda di halaman 1dari 7

JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA ANAK USIA 0 – 36 BULAN
Murtini1 Jamaluddin2
1
Program Studi Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Sidrap
2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Sidrap

Alamat Korespondensi: murtinistkm@yahoo.com/081354676497

ABSTRAK
Permasalahan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, kalau
bertahan hidup akan mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang tidak maksimal saat dewasa.
Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi
jangka panjang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada anak usia 0-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidenreng Rappang. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif menggunakan
metode analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah 25
responden dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Data hasil penelitian ini
dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara
BBLR dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,008(p<α=0,05), tidak ada hubungan antara ASI
Eksklusif dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,322(p>α=0,05), tidak ada hubungan antara
pola asuh orangtua dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,593(p>α=0,05), pada anak usia
0-36 bulan di wilayah kerja lawawoi kabupaten sidenreng rappang

Kata Kunci: Anak, Stunting, BBLR, ASI Eksklusif, Pola Asuh

PENDAHULUAN panjang badan sebesar <-2 z score atau


Permasalahan gizi pada usia dini lebih (Kemenkes, 2016).
meningkatkan angka kematian bayi dan Berdasarkan hasil penelitian yang
anak, menyebabkan penderitanya mudah dilakukan oleh Etin Mei Sari (2017)
sakit dan memiliki postur tubuh yang dengan judul penelitian “Hubungan
maksimal saat dewasa. Kemampuan riwayat BBLR dengan kejadian Stunting
kognitif para penderita juga berkurang, pada anak usia 7-12 bulan di desa
sehingga mengakibatkan kerugian Selomartani wilayah kerja Puskesmas
ekonomi jangka panjang. Indonesia Kalasan DIY Yogyakarta”. Disimpulkan
menduduki peringkat kelima dunia untuk bahwa ada hubungan antara riwayat
jumlah anak dengan kondisi stunting. dengan kejadian stunting pada anak umur
Lebih dari sepertiga anak usia dibawah 7-12 bulan di Desa Selomartani tahun
lima tahun di Indonesia tingginya 2016 dengan nilai signifikan sebesar
rata-rata (Saravina, 2017). atau Value <0,05 serta memiliki nilai Phi
Stunting merupakan gambaran 0,603 yang berarti memiliki keeratan
gangguan pada sosial ekonomi yang akan hubungan yang kuat.
berakibat pada berat badan lahir rendah Dari hasil penelitian oleh Nining
dan kekurangan gizi pada masa balita Yuliani Rohmatun (2016), tentang
mengakibatkan pertumbuhan tidak hubungan pemberian ASI Eksklusif
sempurna pada masa berikutnya. Stunting dengan kejadian Stunting. Menuturkan
merupakan pertumbuhan linier dengan bahwa, Stunting banyak ditemukan pada
anak yang tidak diberikan ASI Eksklusif

98 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

(61,7%) dibandingkan dengan yang pemantauan status gizi tahun 2016,


diberikan ASI Eksklusif (29,4%), dan mencapai 27,5%, Batas WHO <20%, hal
terdapat hubungan signifikan antara ini berarti pertumbuhan yang tidak
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta
stunting pada balita. anak indonesia, atau 1 dari 3 anak
Berdasarkan penelitian yang Indonesia mengalami stunting. Lebih dari
dilakukan oleh Irviani dkk (2015), 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun di
mengenai hubungan pola asuh orang tua Indonesia tingginya berada di bawah
dengan kejadian stunting anak usia 24-59 rata-rata (Sandjojo & Majid, 2017).
bulan di posyandu Asoka II wilayah Prevalensi stunting Provinsi Sulawesi
pesisir kelurahan barombong keamatan Selatan pada Tahun 2010 justu lebih
tamalate kota Makassar tahun 2014, maka tinggi dari pada Nasional yakni 38,9%
dapat disimpulkan bahwa terdapat dan tahun 2013 prevalensi balita stunting
hubungan yang signifikan antara praktik di Sulawesi Selatan meningkat kembali
pemberian makan (P=0,007), rangsangan yaitu sekitar 41%. Hal ini menandakan
psikososial (P=0,000), praktik bahwa masalah stanting pada balita
kebersihan/hygine (P=0,000), dan merupakan masalah kesehatan masyarakat
pemanfaatan pelayanan kesehatan dianggap serius karena mencapai
(P=0,016), dengan kejadian stunting anak prevalensi stunting>40% (RISKESDAS,
usia 24-59 bulan. 2013 dalam Irviani, Ibrahim, & Faramita,
Faktor yang menyebabkan stunting 2015).
pada anak merupakan proses kumulatif Kasus balita stunting yang terjadi di
yang terjadi saat kehamilan, masa wilayah kerja Puskesmas Lawawoi pada
kanak-kanak, dan sepanjang siklus tahun 2017 di Kelurahan Uluale 159 anak,
kehidupan. Stunting terjadi karena faktor Desa Buae 136 anak, Mattirotasi 62 anak,
penyebab seperti genetic, riwayat berat Lainungan 93 anak, Lawawoi 93 anak,
lahir, riwayat penyakit infeksi, pendapatan Bangkai 40 anak, Carawali 27 anak,
orang tua, jenis kelamin, dan status gizi Ciro-ciroe 25 anak, Arawa 51 anak, Batu
(Saravina, 2017). Lappa 135 anak. Dari latar belakang dan
Stunting merupakan keadaan kurang studi pendahuluan di atas maka perlu
gizi yang menjadi perhatian pertama di dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
negara-negara berkembang (Kurniasih yang berhubungan dengan kejadian
dkk 2010). Menurut Kemenkes 2016, stunting pada anak di wilayah kerja
prevalensi balita menjadi pendek Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap
merupakan masalah kesehatan yang harus (Puskesmas Lawawoi, 2017).
ditanggulangi. Prevalensi balita pendek di Penelitian ini bertujuan untuk
Indonesia juga tinggi dibandingkan mengetahui faktor-faktor yang
dengan Myanmar (35%), Vietnam (23%), berhubungan dengan kejadian stunting
Malaysia (17%), Thailand (16%), dan pada anak usia 0-36 bulan di wilayah
Singapura (4%). Indonesia menduduki kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten
urutan dalam 17 Negara, diantara 117 Sidenreng Rappang.
Negara yang mempunyai tiga masalah
gizi yaitu stunting (37,2%), wasting BAHAN DAN METODE
(12,1%), overweight (11,9%). Lokasi dan Desain Penelitian
Prevalensi stunting secara nasional Lokasi penelitian Penelitian ini
pada thun 2013 sejumlah 37,2% telah dilaksanakan di Uluale wilayah kerja

99 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Puskesmas Lawawoi. Penelitian ini adalah Tabel 1 di atas memperlihatkan


penelitian eksperimen dengan jenis bahwa responden yang umur 0-12 Bulan
penelitian kuantitatif menggunakan desain sebanyak 0 Batita dengan persentase (0%),
deskriptif analitik dengan pendekatan umur 13-24 Bulan sebanyak 4 Batita
cross sectional, dimana pengumpulan data dengan persentase (16%), umur 25-36
dan pengukuruan variabel independen dan Bulan sebanyak 21 Batita dengan
variabel dependen dilakukan pada waktu persentase (84,%).
yang bersamaan.
Tabel 2. Distribusi responden
Populasi dan Sampel berdasarkan jenis kelamin Batita
Populasi dalam penelitian ini Jenis Kelamin n %
Laki-laki 14 56
adalah orangtua dengan penderita stunting Perempuan 11 44
di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Total 25 100
berjumlah 197 populasi . Dari 197
responden tersebut, 25 responden
Tabel 2. di atas memperlihatkan
dijadikan sampel berdasarkan kriteria
bahwa dari 25 jumlah responden dalam
inklusi dan eksklusi.
penelitian ini laki-laki sebanyak 14 Batita
dengan persentase (56%) dan perempuan
Analisa dan Penyajiam Data
15 Batita dengan persentase (44%).
1. Analisis Univariat : Analisis
Tabel 3. Distribusi responden
univariat dilakukan untuk
berdasarkan jumlah anggota keluarga
mengetahui karakteristik demografi,
responden, distribusi frekuensi Jumlah anggota keluarga n %
independen (BBLR, ASI Eksklusif,
3 orang 6 24
dan Pola Asuh Orang tua) dan 4 orang 10 40
variabel dependen (Kejadian 5 orang 6 24
Stunting) 6 orang 3 12
2. Analisa bivariat : Analisis bivariat Total 25 100
dilakukan dengan uji chi square yang
digunakan untuk menguji hipotesis Tabel 3. di atas memperlihatkan
faktor-faktor yang berhubungan bahwa responden dengan dari 25 jumlah
dengan kejadian stunting pada anak responden dalam penelitian ini 3 serumah
di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi sebanyak 6 (24%), 4 serumah sebanyak
Kabupaten Sidrap. 10 (40%), 5 serumah sebanyak 6 (24%), 6
serumah sebanyak 3 (12%).
HASIL Tabel 4. Distribusi responden
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan berat bayi lahir rendah
berdasarkan Umur Batita
BBLR n %
Kategori umur n %
0-12 bulan 0 0 BBLR 14 56
23-24 bulan 4 16 Tidak BBLR 11 44
25-36 bulan 21 84 Total 25 100

Total 25 100
Tabel 4. di atas memperlihatkan
bahwa dari 25 jumlah responden Batita

100 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

yang BBLR sebanyak 14 batita dengan Tabel 8. Hubungan BBLR dengan


persentase (56%), batita yang tidak BBLR Kejadian Stunting
sebanyak 11 Batita dengan persentase Stunting
(44%). BBLR P
Sangat
Tabel 5. Distribusi responden Pendek
pendek
berdasarkan ASI eksklusif BBLR 4 10
ASI EKSKLUSIF n % 0,008
Tidak BBLR 9 2
ASI 5 20
Total 13 12
Tidak ASI 20 80
Total 15 100
Tabel 8 hasil penelitian dari 25
Tabel 5. di atas memperlihatkan responden menunjukkan bahwa BBLR
bahwa batita yang diberi ASI dari 25 dengan Stunting kategori pendek
jumlah responden sebanyak 5 batita berjumlah 4 batita dengan persentase
dengan persentase (20%). Tidak ASI (16%), dan BBLR dengan Stunting
sebanyak 20 batita dengan persentase kategori sangat pendek berjumlah 10
(80%). batita dengan persentase (40%),
sedangkan Tidak BBLR dengan Stunting
Tabel 6. Distribusi responden kategori pendek berjumlah 9 batita
berdasarkan Pola Asuh Orang Tua
dengan persentase (36%), dan Tidak
PolaAsuh Orang Tua n %
BBLR dengan Stunting kategori sangat
Demokratis 4 16
Otoriter 21 84
pendek berjumlah 2 dengan persentase
Total 25 100 (8%). Total BBLR berjumlah 14 batita
dengan persentase (56%), dan total Tidak
Tabel 6. di atas memperlihatkan BBLR sejumlah 11 batita dengan
bahwa bahwa dari 25 jumlah responden persentase (44%), sedangkan total
Pola Asuh Demokratis sebanyak 4 orang Stunting kategori pendek berjumlah 13
tua dengan persentase (16%), Pola Asuh batita dengan persentase (52%),
Otoriter sebanyak 21 orang tua dengan sedangkan tutotal Stunting sangat pendek
persentase (84%) berjumlah 12 batita dengan persentase
(48%). Sehingga total secara keseluruhan
Tabel 7 Distribusi responden berjumlah 25 batita dengan persentase
berdasarkan Stunting (100%).
Stunting n %
Dari hasil uji pearson chi-square
Pendek 13 52 didapatkan nilai p=0,008 dengan tingkat
SangatPendek
kemaknaan α < 0,05 yang artinya p < a,
12 48
maka dapat disimpulkan bahwa Ho
Total 25 100 ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara BBLR
Tabel 7. di atas memperlihatkan dengan Kejadian Stunting Di wilayah
bahwa dari 25 jumlah responden Pendek Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten
sebanyak 13 batita dengan persentase Sidrap.
(52%), Sangat Pendek sebanyak 12 batita
dengan persentase (48%).

101 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Tabel 9. Hubungan ASI Eksklusif Tabel 10. Hubungan Pola Asuh Orang
dengan Kejadian Stunting Tua dengan Kejadian Stunting
Stunting stunting P
ASI
P Pola Asuh
Sangat Orang Tua Sangat
Eksklusif Pendek Pendek
pendek pendek

ASI 4 1 Demokratis 3 1
Tidak ASI 9 11 0,322 Otoriter 10 11 0,593

Total 13 12 Total 13 12

Tabel 9 diperoleh data bahwa hasil Tabel 10. Berdasarkan tabel 5.10
penelitian dari 25 responden menunjukkan diperoleh data bahwa hasil penelitian dari
bahwa ASI Eksklusif dengan Stunting 25 responden menunjukkan bahwa Pola
kategori pendek berjumlah 4 batita Asuh Orang Tua Demokratis dengan
dengan persentase (16%), dan ASI kejadian Stunting kategori pendek
Eksklusif dengan Stunting kategori sangat berjumlah 3 responden dengan persentase
pendek berjumlah 1 batita dengan (12%), dan Pola Asuh Orang Tua
persentase (4%), sedangkan Tidak ASI Demokratis dengan Stunting kategori
dengan Stunting kategori pendek sangat pendek berjumlah 1 responden
berjumlah 9 batita dengan persentase dengan persentase (4%), sedangkan Pola
(36%), dan Tidak ASI dengan Stunting Asuh Orang Tua Otoriter dengan Stunting
kategori sangat pendek berjumlah 11 kategori pendek berjumlah 10 responden
dengan persentase (44%). Total ASI dengan persentase (40%), dan Pola Asuh
Eksklusif berjumlah 5 batita dengan Orang Tua Otoriter dengan kejadian
persentase (20%), dan total Tidak ASI Stunting kategori sangat pendek
berjumlah 20 batita dengan persentase berjumlah 11 responden dengan
(80%), sedangkan total Stunting presentase (44%). Total Pola Asuh Orang
kategori pendek berjumlah 13 batita Tua Demokratis berjumlah 4 responden
dengan persentase (52%), sedangkan total dengan persentase (16%), dan total Pola
Stunting sangat pendek berjumlah 12 Asuh Orang Tua Otoriter berjumlah 21
batita dengan presentase (48%). Sehingga responden dengan persentase (84%),
total secara keseluruhan berjumlah 25 sedangkan total batita stunting kategori
batita dengan presentase (100%). pendek berjumlah 13 responden dengan
Dari hasil uji fisher’s exact test persentase (52%), sedangkan total batita
didapatkan nilai p=0,322 dengan tingkat stunting sangat pendek berjumlah 12
kemaknaan α < 0,05 yang artinya p > α, responden dengan persentase (48%).
maka dapat disimpulkan bahwa Ha di Sehingga total secara keseluruhan
tolak dan Ho diterima, yang artinya tidak sejumlah 25 responden dengan persentase
ada hubungan yg signifikan antara ASI (100%).
Eksklusif dengan kejadian Stunting Di Dari hasil fisher’s exact test
Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi didapatkan nilai p=0,593
Kabupaten Sidrap. dengantingkatkemaknaan α < 0,05 yang
artinya p > α, maka dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, yang

102 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

artinya tidak ada hubungan yg signifikan yang menunjukkan bahwa pemberian ASI
antara Pola Asuh Orang Tua dengan tidak ada hubungan yang signifikan
kejadian Stunting Di Wilayah Kerja terhadap kejadian stunting. Akan tetapi
Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap jika tidak memberikan ASI Eksklusif akan
Tahun 2018. meningkatkan resiko besar 2 kali terhadap
kejadian stunting.
PEMBAHASAN Hasil ini tidak sejalan dengan
1. Hubungan BBLR dengan Kejadian penelitian yang dilakukan oleh Hidayah
Stunting (2013) yang menemukan bahwa ada
Hasil ini sesuai dengan penelitian hubungan yang bermakna antara ASI
yang dilakukan oleh Onetusfifsi Putra Eksklusif dengan kejadian Stunting pada
(2016) dengan judul Pengaruh BBLR, anak balita. ASI tidak memiliki hubungan
ASI Eksklusif terhadap Kejadian Stunting dalam penelitian ini dikarenakan sebagian
pada Anak usia 12-60 bulan di Wilayah besar orang tua memilih mengkombinasi
kerja Puskesmas Pauh Padang, di antara ASI dengan susu formula.
dapatkan p=value 0,049 yang 3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
menunjukkan bahwa BBLR memiliki dengan Kejadian Stunting
hubungan yang signifikan terhadap Dari hasil uji fisher’s exact test
kejadian Stunting. didapatkan nilai p=0,593 dengan tingkat
Secara individual BBLR merupakan kemaknaan α < 0,05 yang artinya p < α,
predictor penting dalam kesehatan dan maka dapat disimpulkan bahwa Ha
kelangsungan hidup bayi yang baru lahir ditolak dan Ho diterima, yang artinya
dan berhubungan dengan resiko tinggi tidak ada hubungan yang signifikan antara
pada anak, pada umumnya sangat terkait PolaAsuh Orang Tua dengan kejadian
dengan pertumbuhan dan perkembangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
jangka panjang, sehingga dampak lanjutan Lawawoi Kabupaten Sidrap.
dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh Hasil ini tidak sejalan dengan
(growth faltering). penelitian yang dilakukan oleh Veni
2. Hubungan ASI Eksklusif dengan Hadju (2013) dalam judul Hubungan Pola
Kejadian Stunting Asuh dengan Kejadian Stunting Anak usia
Dari hasil fisher’s exact test 6-23 bulan di wilayah pesisir Kecamatan
didapatkan nilai p=0,322 dengan tingkat Tallo, yang menemukan adanya hubungan
kemaknaan α < 0,05 yang artinya p < α, yang signifikan antara
maka dapat disimpulkan bahwa Ha perhatian/dukungan ibu terhadap anak
ditolak dan Ho diterima, yang artinya dalam praktek pemberian makanan. Akan
tidak ada hubungan yang signifikan antara tetapi penelitian ini sejalan dengan
ASI Eksklusif dengan kejadian Stunting penelitian yang dilakukan oleh Risani
di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Rambu Podu (2017) yang tidak
Kabupaten Sidrap. menemukan hubungan yang signifikan,
Hasil ini sejalan dengan penelitian dikarenakan pemberian makanan yang
yang dilakukan oleh Onetusfifsi Putra salah. Dalam penelitian ini pola asuh
(2016) dengan judul Pengaruh BBLR, demokratis adalah pola asuh yang lebih
Pemberian ASI Eksklusif terhadap mengarah ke pola asuh yang baik,
kejadian Stunting pada anak usia 12-60 sedangkan pola asuh otoriter adalah pola
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh asuh yang selalu merujuk dalam tekanan,
Padang, yang didaptkan p=value 0,36 tidak ada hubungan yang signifikan dalam

103 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

penelitin ini dikarenakan ada faktor lain Barombong Kota Makassar Tahun
yang lebih berpengaruh misalya, pola 2014. Public Health Science
asuh makan,pola asuh kesehatan. Journal, Volume 7 (Nomor 1).

Kurniasih, E. (2010). Sehat Dan Bugar


KESIMPULAN
Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT
Berdasarkan hasil penelitian yang Gramedia.
telah dilaksanakan, maka dapat Kusuma, K. E., & Nuryanto. (2013).
disimpulkan Ada hubungan yang yang Faktor Resiko Kejadian Stunting
signifikan antara BBLR dengan Kejadian Pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi
Stunting. Tidak ada hubungan yang Di Kecamatan Semarang Timur).
signifikan antara ASI dengan Kejadian Journal Of Nutrition College,
Volume 2 (Nomor 4).
Stunting.Tidak ada hubungan yang
Rachim, A. N., & Pratiwi, R. (2017).
signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Hubungan Komsumsi Ikan
dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Terhadap Kejadian Stunting Pada
Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal
Sidrap. kedokteran Diponegoro, Volume 6
(Nomor 1).
DAFTAR PUSTAKA Rohmatun, N. Y. (2014). Hubungan
Tingkat Pendidikan Ibu Dan
Hidayat.A.A (2010). Metode Penelitian Pemberian Asi Ekslusif Dengan
Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Kejadian Stunting Pada Balita Di
Surabaya: Health Book Publishing. Desa Sidowarno Kecamatan
Dwienda, O. R., Maita, L., Saputri, E. M., Wonosari Kabupaten Klaten.
& Yulviana, R. (2014). Buku Ajar Sukesi. (2015). Hubungan Antara Pola
Asuhan Kebidanan Neonatus, Asuh Dengan Mental Emosional
Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah AnakUsia Pra Sekolah. Ponorogo:
Untuk Para Bidan. Yogyakarta: Forikcs
Deepublish. Sandjojo, E. P., & Majid, T. (2017). Buku
Fadlyana, E., & Larasaty, S. (2009). Saku Dalam Penanganan Stunting.
Pernikahan Usia Dini Dan Jakarta: kemetrian Desa,
Permasalahannya. Sari Pediatri, Pembangunan Daerah Tertinggi,
Vol. 11 (No. 2). Dan Transmigrasi.
Gunarso, & Singgih, D. (2008). Psikologi Sari, E. M. (2017). Hubungan Riwayat
Perkembangan Anak dan Remaja. BBLR Dengan Kejadian Stunting
Jakarta: Gunung Mulia. Pada Anak Usia 7-12 Bulan Di
Indrawati. (2016). Hubungan Pemberian Desa Selomartani Wilayah Kerja
Asi Ekslusif Dengan Kejadian Puskesmas Kalasan.
Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun Sembiring, J. B. (2017). Asuhan
karangrejek Wonosari Neonatus, Bayi, balita, Anak pra
Gunungkudul. Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.
Irviani, A., Ibrahim, & Faramita, R. Supardi, S., & Rustika. (2013).
(2015). Hubungan Faktor Sosial Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Ekonomi Keluarga Dengan TIM
Kejadian Stunting Anak Usia 24-59
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

104 Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394

Anda mungkin juga menyukai