PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kurang dari -2 SD. Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang
panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di ketahui bila seorang balita sudah
diukur panjang atau tinggi badannya lalu dibandingkan dengan standar World
(WHO,2016).
salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun
2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari
setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling
1
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional
gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek
mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
(Kemenkes RI,2018)
prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 35,8%. Pada tahun 2010, terjadi
meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek
selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi
2018).
Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2016
29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek pada
usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini
sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Provinsi dengan prevalensi
tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017
2
adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah
9,30% dan pendek 21,30%. Sedangkan presentase stunting pada tahun 2018
mengalami peningkatan yaitu kategori anak sangat pendek sebesar 9,60% dan
pada tahun 2017 yaitu sebanyak 40,6%. Hal ini yang menjadi alasan
Pasaman pada tahun 2019 mencatat terdapat 20,06% balita yang stunting dari
sebanyak 463 balita, dan Puskesmas Cubadak 429 balita (Dinas Kesehatan
3
Permasalahan gizi, khususnya anak stunting merupakan indikator dari
status ekonomi rendah serta indikator dari kurang gizi kronis yang terjadi
dalam jangka waktu yang lama sehingga stunting pada anak balita khususnya
pada usia 2 – 5 tahun akan terlihat dengan jelas dan merupakan salah satu
dan tingkat asupan zat gizi. Kuantitas dan kualitas zat gizi yang terasup di
balita oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi balita
(Supariasa, 2012).
anak-anak dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurus yang harus
segera ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi ibu saat hamil, masyarakat
keadaan gizi bayi yang akan dilahirkannya kelak (Unicef Indonesia, 2013).
yaitu pemberian ASI yang tidak Ekslusif . ASI Ekslusif memiliki peranan
yang penting agar terwujudnya pertumbuhan anak yang optimal. ASI Ekslusif
adalah penyebab tidak langsung dari kejadian stunting dan apabila tidak
4
stunting, artinya ASI Ekslusif adalah faktor dominan sebagai penyebab
pendek atau stunting. Anak yang mendapat ASI ekslusif resiko kejadian
ekslusif.
ada hubungan antara ASI ekslusif dengan stunting pada balita, ini sejalan
resiko stunting 4 kali lebih tinggi pada balita yang tidak diberikan ASI
zat gizi sejak saat janin dan terus berlanjut sampai bayi lahir dan memasuki
konsumsi anak termasuk sulit makan sehingga asupan gizi sangat kurang hal
ini bertambah dengan situasi pola asuh anak dan kurang mendapat perhatian
dalam hal konsumsi makanan. Oleh karena itu ASI merupakan makanan yang
paling baik untuk bayi segera setelah lahir. Karena ASI merupakan sumber
mengalami stunting daripada anak yang lengkap imunisasinya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Picauly di NTT menunjukkan bahwa jika anak tidak ada
5
memiliki riwayat imunisasi maka peningkatan stunting lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang imunisasi. Di Papua Barat, balita yang tidak
bertani. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang kurang tahu tentang makanan
yang baik untuk pertumbuhan balita dan kapan harus dilakukan, mereka
beranggapan asalkan bisa makan tanpa harus peduli kandungan gizinya tetapi
cepat saji sehingga di rumah tidak merasa lapar dan tentunya gizinya tidak
tercukupi.
6
untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI ekslusif, Pola
Tahun 2020”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
7
c. Untuk mengetahui Hubungan Pemberian MP-ASI Terhadap Kejadian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Pasaman 2020.
8
dijadikan bahan bacaan untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan
3. Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup
kuesioner.
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stunting
1. Pengertian Stunting
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari janin masih
dalam kandungan dan baru Nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan
Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat adalah status gizi yang
balita status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur
dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang
10
indikator utama dalam menilai kualitas modal sumber daya manusia di
hasilnya berada dibawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek
mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah. Pendek dapat
mencapai potensi genetik sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks (PB/U)
(TB/U)
Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes RI, 2016)
11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting
infeksi.
adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasokan air yang tidak
rendah.
kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak tepat dan
12
yang mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak tepat
perlindungan dari Tuhan agar bayi tidak mudah jatuh sakit. Bayi yang
terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang
karena ASI mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi sejak lahir sampai
d. Faktor Infeksi
13
Gizi buruk atau infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal
buruk yakni penyakit infeksi pada anak seperti ISPA, diare, campak
tingkat rumah tangga atau karena pola asuh yang salah (Putra, 2015).
4. Dampak Stunting
berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih baik dalam
hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka. Stunting bukan
pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih pada konsep proses terjadinya
pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, sera kualitas
14
Intervensi gizi saja belum cukup untuk mengatasi stunting, diperlukan
b. Pencehagan stunting pada saat bayi lahir yaitu melakukan IMD setelah
1. ASI Ekslusif
15
adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
16
parsial 83,2%, predominan 1,5% dan ekslusif sebanyak 15,3%
17
melindungi bayi dari alergi, kadar selenium yang melindungi
aktif dan ceria, bayi yang diberi ASI akan lebih sehat
18
ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi
2009)
d. Komposisi ASI
zat kekebalan, dan sel darah putih, dengan porsi yang tepat dan
1) Kolostrum
mulai ada kira-kira pada hari ke-3 dan hari ke-4. Kolostrum
bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering
2011).
19
2) ASI transisi/peralihan
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
(Dewi, 2009).
3) ASI matur
1) Protein
20
2) Karbohidrat
2011).
3) Lemak
dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak
4) Mineral
terpengaruh diet ibu. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima
2011).
5) Air
21
6) Vitamin
2012).
1) Faktor Internal
tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan ditemui bila ibu
2012).
a) Pengetahuan
22
pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
b) Kondisi kesehatan
(Pertiwi, 2012).
23
Kondisi kesehatan bayi juga mempengaruhi pemberian
c) Persepsi
Ekslusif.
24
pengaruh terhadap produksi ASI (Pertiwi, 2012). Rukiyah
e) Faktor psikologis
(Rusli, 2008).
2) Faktor Eksternal
25
a) Dukungan Suami
26
kondisi bila tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa
susu botol.
Turoso 2016).
27
d) Meningkatnya Promosi Susu Kaleng Sebagai Pengganti
ASI
IMD)
28
berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan akan menjadi
29
4) Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi
1) Situasi di pedesaan
30
perkotaan, jika ibu tidak mengkonsumsi energi dan zat gizi yang
2) Situasi di Perkotaan
selama 6 bulannya >50%. Sampai saat ini tidak ada fakta ilmiah
31
yang dapat membuktikan bahwa Negara maju mengenalkan
lebih baik.
rumah oleh ibu yang tinggal di daerah pedesaan atau ibu dengan
Nutrition, 2009).
32
yang aman bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupan. Namun,
normal.
2. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
33
kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan
spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari
b. Tujuan Imunisasi
34
dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar
antara lain :
sebagainya,
c. Manfaat Imunisasi
35
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
1) Untuk Anak
2) Untuk Keluarga
berkualitas.
3) Untuk Negara
2010).
d. Macam-macam Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan
(Hidayat, 2008).
36
1) Imunisasi Aktif
(Hidayat, 2008).
37
membuat zat-zat anti terhadap penyakit yang bersangkutan, oleh
bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
dimatikan, (b) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan
2008).
(Hidayat, 2008).
2) Imunisasi Pasif
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
38
untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam
atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh
anak dari luar dan hanya berlangsung pendek , yaitu 2-3 minggu
karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh
pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk
(Maryunani, 2010).
1) Imunisasi BSG
satu kali dan tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin BCG
39
Usia pemberian imunisasi Sedini mungkin atau secepatnya,
dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri
40
Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk,
2010).
(pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari.
2010).
41
di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan
hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas
(Maryunani, 2010).
3) Imunisasi Polio
42
Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan
atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan,
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada,
4) Imunisasi Campak
43
Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup.
5) Imunisasi Hepatitis B
44
tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian
2010).
ringan (Atikah,2009).
3. MP-ASI
a. Pengertian MP-ASI
yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi
harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan,
45
menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI jadi dalam
perubahan dari asupan susu menuju ke makanan semi padat. Hal ini
2015).
diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI
harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk sari buah, buah segar,
umumnya bayi telah siap dengan makanan padat pada usai ini
kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya
harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik
gizinya . Oleh sebab itu pada usia enam bulan keatas bayi
46
membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI (Mufida,
macam aspek:
tumbuh kembang.
tugasnya.
menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI
47
untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik serta mengenalkan
sendok, nasi tim saring, bubur kacang ijo saring, kentang rebus.
2) Makanan lembek, yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan
Yunita, 2014).
48
dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan memaksakannya untuk
usianya, yaitu 2-3 kali sehari pada usia 6-8 bulan dan 3-4 kali sehari
pada usia 9-24 bulan dengan tambahan makanan selingan 1-2 kali bila
diperlukan.
(terutama berikanlah air susu lebih sering ) dan dorong anak untuk
49
d. Jenis-Jenis Makanan Pendamping ASI
Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil olahan pabrik
adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan
beredar dipasaran untuk menambah energI dan zat-zat gizi esensial pada
MP- ASI harus di sesuaikan dengan usia bayi dimana ketepatan pemberian
untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kkal/hari untuk bayi usia 9-11 bulan dan
550 kkal/hari untuk bayi 12 bulan (1 tahun), Usia 6-8 bulan, kenalkan MP-
ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai dengan nasi tim
50
2) 7 bulan : 7 sendok makan
Untuk usia 9-12 bulan, berikan MP-ASI dimulai dari bubur nasi
sampai nasi tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap kali makan berikan
sebanyak :
Pada usia 12 bulan, berikan nasi lembek 3 kali sehari. Berikan ASI
/minyak pada bubur nasi atau nasi lembek. Bila menggunakan makanan
waktu makan, seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan
sebagainya. Berikan buah-buahan atau sari buah, seperti air jeruk manis
dan air tomat saring. Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri
pada saat usia tersebut bayi siap untuk menerima makanan padat .
51
2) 0-6 bulan, kebutuhan bayi bisa dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi
ASI.
3) Umumnya bayi telah siap dengan makanan padat pada usia 6 bulan
karena pada usia ini, ASI hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi
bayi.
padat pada bayi berusia 4-6 bulan karena sistem pencernaan mereka
Jumlah makanan
Usia Energi dari yang biasanya
(bulan MPASI/hari Tekstur Frekuensi diasup
) (kalori) bayi/waktu
makan
6-8 200 Mulai dengan 2-3 2-3 sendok
bubur yang kali/hari makan,
kental dan tambahkan
makanan yang hingga 125 ml
dihaluskan. atau ½ dari gelas
Lanjutkan
dengan
52
makanan
keluarga yang
dihaluskan.
9-11 300 Makanan yang 3-4 125 ml atau ½
dicincang atau kali/hari dari gelas
dihaluskan Snack 1-2
sehingga bayi kali, atau
dapat bergantung
megambilnya pada nafsu
mkan bayi
11-23 550 Makanan 3-4 150-250 ml atau
keluarga, dapat kali/hari 3/4 hingga 1
dicincang bila Snack 1-2 gelas penuh
perlu kali, atau
bergantung
pada nafsu
makan
bayi
53
3) Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, imunitas/kekebalan
terjadinya alergi makanan. Pada usia 4-6 bulan kondisi usus bayi
masih “terbuka”. Saat itu antibody dari ASI masih bekerja melapisi
54
Pemberian MP-ASI dini sering dihubungkan dengan
masa datang.
menurun.
55
diketahui, tetapi hipotesis yang paling kuat adalah karena
Berapa ibu dan orangtua menunda pemberian MP-ASI hingga usia bayi
lebih dari 6 bulan dengan alasan agar bayi terhindar dari risiko menderita
alergi makanan serta meberikan kekebalan pada bayi lebih lama. Padahal
pemberian MP- ASI hingga usia bayi melewati 6 bulan tidak memberikan
ASI :
defisiensi besi)
defisiensi mikronutrien.
56
MP ASI dapat dibeli ditoko dalam bentuk instan atau dibuat sendiri di
yang bergizi dengan harga yang lebih ekonomis. Ibu dapat membuat satu
jenis MPASI untuk menjadi makanan bayi untuk satu hari. Untuk
food processor.
membuat MPASI.
Bahan pangan jenis ini adalah beras, oat, beras merah dan gandum
seduh atau dimasak hingga seperti bubur untuk mempermudah bayi saat
57
Kentang dan ubi terutama ubi merah dapat dijadikan MPASI dengan
Tidak ada saran tetentu untuk memberikan sayur atau buah terlebih
Sejumlah 1/2 sendok teh sayur dan buah di hari pertama dan 1 sendok
the di hari kedua dapat diberikan kepada bayi. Bayi dapat diperkenalkan
Daging dan telur dapat menjadi sumber protein dan zat besi untuk
daging kambing, dan hati dapat menjadi sumber zat besi yang baik.
Sementara itu, daging putih seperti ikan dapat menjadi sumber omega 3
dan 6. Telur juga merupakan sumber protein yang tinggi, putih telur
58
Daging dan telur dapat diajikan kepada bayi dengan mencampurkannya
4) Roti
lebih padat atau makanan yang dapat dipegang sendiri. Pada usia ini
gigi bayi juga sudah cukup banyak, sehingga bayi mulai dapat
anak dengan rentang usia 2 sampai 5 tahun. Pada masa ini anak masuk
penting dan tidak dapat terulang atau disebut dengan the golden ege.
shofar, 2018).
merujuk pada perubahan struktur dan fungsi organ yang lebih optimal,
pertumbuhan fisik anak dapat dinilai dengan ukuran panjang (cm, meter),
59
berat (gram, kilogram), umur, tulang, dan tanda –tanda sek sekunder,
juga struktur organ dan otak anak. (Soetjiningsih & Ranuh, 2016).
sangatlah pesat pada masa ini, setelah itu pembelahan sel melambat dan
menjadi pembelahan sel otak biasa sehingga pada bayi baru lahir berat
otaknya ¼ dari berat otak orang dewasa dan jumlah sel otaknya sudah
mencapai 2/3 dari jumlah sel otak orang dewasa. Pada anak usia 2 tahun
3. Perkembangan Anak
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
intelektual, dan tingkah laku anak yang merupakan hasil dari interaksi
60
Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang sangat
struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi dan berat badan.
Ranuh, 2016).
61
3. Aspek Perkembangan Bahasa
biologis, otot dan syaraf pada alat – alat berbicara sudah berkembang
secara baik sejak anak lahir.Anak yang baru lahir sudah bisa
suara baru dan meniru orang lain berbicara. Aspek kultur, untuk
solusinya. anak akan lebih mengerti jika bahasa merupakan hal yang
suatu kelompok. Hal ini menuntut anak untuk bisa lebih banyak
(Susanto, 2015)
62
D. Kerangka Teori
Skema 2. 1
Kerangka Teori
ASI EKSLUSIF:
1. Tujuan
2. Manfaat
3. Kandungan ASI
4. Komposisi ASI
5. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi ASI Ekslusif
Kelengkapan Imunisasi :
Pemberian MP-ASI :
1. Bentuk makanan
pendamping ASI
2. Prinsip Pemberian MP-ASI
3. Jenis-Jenis Makanan
Pendamping ASI
4. Jadwal pemberian Mp-ASI
5. Akibat pemberian MP-ASI
yang salah
63
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Pasaman tahun 2020. Adapun variabel yang dibahas peneliti adalah yang
Pemberian
MP-ASI
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
64
B. Defenisi Operasional
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
N Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
O Ukur
Dependent
1. Stunting Keadaan tubuh anak Pengukura Menggunakan 1 = stunting Ordinal
berdasarkan panjang n panjang aplikasi e- Bila TB/U
badan menurut umur badan ppgbm. ≥-2SD
(PB/U) <-2SD sehingga dilakukan Dengan 2 = Tidak
lebih pendek dari yang dengan aplikasi ini stunting
seharusnya. microtoice apabila tinggi Bila TB/U
badan dan <-2SD
berat badan
dimasukkan
akan keluar
secara
otomatis
apakah balita
tersebut
stunting atau
tidak.
Independen
2 ASI Memberikan hanya ASI Kuisoner Wawancara 1 = Tidak Ordinal
Ekslusif saja kepada bayi sejak Ekslusif
dilahirkan sampai enam 2 = Ekslusif
bulan, tanpa
menambahkan dengan
65
makanan/minuman lain
(kecuali obat, vitamin
dan mineral).
3 Imunisasi Kelengkapan lima jenis Buku KIA Wawancara 1 = Tidak Ordinal
imunisasi yang lengkap
diwajibkan pada anak 2 = lengkap
balita atau biasa disebut
dengan lima imunusasi
dasar lengkap yaitu
BCG 1x, DPT 3x, Polio
4x, Hepatitis B 3x dan
campak 1x (Kepmenkes
RI No.
1611/MENKES/SK/XI/
2005)
4 MP-ASI Makanan tambahan Kuisoner Wawancara 1 = Tidak Ordinal
yang diberikan kepada (Tidak
balita setelah bayi diberi MP-
berumur 6 bulan sampai ASI)
bayi berusia 24 bulan. 2 = Ya
( Diberi
MP-ASI)
BAB IV
METODE PENELITIAN
66
A. Jenis dan Desain Penelitian
(Notoatmodjo,2010).
1) Populasi
2) Sampel
67
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil dari seluruh
n= N
1+N (d)2
Keterangan :
N = Besar Populasi
N = Besar Sampel
Jadi
n= N
1 + N(d)2
n= 1038
1 + 1038(0.1)2
n= 1038
1 + 1038(0.01)
n= 1038
1 + 10.38
n= 1038
11.38
n = 92 orang
a. Kriteria Inklusi
68
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
sampel. (Notoatmodjo,2010)
b. Kriteria Ekslusi
cubadak.
1. Data Primer
yang diambil dari penelitan sebelumnya dan sudah dimodifikasi, selain itu
2. Data Sekunder
69
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data pokok atau data
E. Teknik Sampling
secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi
bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-beda pula. Teknik
pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara,
bilangan atau angka acak. Random ini dapat dilihat pada buku-buku statistik.
dengan maksud agar data yang terkumpul memilki sifat yang jelas, adapun
formulir atau kuisioner adalah jawaban yang ada didalam kuesioner sudah
70
Kegiatan merubah data dan berbentuk angka/bilangan. Misal untuk
untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada
3. Skor (Scoring)
diberikan penilaian atau skor. Lamgkah ini dilakukan untuk menilai data
entry data.
4. Entry Data
komputerisasi.
5. Tabulating
mengelompokkan
G. Analisis Data
1. Analisa Univariat
ditampilkan dalam bentuk angka. Data yang telah diperoleh ini akan diolah
2. Analisa Bivariat
71
Analisa bivariat adalah analisa terhadap satu variabel independen dan
BAB V
72
HASIL PENELITIAN
1). Hasil study literatur Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
Stunting pada Balita.
73
Zuhairini Pendamping ASI potong lintang. diperoleh
, Julistio terhadap Balita hubungan yang
Djais. Pendek Usia 2-5 signifikan antara
Tahun di Kecamatan pemberian ASI
Jatinagor. Ekslusif dengan
kejadian
Stunting.
9 Sofia Hubungan Observasional wawancara Hasil Uji Chi-
Mawadd Pemberian ASI analitik dengan Square
ah Ekslusif dengan pendekatan diperoleh
Kejadian Stunting case-control p=0.000 maka
pada Balita Usia 24- ada hubungan
36 Bulan. yang bermakna
antara
Pemberian ASI
Ekslusif dan
Kejadian
Stunting pada
Balita Usia 24-
36 Bulan.
10 Khoirun Faktor yang Observasional Wawancara Hasil Uji Chi-
Ni’mah, Berhubungan analitik dengan Square di
Siti dengan Kejadian case control. peroleh p=0,025
Rahayu Stunting pada Balita maka ada
Nadhirah hubungan antara
pemberian ASI
Ekslusif dengan
kejadian
Stunting.
11 Farah Faktor-faktor yang Analitik Wawancara Hasil Uji-Square
Okky Mempengaruhi observasional di peroleh
Aridiyah, Kejadian Stunting dengan p=0,279 untuk
Ninna pada Anak Balita di pendekatan pedesaan dan
Rohmaw Wilayah Pedesaan cross- p=0,086 untuk
ati, Mury dan Perkotaan. sectional. perkotaan maka
Ririanty ada hubungan
antara ASI
Ekslusif dengan
kejadian
Stunting di
daerah pedesaan
dan perkotaan.
12 Apri ASI Ekslusif dan Kuantitatif Kuisoner Hasil Uji-
Sulistiani Berat Lahir Observasional Square di
ngsih, Berpengaruh dengan peroleh p=0,001
Rita Sari terhadap Stunting pendekatan maka ada
pada Balita 2-5 cross- hubungan antara
Tahun di Kabupaten sectional. ASI Ekslusif
74
Pesawaran dengan kejadian
stunting pada
balita 2-5 tahun
di Kabupaten
Pesawaran.
13 Syifa Faktor Resiko Kasus Kontrol
Vaozia, Kejadian Stunting
Nuryanto pada anak usia 1-3
tahun (study di desa
menduran
Kecamatan Brati
Kabupaten
Grobogan)
75