Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita merupakan anak yang berusia di bawah 5 tahun dimana pertumbuhan
dan perkembangan meningkat pesat. Periode ini sering juga disebut sebagai fase
“Golden Age” , Masa keemasan ini terjadi dimulai dari pembuahan sampai tahun-
tahun pertama kelahiran. Saat balita berusia 24 bulan, neuron baru tidak lagi
bertambah seperti usia sebelumnya, tetapi pematangan berlanjut hingga anak berusia
empat atau lima tahun (Suryani, 2017; Loeziana, 2017). Pertumbuhan balita
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua, perlunya perhatian
lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang
terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (Supariasa, 2012). Kesehatan yang
baik, gizi seimbang dan stimulasi yang memadai selama masa ini membantu anak
tumbuh sehat dan mencapai potensi optimalnya sehingga mereka dapat berpartisipasi
lebih baik dalam masyarakat (Kemenkes, 2016).
Sesuai dengan ajaran islam dalam ayat suci al-quran surah Al-Baqarah: 168
dibawah ini, menjelaskan bahwasannya dianjurkan bagi manusia memakan makanan
yang halal, baik dan begizi untuk dirinya dan semua keturunannya. Dianjurkan
memakan yang halal, baik dan bergizi QS. Al-Baqarah: 168

‫ُّم ِبْيٌن َع ُد ٌّو َلُك ْم ِاَّنٗه الَّشْيٰط ِۗن ُخ ُطٰو ِت َتَّتِبُعْو ا َّو اَل ۖ َطِّيًبا َح ٰل اًل اَاْلْر ِض ِفى ِمَّم ا ُك ُلْو ا الَّناُس ٰٓيَاُّيَها‬

Artinya :
“ Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.Sungguh, setan itu
musuh yang nyata bagimu.”
Hasil survei nasional terbaru menunjukkan bahwa beberapa indikator gizi
telah membaik, namun Indonesia tetap menjadi negara dengan beban ganda gizi buruk
(Bouble Burden of Malnutrition/DBM), karena gizi kurang dan gizi lebih tersebar luas
dengan mempengaruhi semua bidang kehidupan. Efek terburuk dan jangka panjang
terjadi ketika masalah gizi ini terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
sejak kehamilan hingga anak dan remaja berusia 2 tahun (Menteri Kesehatan RI,

FIKes UIA 2023


2020). Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami
stunting dan sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang wasting.
Saat ini terdapat sekitar 22,4 juta balita di Indonesia. Setidaknya ada 5,2 juta
ibu hamil di Indonesia setiap tahun dengan rata-rata kelahiran 4,9 juta. Tiga dari
sepuluh balita di Indonesia mengalami stunting yang akan mempengaruhi kualitas
sumber daya manusianya (SDM). Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi selama
kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada masa jangka panjang
pada balita salah satunya nya masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) angka
kejadian ini di indonesia 48% (Kemenkes RI, 2018).
Menurut data yang dikumpulkan oleh World Health Organization (WHO)
lebih dari separuh balita kurang gizi di dunia berasal dari Asia (55%) dan lebih dari
sepertiga (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di bawah usia 5 tahun
di Asia, proporsi terbesar berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan terkecil dari Asia
Tengah (0,9%). Indonesia merupakan negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
kawasan Asia Tenggara/South East Asia Regional (SEAR). Antara tahun 2005 dan
2017, rata-rata prevalensi balita kurang gizi di Indonesia adalah 36,4%. (Kemenkes
RI, 2018).
Balita yang tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan (TB) umur
(U) kurang dari minus dua standar deviasi ( < -2 SD) standar baku (WHO, 2019).
Stunting dapat disebabkan oleh kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek. Selain mengalami pertumbuhan
terhambat,masalah gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat
perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan
mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk. Selain itu, efek
jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi,
acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan
kematian akibat infeksi (Kemenkes RI, 2018).
Stunting merupakan program nasional yang diatur berdasarkan peraturan
presiden (PERPRES) No. 72 tahun 2021 Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur antara lain mengenai: 1)
strategi nasional percepatan penurunan stunting; 2) penyelenggaraan percepatan
penurunan stunting; 3) koordinasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting; 4)
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan 5) pendanaan. Stunting adalah gangguan

FIKes UIA 2023


pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi
berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar
yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan. Pelaksanaan percepatan penurunan stunting meliputi kelompok sasaran:
remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0 (nol) - 59 (lima
puluh sembilan) bulan. Dan dalam buku Standar Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
bahwa program nasional yaitu penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting
di rumah sakit dalam akreditasi rumah sakit wajib memiliki angka 100%.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di
Provinsi Jawa Barat meningkat menjadi 24,5 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata
angka stunting nasional sebesar 24,4 persen. Prevalensi stunting tahun 2021 di Kota
Bekasi sebanyak 13,8% dengan target pada tahun 2022 (11,8%), Tahun 2023 (9,73),
dan Tahun 2024 (7,67%). Dilihat dari data profil kesehatan Kota Bekasi 2020
berdasarkan wilayahnya, prevalensi balita stunting tahun 2020 tertinggi di wilayah
Puskesmas Harapan Baru dengan prevalensi (22,00%), diikuti Puskesmas Bintara
(21,70 %), dan Puskesmas Jati Bening Baru (20,15 %). Sedangkan wilayah
Puskesmas dengan prevalensi Balita stunting paling rendah adalah Puskesmas Jati
Bening (0,65%), Puskesmas Kali Abang Tengah (1,15 %), serta Puskesmas Pekayon
Jaya (2,36 %).
Stunting dikenali sejak usia 2 tahun, karena pertumbuhan linier dan
perkembangan otak yang pesat terjadi pada usia ini. Jika sudah berisiko mengalami
stunting, hal itu dapat segera dicegah karena sangat sulit untuk memperbaiki stunting
sebelum usia lima tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan berat
badan balita adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat pendidikan ibu yang
mempengaruhi cara berpikir (Mugianti et al., 2018). Ibu berperan penting dalam
pemenuhan gizi balita, karena balita masih memerlukan perhatian khusus dalam
perkembangannya, lebih tepatnya peran ibu dengan balita dalam banyak hal.
Tentunya jika ibu mendapat informasi yang baik, hal ini juga berpengaruh pada sikap
yang baik dalam memenuhi pola makan balita (Olsa et al., 2017).
Salah satu faktor penyebab tidak langsung adalah keakraban dengan keluarga,
namun pengetahuan yang baik pun tidak menjadi pedoman dalam menentukan pola
makan anak kecil. Kondisi ini mungkin disebabkan karena ibu tidak memiliki
pengetahuan yang kuat tentang stunting, Sedikitnya pengetahuan ibu tentang stunting
membuat kebiasaan makan ibu semakin buruk (Syahbandini& et al,

FIKes UIA 2023


2018).Pemahaman ibu tentang gizi yang salah dan pengaruh iklan menyebabkan sikap
ibu dalam pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat (Sari & Ernawati, 2018).
Pemberian asupan gizi dirumah dipengaruhi oleh sikap keluarga, terutama sikap ibu
terhadap pemberian makan bayi. Balita membutuhkan perhatian dan dukungan dari
ibu (orang tua) karena mereka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat (Oktaningrum, 2018). Model perilaku yang akan dievaluasi terdiri dari
pengetahuan dan sikap yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan apa yang
ibu lakukan untuk perilaku pencegahan stunting. Hasil penilaian pengetahuan dan
sikap tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang perilaku
pencegahan stunting (Fildzah et al., 2020).
Hasil penelitian Olsa dkk 2017 tentang sikap dan pengetahuan stunting
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap, dan pengetahuan ibu dengan kejadian
stunting dengan angka kejadian stunting pada anak baru masuk sekolah dasar sebesar
16,8%, sebagian besar ibu memiliki tingkat sikap positif (55,2%) dan tingkat
pengetahuan yang cukup (48,7%). Hasil penelitian berbeda Arnita dkk 2020
menunjukan hasil sikap ibu memiliki hubungan dengan upaya pencegahan stunting,
namun tidak terdapat hubungan dari pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan
stunting penelitian diketahui dari 87 Ibu, sebagian besar ibu (67.8%) memiliki upaya
pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu (65.5%) memiliki pengetahuan
tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap baik.
Sejalan dengan hasil penelitian Mutingah dkk 2021 tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan stunting (p value = 0,100), namun
terdapat hubungan antara sikap (p value = 0,001) dan status pekerjaan ibu (p value =
0,003) dengan perilaku pencegahan stunting. Hasil penelitian berbeda Harikatang dkk
2020 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian balita stunting dengan hasil p=1,000 dengan OR 1,474 dan tidak terdapat
hubungan antara sikap ibu dengan kejadian balita stunting (p= 0,786). Dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini pengetahuan dan sikap ibu dapat berpengaruh pada
perilaku pencegahan stunting pada balita.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh peneliti pada 27 Desember 2022
di Puskesmas Harapan Jaya dan Posyandu RW 04 kelurahan harapan jaya, dengan
mewawancarai kepala puskesmas harapan jaya tersebut memiliki jumlah 1.592 balita,
dengan jumlah balita yang mengalami stunting 18 balita (1,15%). Hasil Wawancara
dari 10 ibu balita yang memilik balita usia 24–59 bulan, didapatkan 4 balita dibawah

FIKes UIA 2023


garis merah dan 6 balita tidak dibawah garis merah, 2 balita tidak pernah sarapan pagi
dan 8 balita sarapan pagi, 4 balita hanya mengkonsumsi snack saja dan 6 tidak
mengkonsumsi snack, dan dari 10 ibu balita belum mengetahui tentang definisi,
penyebab dan tanda gejala serta perilaku pencegahan stunting pada balita.
Dari hasil beberapa referensi dan hasil studi pendahuluan tersebut maka peneliti
mengambil judul penelitian untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.

B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Stunting merupakan program nasional yang diatur berdasarkan peraturan presiden
(PERPRES) dan dalam buku standar akreditasi (KARS) bahwa program nasional
yaitu penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting di rumah sakit dalam
akreditasi rumah sakit wajib memiliki angka 100 %.
2. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Provinsi
Jawa Barat meningkat menjadi 24,5 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata
angka stunting nasional sebesar 24,4 persen. di Daerah Kota Bekasi mendapatkan
angka prevalensi stunting tahun 2021 dengan angka 13,8% dengan target pada
tahun 2022 (11,8%), Tahun 2023 (9,73), dan Tahun 2024 (7,67%).
3. Menurut Kemenkes RI 2018 kekurangan gizi pada masa jangka panjang pada
balita, salah satunya nya masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) angka
kejadian ini di indonesia 48%.
4. Hasil Penelitian Olsa dkk 2017 tentang sikap dan pengetahuan stunting terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap, dan pengetahuan ibu dengan kejadian
stunting dengan angka kejadian stunting pada anak baru masuk sekolah dasar. Dan
Hasil penelitian Arnita dkk 2020 diketahui dari 87 Ibu, sebagian besar Ibu
(67.8%) memiliki upaya pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu
(65.5%) memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap
baik.
5. Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh peneliti pada 27 Desember 2022
di Puskesmas Harapan Jaya dan Posyandu RW 04 kelurahan harapan jaya, dengan
mewawancarai kepala puskesmas harapan jaya tersebut memiliki jumlah 1.592

FIKes UIA 2023


balita, dengan jumlah balita yang mengalami stunting 18 balita (1,15%). Hasil
Wawancara dari 10 ibu balita yang memilik balita usia 24–59 bulan, didapatkan 4
balita dibawah garis merah dan 6 balita tidak dibawah garis merah, 2 balita tidak
pernah sarapan pagi dan 8 balita sarapan pagi, 4 balita hanya mengkonsumsi
snack saja dan 6 tidak mengkonsumsi snack, dan dari 10 ibu balita belum
mengetahui tentang definisi, penyebab dan tanda gejala serta perilaku pencegahan
stunting pada balita.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
2. Bagaimana gambaran sikap ibu tentang pencegahan stunting pada balita 24-59
bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
3. Bagaimana gambaran perilaku pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan di
RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
5. Apakah ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang perilaku pencegahan
stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
b. Teridentifikasi gambaran sikap ibu tentang perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
c. Teridentifikasi gambaran perilaku pencegahan stunting pada balita 24-59
bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
d. Teridentifikasi Hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.

FIKes UIA 2023


e. Teridentifikasi Hubungan sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan
Jaya”. Diharapkan memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi tenaga
keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia dalam bidang keperawatan profesional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman serta pengetahuan tentang pengetahuan dan sikap ibu
dengan perilaku pencegahan stunting dan sebagai sarana untuk
mengembangkan serta menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima
dalam mewujudkan proses yang lebih baik.
b. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan UIA
Dapat dijadikannya sebagai referensi penelitian selanjutnya dan menambah
bahan kepustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi”iyah
yang berkaitan dengan Pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan.
c. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi ibu balita
mengenai stunting dan dapat memberikan pengarahan dan penyuluhan tentang
perilaku pencegahan stunting agar tidak terhambat pertumbuhan balita di RW
04 Kelurahan Harapan Jaya.
d. Bagi Orang Tua
Dapat dijadikan sebagai acuan atau masukan serta informasi yang berguna
bagi orang tua mengenai pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan
Jaya.

FIKes UIA 2023

Anda mungkin juga menyukai