Anda di halaman 1dari 3

Reza Kurniawan Saputra

I0420120
Pancasila D
UAS PANCASILA
1. Jelaskan keunggulan ideologi Pancasila dibanding ideologi lain di dunia!
2. Jelaskan mengapa Pancasila dapat disebut sebagai sistem!
3. Sebutkan, jelaskan, dan berilah contoh indikator pembangunan yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila!
4. Berilah 1 (satu) contoh pembangunan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
tunjukkan bertentangan dengan nilai yang mana!

Jawab
1. Ideologi Pancasila memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ideologi lain
di dunia. Berikut adalah beberapa di antaranya:
 Inklusif dan pluralistik: Pancasila mengakui keberagaman dan pluralitas
masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa semua individu, kelompok, dan komunitas
memiliki tempat dalam kerangka ideologi ini tanpa diskriminasi berdasarkan suku,
agama, ras, atau etnis. Pancasila mendorong toleransi dan persatuan di antara
beragam kelompok masyarakat.
 Adaptif: Pancasila adalah ideologi yang dapat beradaptasi dengan perubahan
zaman. Nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya mampu mengakomodasi perkembangan
sosial, politik, dan ekonomi. Hal ini memungkinkan Pancasila untuk tetap relevan
dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan tantangan yang berbeda.
 Keberpihakan pada keadilan sosial: Pancasila menekankan pentingnya keadilan
sosial sebagai salah satu pilar utamanya. Ideologi ini menuntut adanya pembagian
yang adil dalam pemerataan kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini memperkuat persamaan hak dan mengurangi kesenjangan
sosial.
 Stabilitas politik: Pancasila berfungsi sebagai dasar konstitusi Indonesia dan
menjadi pijakan bagi pembentukan pemerintahan, kebijakan publik, dan hukum.
Keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara memberikan landasan yang kokoh
untuk stabilitas politik, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Pancasila dapat disebut sebagai sistem karena ia mengandung seperangkat nilai,
prinsip, dan tujuan yang saling terkait dan saling melengkapi satu sama lain. Ideologi
ini tidak hanya merupakan kumpulan gagasan atau konsep individual yang terpisah,
tetapi membentuk satu kesatuan yang utuh dalam membentuk landasan bagi negara dan
masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Pancasila dapat disebut
sebagai sistem:
 Kesatuan Nilai: Pancasila terdiri dari lima nilai dasar yang saling berkaitan: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai-nilai ini saling melengkapi dan membentuk keseluruhan sistem nilai Pancasila.
Reza Kurniawan Saputra
I0420120
Pancasila D
 Keutuhan Prinsip: Pancasila juga terdiri dari prinsip-prinsip yang saling berkaitan dan
menginformasikan satu sama lain. Prinsip-prinsip seperti musyawarah dan mufakat,
konsensus, demokrasi, dan keadilan sosial saling terhubung dan mendukung dalam
membangun sistem yang utuh.
 Tujuan yang Saling Berhubungan: Pancasila memiliki tujuan-tujuan yang saling terkait
dan saling mendukung. Tujuan-tujuan tersebut meliputi pembentukan negara yang adil
dan beradab, mencapai kesejahteraan sosial, memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa, dan menjaga keamanan dan ketertiban.
 Integritas: Pancasila melibatkan seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat, termasuk
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Ini mencerminkan sifat komprehensif
Pancasila sebagai sebuah sistem yang mempengaruhi berbagai bidang kehidupan
masyarakat.
3. Pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dapat diukur dengan menggunakan
indikator-indikator berikut:
 Pertumbuhan Ekonomi yang Adil dan Berkelanjutan:
o Tingkat Pertumbuhan Ekonomi: Indikator ini mencerminkan pertumbuhan
ekonomi yang sehat dan berkelanjutan dalam mencapai kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
o Contoh: Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan
penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, sehingga memberikan
manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
 Pendidikan Berkualitas dan Merata:
o Tingkat Partisipasi Pendidikan: Indikator ini mencerminkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pendidikan, termasuk akses dan kelangsungan pendidikan di
semua tingkatan.
o Indeks Literasi: Menunjukkan tingkat literasi dan pendidikan fungsional
masyarakat.
o Contoh: Peningkatan tingkat partisipasi pendidikan, seperti tingkat melek huruf
yang tinggi dan akses pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
 Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat:
o Angka Harapan Hidup: Menunjukkan tingkat harapan hidup masyarakat
sebagai indikator kualitas hidup dan kesejahteraan.
o Tingkat Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan: Indikator ini mencerminkan
akses yang merata dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik bagi seluruh
masyarakat.
o Contoh: Peningkatan angka harapan hidup dan peningkatan akses serta kualitas
pelayanan kesehatan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
 Keberagaman, Toleransi, dan Keadilan Sosial:
o Tingkat Toleransi dan Kerukunan Antaragama: Indikator ini mencerminkan
tingkat kerukunan antaragama dan toleransi dalam masyarakat.
o Indeks Ketimpangan Ekonomi dan Sosial: Menunjukkan tingkat kesenjangan
ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
Reza Kurniawan Saputra
I0420120
Pancasila D
o Contoh: Peningkatan tingkat toleransi dan kerukunan antaragama serta
pengurangan ketimpangan ekonomi dan sosial di seluruh lapisan masyarakat.
 Partisipasi Politik dan Demokrasi:
o Tingkat Partisipasi Pemilihan Umum: Indikator ini mencerminkan tingkat partisipasi
politik dalam pemilihan umum.
o Kebebasan Berpendapat dan Media yang Bebas: Menunjukkan keberadaan ruang
yang terbuka untuk partisipasi politik dan kebebasan berekspresi.
o Contoh: Tingkat partisipasi yang tinggi dalam pemilihan umum dan keberadaan
kebebasan berpendapat serta media yang bebas dalam masyarakat.
Indikator-indikator tersebut mencerminkan pengukuran kemajuan dalam
membangun masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial,
persatuan, toleransi, kesejahteraan, dan demokrasi. Penting untuk mengukur dan
memantau kemajuan dalam pencapaian indikator-indikator ini guna memastikan
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan negara.
4. Kasus penggusuran paksa di Kampung Pulo, Jakarta, terjadi pada tahun 2016. Kampung
Pulo adalah sebuah permukiman kumuh di Jakarta Timur yang dihuni oleh ribuan warga.
Penggusuran paksa tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam rangka proyek normalisasi
Sungai Ciliwung dan pengendalian banjir.
Pada saat itu, warga Kampung Pulo menghadapi situasi yang sulit karena mereka
harus meninggalkan rumah dan pemukiman mereka tanpa adanya tempat tinggal yang layak
sebagai pengganti. Banyak warga merasa kehilangan karena keputusan penggusuran
tersebut dianggap tidak mempertimbangkan kondisi sosial dan ekonomi mereka. Selain itu,
terdapat juga laporan tentang kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan dalam pelaksanaan
penggusuran tersebut.
Penggusuran paksa di Kampung Pulo memunculkan kontroversi dan mendapat
perhatian luas baik dari masyarakat lokal maupun internasional. Banyak pihak menyoroti
pelanggaran terhadap hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap hak
warga untuk memiliki tempat tinggal yang layak. Dari kasus penggusuran kampung pulo
dapat disimpulkan bahwa adanya pelanggaran Pancasila pada sila kedua.

Anda mungkin juga menyukai