Anda di halaman 1dari 17

A.

Hubungan Tingkat pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di Kecamatan Kalimanggis Kabupaten Kuningan
B. Latar Belakang
Gizi merupakan bagian penting dalam pertumbuhan dan perkembangan,
karena terdapat keterkaitan dan berhubungan dengan kesehatan dan kecerdasan
(Proverawati dan Erna, 2010). Menurut Aries et al. (2012) status gizi bayi dan balita
merupakan salah satu indikator gizi masyarakat, dan telah dikembangkan menjadi
salah

satu

indikator kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan

kelompok bayi dan balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit kekurangan gizi.
Data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi balita
stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2%
pendek) yang berarti terjadi peningkatan tahun 2010 (35.6%) dan tahun 2007 (36,8%)
dan di Provinsi Jawa Barat prevalensi stunting pada balita mencapai angka 35,3%.
Sedangkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kalimanggis, Kecamatan Kalimanggis,
Kabupaten Kuningan bahwa prevalensi balita 10,1% tahun 2013. (Dinkes Kab Kuningan,
2013). Jumlah

balita stunting pada

penimbangan

rutin

bulan Agustus 2013 di

Puskesmas Kalimanggis 2,24%. Berdasarkan prevalensi stunting tersebut, kejadian


stunting di Indonesia

termasuk masalah karena prevalensi nasional masih diatas

toleransi yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010) yang hanya 20%.
Berdasarkan standar World Health Organization (WHO) 2010 nilai Z-skor tinggi
badan

menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (<-2 SD) dikategorikan

sebagai stunting. Stunting merupakan ganggunan pertumbuhan

linier

yang

dapat

mempengaruhi meningkatnya terjadinya resiko kesakitan, kematian, dan gangguan


perkembangan

motorik terlambat,

serta

(Kusharisupeni, 2002). Stunting apabila

terhambatnya
terjadi

pada

pertumbuhan

mental

masa golden

period

perkembangan otak (0-3 tahun), maka berakibat pada perkembangan otak yang
tidak baik. Hal tersebut di masa yang akan datang dapat berakibat pada penurunan
kemampuan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degeneratif
dan kelahiran bayi dengan berat lahir rendan atau prematur (Todaro dan Smith,
2009; Sari, et al., 2010; Caulfield et al., 2006).
Tingkat pendidikan dapat memudahkan seseorang atau masyarakat untuk
menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku hidup sehari-hari (Astari,
2006; Girma et al. , 2002). Atmarita dan Fallah (2004) mengatakan bahwa tingkat
Proposal PenelitianPage 1

pendidikan

yang

lebih

tinggi akan

memudahkan

seseorang

untuk

mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam kesehatan


dan gizi Faktor yang berhubungan dengan stunting menurut penelitian Ulfani et al.
(2011) salah satunya adalah tingkat pendidikan orang tua. Berdasarkan penelitian
Masithah et al.(2005) lama pendidikan ibu berhubungan dengan status gizi balita
menurut indeks z-skor TB/U. Berdasarkan data riskesdas (2013) bahwa semakin
rendah pendidikan orang tua (SD

dan tidak pernah sekolah. 40,1%) prevalensi

kependekan anak semakin tinggi dibandingkan orang tua yang berpendidikan SLTP ke
atas.
Pemberian ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu faktor penting bagi
petumbuhan dan perkembangan serta kesehatan anak. WHO dan Unicef (2002) dalam
Global strategy on infant and young child feeding tahun 2002 merekomendasikan 4
(empat) pola makan terbaik bagi anak sampai usia 2 tahun, yaitu Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dalam 30 sampai 60 menit pertama setelah lahir, memberikan ASI
eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, mulai memberikan makanan pendamping mulai usia
6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun. Perilaku
pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan ternyata masih belum maksimal. Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2005 dan 2006 prevalensi pemberian
ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 18,1% tahun 2005 dan 21,2% pada tahun
2006.
Sementara hasil Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
diperoleh angka pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan hanya 8,1%. Angka ini
sangat jauh dari target cakupan pemberian ASI eksklusif yang ditetapkan pemerintah,
yaitu 80% pada tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian Ahmad et al. (2010) bahwa stunting lebih banyak
ditemukan pada anak yang tidak diberi ASI eksklusif dibandingkan anak yang
diberi ASI eksklusif. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga meningkatkan
risiko stunting pada balita (Padmadas et al., 2002). Terdapat kecenderungan penyakit
infeksi seperti diare danpenyakit pernafasan akan lebih mudah mengenai bayi yang
diberikan ASI yang kurang dan pemberian makanan atau formula yang terlalu dini
dikarenakan ASI sebagai antiinfeksi sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian
stunting (Rahayu, 2011; Candra et al., 2011).

Proposal PenelitianPage 2

Berdasarkan hasil uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui


hubungan tingkat pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di Kecamatan Kalimanggis Kabupaten Kuningan
C.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Pendidikan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas
Kalimanggis?
2. Bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kalimanggis?
3. Bagaimana Gambaran Kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas
Kalimanggis?
4. Apakah ada Hubungan Antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis?
5. Apakah ada Hubungan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dengan kejadian
stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis?

D. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif
dengan

kejadian stunting

pada

balita

di Kecamatan Kalimanggis Kabupaten

Kuningan
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Gambaran Pendidikan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas
Kalimanggis
2. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis
3. Untuk Mengetahui Gambaran Kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja
Puskesmas Kalimanggis
4. Untuk mengetahui Hubungan Antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis
5. Untuk mengetahui Hubungan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalimanggis

Proposal PenelitianPage 3

E. Landasan Teoritis
a) Stunting
Status gizi merupakan keadaan yang disebabkan oleh keseimbangan antara
jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai
fungsi

biologis

seperti

pertumbuhan

fisik,

perkembangan,

aktifitas

dan

pemeliharaan kesehatan (Jahari, 2004). Status gizi merupakan salah satu faktor
yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program
perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar
terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Muchtadi, 2002). Sedangkan menurut
Almatsier (2003) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan gizi.
Masa

balita

merupakan

proses

pertumbuhan

yang

pesat

dimana

memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya.
Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya
baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Santoso &
Lies, 2004). Masa balita dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka
mendapatkan sumberdaya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun
pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang
optimal, oleh karena itu pada masa ini perlu perhatian yang serius (Azwar, 2004).
Di seluruh dunia, kekurangan energi protein yaitu marasmus, kwashiorkor dan
stunting tetap menjadi salah satu masalah gizi utama pada anak-anak.
Kekurangan

energi

yang

berkontribusi

terhadap

pertumbuhan

otak

dan

perkembangan jangka panjang. Dampak kekurangan energi protein (KEP) pada


setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, lamanya
kekurangan gizi, kecepatan pulihnya menjadi gizi normal, lingkungan rumah
berikut rehabilitasi gizi, dan ada atau tidaknya terkait penyakit dan kekurangan
gizi mikro (Poskitt, 2003).
Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan anak
balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan selanjutnya
terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat badan dan
menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur dapat
menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya serta
lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suhardjo, 2003).
Proposal PenelitianPage 4

Kelaparan dan suplai makanan yang tidak memadai masih mempengaruhi


sebagian dari populasi di dunia dengan dampak serius bagi kesehatan dan
kesejahteraan, terutama pada anak-anak. Kekurangan gizi pada anak mengganggu
perkembangan fisik dan mental. Gizi yang cukup sejak usia dini merupakan
prasyarat untuk kemakmuran suatu masyarakat. Diet memainkan peran khusus
karena pentingnya zat gizi mikro untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Sejauh ini, upaya untuk memerangi gizi buruk dan kekurangan gizi, dan
membuat kemajuan

menuju Millenium

Development

Goal

(MDG),

yang

bertujuan untuk "memberantas kemiskinan dan kelaparan. Dengan demikian,


proporsi anak usia kurang dari 5 tahun dengan gizi kurang telah diturunkan
dari 33% pada tahun 1990 menjadi 26% pada tahun 2006. Di seluruh dunia, namun
jumlah kekurangan gizi terus meningkat (UNSCN, 2008).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) di bawah rata-rata dari standar (WHO,
2006a). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang
memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan
keadaan sosial ekonomi. Di seluruh dunia, 178 juta anak berusia kurang dari lima
tahun (balita) menderita stunting dengan mayoritas di Asia Tengah Selatan dan
sub-Sahara Afrika. Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di
negara berpendapatan rendah dan

menengah karena hubungannya dengan

peningkatan risiko kematian selama masa kanak-kanak. Selain menyebabkan


kematian pada masa kanak-kanak, stunting juga mempengaruhi fisik dan
fungsional dari tubuh (The Lancet, 2008).
Pada tahun 2003, 27,5% anak balita di Indonesia menderita kurus sedang dan
berat, atau hanya 10 poin persentase lebih rendah dari pada tahun 1989, dan hampir
setengahnya stunting. Anak yang menderita berat lahir rendah dan stunting pada
gilirannya tumbuh menjadi remaja dan orang dewasa kurang gizi, dengan
demikian mengabadikan siklus kekurangan gizi (Atmarita, 2005).
Tahun 2005, untuk semua negara-negara berkembang, yang diperkirakan
32% (178 juta) anak-anak usia kurang dari 5 tahun memiliki skor TB/U
dengan nilai Z Score kurang -2 (WHO, 2006c; De Onis, M. et al. 2006).
Prevalensi tertinggi dalam subkawasan PBB adalah Afrika timur dan menengah
masing-masing 50% dan 42%, dengan jumlah terbanyak anak-anak dipengaruhi
oleh stunting, 74 juta, tinggal di Asia Tengah Selatan.
Proposal PenelitianPage 5

Stunting merupakan

hasil dari kekurangan gizi kronis, yang menghambat

pertumbuhan linier. Biasanya, pertumbuhan goyah dimulai pada sekitar usia enam
bulan, sebagai transisi makanan anak yang sering tidak memadai dalam jumlah
dan kualitas, dan peningkatan paparan dari lingkungan yang meningkatkan
terkena penyakit. Terganggunya pertumbuhan bayi dan anak-anak karena kurang
memadainya asupan makanan dan terjadinya penyakit infeksi berulang, yang
mengakibatkan

berkurangnya

nafsu

makan

dan

meningkatkan

kebutuhan

metabolik (Caufield et al, 2006).


b) Pendidikan ibu
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan
tingkat lalu (Notoatmodjo, 1993 dalam Arinta, 2010).
Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya atau jenis
pendidikan yang dialami seseorang (Khomsan et al, 2007). Pendidikan dapat
berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan
jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan orang tua merupakan salah

satu

faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan
yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang
anaknya,

cara

pengasuhan anak

yang

baik,

bagaimana

menjaga

kesehatan

pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah

(2007).
Gunarsa (1995)

mengatakan

bahwa tingkat

pendidikan

mempengaruhi

penerimaan seseorang terhadap suatu hal baru. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi

akan

memudahkan seseorang

dalam

menyerap

informasi

dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal


kesehatan dan gizi. Terkait dengan hal ini, pendidikan ibu sangat erat
kaitannya dengan kesehatan anak. Hal ini dikarenakan, ibu adalah pendidik
pertama bagi anaknya dan sekaligus menjadi pengasuh utama bagi anak. Oleh
karena itu, seseorang ibu hendaknya dibekali dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan dalam merawat anak, terutama dalam masalah tumbuh kembang
anak. Tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita
mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita dan Fallah, 2004).

Proposal PenelitianPage 6

Menurut Phenix dalam Harianto (1992) bahwa pendidikan adalah suatu


proses di mana manusia membina perkembangan manusia lain secara sadar dan
berencana. Sebagaimana di kemukakan oleh Spencer 1859 dalam Harianto
(1992), orang tua yang berpendidikan rendah akan sulit beradaptasi dengan
situasi dan kondisi.
c) Asi eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6
bulan

tanpa memberikan

makanan

atau

minuman

lain.

Menurut

ahli

kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan
ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam
penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007).
Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI eksklusif
atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk
susu, biscuit, bubur nasi dan tim.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain,
walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu diberi
makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai. sedangkanASI tetap
diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih (Sripurwanti Hubertin, 2005).
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi
akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan
menarik.

Perusahaan, lingkungan

dan

masyarakat

pun

lebih

mudah

mendapatkan keuntungan (Utami Roesli, 2005).


Menurut (Azrul Anwar, 2004), ASI eksklusif sangat penting untuk
meningkatkan SDM kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi
kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi
berusia

bulan

akan

menjamin tercapainya

pengembangan

potensial

kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrisi yang
ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tmbuh
optimal (Utami Roesli, 2004).
Proposal PenelitianPage 7

2. Kandungan ASI
Asi memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti (World
Health Organization) WHO, UNICEF, dan (World Health Assembly) WHA
merekomendasikan pemberian ASI saja selama 6 bulan (Amiruddin, 2007).
Departemen

kesehatan

dunia

juga

menargetkan cakupan pemberian ASI

eksklusif sebesar 80%. Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang dikelurkan oleh
kelenjar mamari manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal
dari ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi (Siregar, 2005).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi
yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi
ASI berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa
gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2001). Berdasarkan faktor yang telah
disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi, dan
ASI matang.
Kolostrum memiliki susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuningkuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung
protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari
ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan
immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru
lahir. Produksi kolostrum dimulai sejak masa kehamilan sampai beberapa
hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh
ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et
all, 2001; Roesli, 2004; Brown, 2005).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum
sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein
dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan
vitamin

larut

air,

semakin

meningkat. Volume

ASI

transisi

semakin

meningkat seiring dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI
matang (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).
Proposal PenelitianPage 8

ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu


pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar
pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan letdown.Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk
mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et
all, 2001; Roesli, 2004).
3. Manfaat ASI
Bagi bayi dan ibu ASI eksklusif menyebabkan mudahnya terjalin
ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
merupakan keuntungan awal dari menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak
ada perbedaan yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat
memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain dapat meningkatkan
kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial
memiliki perkembangan sosial yang baik (Utami Roesli, 2005).
F. Kerangka Pemikiran

Proposal PenelitianPage 9

G. Metodologi Penelitian
a) Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross sectional karena pengambilan data variabel independen dan variabel
dependen

dilakukan dalam waktu bersamaan. Desain ini digunakan karena

rancangan penelitian ini mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal


waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005).
Desain dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari
hubungan antara

variabel

independen

yaitu

tingkat

pendidikan ibu dan

pemberian ASI eksklusif dengan variabel dependen yaitu kejadian stunting pada
balita.
b) Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni tahun 2015 di Kecamatan
Kalimanggis, Kabupaten Kuningan.
c) Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan
dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki

anak

balita

(usia

12-59

bulan)

dan

tinggal

di Kecamatan

Kalimanggis Kabupaten Kuningan berjumlah 1724 anak balita.


2. Sampel
Sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang
nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008). Sampel
pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita bertempat tinggal
di Kecamatan Kalimanggis dan pernah datang ke Posyandu berjumlah 325
ibu balita. Jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
rumus :

n=

1 = N =d =
2

N = 1724
d = Penyimpangan 0,05 dengan Tingkat kepercayaan 95%
n = Jumlah sampel 325 ibu balita

Proposal PenelitianPage 10

(Notoatmodjo, 1993)
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
stratifide random sampling (sampel berstrata)
d) Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data (Notoadmodjo,

2005).

Instrument

penelitian

yang

digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang berisi tentang tingkat Pendidikan ibu balita
dan pemberian ASI ekslusif

untuk

mengetahui kejadian stunting.

Berikut

kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian ini:


1) Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian ini, terdapat 5 pertanyaan yang mewakili pendidikan ibu .
Tingkat pendidikan

ibu dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan

rendah (Tidak lulus SD SLTP) dan pendidikan lanjut (SLTA PT), (Nining
YR, 2014)
2) ASI Eksklusif
Untuk mengetahui pemberian ASI Eksklusif peneliti menggunakan kuesioner
yang berisi jawaban ya (Balita di beri ASI sampai 6 bulan) dengan nilai 1 dan
tidak (Balita tidak beri ASI sampai 6 bulan) nilai 0.(Depkes RI, 2010)
3) Kejadian Stunting
Untuk mengetahui kejadian stunting peneliti melakukan pengukuran tinggi badan
bendasrkan umur dan perhitungan umur pada saat pengukuran dilakukan dengan
kategori :
-

Stunting : Sangat pendek = Z score <-2,0 - -3 SD


Pendek = z score -3 SD

Normal : Z score -2 SD s/d < 3 SD

(Depkes RI, 2007)


e) Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data

merupakan suatu usaha mendapatkan data

untuk keperluan penelitian dan untuk pengujian hipotesis karena pengujian


hipotesis dilakukan berdasarkan data yang tersedia.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari
responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup
tentang variabel independen dan dependen yang diteliti.

Proposal PenelitianPage 11

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya akan dilakukan


uji coba kuesioner untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas dari instrument
penelitian yang akan dilakukan di tempat berbeda terhadap 20 ibu balita.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi ibu balita yang terpilih
menjadi sampel penelitian.
f)

Pengolahan data
Proses pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
1. Editing (penyuntingan data)
Dilakukan sebelum proses data entry, dilakukan agar data yang salah atau
meragukan

dapat

ditelusuri

kembali

kepada

responden.

Editing

ini

dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi. Untuk
kegiatan editing ini, peneliti langsung memeriksa kuesioner pada hari itu
juga, sehingga apabila terdapat keraguan dapat dilakukan pengecekan
kepada responden pada saat itu juga.
2. Coding (mengkode data)
Data coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode pada
jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner.
3. Data Entry (memasukkan data)
Proses memasukkan data yang diperoleh ke komputer untuk analisis lebih
lanjut.
4. Data Cleaning (Membersihkan Data)
Proses untuk menguji kebenaran data (data yang masuk kedalam komputer
sudah benar-benar bebas dari kesalahan). Untuk analisa data lebih lanjut
menggunakan perangkat lunak pengolah data.
g) Analisa data
Setelah terkumpul kemudian diolah dalam bentuk table, kemudian dianalisa.
1. Analisa Univariate
Yakni analisis terhadap semua variabel yang diteliti dengan menggunakan
distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk table dan menggunakan rumus
(Setiadi, 2007; 80).

Proposal PenelitianPage 12

2. Analisa Bivariate
Untuk hasil akhir digunakan uji statistik chi square (X2) dan menggunakan
bantuan SPSS (Statistical Package For The Social Siences) versi 17. Uji statistik
chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan = 0,05,
Ketentuan pengujian hipotesis yaitu bila harga Chi Kuadrat (X2) /P Value
lebih besar (>) = 0,05 pada taraf kemaknaan tertentu, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Tetapi sebaliknya bila harga Chi Kuadrat (P Value) lebih kecil atau sama
dengan () = 0,05 maka Ha diterima (Sugiono, 2008; 21).
H. Daftar Pustaka
Ahmad, Aripin, Suryana, Yulia Fitri. 2010. ASI Eksklusif Anemia dan Stunting
pada Anak Baduta (6-24 bulan) Di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh : Aceh.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta .
Atmarita dan Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Widya-karya Nasional pangan dan gizi VIII. LIPI : Jakarta.
Anugraheni, Hana Sofia. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36
Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati (Skripsi). Universitas
Diponegoro : Semarang.
Aries, Muhammad., Hardinsyah, Hendratno Tuhiman. 2012. Determinan Gizi
Kurang dan Stunting Anak Umur 0-36 Bulan Berdasarkan Data Program
Keluarga Harapan (PKH) 2007. Jurnal Gizi dan Pangan .
Atmarita, Fallah, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat didalam
Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII; 17-24 Mei 2004.
Jakarta
Astari, LD. 2008. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting Balita
Usia 6-12 bulan di Kabupaten Bogor (Tesis). Institut Pertanian Bogor
: Bogor.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2010.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta .
BPS. 2005. Laporan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2005. BPS.
Jakarta.
BPS. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. BPS. Jakarta.
Bhutta, Zulfiqar A., Tahmeed Ahmed, Robert E Black, Simon Cousens, Kathryn Dewey,
Elsa Giugliani, Batool A Haider, Betty Kirkwood, Saul S Morris, HPS
Sachdev, Meera Shekar. 2008. What works? Intervention for maternal
and child undernutrition and survival. Lancet Serries Vol. 371.
Bosch, A, B, Baqui, A.H & Ginneken, J.K. .2008. Early-life Determinants of
Stunted Adolescent Girls and Boysin Matlab, Bangladesh. Internasional
For Diarrhoeal Disease Research. Bangladesh.
Susanto JC, Candra, A., Puruhita N. 2011. Risk Factor of Stunting among 1-2
years old Children in Semarang City. Media Medika Indonesiana.

Proposal PenelitianPage 13

Caulfield LE, Ricard SA, Rivera JA, Musgrove P, Black RE. 2010. Stunting,
wasting
and
micronutrient
deficiency
disorders.
https://www.researchgate.net/publication/49770025_Stunting_Wasting_and
_Micronutrient_Deficiency_Disorder. Disease Control Priorities in
Developing Countries. 2nd ed. The World Bank and Oxford Universit
Pess. New York.
Checkley, W., Eptein, LD., Gilman, RH., Canrera, L., and Black, RE. 2003.
Effects of Acute Diarrhea on Linear Growth in Peruvian Children.
American Journal Epidemiology (internet).(cited 2014 January 2).
Available from : http://aje.oxfordjournals.org .
Chaudhury, RH. Determinants of Dietary Intake and Dietary Adequacy for PreSchool Children in Banglades. Banglades Institute of Development
Studies
(cited
2013
December
27).
Available
from
:
http//archive.unu.edu/.
Depkes RI, 2007, Pedoman Pemberian ASI Eksklusif , Jakarta, Depkes RI
Damanik, M. Rizal, Ikeu Ekayanti, Didik Hariyadi. 2010. Analisis Pengaruh
Pendidikan Ibu terhadap status Gizi Balita Di provinsi Kalimantan Barat.
Jurnal Gizi dan Pangan . 5 (2) .
Dr. Hj. Sri Adiningsih, dr., MS., MCN. 2010 Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Faiza, R.,Elnovriza D.,Syafiznti. 2007. Faktor Risiko kejadian gizi buruk pada anak
(12-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang
Timur Kota Padang . Media Gizi dan Keluarga.
Girma, W., Genebo, T. 2002. Determinants of Nutritional Status of Women and
Children in Ethiopia. ORC Macro : Calverton, Maryland, USA.
Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia
Hudaini, Aripin Ahmad, Gustiana. 2011. Hubungan Stunting dan Stimulasi dengan
perkembangan Motorik Kasar pada Anak Taman Kanak-Kanak Usia 3-5
tahun di Banda Aceh. Jurnal Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh : Aceh.
Istiany, Ari., Rusilanti . 2013. Gizi Terapan. Rosda . Bandung.
Keefe, CJL., Couch, SC., Philipson, EH. 2008. Handbook of Nutrition And
Pregnancy. Humana Press . USA.
Kemendikbud.
2010.
Rencana
strategis
Pendidikan
Nasional.
http://p2tkdikmen.kemdikbud.go.id/ diakses pada tanggal 25 Maret
2015.
Khomsan, Ali et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan,
Keefektifan dan dampak Terhadap Status Gizi.
Departemen Gizi
Masyarakat. IPB
Kusharisupeni. 2002. Peran Status Kelahiran terhadap Stunting pada Bayi : Sebuah
Studi Prospektif. Jurnal Kedokteran Trisakti .
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Nashikhah, Roudhotun . 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36
Bulan Di Kecamatan Semarang Timur (Skripsi). Universitas
Diponegoro : Semarang .
Notoadmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta .

Proposal PenelitianPage 14

Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.


Padmadas, SS.,Hutter I.,Willekens F. 2002 . Weaning Initiation Patterns And
Subsequent Linier Growth Progession Among Childen Aged 2-4 years In
India. International Journal of Epidemiology.
Proverawati, Atikah., dan Erna, K. 2011. Ilmu Gizi . Medical Book : Yogyakarta.
Puskesmas Kalimanggis. 2012. Laporan Pemantauan Status Gizi : Kalimanggis .
Rahayu, LS. 2011. Associated of Height of Parents With Changes of Stunting
Status from 6-12 months to 3-4 years (Tesis). Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada : Yogyakarta.
Riskesdas. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun
2013). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Roesli, U., 2008, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Ekslusif, Pustaka Bunda, Jakarta.
Sari M, Pee Sd, Bloem MW, Sun K, ThormeLyman AL, MoenchPfanner R, et al. 2010.
Higher Household expenditure on animal-source and nongrain foods
lowers the risk of stunting among children 0-59 months old in
Indonesia : Implications of Rising Food Prices. The Journal of Nutrition
140: 196-200.
Semba, RD., De Pee, S., Sun Kai, Sari, M., Akhter, N., Bloem, MW. 2008. Effect of
Parental Formal Education on Risk of Child Stunting in Indonesia and
Banglades : A Cross-Sectional Study. Lancet .
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sudiman, Herman. 2008. Stunting atau Pendek : Awal Perubahan Patologis atau
Adaptasi karena Perubahan Sosial Ekonomi yang Berkepanjangan? .
Media Litbang Kesehatan Volume XVIII No. 1.
Supariasa, IDN. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.
Todaro, MP., Smith, SC. 2009. Economic Development. Tenth edition. Pearson
ducation Inc : Boston, USA.
Ulfani, DH., Drajat, .M, Yayuk, FB. 2011. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dan
Kesehatan Masyarakat Kaitannya dengan Masalah Gizi Underweight,
Stunted, dan Wasted di Indonesia : Pendekatan Wkologi Gizi. Jurnal
Gizi dan Pangan, 6 (1) .
Whitney, E., Rolfes, SR. 2008. Understanding Nutrition. 11th ed. USA : Thomson
Wadsworth.
(https://www.cengagebrain.com.mx/content/9781133676317.pdf)
WHO dan UNICEF. 2003. Global Strategy of Infant and Young Child Feeding.
WHO press: Geneva, Switzerland.
WHO. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
Indicators : Interpretation Guide. WHO press : Switzerland.
(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44397/1/9789241599955_eng.pdf)
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Proposal PenelitianPage 15

I.

Outline Penelitian
Halaman judul
Lembar persetujuan
Lembar pengesahan
Lembar pernyataan keaslian
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar tabel dan gambar
Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Hasil Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
F. Hipotesis Statistika
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
B. Analisis Data Penelitian
C. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1) Instrumen
Proposal PenelitianPage 16

2)
3)
4)
5)

Data Hasil Penelitian (Data Variabel Terikat dan Variabel Bebas)


Pengujan Persyaratan Analisis
Hasil perhitungan koefisien korelasi, dan reliabilitas pada setiap variabel
Perhitungan pengujian Hipotesis

Proposal PenelitianPage 17

Anda mungkin juga menyukai