Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG 1000 HPK

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMEPAYUNG KUNINGAN
TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk syarat mengikuti seminar proposal

Oleh
RizkaAdzani Lestari
18193091020

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.Masalah gizi kurang umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang
baiknya kualitas lingkungan sanitasi, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi
(iodium).Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan
ekonomi lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan.(Almatsier,
2009)Kelebihan gizi berkaitan dengan obesitas (Overweight) sedangkan
kekurangan gizi dapat dikelompokkan dalam stunting, wasting, dan
underweight.Stunting merupakan salah satu masalah gizi pada balita
dimana tinggi badan tidak sesuai dengan standar tinggi yang telah di
tetapkan oleh WHO.
Menurut(PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak,
2020),stunting adalah anak balita (anak dibawah usia 5 tahun) dengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari –
3SD (severely stunted).Stunting disebabkan oleh banyak faktor, baik
faktor langsung maupun tidak langsung.Faktor langsung ditentukan oleh
asupan makanan, berat badan lahir dan penyakit.Sedangkan faktor tidak
langsung seperti faktor ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan,
fasilitas pelayanan kesehatan.(Imani, 2020). Pola makan yang kurang baik
akan berpengaruh terhadap asupan zat gizi, terutama asupan zat gizi yang
berperan pada pertumbuhan anak. Pola makan yang kurang baik
berpengaruh terhadap kejadian stunting (Aramico, 2013 dalam Imani,
2020).
WHO telah menetapkan target penurunan global sebesar 40% dari
jumlah balita stunting pada tahun 2025. Penurunan stunting ini termasuk
dalam United Nations Sustainable Development Goals
(SDGs).Berdasarkan data stunting JME, UNICEF World Bank tahun 2020,
prevalensi stunting Indonesia berada pada posisi ke 115 dari 151 negara di
dunia. (Khairani, 2020).Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita
stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling
sedikit di Asia Tengah (0,9%).(Kemenkes RI, 2018)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa
persentase sangat pendek pada balita usia 0-23 bulan (baduta) di Indonesia
adalah 12,8%, sedangkan persentase pendek adalah 17,1%. Pada balita
usia 0-59 bulan, persentase sangat pendek adalah 11,5%, sedangkan
persentase pendek adalah 19,3%. Tren persentase pada balita usia 0-59
bulan sangat pendek dan pendek di Indonesia sejak tahun 2013 sampai
tahun 2019 cenderung mengalami penurunan, dimana pada tahun 2013
persentase nya sebesar 37,2%, sedangkan pada tahun 2019 persentase nya
sebesar 27,7%. Artinya dalam kurun waktu 6 tahun, Indonesia dapat
menurunkan lebih dari 1,5% setiap tahunnya. (Khairani, 2020)
Survei Status Gizi Balita Terintegrasi (SSGBI) oleh
BalitbangkesKemenkes Republik Indonesia tahun 2019, diketahui bahwa
proporsi stunting tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Hasil ini hampir sama dengan Riskesdas
tahun 2018, dimana proporsi stunting tertinggi ada di Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Barat, dan Aceh. Sedangkan untuk proporsi stunting
terendah menurut SSGBI 2019 ada di Kepulauan Bangka Belitung,
Kepulauan Riau dan Bali, menurut Riskesdas 2018 terdapat di Bali, DKI
Jakarta, dan DI Yogyakarta. (Khairani, 2020)
Pada tahun 2013, prevalensi angka stunting di Jabar itu 35,1 %,
kemudian pada tahun 2018 menjadi 31,1 % dan tahun 2019 turun menjadi
26,21%(HUMAS JABAR, 2021). Sedangkan di Kabupaten Kuningan
menurut data dari bulan penimbangan balita bulan Februari 2020, dari
jumlah 86,601 balita yang ada, yang di ukur sebanyak 68,862 atau 79%
balita. Di dapat balita pendek dan sangat pendek sebanyak 4.720 atau
6,85%.(Bid/IKP/Diskominfo, 2020).
Puskesmas Lamepayung Kuningan merupakan salah satu Puskesmas
di Kabupaten Kuningan yang terletak di kota, meliputi tiga kelurahan yaitu
Kuningan, Awirarangan dan Purwawinangun. Menurut data puskesmas
pada bulan Juli 2021 dari total sasaran 2.035 balita.Prevalensi status gizi
sangat pendek sebesar 2,31% (47 balita), status gizi pendek sebesar 2,51
% (51 balita) dan status gizi normal sebesar 92,43 % (1881 balita).
(Dataterolah, 2021)
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak awal
kehamilan sampai tahun kedua anak merupakan masa kritis yang
menentukan kesehatan, kesuksesan dan kesejahteraan anak dimasa datang.
Kekurangan gizi pada periode ini dapat mengakibatkan kerusakan yang
irreversible (tidak tergantikan).Perkembangan yang pesat pada periode
intra uterine (dalam kandungan) dan 2 tahun pertama kehidupan menjadi
kunci intervensi penanganan kasus stunting dikenal sebagai 1000 Hari
pertama Kehidupan (HPK).(Berawi, 2020)
Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 HPK,
mempunyai tiga resiko yaitu risiko terjadinya penyakit tidak
menular/kronis, kedua apabila otak yang terkena, ia akan mengalami
hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif,
kemudian mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan sehingga
beresiko pendek stunting.(Sudargo dkk., 2018)Faktor penyebab stunting
merupakan suatu proses kronis akumulatif yang dapat terjadi dimulai dari
faktor gizi ibu sejak sebelum dan selama kehamilan yang mempengaruhi
pertumbuhan anak di masa janin (dalam kandungan), masa kanak-kanak
dan sepanjang siklus kehidupan atau sering dikatakan masa 1000 HPK.
(Berawi, 2020).
Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan oleh (Aridiyah dkk)
terdapat hubungan antara variabel pengetahuan ibu mengenai gizi terhadap
kejadian stunting pada anak balita antara di desa dan kota.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Mubasyiroh &
Aya, 2018)menyatakan bahwa sebagian besar ibu mempunyai perilaku
yang kurang dalam pemenuhan gizi pada anak 1000 HPK yaitu 51,0%.
Dimana, berdasarkan survey dari kuesioner bahwa mayoritas tidak
dilakukannya IMD dan jarang ibu yang memberikan bayinya asi secara
eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian Septamarini dalam Journal of Nutrition
College tahun 2019 dalam (Ramdhani et al., 2020)mengatakan bahwa Ibu
dengan pengetahuan yang rendah berisiko 10,2 kali lebih besar anak
mengalami Stunting dibandingkan dengan ibu berpengetahuan cukup.
Berdasarkan uraian diatas dan data yang tersedia maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
1000 HPK dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamepayung Kuningan.

B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah yang
diharapkan tidak menimbulkan persepsi yang sama terhadap penelitian ini,
pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada pengetahuan IBU tentang 1000
HPK dengan kejadian Stunting.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada responden Ibu dengan Balita
Kategori TB/U Pendek dan Sangat Pendek di Wilayah Kerja
Puskesmas Lamepayung Kuningan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK dengan kejadian Stunting pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Lamepayung Kuningan.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamepayung Kuningan.

2. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang 1000 HPK di UPTD
Puskesmas Lamepayung Kuningan.
 Untuk mengetahui kejadian stunting
 Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
dengan kejadian stunting pada balita di UPTD Puskesmas
lamepayung.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dalam melakukan penelitian-penelitian ilmiah Mahasiswa Perguruan
Tinggi Fakultas Kesehatan Universitas Islam Al-Ihya Kuningan.

3. Bagi Dinas Terkait


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk
penyusunan program serta pelaksanaan upaya kesehatan pada balita
guna mengurangi kejadian stunting.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)


Pengetahuan Ibu Tentang
1000 HPK Stunting

Gambar 1.1 Kerangka Konsep


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting
1. Definisi Stunting
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan
sangat pendek adalah istilah lain dari stunting (stunted).Penentuan
stunting diukur berdasarkan indeks Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U), atau Panjang Badan Menurut Umur (PB/U).Seorang anak
dikatakan stunting apabila nilai z-score dari indeks TB/U atau PB/U
dibawah -2 SD.

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Z-Score
Berat badan menurut Berat badan sangat <-3SD
umur (BB/U) Usia 0- kurang
60 Bulan Berat badan Kurang -3SD s.d<-2SD
Berat badan normal -2SD s.d +1SD
Resiko berat badan > 1SD
lebih
Panjang badan Sangat pendek <-3SD
menurut umur Pendek -3SD s.d<-2SD
(PB/U) atau tinggi Normal -2SD s.d +3SD
badan menurut umur Tinggi > 3SD
(TB/U) Anak usia 0-
60 bulan
Berat badan menurut Gizi buruk <-3SD
panjang badan Gizi kurang -3SD s.d<-2SD
(BB/PB) atau berat Gizi baik -2SD s.d +1SD
badan menurut Beresiko gizi lebih >+1SD s.d +2SD
tinggi badan Gizi lebih >+2SD s.d 3SD
(BB/TB) Anak usia obesitas >3SD
0-60 bulan
Indeks masa tubuh Gizi buruk <-3SD
menurut umur Gizi kurang -3SD s.d<-2SD
(IMT/U) Anak usia
0-60 bulan Gizi baik -2SD s.d +1SD
Beresiko gizi lebih >+1SD s.d +2SD
Gizi lebih >+2SD s.d +3SD
obesitas >+3SD
Indeks masa tubuh Gizi buruk <-3SD
menurut umur Gizi kurang -3SD s.d<-2SD
(IMT/U) Anak usia Gizi baik -2SD s.d +1SD
5-18 tahun Gizi lebih >+1SD s.d +2SD
obesitas >+2SD
Sumber :Kemenkes RI, 2020

Stunting didefinisikan sebagai suatu kejadian yang ditandai dengan


postur tubuh pendek yang timbul karena malnutrisi kronis.Stunting
dapat meningkatkan risiko terjadinya kesakitan, kematian, gangguan
perkembangan otak motorik dan penurunan produktivitas anak di masa
mendatang.Banyaknya anak yang mengalami kasus stunting
memberikan indikasi di masyarakat adanya masalah yang berlangsung
berkelanjutan.(M.Dr.Rita Ramayulis, DCN, R. Triyani Kresnawan,
DCN, M.Kes., R. Sri Iwaningsih, SKM., 2018).
Menurut buku 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi
Anak Kerdil (Stunting) yang diterbitkan oleh TIM Nasional percepatan
Penanggulangan Kemiskinan stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun.

2. Penyebab Stunting
Menurut dr. Fatimah Hidayati, Sp.A stunting terjadi karena
kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 HPK, yaitu semenjak
anak masih dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Salah satu
penyebabnya dalah kekurangan asupan protein.Stunting pada anak bisa
disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui,
atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi
asupan nutrisi.Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan
oleh kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena
infeksi.Pola asuh yang kurang baik juga berkontribusi atas terjadinya
stunting.Buruknya pola asuh orang tua seringkali disebabkan oleh
kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu
dekat.(Imani, 2020)

Menurut (Dekker et al 2010 dalam Nadimin) Stunting disebabkan


oleh banyak faktor, baik faktor yang langsung maupun tidak
langsung.Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat
badan lahir, dan penyakit.Sedangkan faktor tidak langsung seperti
faktor ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan, fasilitas pelayanan
kesehatan. Pola makan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap
asupan zat gizi, terutama asupan zat-zat gizi yang berperan pada
pertumbuhan anak. Pola makan yang kurang baik berpengaruh
terhadap kejadian stunting (Aramico,2013) .(Imani, 2020)
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada
saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Salah satu cara mencegah
stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan
berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan
pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat
permanen dan sulit diperbaiki.(Kementrian Kesehatan RI, 2018)

B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris
knowledge. Sedangkan secara terminologi, Sidi Gazalba menjelaskan
bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran.(Rusmini, 2014)
2. Jenis Pengetahuan
Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu :
a. Pengetahuan biasa
Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan
dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia
menerima secara baik. Common sense diperoleh dari pengalaman
sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga,
makanan dapat memuaskan rasa lapar, dan sebagainya.
b. Pengetahuan ilmu
Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai
metode.
c. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.Pengetahuan
filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang
sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan
kritis.
d. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.Pengetahuan
agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama.
3. Sumber Pengetahuan
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut
John Hospers dalam Abbas Hamami M, mengemukakan ada enam hal,
yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman indera (sense experience)
Penginderaan merupakan alat yang paling penting dalam
memperoleh pengetahuan, merupakan alat untuk menyerap segala
sesuatu objek yang ada di luar diri manusia.Jadi, pengetahuan
berawal dari kenyataan yang dapat diindera.Pengetahuan yang
benar berdasarkan pengalaman yang kongkret dikembangkan
melalui paham empirisme, yang mempergunakan metode induktif
dalam menyusun pengetahuannya.
b. Nalar (reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan
menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk
mendapatkan pengetahuan baru.Pengetahuan yang benar
berdasarkan rasional yang abstrak dikembangkan melalui paham
rasionalisme, yang mempergunakan metode deduktif dalam
menyusun pengetahuannya.
c. Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Otoritas menjadi salah
satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki
pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan
dalam pengetahuannya.
d. Intuisi (intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang
berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau
stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa
pengetahuan. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan
tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal
dan tidak bisa diramalkan; sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, maka intuisi tidak bisa diandalkan.
e. Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
nabi dan rasul-Nya untuk kepentingan umatnya.Kita mempunyai
pengetahuan melalui wahyu karena ada kepercayaan tentang
sesuatu yang disampaikan itu.
f. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri
manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.Keyakinan yang
dimaksud adalah kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan
pematangan dari kepercayaan.Kepercayaan bersifat dinamis;
mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi,
sedangkan keyakinan sangat statis; kecuali ada bukti-bukti baru
yang akurat dan sesuai.

C. 1000 HPK
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan
Periode emas adalah istilah untuk mendefinisikan 1000
HPK.Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa awal kehidupan
saat masih berada dalam kandungan hingga 2 tahun pertama
kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan menjadi penting karena
pada masa itu, kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
cepat dan pesat sehingga akan berdampak terhadap kesehatan pada
masa yang akan datang.(Sudargo dkk., 2018)
2. Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan
Seribu hari pertama kehidupan mencakup masa dalam kandungan,
masa pemberian ASI eksklusif, dan masa pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI. Apabila masa penting tersebut tidak diperhatikan
secara benar, peluang mendapat gangguan pertumbuhan dan
perkembangan akan lebih besar bila dibandingkan dengan
mendapatkan perhatian secara benar, peluang mendapat gangguan
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih besar bila dibandingkan
dengan yang mendapatkan perhatian serius. Gangguan pada 1000 hari
pertama kehidupan mempengaruhi tumbuh kembang anak pada masa
yang akan datang dan mayoritas bersifat permanen (Gerakan 1000
HPK, 2013).(Sudargo dkk., 2018)
Alasan mengapa 1000 hari pertama kehidupan menjadi penting
ialah pada masa itu pertumbuhan dan perkembangan anak berada
dalam masa yang riskan.Pada saat itu, terutama dalam kandungan,
organ-organ penting mulai terbentuk dan berkembang.Setelah itu,
masa 2 tahun setelah kelahiran merupakan masa anak mulai
beradaptasi dengan lingkungannya, berkembang dan mulai
berfungsinya organ-organ, serta merupakan puncak perkembangan
kognisi anak.Seribu hari pertama menjadi riskan bagi anak untuk
terjadi gangguan terutama karena asupan zat gizi yang kurang maupun
berlebih.Kedua hal tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan anak.
Di Indonesia, hal yang sering terjadi adalah kurang asupan zat gizi.
(Sudargo dkk., 2018)

3. Peran Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan


Gizi memegang peranan penting dalam 1000 HPK. Gizi kurang
dan defisiensi zat gizi tertentu (misalnya : karbohidrat, protein, zat
besi, vitamin A, dan yodium) dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Gizi kurang dapat memberikan dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Begitu pula pada gizi lebih, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan akan sangat kompleks. Akibat gizi lebih dapat
menuju ke sindrom metabolik pada masa yang akan datang. Keparahan
akan terjadi jika perbaikan asupan gizi tidak dilakukan secara optimal
(Gerakan 1000 HPK, 2013).(Sudargo dkk., 2018)
D. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang 1000 HPK dengan Kejadian
Stunting
Periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas
sekaligus periode kritis bagi seseorang (windows of opportunity). Kondisi
kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, postur tubuh ibu, jarak
kehamilan yang cenderung dekat, ibu yang masih remaja dan asupan
nutrisi yang kurang saat kehamilan mempengaruhi pertumbuhan janin dan
risiko terjadinya stunting (Djauhari, 2017 dalam (Husada dkk., 2019)).

E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis
dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang
telah berhasil disusun (Sony Faisal R dan Bagya Mujiyanto, 2017:47).
Secara garis besar keranga berfikir penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Pengetahuan Stunting - Status Gizi Ibu


Ibu tentang1000 - Riwayat
HPK Kondisi Hamil

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Keterangan :

: Yang diteliti

: Mempengaruhi

: Yang tidak diteliti


F. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
- Ha : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamepayung Kuningan.
- Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang 1000
HPK dengan kejadian stunting padabalita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamepayung Kuningan.
BAB III
METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lamepayung
Kuningan
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 hari pada tanggal 24 Maret
sampai 26 Maret 2022
Buat tabel rencana penelitian dari februari- juni

B. Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
(Sugiyono, 2017: 38)
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)


Variabel Independen sering disebut sebagai variabel
stimulus, predictor, antecedent.Dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan variabel bebas.Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (Terikat).(Sugiyono, 2017 : 39). Variabel bebas
pada penelitian ini adalah Pengetahuan Ibu Tentang 1000 HPK.

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)


Variabel Dependen sering disebut variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.(Sugiyono, 2017 : 39). Variabel terikat pada penelitian ini
adalah Kejadian Stunting.

2. Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional adalah pengertian variabel (yang diungkap
dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, praktik dan nyata
dalam lingkup objek penelitian/obyek yang diteliti. Definisi
operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur). (Notoatmodjo,2018:111).
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasion Ukur
al
1 Pengetah Pemaham Kuesi Pengisian 1. Baik : Ordinal
uan ibu an ibu oner kuesioner >76%
tentang mengenai pengetahu 2. Cukup :
1000 1000 an ibu 60-75%
HPK HPK tentang 3. Kurang :
(Variabel 1000 HPK <60%
bebas)
2 Kejadian Keadaan Micro Pengukura Sangat Ordinal
Stunting gizi anak toice n pendek :
(Variabel yang dan antropome <-3SD
terikat) dilihat baby tri (tinggi
Pendek :
dari scale badan dan
perbandin usia) -3SD s.d<-
gan tinggi disesuaika 2SD
badan n dengan Normal :
berdasark kategori z- -2SD s.d
an umur score +3SD
(Z-Score) TB/U Tinggi :
>3SD
Sumber :
Kemenkes RI,
2020
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasionalanalitik
(non eksperimen) dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian analitik
adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan bisa terjadi, peneliti nantinya akan melakukan analisis
dari data yang di dapat. Pada penelitian Cross Sectional
peneliti melakukan observasi dan pengukuran data dalam satu waktu,
artinya peneliti hanya melakukan satu kali observasi saja tanpa adanya
tindak lanjut (Notoatmodjo, 2018)

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2017 : 80). Poupulasi pada penelitian ini
adalah Ibu dari balita dengan kategori pendek dan sangat pendek yang
berjumlah 60 orang.

2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi dan eksklusi bertujuan agar karakteristik sampel
tidak menyimpang dari populasinya(Notoatmodjo, 2018)
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, yaitu
sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi

3. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2017 : 81). Untuk menentukan
besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus slovin sebagai berikut :

N
n=
1+( N e2 )

n = jumlah elemen anggota sampel


N = jumlah elemen anggota populasi
e = error level (tingkat kesalahan) (catatan : umumnya digunakan 1%
atau 0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1)

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 60 dan


presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 5% maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah :

N
n= 2
1+( N e )

60
n=
1+¿ ¿

n=52,17

Dibulatkan, besar sampel dalam penelitian ini menjadi 53 orang.

4. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017).
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu
Probability Sampling yaitu dengan menggunakan Simple Random
Sampling.Dimana pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan starta yang ada pada
populasi itu.(Sugiyono, 2017).

G. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti yaitu hasil pengisian kuesioner pengetahuan ibu tentang 1000
HPK dengan kejadian stunting balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lamepayung Kuningan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara
langsung atau data yang dikumpulkan oleh kantor/instansi dan sudah
dalam bentuk informasi. Dalam penelitian ini data sekunder tentang
stunting diperoleh dari Puskesmas Lamepayung Kuningan dimana
penelitian akan dilaksanakan.
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan instrumen berupa naskah pernyataan kesiapan menjadi
responden.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dan
meminta tanda tangan pada lembar persetujuan.
3. Melakukan pengisian kuesioner pengetahuan ibu tentang 1000 HPK
oleh responden.
4. Pengukuran antropometri pada balita

I. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.(Sugiyono, 2017).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan, antara lain :
1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono,
2017).Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pertanyaan mengenai
pengetahuan ibu tentang 1000 HPK.

J. Teknik Analisis Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data (editing),
transformasi data (coding), serta penyajian data sehingga diperoleh
data yang lengkap dari masing-masing obyek untuk setiap variabel
yang diteliti.Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari
hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan
arah untuk pengkajian lebih lanjut.Data yang didapatkan dalam bentuk
tabel diolah menggunakan software computer.
a. Pengeditan data (Editing)
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner
sudah :
o Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
o Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas
terbaca.
o Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan
pertanyaannya.
o Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang terkait isi
jawabannya konsisten.
Data-data dalam penelitian ini yang melalui proses editing
adalah data identitas responden dan kuesioner pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK.
2. Analisis Data
Analisis pada penelitian ini menggunakan 2 jenis analisis yaitu
analisisunivariat dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang
1000 HPK dan variabel terikat yaitu kejadian Stunting.
Analisis data univariat dilakukan untuk melihat hubungan
distribusi frekuensi responden tiap variabel, baik variabel dependen
yaitu stunting maupun variabel independen yaitu pengetahuan ibu
tentang 1000 HPK. Analisis univariat digunakan untuk
mengestimasi parameter populasi dimana data berupa kategorik
dengan ukuran distribusi frekuensi dan presentase dari setiap
variabel maka uji analisa data secara statistik dimana hasil
pengolahan data hanya berupa uji proporsi (Notoatmodjo,2012).

F
P= x 100 %
n

Keterangan :
P : Proporsi
F : Frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang menjadi
pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan.
N : Jumlah seluruh frekuensi seluruh alternatif jawaban yang
menjadi pilihan responden selaku sampel penelitian.

b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat adalah suatu analisis yang dilakukan
untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2018)
Pada analisis ini menggunakan uji statistik Korelasi
Spearman Rankyang dilakukan untuk menentukan hubungan
tertentu.Uji tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa
variabel bebas dan variabel terikat menurupakan data kategori
ordinal. Maka digunakan Korelasi Rank Spearman dengan rumus :

6∑ d
2

ρ¿ 1− 2
n(n −1)
Keterangan :
ρ : Koefisien Korelasi Rank Spearman
di : Selisih antar rangkiing 2 variabel
n : Banyaknya pasangan data
Setelah didapat nilai korelasi rank spearman (ρ) maka,
diambil dasar pengambilan keputusannya dengan membandingkan
(ρ) hitung dengan (ρ) tabel, sebagai berikut :
- Jika (ρ) hitung >(ρ) tabel, maka H0 ditolak artinya
signifikan
- Jika (ρ) hitung <(ρ) tabel, maka H0 diterima artinya tidak
signifikan.

K. Hipotesis Statistika
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa :
- Ha ρ ≠ 0 : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang 1000
HPK dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lamepayung Kuningan Tahun 2022 (ρ value > 0,05).
- Hoρ ≠ 0: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang
1000 HPK dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja
PuskesmasLamepayung Kuningan Tahun 2022 (ρ value ≤ 0,05).
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.


Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., Ririanty, M., Gizi, B., Masyarakat, K.,
Kesehatan, B. P., Ilmu, D., Fakultas, P., Jember, U., Kalimantan, J., & Boto,
K. T. (n.d.). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak
Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting
on Toddlers in Rural and Urban Areas).
Berawi, K. N. (2020). Pedoman Asupan dan Asuhan 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Pusaka Media. www.pusakamedia.com
Bid/IKP/Diskominfo. (2020). Penguatan, Penggerakan Pelaksanaan Intervensi
Spesifik dan Sensitif Kabupaten Kuningan. Situs Resmi Pemerintah
Kabupaten Kuningan.
HUMAS JABAR. (2021). Jabar Targetkan Penurunan Balita Stunting jadi 14%
Tahun 2024. Pemerintah Provinsi Jawa Barat. jabarprov.go.id
Husada, Sandi Pratama, Bagus Angraini, Dian Isti Nisa, & Khairun. (2019).
LITERATUR REVIEW Penyebab Langsung (Immediate Cause) yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Immediate Cause Affects
Stunting in Children. Jiksh, 10(2), 299–303.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.167
Imani, N. (2020). STUNTING PADA ANAK. Cv. Hikam Media Utama.
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5),
1163–1178.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Cegah Stunting, itu Penting. Pusat Data dan
Informasi, Kementerian Kesehatan RI, 1–27.
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/
Buletin-Stunting-2018.pdf
Khairani, P. (2020). Situasi Stunting di Indonesia.
M.Dr.Rita Ramayulis, DCN, R. Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes., R. Sri
Iwaningsih, SKM., M. et al. (2018). Stop Stunting Dengan Konseling Gizi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2), 13.
Mubasyiroh, L., & Aya, Z. C. (2018). Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemenuhan
Gizi Pada Anak 1000 Hari Pertama Kehidupan/ Golden Period Dengan
Status Gizi Balita di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes
Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences
Journal, 9(1), 18–27. https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i1.58
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak. (2020). No Title.
Ramdhani, A., Handayani, H., Setiawan, A., Kesehatan, F. I., & Tasikmalaya, U.
M. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting. LPPM
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 28–35.
Rusmini. (2014). Dasar dan Jenis Ilmu Pengetahuan. Edu-Bio, 5.
Sudargo, T., Aristanti, T., & Afifah, A. (2018). 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(M. Hakim (ed.)). Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA cv.

Anda mungkin juga menyukai