MASLIYA
B0216343
MAJENE
2020
HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KELUARGA DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA
ABSTRAK
Latar Belakang : Balita menjadi salah satu kelompok yang beresiko mengalami
masalah gizi. Asupan makanan yang kaya akan nutrisi memberi dampak yang baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Timbulnya masalah gizi pada anak
dapat di pengaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah pola asuh dan bagaimana
keluarga memenuhi kebutuhan gizi yang cukup pada anak. Stunting ( tubuh pendek)
adalah keadaan dimana tubuh yang sangat pendek hingga melampaui -2 SDdi bawah
median panjang atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Stunting
menggambarkan keadaan gizi yang buruk atau kurang. Tujuan : penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubangan pelaksanaan tugas keluarga dengan kejadian
stunting pada balita. Metode : artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan google Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Hasil : dari hasil screening di peroleh 6 Jurnal study dalam ulasannya membahas
tentang tugas dan peran keluarga balita stunting. Kesimpulan : dari ke-6 Jurnal yang
di review, menunjukkan pentingnya peran dan tugas keluarga dalam mencegah
stunting pada balita.
Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi yang di tinjau dari
tinggi badan yang lebih pendek dibanding orang lain yang seusia ( KDPDTT, 2017).
Stunting pada tahun 2017 di tingkat dunia mencapai 22,2% (144,8juta) balita,
diamana hal tersebut terjadi akibat berbagai factor terkait 1000 hari pertama setelah
konsepsi (WHO, 2018).
Tubuh pendek atau stunting pada masa balita disebabkan oleh kurangnya gizi
kronis atau gizi kurang yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan serta
digunakannya sebagai indikator , dalam jangka panjang (Kementerian Kesehatan RI,
2016). Anak mengalami stunting diakibatkan oleh lima hal utama yaitu faktor gizi
yang buruk pada balita ataupun ibu hamil, tingkat pengetahuan ibu yang kurang
terkait kesehatan dan gizi saat sebelum hamil, masa kehamilan, serta setelah
melahirkan, terkendalanya pelayanan kesehatan terutama ante natal care, post natal
care, dan pembelajaran dini yang berkualitas, ketersediaan makanan bergizi,
keterjangkauan akses air bersih dan sanitasi yang masih tergolong buruk (KDPDTT,
2017). Pemerintah telah mengupayakan mengatasi permasalahan status gizi di
Indonesia melalui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga dan keluarga
sadar gizi ( KADARZI ). Program Indonesia Sehat memiliki sasaran yaitu derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat dengan meningkatkan kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pelayanan kesehatan yang merata (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Program
pemerintah lainnya keluarga sadar gizi (KADARZI ) adalah program yang di
jalankan pemerintah dengan harapan keluarga mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masala gizi setiap anggotanya. Keluarga di sebut keluarga sadar gizi
( KADARSI) apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dengan menimbang berat
berat badan secara teratur, pemberian ASI Eskulisif, makan beranega ragam,
menggunakan garam beryodium, meminum suplemen gizi sesuai anjuran. KADARZI
di wujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga
yang kurang mendukungserta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi
masalah gizi yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat khususnya ibu rumah tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan
factor yang berpengaruh pada pencapaian program KADARZI ( Dinkes DIY, 2017)
Berdasarkan pemasalahan status gizi pada balita yang masih kurang dan
belum teratasi, penulis mencoba untuk meninjau apakah terdapat hubungan
pelaksanaan tugas keluarga dengan status gizi pada balita yang memiliki risiko
stunting.
METODE
Dalam tinjauan literature ini artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan goole Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Pada tahapan dalam penyaringan artikel yang digunakan di jelaskan pada Diagram 1
terkait dengan menambahkan criteria inklusi dan Esklusi.
1. Kriteria Inklusi
Pada tinjauan literature ini penulis menentukan criteria studi yang ada pada
studi ini, yaitu populasi keluarga dengan balita stunting, studi kuantitatif, studi
alat ukur kuesioner yang membahas tentang pengetahuan keluarga tentang
stunting dan pencegahan stunting. study ini di lakukan pada tahun 2015
sampai 2020 yang di publikasikan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
2. Kriteria Eksklusi.
Pada tinjauan literature ini penulis juga menentukan criteria Eksklusi yang
terdiri dari populasi keluarga keluarga yang tidak harus memiliki balita
stunting dan penelitian yang tidak membahas tentang pengetahuan dan status
gizi dengan pencegahan stunting.
HASIL
Pada penelitian Pipit Festi Wiliyanarti, Israfil & Rulianti, waktu penelitian
periode januari 2019, pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner tertutup menggunakan skala likert. Penelitian Muhammad
Fauzi, S.KM.,M.P.II. dan Wahyudin, S.KM.,M.K.K.K. pengumpulan data dalam
penelitiannya menggunakan kuesioner. analisis hasil penelitian menggunakan uji Chi
Square. Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro. Waktu penelitian
bulan oktober tahun 2018 dengan teknik pengumpulan data melalui pemberian
kuesioner pada ibu yang memiliki anak balita. Penelitian Febrian Dwi Bella, Nur
Alam Fajar & Misnaniarti. Waktu penelitian Maret 2019 dengan jumlah sampel 100
ibu balita usia 24-59 Bulan. Teknik pengumpulan data yaitu meneliti imformasi
tentang kebiasaan pemberian makan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan
dan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Penelitian Sumardiyono, dengan waktu penelitian Oktober 2019.
Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan perhitungan variable bebasnya
adalah usia (dalam bulan), tinggi badan (dalam cm), dan riwayat pemberian ASI
Esklusif (kategori ada riwayat pemberian ASI Esklusif dan tidak ada riwayat
pemberian ASI Esklusif), sedangka variable terikatnya adalah stunting ( kategori
stunting dan tidak stunting). Analisis statistic menggunakan regresi logistic berganda
dengan variable bebas berskala numeric kategorik dan variable terikatnya berskala
kategorik. Perhitungan uji statistic menggunakan software SPSS Versi 23 dengan
signifikasi menggunakan α = 0,05. Penelitian Retno Setyo Iswati & Desta Ayu Cahya
Rosyda, waktu penelitian di lakukan selama 1 bulan dalam periode Januari-Februari
2020. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode demonstrasi
berupa pelatihan senam bayi dengan menggunkan alat (1) Alas : matras atau handuk
tebal (2) phantom Bayi. Program peningkatan pengetajuan jangka panjang ini melalui
4 tahap, yaitu perizinan, persiapan, pelaksanaan da evaluasi.
a. Algoritma pencarian
(n=1705)
(n=6)
Penelitian Pipit Festi Wiliyanti, Israfil & Rulianti (2020). stunting merupakan
keadaan gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronik sehingga anak
terlalu pendek. Peran keluarga terhadap pola makan balita kurang gizi sangat penting,
karena untuk memantau pola makan dengan cara memperhatikan frekuensi, kualitas
dan kuatitas makan. Peran keluarga sebagai motivatr, educator dan fasilitator dalam
memberikan pola makan yang baik terhadap anggoa keluarga dengan balita stunting
sangat endukung kesehatan keluarga. Selain tiu keluarga beperan untuk memebuhi
pola makan dan kebutuhna gizi dengan cukup. Pola makan yang baik pada balita pada
umunya bermasalah dapat di sebabkan oleh beberapa faktoryang mempengaruhi
antara lain dari persepsi dan pengetahuan keluarga, budaya keluarga, lingkunga,
ketersediaan makanandan media atau sumber imformasi. Pada usia balita kebanyakan
anak hanya menyukai makanan satu jenis.keluarga yang kurang memperhatikan pola
makan bali, sehingga makan yang di berikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
anak. Factor resiko stunting pada anak juga menyangkut berat badan balita yang
kurang saat lahir ( BBLR), pendidikan tentang pemberian perawatan pada balita,
lamanya pemberian laktasi pada balita dan keberagaman makanan sesuai gizi yang
cukup untuk balita yang di siapkan oleh keluarga. stunting dapat di cegah dengan
pemberian penyuluhan untuk keluarga dalam mengatur pola makan balita dengan
cara memberikan makanan yang mengandung protein atau zat gizi tinggi serta
kecukupannya beragam.
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa jika di tijau dari tingkat pendidikan ibu
dengan kategori rendah masih sangat tinggi yaitu sebanyak 66 (69,47%) dan tingkat
pendidikan tingi sebanyak 29 (30,53%). Dengan demikian ibu yang berpendidikan
rendah sangat di khawatirkan terhadap pengatahuan sikap dan perilaku pola asuh ibu
terhadap anaknha dalam pemberian nutrisi dan gizi pada anaknya kurang sehingga
dapat menyebabkan stunting pada balita. Maka dari itu peningkatn pengetahan ibu
tentang pemberian mkanan yang bergizi pada anak harus benar-benar di tingkatkan
dalam upaya pencegahan terjadinya stunting. Sedangkan, dari tingkat pekerjaan ibu
yang memiliki balita sebagai IRT dengan kelompok balita normal lebih tinggi
( 61,1%) di bandingkan dengan ibu rumah tangga dengan balita stunting (31,6%). Uji
Chi-square yang di lakukan pada variable pekerjaan ibu dengan kejadian stunting
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. hasil tersebut tidak sejalan
dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua berpengaruh
terhadap status gizi yang mengakibatkan stunting. (Ibrahim & Faramita, 2014) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variable
ekonomi dan kejadian stunting pada anak. Orang tua yang tidak memiliki pekerjaan
akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi keluarga.
Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro (2020).
Mengatakan bahwa KADARZI merupakan sebuah program yang di anjurkan oleh
pemerintah dengan harapan keluarga mampu mengenal, mencegah dan mengatasi
masalah gizi setiap masyarakatnya. Keluarga di sebut Kadarzi apabila telah
berperilaku gizi yang baik yang di tandai dengan menimbang badan secara teratur,
pemberian ASI Esklusif yang tepat, makan beraneka ragam, menggunakan garam
beryodium dan minum suplemen gizi sesuai anjuran. Kadarzi di wujudkan dengan
cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga yang kurang
mendukung serta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah gizi
yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat
khususnya ibu-ibu rumah tanga terhadap gizi dan kesehatan merupakan factor yang
berpengaruh pada pencapaian program Kadarzi ( Dinkes DIY, 2017).
Penelitian Febriani Dwi Bella, Nur Alam Fajar & Misnaniarti (2020),
mengatakan bahwa pola asuh dalam keluarga berupa kebiasaan pemberian makan,
kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan dan kebiasaan mendapatkan pelayanan
kesehatan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Pemberian makan
dengan cara yang sehat, pemberian makan bergizi dan mengatur porsi yang di
habiskan akan meningkatkan status gizi anak. Makanan yang baik untuk bayi dan
balita harus memenuhi standar kecukupan energy sesuai umur, pola menu seimbang
dengan bahan makanan yang tersedia, kebiasaan dan selera makan anak, bentuk dan
porsi makanan yang di sesuaikan pada kondisi anak dan memperhatikan kebersihan
perorangan dan lingkungan. Ini sejalan dengan suatu penelitian yang menyebutkan
praktek pemberian makan oleh ibu pada kelompok anak normal lebih baik di
bandingkan pada kelompok anak stunting. Praktek pemberian makan tersebut
meliputi frekuensi pemberian makan, pemberian makanan selingan, pertimbangan
pemilihan jenis makanan, pemberian makanan lengkap, penentuan waktu dan cara
pemberian makan.
Sehubungan dengan hal itu, hubungan yang erat antara orang tua dan anak
merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras, baik
fisik, mental maupun psikososial. Orang tua yang memberikan rangsangan
psikososial yang baik pada anak berpengaruh positif pada status gizi anak. Hal ini
sesuai dengan penelitian mengenai positive deviance pada keluarga miskin yang
mengungkapkan bahwa asupan psikososial berupa keterkaitan antara orang tua dan
anak menjadi factor penting dalam tumbuh kembang anak. Kondisi psikososial yang
buruk dapat mempengaruhi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh, sebaliknya hormone
pertumbuhan di rangsang oleh kondisi psikososial yang baik. Pola asuh keluarga pada
balita stunting juga meliputi kebersihan diri dan lingkungan yang berperan dalam
tumbuh kembang anak. Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan berperan besar
dalam pemeliharaan kesehatan yang mencegah penyakit-penyakit infeksi sebagai
penyebab turunnya status gizi anak. Kebiasaan kebersihan harus sesuai dengan syarat
kesehatan dalam menjaga kesehatan tubuh dengn mandi dua kali sehari, rambut,
tangan, kaki dan pakaian harus bersih, menggosok gigi, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Kebersihan diri yang tidak baik akan memudahkan terjadinya penyakit
infeksi saluran pencernaan seperti diare dan cacingan pada anak.
Sejalan dengan hal itu, solusi yang dapat di tawarkan adalah dengan
melakukan pelatihan senam bayi pada bayi usia > 3 bulan. Senam bayi dapat
memberika stimulasi sentuhan yang sangat bermanfaat pada bayi. Senam bayi d
gunakan untuk membantu dama meningkatkan stimulasi pertumbuhan dan
meningkan perkembangan pada sistem syaraf dan motorik pada bayi yang sehat dan
normal pada fase perkembangan sesuai dengan umur dan kemampuan, selain itu juga
mengoptimalkan keterampilan syaraf motorik kasar pada bayi, meningkatkan adanya
koordinasi yang baik,meningkatkan keseimbangan gerak tubuhnya dan juga
kemampuan meningkatkan kekuatan fisik pada bayi ini juga mendekatkan
(bondingnya) antara ikatan ib dan sang anak akan semakin kuat dan erat.
KESIMPULAN
Peran keluarga sangat penting dalam pemenuhan status gizi yang efektif untuk
pertumbuhan dan perkembangan balita. Maka dari itu, keluarga sangat berperan
dalam memuhi kebutuhan gizi balita dengan menjadi educator dan fasilitator dalam
memenuhi kebutuhan gizi yang cukup dalam memperbaiki tumbuh kembang balita.
Selain itu, tokoh masyarakat dan kebijakan pemerintah penanganan dan pencegahan
balita stunting sangat menunjang keberhasilan program dalam penurunan kejadian
balita stunting.
SARAN
Bella, F. D., Fajar, N. A., & Misnaniarti. (2020). hubungan antara pola asuh keluarga
dengan kejadian stunting pada keluarga miskin. jurnal epidemiologi kesehatan
komunitas , 15-22.
Fauzi, M. ,., & S. M. (2020). hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu balita
dengan kejadian stunting. prosing seminar nasional kesehatan "peran tenaga
kesehatan dalam menurunkan kejadian stunting" , 9-15.
Simon, M. E., & Anggoro, S. (2018). hubungan pengetahuan dan perilaku ibu tentang
keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita. jurnal delima
harapan , 12-18.
Sumardiyono. (2020). pengaruh usia, tinggi badan dan riwayat pemberian ASI
Esklusif terhadap stunting pada balita. Medika respati : jurnal ilmiah kesehatan , 1-8.
Wiliyanarti, P. F., Israfil, & Rulianti. (2020). peran keluarga dan pola makan balita
stunting. jurnal keperawatan Muhammadiyah , 142-147.