Disusun Oleh :
Kelompok 1
Nuraena Ibrahim (0910581220012)
Mega Aprisna arif (0910981220006)
Ratri Pramudita Hafid (09100581220005)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan arahannya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang stunting ini tepat pada waktunya. Makalah
ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Pengendalian dan Manajemen Penyakit.
Kami ingin mendapatkan hasil maksimal dari kursus Pencegahan Infeksi Para
Eksekutif melalui makalah ini. Kami ingin mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan
terima kasih kepada semua orang yang telah berkontribusi pada makalah ini.
Kami telah berupaya agar makalah ini dapat diterima, namun kami menyadari masih
banyak kekurangan. Kami mengantisipasi bahwa analisis dan konsep akan
mengembangkannya lebih lanjut sebagai hasilnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1
BAB I.............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 16
Pada 2017, Asia menjadi rumah bagi lebih dari separuh balita stunting di dunia (55
persen), sedangkan Afrika menjadi rumah bagi lebih dari sepertiga (39 persen). Dari 83,6 juta
balita cacat di Asia, persentase tertinggi berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan persentase
minimal dari Asia Tengah (0,9%). 1 Dari tahun 2005 hingga 2017, prevalensi rata-rata
stunting pada anak di bawah usia lima tahun di Asia Tenggara adalah 50,2%, diikuti oleh Leste
Timur dengan 50,2%, India di urutan kedua dengan 38,4%, india di urutan ketiga dengan
36,4% , Bangladesh di urutan keempat dengan 36,1%, Nepal di urutan kelima dengan 35,8%,
Butan di urutan keenam dengan 33,6%, Myanmar 2,2 persen, Korea Utara 27,9%, Maladewa
20,3 persen, Sri Lanka 17,3%,dan yang terakhir Negara Thailand dengan angka prevalensi
10,5% (Khatimah et al., 2020).
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Stunting
2. Penyebab terjadinya Stunting
3. Upaya Pencegahan Stunting
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Stunting.
2. Untuk mengetahui akar penyebab stunting.
3. Mempelajari bagaimana upaya pencegahan stunting
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Stunting
Stunting adalah Keterbelakangan pertumbuhan linier kurang dari -2 standar
deviasi panjang tubuh untuk usia disebut sebagai stunting. Di seluruh dunia, banyak
anak yang terkena masalah stunting. Pada 2013, diperkirakan 161 juta anak muda di
bawah lima tahun terhambat. Stunting berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan.
dikaitkan dengan produktivitas rendah, pendidikan rendah, dan gangguan fungsi
kognitif dan kinerja. risiko mengembangkan penyakit jangka panjang sebagai orang
dewasa. efek moneter pada individu, rumah tangga, dan masyarakat (Rahmadhita,
2020)
Kondisi kekurangan gizi kronis yang dikenal dengan stunting terjadi pada
tahap krusial dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Di Indonesia, saat ini
diperkirakan 37,2% anak usia 0-59 bulan atau sekitar 9 juta anak menderita stunting
yang berlangsung hingga usia enam hingga delapan belas tahun. Stunting ditandai
dengan keadaan bayi berumur 0 - 59 bulan dimana kadar umurnya dibawah 2 Standar
deviasi (<-2SD) dari nilai tengah WHO. Stunting akan berpengaruh dan berkaitan
dengan proses kesehatan jiwa yang terganggu, yang secara sementara mempengaruhi
kemampuan jiwa. Dalam jangka panjang, semakin sulit untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih baik dan menghilangkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan
dengan gaji yang lebih baik. Cara seorang ibu membesarkan anaknya menjadi salah
satu faktor penyebab stunting. Tingkat pengetahuan ibu berhubungan erat dengan pola
asuh. Ketiadaan informasi dapat membuat pengasuhan ibu kurang sehingga
mempengaruhi terjadinya menghambat pada bayi (Ramdhani, Handayani and
Setiawan, 2020).
Stunting adalah jenis kekurangan gizi kronis yang terjadi ketika makanan yang
disediakan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam jangka waktu
yang lama. Ketidaksehatan pada usia dini menyebabkan kematian bayi dan anak,
membuat korban mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang tidak ideal sebagai
orang dewasa.. Stunting tidak dimulai sampai anak berusia dua tahun melainkan saat
janin masih dalam kandungan. Menghambat bayi perlu perhatian khusus karena dapat
menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting terkait dengan
perkembangan mental dan motorik yang terhambat serta peningkatan risiko kematian.
Selain itu, dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit degeneratif, penurunan
produktivitas, dan kemampuan intelektual. Akibat meningkatnya kerentanan terhadap
penyakit menular, anak stunting berisiko mengalami penurunan kualitas pendidikan
dan lebih sering tidak masuk sekolah, yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi
jangka panjang bagi Indonesia (Louis, Mirania and Yuniarti, 2022).
a. mengurangi dan mencegah bayi stunting, malnutrisi, dan berat badan lahir
rendah;
b. meningkatkan pendapatan rumah tangga dan keluarga melalui pengurangan
biaya, peningkatan produktivitas, dan peningkatan pendapatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting adalah jenis kekurangan gizi kronis yang terjadi ketika makanan yang
disediakan tidak mencakupi untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam jangka waktu yang
lama. Ketidaksehatan pada usia dini menyebabkan kematian bayi dan anak, membuat
korban mudah sakit dan memiliki poostur tubuh yang tidak ideal sebagai orang
dewasa. Stunting tidak dimulai sampai anak berusia dua tahun melainkan saat janin
masih dalam kandungan.
Alasan mengapa 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak disebut sebagai
“window of opportunity” atau “masa emas” adalah karena sejak masa janin hingga
anak berusia dua tahun, terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat sehingga tidak terjadi pada usia lain. Ketidakmampuan untuk berkembang pada
periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesejahteraan. sebagai orang dewasa.
B. Saran
Dalam kasus penyakit stunting ini, perlu adanya pengetahuan tentang
bagaimana dan pentingnya mengomsumsi menu gizi seimbang bagi tubuh, sehingga
zat gizi dapat terpenuhi sesuai angka kecukupan gizi yang pada dasarnya sangat
dianjurkan, serta memperhatikan makanan yang akan diberikan anak dan yang akan
dikomsumsi agar terpenuhi kebutuhan energi dan protein setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aditianti, A. et al. (2021) ‘Prevalensi Dan Faktor Risiko Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di
Indonesia: Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2018 [Prevalence and Stunting
Risk Factors in Children 24-59 Months in Indonesia: Analysis of Basic Health
Research Data 2018]’, Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition
and Food Research), 43(2), pp. 51–64. Available at:
https://doi.org/10.22435/pgm.v43i2.3862.
Aswi, A., Sukarna, S. and Nurhilaliyah, N. (2022) 'Mapping the Relative Risk of Stunting
Cases in South Sulawesi Province', Sainsmat: Scientific Journal of Natural
Sciences, 11(1), p. 11. Available at:
https://doi.org/10.35580/sainsmat111325202022.
Hadi, M.I., Kumalasari, M.L.F. and Kusumawati, E. (2019) ‘Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting di Indonesia: Studi Literatur’, Journal of Health
Science and Prevention, 3(2), pp. 86–93. Available at:
https://doi.org/10.29080/jhsp.v3i2.238.
Hafid, F. and Thaha, A.R. (2015) ‘FAKTOR RISIKO STUNTING USIA 6-23 BULAN DI
KECAMATAN BONTORAMBA KABUPATEN JENEPONTO Stunting Risk
Factors Ranging from 6-23 Months Old in Bontoramba Distric of Jeneponto
Regency’, (September), pp. 139–146.
Hamzah, W., Haniarti, H. and Anggraeny, R. (2021) 'Risk Factors of Stunting in Toddlers',
Surya Muda Journal, 3(1), pp. 33–45. Available at:
https://doi.org/10.38102/jsm.v3i1.77..
Hasan, A. and Kadarusman, H. (2019) 'Access to Basic Sanitation Facilities as a Risk Factor
for Stunting in Toddlers Age 6-59 Months', Journal of Health, 10(3), p. 413.
Available at: https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1451.
Kamayana, P.P.Y., Ani, L.S. and Weta, I.W. (2021) ‘Kejadian dan Faktor Risiko Stunting
pada Balita di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar’, Jurnal
Medika Udayana, 10(4), pp. 3–5. Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.
Setiyo, T. et al. (2019) ‘Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak Usia 1-2 Tahun Di Daerah Rob
Kota Pekalongan Risk Factor for Stunting Among 1-2 Years Children in Tidal
Area Pekalongan City’, Jurnal Riset Gizi, 7(2), pp. 83–90.
Siringoringo, E.T. et al. (2020) ‘Karakteristik Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Asupan Zat
Gizi Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Baduta’, Journal of Nutrition
College, 9(1), pp. 54–62. Available at: https://doi.org/10.14710/jnc.v9i1.26693.
Sudikno et al. (2022) ‘( The Journal of Nutrition and Food Research )’, The Journal of
Nutrition and Food Research, 45(2), pp. 101–110.
Umar, F., Nurhaeda and Juwita (2021) ‘Analisis Faktor-Faktor Risiko Stunting Anak Balita
pada Masa Pandemi Covid-19 di Puskesmas Tawaeli Kota Palu Tahun 2020’,
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 4(3), pp. 413–418.
Available at: https://doi.org/10.56338/mppki.v4i3.1612.
Vilcins, D., Sly, P.D. and Jagals, P. (2018) ‘What it is and what it means | Concern Worldwide
U.S.’, Annals of Global Health, 84(4), pp. 551–562. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/328753452_Environmental_Risk_Fac
tors_Associated_with_Child_Stunting_A_Systematic_Review_of_the_Literatu
re/link/5be0eca1299bf1124fbe13fd/download.
( سعید سیادت2000) ‘No Title ’غالت زراعت, 8153(1645), pp. 1–76.