Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEJADIAN WASTING PADA

BALITA USIA 0-59 BULAN DI KABUPATEN PASAMAN BARAT DAN


KABUPATEN SOLOK TAHUN 2019
Andolina Nuari (1), Hasnita Evi (2), Silvia (3
(1)(2)
Magister Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi
Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Manggis, Gantiang Kecamatan Mandiangin Koto Selayang, Bukittinggi, 26117
email : nuariandolina92@gmail.com

Abstrak
Wasting bagian dari kekurangan gizi, balita yang mengalami wasting apabila prevalensi Z
score dibawah -2 SD s/d -3 SD, masalah kesehatan sudah dianggap serius apabila
prevalensi gizi kurus antara 10,0% - 14,0%, dan dianggap kritis apabila melebihi ≥ 15%.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi, analisis, interprestasi
dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian wasting pada balita di Kabupaten
Pasaman Barat dan Kabupaten Solok Tahun 2019. Metode penelitian ini adalah campuran /
kombinasi (mixed methods) dengan desain case control. Pengumpulan data kualitatif dengan
wawancara mendalam (indepth interview) sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan
kuesioner. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli di Kabupaten
Pasaman Barat dan Kabupaten Solok Tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah balita (0-
59 bulan) yang mengalami wasting (Case) dan balita yang tidak mengalami masalah gizi
apapun (control) dengan melihat status imunisasi, umur dan jarak. Data di analisa secara
univariat dan bivariat dan multivariat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa di kabupaten
Pasaman Barat ada hubungan yang signifikan antara kejadian wasting dengan pendapatan
orang tua (0.015, OR 4.178), sanitasi lingkungan (0.001, OR 6.909), pola asuh (0.008, OR
4.566 dan di Kabupaten Solok ada hubungan yang signifikan antara kejadian wasting
dengan pendapatan orang tua (0.020, OR 1.000), sanitasi lingkungan (0.012, OR 3.900),
pola asuh (0.003, OR 2.765). Dan untuk kualitatif ada Input, Proses, dan Output.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa belum ada kebijakan khusus
tentang wasting, dan untuk proses pelaksanaan penangganan wasting tetap masuk ke
kebijakan gizi yang ada, serta untuk menurunkan angka kejadian wasting diperlukan inovasi
- inovasi dari tenaga kesehatan dan memotivasi orang tua balita wasting dengan
memberikan pendidikan melalui penyuluhan.

Kata Kunci : Analisis, Balita (0-59 bulan), Wasting


Daftar Bacaan : 60 (1989-2018)
Abstract
Wasting part of malnutrition, a toddler who suffered wasting prevalence in Z score below-2
SD s/d-3 SD, health issues already considered serious when the prevalence of malnutrition
among the 10.0%-skinny 14.0%, and are considered critical when exceeding ≥ 15%. The
general objective of this research was to obtain the description, analysis, and interpretation
of the factors that most influence on the incidence of wasting on toddlers in the Pasaman
Regency of West and Won the year 2019. This is a mixed research methods/combinations
(mixed methods) with the design of case control. The collection of qualitative data with in-
depth interviews (indepth interview) whereas quantitative research using questionnaires.
Implementation of the research conducted in May to July in Pasaman Barat and Solok
Regency Year 2019. The population of this research was a toddler (0-59 month) who are
experiencing wasting (Case) and toddlers who do not experience any nutritional problems
(control) and immunization status, age and distance. The data analyzed in Univariate and
multivariate and bivariat. The results of statistical tests show that in Pasaman Barat there is
a significant relationship between the incidence of wasting with the income of parents (0.015,
OR 4,178), environmental sanitation (0.001, OR 6,909), parenting (0.008, OR Solok Regency
and at 4,566 there a significant relationship between the incidence of wasting with the
income of parents (0.020, OR 1,000), environmental sanitation (0.012, OR 3,900), parenting
(2,765, OR 0.003). And for the qualitative Input there, process, and Output. Based on the
results of the study it can be concluded that there has been no specific policies about
wasting, and for the process of the implementation of the penangganan wasting remain
signed in to existing nutrition policies, as well as to lower the numbers of Genesis wasting
needed innovation- innovation of the health workforce and motivate parents toddlers wasting
by delivering education through outreach.
Reference : 60 (1989-2018)
Keywords : Analysis, Tooddlers (0-59 bulan), Wasting

Latar Belakang Penelitian yang telah dilakukan


Wasting adalah kurangnya berat Blessing J Akombi dan dkk pada tahun
badan terhadap tinggi badan sehingga 2017 di Nigeria tentang analisis multilevel
tubuh anak tersebut tidak proporsional faktor terkait dengan wasting dan gizi pada
(low weight for height). Gizi merupakan anak usia dibawah 5 tahun
salah satu faktor yang menentukan menggungkapkan bahwa yang
keberhasilan untuk mencapai tumbuh berpengaruh pada kejadian wasting adalah
kembang optimal pada masa bayi. Target Zona Geopolitik (North East, North West
penurunan angka wasting di dunia adalah dan Tengah Utara), berat badan lahir
7,8% dengan target capaian tahun 2025 (Kecil dan rata-rata), jenis kelamin anak,
sebesar 5% yang membutuhkan penurunan tempat gabungan dan cara persalinan, anak
40% dari sekarang. (WHA, 2012) mengalami diare baru-baru ini, serta anak
Pemerintah Indonesia melalui mengalami demam dalam dua minggu
program Sustainable Development Goals terakhir. (Akombi et al., 2017)
(SDGs) dalam targetnya diharapakan pada Beban gizi muncul lebih tinggi di
tahun 2030 mengakhiri segala bentuk antara anak-anak dari latar belakang etnis
malnutrisi, penurunan stunting dan minoritas, diperparah oleh kenyataan
wasting pada balita. (Kemenkes RI, 2010) bahwa banyak juga hidup di daerah
pedesaan, milik keluarga miskin dan
kurang memiliki akses ke pelayanan buruk di Sumatera Barat. Pada tahun 2017
kesehatan di Asia. (Pasricha and Biggs, angka kejadian wasting sebesar 1,9 dan
2010) tahun 2017 sebesar 2,8. Terdapat kasus
Gizi bertanggung jawab langsung wasting di Kabupaten Pasaman barat
atau tidak langsung 45% terhadap 15.6% dan Kabupaten Solok 5.8% (Dinas
kematian anak di bawah usia 3 tahun di Kesehatan Propinsi Sumatra Barat, 2017)
dunia. Anak –anak ini beresiko menderita Tujuan umum dari penelitian ini
penyakit sampai kematian seperti diare, adalah untuk mendapatkan deskripsi,
pneumonia dan malaria. Di negara analisis, interprestasi dan faktor yang
berkembang menyususi secara optimal paling berpengaruh terhadap kejadian
yaitu menyusui dalam jangka waktu satu wasting pada balita (0-59 bulan) di
jam setelah lahir, ASI-Ekslusif selama 6 Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten
bulan, pemberian MP-ASI sampai usia 2 Solok tahun 2019.
tahun atau leih memiliki potensial 12 %
mencegah kematian anak usia di bawah 3 Metode Penelitian
tahun. Penelitian cross sectional terhadap Metode penelitian adalah penelitian
anak di bawah usia 3 tahun di India dengan survey analitik dengan desain case control.
prevalensi wasting lebih tinggi pada anak- Pengambilan Populasi dengan cara
anak yang tidak menyusui secara ekslusif, Multistage Sampling dan Purposive
mendapatkan makanan pendamping ASI 6- Sampling, dengan pendekatan
8 bulan, tidak mendapatkan imunisasi campuran/kombinasi (Mixed Methods)
lengkap serta tidak memenuhi Penelitian dilakukan di puskesmas
keanekaragaman makanan dan minuman. Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten
(Meshram et al., 2019) Solok, pada bulan Mei-Juni 2019. Sampel
Di Sumatera Barat frekuensi angka kuantitatif 216 orang. Analisis data
status gizi buruk pada balita umur 0-59 dilakukan melalui tiga tahap yaitu analisis
bulan meningkat dari tahun 2015 sampai unvariat, bivariat uji chi-square, jika p <
2017 dengan angka 2,8 tahun 2015, 2,1 sama 0,05, dan multivariat dengan regresi
tahun 2016 dan 3,3 tahun 2017 binary logistic. Penelitian kualitatif dengan
berdasarkan presentasi indikator BB/TB. indepth interview menggunakan analisa
Pada tahun 2017 tercatat 404 kasus gizi triangulasi.

Hasil
1. Analisis Univariat
Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kejadian Wasting di Wilayah Kerja Kabupaten


Pasaman Barat dan Kabupaten Solok
Kabupaten
Kondisi Kabupaten Solok
Pasaman
f % f %
Kasus 52 50 58 50
Kontrol 52 50 58 50
Total 104 100 116 100

Kabupaten Pasaman Barat didapatkan kelompok kontrol sebanyak 52 responden


(50%), dan kelompok kasus sebanyak 52 responden (50%). Sedangkan di Kabupaten
Solok didapatkan kelompok kasus sebanyak 58 responden (50%), dan kelompok
kontrol sebanyak 58 responden (50%).
Tabel 2
Distribusi dan Frekuensi Variabel Independen tentang Kejadian
Wasting Pada Balita Usia 0-59 Bulan di Kabupaten Pasaman Barat
dan Kabupaten Solok
Kabupaten Pasaman Barat Kabupaten Solok
No Variabel Kasus Kontrol Kasus Kontrol
f % f % f % f %
Pendapatan Orang Tua
1. Rendah 47 90.4 36 69.2 52 89.7 41 70.7
2. Tinggi 5 9.6 16 30.8 6 10.3 17 29.3
Total 52 100 52 100 58 100 58 100
Sanitasi Lingkungan
1. Tidak Baik 48 92.3 33 63.5 52 89.7 40 69.0
2. Baik 4 7.7 19 36.5 6 10.3 18 31.0
Total 52 100 52 100 58 100 58 100
Pola Asuh
1. Tidak Baik 47 90.4 35 67.3 53 91.4 39 67.2
2. Baik 5 9.6 17 32.7 5 8.6 19 32.8
Total 52 100 52 100 58 100 58 100
Di Kabupaten Pasaman Barat Dari 52 responden pada kelompok kasus 47 orang
(90.4%) mempunyai pendapatan yang rendah dan pada kelompok kontrol sebanyak 36
orang (69.2%). Untuk sanitasi lingkungan untuk kelompok kasus 48 orang (92.3%)
memilikinsanitasi lingkungan tidak baik dan pada kelompok kontrol 33 orang (63.5%)
dan pola asuh untuk kelompok kasus sebanyak 47 orang (90.4%) memiliki pola asuh
yang tidak baik sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 35 orang (67.3%).
Di Kabupaten Solok dari 58 responden untuk pendapatan pada kelompok kasus
sebnayak 52 orang (89.7%) dan pada kelompok kontrol 41 orang (70.7%) mempunyai
pendapatan yang rendah. Untuk sanitasi pada kelompok kasus 52 orang (89.7%) dan
pada kelompok kontrol 40 orang (69.0%) memiliki hygiene dan sanitasi tidak baik.
Dan pola asuh pada kelompok kasus 53 orang (91.4%) memiliki pola asuh yang tidak
baik sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 39 orang (67.2%).
2. Analisis bivariat
Tabel 3
Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Wasting di Wilayah
Kabupaten Pasaman Barat
Kasus Kontrol OR
No Variabel pValue
n % n % (95% CI)
Pendapatan Orang Tua 0.015 4.178
1. Rendah 47 90.4 36 69.2
2. Tinggi 5 9.6 16 30.8
Total 52 100 52 100
Sanitasi Lingkungan 0.001 6.909
1. Tidak Baik 48 92.3 33 63,5
2. Baik 4 7.7 19 36,5
Total 52 100 52 100
Pola Asuh 0.008 4.566
1. Tidak Baik 47 90,4 35 67,3
2. Baik 5 9,6 17 32,7
Total 52 100 52 100
Hasil uji statistik di Kabupaten Pasaman Barat untuk pendapatan diperoleh pValue = 0,015 maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan kejadian
wasting. nilai OR = 4.178 yang artinya pendapatan yang rendah mempunyai peluang 4 kali untuk
menderita wasting. Untuk sanitasi uji statistik diperoleh pValue = 0.001 maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara sanitasi dengan kejadian wasting, nilai OR = 5.164 yang artinya
sanitasi yang tidak baik mempunyai peluang 5 kali untuk menderita wasting. Dan untuk pola asuh
yang tidak baik uji statistik diperoleh pValue = 0,008 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh dengan kejadian wasting, nilai OR = 4.566 yang artinya pola asuh yang
tidak baik mempunyai peluang 5 kali untuk menderita wasting.
Tabel 4
Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Wasting di Wilayah
Kabupaten Solok Tahun 2019
Kasus Kontrol OR
No Variabel pValue
n % n % (95% CI)
Pendapatan Orang Tua 0.020 3.593
1. Rendah 52 89.7 41 70.7
2. Tinggi 6 10.3 17 29.3
Total 58 100 58 100
Hygiene dan Sanitasi 0.038 3.900
1. Tidak Baik 52 89.7 40 69.0
2. Baik 6 10.3 18 31.0
Total 58 100 58 100
Pola Asuh 0.003 2..765
1. Tidak Baik 53 91.4 39 67.2
2. Baik 5 8.6 19 32.8
Total 58 100 58 100

Dari 58 responden di Kabupaten Solok hasil uji statistic untuk pendapatan diperoleh
pValue = 0.020 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendapatan
orang tua dengan kejadian wasting, nilai OR = 3.593 yang artinya pendapatan yang rendah
mempunyai peluang 4 kali untuk menderita wasting. Untuk sanitasi hasil uji statistik
diperoleh pValue = 0.012 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
sanitasi dengan kejadian wasting, nilai OR = 3.900 yang artinya sanitasi yang tidak baik
mempunyai peluang 4 kali untuk menderita wasting. Dan untuk pola asuh hasil uji statistik
diperoleh pValue = 0.003 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh dengan kejadian wasting, nilai OR = 2.765 yang artinya pola asuh yang tidak baik
mempunyai peluang 3 kali untuk menderita wasting.

Kejadian Wasting akibatkan oleh sosial ekonomi, sanitasi


Berdasarkan tabel 1 menunjukkan lingkungan, usia ibu saat melahirkan serta
bahwa dari hasil penelitian di dapatkan pengetahuan ibu tentang pola asuh yang
kejadian wasting di Kabupaten Pasaman baik dan benar. Wasting adalah tidak
Barat dan Kabupaten Solok yaitu 52 seimbangnya antara berat badan dan tinggi
responden (50%) dan 58 responden (50%) badan. Kalau masalah gizi wasting tidak
Wasting merupakan indikasi masalah ditangani dengan tepat maka akan
gizi pada balita yang mengalami kurus dan berlanjut menjadi gizi buruk, maka
sangat kurus yang sifatnya akut sebagai pertumbuhan dan perkembangan akan
akibat dari peristiwa yang terjadi dalam semakin terganggu. Wasting biasanya
waktu singkat, seperti kejadian wabah terjadi setelah masa penyapihan berbeda
penyakit, kelaparan dan hal ini berdampak dengan stunting yang terjadi saat
terhadap balita, dan keberlanjutannya akan kehamilan.
berakibat pada resiko terkait berbagai
penyakit degeneratif pada masa dewasa Pendapatan
(Balitbangkes, 2013). Di Kabupaten Pasaman Barat dari 52
Menurut asumsi peneliti kejadian responden pada kelompok wasting
wasting secara tidak langsung bisa di sebanyak 47 orang (90.4%) dan pada
kelompok tidak wasting 36 orang (69.2%) status ekonomi yang lebih rendah
mempunyai pendapatan yang rendah. Di mengalami prevalensi dan perbedaan
Kabupaten Solok dari 58 responden yang ditemukan signifikan secara statistic
mempunyai pendapatan rendah pada (p<0.05). (Anuradha et al., 2014)
kelompok wasting 52 orang (89.7%) dan Penelitian yang dilakukan oleh
pada kelompok tidak wasting 41 orang Meshram (2018) prevalensi wasting 2.56
(70.7%). kali lebih tinggi dengan pendapatan per
Pendapatan merupakan jumlah kapita rendah dari pada anak-anak dengan
penghasilan keluarga dalam satu bulan pendapatan per kapita tinggi. (Meshram et
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga al., 2018)
yang diukur dalam satuan rupiah. Menurut asumsi peneliti pendapatan
Pendapatan keluarga anak balita gizi yang rendah dapat mempengaruhi
kurang ditentukan berdasarkan upah terjadinya wasting karena orang tua
minimum provinsi (UMP) yaitu sebesar dengan pendapatan rendah tidak akan
Rp.2.119.067. mampu mencukupi kebutuhan gizi balita
Penelitian ini sama dengan yang yang harus mendapatkan gizi seimbang,
dilakukan Amosu et al. (2011) bahwa apalagi orang tua balita tersebut memiliki
tingginya masalah gizi dipengaruhi anak lebih dari 1. Orang tua balita yang
berbagai faktor yang saling berinteraksi memiliki pendapatan yang rendah akan
seperti kemiskinan, pendidikan, memberikan makanan apa adanya tanpa
ketersediaan pangan di tingkat rumah memandang baik dan tidak nya. Dari hasil
tangga, yang akan berdampak terhadap penelitian yang telah dilakukan banyak
rendahnya pendapatan keluarga. keluarga yang berpendapatan rendah di
Asumsi peneliti pendapatan sangat bawah UMP (upah minimum provinsi) tapi
berpengaruh terhadap status gizi, karena masih ada juga yang berpendapatan tinggi
pendapatan yang rendah tidak tapi anaknya terkena gangguan gizi, ini
memungkinkan untuk memenuhi nutrisi disebabkaan oleh pola asuh yang salah.
yang lebih baik seperti membeli makanan Kebanyakan dari responden bekerja
yang kaya zat gizi. Karena rata – rata mata sebagai petani.
pencarian responden adalah petani.
Di Kabupaten Pasaman Barat hasil Sanitasi Lingkungan
uji statistik diperoleh p Value = 0,015 Di Kabupaten Pasaman Barat untuk
maka dapat disimpulkan ada hubungan hygien dan sanitasi dari 52 responden pada
yang signifikan antara pendapatan orang kelompok wasting 48 orang (92.3%) dan
tua dengan kejadian wasting. Dari hasil pada kelompok tidak wasting 33 orang
analisis diperoleh nilai OR = 4.178 yang (63.5%) memiliki hygiene dan sanitasi
artinya pendapatan yang rendah tidak baik. Di Kabupaten Solok untuk
mempunyai peluang 4 kali untuk hygien dan sanitasi dari 58 responden pada
menderita wasting. kelompok wasting 52 orang (89.7%) dan
Hasil uji statistik diperoleh p Value = pada kelompok tidak wasting 40 orang
0,020 maka dapat disimpulkan ada (69.0%) memiliki hygiene dan sanitasi
hubungan yang signifikan antara tidak baik.
pendapatan orang tua dengan kejadian Lingkungan fisik yang dapat
wasting. Dari hasil analisis diperoleh nilai mempengarui pertumbuhan adalah cuaca.,
OR = 3.593 yang artinya pendapatan yang keadaan geografis, sanitasi lingkungan,
rendah mempunyai peluang 4 kali untuk keadaan rumah, dan radiasi. Keadaan
menderita wasting di Kabupaten Solok. sanitasi yang kurang baik memungkinkan
Hal ini sejalan dengan sebuah terjadinya berbagai jenis penyakit antara
penelitian di Tamil Nadu menunjukkan lain diare, cacingan, dan infeksi saluran
bahwa anak-anak dari keluarga dengan pencernaan. Apabila anak menderita
infeksi saluran pencernaan, penyerapan Penelitian Abidin OR = 0,494,
zat-zat gizi akan terganggu dan pvalue = 0,497 ini menunjukkan bahwa
menyebabkan terjadinya kekurangan zat kebersihan lingkungan tidak berisiko
gizi. Seseorang yang kekurangan gizi akan terhadap wasting. Metode pembelajaran
mudah terserang penyakit, dan berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan
pertumbuhan terganggu. (Supariasa IDN, bahwa metode pembelajaran bukan faktor
Bakri. B, 2002) risiko (OR = 3,068 CI 95% 0,982 – 9,591
Penelitian ini berbeda dengan hasil < 1), terhadap status gizi wasting dalam
penelitian Ria Muji Rahayu di Lampung penerapan full day school pada anak di
tahun 2018 bahwa Balita tidak mengalami PAUD Pesantren Ummusshabri Kendari.
diare pada 1 bulan terakhir (70%), Penelitian di Gambia mendapatkan
sebagian besar rumah sudah di-lengkapi akses air bersih ibu > 96 % kurang dari 30
dengan akses air minum yang sesuai menit. Hanya sepertiga ibu melakukan
kriteria (51.3%), rumah sudah dilengkapi pemurnian air dan sering filtrasi
dengan akses sanitasi yang sesuai kriteria menggunakan kain. hasil menunjukkan
(60%). pengolahan air menunjukkan
Asumsi peneliti tentang hygiene dan kecendrungan efek perlindungan (OR 0,31
sanitasi bahwa sumber air bersih pada p=0.06). (Nabwera et al., 2018)
umumnya diperoleh dari sumur gali Menurut asumsi peneliti hygiene dan
bahkan, ada yang masih menggunakan sanitasi yang tidak baik sangat
penampungan air yang berpotensi mempengaruhi untuk terjadinya wasting
terjadinya berbagai penyakit infeksi. karena lingkungan yang tidak sehat akan
Kondisi lingkungan seperti pengelolaan berdampak terhadap tumbuh kembang.
limbah, sampah, jamban tidak memiliki Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
pengelolaan limbah yang baik. Limbah pada dua daerah denga analisa bivariat
rumah tangga dibuang langsung ke sungai bahwa sanitasi lingkungan berhubungan
atau ke tempat terbuka di belakang rumah. dengan kejadian wasting. Ketersediaan air
Lingkungan yang tidak kondusif bisa bersih yang cukup dan memenuhi syarat,
menimbulkan mikroorganisme yang bisa jamban sehat, saluran pembuangan air, dan
menyerang anak balita karena anak balita ventilasi juga sangat mempengaruhi
rentan terhadap penyakit sehingga akan kesehatan keluarga yang berada dirumah
sering sakit, misalnya diare, kecacingan, tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan
tifus, hepatitis, demam berdarah, dan di Kabupaten Pasaman Barat masih
sebagainya. Apabila anak balita sering banyak rumah tangga yang belum
sakit, maka tumbuh kembangnya akan menggunakan jamban sehat, untuk sumber
terganggu. air ada yang dari sumur galian dan ada
Kabupaten Pasaman Barat hasil uji juga yang menampung air hujan.
statistik diperoleh p Value = 0,001 maka dapat Sedangkan di Kabupaten Solok untuk
disimpulkan ada hubungan yang signifikan kondisi lingkungan balita wasting untuk
antara hygiene dan sanitasi dengan kejadian pembuangan sampah dan pembuangan air
wasting. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR limbah masih dialirkan ke belakang rumah,
= 5.164 yang artinya sanitasi yang tidak baik
tanpa penutup dan menyerap ke tanah,
mempunyai peluang 5 kali untuk menderita
wasting. Hasil uji statistik diperoleh p Value = untuk sampah sendiri dibuang ke sungai
0,012 maka dapat disimpulkan ada hubungan atau pinggir jalan.
yang signifikan antara sanitasi dengan
kejadian wasting. Dari hasil analisis diperoleh Pola Asuh
nilai OR = 3.900 yang artinya sanitasi yang Berdasarkan tabel 5.3 di Kabupaten
tidak baik mempunyai peluang 4 kali untuk Pasaman Barat dari 52 orang responden 47
menderita wasting di Kabupaten Solok. orang (90.4%) pada kelompok wasting
memiliki pola asuh yang tidak baik
sedangkan pada kelompok tidak wasting pola asuh yang tidak baik mempunyai
sebanyak 35 orang (67.3%). Berdasarkan peluang 3 kali untuk menderita wasting.
tabel 5.4 di Kabupaten Solok dari 58 orang Menurut Soekirman (2000), pola
responden 53 orang (91.4%) pada asuh gizi merupakan perubahan sikap dan
kelompok wasting memiliki pola asuh perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal
yang tidak baik sedangkan pada kelompok memberi makan, kebersihan, memberi
tidak wasting sebanyak 39 orang (67.2%). kasih sayang dan sebagainya dan
Pola asuh ibu merupakan perilaku semuanya berhubungan dengan keadaan
ibu dalam mengasuh balita mereka. ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental.
Perilaku sendiri berdasarkan Notoatmodjo Hasil penelitian menunjukkan
(2005) dipengaruhi oleh sikap dan bahwa anak-anak yang tidak memenuhi
pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan keanekaragaman makanan dan minuman
menciptakan sikap yang baik, yang lebih beresiko menderita wasting daripada
selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai anak-anak yang memenuhi
sesuai, maka akan muncul perilaku yang keanekaragaman makanan dan minuman
baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan (OR = 1.66, 95% CI). (Meshram et al.,
dari informasi baik yang didapatkan dari 2018)
pendidikan formal maupun dari media Asumsi peneliti bahwa pola asuh
(non formal), seperti radio, TV, internet, yang diberikan ibu kepada balita sangat
koran, majalah, dll. mempengaruhi perkembangan balita, Pola
Penelitian ini sama dengan yang asuh yang baik dari ibu akan memberikan
dilakukan oleh Cholifatun Ni’mah dkk kontribusi yang besar pada pertumbuhan
(2015) dengan hasil menunjukkan masalah dan perkembangan balita sehingga akan
wasting terbanyak pada ibu dengan pola menurunkan angka kejadian gangguan
asuh yang baik yaitu sebanyak 25%. gizi. Ibu harus memahami cara
Asumsi peneliti untuk pola asuh memberikan perawatan dan perlindungan
yang tidak baik karena kesibukan orang terhadap anaknya agar anak menjadi
tua sehingga tidak bisa memberikan nyaman, meningkat nafsu makannya,
asupan nutrisi yang tepat, selain itu karena terhindar dari cedera dan penyakit yang
kurangnya pemahaman orang tua terhadap akan menghambat pertumbuhan. Apabila
gizi anak balita. Kebanyakan di lapangan pengasuhan anak baik makan status gizi
ibu malas memberikan makanan yang anak juga akan baik. Peran ibu dalam
beragam kepada balita, sehingga balita merawat sehari-hari mempunyai kontribusi
cepat bosan dan tidak mau makan. Dan yang besar dalam pertumbuhan anak
jika nafsu makan menurun maka berat karena dengan pola asuh yang baik anak
badan akan berkurang. akan terawat dengan baik dan gizi
Hasil uji statistik diperoleh p Value terpenuhi. Dari hasil wawancara yang telah
= 0,008 maka dapat disimpulkan ada dilakukan masih banyak orang tua yang
hubungan yang signifikan antara pola asuh tidak memberikan pola asuh yang baik
dengan kejadian wasting. Dari hasil dikarenakan pendidikan ibu, pendidikan
analisis diperoleh nilai OR = 4.566 yang akan berpengaruh terhadap informasi yang
artinya pola asuh yang tidak baik disampaikan. Selain pendidikan kesibukan
mempunyai peluang 5 kali untuk orang tua yang bekerja tidak memberikan
menderita wasting di Kabupaten Pasaman ASAH, ASIH, ASUH yang baik.
Barat. Di Kabupaten Solok hasil uji Sedangkan wawancara dengan pengelola
statistik diperoleh p Value = 0,003 maka gizi menyebutkan kesalahan pola asuh
dapat disimpulkan ada hubungan yang sangat berpengaruh dengan wasting,
signifikan antara pola asuh dengan seandainya ada kasus petugas gizi akan
kejadian wasting. Dari hasil analisis melakukan intervensi, setelah di intervensi
diperoleh nilai OR = 2.765 yang artinya diberikan PMT. Dalam beberapa bulan
saat berat badan naik petugas gizi
menganjurkan ke orang tua untuk Referensi
mengolah makanan sendiri,saat dilakukan
pamantaun berat badan anak ini turun lagi. Akombi, B. J. et al. (2017) ‘Multilevel
Jadi untuk pola asuh yang sangat berperan Analysis of Factors Associated with
adalah orang tua Wasting and Underweight among
Children Under-Five Years in
Kesimpulan Nigeria’. doi: 10.3390/nu9010044.
Anuradha, R. et al. (2014) ‘Nutritional
Di Kabupaten Pasaman Barat ibu status of children aged 3-6 years in a
balita wasting yang mempunyai rural area of tamilnadu’, Journal of
pendapatan rendah sebanyak 47 orang Clinical and Diagnostic Research,
sedangkan pada balita yang tidak wasting 8(10), pp. JC01–JC04. doi:
sebanyak 39 orang, dan balita wasting 10.7860/JCDR/2014/8902.4969.
yang memiliki sanitasi yang tidak baik Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat
sebanyak 48 balita dan 33 balita pada (2017) ‘Profil Dinas Kesehatan
balita yang tidak wasting, pada balita Sumatera Barat Tahun 2017’, p. 67.
wasting yang memiliki pola asuh yang doi: 10.1017/S0021853700035192.
tidak baik sebanyak 47 balita dan 35 balita
Kemenkes RI (2010) Keputusan Menteri
pada balita yang tidak wasting. Kesehatan tentang Standar
Di Kabupaten Solok ibu balita Antropometri Penilaian Status Gizi
wasting yang mempunyai pendapatan Anak balita. Jakarta.
rendah sebanyak 52 orang sedangkan pada Marjan, Z. M. (1998) ‘Socio-economic
balita yang tidak wasting sebanyak 41 determinants of nutritional status of
orang, dan balita wasting yang memiliki children in rural peninsular
sanitasi yang tidak baik sebanyak 52 balita Malaysia’, Asia Pacific Journal of
dan 40 balita pada balita yang tidak Clinical Nutrition, 7(3–4), pp. 307–
wasting, pada balita wasting yang 310.
memiliki pola asuh yang tidak baik Meshram, I. I. et al. (2019) ‘Infant and
sebanyak 53 balita dan 39 balita pada young child feeding practices,
balita yang tidak wasting. sociodemographic factors and their
association with nutritional status of
children aged <3 years in India:
Ucapan Terimakasih Findings of the National Nutrition
Dalam penelitian ini, penulis Monitoring Bureau survey, 2011-
mengucapkan terimakasih kepada semua 2012’, Public Health Nutrition,
pihak yang telah membantu penyelesaian 22(1), pp. 104–114. doi:
penelitian ini terutama dosen di STIKes 10.1017/S136898001800294X.
Fort De Kock Bukittinggi, Kepala Dinas Nabwera, H. M. et al. (2018) ‘The
Kesehatan Kabupaten Pasaman dan Kota influence of maternal psychosocial
Bukittinggi, Kepala Puskesmas dan circumstances and physical
Pemegang Program Gizi tempat environment on the risk of severe
pelaksanaan penelitian, teman-teman wasting in rural Gambian infants: a
penelitian wasting, teman-teman STIKes mixed methods approach’, BMC
Perintis Padang, kelompok ibu-ibu yang public health. BMC Public Health,
menjadi informan serta keluarga tersayang 18(1), p. 109. doi: 10.1186/s12889-
dan semua pihak yang tak dapat 017-4984-2.
disebutkan semuanya. Semoga Allah Pasricha, S. R. and Biggs, B. A. (2010)
SWT membalas semua kebaikan yang ‘Undernutrition among children in
dicurahkan dengan pahala yang setimpal South and South-East Asia’, Journal
of Paediatrics and Child Health, Fund.
46(9), pp. 497–503. doi: Waliyo, E. (2013) ‘Gizi Kurus (Wasting)
10.1111/j.1440-1754.2010.01839.x. Pada Balita Di Wilayah Kerja
Supariasa IDN, Bakri. B, F. I. (2002) Puskesmas Kota Pontianak’, pp. 1–7.
Penilaian Status Gizi. Jakarta: WHA (2012) ‘WHA Global Nutrition
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Targets 2025 : Wasting Policy
UNICEF (2013) Improving Child Brief’.
Nutrition, The Achievable
Imperative for Global Prgress. New
York: United Nations Childrens

Anda mungkin juga menyukai