Anda di halaman 1dari 26

LITERATUR REVIEW

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KELUARGA DENGAN KEJADIAN


STUTING PADA BALITA

MASLIYA

B0216343

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE
2020
HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KELUARGA DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA

Muhammad Irwan, S.Kep.,M.Kes dan dr. Evawaty, M.Kes.


Masliya

Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sulawesi Barat

ABSTRAK
Latar Belakang : Balita menjadi salah satu kelompok yang beresiko mengalami
masalah gizi. Asupan makanan yang kaya akan nutrisi memberi dampak yang baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Timbulnya masalah gizi pada anak
dapat di pengaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah pola asuh dan bagaimana
keluarga memenuhi kebutuhan gizi yang cukup pada anak. Stunting ( tubuh pendek)
adalah keadaan dimana tubuh yang sangat pendek hingga melampaui -2 SDdi bawah
median panjang atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Stunting
menggambarkan keadaan gizi yang buruk atau kurang. Tujuan : penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubangan pelaksanaan tugas keluarga dengan kejadian
stunting pada balita. Metode : artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan google Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Hasil : dari hasil screening di peroleh 6 Jurnal study dalam ulasannya membahas
tentang tugas dan peran keluarga balita stunting. Kesimpulan : dari ke-6 Jurnal yang
di review, menunjukkan pentingnya peran dan tugas keluarga dalam mencegah
stunting pada balita.

Kata Kunci : peran keluarga balita stunting


ABSTRACT

Background: Toddlers become one of the group at risk of experiencing nutritional


problems. Food intake that is rich in nutritional members is a good impact on the
growth and development of children. The occurrence of nutritional problems in
children can be influenced by many factors, one of the foster pattern and how the
family fulfill sufficient nutritional needs in children. Stunting (short body) is a
condition where the body is very short to exceed-2 SDdi under a long or high median
which becomes an international reference. Stunting depicts poor or less nutritional
conditions. Objective: From this research is to know the relationship of execution of
family tasks with stunting events in infants. Method: The article that this use is
obtained on the database PubMed, Google High and Goole scholar with vulnerable
time from 1 January 2015 until 31 December 2020 (5 years). The search strategy on
this review at start by identifying a few keywords is : Family Role, stunting, Toddlers
Results: Screening results in 5 study journals in his descriptions discussing the duties
and roles of family stunting toddlers. Conclusion: From the 5th Journal in Review,
demonstrating the importance of family roles and assignments in preventing stunting
in toddlers.

KEY WORDS : Family Role, Stunting, Toddlers


PENDAHULUAN

Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi yang di tinjau dari
tinggi badan yang lebih pendek dibanding orang lain yang seusia ( KDPDTT, 2017).
Stunting pada tahun 2017 di tingkat dunia mencapai 22,2% (144,8juta) balita,
diamana hal tersebut terjadi akibat berbagai factor terkait 1000 hari pertama setelah
konsepsi (WHO, 2018).

Kejadian stunting merupakan permasalahana gizi global. Menurut data


Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi kejadian stunting mencapai 22,2%
(RISKESDAS, 2018). Menurut batas “non public healtf problem” WHO menyatakan
untuk masalah stunting dengan prevalensi 20%, maka hampir seluruh Negara di dunia
mengalami masalah kesehatan masyarakat (UNICEF, 2013 dalam Mitra, 2015)

Prevalensi balita stunting di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) tahun 2018 terdapat 30,8%balita yang mengalami stunting dan untuk
tingkat provensi Prevalensi stunting nasional di provensi Sulawesi Barat pada tahun
2018 mencapai 41,6% (terdiri dari 16,20% sangat pendek dan 25,40% pendek).
Prevalensi stunting di Sulawesi Barat yang terdiri dari 6 Kabupaten, Kabupaten
Majene menunjukkan angka 43,8%, kabupaten polewali mandar 38,7%,kabupaten
Mamasa 44,1%,kabupaten Mamuju 27,0%, Kabupaten Mamuju Tengah 39,1% dan
Kabupaten Mamuju Utara 32,6% (Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, 2018)

Resiko kejadian stunting meningkat pada keluarga dengan pendapatan


keluarga kurang, tingkat pendidikan orang tua yang rendah behubungan dengan
tingkat pengetahun gizi yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan keluarga,
pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan tempat tinggal terutama pada keluarga
kurang mampu dengan sanitasi, air minum dan kepadatan penduduk memiliki resiko
tiga kali lebih besar terjadi stunting ( Aisyah, 2019).
Permasalahan stunting perlu dilakukan penelitian terutama dari segi keluarga,
menurut Soekirman dan UNICEF bahwa status gizi rendah secara langsung dapat di
pengaruhi oleh asupan gizi yang rendah. Asupan gizi yang rendah dapat di sebabkan
karena ketersediaan pangan rumah tidak mencukupi dari kebutuhan normal,
ketersedian pangan ini akan terpenuuhi, jika daya beli masyarakat cukup. Social
ekonomi masyarakat merupakan factor yang berperan dalam menentukan daya beli
keluarga, keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh
akses pendidikan, pangan dan kesehatan sehingga status gizi anak akan lebih mudah
di jangkau (Rahma & Nadhiroh 2017; Putri, Rahayu & maemunah 2017)

Tubuh pendek atau stunting pada masa balita disebabkan oleh kurangnya gizi
kronis atau gizi kurang yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan serta
digunakannya sebagai indikator , dalam jangka panjang (Kementerian Kesehatan RI,
2016). Anak mengalami stunting diakibatkan oleh lima hal utama yaitu faktor gizi
yang buruk pada balita ataupun ibu hamil, tingkat pengetahuan ibu yang kurang
terkait kesehatan dan gizi saat sebelum hamil, masa kehamilan, serta setelah
melahirkan, terkendalanya pelayanan kesehatan terutama ante natal care, post natal
care, dan pembelajaran dini yang berkualitas, ketersediaan makanan bergizi,
keterjangkauan akses air bersih dan sanitasi yang masih tergolong buruk (KDPDTT,
2017). Pemerintah telah mengupayakan mengatasi permasalahan status gizi di
Indonesia melalui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga dan keluarga
sadar gizi ( KADARZI ). Program Indonesia Sehat memiliki sasaran yaitu derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat dengan meningkatkan kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pelayanan kesehatan yang merata (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Program
pemerintah lainnya keluarga sadar gizi (KADARZI ) adalah program yang di
jalankan pemerintah dengan harapan keluarga mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masala gizi setiap anggotanya. Keluarga di sebut keluarga sadar gizi
( KADARSI) apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dengan menimbang berat
berat badan secara teratur, pemberian ASI Eskulisif, makan beranega ragam,
menggunakan garam beryodium, meminum suplemen gizi sesuai anjuran. KADARZI
di wujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga
yang kurang mendukungserta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi
masalah gizi yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat khususnya ibu rumah tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan
factor yang berpengaruh pada pencapaian program KADARZI ( Dinkes DIY, 2017)

Berjalannya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tenaga kesehatan salah


satunya perawat. Perawat memiliki peran dalam meningkatkan status gizi balita yaitu
dengan upaya promotif dan preventif (Partini, S.; Sumantri; & Senssusiana, S., 2016).
Pencegahan masalah gizi buruk yang telah dilakukan perawat meliputi proses asuhan
keperawatan (penimbangan, pengukuran, dan pemantauan seacara rutin), pendidikan
kesehatan dalam konseling ataupun penyuluhan, bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoordinasi terkait rencana pelaksanaan kegiatan,
berdiskusi untuk memecahkan permasalah status gizi, melakukan pendekatan dan
memberikan pemahaman terkait gizi yang penting bagi kesehatan (Partini, S.;
Sumantri; & Senssusiana, S., 2016).

Berdasarkan pemasalahan status gizi pada balita yang masih kurang dan
belum teratasi, penulis mencoba untuk meninjau apakah terdapat hubungan
pelaksanaan tugas keluarga dengan status gizi pada balita yang memiliki risiko
stunting.
METODE

Dalam tinjauan literature ini artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan goole Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Pada tahapan dalam penyaringan artikel yang digunakan di jelaskan pada Diagram 1
terkait dengan menambahkan criteria inklusi dan Esklusi.

1. Kriteria Inklusi
Pada tinjauan literature ini penulis menentukan criteria studi yang ada pada
studi ini, yaitu populasi keluarga dengan balita stunting, studi kuantitatif, studi
alat ukur kuesioner yang membahas tentang pengetahuan keluarga tentang
stunting dan pencegahan stunting. study ini di lakukan pada tahun 2015
sampai 2020 yang di publikasikan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
2. Kriteria Eksklusi.
Pada tinjauan literature ini penulis juga menentukan criteria Eksklusi yang
terdiri dari populasi keluarga keluarga yang tidak harus memiliki balita
stunting dan penelitian yang tidak membahas tentang pengetahuan dan status
gizi dengan pencegahan stunting.
HASIL

Profil pencarian literatur pada 2 database disajikan dalam algoritma pencarian


yang diperoleh sebanyak 1705 artikel. 1075 publikasi dikeluarkan karena bukan
publikasi 5 tahun terakhir, full text dan clinical trial sehingga tersisa 630 artikel.
Artikel tersebut di screening lagi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan
dikeluarkan sebanyak 410 artikel sehingga artikel tersisa 96 artikel, namun 90
diantaranya di eklusikan karena bukan jurnal, dan bukan merupakan studi kuantitatif.
Setelah proses skrening beberapa tahap maka didapatkan 6 jurnal yang sesuai dengan
tujuan dari penulisan tinjauan literature ini.

Penilaian hasil dilakukan dengan menggunakan Kuesioner. Dimana kuesioner


adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Aliftitah &
Oktavianisya, 2020).Lama penelitian ini berkisar 1 hari selama 30-50 menit untuk
pemberian pertanyaan tentang pengetahuan keluarga dengan pencegahan stunting
dalam bentuk kuesioner (Headley et al., 2017).

Pada penelitian Pipit Festi Wiliyanarti, Israfil & Rulianti, waktu penelitian
periode januari 2019, pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner tertutup menggunakan skala likert. Penelitian Muhammad
Fauzi, S.KM.,M.P.II. dan Wahyudin, S.KM.,M.K.K.K. pengumpulan data dalam
penelitiannya menggunakan kuesioner. analisis hasil penelitian menggunakan uji Chi
Square. Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro. Waktu penelitian
bulan oktober tahun 2018 dengan teknik pengumpulan data melalui pemberian
kuesioner pada ibu yang memiliki anak balita. Penelitian Febrian Dwi Bella, Nur
Alam Fajar & Misnaniarti. Waktu penelitian Maret 2019 dengan jumlah sampel 100
ibu balita usia 24-59 Bulan. Teknik pengumpulan data yaitu meneliti imformasi
tentang kebiasaan pemberian makan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan
dan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Penelitian Sumardiyono, dengan waktu penelitian Oktober 2019.
Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan perhitungan variable bebasnya
adalah usia (dalam bulan), tinggi badan (dalam cm), dan riwayat pemberian ASI
Esklusif (kategori ada riwayat pemberian ASI Esklusif dan tidak ada riwayat
pemberian ASI Esklusif), sedangka variable terikatnya adalah stunting ( kategori
stunting dan tidak stunting). Analisis statistic menggunakan regresi logistic berganda
dengan variable bebas berskala numeric kategorik dan variable terikatnya berskala
kategorik. Perhitungan uji statistic menggunakan software SPSS Versi 23 dengan
signifikasi menggunakan α = 0,05. Penelitian Retno Setyo Iswati & Desta Ayu Cahya
Rosyda, waktu penelitian di lakukan selama 1 bulan dalam periode Januari-Februari
2020. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode demonstrasi
berupa pelatihan senam bayi dengan menggunkan alat (1) Alas : matras atau handuk
tebal (2) phantom Bayi. Program peningkatan pengetajuan jangka panjang ini melalui
4 tahap, yaitu perizinan, persiapan, pelaksanaan da evaluasi.
a. Algoritma pencarian

Hasil artikel penelitian


melalui database

(n=1705)

Artikel yang di ckrining Artikel yang tidak sesuai


karena bukan 5 tahun terakhir, dengan criteria inklusi
full text dan clinical trial
(n=410)
(n=630)

Artikel yang sesuai Artikel teks lengkap yang


diekslusi dengan alas an
(n=96) (bukan jurnal, studi
kuantitatif)

Artikel terpilih berdasarkan


criteria sintesis kuantitatif

(n=6)

Diagram 1. Proses penyaringan artikel


b. Tabel sintesis grid

Penulis/tahun Negara Jumlah Usia Tahun Metode Tujuan Hasil Kesimpulan


sampel
Pipit Festi Indonesia 86 2020 Metode Tujuan Peran keluarga Ada hubungan
Wiliyanarti, keluag analitik penelitian ini sebagian besar peran keluarga
Israfil & Ruliati a dengan adalah untuk peran cukup terhadap pola
balita. pendekatan mengetahui sebanyak 42 makan balita
cross hubungan peran keluarga yang mengalami
sectional. keluarga (48,8%).pola stunting. Peran
terhadappola makan balita keluarga, tokoh
makan balita terbanyak pola masyarakat dan
yang mengalami makan kurang kebijakan
stunting. 38 balita pemerintah
(44,2%). Hasil terkait
analisa penanganan dan
spearman, nilai pencegahan balita
analisa spearman stunting sangat
Rank ρ = 0,0014 menunjang
dengan α = 0,05 keberhasilan
sehingga dapat program dalam
di nyatakan ada penurunan
hubungan antara kejadian balita
peran keluarga stunting
dengan pola
makan balita
stunting
Muhammad Indonesia 95 ibu 2020 metode Tujuan Hasil penelitian Tingkat
Fauzi, yang kuantitatif penelitian ini menunjukkan pendidikan dapat
S.KM.,M.P.H & memili dengan adalah bahwa tingkat mempenagruhi
Wahyudin, ki pendekatan mengetahui pendidikan kejadian stunting.
S.KM.,M.K.K. anak cross hubungan antara dengan dengan Di harapka
K. & Aliyah. stuntin sectional pendidikan dan kategori rendah pelayan
g pekerjaan ibu masih tinggi 66 kesehatan dapat
balita dengan (69%) dan tinggi meningkatkan
kejadian pendidikan pengetahuan
stunting. tinggi 29 masyarakat
(30,53%). tentang stunting
Dengan dengan
demikian ibu melakukan
dengan tingkat penyuluhan.
pendidikan
rendah sangat di
khawatirkan
terhadap
pengetahuan dan
sikap perilaku
pola asuh
terhadap anak.
Uji Cji-square
yang di lakukan
pada tingkat
pendidikan
menunjukkan
ada hubungan
yang signifikan
antar tingkat
pendidikan
dengan kejadian
stunting pada
balita (p =
0,013) dengan
OR sebesar
3,548.
Sedangkan uji
Chi-square yang
di lakukan pada
variable
pekerjaan orang
tua dengan
kejadian
stunting
menunjukkan
bahwa tidak ada
hubungan yang
terlalu bermakna
antara dua
variable tersebut
( p value sebesar
0,635)
Maylan Indonesia 74 ibu 2018 Metode Penelitian ini Berdasarkan Pengetahaun
Emilyani Dias yang deskriptif bertujuan untuk nilai uji chi KADARZI dalam
Simon & Sarni memili kuantitatif, mengetahui square sebesar kategori baik
Anggoro ki survey hubungan 7.761, sig 0,022 yaitu sebanyak
balita Deskriptifde pengetahuan (ρ < 0,05), 44 orang (59%)
(0-59) ngan dan perilaku ib sehingga dapat dan perilaku ibu
bulan pedekatan tentang di artikan bahwa tentang
cross KADARZI perilaku KADARZI
sectional (keluarga sadar seseorang di sebanyak 42
gizi) dengan dukung oleh orang (57%)
status gizi pada responden dan dapun status gizi
balita. juga imformasi pada balita dalam
yang didapatkan kategori baik
oleh responden mencapai angka
dari petugas 68 balita (92%).
kesehatandan Pada hasil Chi
juga program square di peroleh
pemerintah ρ < 0,05,yang
daerah mengenai berarti ada
pelaksanaan hubungan antara
Kadarzi perilaku ibu
tentang Kadarzi
dengan status gizi
anak balita.
Febriani Dwi Indonesia 100 2019 Metode Untuk Hasil penelitian Pola asuh dalam
Bella, Nur Alam ibu observasion mengetahui menunjukkan keluarga berupa
Fajar & balita al hubungan pola bahwa proporsi kebiasaan makan,
Misnaniarti menggunaka asuh keluarga balita stunting kebiasaan
n dengan status pada keluarga pengasuhan,
pendekatan gizi balita pada miskin adalah kebiasaan
kuantitatif keluarga miskin 29%. Hasil kebrsihan dan
dengan analisis biavariat kebiasaan
desain studi menunjukkan mendapatkan
cross bahwa ada pelayanan
sectional hubungan anatra kesehatan
kebiasan makan berhubngan
(0,000) dengan kejadian
kebiasaan stunting balita.
hyegine Permasalahan
(p=0,021) dan status gizi yang
kebiasaan buruk pada balita
mendapatkan terjadi pada
pelayanan keluarga miskin
kesehatan tetapi lebih di
(p=0,000) sebabkan oleh
dengan kejadian pola asuh yaitu,
stunting pada kebiasaan
balita. pembeian makan,
kebiasaan
pengasuhan,
kebiasaan
kebersihan dan
kebiasaan
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang
baik dalam
keluarga miskin
dapat mengurangi
kecenderungan
balita untuk
mengalami
stunting.

Sumardiyono indoenesia 30 60 2020 Metode Untuk Pengaruh Pemberian ASI


oang Bula observasion menganalisis masing variable esklusif pada
balitar n al analitik pengaruh usia, baik variable balita dapat
dengan tinggi badan, teikat maupun meningkatkan
desain cross dan riwayat bebas. Usia status gizi
sectional pemberian ASI berpengaruh sehingga
esklusif dan terhadap memperkecil
durasi stunting (p = peluang balita
pemberian ASI 0,001 < 0,05), mengalami
Esklusif. tinggi badan stunting.
berpengaruh
terhadap
stunting ( p =
0,000 < 0,05 ) da
riwayat
pemberian ASI
Esklusif
berpengaruh
terhadap
stunting ( p
=0,004<0,05).
Jadi secara
bersamaan
maupun sendiri-
sendiri variable
usia, TB dan
riwayat
pemberian ASI
Eskluif
berpengaruh
terhadap
stunting.
Retno Setyo Indonesia 36 ibu 2020 Metode Tujuan Hasil penelitian Kegiatan
Iswati & Desta balita demonstrasi penelitian ini ini menujukkan penyuluhan, serta
Ayu Cahya yang berupa adalah bahwa terdapat demonstrasi
Rosyda senam bayi pelatihan senam peningkatan senam bayi guna
dengan bayi sesuai fase pengetahuan dan merangsang
menggunaka perkembangan keterampilan pertumbuhan dan
alat (1) untuk pada ibu tentang perkembangan
Alas : matras meningkatkan senam bayi dan bayi, bayi yang
atau handuk kemampuan bisa di aplikasi lebih optimal,
tebal (2) motorikbayi. kan dalam peningkatan
phantom Meningkatkan keseharian untuk sensorik dan
bayi. kemampuan mencegah motorikbayi.
Persiapan di orang tua dalam stunting. Kegiatan
mulai mengenali atau Dimana dalam penyuluhan juga
dengan mendeteksi pelaksanaan berguna untuk
memastikan sejak dini kegiatan tersebut untuk deteksi dini
sasaran adanya yang di hadiri 36 terhadap adanya
dalam hal perkembangan ibu balita. kelainan
peserta, yang salah pada Perserta pertumbuhan dan
tempat dan bayi. berperan aktif perkembangan
media yang dalam kegiatan pada bayi,
di gunakan. dan di lakukan melancarkan
Pelaksanaan evaluasi di peredaran darah,
tahap ini penghujung menyehatkan
meliputi : kegiatan dengan jantung dan
1. pengisia metode meningkatkan
n daftar menanyakan koordinasi,
hadir. kembali materi keseimbangan
2. Pembuk yang di dan
aan. sampaikan. kewaspadaan,
3. Penyam meningkatkan
paian pengetahuan
materi ibutentang
4. Diskusi/t pentingnya
anya menerapkan
jawab. senam bayi
5. Penutup kepada anak.
berupa
evaluasi
dari
kegiatan
yang di
laksanak
an
Evaluasi di
lakukandeng
an metode
menanyakan
balik materi
yang sudah
di berikan
dan
menerapkan
diskusi agar
ibu
memahami
manfaat
pentingnyase
nam bayi jika
di lakukan
secara rutin.
PEMBAHASAN

Penelitian Pipit Festi Wiliyanti, Israfil & Rulianti (2020). stunting merupakan
keadaan gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronik sehingga anak
terlalu pendek. Peran keluarga terhadap pola makan balita kurang gizi sangat penting,
karena untuk memantau pola makan dengan cara memperhatikan frekuensi, kualitas
dan kuatitas makan. Peran keluarga sebagai motivatr, educator dan fasilitator dalam
memberikan pola makan yang baik terhadap anggoa keluarga dengan balita stunting
sangat endukung kesehatan keluarga. Selain tiu keluarga beperan untuk memebuhi
pola makan dan kebutuhna gizi dengan cukup. Pola makan yang baik pada balita pada
umunya bermasalah dapat di sebabkan oleh beberapa faktoryang mempengaruhi
antara lain dari persepsi dan pengetahuan keluarga, budaya keluarga, lingkunga,
ketersediaan makanandan media atau sumber imformasi. Pada usia balita kebanyakan
anak hanya menyukai makanan satu jenis.keluarga yang kurang memperhatikan pola
makan bali, sehingga makan yang di berikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
anak. Factor resiko stunting pada anak juga menyangkut berat badan balita yang
kurang saat lahir ( BBLR), pendidikan tentang pemberian perawatan pada balita,
lamanya pemberian laktasi pada balita dan keberagaman makanan sesuai gizi yang
cukup untuk balita yang di siapkan oleh keluarga. stunting dapat di cegah dengan
pemberian penyuluhan untuk keluarga dalam mengatur pola makan balita dengan
cara memberikan makanan yang mengandung protein atau zat gizi tinggi serta
kecukupannya beragam.

Adapun sasaran balita adalah melalui pemantauan pertumbuhan dan


perkembangan, penyelenggaraan pemberian makanan tambahan dna pemberian
pelayanan kesehatan yang optimal. Pada ketersedian pangan pada jumlah yang
cukupserta kualias yang memadai dan tersedia sepanjang waktu, yaitu melalui
peningkatan bahan pangan serta pengembangan produksi olahan, peningkatan
keanekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga, meningkatkan pelayanan gizi yang baik dlaam upaya perbaikan status
gizi untuk mencapi hidup sehat.

Penelitian Muhammad Fauzi, S.KM.,M.P.II. dan Wahyudin, S.KM.,M.K.K.K.


(2020). Menyatakan bahwa, Kondisi tubuh pendek dimana tinggi atau panjang badan
balita tidak sesuai dengan berbandingan umur. Stunting berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan anak, kesehatan reproduksi dan performa
kemampuan kognnitif serta kemampuan dalam belajar, bahkan dapat meningkatkan
angka morbiditas dan mortilitas pada anak. Derajat kesehatan balita dapat di
pengaruhi oleh perilaku, lingkungan, pelayanan kesehaan dan hereditas ( kebiasaan),
selain itu tingkat penanganan stunting pada balita perlu memperhatikan tingkat
pendidikan dan pekerjaan ibu.

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa jika di tijau dari tingkat pendidikan ibu
dengan kategori rendah masih sangat tinggi yaitu sebanyak 66 (69,47%) dan tingkat
pendidikan tingi sebanyak 29 (30,53%). Dengan demikian ibu yang berpendidikan
rendah sangat di khawatirkan terhadap pengatahuan sikap dan perilaku pola asuh ibu
terhadap anaknha dalam pemberian nutrisi dan gizi pada anaknya kurang sehingga
dapat menyebabkan stunting pada balita. Maka dari itu peningkatn pengetahan ibu
tentang pemberian mkanan yang bergizi pada anak harus benar-benar di tingkatkan
dalam upaya pencegahan terjadinya stunting. Sedangkan, dari tingkat pekerjaan ibu
yang memiliki balita sebagai IRT dengan kelompok balita normal lebih tinggi
( 61,1%) di bandingkan dengan ibu rumah tangga dengan balita stunting (31,6%). Uji
Chi-square yang di lakukan pada variable pekerjaan ibu dengan kejadian stunting
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna. hasil tersebut tidak sejalan
dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua berpengaruh
terhadap status gizi yang mengakibatkan stunting. (Ibrahim & Faramita, 2014) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variable
ekonomi dan kejadian stunting pada anak. Orang tua yang tidak memiliki pekerjaan
akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi keluarga.
Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro (2020).
Mengatakan bahwa KADARZI merupakan sebuah program yang di anjurkan oleh
pemerintah dengan harapan keluarga mampu mengenal, mencegah dan mengatasi
masalah gizi setiap masyarakatnya. Keluarga di sebut Kadarzi apabila telah
berperilaku gizi yang baik yang di tandai dengan menimbang badan secara teratur,
pemberian ASI Esklusif yang tepat, makan beraneka ragam, menggunakan garam
beryodium dan minum suplemen gizi sesuai anjuran. Kadarzi di wujudkan dengan
cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga yang kurang
mendukung serta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah gizi
yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat
khususnya ibu-ibu rumah tanga terhadap gizi dan kesehatan merupakan factor yang
berpengaruh pada pencapaian program Kadarzi ( Dinkes DIY, 2017).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hbungan yang signifikan antara


perilaku ibu dengan status gizi pada balita di posyandu Teratai yang ditunjukkan
dengan nilai Chi-Square sebesar 7.671, sig 0,022 ( p <0,05), sehingga dapat di artikan
bahwa perilaku seseorang di dukung oleh pendidikan responden dan juga imformasi
yang di dapatkan oleh responden dari petugas kesehatan dan juga program
pemerintah daerah tentang pelaksanaan Kadarzi. Hal ini di perkuat dengan hasil
tabulasi silang yang menunjukkan bahwa sebagian bessar responden memliki perilaku
baik dengan status gizi pada kategori normal sebanyak 41 responden (55,4%),
sehingga dapat di simpulkan bahwaperilaku yang di miliki oleh responden
mempengaruhi status gizi pada balita. Hal ini di dukung oleh Departemen Kesehatan
RI ( 2018 ) yang menyaakan bahwa perilaku gizi seimbang yaitu penegtahuan, sikap
dan praktek keluarga yang mengonsumsi makana yang mengandung zat gizi yang di
butuhkan dalam jumlah yang sessuai dengan kebutuhan individu dalam keluarga dan
bebas dari pencemaran.

Penelitian Febriani Dwi Bella, Nur Alam Fajar & Misnaniarti (2020),
mengatakan bahwa pola asuh dalam keluarga berupa kebiasaan pemberian makan,
kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan dan kebiasaan mendapatkan pelayanan
kesehatan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Pemberian makan
dengan cara yang sehat, pemberian makan bergizi dan mengatur porsi yang di
habiskan akan meningkatkan status gizi anak. Makanan yang baik untuk bayi dan
balita harus memenuhi standar kecukupan energy sesuai umur, pola menu seimbang
dengan bahan makanan yang tersedia, kebiasaan dan selera makan anak, bentuk dan
porsi makanan yang di sesuaikan pada kondisi anak dan memperhatikan kebersihan
perorangan dan lingkungan. Ini sejalan dengan suatu penelitian yang menyebutkan
praktek pemberian makan oleh ibu pada kelompok anak normal lebih baik di
bandingkan pada kelompok anak stunting. Praktek pemberian makan tersebut
meliputi frekuensi pemberian makan, pemberian makanan selingan, pertimbangan
pemilihan jenis makanan, pemberian makanan lengkap, penentuan waktu dan cara
pemberian makan.

Sehubungan dengan hal itu, hubungan yang erat antara orang tua dan anak
merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras, baik
fisik, mental maupun psikososial. Orang tua yang memberikan rangsangan
psikososial yang baik pada anak berpengaruh positif pada status gizi anak. Hal ini
sesuai dengan penelitian mengenai positive deviance pada keluarga miskin yang
mengungkapkan bahwa asupan psikososial berupa keterkaitan antara orang tua dan
anak menjadi factor penting dalam tumbuh kembang anak. Kondisi psikososial yang
buruk dapat mempengaruhi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh, sebaliknya hormone
pertumbuhan di rangsang oleh kondisi psikososial yang baik. Pola asuh keluarga pada
balita stunting juga meliputi kebersihan diri dan lingkungan yang berperan dalam
tumbuh kembang anak. Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan berperan besar
dalam pemeliharaan kesehatan yang mencegah penyakit-penyakit infeksi sebagai
penyebab turunnya status gizi anak. Kebiasaan kebersihan harus sesuai dengan syarat
kesehatan dalam menjaga kesehatan tubuh dengn mandi dua kali sehari, rambut,
tangan, kaki dan pakaian harus bersih, menggosok gigi, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Kebersihan diri yang tidak baik akan memudahkan terjadinya penyakit
infeksi saluran pencernaan seperti diare dan cacingan pada anak.

Penelitian Sumardiyono (2020), pada penelitiannya di ketahui beberapa factor


resiko terjadinya stunting, yaitu usia, tinggi badan, dan riwayat pemberian ASI
Esklusif. Ketiga factor ini dapat berpengaruh secara sendiri-sendiri, maupun secara
bersamaan sebesar 71,9%, sedangkan factor lain penyebab stunting yang belum d
jelaskan pada penelitian ini sebesar 28,1% dapat berupa penyakit infeksi, asupan
makan, berat badan lahir, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan status
ekonomi keluarga. Usia dan tinggi badan yang sama, masing-masing 30 bulan dan
tinggi badan 80 cm. berbeda dengan pemberian ASI Esklusif, terdapat perbedaan
probabilitas mengalami stunting dalam perkembangan tumbuh kembang anak.
Dimana balita yang tidak memiliki riwayat pemberian ASI Esklusif probabilitasnya
sangat tinggi mengalami stunting (68,4%) di bandingkan dengan balita yang memiliki
riwayat pemberian ASI Esklusif ( 59,7%). Hal ini memperkuat bukti bahwa
pemberian ASI Esklusif dapat menurunkan resiko balita mengalami stunting.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan


bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI Esklusif mempunyai resiko tinggi
mengalami status gizi yang buruk atau stunting lebih tinggi daripada balita yang
memiliki riwayat pemberian ASI Eskulisif (Caitom, Rumayar & Tucunan, 2019;
Pengan Kawengian & Rombot, 2015). Dengan demikian factor pemberian ASI
Esklusif pada balita merupakan factor yang sangat penting untuk mencegah status
gizi yang buruk pada balita. Maka dari itu perlu untuk meningkatkan kesadaran ibu
dalam memberikan ASI Esklusif pada balita. Untuk meningkatkan kesadaran ibu
dalam pemberian ASI Esklusif terhadap balita perlu di tumbuhkan sikap yang baik,
karena sikap ibu yang baik akan mempengaruhi pemberian ASI Esklusif di
bandingkan dengan sikap yang kurang baik sebesar 7,47 kali (Caitom et al.,2019;
Mamonto, 2015; Sjawie, Rumayar & Korompis, 2019 )
Penelitian Retno Setyo Iswati & Desta Ayu Cahya Rosyda (2020),
menyatakan bahwa masa bayi atau sering disebut sebagai “masa keemasan” atau
golden periode. proses perkembangan yang di alami setiap bayi bisa juga di lihat dari
4 aspek perkembangan diantaranya, adalah kemapuan motorik kasar, motorik halus,
personal sosialnya dan bisa di liat dari bahasanya. Kemampuan motorik kasar, yaitu
kemampuan seorang individu dalam melatih gerakan yang melibatkan otot besar bayi
dan juga membentuk sikap tubuh seperti mengangkat kepalanya. Sedangkan, motorik
adalah kemampuan untuk membuat gerakan lebih halus dan melibatkan kelenturan
otot kecil contohnya bisa mengambil dan meraih benda-benda kecil dengan jari dan
tangan. Kemampuan personal yaitu kemampuan untuk bersosialisasi dan mengajak
berinteraksi dengan sekitarnya, misalnya bisa tersenyum dan berceloteh dengan
ibunya. Sedangkan, kemampuan bahasa yang di miliki setiap bayi misalnya
memberikan respon. Respon terhadap adanya suara, jika ada aba-aba atau perintah,
anak tersebut dapat berbicara secara spontan. Seorang anak yang mengalami
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat menimbulkan kecemasan pada
orang tua yang kemudian mempengaruhi orang tua dalam memenuhi kebutuhan
bayinya, misalnya ib yang tidak pernah mengajak bayinya berbicara dan ibu yang
tidak melatih tangan dan kakinya secara teratur. Sehingga, bayi akan mengalami
kesulitan dalam berjalan dan bahasa yang kurang.

Sejalan dengan hal itu, solusi yang dapat di tawarkan adalah dengan
melakukan pelatihan senam bayi pada bayi usia > 3 bulan. Senam bayi dapat
memberika stimulasi sentuhan yang sangat bermanfaat pada bayi. Senam bayi d
gunakan untuk membantu dama meningkatkan stimulasi pertumbuhan dan
meningkan perkembangan pada sistem syaraf dan motorik pada bayi yang sehat dan
normal pada fase perkembangan sesuai dengan umur dan kemampuan, selain itu juga
mengoptimalkan keterampilan syaraf motorik kasar pada bayi, meningkatkan adanya
koordinasi yang baik,meningkatkan keseimbangan gerak tubuhnya dan juga
kemampuan meningkatkan kekuatan fisik pada bayi ini juga mendekatkan
(bondingnya) antara ikatan ib dan sang anak akan semakin kuat dan erat.
KESIMPULAN

Peran keluarga sangat penting dalam pemenuhan status gizi yang efektif untuk
pertumbuhan dan perkembangan balita. Maka dari itu, keluarga sangat berperan
dalam memuhi kebutuhan gizi balita dengan menjadi educator dan fasilitator dalam
memenuhi kebutuhan gizi yang cukup dalam memperbaiki tumbuh kembang balita.
Selain itu, tokoh masyarakat dan kebijakan pemerintah penanganan dan pencegahan
balita stunting sangat menunjang keberhasilan program dalam penurunan kejadian
balita stunting.

SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya perlu di lakukan penelitian lebih lanjut di harapkan
keluarga dapat memahami pentingnya pengetahuan dan status gizi dengan
pencegahan stunting.
2. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat membantu responden untuk mengetahui pentingnya
asupan gizi pada balita yang di mulai sejak 1000 hari pertama kehidupan
sampai anak berusia 2 tahun untuk mencegah stunting.
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini menjadi salah satu studi literature terkait penyelesaian
masalah status gizi stunting serta dapat menjadi literature untuk penelitian
selajutnya terkait stunting.
DAFTAR PUSTAKA

Bella, F. D., Fajar, N. A., & Misnaniarti. (2020). hubungan antara pola asuh keluarga
dengan kejadian stunting pada keluarga miskin. jurnal epidemiologi kesehatan
komunitas , 15-22.

Fauzi, M. ,., & S. M. (2020). hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu balita
dengan kejadian stunting. prosing seminar nasional kesehatan "peran tenaga
kesehatan dalam menurunkan kejadian stunting" , 9-15.

Simon, M. E., & Anggoro, S. (2018). hubungan pengetahuan dan perilaku ibu tentang
keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita. jurnal delima
harapan , 12-18.

Sumardiyono. (2020). pengaruh usia, tinggi badan dan riwayat pemberian ASI
Esklusif terhadap stunting pada balita. Medika respati : jurnal ilmiah kesehatan , 1-8.

Wiliyanarti, P. F., Israfil, & Rulianti. (2020). peran keluarga dan pola makan balita
stunting. jurnal keperawatan Muhammadiyah , 142-147.

Anda mungkin juga menyukai