Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN

TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 1
TUJUAN PEMBELAJARAN

• Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami


Tujuan kebijakan pencegahan dan tata laksana gizi buruk pada balita
Pembelajaran
Umum
1. Menjelaskan latar belakang terjadinya masalah gizi buruk
2. Menjelaskan kebijakan operasional tata laksana gizi buruk
pada balita terkait PIS PK
Tujuan 3. Menjelaskan strategi, standar Operasional Prosedur (SOP)
Pembelajaran dan alur tata laksana gizi buruk pada balita
Khusus 4. Menjelaskan tim pelaksana, pemantauan dan evaluasi
kegiatan tata laksana gizi buruk pada balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2


Pokok Bahasan dan Sub Pokok
Bahasan

• Pengertian dan dampak gizi buruk


1. Latar • Besaran masalah gizi buruk pada balita
Belakang di dunia dan Indonesia
Terjadinya • Komitmen Internasional dan Nasional
Gizi Buruk • Upaya Kementerian Kesehatan dalam
penanganan gizi buruk pada balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3


Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

2. Kebijakan 3. Strategi, 4. Tim pelaksana,


operasional standar pemantauan
tata laksana operasional dan evaluasi
prosedur (SOP) kegiatan tata
gizi buruk
dan alur tata laksana gizi
pada balita buruk pada
laksana gizi
terkait PIS PK buruk pada balita
balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4


Pokok Bahasan 1

Latar Belakang Terjadinya Masalah Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5


Kurang gizi akut berdasarkan klasifikasi WHO

• Balita dengan indeks • Balita dengan indeks


BB/PB atau BB/TB di
BALITA BB/PB (atau BB/TB) kurang
Balita antara -3 SD sampai GIZI dari -3 SD atau
gizi kurang dari -2 SD, atau BURUK • Pengukuran LiLA < 11,5 cm
• Usia 6-59 bulan: (usia 6-59 bulan) atau
kurang Pengukuran LiLA berada • edema bilateral yang
di antara 11,5 cm sampai bersifat pitting (tidak
kurang dari 12,5 cm. kembali setelah ditekan).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Dampak Kekurangan Gizi pada Balita

Kerangka hubungan antara faktor penyebab kekurangan gizi pada ibu dan anak berdasarkan
modifikasi kerangka penyebab masalah gizi Unicef 1990
7
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Gambaran interaksi gizi pada janin/bayi
dipengaruhi oleh status gizi ibu

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8


Besaran Masalah Gizi Buruk pada Balita
di Dunia dan Indonesia

Global Nutrition Report (2018) menyampaikan bahwa beban


* kasus kurang gizi akut (wasting) mencapai 7,5% atau 50,5 juta
anak balita di tahun 2017.

Situasi status gizi kurang (wasting) dan gizi buruk (severe wasting)
pada balita di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik, Indonesia
menempati urutan kedua tertinggi untuk prevalensi wasting
* di antara 17 negara di wilayah tersebut, yaitu 12,1% (Riskesdas
2013).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Wasting Meningkatkan Risiko Stunting

Berdasarkan data dari 54 negara berkembang,


malnutrisi pada anak diawali dengan weight faltering
yang umumnya terjadi pada usia sekitar 3-4 bulan
(Victoria et al, 2010)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 11
Status Gizi Balita Riskesdas 2018 Menurut Provinsi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12


Komitmen Internasional dan Nasional
Sustainable Development Goal butir kedua:

Pentingnya Mengakhiri kelaparan,


mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan gizi, serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan

SASARAN RPJMN 2020-2024:


• STUNTING 14%
• WASTING 7%
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Indikator Kinerja Kegiatan
Pembinaan Gizi Masyarakat 2020 – 2024
(Perpres 18 Tahun 2020)

1.
1. Persentase
Persentase kabupaten/kota
kabupaten/kota yang
yang melaksanakan
melaksanakan Surveilans
Surveilans Gizi
Gizi

2. Persentase Puskesmas mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


2.

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Komitmen Pemerintah dalam
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita

Peningkatan
Peningkatan Komunikasi/
Komunikasi/ Pelayanan
Pelayanan gizi
gizi buruk
buruk melalui
melalui
kapasitas
kapasitas petugas
petugas Informasi/
Informasi/ Therapeutic
Therapeutic Feeding
Feeding Centre
Centre (TFC)
(TFC)
dalam
dalam tata
tata laksana
laksana Edukasi
Edukasi Gizi
Gizi dan
dan Community
Community Feeding
Feeding Centre
Centre
balita (CFC)
(CFC) sebagai
sebagai pusat
pusat pemulihan
pemulihan gizi
gizi
balita gizi
gizi buruk
buruk

Peningkatan
Peningkatan Pemberian makanan
Cakupan
Cakupan tambahan (PMT)
Penimbangan
Penimbangan Balita
Balita pemulihan bagi balita
(untuk
(untuk deteksi
deteksi dini)
dini) dengan gizi kurang

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


LANDASAN HUKUM
Peraturan Presiden RI
UU Nomor 36 UU Nomor 36 Nomor 42 Tahun 2013
Tahun 2009 Tahun 2014 tentang tentang Gerakan
tentang Kesehatan Tenaga Kesehatan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
Peraturan Presiden RI
Nomor 18 Tahun 2020 Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri
tentang Rencana Nomor 33 Tahun 2012 Kesehatan Nomor 39
Pembangunan Jangka tentang Pemberian Tahun 2013 tentang
Menengah Nasional ASI Eksklusif. Susu Formula Bayi dan
Tahun 2020-2024 Produk Bayi Lainnya.
Permenkes No. 23 Permenkes No. 25 Permenkes No. 41
Tahun 2014 tentang Tahun 2014 tentang Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi Upaya Pelayanan Pedoman Gizi
Masyarakat Kesehatan Anak Seimbang

Permenkes No. 88
Permenkes No. 97
Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Tahun 2014 tentang
Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah
Darah bagi Wanita Usia Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kehamilan
Subur dan Ibu Hamil
16
LANDASAN HUKUM

Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan


Permenkes No. 21 Tahun
Kesehatan Nomor 46 Tahun Nomor 39 Tahun 2016 tentang
2015 tentang Standar
2015 tentang Akreditasi Pedoman Penyelenggaraaan
Kapsul Vitamin A bagi
Puskesmas, Klinik Pratama, Program Indonesia Sehat
Bayi, Anak Balita dan Ibu
Tempat Praktik Mandiri dengan Pendekatan Keluarga.
Nifas
Dokter dan Dokter Gigi.
Peraturan Menteri Kesehatan
Peraturan Menteri
Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Nomor 51 Peraturan Menteri Kesehatan
Standar Teknis Pemenuhan
Tahun 2016 tentang Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Produk Manajemen Puskesmas.
Standar Pelayanan Minimal
Suplementasi Gizi.
(SPM) Bidang Kesehatan
Keputusan Menteri Keputusan Menteri
Peraturan Menteri Desa,
Kesehatan Nomor 52 Kesehatan Nomor 514
Pembangunan Daerah
Tahun 2015 tentang Tahun 2015 tentang Panduan
Tertinggal dan Transmigrasi
Rencana Strategis Praktek Klinis (PPK) Bagi
Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Kementerian Kesehatan Dokter di Fasilitas Pelayanan
Penggunaan Dana Desa.
2015-2019 Tingkat Pertama (FKTP)

Peraturan Kepala BPOM Nomor 1 Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian


Tahun 2018 tentang Pengawasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Pangan untuk Keperluan Gizi Khusus. Nomor:HK.02.03/D1/I.1/2088/2015 tentang
Rencana Aksi Program P2PL Tahun 2015-2019
17
Upaya Kementerian Kesehatan dalam
Penanganan Gizi Buruk pada Balita
NO INDIKATOR SPM
1 Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
2 Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
3 Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
4 Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
5 Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
6 Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar.
Pemantauan 7 Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan
pertumbuhan dan Rujuk ke pelayanan skrining kesehatan sesuai standar.
8 Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
perkembangan balita kesehatan untuk standar.
secara rutin di dilakukan konfirmasi 9 Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan
masyarakat, sebagai status gizi dan sesuai standar.
10 Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan
salah satu upaya dalam intervensi lebih lanjut kesehatan sesuai standar.
pelayanan kesehatan untuk balita dengan 11 Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.
pada balita yang terdapat indikasi gagal tumbuh 12 Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV
dalam Standar Pelayanan sesuai standar.
Minimal (SPM)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pokok Bahasan 2

Kebijakan Operasional Tata Laksana Gizi Buruk Pada


Balita terkait PIS PK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19


Pembangunan kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas.

3 pilar utama Program Indonesia Sehat

1. Penerapan 2. Penguatan 3. Pelaksanaan Jaminan


paradigma sehat pelayanan kesehatan Kesehatan Nasional

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


PENDEKATAN PARADIGMA SEHAT
Paradigma Sehat dapat didefinisikan sebagai cara Promosi Kesehatan
pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang (Health Promotion)

OPERASIONAL PARADIGMA SEHAT


mengutamakan upaya menjaga dan memelihara 1. PREVENSI PRIMER
kesehatan, tanpa mengabaikan penyembuhan Perlindungan Spesifik
penyakit dan pemulihan kesehatan. (Specific Protection)

Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang 2. PREVENSI Early Diagnosis &
sehat akan diupayakan agar tetap sehat dengan SEKUNDER Prompted Treatment
menerapkan pendekatan yang holistik.

Disability Limitation
PARADIGMA SEHAT : Puskesmas wajib mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen 3. PREVENSI TERTIER
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok Rehabilitation
dan masyarakat.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21


Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga – PIS PK

Indikator PIS-PK
1 Keluarga mengikuti 7 Penderita hipertensi Pendekatan Keluarga adalah salah satu
program KB yang berobat teratur
cara Puskesmas untuk meningkatkan
2 Persalinan Ibu di 8 Penderita gangguan
fasilitas pelayanan jiwa berat, diobati dan jangkauan sasaran dan mendekatkan/
kesehatan tidak ditelantarkan
meningkatkan akses pelayanan kesehatan
3 Bayi mendapatkan 9 Anggota keluarga tidak diwilayah kerjanya dengan mendatangi
imunisasi dasar ada yang merokok
lengkap keluarga
4 Bayi mendapatkan ASI 10 Keluarga sudah menjadi
Eksklusif anggota JKN Dalam upaya pencegahan dan
5 Pertumbuhan Balita 11 Keluarga memiliki penanggulangan gizi buruk, pemantauan
dipantau akses/menggunakan
sarana air bersih pertumbuhan dengan melibatkan peran
6 Penderita TB Paru 12 Keluarga memiliki serta aktif masyarakat, diperlukan sebagai
yang berobat sesuai akses/menggunakan upaya deteksi dini balita dengan
standar jamban keluarga
hambatan pertumbuhan.
Strategi kedua RPJMN 2020-2024: Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan
dan penanggulangan permasalahan gizi ganda
1) penguatan komitmen, kampanye, pemantauan dan evaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat;
2) pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak
dalam kandungan, perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan;
3) percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas intervensi spesifik, perluasan dan penajaman
intervensi sensitif secara terintegrasi;
4) peningkatan intervensi yang bersifat life-saving dengan didukung bukti (evidence based policy) termasuk
fortifikasi pangan;
5) penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang
berbasis konsumsi pangan (food based approach);
6) penguatan sistem surveilans gizi;
7) peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi dengan strategi
sesuai kondisi setempat; dan
8) 8) respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 23
Pokok Bahasan 3

Strategi, Standar Operasional Prosedur (SOP)


dan Alur Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24


Arah Kebijakan Pembinaan Gizi Masyarakat
2020-2024

Percepatan penurunan Penguatan sistem


01 stunting
04 surveilans gizi

Peningkatan intervensi yang Peningkatan komitmen dan


bersifat life saving dengan pendampingan bagi daerah
02 didukung data yang kuat
(evidence based policy)
05 dalam intervensi perbaikan
gizi

Penguatan advokasi,

03 komunikasi sosial dan


perubahan perilaku hidup sehat 06 Respon cepat perbaikan
gizi dalam kondisi darurat

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


 Strategi Operasional dan Alur Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita
Pemberdayaan keluarga Penguatan sistem
dan masyarakat termasuk kewaspadaan dini melalui
01 pelibatan lintas sektor dan
dunia usaha
04 surveilans kesehatan dan gizi.

Meningkatkan kualitas dan Meningkatkan kerjasama


cakupan deteksi dini di dengan lintas program, lintas
02 tingkat masyarakat sebagai
upaya pencegahan gizi
05 sektor, mitra pembangunan
dan masyarakat
buruk
Meningkatkan dukungan dan
Meningkatkan kualitas peran serta Pemerintah
03 dan akses pelayanan
kesehatan dan gizi
06 Daerah dalam dukungan
kebijakan dan pembiayaan.

Menjadikan pencegahan dan tatalaksana gizi kurang dan

07 gizi buruk pada balita sebagai salah satu upaya prioritas


dalam program penurunan stunting
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Empat komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi

1 Penggerakan peran serta aktif masyarakat

Layanan rawat jalan balita (6-59 bulan) dengan gizi buruk tanpa
2 komplikasi dilakukan di fasilitas kesehatan primer

Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia < 6 bulan dengan
3 gizi buruk (dengan/tanpa komplikasi), balita 6-59 bulan dengan
komplikasi, dan balita > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg

4 Layanan balita dengan gizi kurang

Selain empat komponen tersebut, PGBT juga didukung oleh pelayanan dan program untuk
mencegah kekurangan gizi serta mengobati penyakit infeksi pada balita, seperti program pemberian
vitamin A, imunisasi, dan pemberian obat cacing.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Manajemen Tata Laksana Gizi Buruk

28
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Alur penapisan
balita gizi buruk

29
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
ALUR PELAYANAN
Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan gizi
KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS PELAYANAN
SEKTOR KESEHATAN

SELURUH KELUARGA Sehat, BB Naik (N)


1. Penyu luhan/Konseling Gizi;
a. ASI eksklusif dan MP-ASI
Intervensi b. Gizi seimbang
jangka c. Pola asuh ibu dan anak POSYANDU
menengah 2. Pemantauan pertumbuhan • Penimbangan
BGM, Gizi buruk, sakit
/ panjang anak
3. Penggunaan gar am beryodium emua balit a (D)
4. Pemanfaatan pekarangan Balita • Konseling
BB Tidak
5. Peningkatan daya beli Punya • Suplementasi
gizi naik (T),
KMS
Intervensi • Pelayanan Gizi
KELUARGA MISKIN kurang Puskesmas
jangka kesehatan dasar
pendek, 6. Bantuan pangan darur at;
a. PMT balita, ibu hamil CTC/TFC TFC/PtPG
darurat
b. Raskin
• PMT Pemulihan Rumah Sakit
Sehat , BB Naik (N)
• Konseling
CTC: Pos Pemulihan Gizi
Sembuh, tidak perlu Sembuh perlu PMT
TFC: Pusat Pemulihan Gizi PMT
46
Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan gizi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30


Pokok Bahasan 4

Tim Pelaksana, Pemantauan dan Evaluasi


Kegiatan Tata laksana Gizi Buruk pada Balita

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31


Tim Asuhan Gizi
Dokter Bidan/ Perawat Nutrisionis/ Dietisien Laboratorium/ Farmasi
Radiologi

Anamnesa, pemeriksaan fisik Melakukan tindakan dan Melakukan proses Memeriksa laboratorium Melaksanakan permintaan
diagnosa berdasarkan perawatan (infus, NGT) asuhan gizi (PAG) sesuai kondisi pasien dan obat dan cairan parenteral
klinis, antropometri dan atas instruksi dokter sarana yang ada (Hb berdasarkan resep dokter.
laboratorium. meter cyanmeth, gula
darah, telur cacing,  
malaria, dll)
Menentukan tindakan dan Membantu distribusi Membuat formula WHO Menyediakan vitamin A,
perawatan. makanan (F77, F100), ReSoMal mineral mix untuk
dan menyusun menu pembuatan larutan
makanan sesuai kondisi ReSoMal (oralit, mineral
anak mix, gula pasir), obat-
obatan sesuai kondisi
kilinis dan penyakit
penyerta

Menentukan terapi obat dan Membantu pemantauan Memberikan konseling Mengawasi interaksi obat
terapi diit. dan evaluasi pemberian gizi dan makanan.
makan kepada penderita
Memberikan konseling Bertanggung jawab pada Memantau dan evaluasi Membantu memantau dan
penyakit. asuhan keperawatan pemberian makan evaluasi pemberian obat
kepada pasien kepada pasien
Melakukan pemantauan dan Bertanggung jawab
evaluasi terhadap terhadap asuhan gizi
perkembangan medis dan dan penyelenggaraan
status gizi pasien. makanan
Pemantauan dan evaluasi di pelayanan kesehatan

Peningkatan berat badan Case Fatality Rate (CFR)


(>50 g/kgBB/minggu selama < 5% masih bisa ditolerir,
01 2 minggu berturut-turut). 03 CFR > 20% tidak dapat
diterima

Kunjungan rumah untuk tindak


Lamanya hari rawat/  lanjut setelah perawatan di
rumah sakit/ puskesmas
02 lama berobat
04  Pemulihan Gizi Berbasis
Masyarakat

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Pemantauan dan evaluasi di wilayah
Pemantauan status gizi
Pemantauan pertumbuhan lewat tahunan tingkat kecamatan
posyandu
04 dilakukan oleh Dinas
01 Anak yang tidak naik 2 kali berturut-turut
berat badannya, anak yang BGM, anak
dengan tanda-tanda klinis gizi buruk
Kesehatan Kabupaten/ Kota
setiap tahun

Laporan kasus gizi buruk yang Pemantauan status gizi

02 dilaporkan oleh masyarakat, LSM


maupun mass media. 05 nasional tiga tahun sekali
melalui Susenas

SKD dan KLB Gizi buruk


Jika ditemukan kasus gizi buruk, akan dilakukan prinsip penanggulangan :

03 • Melaksanakan manajemen kasus.


• Melakukan penyelidikan kasus dan faktor penyebabnya.
• Melaksanakan upaya penanggulangan dan pencegahan meluasnya kasus.
• Melaksanakan surveilans ketat.
• Melaksanakan penanggulangan secara lintas program dan lintas sektor.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Rangkuman
Akar masalah kurang gizi terkait dengan ketahanan pangan dan gizi, kemiskinan,

1 pendidikan, keamanan, ketersediaan air bersih, higiene dan sanitasi lingkungan, serta terkait
dengan situasi darurat atau bencana.

Bentuk komitmen pemerintah dalam penanggulangan gizi buruk pada balita dan
tindaklanjutnya melalui upaya:
• penyuluhan gizI

2 • peningkatan cakupan penimbangan balita


• pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan bagi balita dengan gizi kurang
• peningkatan kapasitas petugas dalam tata laksana balita gizi buruk
• pembentukan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC)
sebagai pusat-pusat pemulihan gizi di faskes.
Strategi operasional penanganan gizi buruk:
• Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
• Meningkatkan kualitas dan cakupan deteksi dini
3 • Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan dan gizi
• Penguatan sistem kewaspadaan dini melalui surveilans kesehatan dan gizi
• Meningkatkan kerja sama dengan lintas program, lintas sektor, mitra pembangunan dan
masyarakat
• Meningkatkan dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
AY O H I D U P S E H AT – S E H AT D I AWA L I D A R I S AYA
S A L A M S E H AT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai