Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENGASUHAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN

STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU

NAMA : DORKAS MAKDALENA. BEAY

NIM : 120411807

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA MAKASSAR

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting atau sering disebut perawakan pendek (kerdil) merupakan

sebuah keadaan balita yang mempunyai tinggi badan atau panjang badan

yang kurang dari standar usianya. Keadaan ini didasarkan pada hasil ukur

panjang badan atau tinggi badan menurut WHO yaitu <-2SD median standar

WHO (WHO, 2018).

Berdasarkan data WHO (2019) secara global tahun 2018 terdapat 149

juta (21,9%) anak di bawah lima tahun dalam kondisi stunting dan lebih dari

94 % berasal dari negara-negara berkembang yaitu Asia (54.8%) dan Afrika

(39,4%). Prevalensi stunting di Kawasan Asia tertinggi di Asia Selatan

(32,7%), disusul Asia Tenggara sebesar 25%. Angka prevalensi stunting

Indonesia berada pada posisi kelima di Asia Tenggara. (da Silva et al., 2018).

Tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia

(55%) dan proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi

paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).(Child stunting data visualizations

dashboard, (Organization, 2018).

Di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang

harus di tanggulangi. Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan

Indonesia termasuk dalam 17 negara, di antara 117 negara, yang mempunyai

2
tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan overweight pada balita (PSG,

2015)

Stunting merupakan topik yang perlu mendapat perhatian semua

kalangan mengingat dampak yang ditimbulkannya. Dampak stunting bagi

anak dapat terjadi dalam waktu dekat maupun pada masa yang akan datang.

Dampak paling dekat yang dialami oleh anak dengan stunting antara lain

gangguan atau kerusakan perkembangan otak, tingkat kecerdasan (IQ) yang

rendah dan melemahnya system imun yang mengakibatkan mudahnya

terserang infeksi atau penyakit. Sedangkan dampak pada masa mendatang

dari stunting adalah perawakan yang pendek, kehilangan produktivitas dan

peningkatan biaya perawatan kesehatan, lebih besar berisiko terhadap

diabetes dan kanker serta kematian dini (Bagaswoto, 2020).

Indonesia berada di peringkat ke lima dengan angka kejadian stunting

tertinggi di dunia dan berada di peringkat ke tiga di wilayah Asia Tenggara.

Anak yang berusia 0-5 bulan yang mengalami stunting diperkirakan 37,2%

atau sekitar 9 juta anak akan terus berlanjut hingga usia sekolah, yaitu 6-18

tahun (Kemenkes, 2018). Berdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar

( Riskedas ) dari tahun 2007 hingga tahun 2018, menunjukan prevalensi

stunting pada tahun 2007 sebesar 36,8% yang terdiri dari penigkatan seesar

37,2% yang terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek pada tahun

2018, prevalensi stunting mengalami penurunan menjadi 30,8% yang terdiri

dari 11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek ( Riskedas, 2018 ). Ambang

batas prevalensi stunting untuk masalah kesehatan masyarakat, dikatakan

sangat rendah jika angka prevalensi tersebut < 2,55% rendah 2,5 c 10%,

sedang 10 ≤ 20%, tinggi 20 ≤ 30%, dan sangat tinggi ≤ 30% ( De Onis & dkk,

3
2019 ). Walaupun prevalensi stunting pada tahun 2018 mengalami

penurunan, namun kejadian stunting pada balita masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang sangat tinggi, karena prevalensi stunting pada

balita di indonesia ≥ 30%.

Hasil dari Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting di

Sulawesi Selatan sekitar 35% pada tahun 2018 yang mengalami penurunan

dibandingkan hasil Riskesdas pada tahun 2013 yaitu 36,8% (Megantari, et

al.,2020).

Kota Makassar yang memiliki prevelensi stunting dengan persentase

sebesar 25,5% memiliki setidaknya 15 kecamatan yang memiliki kasus

stunting pada tahun 2019 dengan kasus tertinggi berada pada kecamatan

Biringkanaya sebanyak 1193 balita dengan persentasi 16,4%, kasus tertinggi

kedua pada kecamatan Rappocini sebanyak 794 balita dengan persentasi

sebesar 10,9 % dan kasus tertinggi ketiga pada kecamatan Panakkukang

sebanyak 784 balita dengan persentasi 10,8 % (Halimah & Suntin, 2020).

Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) Sulawesi Selatan

tahun 2015 yang dilakukan di 24 kabupaten/kota menunjukkan bahwa

prevalensi balita stunting pada tahun 2014 sebesar 34,5%. Mengalami

penurunan pada tahun 2015 menjadi 34,1%. Kemudian mengalami kenaikan

pada tahun 2017 mencapai 34,8%. Angka ini menunjukkan bahwa posisi

Sulawesi Selatan di tahun 2017 masih belum mencapai target MDGs.2

Berdasarkan data awal dari Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2018

Jumlah Balita yang mengalami masalah gizi di Kecamatan Mariso sebanyak

190 balita.

4
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Gowa yang diperoleh melalui

Puskesmas Bontonompo II, dari data pemantauan bulan Februari 2020,

puskesmas yang memiliki angka stunting tertinggi adalah Puskesmas

Bontonompo II dengan sasaran riil sebanyak 4200 balita, Kategori TB/U

Sangat pendek sebanyak 208 (4,9%) balita, TB pendek sebanyak 501(11,9%)

balita, TB normal sebanyak 2288(54,4%) balita. Dalam wilayah kerja

Puskesmas Bontonompo II dari 14 desa yang memiliki angka stunting

tertinggi adalah Desa Bonto Langkasa Selatan dengan jumlah balita

sebanyak 150 balita usia 0-5 tahun terdapat 40 balita yang mengalami

stunting

Dalam Early childhood education: AnInternational Encyclopedia

mengatakan bahwa pengasuhan anak merupakan upaya dalam mendukung

pembelajaran dan perkembangan anak pada periode awal kehidupannya.

Konsep pengasuhan merupakan kemampuan dan ketahanan keluarga atau

rumah tangga dan masyarakat dalam memberi dukungan, perhatian, serta

waktu bagi anak agar dapat tumbuh dan berkembang baik fisik, mental, dan

sosial dengan optimal (Musi, Amal & Hajerah, 2015).

Pengasuhan keluarga berperan besar dalam munculnya masalah

stunting. Hal ini karena kondisi kesehatan, gizi danperkembangan anak masih

sangat tergantung pada kehadiran dan perhatian orang tuanya. Anak-anak

yang masih membutuhkan orangtua sebagai pengasuh atau yang merawat

tentunya sangat menentukan asupan nutrisi yang diberikan pada anak. Jika

gizi anak mengalami kekurangan maka akan berdampak pada terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan otak, penurunan imunitas serta rendahnya

5
imunitas melawan infeksi rentan terjadi pada anak stunting (Rahmayana,

2015).

Selain itu beberapa hal harus diperhatikan dalam pengasuhan

orangtua terkait gizi anak diantaranya adalah jumlah asupan gizi dan kualitas

dari makanan yang akan diberikan. Seorang ibu maupun orangtua perlu

memahami nutrisi dan zat gizi apasaja yang seharusnya diberikan kepada

anak, termasuk juga dalam hal kebersihan makanan dan kebersihan

lingkungan serta penggunaan fasilitas kesehatan secara baik guna

mengatsasi permasalahan yang terjadi pada anak, khususnya berkaitan

dengan nutrisi anak (Yudianti, 2016).

Berdasarkan hasil uraian dalam latar belakang diatas maka calon

peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pengasuhan Keluarga

Dengan Kejadian Stunting Anak 4-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

Somba Opu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang memberikan dasar

bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan pengasuhan keluarga dengan kejadian Stunting

anak 4-6 tahun di Wilayah kerja puskesmas Somba Opu”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengasuhan keluarga dengan

kejadian stunting anak 4-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Somba Opu

6
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengasuhan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas

Somba Opu

b. Untuk mengetahui kejadian stunting anak 4-6 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Somba Opu

c. Untuk menganalisis pengasuhan keluarga dengan dengan kejadian

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman atau bahan masukan

bagi penelitian selanjutnya tentang “Hubungan pengasuhan keluarga

dengan kejadian stunting anak 4-6 tahun di Wilayah kerja Puskesmas

Somba Opu”

2. Manfaat Praktis/klinis

a. Menambah informasi dan ilmu kepada masyarakat sekitar terhadap

pentingnya pengasuhan keluarga dengan kejadian stunting

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan/referensi untuk mahasiswa STIK FAMIKA

Makassar dan peneliti selanjutnya

c. Peneliti selanjutnya dapat melakukan pengembangan penelitian

dengan variabel yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai