Anda di halaman 1dari 20

LITERATURE REVIEW

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA

SRI WAHYUNI

B0216317

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE

2020
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA

SRI WAHYUNI

Masniati, S.E ,M.kes dan Rahmaniah, SKM.,MPH

Prodi S1 keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat

ABSTRAK. Salah satu masalah kesehatan terkait pertumbuhan dan perkembangan


pada anak usia balita yang dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka pendek maupun
jangka panjang adalah stunting. Stunting merupakan kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan nutrisi dalam waktu yang cukup lama, yang mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan menhadi lebih rendah dari standar usianya
didasarkan pada index tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) <-
2 Standar Deviasi (SD).
Tujuan: Untuk mengetahui leboih mendalam terkait hubungan pola asuh ibu dengan
kejadian stunting pada balita. Hasil literature menunjukka adanya peningkatan pengetahuan
dan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita. Metode: Mencari artikel yang
relavan pada data base pudmed dan google scholar dalam waktu 5 tahun terakhir (2015-
2020), Strategi pencarian pada tinjauan sistematis ini dimulai dengan mengidentifikasi bebera
kata kunci yang digunakan yaitu : Mother parenting AND stunting. Hasil: 5 jurnal studi
dalam ulasan membahas tentang hubungan dan pola asuh Ibu denagn kejadian stunting pada
balita mencari artikel. Kesimpulan: dari ke 5 jurnal yang di reviuw, menunjukka adanya
peningkatan hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita.
KATA KUNCI: Pola asuh ibu dan stunting

ABSTRACT. One of the health problems related to growth and development


in children under five years of age that can cause adverse effects in the short and long
term is stunting. Stunting is a chronic malnutrition caused by a lack of nutritional
intake in a long time, which results in growth disorders in children ie height menhadi
lower than the standard age based on height index according to age (TB / U) with a
threshold (z- score) <-2 Standard Deviation (SD).
Objective: To find out more about the relationship between parenting and the
incidence of stunting in infants. Literature results indicate an increase in knowledge
and parenting in the incidence of stunting in infants. Method: Looking for relevant
articles on the pudmed data base and Google Scholar in the last 5 years (2015-2020),
the search strategy in this systematic review begins by identifying some of the
keywords used, namely: Mother parenting AND stunting. Results: 5 study journals in
the review discussed the relationship and parenting with the incidence of stunting in
infants looking for articles. Conclusion: from the 5 journals reviewed, showed an
increase in the relationship between parenting and stunting in infants.

KEYWORDS: Mother parenting and stunting


PENDAHULUAN

Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia saat ini adalah kejadian stunting pada
balita.Stunting adalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi
(karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lemak). Dalam waktu yang cukup lama, sehingga
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak dalam usiapertumbuhan yakni tinggi badan
anak menjadi lebih rendah atau pendek dari standar usianya (Depkes RI, 2019).

Stunting adalah tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan
seusia.Stunting dikenal dengan istilah kardil atau pendek dibandingkan dengan umur dimana
tinggi badan lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO (Kemenkes, 2018).Stunting ini merupakan kekurangan gizi dalam waktu lama yang
terjadi sejak dalam kandungan sampai awal kehidupan anak yaitu 1000 Hari Pertama (HPK)
(Kemenkes, 2018).

Stunting berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan pada anak, yang


mengakibatkan perkembangan mental dan pertumbuhan fisik terganggu, yang berakhir pada
ancaman kelangsungan hidup kurangnya kesadaran tentang pentingnya gizi ibu akan
berdampak pada kurangnya upaya yang dilakukan untuk pencegahan stunting. Dalam
perkembangannya, anak yang tembuh pendek dianggap wajar dan tidak memerlukan
penanganan khusus.Penanganan stunting dapat dimulai sejak dini, dengan melakukan
pemantauan pertumbuhan balita dengan pengukuran tinggi badan secara berkala melalui
posyandu (Fitrah & septiani S, et al, 2019).

Stunting bisa diketahui bila anak bila anak telah berusia 2 tahun dengan mengukur
tinggi badan, lalu bandingkan dengan standard an hasil pengukuran berada pada kisaran di
bawah normal. Kondisi ibu sebelum hamil baik dari segi postur tubuh (berat badan dan tinggi
badan) dan gizi adalah salah satu factor yang menyebabkan terjadinya stunting. Adanya
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akan menyebabkan seorang anak bertubuh
pendek, proses ini dimulai dari dalam Rahim hingga usia dua tahun. Setelah anak melewati
usia dua tahun, maka usaha untuk memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal sudah
terlambat. Maka dari itu, status kesehatan dan pola asuh berperan penting dalam mencegah
stunting.
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang saat ini dialami oleh balita
di dunia, dimana secara global sekitar 3 dari 10 anak balita mengalami stunting (UNICEF,
2018). Pada tahun 2000 jumlah balita yang menderita stunting di dunia yaitu sebanyak 32,6%
yang berarti terjadi penurunan di tahun 2017 menjadi 22,2% (150,8 juta). Pada tahun 2017,
lebih dari setengah balita yang menderita stunting di dunia berasal dari asia sebanyak 39%
(Pusat data dan informasi, 2018). Dari 83,6 juta balita yang mengalami stunting di Asia,
prevalensi tertinggi berasal dari asia selatan sebanyak 58,7% dan prevalensi terendah berada
di asia tengah sebanyak 0,9% (Pusdatin, 2018). Berdasarkan data angka kejadian stunting
pada balita yang dikumpulkan oleh world health organization (WHO) pada tahun 2015-2017,
Indonesia merupakan Negara ketiga dengan proporsi tertinggi di region asia tenggara/south-
East Asia Regional (SEAR) dengan rata-rata proporsi balita stunting yaitu 36,4% (WHO,
2018)

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG) persentase balita pendek di


Indonesia pada tahun 2015 mencapai 29% dan mengalami penurunan pada tahun 2016
menjadi 27,5%, namun persentase balita pendek kembali mengalami peningkatan di tahun
2017 menjadi 29,6% (Kemenkes RI, 2018). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2018 prevalensi stunting secara nasional mencapai 30,8% (sangat pendek 11,5% dan pendek
19,3%), yang berarti mengalami penurunan dari tahun 2013 mencapai 37,2% (sangat pendek
18,0% dan pendek 19,2%) (Balitbangkes, 2018).

Data dari pemantauan status gizi tahun 2015-2017, persentase balita stunting yang
ada di provinsi Sulawesi barat yaitu mencapai 38,4% pada tahun 2015, pada tahun 2016
mengalami peningkatan menjadi 40,1% (Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, 2018).
Berdasarkan data riskesdas tahun 2018, provinsi Sulawesi barat menduduki urutan kedua
secara nasional prevalensi stunting tertinggi yaitu mencapai 41,6% (sangat pendek 16,20%
dan pendek 25,40%), setelah provinsi nusa tenggara timur yaitu 42,6% (sangat pendek
16,00% dan pendek 26,70%) (Balitbangkes, 2018).

Factor penyebab yang mempengaruhi kejadian stunting, factor basic seperti factor
ekonomi dan pendidikan ibu, kemudian factor intermediet seperti jumlah anggota keluarga,
tinggi badan ibu, usia ibu, dan jumlah anak ibu. Kemudian factor proximal seperti pemberian
ASI ekslusif, usia anak, dan BBLR (Fitriahadi, 2018). Stunting juga dipengaruhi oleh
penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dean akar masalah yang ada di masyarakat.
Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi baik
secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai kurang
baiknya kondisi sinitasi lingkungan dan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
(Sulistiyani, 2011).

Secara etiologi, pola asuh berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti merawat,
menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam merawat, menjaga
dan mendidik. Pola asuh orang tua adalah interaksi orang tua terhadap anaknya dalam hal
mendidik dan memberikn contoh yang baik agar anak dapat kemampuan sesuai dengan tahap
perkembangannya (Handayani, et al, 2017)

Pola asuh orang tua erat kaitannya dengan masalah stunting pada anak. Pola asuh
orang tua yang kurang berpeluang menjadikan anak untuk mengalami stunting dibandingkan
dengan orang tua dengan pola asuh yang baik (Aramico, et al, 2013).

Upaya pencegahan stunting tidak bisa lepas dari pengetahuan orang tua. Dengan
pengetahuan yang baik, dapat memunculkan kesadaran orang tua akan pentingnya
pencegahan stunting kesadaran orang tua akan membentuk pola atau perilaku kesehatan
terutama dalam pencegahan stunting seperti dalam pemenuhan gizi mulai dari perilaku hidup
bersih dan sehat (Harmoko, 2017).

Berdasarkan uraian tersebut penulis mencoba meninjau beberapa artikel untuk


mengetahui lebih mendalam terkait hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada
balita.

METODE

Dalam pencarianliterature, peneliti menggunakan pendekatan PICO. Dalam tinjauan


literature ini pengumpulan artikel yang relavan di dapatkan pada database Pubmed dan
Google Scholar dengan rentang waktu 2015-2020 (5 tahun). Strategi pencarian pada tinjauan
sistematis ini dimulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan persamaan
kata dalam beberapa database untuk menemukan artikel yang relevan. Adapun kata kunci
yang digunakan adalah:Mother parenting and stunting. Tahapan dalam penyaringan artikel
dijelaskan pada diagram 1. Agar lebih spesipik penulis juga menentukan beberapa kriteria
inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi
Dalam tinjauan literature ini penulis menentukan kriteria studi yang akan diulas
yaitu: populasi ibu dan balita, studi kuantitatif, studi dengan alat ukur yang
membahas tentang stunting dan pola asuh ibu, study yang dilakukan dari tahun 2015-
2020, publikasi yang menggunakan bahasa Indonesia.
2. Kriteria Eksklusi
Dalam tinjauan literature ini penulis juga menentukan kriteria eksklusi yaitu:
populasi ibu yang tidak harus memiliki balita stunting, dan peneliti tidak membahas
tentang hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting.

HASIL

Profil pencarian pada database diperoleh artikel 4,391 publikasi dikeluarkan


karena bukan publikasi 5 tahun terakhir, full text dan clinicial trial sehingga
tersisa2,788 artikel. Artikel tersebut di screening lagi sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi dan dikeluarkan sebanyak 2,342 artikel sehingga artikel tersisa 105
artikel, namun 89 diantaranya di eksklusikan karena bukan jurnal, dan bukan
merupakan studi kuantitatif. Setelah proses screening beberapa tahap maka
didapatkan 5 jurnal yang sesuai dengan tujuan penulisan tunjauan literature ini.

Penilaian hasil dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dimana kuesioner


adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab (Aliftitah & Oktavianisya, 20120).
Lama penelitian ini berkisar 1 hari selama 30-40 menit untuk pemberi an prtanyaan
tentang pengetahuan pola asuh ibu dengan pencegahan stunting dalam bentuk
kuesioner (Headley et al, 2017).
Tujuan penelitian yang dianalisis dari ke 5 jurnal tersebut menunjukkan bahwa
adanya hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita.Metode penelitian
dalam 5 artikel menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional study dan case control. Analitik observasional digunakan penelitian untuk
menjelaskan adanya hubungan antara variable melalui penguji hipotesa (Dewi meliasari,
2019; Christin Debora Nabuasa, et al, 2016; Yudianti, et al, 2016 ; Wismalinda Rita, et al,
2019). Selain itu artikel ini juga menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan
case control (Rani Putri Pribadi 2019). Keseragaman metode yang digunakan menunjukkan
bahwa pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita dilakukan dengan penguji hipotesa
untuk mengetahui adanya hubungan anatara variable.
Hasil penelitian menyatakan bahwa Hasil penelitian yaitu praktek ibu yang kurang
baik hanya terdapat pada balita stunting. Hasil analisis pemberian makan diperoleh sebanyak
32 (62,7%) ibu dengan kejadian stunting yang ditunjukkan dengan nilai ρ=0,02 dan OR=
2,4 yang berarti praktek pemberian makan yang kurang baik memiliki resiko 2,4 kali lebih
tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan dengan praktek pemberian yang baik
Yudianti, et al, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi meliasari (2019) Menunjukkan bahwa
mayoritas pola asuh orang tua adalah baik (56,25%) dan status gizi pada balita mayoritas
tidak stunting, kemudian hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang
tua dengan kejadian stunting pada balita dengan hasil uji ρ 0,000 ,<0,05.
Penelitian serupa juga didapatkan oleh Rani Putri Pribadi (2019) yang menyatakan
bahwa pola asuh pemberian makan yang dominan adalah (39,2%) termasuk kategori
negative (76,5%, Hasil uji hubungan didapatkan hasil ρ valueρ=0,000(ρ<0,05) maka
terdapat hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan kejadian stunting.
A. Algoritma pencarian

Hasil artikel penelitian


melalui database (n=4,391)

Artikel yang di sckrening


karena bukan 5 tahun
terakhir, full text dan Artikel yang tidak sesuai
clinical trial(n=2,788) dengan kriteria inklusi
(n=541)

Artikel yang sesuai (n=97)


Artikel lengkap yang di
eksklusikan dengan alasan
(bukan jurnal, studi
kuantitatif (n=89)

Artikel terpilih berdasarkan


kriteria sintesis kuantitatif
(n=5)

Diagram 1.Proses penyaringan artikel


Penulis Negara Judul Tujuan Metode Sampel Hasil penelitian
(Tahun)
Dewi indonesia Hubungan Untuk Jenis Sampel Hasil penelitian
meliasari pola asuh mengetahui penelitian penelitian menunjukkan
(2019) orang tua kejadian yang ini 32 bahwa mayoritas
dengan stunting pada digunakan orang pola asuh orang
kejadian balita di adalah jenis tua adalah baik
stunting pada PAUD penelitian (56,25%) dan
balita IALFitrah analitik status gizi pada
kec. Seei dengan balita mayoritas
Rampah. menggunakan tidak stunting,
Untuk pendekatan kemudian hasil
menganalisa cross sectional uji menunjukkan
adakah bahwa ada
hubungan hubungan antara
pola asuh pola asuh orang
orang tua tua dengan
dengan kejadian stunting
kejadian pada balita
stunting pada dengan hasil uji
balita di ρ 0,000 ,<0,05.
PAUD Al
Fitrah
Firdaus kec.
Sei Rampah,
kab serdang
bedagai.
Christin Indonesia Riwayat pola Untuk Jenis Jumlah Hasil penelitian
Debora asuh, pola mengetahu penelitian sampel pola asuh, pola
Nabuasa, makan, oiriwayat studi sebanyak makan, asupan
M Juffrie, asupan zat pola asuh, observasional 152 yang zat gizi, budaya,
Emy gizi pola makan, dengan terdiri dari ekonomi keluarga
Huriyati berhubungan asupan gizi rancangan 76 anak memiliki
(2016) dengan terhadap case-control sebagai hubungan yang
kejadian kejadian dengan alat kasus dan signifikan (
stunting. stunting pada ukur 76 anak ρ<0,05 ¿ ,ketaha
anak usia 24- menggunakan sebagai nan pangan tidak
59 bulan di kuesioner control. signifikan
Kec Biboki terhadap kejadian
Utara stunting (
Kabupaten ρ>0,05 ¿,.
Timor Analisis multi
Tengah Utara variat diperoleh
Provinsi variable riwayat
pola asuh paling
dominan
berpengaruh
terhadap kejadian
stunting.
Yudianti, Indonesia Pola asuh Jenis Jumlah Hasil penelitian
Rahmat dengan Penelitian ini sampel yaitu praktek ibu
Haji Saeni kejadian adalah sebanyak yang kurang baik
(2016) stunting pada penelitian 51 sampel hanya terdapat
balita observasional dengan pada balita
dengan perbandin stunting. Hasil
menggunakan gan kasus analisis
rancangan dan pemberian makan
penelitian case control diperoleh
control yaitu 1:1, sebanyak 32
mengidentifik sehingga (62,7%) ibu
asi subjek jumlah dengan kejadian
yang kasus stunting yang
mengalami sebanyak ditunjukkan
stunting 51 anak dengan nilai
yang ρ=0,02 dan
stunting OR= 2,4 yang
dan berarti praktek
sebagai pemberian makan
control yang kurang baik
berjumlah memiliki resiko
51 anak 2,4 kali lebih
yang tidak tinggi untuk
stunting. mengalami
stunting
dibandingkan
dengan praktek
pemberian yang
baik.
Wismalin Indonesia Hubungan Penelitian ini Jenis Jumlah Responden
da Rita, pola asuh bertujuan penelitian responden stunting
Betri dengan untuk merupakan sebanyak dikabupaten
Anita, Nur kejadian menganalisis observasional, 116 lebong memiliki
Hidayah, stunting hubungan desain case responden riwayat pola
Fiana pola asuh control dan yang asuh: tidak
Podesta, terhadap purposive terdiri dari mendapatkan ASI
Sandy kejadian sampling. 58 eksklusif
Ardiansya stunting pada responden (55.20%), waktu
h Aning anak usia 6- memiliki pemberian MP-
Tri 59 bulan. balita ASI <6 bulan
Subeqi, stunting (z (55.20%),
Sri score memanfaatan
Lilestina ≤−2 ) dan pelayanan
Nasution 58 kesehatan kurang
& Frensi responden baik (72.40%),
Riastuti memiliki tingkat
(2019) balita non pengetahuan ibu
stunting rendah (67.20%),
sinitasi
lingkungan
kurang baik
(77.60%), &
mendapatkan
rangsangan
psikososial
kurang baik
(94,80%).
Terdapat
hubungan
(p<0.05) antara
riwayat
pemberian ASI,
waktu pemberian
MP-ASI,
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan,
tingkat
pengetahuan ibu,
sinitasi
lingkungan,
rangsangan
psikososial
terhadap kejadian
stunting .
Rani Putri Indonesia Hubungan Penelitian ini Desain Subyek Hasil penelitian
Pribadi pola asuh bertujuan penelitian penelitian pola asuh
(2019) pemberian untuk yang adalah ibu pemberian makan
makan oleh mengetahui digunakan yang yang dominan
ibu dengan apakah yaitu mempuny adalah tipe
kejadian terdapat kuantitatif ai balita pengabaian
stunting pada hubungan dengan surfei stunting (39,2%) termasuk
balita usia 2- antara pola analitik cross usia 2-5 kategori negative
5 tahun. asuh sectional. tahun (76,5%, Hasil uji
pemberian yang hubungan
makan oleh terdiri dari didapatkan hasil
ibu denagn 51 ρ valueρ=0,000(ρ<0,05)
kejadian responden maka terdapat
stunting. . hubungan antara
pola asuh
pemberian makan
dengan kejadian
stunting.

PEMBAHASAN
Stunting merupakan salah satu indikator gizi kronis yang dapat memberikan
gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi keseluruhan dimasa lampau. Stunting
diketahui dengan melakukan pengukuran indikator TB/U. Dampak stunting
menyebabkan menurunnya pertumbuhan, perkembangan motorik terlambat,
terhambatnya pertumbuhan mental, penurunan intelegensoi anak, penurunan kualitas
sumber daya manusia dan produktifitas. Anak stunting umur ≥ 2 tahun mempunyai
risiko mengalami morbiditas dan obesitas lebih tinggi. Dengan rendahnya keadaan
ekonomi, pola asuh, pola makan, asupan zat gizi dalam waktu yang lama
menyebabkan tingginya prevalensi stunting pada balia.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Meliasari (2019), Dampak buruk yang
dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik,
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat
buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan risiko munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembulu darah, kanker, stroke
dan disibillitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudianti, Rahmat haji saeni (2016)
stunting pada anak disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan di
antaranya adalah faktor gizi yang terdapat pada makanan. Kualitas dan kuantitas
asupan gizi pada makanan anak perlu mendapat perhatian oleh karena sering rendah
akan zat gizi yang dibutuhkan guna menunjang pertumbuhan. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk mendukung asupan gizi yang baik perlu ditunjang oleh kemampuan ibu
dalam memberikan pengasuhan yang baik bagi anak dalam praktek pemberian
makan, praktek kebersihan diri/ lingkungan maupun praktek pencarian pengobatan.
Hasil Penelitian Wismalinda Rita et al (2019) Stunting atau pertumbuhan
pendek, terjadi ketika anak-anak tidak menerima jenis nutrisi yang tepat terutama di
rahim dan selam dua tahun pertama kehidupan. Anak-anak yang mengalami pendek,
berarti pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak mereka telah menurun dan
mengalami kerusakan permanen dan bersifat irreversibel . anak-anak yang stunting
berisiko lebih besar terkena penykit dan kematian. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya kasus stunting diantaranya beberapa penyebab langsung
adalah kekurangan konsumsi makanan dan penyakit infeksi.

Hasil penelitian dari Olsa, Sulastri, & Anas, (2018) Stunting adalah dimana
keadaan tubuh yang kardil atau pendek dapat diukur dengan indeks massa tubuh
(IMT) dan juga tinggi badan ayah dan ibu yang kurang dan tingkt pendidikan orang
tua juga rendah, sehingga anak tersebut mengalami stunting karena tingkat
pendidikan orang tua sangat penting terhadap gizi keluarga. Hasil Penelitian.
Khasanak, Hadi, et al, (2016) Pada kasus kejadian stunting dapat memberikan pola
asuh yang baik dan pemberian pendamping ASI dan juga mengonsumsi makanan
yang bergizi. Pengetahuan tentang pola asupan ibu sangat penting bagi kesehatan
anak agar tidak mengalami stunting dan pengetahuan tentang tumbuh kembang anak.
Masalah pada kejadian stunting secara garis besar adalah pola asuh ibu yang
memberikan asupan makanan pada anak tersebut tidak baik atau kekeliriuan orang
tua memberikan asupan makanan pada anaknya sehingga menyebabkan penyakit
kronis atau dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi pada anak yang mengalami
stunting.
Hasil Penelitiian yang dilakukan oleh Hizni, et al, (2015). Pola asuh yang
baik pada anak akan menghasilkan yang baik terhadap perkembangan fisik, mental
dan social anak. Apalagi didukung oleh pendidikan ibu yang baik menghasilkan
pengetahuan tentang pengasuhan dan keadaan lingkungan yang bersih bagi anak. Ibu
yang bekerja biasanya tidak mempunyai waktu yang cukup dalam hal pengasuhan
anaknya, sehingga bisa berdampak kurang baik terhadap perkembangan anaknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Asrar, et al, (2016) Pola asuh yang kurang pada balita
dapat menyebabkan stunting 3,6 kali lebih besar dibanding dengan yang memilii pola
asuh yang baik . Hasil penelitian Ulfani et al, (2015). Pola asuh ibu tehadap balita
dibentuk dari pengetahuan ibu yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
Pengetahuan dadapatkan dari proses pendidikan dan kemampuanmengakses
informasi, oleh karena itu, akses terhadap pendidikan harus ditingkatkan .
Penelitian Widyaningsih (2018) menyimpulkan bahwa balita stunting
memiliki pola asuh makan yang kurang. Buruknya status gizi balita dikarenakan
rendahnya pola asuh makan yaitu kebiasaan ibu menunda memberikan makan, tidak
memperhatikan zat gizi yang terkandung dalam makanan.
Karasteristik ibu juga perlu juga diperhatikan karena stunting yang sifatnya
kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti
kemiskinan, pola asuh yang tidak tepat karena akibat dari orang tua yang sangat
sibuk bekerja, pengetahuan ibu yang kurang baik tentang gizi akibat dari rendahnya
pendidikan ibu, sering menderita penyakit secara berulang karena hygiene dan
sisnitasi yang kurang baik (Nadiyah, et al, 2015).

KESIMPULAN
Hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita yang efektif
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak seperti dalam pemenuhan status gizi
mulai dari pemberian makanan yang teratur, menjaga lingkungan dan sinitasi rumah
yang baik, dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan stunting.
SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ibu
dapat memahami pentingnya pola asuh dengan kejadian stunting pada balita

2. Bagi responden

Hasil penelitian dapat membantu responden yang memiliki anak stunting


pentingnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan sampai anak berusia
2 tahun untuk mencegah stunting.

3. Bagi Insttitusi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengetahuan


pola asuh dengan pencegahan stunting.
DAFTAR PUSTAKA

Ana Samiatul Milah & Dini Nurbaeti Zen, (2009) Penanggulangan StuntingDan
Pemberian Asupan Nutrisi Dengan Kejadian Status Gizi Pada Anak Usia 0-5 Tahun
Bina Generasi;Jurnal Kesehatan, Edisi 11 Vol (1)
Kementrian Kesehatan, R. I. (2018). Hasil utama Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementrian Kesehatan R.I (2018). Blutein Jendela Data dan Informasi
Kesehatan.Situasi Balita Pendek (stunting) Di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi.ISSN 2088-270 X.
Nilfar Ruadia (2018) Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan Mencegah Terjadinya
Stunting Di Indonesia, http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs, ISSN 2503-5088(p)
2622-1055(e) Vol 3 No 2.
Agus Hendra Al Rahmad dan Ampera Miko (2016) Kajian Stunting Pada Anak
Berdasarkan Pola Asuh Dan Pendapatan Keluarga, Jurnal Kesmas Indonesia Vol 8
No 2.
Bagus Pratama, Dian Isti Angrain, Khairun Nisa (2019), Penyebab Langsung Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting, Jjurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH, Vol 10, No 2, p-ISSN:2354-6093 e-
ISSN:2654-4563.
Wimalinda Rita, Betri Anita, Nur Hidayah, Fiana Podesta, Sandy Ardiansyah, Aning
Tri Subeqi, Sri Lilestina Nasution, & Frensi Riastuti (2019) Hubungan Pola Asuh
Dengan Kejadian Stunting, Riset Informasi Kesehatan, ISSN 2548-6462(online),
ISSN 2088-8740 (print), Vol. 8 No. 2.
Yudianti, RahmatHaji Saeni,
(2016) Pola Asuh Dengan Kejadian Stuntiing Pada Balita,Jurnal Kesehatan
Manarang, ISSN:2443-3861, Vol, 2. No. 1
Rani Putri Pribadi, Hendra Gunawan, Rahmat (2019) Hubungan Pola Asuh
Pemberian Makan Oleh Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5
Tahun,Jurnal Keperawatan Aisyah (JKA), e-ISSN:2477-4405 p-ISSN:2355-6773,
Vol, 6. No, 2.
Dewi Meliasari (2019) Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita, Jurnal Ilmiah PANMED, Vol, 14, No. 1
Christin Debora Nabuasa, M Juffrie, Emy Huriyati, (2016), Riwayat Pola Asuh, Pola
Makan, Asupan Zat Gizi Berhubungan Dengan Stunting Pada Anak, Jurnal Gizi Dan
Dietik Indonesia, e-ISSN:2503-183X/p-ISSN:2303-3045,Vol 1, No 3.

Anda mungkin juga menyukai