Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM KERJA

PROGRAM KERJA
TB DOTS
PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING DAN WASTING

2023

Jl. Bugis No. 03,Kel. Kebon Bawang, Kec. Tanjung Priok


Telp / Fax: (021) 43930348 / 43908923
www.rsudtanjungpriok.jakarta.go.id
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

I. PENDAHULUAN......................................................................................................

II. LATAR BELAKANG.................................................................................................

III. TUJUAN...............................................................................................................

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN.................................................

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN.....................................................................

VI. SASARAN............................................................................................................

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN................................................................

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN.............................

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN..............................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Program Kerj
a Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting RSUD Tanjung Priok ini dapat selesai
disusun. Program ini merupakan acuan kerja bagi seluruh staf unit rawat jalan dan r
awat inap di Rumah Sakit dalam menurunkan prevalensi stunting dan wasting agar
tercapainya penurunan prevalensi stunting 14% tahun 2024.
Dalam Program Kerja ini diuraikan tentang petunjuk Program Kerja Penuruna
n Prevalensi stunting dan wasting di RSUD Tanjung Priok. Tidak lupa penyusun
menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Program Kerja Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting RSUD T
anjung Priok ini.

Jakarta, 20 Desember 2022

Tim Penyusun

iii
BAB I

I. PENDAHULUAN
Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah usia 5 tahun
(balita), yang diakibatkan kekurangan gizi kronis atau infeksi berulang terutama
pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu dari anak sampai usia
23 bulan. Anak dapat dikatakan tergolong stunting bila pada pemeriksaan
panjang atau tinggi badannya berada dibawah -2 Standar Deviasi (SD) panjang
atau tinggi anak pada umurnya menggunakan grafik WHO.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1000 HPK disamping
beresiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap
penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan
berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di
lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang
anak, dan pencegahan stunting. Sejalan dengan inisiatif Percepatan
Pencegahan Stunting, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.
42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK.

II. LATAR BELAKANG


Global Nutrition report mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia
berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya,
Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang menanggung beban
ganda gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi. Di kawasan Asia Tenggara,
prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua setelah Cambodia.
Berbagai program terkait pencegahan stunting telah diselenggarakan, namun
belum efektif dan belum terjadi dalam skala yang memadai. Kementerian
Kesehatan menemukan bahwa sebagian besar ibu hamil dan anak berusia di
bawah dua tahun (baduta) tidak memiliki akses memadai terhadap layanan
dasar, sementara tumbuh kembang anak sangat tergantung pada akses
terhadap intervensi gizi spesifik dan sensitif, terutama selama 1.000 HPK.
Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa yang paling kritis dalam
tumbuh kembang anak.17 Di Indonesia, gangguan pertumbuhan terbesar terjadi
pada periode ini. Sebanyak 48,9% ibu hamil menderita anemia dan sebagian

iv
lainnya mengalami gangguan Kurang Energi Kronis (KEK). Akibatnya, prevalensi
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih tinggi, yaitu sekitar 6,2%.
BBLR merupakan salah satu penyebab utama stunting. Pemberian ASI,
makanan, dan pola asuh pada periode 0-23 bulan yang tidak tepat mengganggu
tumbuh kembang anak. Riskesdas (2013) mencatat bahwa penurunan tumbuh
kembang anak merupakan akibat dari buruknya pola makan bayi dan anak. Hal
ini menyebabkan peningkatan prevalensi stunting dari 29% (0-6 bulan), ke 39%
(6-11 bulan), dan menjadi 42% (usia 24-35 bulan). Namun, stunting tidak hanya
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan anak selama 1.000 HPK, tetapi juga
dipengaruhi oleh gizi ibu pada periode sebelumnya, terutama pada periode pra
konsepsi yaitu wanita usia subur dan remaja.
Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor,
meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi,
globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan
pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Pencegahan stunting menitikberatkan
pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan
dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan
bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk
pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang
meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor
tersebut secara tidak langsung mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan
ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
III. TUJUAN
1. Tujuan umum
Rumah sakit mampu melaksanakan program penurunan prevalensi stunting
dan wasting, meliputi : kegiatan sosialisasi dan edukasi, pendampingan
intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada
rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan
masalah gizi.

2. Tujuan Khusus
 Rumah sakit mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran
seluruh staf, pasien dan keluarga tentang masalah stunting dan
wasting
 Rumah sakit dapat mampu melakukan intervensi spesifik di rumah
sakit

v
 Rumah sakit mampu melakukan penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu
Bayi
 Rumah sakit dapat menjadi pusat rujukan kasus stunting dan wasting
 Rumah sakit dapat menjadi pendamping klinis dan manajemen serta
merupakan jejaring rujukan
 Rumah sakit mampu melaksanakan program pemantauan dan evaluasi

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Rincian Kegiatan
1. Peningkatan pemahaman dan Internal :
kesadaran seluruh staf pasien dan  Penyuluhan Internal
keluarga tentang masalah stunting  Pemantauan kepatuhan staff dalam
dan wasting pengisian lembar edukasi rawat inap dan
rawat jalan terkait edukasi pasien stunting
dan wasting
 Sosialisasi dan refreshment staff terkait
pelayananan stunting dan wasting
 Koordinasi dengan komite medik terkait
“sharing knowledge” dan persamaan
persepsi pasien stunting dan wasting di
RSUD Tanjung Priok
Eksternal : Pelayanan konseling ibu hamil dan
balita terkait program puskesmas :
 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada
ibu hamil.
 Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
 Sosialisasi “Protein Hewani Cegah Stunting”
pada Ibu dengan balita
2. Intervensi spesifik di rumah sakit a) Program 1000 HPK.
dengan Penerapan Rumah Sakit b) Suplementasi Tablet Besi Folat pada ibu
Sayang Ibu Bayi hamil.
c) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada
ibu hamil.
d) Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif.
e) Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
f) Pemantauan Pertumbuhan (Pelayanan

vi
Tumbuh Kembang bayi dan balita).
h) Pemberian Makanan Tambahan Balita Gizi
Kurang.
i) Pemberian Vitamin A.
3. Rumah sakit sebagai pusat dan 1) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus
jejaring rujukan kasus stunting dan stunting untuk memastikan kasus, penyebab dan
wasting, pendamping klinis dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak.
manajemen
2) Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi
buruk dengan komplikasi medis.

3) Melakukan penguatan jejaring dengan faskes


sekitar secara berkala terkait “sharing
knowledge” dan persamaan persepsi pasien
stunting dan wasting

4) Berkoordinasi dengan puskesmas sebagai


fasilitas kesehatan tingkat pertama terkait
intervensi spesifik, pemantauan dan
pendampingan klinis

5) Melakukan rujukan kepada FKRTL tingkat ke


2 bagi pasien yang memerlukan penanganan
lanjutan

4. Program pemantauan dan evaluasi. a) Tata laksana tim asuhan gizi meliputi Tata
laksana Stunting dan wasting (Pedoman
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
Balita).
b) Pencatatan dan Pelaporan kasus masalah gizi
melalui aplikasi sigizi terpadu (Aplikasi
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
Masyarakat).
c) Melakukan evaluasi pelayanan, audit
kesakitan dan kematian, pencatatan dan
pelaporan gizi buruk dan stunting dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).

vii
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Kegiatan Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Peningkatan pemahaman dan Internal :
kesadaran seluruh staf pasien dan  Penyuluhan Internal
keluarga tentang masalah stunting  Rapat komite medik terkait penurunan
dan wasting prevalensi stunting dan wasting

Eksternal :
 Penyuluhan pada pasien / keluarga pasien
yang berkunjung
 Leaflet / poster sebagai media edukasi
 Penyuluhan ke Posyandu terkait
pemberian Protein hewani Cegah Stunting
2. Intervensi spesifik di rumah sakit Melakukan perawatan terhadap pasien anak
dengan Penerapan Rumah Sakit stunting dan wasting dengan penyakit penyerta.
Sayang Ibu Bayi

3. Rumah sakit sebagai pusat dan Berkoordinasi dengan puskesmas sebagai


jejaring rujukan kasus stunting dan fasilitas kesehatan tingkat pertama, dan
wasting, pendamping klinis dan melakukan rujukan bagi pasien yang
manajemen memerlukan.

4. Program pemantauan dan evaluasi Melakukan pencatatan pasien stunting dan


wasting di rawat inap dan rawat jalan.
Melakukan penginputan data pasien stunting
melalui aplikasi sigizi terpadu/ePPGBM.
Melakukan evaluasi pelayanan dan pelaporan
gizi buruk dan stunting dalam SIRS.

viii
VI. SASARAN
Terlaksananya Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Priok. Pasien dengan Stunting dan wasting
dapat terdeteksi diagnosis dan penanganan maupun pengobatan yang baik
sesuai SOP Rumah Sakit, sehingga dapat menurunkan angka stunting dan
wasting.

ix
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Peningkatan pemahaman v v
dan kesadaran seluruh staf
tentang masalah stunting
dan wasting (Internal)
2. Peningkatan pemahaman v v v v
dan kesadaran seluruh
pasien dan keluarga tentang
masalah stunting dan
wasting (Eksternal)
3. Intervensi spesifik di rumah v v v v v v v v v v v v
sakit dengan Penerapan
Rumah Sakit Sayang Ibu
Bayi
4. Rumah sakit sebagai pusat v v v v v v v v v v v v
dan jejaring rujukan kasus
stunting dan wasting,
pendamping klinis dan
manajemen
5. Program pemantauan dan v v v v
evaluasi.

x
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
 Kegiatan Tim Stunting dan Wasting dievaluasi setiap 6 bulan untuk dinilai
apakah pelaksanaan kegiatan mencapai sasaran dan perencanaan.
 Setiap kegiatan dilakukan pencatatan, evaluasi, analisa dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
 Hasil evaluasi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk rencana
tindak lanjut dan sebagai program kerja tahun selanjutnya.
 Pelaporan disampaikan ketua tim Stunting dan Wasting kepada Direktur
RSUD Tanjung Priok.

xi
IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf pasien dan keluarga
tentang masalah stunting dan wasting : bukti dan dokumentasi penyuluhan,
leaflet edukasi pasien dan keluarga tentang stunting dan wasting.
2. Intervensi spesifik di rumah sakit dengan Penerapan Rumah Sakit Sayang
Ibu Bayi: bukti dan dokumentasi pencatatan pasien stunting dan wasting
bulanan
3. Rumah sakit sebagai pusat dan jejaring rujukan kasus stunting dan
wasting, pendamping klinis dan manajemen: buku register pasien yang
dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
4. Program pemantauan dan evaluasi : buku register pasien yang rawat inap
atau rawat jalan dengan stunting dan wasting, serta penginputan data
berbasis online pada aplikasi sigizi terpadu/ePPGBM.

Mengetahui Jakarta, 20 Desember 2022


Direktur RSUD Tanjung Priok Koordinator Tim Stunting dan Wasting

drg. Rully Dewi Anggraeni, MM dr. Masrida Rezki Ritonga


NIP.196909082000032005 NIK.10208219901209201612117

xii

Anda mungkin juga menyukai