Anda di halaman 1dari 8

Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No.

2, Agustus 2022: 102-109

Hubungan Status Gizi dengan Stunting pada Balita

The Relationship of Nutritional Status and Stunting in Toddlers


Yuningsih
Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember
Email : yunayyanbahari3@gmail.com
ABSTRAK

Stunting adalah masalah tumbuh kembang pada anak yang dapat mengakibatkan terjadinya
angka kesakitan, kematian, serta penurunan perkembangan motorik. Kejadian stunting banyak ditemukan
pada kondisi yang kekurangan asupan energi. Jember adalah merupakan kabupaten yang memiliki tingkat
kejadian stunting yang paling tinggi di wilayah Jawa Timur pada tahun 2020. Wilayah kerja Puskesmas
Kaliwates Jember yang terdapat angka kejadian stunting sekitar 460 pada usia 24-72 bulan. Penelitian ini
adalah observasional dengan pendekatan Cross sectional. Pengambilan responden non random sampling
dengan menggunakan rumus N sehingga didapatkan sample 82 dan menggunakan analisis statistik
menggunakan Chi Square. Hasil analisa data dari status gizi dengan stunting pada balita didapatkan nilai
(p value = 0,04) α = 0,05 yang artinya terdapat hubungan status gizi dengan kejadian stunting.
Kesimpulan dari pnelitian ini adanya angka kejadian Stunting yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kaliwates tahun 2020 yang memiliki status gizi yang kurang dan memiliki hubungan erat antar variabel
tersebut. Saran untuk orang tua agar dapat bisa menjaga kesehatan balita.sebagai upaya untuk mencegah
dan mengatasi kejadian stunting pada balita.

Kata kunci: Stunting, Status Gizi

ABSTRACT

Stunting is a growth and development problem in children that can result in morbidity, mortality,
and decreased motor development. The incidence of stunting is often found in conditions that lack energy
intake. Jember is the district with the highest stunting incidence rate in the East Java region in 2020. The
working area of the Kaliwates Jember Health Center has a stunting rate of around 460 at the age of 24-
72 months. This research was observational with cross sectional approach. Taking non-random sampling
of respondents using the N formula so that a sample of 82 was obtained and using statistical analysis
using Chi Square. The results of data analysis of nutritional status with stunting in toddlers obtained a
value (p value = 0.04) = 0.05, which means that there was a relationship between nutritional status and
the incidence of stunting. The conclusion of this study is that there is a high incidence of stunting in the
work area of the Kaliwates Health Center in 2020 which has poor nutritional status and has a close
relationship between these variables. Suggestions for parents to be able to maintain the health of toddlers
as an effort to prevent and overcome stunting in toddlers.

Keywords: Stunting, Nutritional Status

PENDAHULUAN (SDGs) dalam bidang sektor kesehatan


Indikator kesehatan suatu berakibat pada kualitas penurunan
masyarakat dalam hal pemantauan sumber daya manusia yang rendah
status gizi dan kesehatan dalam suatu dalam suatu negara adalah pada tahun
populasi salah satunya adalah 2030 target dalam bidan gizi adalah
Pertumbuhan anak (WHO, 2013). tidak adanya lagi kejadian malnutrisi,
Tujuan Sustainable Development Goals sesuai dengan target internasional 2025

102
103 Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109

untuk penurunan angka kejadian Penelitian Picauly dan Mahdalena


stunting dan wasting, memberikan (2013) Stunting pada anak dapat
keseimbangan gizi remaja perempuan, mengakibatkan penurunan daya
wanita hamil dan wanita meneteki, serta produksi di masa dewasa. Anak stunting
usia lanjut (Buletin Jendela Data Dan juga mengalami kesulitan dalam belajar
Informasi Kesehatan, 2018). membaca dibandingkan anak normal.
Stunting merupakan tinggi Data WHO 2018, angka
badan yang pendek bahkan bisa amat kejadian balita mengalami stunting pada
pendek jika dilihat berdasarkan tinggi tahun 2016 sebanyak 22,9 % atau
badan berbanding umur (PB/U) dengan sekitar 154,8 juta balita. Data yang
nilai z-score antara -3 SD sampai <- didapatkan dari Word Health Organisasi
2 SD, sebagai akibat dari malnutrisi (WHO) di tahun 2018 bahwa angka
kronis pada saat masa pertumbuhan dan kejadian anak balita yang mengalami
perkembangan mulai awal stunting di Indonesia termasuk negara
kehidupannya. (Astari Ld dkk, 2005). dengan kejadian terbanyak di ASIA
Masalah anak pendek merupakan Tenggara (Pusat Data dan
cerminan dari keadaan sosial ekonomi Informasi Kemenkes, 2018). Dengan
masyarakat. Anak usia 1-3 tahun arti lain bahwa di Indonesia masih
banyak mengalami kejadian stunting didapatkan prevalensi kasus stunting
disebabkan karena pada usia ini semua lebih dari 20%, jadi Indonesia belum
jenis makanan yang dia konsumsi bisa mencapai target dibawah 20% yang
tergantung kepada orang tuanya. di targetkan oleh WHO.
Kondisi stunting dapat mempunyai Menurut data EPPGBM
resiko mengalami keterlambatan proses (Elektronik Pencatatan dan pelaporan
perkembangan motorik dan mental, Gizi Berbasis Masyarakat) tanggal 20
produktivitas dan intelektual yang Juli 2019 provinsi Jawa Timur
menurun, peningkatan kesakitan dan mempunyai Prevalensi Stunting pada
kematian, peningkatan resiko penyakit balita mencapai angka 36,81%.
degenerative, obesitas serta lebih Kabupaten Jember pada tahun 2020
beresiko terhadap banyak macam adalah wilayah dengan penyumbang
penyakit infeksi (Augraheni, 2012). angka kejadian Stunting yang paling
Dampak lain Stunting menurut tinggi. Wilayah kerja Puskesmas
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109 104

Kaliwates Jember adalah kecamatan stunting pada balita di Puskesmas


paling tinggi kejadian stunting. Kaliwates Jember tahun 2020.
Terdapat 460 kasus stunting pada balita
dan anak usia 24-72 bulan. METODE PENELITIAN
Pemerintah harus Penelitian ini merupakan jenis
mempersiapkan langkah khusus penelitian yang bertujuan
penanganan kasus. Tantangan gizi yang mendeskripsikan hubungan variabel
dialami selama periode 1000 HPK yang bebas dan variabel terikat
terbagi semenjak masa kehamilan dan (Notoatmodjo, 2010).
sampai anak usia dua tahun, salah Populasi yang digunakan adalah
satunya adalah persepsi, komitmen, dan balita umur 24–72 bulan yang
langkah nyata yang terkoordinasi dari mengalami stunting di wilayah kerja
pemangku kebijakan, khususnya Puskesmas Kaliwates 460. Penelitian ini
pemerintah daerah, dalam upaya merupakan penelitian observasional
menciptakan generasi Indonesia yang penelitian deskriptif yaitu penelitian
sehat, cerdas, dan produktif. Untuk dengan menggunakan pendekatan Cross
mendukung upaya perbaikan gizi, sectional. Teknik sampling penelitian
pemerintah secara terus-menerus dan ini adalah non random sampling dengan
berkesinambungan melakukan berbagai cara purposive sampling yaitu suatu
upaya percepatan dan atau teknik penetapan responden memilih
penyelamatan perbaikan gizi serta kriteria diantara populasi sesuai
melakukan pemetaan program dan keinginan peneliti dengan menggunakan
intervensi secara spesifik yang rumus Arikunto (2022) sehingga
melibatkan berbagai sektor kesehatan didapatkan 82 sample.
dan intervensi sensitif yang dilakukan Variabel independent dalam
berupa kegiatan di masyarakat yang penelitian ini adalah status gizi,
secara tidak langsung dapat sedangkan variabel dependent nya
berpengaruh terhadap status gizi adalah kejadian stunting. Instrument
(BAPPENAS, 2013). yang dipakai adalah data kohort
Tujuan penelitian mengetahui Puskesmas Kaliwates. Analisis data
hubungan status gizi dengan terjadinya bivariate didapatkan apakah ada
105 Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109

hubungan status gizi dengan stunting TB yang sangat pendek dengan Z score
menggunakan korelasi chi square. -2.
Tabel 3. Distribusi Status Gizi BB/TB
dan Stunting
HASIL DAN PEMBAHASAN Stunting (TB/U)
Berdasarkan penelitian yang Sangat Pendek
pendek (stunted)
Status gizi
dilakukan pada 82 balita di Puskesmas (BB/TB)
(severely Total
stunted)
Kaliwates maka didapatkan hasil (n) % (n) %
Gizi buruk
sebagai berikut : (severely 7 6% 10 8% 17
wasted)
Tabel 1 Distribusi Status Gizi Balita Gizi kurang
BB/TB Usia 25-72 bulan 16 20 % 10 13 % 26
(wasted)
N Status Gizi Gizi baik
Jumlah Frekuensi 12 18 % 7 8% 19
o (BB/TB) (normal)
1 Gizi buruk (severely Berisiko gizi
17 8%
wasted) lebih
2 Gizi kurang (possible risk 4 4% 2 8% 6
26 32 %
(wasted) of
3 Gizi baik (normal) 19 23 % overweight)
4 Berisiko gizi lebih Gizi lebih
(possible risk of 6 20 % 4 4% 4 4% 8
(overweight)
overweight) Obesitas
5 Gizi lebih 1 1% 5 6% 6
8 10 % (obese)
(overweight) Total 42 40 82
6 Obesitas (obese) 6 7%
Total 82 100 %
Data pada tabel 3 menunjukkan
Pada tabel 1 Didapatkan banyak bahwa mayoritas balita yang stunting
anak balita usia 25-72 tahun stunting baik dengan kondisi pendek ataupun
mengalami gizi kurang. sangat pendek dengan status gizi kurang
yaitu sebanyak 26 (33%), sedangkan
Tabel 2. Distribusi Status Gizi TB/U
yang sebagian kecil adalah dengan
Usia 25-72 bulan yang
mengalami stunting status gizi lebih 10 (12 %) dan obesitas
N
Status Gizi (TB/U) Jumlah Frekuensi 6 (7 %). Kondisi stunting dengan status
o
1 Sangat pendek
(severely stunted)
40 48 % gizi normal sebanyak 19 (12%).
2 Pendek (stunted) 42 52 % Hasil analisis bivariat dengan uji
Total 82 100 %
statistik chi square dihasilkan p-value
Pada tabel 2 menunjukkan sebesar 0,04 (< 0,05) maka
bahwa sebagian besar balita usia 25–59 kesimpulannya adalah Ha diterima dan
bulan yang stunting mengalami kondisi Ho di tolak, sehingga berarti bahwa ada
hubungan Status gizi dengan stunting di
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109 106

Puskesmas Kaliwates Jember tahun sehingga angka status gizi kurang dapat
2020. diatasi yaitu Konsumsi keanekaragam
pangan pada pemenuhan kebutuhan gizi
Status gizi balita di Wilayah Kerja balita adalah suatu anjuran terpenting
Puskesmas Kaliwates Jember Tahun untuk mewujudkan nya adalah faktor
2020 yang berpengaruh pendidikan orang tua
Status gizi balita di Puskesmas dan status ekonomi makanan pada balita
Kaliwates menunjukkan bahwa yang kurang sesuai dengan
sebagian besar adalah yang gizi kurang kebutuhannya, kurangnya pengetahuan
sebanyak 26 (32 %). Status gizi balita masyarakat terhadap stunting (tubuh
adalah merupakan ciri fisik tubuh yang pendek) serta kurangnya kesadaran
dapat dilihat dengan mengukur berat masyarakat terhadap pentingnya
badan anak (Kemenkes RI, 2016). pengukuran tinggi badan balita setiap
Status Gizi merupakan kondisi bulan ke posyandu. Solusi yang bisa
yang disebabkan oleh keseimbangan dilakukan adalah dengan cara
asupan gizi dan kebutuhan tubuh, meningkatkan pengetahuan orang tua
sedangkan indikator status gizi tentang zat gizi yang diperlukan balita.
memberikan gambaran pada pengaruh
asupan gizi tetapi juga diluar gizi, Hubungan Status Gizi Balita dengan
(Par’I, 2017). Status gizi balita adalah Kejadian Stunting (Tubuh pendek) di
salah satu parameter yang menunjukkan Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates
level kesejahteraan penduduk Jember
Anggraeni dan Indrarti (2010 dalam Hasil penelitian menunjukkan
Pibriyanti & Puji 2017). Kondisi gizi bahwa sebagian besar balita yang
menjelaskan level kesehatan sebagai mengalami stunting baik dengan kondisi
imbas dari keselarasan kepentingan dan pendek ataupun sangat pendek dengan
asupan nutrisi yang dikonsumsi. status gizi kurang yaitu sebanyak 26
Penyakit infeksi rentan menyerang pada (33%), sedangkan yang sebagian kecil
malnutrisi di karenakan daya tahan adalah dengan status gizi lebih 10
tubuh yang menurun. (12%) dan obesitas 6 (7%). Kondisi
Upaya yang dapat dilakukan stunting dengan status gizi normal
untuk pemenuhan gizi pada balita, sebanyak 19 (12%).
107 Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109

Menurut par’I (2017) masalah yang pendek bahkan ada yang sangat
gizi anak usia balita berimbas ke pendek. Kondisi stunting merupakan
kehidupan selanjutnya. Anak malnutrisi suatu kondisi yang mengalami
berakibat kemajuan mendapati kekurangan gizi buruk kronis yang
keterlambatan dan menyebabkan terjadi pada anak balita dalam jangka
stunting. Malnutrisi dan stunting adalah waktu lama. Kondisi stunting (tubuh
dua akan cepat bertambah atau pendek) adalah salah satu kondisi
sebaliknya, sedangkan kependekan atau kegagalan mencapai perkembangan
anak stunting menurut artinya ketika fisik yang dilihat dari tinggi badan
keluarga yang mampu menyediakan dibagi umur (WHO,2013).
makanan, maka berat badan Dampak Stunting erat kaitannya dengan
buruk dari stunting (tubuh pendek) parameter status gizi balita yang dinilai
dalam jangka pendek bisa menyebabkan dengan indeks tinggi badan/umur
terganggunya otak, kecerdasan, sehingga memberikan indikasi
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan gizi bersifat kronis sebagai
gangguan metabolisme. Jangka panjang akibat dari keadaan yang berlangsung
kompensasinya yaitu rendahnya kinerja lama (Rahmawati, Pamungkasari,
syaraf kognitif dan hasil belajar, Murti, 2018). Menurut UNICEF dalam
rendahnya imunitas jadi rentan sakit, BAPPENAS (2011), status gizi anak
risiko tinggi munculnya penyakit dapat diakibatkan oleh faktor tidak
diabetes, kegemukan, jantung dan langsung yang berhubungan dengan
pembuluh darah, kanker, serangan stunting karakteristik keluarga berupa
kelumpuhan dan ketidakmampuan pada pekerjaan orang tua, keluarga
lansia, serta penurunan daya produksi dikarenakan pemberian sejumlah
sehingga ekonomi menurun (Achadi. Wiyono, S (2016) status gizi
D, 2016). yang bersifat berat yang terjadi dalam
waktu yang lama, terjadi perlambatan
Kejadian Stunting di wilayah kerja dalam pertumbuhan. Penyebab
Puskesmas Kaliwates tahun 2020 terjadinya stunting salah satu masalah
Tinggi badan balita di Wilayah yang saling berhubungan. Stunting
kerja Puskesmas Kaliwates tahun 2020 merupakan akibat dari kekurangan
sebagian besar memiliki kondisi tubuh nutrisi dimulai dari masa kehamilan
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109 108

sampai balita. Hal ini menyebabkan SIMPULAN DAN SARAN


adanya kendala pada rangkaian Adanya angka kejadian Stunting
pertumbuhan fisik anak yang yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas
permanent, sehingga mengakibatkan Kaliwates tahun 2020 banyak memiliki
penyusutan daya psikologi dan motorik. status gizi yang kurang dan memiliki
Anak stunting mempunyai skor hubungan erat antar variabel tersebut.
Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah Saran untuk orang tua agar bisa
daripada IQ pada anak wajar. Halangan mempersiapkan kesehatan mulai dari
tumbuh kembang pada anak akibat kehamilan sampai melahirkan terutama
kekurangan gizi bila tidak mendapatkan konsumi makanan yang mengandung
intervensi sejak dini akan berlanjut gizi seimbang. Menjaga kesehatan
hingga dewasa (Kemenkes RI, 2016). balita, berusaha memberikan makanan
Dari hasil penelitian yang bervariasi yang mengandung
menunjukan kondisi dengan status gizi nutrisi sesuai dengan kebutuhan. Saran
baik mengalami kependekan (12%), untuk Puskesmas agar meningkatkan
kejadian ini disebabkan Stunting program yang telah ditetapkan sebagai
dihubungkan dengan parameter status langkah pencegahan, dan penatalaksaan
gizi balita tinggi badan dibagi umur ataupun tindakan lanjut di dalam
yang dapat menunjukkan kondisi menghadapi kejadian stunting, dan
kesehatan gizi yang sifatnya kronis dapat melaksanakan intervensi sesuai
(Rahmawati, Pamungkasari, Murti, sasaran di dalam pemberian intervensi
2018). Pertumbuhan berat badan mengatasi masalah balita yang
menurut Wiyono, S (2016) bersifat akut mengalami stunting, adanya penilaian
atau dalam waktu singkat yang sangat secara rutin dengan program apakah
sensitife dengan terjadi perubahan sudah tepat sasaran, karena masih di
lingkungan. seimbang balita, sebagai temukannya beberapa balita yang
antisipasi mengatasi masalah gizi pada mengalami stunting.
balita, dan anak.
109 Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Agustus 2022: 102-109

DAFTAR PUSTAKA Cipta: JakartaPar’i, H, M.,


(2016). Penilaian Status Gizi
Achadi. D. (2016). Dampak Kejadian
Dilengkapi Proses Asuhan Gizi
Stunting. Jakarta: Rineka Cipta.
Terstandar. EGC; Jakarta.
Astari Ld, Nasoetion A & Dwirini CM.
Pibriyanti, & Kurniawan. (2017). Studi
The correlaton between
Status Gizi Bayi Usia 6-12
family, child rearing and
Bulan Di Desa Kradenan
stunting prevalences among 6-
Kecamatan Trucuk Kabupaten
12 months babies. Media Gizi
Klaten Tahun 2017. Jurnal
dan Keluarga. 2005; 29:40-46.
Kesehatan, 10(2), 66-73.
Augraheni, Faktor resiko kejadian
Picauly, I Dan Toy, S, M. (2013).
stunting pada anak usia 12-36
Analisis Determinan Dan
bulan dikecamatan pati
Pengaruh Stunting Terhadap
(Skripsi). Semarang: Universitas
Prestasi Belajar Anak Sekolah
Diponegoro; 2012.
Di Kupang Dan Sumba Timur,
NTT. Jurnal Gizi Dan Pangan,
BAPPENAS. (2013). Pedoman
8(1), 55-62.
perencanaan program gerakan
nasional percepatan perbaikan
Rahmawati, V. E., Pamungkasari, E. P.,
gizi dalam rangka seribu hari
& Murti, B. (2018).
pertama kehidupan.
Determinants of Stunting and
Child Development. Journal of
Didit, B. (2018). Buletin Jendela Data
Maternal and Child Health, 3(1),
Dan Informasi Kesehatan Situasi
68-80.
Balita stunting Di Indonesia.
Jakarta : Pusat Data Informasi,
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk
Kementrian Kesehatan
Penelitian. Alfabeta: Bandung.
RI.(online). (tersedia dalam
http://www.pusdatin.kemkes.go.
WHO. (2013) Faktor-Faktor yang
id/resources/download/pusdatin/
Mempengaruhi Stunting.
buletin/Buleti n-Stunting-
Geneva: World Health
2018.pdf, di akses 30 Desember
Organization.
2021).
Wiyono, S. (2016). Epiemedemiologi
Kemenkes RI. (2014.). Angka
Gizi Konsep dan
Kecukupan Gizi. Jakarta:
Aplikasi.Sagung Seto: Jakarta.
Kementerian Kesehatan
Replubik Indonesia.
Word Health Organization. 2013.
Childhoold Stunting: Challenges
Kemenkes RI. (2016) Status Gizi Balita
and Opportunities. Switzerland:
dan Stunting. Jakarta:
Department of Nutrition for
Kementerian Kesehatan
Health and Development.
Replubik Indonesia.
www.who.int. Diakses 1 Maret
2021
Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka

Anda mungkin juga menyukai