Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ners Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman 52 - 60

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA ANAK BALITA (0-59) BULAN DI NAGARI BALINGKA
KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM
TAHUN 2021

Arwinda Zalukhu1, Kartika Mariyona2, Liza Andriani3


¹,2,3
Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
arwindaarsa@gmail.com

Abstrak

Stunting adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi kurang. Prevalensi stunting di Indonesia
sebesar 30,8%, di Provinsi Sumatera Barat 40,8%, Kabupaten Agam sebesar 22,1% Nagari Balingka
sebanyak 139 orang dari 507 anak balita. Mengingat angka kejadian stunting yang semakin sulit diatasi
maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui apakah sanitasi lingkungan ada hubungannya dengan
meningkatnya angka kejadian stunting di Nagari Balingka. Tujuan : Mengetahui adanya hubungan antara
sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada anak balita (0-59) bulan di Nagari balingka, Kecamatan
IV Koto, Kabupaten Agam. Metode : Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, dengan
sampel sebanyak 22 orang anak balita stunting dan 30 orang anak balita normal dengan jumlah
keseluruhan sampel sebanyak 52 orang. Pengambilan sampelnya menggunakan teknik simple random
sampling(terdiri dari 8 Posyandu yang tersebar di 3 Jorong). Determinan yang diteliti yaitu ketersediaan
air minum bersih, kebersihan jamban, pembuangan sampah, pemeliharaan binatang ternak. Instrumen
penelitian dengan kuesioner dan wawancara. Hasil : Distribusi frekuensi sanitasi lingkungan didapatkan
bahwa (44,3%) sanitasi lingkungan di Nagari Balingka tergolong tidak baik dan 55,8% responden dengan
sanitasi lingkungan baik di Nagari Balingka Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam. Kesimpulan :
Frekuensi kejadian stunting pada responden yang sanitasi lingkunganya tidak baik sebesar (30,4%).
Kata Kunci : Stunting; Sanitasi Lingkungan;

Abstract

Stunting is a condition that describes a poor nutritional status. The prevalence of stunting in Indonesia is
30.8%, in West Sumatra Province 40.8%, Agam Regency at 22.1 Nagari Balingka as many as 139 people
out of 507 children under five. Given the increasing number of stunting occurrences, it is necessary to
conduct a study to determine whether environmental sanitation is related to the increasing incidence of
stunting in Nagari Balingka. Objective: To determine the relationship between environmental sanitation
and the incidence of stunting in children under five (0-59) months in Nagari Balingka, District IV Koto,
Agam Regency. Methods : This research method uses analytical descriptive, with a sample of 22 stunting
toddlers and 30 normal toddlers with a total sample of 52 people. The sample was taken using a simple
random sampling technique (consisting of 8 Posyandu spread over 3 Jorong). The determinants studied
were the availability of clean drinking water, cleanliness of latrines, waste disposal, and raising livestock.
Research instruments with questionnaires and interviews. Results: The distribution of the frequency of
environmental sanitation found that (44.3%) environmental sanitation in Nagari Balingka was classified
as not good and 55.8% of respondents with good environmental sanitation in Nagari Balingka, District IV
Koto, Agam Regency. Conclusion: The frequency of stunting in respondents whose environmental
sanitation is not good is (30,4%)..
Keywords: Stunting; Environment sanitation;

@Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2022
Corresponding author :
Address : Bukittinggi, Sumatera Barat
Email : arwindaarsa@gmail.com
Phone : 082384385499

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


53 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59) BULAN
DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

PENDAHULUAN Kesehatan Sumatera Barat,2018). Berdasarkan


Masalah gizi kurang pada anak balita data yang diperoleh dari Puskesmas IV Koto
masih menjadi tantangan dalam perbaikan Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam, angka
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil kejadian stunting di Nagari Balingka sebanyak
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 139 orang dari 507 anak balita.
(Riskesdas) tahun 2019 telah dikembangkan Nagari Balingka Mempunyai tiga
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Jorong diantaranya Jorong Pahambatan,
(IPKM) yang dapat menjadi arah dalam Jorong Koto Hilalang dan Jorong Subarang.
menentukan prioritas pembangunan di bidang Jorong Pahambatan memiliki kasus anak balita
kesehatan. Analisis ini dilakukan untuk stunting sebanyak 84 orang anak balita
mengetahui peran dari IPKM dan komponen- stunting dari 277 anak balita. Sementara di
komponen penyusunnya dengan masalah gizi Jorong Subarang jumlah anak balita stunting
anak balita (gizi buruk-kurang, pendek dan adalah 12 orang anak balita dari 43 jumlah
gemuk) di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh anak balita dan di Jorong Koto Hilalang
masalah kesehatan anak balita (stunting) jumlah anak balita stunting adalah 43 dari 187
memiliki angka yang tergolong tinggi yaitu jumlah anak balita.
sebesar 30,8 % (Riskesdas, 2018). Capaian ini Penyebab umum kejadian stunting pada
sudah melebihi ambang batas stunting untuk anak balita adalah tinggi badan dan pendidikan
anak balita menurut Kemenkes (2018) yaitu ibu, lahir prematur dan panjang lahir, ASI
24%. eksklusif selama 6 bulan, tidak lengkapnya
Stunting adalah suatu kondisi yang imunisasi, sanitasi dan status sosial ekonomi
menggambarkan status gizi kurang yang rumah tangga. Anak balita yang mengalami
memiliki sifat kronis pada masa pertumbuhan infeksi jika dibiarkan dapat berisiko terjadinya
dan perkembangan anak balita sejak awal stunting. Kekurangan gizi pada masa Golden
masa kehidupan yang dipresentasikan dengan Period (0-5 tahun) akan menyebabkan sel otak
nilai ambang batas (z-score) tinggi badan anak balita tidak tumbuh sempurna. Hal ini
menurut umur kurang dari standar deviasi disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak,
berdasarkan standar pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak
(WHO.2019). Stunting menunjukkan terjadi balita terbentuk semenjak masa dalam
gangguan pertumbuhan linear (panjang kandungan sampai usia 5 tahun (Agung.S.,
badan/tinggi badan menurut usia) berada 2020).
dibawah -2 Standar Deviasi (<-2SD) sesuai Buruknya status gizi memiliki dampak
standar median world health organization negatif jangka pendek dan jangka panjang
(WHO), terjadi akibat kekurangan gizi kronis pada anak balita. Dampak negatif jangka
dan infeksi berulang selama masa gold period pendek adalah terganggunya perkembangan
anak balita (Mbuya & Humphrey, 2016). otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik
Menurut world health organization dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
(WHO) tahun 2018 terdapat 21,9% anak balita Sedangkan dalam jangka panjang dampak
mengalami stunting. Lebih dari setengahnya negatif yang dapat ditimbulkan adalah
anak balita stunting berasal dari Asia sebesar menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
55%. Anak Balita stunting di Asia sebanyak sakit dan risiko tinggi munculnya penyakit
81,7 juta, proporsi terbanyak berasal dari Asia tidak menular seperti diabetes, obesitas,
Selatan sebesar 57,9%, dan yang kedua dari jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke
Asia Tenggara sebesar 14,4%. Sementara dan disabilitas pada usia tua (Agung.S., 2020).
prevalensi stunting di Indonesia sebesar 30,8% Penanganan stunting terdapat beberapa
(Riskesdas,2018). Angka stunting di Provinsi cara diantaranya adalah pemenuhan gizi dan
Sumatera Barat berada di atas angka nasional tablet Fe pada ibu hamil, persalinan dengan
yaitu 40,8%, sementara di Kabupaten Agam dokter atau bidan, pemberian inisiasi menyusu
angka kejadian stunting sebesar 22,1%(Profil dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


54 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun, pernah dilakukan di Nagari balingka adalah
imunisasi dasar lengkap dan vitamin A, pemenuhan gizi dengan mengajari ibu anak
pemantauan pertumbuhan balita, Perilaku balita dan kader-kader untuk pembuatan MP-
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) (Atikah.R., ASI yang baik. Jika dilihat dari angka stunting
2018). PHBS berkaitan erat dengan santasi di nagari Balingka ini masih tinggi, sehingga
lingkungan karena kedua hal ini jika tidak peneliti tertarik meneliti hubungan antara
dilakukan dengan baik maka akan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting.
menimbulkan infeksi dan penyakit pada anak Karena pencegahan yang pernah di lakukan
balita yang sangat berpengaruh pada kejadian hanya mengarah ke pemenuhan gizi sedangkan
stunting. Sanitasi lingkungan adalah suatu sanitasi lingkungan belum ada diperhatikan.
usaha yang mengawasi faktor lingkungan fisik Tujuan penelitian yaitu Mengetahui
yang berpengaruh kepada manusia, merusak adanya hubungan antara sanitasi lingkungan
perkembangan fisik, kesehatan dan dengan kejadian stunting pada anak balita (0-
kelangsungan hidup (Huda,2016). 59) bulan di Nagari balingka, Kecamatan IV
Berdasarkan survey awal peneliti Koto, Kabupaten Agam.
dengan bidan desa Nagari Balingka Kecamata
METODE PENELITIAN
IV Koto Kabupaten Agam, didapatkan data
bahwa penyebab-penyebab stunting pada anak Jenis Dan Desain Penelitian
balita ini salah satunya adalah sanitasi Desain penelitian yang dilakukan
lingkungan yang kurang sehat. Menurut menggunakan metode deskritif analitik yaitu
pernyataan bidan desa tersebut masih banyak untuk mengetahui hubungan antara sanitasi
yang BAB disungai karena belum memiliki lingkungan dengan kejadian stunting pada
jamban, pembuangan sampah dan limbah anak balita. Penelitian ini menggunakan
rumah tangga yang kurang baik dimana pendekatan cross sectionaldimana variabel
masyarakat masih membuang sampah independen (sanitasi lingkungan) dan variabel
sembarangan. dependen (kejadian stunting) dilakukan dalam
Menurut penelitian yang dilakukan oleh waktu yang bersamaan.
Sinatrya (2019) menyebutkan bahwa sanitasi
Tempat dan Waktu Penelitian
lingkungan yang tidak baik mempengaruhi
status gizi pada balita yaitu melalui penyakit Penelitian ini dilakukan di Nagari
infeksi yang dialami. Salah satunya jamban Balingka Kecamatan IV Koto Kabupaten
sehat yaitu sarana pembuangan feses yang Agam pada bulan Juli – Oktober 2021 dimana
baik untu menghentikan mata rantai pengisian kuesioner dilakukan pada bulan
penyebaran penyakit. Penelitian diatas juga Oktober 2021.
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Populasi Dan Sampel Penelitian
Headley& Palloni (2019) yaitu faktor sanitasi
lingkungan yang buruk meliputi akses air Populasi merupakan seluruh subjek atau
bersih yang tidak memadai, penggunaan objek dengan karakteristik tertentu yang
fasilitas jamban yang tidak sehat dan perilaku diteliti. Populasi padapenelitian ini adalah
higiene mencuci tangan yang buruk anak balita usia 0-59 bulan di Nagari Balingka
berkontribusi terhadap peningkatan penyakit Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam
infeksi seperti diare, dan cacingan. Kondisi sebanyak 507orang.Sampel adalah sebagian
tersebut dapat menyebabkan gangguan dari keseluruhan objek yang diteliti dan
pertumbuhan linear serta dapat meningkatkan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel
kematian pada anak balita (Headey & Palloni, yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
2019). 276 orang dimana cara pengambilan
Berdasarkan latar belakang diatas maka sampelnya menggunakan teknik simple
penulis tertarik melakukan penelitian dengan random sampling(terdiri dari 8 Posyandu yang
judul “Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan tersebar di 3 Jorong). Setelah dirandom maka
Kejadian Stunting di Nagari Balingka didapatkan sampel yang terdiri dari 4
Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Tahun Posyandu yaitu Posyandu Kasih Ibu 1, Kasih
2021” karena penatalaksanan stunting yang Ibu 2, Aster dan Melati Putih.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


55 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

Tabel 1. Jumlah Anak Balita di Setiap Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi


Posyandu di Nagari Balingka berdasarkan karakteristik responden,
Jorong Posyandu
Jumlah anak didapatkan bahwa sebagian besar (92,3%)
balita responden memiliki pekerjaan sebagai IRT,
Kasih ibu 1 69 orang 36,5% responden memiliki pendidikan terakhir
Kasih ibu 2 86 orang tamat SMA dan 50% responden anak balita
Pahambatan
Kasih ibu 3 92 orang berjenis kelamin perempuan.
Flamboyan 29 orang
Aster 78 orang
Koto Distribusi Frekuensi Kejadian Stuntingpada
Mawar 43 orang
Hilalang anak balita
Melati 67 orang
Subarang Melati Putih 43 orang Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
Total 507 orang berdasarkan kejadian stunting.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Kejadian stunting F %


adalah 52 orang. Normal 30 57,7
Stunting 22 42,3
HASIL PENELITIAN Total 52 100
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi
Nagari Balingka merupakan salah satu
responden berdasarkan kejadian stunting,
Nagari yang beada di Kecamatan IV Koto
didapatkan bahwa (42,3%) anak balita
Kabupatn Agam dengan jumlah penduduk
mengalami stuntingdi Nagari Balingka.
sebanyak 4.651 jiwa yang terdiri dari jumlah
laki-laki sebanyak 2.232 orang dan perempuan
sebanyak 2.419 orang. Nagari Balingka Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan
memiliki luas 18.20 kilometer persegi yang Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sanitasi
terdiri dari 3 Jorong antara lain, Jorong Lingkungan
Sanitasi Lingkungan F %
Subarang, Jorong Koto Hilalang dan Jorong
Baik 29 55,8
Pahambatan.Fasilitas kesehatan yang ada di Tidak Baik 23 44,3
Nagari Balingka terdapat 1 Polindes, 1 Total 52 100
Puskesmas Pembantu, 8 Posyandu dan 2 Bidan
Praktek Swasta. Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi
sanitasi lingkungan didapatkan bahwa (44,3%)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik sanitasi lingkungan di Nagari Balingka tidak
Responden. baik dan 55,8% responden dengan sanitasi
lingkungan baik di Nagari Balingka
Karakteristik F %
Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam.
Pekerjaan
IRT 48 92,3
Wiraswasta 2 3,8 Distrbusi Frekuensi Hubungan Sanitasi
PNS/Kontrak 2 3,8 Lingkungan Dengan Kejadian Stunting.
Total 52 100 Tabel 5 Hubungan Sanitasi Lingkungan
Pendidikan Dengan Kejadian Stunting.
Tamat SD 18 34,6
Tamat SMP 10 19,2 Sanitasi Kejadian Stunting p
Total
Tamat SMA 19 36,5 lingkungan Stunting Normal value
Perguruan Tinggi 5 9,6 F % F % f %
Total 52 100 Tidak baik 7 30,4 1 69, 2 10
JK Anak Balita 6 6 3 0 0,128
Laki-laki 26 50,0 Baik 1 51,7 1 48, 2 10
Perempuan 26 50,0 5 4 3 9 0
Total 52 100 Total 2 42,3 3 57, 5 10
2 0 7 2 0

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


56 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa sampah terbuat dari tempat yang tahan air
frekuensi kejadian stunting pada responden sehingga air sampah tidak mudah merembes
yang sanitasi lingkunganya tidak baik sebesar keluar, bersifat tertutup dan mudah
(30,4%). Setelah dilakukan analisis bivariat dibersihkan dan pengangkutan sampah
correlationsp-value (≥ 0,05) didapatkan tidak ketempat pembuangan akhir dilakukan rutin
ada hubungan yang bermakna antara sanitasi setiap minggu (Kemenkes RI, 2018).
lingkungan dengan kejadian stunting pada Untuk menghindari penyakit infeksi
anak balita di Nagari Balingka. pada anak balita yang rentan sakit, jika
memiliki binatang ternak kandang atau tempat
PEMBAHASAN
tinggal ternak tersebut harus diperhatikan
Analisis Univariat termasuk kebersihan kandangnya. Syarat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pemeliharaan binatang ternak yang baik antara
bahwa (44,3%) responden memiliki sanitasi lain, Kandang harus terpisah dari rumah
lingkungan tidak baik dan (55,8%) responden tinggal dengan jarak minimal 10 meterdan
memiliki sanitasi lingkungan yang sinar matahari harus dapat menembus
baik.Penelitian ini sama dengan penelitian pelataran kandang(Lenie, M. 2018).
yang dilakukan olehWulandari,dkk (2019) di Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan
Ilmu Kesehatan Dehasan Bengkulu didapatkan air minum bersih sangat menentukan dari pada
bahwa (53,6%) responden memiliki sanitasi status kesehatan dalam keluarga. Meskipun
lingkungan yang tidak baik dan (22,9%) sumber air minum yang dikonsumsi berasal
responden memiliki sanitasi yang baik. dari galon atau mata air serta kualitas fisik
Beberapa sanitasi lingkungan yang perlu airnya sudah baik sebaiknya air tersebut
diperhatikan antara lain: ketersediaan air dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
minum bersih, kebersihan jamban, untuk memastikan bahwa air yang akan
pembuangan sampah dan pemeliharaan dikonsumsi tersebut sudah terbebas dari
binatang ternak.Sumber air yang bisa bakteri pembawa penyakit bagi anak balita dan
digunakanuntuk rumah tangga ada beberapa keluarga.
sumber diantaranya : air tanah dangkal, air Selain ketersediaan jamban dalam rumah
tanah dalam, dan mata air. Sumber air yang hal yang perlu dipehatikan adalah kebersihan
paling aman di konsumsi adalah air dari tanah jamban. Jika jamban dalam rumah tidak dijaga
dalam dan mata air dikarenakan air tersebut kebersihannya maka menurut peneliti jamban
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari tersebut sama dengan jamban umum yang
bakteri. Persyaratan air minum dikatakan baik dipakai semua orang yang tingkat
apabila memenuhi persyaratan kualitas fisik kebersihannya tidak terjamin. Sebaiknya
air minum diantaranya tidak keruh, tidak jamban keluarga dibersihkan minimal 2-3 kali
berwarna, tidak berbau, tidak mengandung zat dalam semingguuntuk menghindari bibit
padat dan rasanya tawar serta cara penyakit yang bisa ditimbulkan dari
pengolahannya dimasak sebelum dikonsumsi bakteri/virus dari jamban tersebut.
(Kusnedi, 2018). Menurut asumsi peneliti, pemilihan
Selain ketersediaan jamban kebersihan tempat sampah dan pembuangan yang tepat
jamban adalah yang paling diperhatikan. sangat mempengaruhi daripada sanitasi
Syarat jamban sehat antara lain, 10-15 meter lingkungan yang baik. Karena sebagian besar
dari sumber air minum, tidak berbau dan tidak responden mempunyai tempat sampah didalam
dapat dijamah oleh serangga maupun tikus, rumah berupa kantong plastik dan tidak
mudah dan rutin dibersihkan, aman bersifat tertutup. Tempat sampah seperti ini
penggunaannya, cukup penerangan, ventilasi mudah sobek dan membuat sampah berceceran
cukup, tersedia air dan alat pembersih selain itu mengeluarkan bau tidak sedap karna
(Depkes, 2014). bersifat terbuka. Hal ini dapat memancing
Untuk menghindari penyakit dan serangga dan tikus untuk berkeliaran di tempat
lingkungan yang kotor sebaiknya pembuangan sampah tersebut sebelum sampah di bawa ke
sampah harus terus diperhatikan. Syarat-syarat tempat pembuangan akhir. Serangga dan tikus
tempat sampah terstandar antara lain tempat tersebut dapat membawa bibit penyakit untuk

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


57 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

anak balita dan mengganggu kesehatan sumber mata air sendiri berupa sumur. Kondisi
keluarga. air dari sumur tersebut tidak terlalu jernih.
Menurut asumsi peneliti memelihara Penduduk yang menggunakan air sumur
ternak dapat mempengaruhi masalah sebagai sumber air minum, akan memasak
kesehatan apabila sanitasinya tidak dijaga terlebih dahulu air sumur tersebut sebelum
dengan baik. Karena binatang ternak tersebut dikonsumsi.
dapat membawa penyakit melalui kotorannya Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
jika tidak dibersihkan dengan rutin. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Abidin.SW
jarak rumah dengan kandang ternak juga wajib (2021) di Univeristas Muhammadiyah di Kota
di perhatikan karena semakin tidak Pare-pare Sulawesi Selatan menunjukan
terkontrolnya sanitasi kandang dengan baik bahwa tidak terdapat hubungan yang
dan ditambah dengan jarak rumah yang kurang signifikan antara sanitasi lingkungan tentang
dari 10 meter dari kandang akan kebersihan jamban dengan kejadian stunting
mempermudah virus/bakteri menginfeksi anak pada anak balita (p = 0,588) Tidakadanya
balita dan keluarga sehingga menyebabkan hubungan dalam penelitian inidikarenakan
penyakit. hampir seluruh responden telahmempunyai
jamban keluarga yang baik sepertijamban
Data Bivariat
dengan bangunan kuat, berjenis leherangsa,
Hasil penelitian yang dilakukan dan memiliki tangki septik.
didapatkan bahwa frekuensi kejadian stunting Penelitian yang sama juga dilakukan
pada responden yang sanitasi lingkunganya oleh Khirana.S (2021) di wilayah kerja
tidak baik sebesar (30,4%) sedangkan Puskesmas PatimpengKabupaten
frekuensi kejadian stunting pada responden Bonemenunjukkan bahwa tidak terdapat
dengan sanitasi baik adalah (51,7%) dengan hubungan antara kebersihan Jamban dengan
(p-value 0,128). Setelah dilakukan analisis kejadian stunting pada anak balita dngan nilai
bivariat correlations p-value (≥ 0,05) (p= 0,161). Hal ini tidak berhubungan
didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna dikarenakan sebagian besar responden
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian mempunyai jamban yang memenuhi standar
stunting pada anak balita di Nagari Balingka. sehat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dan juga penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Abidin.SW Khirana.S (2021) menunjukkan bahwa tidak
(2021) di Univeristas Muhammadiyah di Kota terdapat hubungan antara sarana pembuangan
Pare-pare Sulawesi Selatan menunjukan dan pengolahan sampah dengan kejadian
bahwa tidak terdapat hubungan yang stunting dengan nilai (p = 1.000). sebagian
signifikan antara sanitasi lingkungan besar masyarakat yang ada di wilayah kerja
ketersediaan sumber air minum bersih (p = Puskesmas Patimpeng Kabupaten Bone
0,319) dengan kejadian stunting dikarenakan menutup makanannya dengan tudung saji,
pada penelitianini hanya dilakukan analisis sehingga dalam penelitian ini dikatakan tidak
terhadap sumberair minum yang digunakan adanya hubungan yang signifikan antara
tanpa memperhatikan kualitas fisik air sarana pembuangan sampah dengan kejadian
yangdigunakan serta bagaimana cara stunting pada baduta.
pengolahan airminum yang dikonsumsi. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Penelitian lain juga dilakukan oleh Rizqi.Z (2020) di Desa Murukan Kabupaten
Khirana.S (2021) menunjukkan bahwa tidak Jombang Sidoardjo menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara sarana air minum terdapat hubungan antara binatang ternak
bersih dengan stunting pada anak balita dengan kejadian stunting pada anak balita
dengan nilai (p = 0,270). menurut peneliti dengan nilai (p =0,710). Pada kandang sapi
sumber air minum bersih ini tidak perah di Desa Murukanseluruh kandang telah
berhubungan dengan kejadian stunting karna mempunyai ventilasi yangbaik yaitu berupa
Kondisi sarana sanitasi di wilayah kerja ventilasi alami sehingga dapatmemaksimalkan
Puskesmas PatimpengKabupaten Bone, proses pertukaran udara. Selainitu,
hampir keseluruhan responden mempunyai penggunaan ventilasi alami juga dapat serta

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


58 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

dapat digunakan sebagai jalur masuknyasinar dilakukan oleh individu, pembuangan tinja
matahari ke dalam bangunan anak balita pada jamban dan memperhatikan
kandangmempengaruhi tingkat pencahayaan kebersihan jamban dengan tetap
kandang.Hal ini lah yang membuat ternak memperhatikan intervensi gizi spesifik.
peliharaan tidak berhubungan dengan Dari hasil wawancara peneliti dengan
stunting.Syarat pemeliharaan binatang ternak responden serta observasi yang dilakukan,
yang baik antara lain, Kandang harus terpisah responden banyak yang memiliki jamban
dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 kurang bersih dan sehat dimana sebagian besar
meterdan sinar matahari harus dapat responden jarang membersihkan jambannya
menembus pelataran kandang(Lenie, M. terkadang 1 kali 2 minggu bahkan 1 kali
2018). sebulan.
Hasil penelitian Otsuka et al, (2018), Menurut Departemen Kesehatan Republik
mengungkapkan bahwa rumah tangga yang Indonesia (2003) dalam penampungan atau
mengkonsumsi air minum bersumber dari air pewadahan sampah didalam rumah tidak baik
ledeng dapat meningkatkan kejadian stunting jika lebih dari 3 x 24 jam (3 hari).
pada anak dibandingkan dengan rumah tangga Menampung sampah ditempat sampah lebih
yang menggunakan air tangki dan sumur. Hal dari 3 hari akan mengundang vektor terutama
ini dapat terjadi apabila kualitas air ledeng lalat. Vektor lalat yang berada didalam rumah
yang digunakan oleh rumah tangga, tidak akibat adanya tumpukkan sampah yang tidak
memenuhi syarat kualitas fisik dibandingkan dibuang dapat membawa bakteri sehingga
dengan air tangki dan sumur. Berdasarkan memungkinkan untuk hinggap dimakanan
permenkes RI No. 32/2017, kualitas fisik air yang akan dikonsumsi dan menimbulkan
minum harus memenuhi syarat kesehatan yaitu penyakit.
tidak keruh/ jernih, tidak memiliki rasa, tidak Dari jawaban responden yang peneliti
berbau, tidak kontaminasi dengan zat kimia dapatkan responden-responden secara
serta bebas dari berbagai mikroorganisme keseluruhan mempunyai tempat penampungan
yang dapat menyebabkan anak mengalami sampah dalam rumah yang sebagian besar
stunting.Dari hasil wawancara peneliti dengan bersifat tertutup dan sebagian kecil bersifat
responden, sumber air minum yang terbuka. Sampah-sampah dilingkungan
dikonsumsi berasal dari galon dan mata responden rutin di angkut oleh petugas
airyang dialirkan kerumah melalui pipa-pipa kebersihan lingkungan 2 kali seminggu.
dan ditampung di dalam bak air. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan
Air yang responden gunakan ini bersifat dari jawaban responden didapatkan bahwa
jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak responden sebagaian besar tidak memiliki
berwarna. Menurut analisis peneliti meskipun ternak peliharaan dan sebagian kecil
air yang digunakan adalah air yang bersumber mempunyai ternak peliharaan dimana ternak
dari mata air yang dialirkan ke bak setiap yang dipelihara ini ada yang tinggal didalam
rumah melaui pipa-pipa, tetapi air yang kandang, di sawah yang lebih dari 10 meter
digunakan sudah memenuhi standar air minum dari rumah (sebagian besar), dan ada beberapa
yang sehat serta sebelum dikonsumsi air rumah responden yang hewan ternaknya
tersebut dimasak terlebih dahulu. Sebagian tinggal berkeliaran di pekarangan rumah
kecil responden yang sumber air minumnya (sekitar 8-10 orang responden).
dari galon dimana ada responden yang Menurut asumsi peneliti sanitasi
memasaknya sebelum dikonsumsi dan ada lingkungan tidak memiliki hubungan yang
juga yang langsung mengkonsumsinya tanpa bermakna dengan kejadian stunting di Nagari
harus di masak terlebih dahulu. Balingka Kecamatan IV Koto Kabupaten
Dodos et al., (2017), menjelaskan bahwa Agam, karna hampir semua responden
sanitasi jamban menjadi perhatian dalam memiliki ketersediaan air minum bersih,
penanganan stunting pada anak di mulai dari meskipun itu dari air sumur akan tetapi
pembangunan konstruksi jamban yang kualitas fisik air tersebut memenuhi syarat
memenuhi syarat kesehatan, mengurangi sumber air minum yang sehat yaitu tidak
kebiasaan buang air besar sembarangan yang keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


59 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

mengandung zat padat dan rasanya tawar serta DAFTAR PUTAKA


cara pengolahannya dimasak sebelum
Abidin.SW.,Dkk.2021. Hubungan Sanitasi
dikonsumsi. Selain itu juga hampir semua
Lingkungan Dan Riwayat Penyakit
responden sudah memiliki jamban keluarga
Infeksi Dengan Kejadian Stunting Di
hanya saja ada beberapa responden yang
Kota Pare-Pare. Sulawesi Selatan
belum memiliki jamban keluarga. Dan sekitar
:Universitas Muhammadiyah.
setengah dari responden tersebut menjaga
Abidin.SW.2021.Hubungan Sanitasi
kebersihan jambannya dan rutin untuk
Lingkungan Dan Riwayat Penyakit
membersihkannya.
Infeksi DenganKejadian Stunting Di
Responden-responden juga membuang
Kota Parepare. Sulawesi Selatan :
sampah rutin 2 kali seminggu yang diangkut
Universitas Muhammadiyah.
oleh petugas kebersihan yang rutin setiap
minggunya, selain itu sebagian besar
Agung, S.2020. Hubungan Status Imunisasi
responden juga mempunyai tempat
Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan
penampungan sampah dalam rumah yang
Kejadian Stunting PadaBalita:
bersifat tertutup. Responden-responden di
StudiRetrospektif. Bengkulu:
Nagari Balingka juga sebagian besar tidak
Universitas Dehasen
memiliki binatang peliharaan dan sebagian
Alibbirwin.2016. Study Guyde-Stunting Dan
kecil memiliki binatang ternak yang
UpayahPencegahannya.Yogyakarta :
kandang/tempat tinggalnya ada yang disawah,
CV Mine
ada juga yang tinggal dikandang yang jarak
Ariani.2017. Buku Saku Pemantauan Status
kandangnya ada yang >10 meter dari rumah
Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta:
ada juga yang <10 meter dari rumah. Jadi hal
Dikrektorat Kesehatan Masyarakat.
ini lah yang menjadi alasan dalam penelitian
Atikah, R.,dkk.2018. Study Guyde-Stunting
ini tidak ada hubungan antara kejadian
Dan Upayah Pencegahannya.
stunting pada anak balita di Nagari Balingka
Yogyakarta : CV Mine
Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam.
Depkes.2014.Masalah Gizi Balita Dan
Terbukti dengan hasil penelitian dimana
Hubungannya Dengan Indeks
sanitasi lingkungan responden yang tergolong
Pembangunan Kesehatan Masyarakat.
baik sebesar (55,8%).
Jakarta : Depkes RI
SIMPULAN Dodos et al., 2017.Buku Saku Pemantauan
Status Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Dikrektorat Kesehatan Masyarakat.
Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan
Hartoyo Et Al.2017. Study Guyde-Stunting
Kejadian Stunting Pada Anak Balita 0-59
Dan Upayah Pencegahannya.
Bulan, di Nagari Balingka Kecamatan IV Koto
Yogyakarta : CV Mine
Kabupaten Agam Tahun 2021, maka dapat
Hatril.2016. Study Guyde-Stunting Dan
disimpulkan :
Upayah Pencegahannya. Yogyakarta:
Sebanyak (42,3%) anak balita mengalami
CV Mine
stunting di Nagari Balika Kecamatan IV Koto
Headley & Palloni.2019. Hubungan Faktor
Kabupaten Agam. Sebanyak (44,2%)
Air dan Sanitasi dengan Kejadian
responden memiliki sanitasi lingkungan yang
Stunting pada Balita di Indonesia
tidak baik dan (55,8 %) responden memiliki
Jakarta : Jawa Barat : Universitas
sanitasi lingkungan yang baik di Nagari
Padjajaran
Balingka Kecamatan IV Koto Kabupaten
Huda.2016. Sanitasi lingkungan Dan
Agam. Tidak ada hubungan yang bermakna
Keberadaan Bakteri Pada Air Minum
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
Dengan Risiko Diare Di Sekolah Dasar
stuntingpada anak balita di Nagari Balingka
Yang ada Di Denpasar. Denpasar:
Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam dengan
Politekni Kesehatan Denpasar.
(p-value 0,128).
Kemenkes RI.2018. Masalah Gizi Balita Dan
Hubungannya Dengan Indeks

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


60 | HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA (0-59)
BULAN DI NAGARI BALINGKA KECAMATAN IV KOTO KABUPATEN AGAM TAHUN 2021

Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Riskesdas.2018. Badan Penelitian Dan


Jakarta : Kemenkes RI Pengembangan Kesehatan’:
Khairani.S.,Dkk. 2021. Kementerian Kesehatan RI.
HubunganSanitasiLingkungan Dan Riskesdas.2019. Badan Penelitian Dan
RiwayatPenyakitInfeksiDenganKejadian Pengembangan Kesehatan’:
StuntingPadaAnakUsia 6-23 Bulan Di Kementerian Kesehatan RI.
Wilayah Rizqi.Z.,Dkk. 2020. SanitasiKandang Dan
KerjaPuskesmasPatimpengKabupaten KeluhanKesehatanPadaPeternakSapiPe
Bone. Makassar rah Di
:UniversitasHassanudin. DesaMurukanKabupatenJombang.
Khirana.S.2021.Hubungan Sanitasi Sidoardjo :Rsud
Lingkungan Dan Riwayat Penyakit Rizqi.Z.2020.Sanitasi Kandang Dan Keluhan
Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Kesehatan Pada Peternak Sapi Perah
Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja Di Desa Murukan Kabupaten
Puskesmas Patimpeng Kabupaten Bone. Jombang.Sidordjo : ADM Umum RS
Makassar : Universitas Hassanudin. Sidoardjo.
Rosa.2017. Study Guyde-Stunting Dan
Kusnedi, 2018.Sanitasilingkungan Dan Upayah Pencegahannya. Yogyakarta :
KeberadaanBakteriPada Air CV Mine
MinumDenganRisikoDiare Di Sihadi.2017. Study Guyde-Stunting Dan
SekolahDasar Yang ada Di Upayah Pencegahannya. Yogyakarta:
Denpasar.Denpasar: PolitekniKesehatan CV Mine.
Denpasar. Sinatrya.2019. HubunganFaktorWater,
Lemeshow.1997. Menghitung Besar Sampel Sanitation, and Hygiene (WASH)
Penelitian Kesehatan Masyarakat. denganStuntingdi Wilayah
Semarang : Fakultas Kesehatan UNDIP. KerjaPuskesmasKotakulon,
Lenie, M., dkk. 2018. Dasar-Dasar Kesehatan KabupatenBondowoso.JawaTimur
Lingkungan Buku Ajar. Banjar Baru : :Universitas Air Langga.
Universitas Lambung Mangkuto Sinatrya.2019.
Mbuya & Humphrey.2016. Hubungan Faktor HubunganKondisiLingkunganDenganK
Air dan Sanitasi dengan Kejadian ejadian Stunting PadaBalita Di Rt
Stunting pada Balita di Indonesia 08,13Dan14KelurahanMesjidKecamata
Jakarta : Jawa Barat : Universitas nSamarindaSeberang 2019. Samarinda :
Padjajaran Universitas Muhammadiyah.
Noatmodjo.2016. Sanitasi lingkungan Dan WHO.2018. DalamStudy Guyde-Stunting Dan
Keberadaan Bakteri Pada Air Minum Upayah Pencegahannya. Yogyakarta:
Dengan Risiko Diare Di Sekolah Dasar CV Mine
Yang ada Di Denpasar. Denpasar: WHO.2019. DalamJurnalIlmiahKesehatan
Politekni Kesehatan Denpasar. Sandi
Par’I, Holil M.2017. Buku Saku Pemantauan HusadaPermasalahanStuntingdanPence
Status Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta: gahannya. Lampung : Universitas
Dikrektorat Kesehatan Masyarakat. Kedokteran
Permenkes Nomor 2.2020. Standar Wulandari.,dkk.2019.HubunganSanitasiLingk
Antropometri Anak Balita. Kementerian ungan Dan
kesehatan Republik Indonesia RiwayatInfeksiDenganKejadian
Perpres No.42.2013. Gerakan Nasional Stunting Di
Percepatan Perbaikan Gizi. Jakarta: WilayakKerjaPuskesmasKerkapKabupa
presiden Republik Indonesia ten Bengkulu Utara.Bengkulu
Profil Kesehatan Sumatera Barat.2018. Badan :FakultasIlmuKesehatanUniversitasDeh
Pusat Statistik : Provinsi Sumatera asan.
Barat.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai