Anda di halaman 1dari 153

Manifesto Gerakan Intelektual Profetik v vi Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

menjadi bekal utama sehingga lahirlah tulisan Manifesto


Prakata Gerakan Intelektual Profetik (GIP). Manifesto GIP
merupakan tulisan yang mengupas tentang paradigma Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dalam merespon realitas makro,
Bismillaahirrahmannirrahim, dengan segala kerendahan
mezo dan mikro, respon tersebut merupakan jawaban Ikatan
hati penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt, atas
atas proses dehumanisasi yang terjadi sampai saat ini. Kerja
berkah, rahmat dan pertolongan-Nya sehingga buku
nyata yang dilakukan oleh ikatan dalam realitas ini,
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik dapat terselesaikan
merupakan kerja kemanusiaan dalam bingkai nilai transenden
sesuai dengan waktunya. Karena tanpa pertolongan dan
dalam rangka beribadah kepada Allah (taqarub ilallah).
hidayah-Nya buku tersebut tidak mungkin hadir ditangan
Buku tersebut, terdiri dari sebelas bagian dimana bagian
pembaca.
satu dengan yang lain mencapai satu kesatuan pemahaman
Buku tersebut merupakan jawaban atas paradigma Ikatan
yang utuh. Bagian pertama, membahas tentang manusia
yang selama ini berbeda masing-masing pimpinan dari
sebagai personal manusia ideal yang digambarkan oleh Ikatan.
tingkatan Pusat hingga Komisariat. Buku ini juga melengkapi
Bagian kedua, mengupas tentang simbol Ikatan sebagai
literatur Ikatan yang sudah jarang ditemukan serta menjadi
paradigma atau nilai-nilai serta tujuan ikatan dalam
bahan bacaan bagi yang mengkaji paradigma profetik serta
melakukan perubahan. Bagian ketiga, membahas tentang
gerakan kemahasiswaan. Buku ini mengkaji nilai-nilai yang
profil kader secara personal dalam sebuah organisasi. Bagian
ada dalam diri Ikatan serta bagaimana menghadirkan nilai
keempat, mengupas tentang realitas sekarang atau kondisi saat
tersebut sebagai jatidiri yang membedakan Ikatan dengan
ini yang mengambarkan dehumanisasi. Dengan penggambar-
gerakan mahasiswa yang lain. Nilai tersebut menjadi alat
an tersebut, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan
pandang dan cara menyelesaikan proses dehumanisasi disaat
oleh Ikatan. Bagian kelima, membahas tentang Muhammad-
ini, dengan membawanya pada cita-cita ideal yang diingin-
iyah yang selayaknya mengkaji kembali pemikiran Kiai
kan.
Ahmad Dahlan untuk menjawab realitas yang mengalami
Beroganisasi merupakan suatu pilihan untuk mengem-
dehumanisasi. Bagian keenam, menganalisis kesadaran dalam
bangkan diri menuju kedewasaan, hal tersebut dikarenakan
melakukan transformasi sosial dengan nilai-nilai yang
dalam beroganisasi mendapatkan segala hal yang diingikan
diidealkan. Bagian ketujuh, mengupas tentang indikator serta
seperti pengalaman hidup bahkan pendamping hidup. Sebagai
metodologi dalam melakukan transformasi profetik. Bagian
orang yang bergelut dalam organisasi pergerakan mahasiswa
kedelapan, mengulas tentang etos profetis dalam mewujudkan
lebih dari delapan tahun, telah memiliki pengalaman tertentu
cita-cita profetis. Bagian kesembilan, membahas tentang teori
dengan organisasi yang ditekuninya. Pengalaman tersebut
sosial yang digunakan dalam melakukan transformasi profetis.
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik vii viii Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Bagian kesepuluh, menganalisis filsafat gerakan yang penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap keluarga
dilakukan intelektual profetik dalam melakukan transformasi. yang memberikan dukungan secara moral dalam mengem-
Dan bagian kesebelas, membahas transformasi profetik yang bangkan pemikiran Intelektual, yakni Ibunda (Tumirah),
dilakukan oleh ikatan guna mewujudkan masyarakat yang Ayahanda (Muhammad Jubaidi (alm)) dan Kakak-kakak ku
diidealkan. tercinta (Muhammad Taufiqul Hidayat dan Muhammad
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Abdul Basir Imam Basuki) serta Ade’ ku (Muhammad
Abdul Munir Mulkhan, ditengah kesibukannya meluangkan Abdullah Saefuddin (alm)). Selanjutnya penulis menyampaikan
waktu untuk menuliskan kata pengantar dalam buku ini, terimakasih kepada saudara seikatanku Muhammad Naim
selanjutnya kepada Dr. Zakiyuddin Baidhawy, MA salah satu yang telah bekerja dengan keras menyelesaikan pengeditan
Cendekiawan Muda Muslim, yang telah memberikan epilog buku ini. Sekian kali penulis mengucapkan terimakasih pada
pada buku yang berada ditangan pembaca. Selanjutnya DPD IMM Kalimantan Timur yang telah membantu
penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang mencarikan dana agar buku tersebut terbit, yakni Immawan
telah konsen diskusi tentang Paradigma Profetik dalam Andre dan teman-teman. Selanjutnya pada Immawan
Wisma Diaspora yakni Muttaqidul Fahmi, Moh. Mudzakkir, Miftachul Huda yang telah membantu mencetak buku ini,
Muadin Wasis, Iskam Triwibowo, Arief Rahman, dan Husnul sehingga dapat dibaca oleh pembaca yang budiman. Penulis
Muttaqin yang telah mengenalkan konsep profetik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
untuk sekian kalinya mengucapkan terimakasih pada teman- tidak dapat dituliskan satu persatu, semoga amal teman-teman
teman Ikatan dari tingkatan Pusat hingga Komisariat, “Kaulah semuanya dapat diterima dan mendapatkan balasan yang
tempat aku berproses sehingga menjadi seperti sekarang ini”, maksimal dari Allah Swt.
mereka itulah motivasi serta teman dalam berbagi yang tidak
dapat saya tuliskan satu persatu. Penulis secara mendalam Beji Timur-Depok, Awal tahun 2011
menyampaikan terimakasih pada Korps Instruktur DPP IMM Muhammad Abdul Halim Sani
yakni Khotimun Sutanti, Susanti Faipri Salegi, Muhammad
Sobar, Khuratul A’yuni, Rizky Fauzy, Hafidz Fakhrudin, Asri
Kusuma Ningrum, Tinuk, Ilyas Daud, Malik, kaulah yang
telah memberikan makna dalam mengisi hari-hariku bersama
Ikatan. Mudah-mudahan karya sederhana ini dapat bermanfat
bagi kader. Untuk sekian kali penulis menyampaikan terima
kasih pada Ifa Rachim yang telah mengajarkan bagaimana
berbagi dan memberi tanpa menuntut balas. Sekian kalinya
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik ix x Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Kiai Dahlan lah yang mulai memobilisasi gerakan filan-


tropi (kedermawanan melalui ”sekularisasi” praktik zakat,
Kata Pengantar infak, sedekah (sodakoh), ibadah sosial seperti fitrah dan
Oleh : Abdul Munir Mulkhan korban) secara terorganisasi yang peruntukannya bagi kepen-
tingan sosial publik umat.2 Gerakan guru keliling, kemudian
Makna Profetis dan Suara Kenabian lebih populer disebut tabligh dan berkembang menjadi peng-
dalam Gerakan1 ajian di kampung-kampung hampir tiap jam sepanjang hari
merupakan karya pembaruan sosial keagamaan lain dari Kiai
Untuk memahami lebih jernih buku karya Muhammad
Ahmad Dahlan. Melalui program guru keliling itu tradisi
Abdul Halim Sani berjudul ”Manifesto Gerakan Intelektual
belajar yang semula dengan pola murid mendatangi guru atau
Profetis” dengan latar belakang gerakan IMM (Ikatan
kiai menjadi guru atau kiai mendatangi murid di seluruh
Mahasiswa Muhammadiyah) ini kiranya perlu dikaji lebih
kawasan perkotaan dan atau pedesaan. Di kawasan-kawasan
dahulu dua hal atau dua permasalahan. Pertama, persoalan
perkotaan atau pedesaan tersebut, beberapa umat dan masya-
yang berkaitan dengan pemaknaan kata dan istilah profetis
rakat kemudian membentuk kelompok-kelompok pengajian,
yang seringkali dipandang seolah selalu identik dan paralel
diantaranya berkembang menjadi sekolah atau madrasah
dengan kata dan istilah nabi atau kenabian. Kedua, persoalan
formal yang terlembaga secara moderen.
pemaknaan gerakan Muhammadiyah yang lahir tahun 1912
Prof. Dr. Kuntowijoyo menyatakan ”Tabligh yang se-
dalam kandungan gagasan besar mujtahid Kiai Ahmad
karang tampak sebagai perbuatan yang biasa, pada waktu itu
Dahlan. Ini penting agar selain memperoleh pijakan konsep-
(tahun 1912-an/pen) adalah perbuatan luar biasa. Setidaknya
tual akademik, juga pijakan kultural dan historis, selain pijak-
tabligh mempunyai dua implikasi, yaitu perlawanan tak
an teologis yang otentik. Apalagi judul bukunya mengguna-
langsung terhadap idolatri (pemujaan tokoh) ulama dan per-
kan kata yang cukup gagah, yakni ”manifesto” yang saat
lawanan tak langsung terhadap mistifikasi agama (agama
mendengar saja banyak orang bisa jadi salah paham dengan
dibuat misterius). Seperti diketahui pada waktu itu keduduk-
maksudnya.
an ulama dalam masyarakat sangat tinggi. Mereka adalah
mediator antara manusia dengan Tuhan, elite agama dalam
masyarakat, dan tuanku, guru, kiai, tuan guru (baca: guru)
1. Abdul Munir Mulkhan, Dakwah Profetis Etika Welas-Asih Kiai Dahlan Dalam Dinamika
Keagamaan Dan Kebangsaan semula disusun dan disampaikan dalam acara “Sekolah yang menyampaikan agama. Kalau kedudukan sebagai elite
Prophetic IMM FISIP UMY” dengan tema “Menghidupkan kembali Misi Profetik Ummat di
Tengah Arus Perubahan” di UMY 2 November 2010. Makalah ini semula disusun dan
disampaikan dalam acara Seminar “Kontekstualisasi Ideologi Profetik dalam Transformasi
Sosial” dalam rangka Semiloknas dan Rakornas DPP IMM 7-10 Desember 2006, tanggal 8 2. Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan, Buku
Desember 2006 di Wisma Depsos Jakarta Selatan. Kompas, Jakarta, 2010.
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xi xii Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dan guru adalah konsekuensi sosial dari keulamaan mereka, kenabian bagi gerakan kemanusiaan sebagai wujud dari ajaran
maka kedudukan sebagai mediator itulah yang terancam oleh dan tradisi serta sunah nabi sebagai suara kenabian yang lebih
tabligh, menjadikan penyampai agama sebagai orang sehari- otentik ketika memihak kaum dhuafa sebagai sebuah gerakan
hari yang tidak keramat. Kegiatan menyiarkan agama telah kemanusiaan (humanis). Faktanya acap kali gerakan keagama-
dibuat kamanungsan, kekeramatan ulama badhar (batal) oleh an (Islam) di satu sisi lebih tertarik melakukan gerakan
tabligh. Monopoli ulama atas agama, yang dimungkinkan oleh perlawan terhadap dominasi bangsa-bangsa maju tetapi di sisi
budaya lisan, dihilangkan oleh tabligh.”3 lain melupakan nasib kaum tertindas.
Dalam kesempatan yang sama, Kuntowijoyo menyatakan: Bincangan teori dan kata profetis barangkali lebih
”Selanjutnya tabligh juga merupakan perlawanan tak langsung menarik dikaitkan dengan ide dan pemikiran Robert W.
terhadap mistifikasi agama, yaitu pengaburan agama, agama Firedrichs. Sosiolog ini mulai membedakan antara sosiologi
dianggap misterius, tinggi, dan adiluhung yang hanya patut ”profetis” dan sosiologi ”imam” (priestly), yang berbeda satu
diajarkan oleh orang-orang terpilih (tuanku, guru, kiai, tuan sama lain dalam sikap dan dukungan implisitnya terhadap
guru). Dengan tabligh agama yang semula misterius menjadi status-quo. ”Model profetis mempunyai satu pendirian kritis
agama yang sederhana, terbuka, dan accesible bagi setiap terhadap status-quo; kelompok ini berpendapat bahwa peran-
orang. Agama yang semula bersifat esoteris-mistis milik kaum an sosiologi yang dapat diterima adalah mengidentifikasi
virtuosi (spesialis) menjadi agama etis-rasional milik orang kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang tidak karuan dalam
awam.”4 struktur sosial, dan memberikan suatu kecerahan yang mem-
Gerakan keagamaan profetis dapat diartikan dalam dua berikan peluang pada kemungkinan-kemungkinan yang lebih
makna. Makna pertama, ialah gerakan atau sikap kritis atas manusiawi. Model imam cocok untuk kerangka struktur yang
kecenderungan pelemahan pemihakan lembaga keagamaan sudah mapan. Ahli sosilogi dalam kelompok imam ini tidak
pada kelas akar rumput atau kelompok yang menderita saat perlu sadar akan implikasi nilai dalam pekerjaan mereka.
elite gerakan keagamaan mulai berkolaborasi dengan Tetapi kritikan-kritikan terhadap mereka, yang muncul dari
penguasa. Pengertian pertama ini muncul sebagai reaksi ahli sosiologi ”baru” atau yang berhaluan radikal, akan
kecenderungan pemimpin agama di Eropa pada sekitar abad mengemukakan bahwa karena para ahli sosiologi itu gagal
ke-19 yang lebih status-quo.5 Makna kedua, ialah basis memberikan kritik terhadap status-quo, maka mereka yang

3. Kuntowijoyo, “Menghias Islam” dalam Abdul Munir Mulkhan, Marhaenis Muhammadiyah, mempunyai satu pendirian kritis terhadap status-quo; kelompok ini berpendapat bahwa
GalangPress, Yogjakarta, 2010, hlm 19. peranan sosiologi yang dapat diterima adalah mengidentifikasi kekurangan-kekuarangan dan
4. Kuntowijoyo, “Menghias Islam” dalam Abdul Munir Mulkhan, Marhaenis Muhammadiyah, hal-hal yang tidak karuan dalam struktur sosial, dan memberikan suatu kecerahan yang
GalangPress, Yogjakarta, 2010, hlm 19-20. memberikan peluang pada kemungkinan-kemungkinan yang lebih menusiawi. Model imam
5. Robert A. (W) Friedrichs dalam bukunya Sociology of Sociology terbitan Free Press, New cocok untuk kerangka struktur yang sudah mantap.” (Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi
York, 1970 membedakan Sosiologi Imam (priestly) dengan Sosiologi Profetis. “Model profetis Klasik dan Modern Jld I, 1988, Gramedia, Jakarta, hlm 51).
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xiii xiv Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dari kelompok sosiologi imam atau yang sudah mantap ini Berdasar prinsip etis itulah mengapa Kiai Ahmad Dahlan
memberikan dukungan diam-diam terhadap status-quo dengan gampang dan begitu cair berdialog dengan peradaban
karena kelalaiannya. Pengecam-pengecam dari kelompok Barat Nasrani-sekuler yang kapitalistik serta kolonial. Kiai ini
profetis mengemukakan bahwa netralitas dan sikap tidak tidak segan mengambil manfaat pengalaman orang-orang
memihak (impartiality) benar-benar tidak mungkin dan Eropa yang penjajah, kafir, dan kapitalis serta Nasrani. Model
bahkan seorang ahli sosiologi secara eksplisit tidak berjuang komunikasi itu pula yang membuat Kiai Ahmad Dahlan tidak
meningkatkan struktur sosial menjadi lebih manusiawi, pada merasa terganggu memenuhi posisi sebagai pejabat Kerajaan
dasarnya ia menerima legitimasi status-quo.”6 Jogjakarta yang menjadi pusat orientasi kebudayaan Jawa
Satu hal yang mungkin sering dilupakan bagi mereka yang kejawen tanpa kehilangan keluhuran kesalehan religius-
penganut ideologi jihad yang anti Eropa dan Amerika atau nya. Hanya dalam periode pasca wafat Kiai, Muhammadiyah
anti Negara dan Bangsa-Bangsa Barat, bahwa apapun ideologi mulai anti tradisi Jawa dan Kejawen.7
yang dianut, praktik kehidupan seseorang, hubungan sosial Uraian di atas merupakan petunjuk tentang transformasi
orang yang bersangkutan dengan orang lain tergantung ada sosial ideologi profetik yang tampaknya lebih mementingkan
tidaknya empati kemanusiaan di dalam hati si penganut ideo- segi atau empati kemanusiaan daripada legalitas ritual
logi tersebut. Keterpincutan dr. Soetomo ketika mengamati keagamaan. Dari sini pula pentingnya pendekatan kebudaya-
sepak-terjang Kiai Ahmad Dahlan justru lebih didasari oleh an dalam merealisasi ideologi profetik atau pun ideologi jihad
apa yang ia sebut sebagai Etika Welas Asih yang ia pahami yang anti Barat. Khusus bagi mahasiswa, perlu dipertimbang-
dari aksi-aksi kemanusiaan Kiai Dahlan. Soetomo bahkan kan untuk menyiapkan diri agar bisa mempelajari budaya,
sampai pada kesimpulan bahwa Etika Welas Asih merupakan tradisi dan iptek di negara maju yang Barat itu tanpa biaya
gagasan orisinal Kiai Ahmad Dahlan yang secara sengaja atau dengan biaya dari negara maju itu sendiri. Caranya ialah
dikemas sebagai oposisi (perlawanan) ide Darwinian yang menguasai bahasa asing khususnya Inggris dengan nilai toefl
menguasai pikiran dunia Barat dan menjadi akar peradaban 600, maka anda akan bebas memilih negara yang dituju
moderen saat ini. Bukan yang kuat harus menang, tapi dengan beasiswa sekitar 1500 dolar perbulan.
bagaimana yang lemah memperoleh ruang dan peluang Di sisi lain bisa saja seseorang anti Barat yang sekuler,
mengembangkan diri. Itulah hakikat Etika Welas Asih Kiai kafir atau dekaden, tapi bisa jadi orang tersebut lebih kafir,
Ahmad Dahlan. dekaden dan penindas sesamanya walaupun de jure beragama.
Mari kita lihat praktik berpolitik dan berbangsa dan beragama
di negeri seribu masjid ini. Tidak ada jaminan di negeri
6. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Gramedia, Jakarta, 1986, hlm 51-
52. lihat juga Robert W. Fiedrichs, A Sociology of Sociology, The Free Press, New York, 7. Lihat laporan penelitian Tesis Ahmad Najib Burhani yang terbit dengan judul Muhammadiyah
1970, p. 67, 70, 72-73, 107-108, 111, 124, 127, 133, 136, 292-293, 310, 328. Jawa, Al-Wasat, Jakarta, 2010.
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xv xvi Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

berpenduduk muslim dengan jamaah haji terbesar di dunia ini akibat luapan lumpur Lapindo, anggota dewan yang juga
orang miskin hidup terjamin, dan para pemimpin memikirkan aktivis gerakan Islam dengan tertawa dan senyum penuh
nasib rakyat dan umatnya. Kecenderungan demikian dengan kemenangan merekam adegan mesum dengan wanita bukan
gampang kita saksikan setiap hari di koran atau lapangan. istrinya. Apa yang tersisa di negeri ini untuk dapat dijadikan
Di masa bencana gempa dahsyat melanda Yogyakarta harapan bagi orang-orang tertindas, miskin dan terlantar?
tahun 2006 lalu, muncul pemandangan menarik. Korban Paradaban global dengan kacanggihan teknologi trans-
gempa Jogja mulai kedinginan tidur di tenda yang mulai bocor portasi dan informasi telah membuka ruang rahasia kehidup-
di awal musim hujan. Warga Merapi mulai cemas oleh an privat manusia. Penganut agama yang paling saleh sangat
ancaman lahar dingin tumpahan material erupsi gunung itu terpukul oleh gaya hidup manusia global. Seolah syahwat
sebelumnya. Banyak anak-anak gagal menatap masa depan menjadi ideologi baru yang mewarnai kehidupan politik, eko-
tidak bisa sekolah akibat kemiskinan, banyak anak-anak nomi, bahkan juga praktik keagamaan ketika TV menjadikan
menjadi pengamen jalanan akibat ditinggal orang-tua mereka. simbol-simbol keagamaan sebagai komoditi yang ternyata
Di saat-saat seperti itu, ternyata anggota dewan Jogja begitu ratingnya tinggi. Budaya artifisial (apus-apusan/Jw) seolah-
bersemangat menaikkan gaji menjadi 200 %. olah enak dan bahagia menjadi lebih penting daripada
Di saat ribuan warga diberbagai kota digusur dan terusir memecahkan problem secara otentik.
dari tempat mencari nafkah oleh kebijakan politik dewan, Dalam situasi demikian, manusia terperangkap pada
alangkah bijak jika anggota dewan itu bercakap dengan rakyat budaya artifisial dan mimpi. Ironi dan celakanya budaya
yang memilihnya sebelum menyetujui APBN atau APBD. fatamorgana itu lebih mudah menarik minat dan partisipasi
Pemerintah dan pejabat negara dengan tugas utama sebagai publik ketika dibungkus simbol religi dan surgawi. Fenomena
pelayan kehidupan warga, justru merasa benar menggusur ini juga melibatkan partai dan gerakan keagamaan, termasuk
atau membangun tanpa bertanya lebih dahulu kepada warga IMM dan partai-partai Islam. Pertanyaan yang lebih penting
tentang apa yang mereka perlukan dan bagaimana pendapat dijawab ialah adakah organisasi dimana kita aktif di dalamnya
warga itu. Di negeri yang bertuhan ini, rakyat seolah tak itu benar-benar mempunyai fungsi bagi kemanusiaan?
perlu dihitung kecuali di masa pemilu, itupun sekedar
melegitimasi apa kehendak sang penguasa dan wakil rakyat A. Gerakan Budaya yang Terlupakan8
yang tak pernah mengerti kemauan rakyat. Permasalahan utama yang dihadapi gerakan Muhammad-
Alangkah bijak jika separuh saja dari kenaikan gaji dewan iyah dan gerakan Islam yang sudah mapan (seperti halnya
itu dihibahkan kepada anak-anak jalanan, untuk SPP anak- IMM) ialah kegagalan membaca pesan sentral pendiri gerakan
anak miskin atau merekosntruksi rumah-rumah warga yang
diwakilinya. Di saat ribuan atau jutaan orang menderita 8. Abdul Munir Mulkhan, Gerakan Budaya yang Terlupakan, Harian Kompas, 4 Desember 2009,
hlm 7
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xvii xviii Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

tersebut. Pada umumnya aktivis gerakan ini (Muhammadiyah pembersihan Islam dari tradisi bermuatan virus TBC (tahyul,
dan IMM) lebih memahami gerakan tersebut sebagai gerakan bid’ah, k(c)hurafat). Akibatnya, semakin kehilangan nuansa
pemberantasan TBC yang jauh dari minat membela kaum budaya dan terasing dari dinamika kehidupan mayoritas
dhuafa hanya karena kecenderungan tradisi kehidupan kelas penduduk.
bawah itu diselimuti aura TBC. Banyak orang kurang me- Citra anti tradisi yang secara keras memberantas TBC
mahami dan bisa membedakan antara hasil (meninggalkan seperti Wahabi itu adalah episode generasi kedua sesudah Kiai
tradisi pemberoson) dengan bagaimana proses sosial-budaya Ahmad Dahlan wafat pada Februari 1923. Posisi Kiai sebagai
yang mendorong tumbuhnya kesadaran rasional dan laku abdi dalem kraton yang saat itu menjadi pusat tradisi dan ikon
obyektif seseorang atau sekelompok orang (umat dan budaya rakyat tidak memungkinkannya melancarkan kritik
masyarakat). dan memberantas tradisi secara terbuka.
Dalam hubungan itulah kiranya kritik Kuntowijoyo ter- Posisi Kiai tersebut lebih jelas dalam paparan GBPH
hadap gerakan pembaruan Islam dan gerakan Islam pada Joyokusumo, adik Sri Sultan Hamengku Buwono X pada
umumnya patut dicerna. Kritik Kuntowijyo (Muslim Tanpa Sidang Tanwir ’Aisyiyah 2002, tentang peran Hamengku
Masjid) bahwa Muhammadiyah adalah gerakan budaya tanpa Buwono VII dalam kelahiran Muhammadiyah. Rajalah yang
kebudayaan, penting menjadi catatan abad keduanya. Ini memberangkatkan Kiai Ahmad Dahlan naik haji, mengganti
terlihat ketika Muhammadiyah sekedar meniru Kiai Ahmad nama Mohammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan, dan
Dahlan tanpa memahami gagasan dan etos gerakannya. Daya mendorong Kiai terlibat dalam Budi Utomo. Problem yang
kreatif ijtihad (pembaharuan) bagi kemajuan dan kesejahtera- dihadapi generasi pendiri bukanlah tradisi lokal, tetapi
an umat membeku, terperangkap birokrasi organisasi, gurita penolakan umat terhadap sistem pendidikan dan kesehatan
pendidikan dan rumah sakit, sehingga terasing dari kehidupan moderen, penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Melayu
rakyat. Hal serupa dihadapi bangsa ini ketika praktik pen- atau Jawa, pembagian zakat, fitrah, dan korban kepada fakir
didikan nasional menjadi ritual dan kehilangan etos budaya miskin.
kreatif. Saat didirikan tujuan Muhammadiyah ialah: ”a. Memaju-
Awalnya, gerakan ini sibuk memberdayakan fakir miskin kan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama
melalui pendidikan, kesehatan, dan berbagai aksi sosial. Islam, b. memajukan dan menggembirakan cara kehidupan
Seperti tesis Max Weber tentang Etika Protestan dengan para- sepanjang kemauan agama Islam.” Kegiatannya meliputi: ”a.
digma this worldly, aktivis gerakan ini memandang kesalehan mendirikan dan memeliharakan atau membantu sekolah-
surgawi bisa dicapai dengan memajukan dan menyejahterakan sekolah yang diberi pengajaran agama Islam juga, lain dari
rakyat yang tertindas. Tahun 1930-an lebih sebagai gerakan ilmu-ilmu yang biasa diajarkan di sekolah; b. mengadakan
kelas menengah kota ketika purifikasi dipahami sebagai perkumpulan sekutu-sekutunya dan orang-orang yang suka
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xix xx Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

datang; dibicarakan perkara-perkara agama Islam; c. kebangsaannya, bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.
mendirikan dan memeliharakan atau membantu tempat sem- Citra gerakan berubah setelah Dahlan wafat ketika orientasi
bahyang, yang dipakai melakukan agama buat orang banyak; budaya digeser orientasi legal-formal. TBC diberantas secara
dan d. menerbitkan serta membantu terbitnya kitab-kitab, keras dan terbuka bersamaan pembentukan lembaga tarjih
sebaran khotbah, surat kabar yang muat perkara ilmu agama tahun 1927.
Islam, ilmu ketertiban cara Islam dan i’tikad cara Islam, tetapi Orientasi budaya bisa dibaca dari naskah ”Tali Pengikat
sekali-kali tiada boleh menyalahi undang-undang tanah di Hidup Manusia”, Pidato Kiai Ahmad Dahlan dalam Kongres
sini dan tiada boleh melanggar keamanan umum atau 1922 (Almanak Muhammadiyah 1923; lihat ”The Humanity
ketertiban.” of Human Life” dalam Charles Kurzman Modernist Islam: A
Masa itu anggotanya terbagi menjadi; anggota biasa, Sourcebook). Kiai Ahmad Dahlan menyatakan: “Kebanyakan
kehormatan, dan donatur. Anggota biasa ialah semua orang pemimpin-pemimpin belum menuju kepada baik dan enaknya
Islam, kehormatan ialah orang yang berjasa besar pada segala manusia, baru kaumnya (golongannya) sendiri.
Muhammadiyah, donatur ialah siapa saja tanpa memandang Marilah, lekas kita pemimpin-pemimpin berkumpul mem-
agama dan kebangsaan yang bersedia memberi bantuan. bicarakan benar itu (hak) tak usah memilih-milih bangsa,
Sasaran kegiatan Muhammadiyah masa generasi pendiri Orang itu harus dan wajib mencari tambahnya pengetahuan,
ialah mengubah cara pandang umat tentang kehidupan jangan sekali merasa cukup dengan pengetahuannya sendiri,
duniawi melalui pendidikan, dakwah, penerbitan, pendirian apakah pula menolak pengetahuan orang lain.”
tempat ibadah, penerjemahan Alquran, penerbitan buku, Bersediakah Muhammadiyah melakukan kritik budaya
pelatihan dan pendidikan guru desa dan guru keliling, mengaktualkan kembali peran kreatif ijtihad membela dluafa?
santunan kesehatan dan ekonomi bagi fakir-miskin. Zakat mal Saatnya menjawab “untuk siapa gerakan ini bekerja, untuk
dan fitrah, korban dan infak dikelola secara moderen bagi anggota atau bangsa dan kemanusiaan?” Dari sini Muham-
peningkatan taraf hidup rakyat kebanyakan sehingga madiyah bisa berperan bagi kemajuan bangsa dan pemelihara-
berkemajuan dan sejahtera. Selanjutnya dengan sendirinya an martabat kemanusiaan universal.
umat akan menanggalkan tradisi TBC diganti ilmu dan
teknologi. B. Nabinya Mustadl’afin9
Pengelolaan rumah sakit melibatkan dokter-dokter
Nasrani Belanda yang bekerja sukarela, sekolah dikelola
secara moderen guna meningkatkan taraf hidup dan berperan 9. Lihat Abdul Munir Mulkhan, “Teologi Kiri dalam Kebertuhanan Siti Jenar” dalam Makrifat Siti
Jenar; Teologi Pinggiran dalam Kehidupan Wong Cilik, Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta,
dalam dunia moderen. Umat mulai menyadari manfaat 2004, hlm 279-290. Lihat juga Teologi Kiri; Landasan Gerakan Membela Kaum Mustadl’afin,
Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2002.
bekerjasama dengan semua pihak tanpa melihat agama dan
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxi xxii Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Tuhan mengecam Nabi Muhammad Saw karena bermuka musyrikin tersebut. Tiba-tiba turunlah ayat wa laa tathrudi
cemberut (menunjukkan rasa kurang suka) ketika datang alladziina yad’uuna rabbahum bi alghadaati wa al’asyiyyi
kepadanya orang-orang yang buta padahal mereka sedang yuriiduuna wajhahu (dan janganlah kamu mengusir orang-
berusaha membersihkan diri dan mencari pembelajaran orang yang selalu berdoa kepada Tuhan di waktu pagi dan
dengan penuh ketundukan. Hal yang sama terjadi saat Nabi sore karena hanya mengharap keridhaan Allah (riwayat
tampak lebih berkenan menerima dan melayani orang-orang Muslim, Riadhus Shalihin, I, hlm 264).
yang berkecukupan harta dan kekuasaan. Kritik keras Tuhan ‘An Haaritsata ibni Wahab r.a qaala: sami’tu rasulullaah
terhadap sikap Muhammad yang kurang berpihak pada kaum Saw yaquulu: alaa uhbirukum bi ahli al jannati? Kullu
dhuafa dan lebih berpihak pada kelas lebih tinggi ini bisa dha’iifin mutadla’afin lau aqsama ‘alaa al llaahi laabarrahu,
dikaji dalam surat ‘Abasa ayat 1-11. alaa uhbirukum bi ahli al naari? Kullu ‘utullin jawwaadlin
Dalam surat Kahfi ayat 28 Tuhan berfirman “sabarkanlah mustakbirin. (muttafaq alaihi) Artinya: Dari Harits bin Wahb
dirimu jika berkumpul dengan orang-orang yang senantiasa r.a berkata, saya telah mendengar Rassulullah Saw bersabda:
berdoa pada Tuhan di waktu pagi atau sore semata mengharap “Sukakah saya beritahukan kepadamu tentang ahli surga?
keridhaan Tuhan dan jangan memalingkan muka dari mereka Mereka seluruhnya adalah orang-orang dhaif dan didhaifkan,
hanya karena memandang kekayaan duniawi (karena miskin). tapi jika mereka meminta sesuatu kepada Allah pasti
Tuhan berfirman dalam surat al Dluhaa ayat 9-10: Adapun permintaan mereka itu akan dipenuhi. Sukakah engkau saya
terhadap anak yatim janganlah kaum paksakan dan kepada beritahu siapa ahli neraka? Mereka adalah orang-orang yang
peminta-minta janganlah kau bentak. Dalam surat al Maa’un keras hati, tabi’atnya kaku dan berlaku sombong” (riwayat
ayat 1-3 Allah berfirman: Tahukah engkau orang yang Bukhari, Riadhus Shalihin, I, hlm 254-255).
mendustakan hari pembalasan? Mereka itulah orang-orang Abul Abbas Sahl bin Sa’ad Asaa’idy ra berkata, ketika
yang menolak anak yatim dan tidak suka menganjurkan Rasul sedang duduk lewatlah seseorang (di depannya). Rasul
memberi makan pada orang msikin. lalu bertanya kepada orang yang duduk di sebelahnya:
Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata, ketika kami berenam “bagaimana pendapatmu tentang orang itu?” jawab orang di
sedang duduk di sisi Nabi Saw, datanglah pemuka-pemuka sebelah Rasul: “itulah seorang bangsawan yang demi Allah
kaum musyrikin dan berkata kepada nabi: “Usirlah orang- pinangannya layak diterima dan jika meminta seseorang
orang yang berada di sisimu agar mereka tidak berlaku kurang mengerjakan sesuatu pasti dipenuhi”. Rasul diam mendengar
ajar kepada kami” Keenam orang itu ialah saya sendiri, jawaban itu. Tak berapa lama lewat lagi seseorang di
Abdullah bin Mas’ud, seorang suku Hudzail, Bilal, dan dua depannya. Rasul bertanya lagi pada orang yang sama:
orang yang sengaja tidak saya sebutkan namanya. Nabi “bagaimana pendapatmu tentang orang ini?” Teman duduk
tampak tergerak untuk memenuhi tuntutan pemuka kaum Rasul itu pun menjawab: “Ya Rasul itulah orang miskin yang
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxiii xxiv Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

pinangannya jika ia meminang patut ditolak dan jika meminta Abu Hurairah ra berkata bersabda Rasulullah Saw:
melakukan sesuatu tidak akan dipenuhi”. Rasul lalu bersabda: “kadangkala seseorang yang rambutnya kusam dan terurai,
“orang inilah yang lebih baik dari sepenuh bumi orang-orang betolak dari satu pintu ke pintu rumah (meminta-minta) dan
bangsawan” (riwayat Bukhari, Riadhus Shalihin, I, hlm 255- dipandang rendah oleh manusia, tapi jika ia meminta kepada
256). Allah dengan penuh kesungguhan, pasti Allah akan meme-
Abu Said Al Khudry ra berkata, bersabda Nabi Saw: nuhinya” (riwayat Muslim, Riadhus Shalihin, I, hlm 257-258).
“suatu ketika terjadi perdebatan antara surga dan neraka. Usamah bin Zaid ra berkata, bersabda Rasulullah Saw:
Neraka berkata bahwa dirinya akan dipenuhi oleh orang- “saya berdiri di depan pintu surga, tiba-tiba masuklah ke
orang besar yang berkuasa dan sombong. Sementara surga tak dalamnya orang-orang yang pada umumnya miskin, ketika
kalah berkata bahwa dirinya akan dipenuhi kaum dlu’afaa dan orang-orang yang kaya masih tertahan oleh perhitungan
miskin. Allah lalu memutuskan perdebatan neraka dan surga kekayannya. Dan, ketika saya berdiri di dekat pintu neraka
itu dengan menyatakan bahwa “Kau surga! Kau adalah tempat yang telah dibuka, tiba-tiba kebanyakan orang yang masuk ke
rakhmat-Ku. Aku merakhmati dengan surga kepada siapa dalamnya kaum perempuan” (riwayat Bukhari-Muslim,
yang Kukehendaki. Kau neraka! Kau adalah tempat siksa-Ku, Riadhus Shalihin, I, hlm 258).
Aku menyiksa dengan siapa yang Kukehendaki dan bagi Sayangnya dalam ajaran Islam formal, Tuhan tak mudah
kaum neraka dan surga pasi akan Aku penuhkan isimu” didekati bagaikan subyek pelaku yang tak dapat disentuh oleh
(riwayat Muslim, Riadhus Shalihin, I, hlm 256). makhluknya sendiri; manusia, yang diciptakan penuh kesem-
Abu Hurairah ra berkata, ada seorang tukang sapu masjid purnaan. Wajah tuhan tercitrakan sebagai wajah penindas
yang selama beberapa hari belakangan tidak dilihat yang kejam tanpa welas asih yang hanya bisa dibujuk dengan
Rasulullah. Rasul lalu bertanya tentang si tukang sapu masjid ritus-ritus pengorbanan. Politik keagamaan dan negara-negara
tersebut. Ketika Rasul mendapat jawaban bahwa si tukang bangsa merupakan sebuah sistem pelestari wajah buruk
sapu telah mati, Nabi bersabda: “mengapa engaku tidak mem- Tuhan di abad peradaban moderen.
beritahukan kematiannya kepadaku? Tunjukanlah kepadaku Ada semacam ghirah dan semangat pemihakan ke-
dimana tempat kuburnya!” Orang-orang pun segera menun- manusiaan dari buku Muhammad Abdul Halim Sani dalam
jukkan kepada Nabi Saw di mana kuburan si tukang sapu uraian sepanjang bukunya ini. Demikian pula gagasan tentang
tersebut. Nabi segera pergi ke kuburan si tukang sapu itu lalu kader IMM, juga kader gerakan Muhammadiyah yang ia beri
melakukan shalat jenazah. Nabi pun bersabda: “sesungguhnya simbol profetis atau juga kenabian. Persoalannya, seberapa
kuburan ini penuh kegelapan dan Allah telah menerangi pembaca dan penulis buku ini sendiri bisa menangkap pesan
dengan salatku pada mereka” (riwayat Bukhari-Muslim, kenabian dalam bingkai gerakan profetis tersebut secara
Riadhus Shalihin, I, hlm 257).
Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxv

otentik? Tentu semuanya terpulang pada para pembaca, selain


kritik kenabian kepada penulis buku ini. Selamat membaca.

Kotagede awal tahun 2011

Makna Profetis dan Suara Kenabian dalam Gerakan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxv xxvi Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

D. Kenapa Harus Intelektual Profetik ? – 52


Daftar Isi 1. Realitas Mikro (Diri atau Ikatan) – 53
2. Realitas Makro – 56
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 3. Realitas Lokal – 58
E. Tugas Intelektual Profetik – 59
1. Humanisasi – 60
Prakata – v
2. Liberasi – 61
Kata Pengantar – ix
3. Transendensi – 62
Daftar Isi – xxv
F. Kompetensi Dasar Intelektual Profetik – 63
1. Basis Ideology – 64
Bagian 1. Manusia dalam Perfektif Ikatan – 1
2. Basis Knowledge – 64
A. Pengungkapan Manusia – 1
3. Basis Skill – 65
B. Hakekat Manusia – 2
C. Kedudukan dan Peran Manusia – 15
Bagian 4. Realitas Sekarang; Globalisasi dan
D. Tujuan Hidup Manusia dalam Ikatan – 19
Multikulturalism – 66
A. Prawacana Globalisasi dan Multikulturalism
Bagian 2. Menggali Makna Ikatan;
– 66
Interpretasi terhadap Simbol IMM – 23
B. Globalisasi – 69
A. Prawacana Ikatan – 23
C. Multikulturalisme – 75
B. Tujuan Ikatan – 25
C. Semboyan Ikatan – 28
Bagian 5. Realitas Muhammadiyah; Bercermin pada Pendiri
D. Trilogi Ikatan – 32
Muhammadiyah – 84
Bagian 3. Upaya Mewujudkan Kader Ikatan; Profil Kader A. Prawacana Muhammadiyah – 84
Ikatan – 41 B. Sejarah Muhammadiyah – 87
A. Landasan Illahiah – 41 1. Faktor Internal – 89
B. Pengungkapan Intelektual Profetik Ikatan – 46 2. Faktor Eksternal – 91
1. Intelektual – 46 C. Sistem Pemikiran Kiyai Ahmad Dahlan – 92
2. Profetik – 48 1. Akal – 94
3. Intelektual Profetik (IP) Ikatan – 50 2. Relativisme dalam Pemahaman
C. Sejarah Intelektual Profetik – 50 Keagamaan – 96
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxvii xxviii Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

3. Filsafat Toleransi – 97 2. Dialogis – 147


4. Penafsiran Agama tidak Absolut – 98 3. Kontekstualisasi Doktrin Agama – 147
5. Iman dan Tanggungjawab Sosial – 99 C. Indikator Transformasi Profetis – 149
6. Shalat, Amal dan Tanggungjawab Sosial 1. Perubahan Sistematis – 150
– 100 2. Partisipatoris – 150
D. Realitas Muhammadiyah – 102 3. Perubahan Spritual dan Material – 150
E. Relevansi Pemikiran Kiyai Ahmad Dahlan 4. Alur Metodelogi Profetis – 151
– 108 D. Aksi Transformasi Profetis – 151
1. Prioritas Isu/Program/Kasus – 152
Bagian 6. Pentingnya Kesadaran, dari Kesadaran Kritis 2. Pemilihan Pemihakan – 152
Menuju Kesadaran Profetis – 112 3. Membentuk Kelompok Inti – 153
A. Prawacana Kesadaran – 112 4. Merancang Sasaran dan Strategi – 153
B. Proses Kesadaran – 115 5. Menggalang Sekutu dan Pendukung–154
1. Kesadaran Magis – 118 6. Membentuk Pendapat Umum – 155
2. Kesadaran Naif – 119 7. Pemantauan dan Evaluasi Program Aksi
3. Kesadaran Kritis – 120 – 155
4. Kesadaran Profetik – 122
C. Etika Profetis – 127 Bagian 8. Etos Profetis; Upaya Mewujudkan Kebudayaan
1. Konsep Umat yang Terbaik – 131 Ilmu dalam Ikatan – 156
2. Kesadaran Sejarah dalam Ikatan – 133 A. Prawacana Etos – 156
3. Konsep Profetis – 135 B. Etos dan Kebudayaan – 157
C. Bercermin pada Sejarah Muhammadiyah dan
Bagian 7. Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik, Ikatan – 161
Penjelasan Manifesto Gerakan Intelektual 1. Tajdid dalam Masalah Keagamaan – 164
Profetik Ikatan – 138 2. Tajdid dalam Masalah Kemasyarakatan –
A. Indikator Cendekiawan Profetis – 138 165
1. Individu Kader – 139 3. Sejarah Ikatan – 166
2. Ikatan dalam Bentuk Kolektif – 143 4. Pengungkapan Diri Ikatan – 167
B. Metodologi Transformasi Profetis – 146 5. Realitas Ikatan – 168
1. Refleksi, Belajar dari Pengalaman – 147 6. Kontekstualisasi Ikatan – 170
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik xxix xxx Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

D. Menggagas Kebudayaan Ilmu pada Ikatan – A. Prawacana Perubahan – 234


171 B. Transformasi Sosial Emile Durkheim – 237
1. Kebudayaan Ilmu dalam Pemikiran C. Transformasi Sosial Max Weber – 239
2. Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas – D. Transformasi Sosial Karl Marx – 241
172 E. Transformasi Profetis – 243
3. Kebudayaan dalam Artifak – 173 F. Khairul Ummat – 251

Bagian 9. Teori-Teori Sosial; Ilmu Sosial Sekuleristik Epilog – 254


Menjuju Ilmu Sosial Integralistik – 175 Lampiran I. Ilmu Sosial – 262
A. Prawacana Ilmu Sosial – 175 Lampiran II. Bagan Kesadaran pada Manusia – 263
B. Paradigma Ilmu Sosial – 178 Lampiran III. Bagan Manifesto Gerakan Intelektual Pro-
C. Ilmu Sosial Positivistik – 180 fetik dalam Rekonstruksi Peradaban – 264
D. Ilmu Sosial Konstruktivisme – 187 Daftar Bacaan – 265
E. Ilmu Sosial Kritis – 191
F. Ilmu Sosial Profetik – 197
G. Pilar Ilmu Sosial Profetik – 203

Bagian 10. Filsafat Pergerakan; Mewujudkan Sosiologi


Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan – 210
A. Prawacana Pergerakan – 210
B. Nilai Dasar Ikatan – 213
1. Ikatan sebagai Organisasi Pergerakan –
214
2. Ikatan sebagai Organisasi Kader – 216
C. Realiatas Sekarang – 217
D. Sosiologi Gerakan – 222
E. Diaspora Gerakan Ikatan – 226

Bagian 11. Transformasi Profetik; Mewujudkan Khairul


Ummat – 234
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 1 2 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Pertama) Kisah yang lain dalam kitab Taurat menyebutkan

Bagian
1 bahwa kejadian manusia terurai dengan jelas, tercantum
dalam kitab Kejadian pasal 1:2, pasal 12: 21-22 yang intinya
menyatakan bahwa manusia dijadikan secara mendadak,
termasuk Siti Hawa dari tulang rusuk Adam. (Lembaga Kitab
Manusia dalam Persfektif Ikatan Indonesia, Alkitab dengan Kidung Jemaat)
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam
Dengan nama Allah yang maha Pengasih dan Penyayang. bahasa arabnya berasal dari kata nasiya yang berarti lupa.
Demi tin dan zaitun, dan Bukit Sinai, dan kota ini yang aman. Sedangkan dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak.
Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
kemudian Kami jatuhkan dia serendah-rendahnya kecuali
memiliki sifat lupa dan jinak, dalam hal ini manusia selalu
mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan. Maka
bagi mereka pahala yang tiada putusnya. Sesudah itu, apa menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
yang menyebabkan mereka menyangkal. Engkau tentang hari Manusia dengan cara keberadaannya sekaligus membedakan
kiamat akan datang? Bukankah Allah Hakim yang paling secara nyata dengan mahluk yang lain. Dalam kenyataan
bijaksana? (QS. At-Tin 1-8) mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir
dan berfikir tersebut, yang menentukan manusia pada
A. Pengungkapan Manusia hakekatnya. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan
Kejadian manusia dan asul-usulnya dipandang dengan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam
cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikarenakan dari karyanya dapat dilihat dalam setting sejarah, setting psikologis
segi memandangnya yang berbeda misalnya dari segi agama situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi
ataupun ilmu pengetahuan. Pandangan agama tentang karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadi-
manusia juga memiliki keberagaman misalkan dalam agama kan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia
Hindu manusia berkaitan erat dengan kejadian alam semerta. juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam
Pada gambaran tersebut tidak memberikan gambaran yang pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya
jelas agar dapat mudah dipahami. Kejadian manusia dalam dengan melengkapi sisi transendensi dikarenakan pemahaman
agama ini diceritakan bahwa alam terjadi sewaktu Dewa lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang
Barahma yang sedang mandi dan tetesannya mengalir menjadi ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan
sungai Gangga, selanjutnya terjadinya alam akibat bertemu- tentang dirinya. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999).
nya dua dewa sehingga tercipta bulan, matahari, manusia, Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam
awan dan sebagainya. (Saleh A. Nahdi, Adam Manusia fikiran adalah berbagai macam persfektif, ada yang mengata-
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 3 4 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

kan manusia adalah hewan rasional (animal rational) dan Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkan secara
pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain langsung bagi dirinya dan keturunnya, sedangkan manusia
menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia
tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasi-kan bahasa baru produksi dari yang sesungguhnya dalam kebebasan dari
melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol- kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari produknya
simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia dan binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan
adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan jenis produksinya, manusia berproduksi mnurut berbagai jenis
yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. dan ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia
Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarena-kan berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia
disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas dapat bekerja
memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal
dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuai- dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan
kan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia yang sama. Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak
dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia bersikap arif hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan. Oleh sebab itu
karena memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang menurut Marx manusianya terbuka pada nilai-nilai estetik
lain. Manusia juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dan hakekat perbedaan manusia dengan binatang adalah
dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat menunjukan hakekat bebas dan universal. (Franz Magnis
dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia Suseno, Pemikiran Karl Marx, 1999).
juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang
bermain). Manusia dalam bermaian memiliki ciri khasnya filsafat yang mempersoalkan tentang hakekat manusia dan
dalam suatu kebudayaan bersifat fun yang merupakan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan
kombinasi lucu dan menyenangkan. Permainan dalam tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian
sejarahnya juga digunakan untuk memikat dewa-dewa dan menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia
bahkan ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan
sebagai ritus suci. (K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, tentang makna hidupnya ditengah dinamika perubahan yang
2005) kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah
Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat
binatang tentang kebutuhannya, binatang langsung menyatu manusia merupakan pertanyaan kuno seumur keberadaan
dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia membuat manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak
kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. pernah akan selesai dikarenakan realitas dalam kehidupan
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 5 6 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak satuannya dua unsur, ataukah mono pluralism yang meletak-
berubah. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999) kan hakekat pada kesatuan semua unsur yang membentuk-
Manusia menurut Paulo Freire merupakan satu-satunya nya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan diri-
mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia nya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentu-
berbeda dengan hewan yang tidak memiliki sejarah, dan kan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam
hidup dalam masa kini yang kekal, mempunyai kontak tidak kehidupan dunia ini untuk mencapai kedewasaan, dan semua
kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusia kenyataan itu akan memberikan andil atas jawaban mengenai
dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam
melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, kehidupan yang ia hadapi. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
keterarahan, temporaritas dan transendensi) yang menjadikan
mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk meyampai- B. Hakekat Manusia
kan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran Kata yang berkaitan dengan manusia dalam al Qur’an
manusia bersifat historis manusia membuat hubungan dengan paling tidak ada tiga macam. Pertama, menggunakan huruf
dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini ber- alim, nun dan sin seperti insan, ins, nas, dan unas. Kedua,
hubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan ber- menggunakan kata basyar. Dan ketiga, menggunakan kata
hubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah Bani Adam dan zuriyat Adam. Selanjutnya pengungkapan
juga sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah. (Denis kata manusia lebih menggunakan kata basyar dan insan. Kata
Collin, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya menampak-
2002). kan sesuatu yang baik dan indah. Kata basyar juga menunjuk-
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok an suatu proses tentang kejadian manusia sampai tahap
yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, kedewasaan. Selanjutnya kata insan merupakan penunjukan
mencari unsur pokok dan yang menentukan adalah hal tentang seluruh totalitas manusia seperti jiwa, dan raga
bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, manusia yang berbeda satu dengan yang lain. (H.A. Sholeh
atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, dan Dimyati, Tinjauan Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan tantang
dualisme yang memiliki pandangan dalam menetapkan Manusia).
adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling Penggambaran manusia juga tertuang dalam sebuah
menafikan yaitu materi dan rohani. Pandangan pluralisme perkatan Nabi yang berisi tentang hati untuk mengungkapkan
yang menetapkan adanya berbagai unsur pokok pada dasarnya kondisi manusia;
mencerminkan unsur yang ada dalam macro cosmos atau
pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada ke-
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 7 8 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

“Dalam tubuh manusia ada sebuah segumpal daging apabila dengan ego, sedangkan ego memiliki sifat bebas unifed dan
daging itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh manusia, taukah immortal dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar
apakah segumpal daging itu?Segumpal daging itu adalah hati.”
pengandaian logis. Pendapat yang dikemukakan oleh
Melihat hadist tersebut hati merupakan bagian yang Muhammad Iqbal tentang ego ini dapat membantah tesis yang
fundamental dari manusia. Dalam tradisi kaum sufi hati dikemukanakn oleh Kant. Kant berpendapat bahwa diri bebas
merupakan yang penting dalam memgambarkan perjalanan dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkrit
spiritual dan organ yang memendam misteri-misteri Ilahi. namun secara logis harus dapat dijadikan postulas bagi
Hati berjalan langsung dalam pengembaraan menuju kesem- kepentingan moral. Hal ini dikarenakan, moral manusia tidak
purnaan batin. Kaum sufi mempercayai di dalam hati terdapat masuk akal bila kehidupan manusia yang tidak bebas dan
realitas dari dunia yang tak berbentuk dan kesatuan wujud. tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. (Donny Grahal
Hal tersebut dikarenakan ketika manusia berdialog dengan Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001)
Tuhan terjadi di dalam hatinya dan hatinya pun dapat Menurut Muhammad Iqbal bahwa ego terbagi menjadi
menyaksikan serta merasakan kehadiran Tuhan. (Sara Sviri, tiga macam; pantheisme, empirisme dan rasionalisme.
Demikianlah Kaum Sufi Berbicara). Hati manusia dalam Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi
ajaran agama Islam diidentikan dengan seperangkat penge- dimana eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Muhammad
tahuan dan bukan seperangkat emosi, kadang-kadang Iqbal menolak pendangan ego yang bersifat pantheisme
digambarkan barzakh (tanah-genting). Hati juga memisahkan dikarenakan ego manusia adalah nyata, hal tersebut diketahui
dan sekaligus menyatukan “dua lautan“ yang bersifat Illahiah dengan manusia berfikir dan manusia bertindak membukti-
ataupun yang bersifat duniawi. (Charles Le Gai Eaton, kan bahwa aku ada. Empirisme memandang ego sebagai poros
Manusia, dalam Sayyed Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar
Spiritualitas Islam). penanaman yang ril adalah pengalaman. Benak manusia
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah dalam pandangan ini adalah ibarat panggung sandiwara, bagai
yang ada dalam kehidupan ini. Begitupula dengan peradaban pengalaman yang silih berganti. Muhammad Iqbal menolak
hari ini pun didasarkan atas humanisme, martabat manusia empirisme jika orang yang tidak dapat menyangkal
serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa pengalaman dan tentang yang menyatukan pengalaman dalam
agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah kehidupan. Muhammad Iqbal juga tidak sependapat dengan
memaksa mengorbankan dirinya demi Tuhan. Agama telah rasionalisme, dikarenkan ego yang diperoleh melalui penalar-
memaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka an dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali
manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mem-
Tertindas, 2001). Muhammad Iqbal memandang manusia pertegas keberadaannya). Ego dalam pengertian Muhammad
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 9 10 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Iqbal adalah bebas, terpusat, dapat diketahui dengan aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999). Penggabungan
menggunakan intuisi. Muhammad Iqbal menggambarkan nafs yang aktual ini menjadikan manusia berkembang
aktivitas ego pada esensinya adalah berupa aktivitas sehingga mewujudkan manusia yang “ideal”, berpusat pada
kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang yang menciptakan-Nya. Usaha yang dilakukan oleh manusia
bergerak pada satu arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan dalam tahapan tersebut merupakan suatu hal yang biasa,
agar tidak sirna. Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh dikarenakan semua itu pernah dilakukan oleh orang-orang
hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia sufi untuk mencapai harmonisasi dan keselarasan dengan
berkehendak bebas dan kreatif. (Donny Grahal Adian, alam.
Matinya Metafisika Barat, 2001) Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan
Manusia merupakan mahluk yang paling menakjubkan. kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan dunianya. Dunia
Jantung manusia memompa 4,5 liter darah setiap menit bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia
hidupnya. Tubuh manusia mengandung 2,5 milyar sel darah dapat mempersepsikan kenyataan di luar maupun keberadaan
merah, dan 2,5 milyar sel darah putih, yang berfungsi sebagai di dalam dirinya dan hubungan ini bersifat unik. Status unik
bagian yang terpenting dalam kekebalan tubuh. Otaknya manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasitas-
terdiri dari 3 pon benda seperti adonan berwarna putih dan nya dapat mengetahui. Mengetahui merupakan tindakan yang
keabu-abuan dan milyaran komponen yang bekerja. Dalam mencerminkan orientasi manusia terhadap dunia. Dari sini
sekejap otak dapat melakukan ribuan komunikasi yang saling memunculkan kesadaran atau tindakan autentik, dikarenakan
terhubung. (Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Eksistensi kesadaran merupakan penjelasan eksistensi manusia didunia.
Manusia, 2008). Orientasi dunia yang terpusat oleh refleksi kritis serta
Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya yakni kemampuan pemikiran adalah proses mengetahui dan
nafs, keakuan, diri, ego. Pada tahap ini semua unsur mem- memahami. Dari sini manusia sebagai suatu proses dan ia
bentuk kesatuan diri yang aktual, kekinian dinamik, dan adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu.
aktualisasi kekinian yang dinamik berada dalam perbuatan Manusia memiliki kemampuan dan harus bangkit terlibat
dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi lebih. (Siti
dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004).
karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs Proses penciptaan manusia merupakan suatu kejadian
hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatan- yang terkecil dari apa yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia
nya, sedangkan pada ketauhidan hakekat dan fungsi manusia terbuat dari tanah liat, atau Lumpur, kemudian ditiupkan oleh
sebagai ‘adb dan khalifah. Kesatuan aktualisasi sebagai Allah roh-Nya, lalu diciptakan indera pendengaran, peng-
kesatuan jasad dan ruh yang membentuk tahapan nafs secara lihatan dan hati. Manusia juga diminta untuk merenungkan
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 11 12 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dirinya yang bgitu remeh. Bahan yang membentuknya dan atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah Adam
hanyalah segumpal tanah atau tanah liat. Kemudian datang dapat diredusir menjadi rumus;
kehidupan dan reproduksi kehidupan manusia melalui sperma
(air mani), yang merupakan sari pati tiap bagian tubuh laki- Ruh Tuhan + Lempung Busuk Manusia
laki. Cairan tersebut merupakan sel-sel hidup yang terbentuk
dari sari pati asal usul kehidupan nenek moyang. Ovum atau
Ruh Tuhan dan lempung busuk merupakan dua simbol
telur betina dibuahi oleh sperma jantan maka terbentuklah
individu. Secara aktual manusia tidak diciptakan dari lempung
suatu kehidupan pribadi yang berwujud, dan berangsur-
busuk (huma’in masnun) ataupun ruh Tuhan. Karena kedua
angsur membentuk rupa. Anggota badan terbentuk, kehidup-
istilah itu harus bermakna simbolis. “Lempung busuk”
an hewani mulai berfungsi dan semua adaptasi yang indah
merupakan simbol kerendahan stagnasi dan pasifitas mutlak.
lahir. Setelah itu roh Tuhan ditiupkan kepadanya. Kemudian
Ruh Tuhan merupakan simbol dari gerak tanpa henti kearah
ia terangkat lebih tinggi dari pada hewan dan sebagai seorang
kesempurnaan dan kemuliaan yang tak terbatas. Pernyataan
manusia ia memperoleh kecerdasan yang lebih tinggi dan
al Quran bahwa manusia merupakan gabungan ruh Tuhan
kemampan untuk mendengarkan ajaran Allah, penglihatan
dan lempung busuk. (‘Ali Syariati, Paradigma Kaum
batin, serta hati nurani yang memahami kehidupan batin.
Tertindas, 2001).
(Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Eksistensi Manusia,
Roh merupakan sumber perbedaan antara lumpur
2008).
dengan manusia, energi yang sangat menakjubkan dan
Dalam ayat al Qur’an membincangkan asal usul manusia
kekuatan relatif yang tak terbatas. Energi ini tidakhanya
sebagai wujud yang hidup, al Qur’an menggunakan perkataan
terbatas pada adam, tetapi ada dalam setiap manusia sejak
basyar atau insan bukan Adam yang disediakannya bagi
awal penciptaan manusia. (Muhammad Chirzin, Al-Quran
manusia sebagai khalifah Tuhan di dunia. Penggunaan Adam
dan Eksistensi Manusia, 2008). Manusia adalah suatu
dalam menjelaskan eksistensi manusia yang ada di qur’an
kehendak bebas dan bertanggungjawab menempati suatu
merupakan sebuah konsep, dari pada sebuah manusia yang
stasiun antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan
nyata. (Muhammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam
syaitan. Gabungan tersebut menjadikan manusia bersifat
Pemikiran Islam, 1978)
dialektis. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai realitas
Manusia dalam konsep Al-Quran mengunakan kensep
dialektis. Dari dialektika tersebut menjadikan manusia ber-
filosofis, seperti halnya dalam proses kejadian Adam
kehendak bebas mampu menentukan nasibnya sendiri dan
mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna
bertanggungjawab. Manusia yang ideal menurut ‘Ali Syariati
dan simbol. Kejadian manusia yakni esensi kodrat ruhaniah
adalah manusia yang telah mendialektikakan ruh tuhan

Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 13 14 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dengan lempung dan yang dominan dalam dirinya adalah ruh realitas sekitar. Sebagaimana perkataan bijak yang dilontarkan
Tuhan. (‘Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001). oleh Socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak pantas
Manusia juga diberikan anugerah berupa kemampuan untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat
otak yang sangat dahsyat dalam pengungkapan kebenaran. memahami diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia
Disamping itu, Tuhan memberikan sarana berupa wahyu, yang memahami tentang dirinya sendiri maka ia akan
melalui orang-orang yang kedudukan rohaninya sangat tinggi. memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan
Kalau manusia bersyukur dia akan menerima bimbingan atau pencipta menjadikan manusia berproses menuju kesempurna-
petunjuk tersebut menjadi orang-orang yang beriman dan an. Proses pemahaman diri dengan refleksi kritis, agama dan
bersama-sama menjadi orang-orang yang mendapatkan realitas, hal tersebut menjadikan manusia insan kamil atau
kebahagiaan. Kalau tidak, dia mengingkari tujuannya, manusia sempurna.
merantai dirinya sendiri, jadi kehilangan kebebasannya dan
membebani diri dalam dosa. (Muhammad Chirzin, Al-Quran Bagan Esensi dan Eksistensi Manusia
dan Eksistensi Manusia, 2008) Basic Human Kebutuhan
Esensi Kesadaran
Manusia merupakan mahluk unik yang menjadi salah No
Eksistensi
Fitrah
Values Dasar (Basic
satu kajian filsafat, bahkan dengan mengkaji manusia yang manusia (Basic Islamic Human
(Basic Human Drives)
Values) Needs)
merupakan mikro kosmos. Dalam pembagian filsafat materi
terbagi menjadi dua macam, esensi dan eksistensi. Demikian 1 Al Insan Rasa ingin tahu Intelektual Intelektual
Rasa lapar, haus,
halnya manusia sebagai materi yang terdiri atas esensi dan 2 Al Basyar
dingin
Biologis Biologis
eksistensi menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi Sarat ingin berterima
dan eksistensi berjalan secara bersamaan dan dalam 3 Abdullah kasih dan bersyukur Spiritual Spiritual
perjalanannya ada yang mendahulukan esensi dan juga kepada Tuhan
Rasa tahan sendiri dan
eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia 4 An-Nas menderita dalam Sosial Sosial
bersifat tidak bergerak dan menuju lebih dalam, tanpa kesepian
melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang menjalankan Butuh keamanan,
eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada ketertiban, kedamaian,
Khalifah fil
5 kemakmuran, keadilan Estetika Estetika
tetapi tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikemukakan ardhi
dan keindahan
oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia merupakan dialektika lingkungan
antara ruh Tuhan dengan lempung, dari dialektika tersebut
menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya Manusia yang melakukan refleksi menyadari bahwa ia
manusia merupakan refleksi kritis terhadap manusia dan mahluk yang berdimensional dan bersifat unik. Manusia
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 15 16 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

menjadikan ia yang bertanggungjawab pada eksistensinya Pengungkapan surga yang terjadi pada nabi adam adalah
yang berbagai macam dimensi tersebut. Manusia dalam suatu yang sederhana. Hal tersebut, dikatakan oleh
eksistensinya sebagai al insan, al basyar, ‘abdullah, annas, dan Muhammad Iqbal sebagai berikut; bahwa jannah dalam al
khalifah, dikarenakan potensi yang berada dalam diri manusia Qur’an merupakan suatu gagasan keadaan primitif dimana
seperti intelektual, biologis, spiritual, sosial dan estetika. Sifat manusia praktis tidak ada hubungannya dengan lingkungan
dari manusia tersebut adalah mahluk yang bebas berkreatif dan sebagai akibat dari tiada merasakan desakan dari
dan mahluk bersejarah dengan diliputi oleh nilai-nilai kebutuhan manusia yang kelahirannya merupakan suatu
transendensi yang selalu menuju kesempurnaan. Hal tersebut tanda-tanda dari kebudayaan umat manusia. (Muhammad
menjadikan manusia yang memiliki sifat dan karaktersistik Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pemikiran Islam, 1978).
profetik. Pembebasan yang dilakukan oleh manusia adalah Hal ini juga dijelaskan dalam surat at Thoha;
pembebasan manusia dari korban penindasan sosialnya dan
pembebasan dari alienasi antara eksistensi dan esensinya Tidak kan lapar padanya dan tidak akan telanjang … dan tidak
sehingga manusia menjadi diri sendiri, tidak menjadi budak akan dahaga dan tidak akan merasakan panas.
(QS. Thoha;118-119)
orang lain. Manusia yang bereksistensi sebagai khalifah fil
ardh menjadikan ia sebagai mahluk pengganti Tuhan dan
Proses kejatuhan Adam tidak ada hubungannya dengan
menjalankan tugas Tuhan dalam memakmurkan bumi dalam
munculnya manusia pertama kali di bumi, tetapi tujuannya
rangka beribadah pada-Nya.
adalah untuk menunjukan kebangkitan manusia dari
kedudukan nafsu instingtifnya yang sederhana kepada pilihan
C. Kedudukan dan Peran Manusia
sadar dari sesuatu diri yang bebas, yang sanggup curiga dan
Ketahuilah bahwa Allah telah memililih beberapa
melawan. Kejatuhan tersebut bukanlah kehilangan moral
manusia sebagai seorang yang memberi kabar kepada manusia
tetapi merupakan peralihan kesadaran yang sederhana
yang lain. Allah memuliakan mereka dengan mendapatkan
menuju cahaya pertama dari kesadaran diri, seperti sadar dari
firman-Nya dan mereka mampu untuk mengetahui-Nya.
mimpi dan sadar tentang sebab musabab mengenai dirinya
Mereka merupakan media penghubung Allah dengan hamba-
sendiri. Bahkan dalam al Qur’an digambarkan bumi bukanlah
Nya, mereka merupakan hamba Allah yang terbaik dan
sebagai ruang siksa yang memenjarakan manusia dari dosa
menggerakkan hatinya untuk mencari pentujuk sendiri
asal. Sikap tidak patuh yang pertama merupakan untuk
tentang kebenaran dan mereka menyelamatkan manusia yang
memilih secara merdeka, oleh karena itu pelanggaran pertama
lain dari kesesatan serta memberikan petunjuk pada
dalam hal tersebut dimaafkan. Kebaikan bukanlah soal
keselamatan. (Ibnu Khaldun, Muqaddimah).
paksaan tetapi penyerahan secara bebas dari diri untuk

Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 17 18 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

sebaik-baiknya moral. Kemerdekaan merupakan syarat ingin tahu, menjadikan ia bersifat kreatif dan dengan
kebaikan. Kemerdekaan untuk memilih yang baik mengan- disemangati nilai-nilai transendensi.
dung juga kemerdekaan untuk memilih yang tidak baik. Islam memandang manusia sebagai khalifah Tuhan di
Tuhan telah mengambil resiko dengan menunjukan keper- bumi dan sebagai proyeksi dimensi vertikal kedalam tataran
cayaan kepada manusia dan sekarang bagi kita adalah menjaga horizontal. Hal tersebut dikarenakan manusia yang memiliki
kepercayaan tersebut. (Muhammad Iqbal, Pembangunan akal mengetahui realitasnya sendiri dan menjadi salah satu
Kembali Alam Pemikiran Islam, 1978). Hal ini, juga dijelas- manifestasinya. Ia dapat bangkit melampaui egonya yang
kan dalam surat at-Tin tentang kedudukan mulia dan bersifat duniawi dan kontigen. Kemampuannya yang dimiliki-
kejatuhan derajat manusia kecuali orang yang beriman dan nya tersebut dapat berdialog dengan Tuhan. Manusia merupa-
melakukan amal kebaikan. kan cerminan yang didalamnya terpantul nama dan sifat-sifat
Pengungkapan manusia paripurna yakni Adam ter- Allah yang dihadapan-Nya berdiri tegak dan untuk selama-
maktub dalam Al Qur’an yang layak sebagai pemimpin umat. lamanya. (Charles Le Gai Eaton, Manusia, dalam Sayyed
Adam mengatur keperluan pokok umatnya yakni air, Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam)
sandang, papan. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan Manusia dengan Tuhan memiliki kedudukan sebagai
manusia sepanjang masa. Jika kebutuhan itu terpenuhi secara hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an
adil maka yang akan terjadia adalah kentenraman dan hidup tertanam sebagai penganti Tuhan di muka bumi. Manusia
yang lebih damai. (H.A. Sholeh Dimyati, Tinjauan Al Qur’an dengan manusia yang lain memiliki korelasi yang seimbang
dan Ilmu Pengetahuan tantang Manusia). Manusia sebagai dan saling berkerjasama dalam rangka memakmurkan bumi.
mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan Manusia berkedudukan sebagai wakil Tuhan di muka bumi
yang sangat mulia. Tetapi sebelum membahas tentang peran yang dapat terdiri atas dua macam yakni perwujudan dari
dan kedudukan, pengulangan kembali tentang esensi dan sulthan sebagai kepala negara dan fungsi manusia di muka
eksistensi manusia. Manusia yang memiliki eksistensi dalam bumi sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. (M.
hidupnya sebagai abdullah, an-nas, al insan, al basyar dan Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al Qur’an; Tafsir Sosial Ber-
khalifah. Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan dasarkan Konsep-Konsep Kunci). Khalifah yang dimaksud
ia dalam kelima eksistensi tersebut. Manusia ditetapkan merupakan kekuasaan oleh Tuhan untuk memakmurkan
sebagai khalifah yang berarti sebagai pengganti generasi bumi dalam rangka ibadah kepada Allah. Pemberian khalifah
sebelumnya ataupun seorang nabi dan penerus misi ini dikarenakan potensi yang mengaktual pada manusia
sebelumnya. Misalkan sebagai khalifah dimuka bumi sebagai dijalankan secara selaras dan seimbang.
pengganti Tuhan, manusia disini harus bersentuhan dengan Manusia dengan alam sekitar merupakan sarana untuk
sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 19 20 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Tuhan dan bertugas menjadikan alam sebagai subjek dalam Jiwa yang tenang merupakan perkembangan spiritual
rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Manusia yang yang tertinggi dan konsep tersebut dekat dan dikembangkan
memegang amanah sebagai khalifah dalam melakukan oleh kaum sufi. Ketika melihat manusia maka esensinya
keputusan dan tindakannya sesuai dengan maqasid asy- merupakan jiwanya, hal tersebut dikarenakan jiwa yang
syari’ah, yang merupakan tujuan utama diciptanya sebuah mencerminkan perbuatan. Misalkan seorang dikatakan kikir
hukum atau nilai esensi dari hukum, dimana harus menjaga karena jiwanya yang kikir. (M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi
agama, jiwa, keturunan, harta, akal dan, ekologi. Tindakan Al Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci).
manusia yang sesuai dengan aturan tersebut menentukan Jiwa yang tenang merupakan cita-cita yang dimiliki oleh
terciptanya kemakmuran dunia. manusia sebagai hamba yakni kembali pada Tuhan dengan
ridha-Nya. Proses kembalinya jiwa yang tenang ini merupa-
D. Tujuan Hidup Manusia dalam Ikatan kan suatu konsep menyatunya mahluk dengan pencipta-Nya,
Manusia dalam perkembangan kebutuhan menurut yang dapat kita lihat pada diri nabi dan para sufi.
Abraham Maslow berada pada piramida yang tertinggi yakni Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan
kebutuhan yang bersifat abstrak pada dunia spiritual dan kehidupannya mencapai perjumpaan kembali dengan
religiusitas. Sedangkan pada tingkatan yang paling bawah Pencipta-Nya. Perjumpaan kembali tersebut seperti kembali-
manusia memenuhi kebutuhan dengan makan dan minum nya air hujan ke laut. Kembalinya manusia sesuai dengan
untuk memuaskan kebutuhan biologisnya. Setelah kebutuhan asalnya sebagaimana dalam dimensi manusia yang berasal dari
biologis terpenuhi maka secara langsung meningkat pada Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan
kebutuhan yang berikutnya yakni kebutuhan akan kasih bentuknya, misalkan dalam bentuk imateri maka kembali
sayang, ketentraman, dan rasa aman. Jika kebutuhan itu kepada pencinta dalam bentuk imateri sedangkan unsur
terpenuhi maka yang diinginkan adalah mengaktualisasikan materi yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada
diri agar dapat berkembang. (Jalaluddin Rakhmat, Madrasah materi yang membentuk jasad manusia. Nafs yang dimiliki
Ruhani; Berguru pada Ilahi di Bulan Suci). Pengungkapan manusia merupakan nafs yang terbatas dan akan kembali
kebutuhan yang telah diuraikan oleh Abraham Maslow bersama nafs yang mutlak dan tak terbatas, kembalinya nafs
tersebut bertujuan pada peningkatan kebutuhan yang bersifat manusia melalui ketauhidan antara iman dan amal.
transenden dalam mengharapkan perjumpaan dengan sang Pertemuan nafs manusia dengan nafs Tuhan merupakan
pencipta. perjumpaan dinamis yang sarat muatan kreatifitas dalam
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan dimensi spiritualitas. Kerjasama kreatifitas Tuhan dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam manusia dan melalui keratifitasnya, manusia menaiki tangga
jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.
(Q.S Al Fajr 27-30)
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 21 22 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

mi'raj memasuki cahaya-Nya yang merupakan cahaya beribadah. Perjumpaan tersebut sangat menyenangkan dan
kreatifitas abadi. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999) menggairahkan dikarenakan hal itu merupakan tujuan akhir
Proses bertemunya nafs manusia dengan Tuhan dalam manusia dalam kehidupannya.
kondisi spiritual tercapai jika manusai berusaha membersih- Perjumpaan dengan Pencipta bagi orang yang ber-
kan diri dari sifat yang buruk. Perjumpaan nafs tersebut dapat kesadaran mistik merupakan tujuan akhir manusia kembali
dilihat pada sufi yang memunculkan berbagai macam ekspresi pada kehadirat-Nya dalam keadaan tenang, sehingga menjadi-
dalam perjumpaannya. Sebagaimana yang terjadi pada al kan manusia larut dengan ritual ibadah. Manusia lebih
Halaj, Yazid al Bustami, Rabiah al Adawiyah dan yang lain, memilih untuk terus menyatu pada-Nya (kepentingan
mereka memiliki ekspreasi dan kelakuan yang berbeda ketika individu) tanpa berusaha kembali pada realitasnya (melaku-
merasakan bertemunya dengan Pencipta. Tetapi dari sini kan perubahan sosial) dan bahkan cenderung melupakannya.
manusia mendaki tangga mi'raj menuju nafs Tuhan dengan Hal tersebut akan berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
cinta dan karena cinta pula terbentuknya alam serta manusia. nabi setalah berjumpa dengan Tuhan. Nabi lebih aktif dalam
Setelah menyatunya manusia dalam dimensi spiritual dengan melakukan perubahan sosial guna tercipta masyarakat yang
Pencipta, lantas tak memperdulikan yang lain, dengan berkeadilan. Perjumpaan dengan Tuhan tersebut sebagai
menyatu terus dengan pencipta. Tetapi manusia setelah sarana membangkitkan semangat untuk melakukan transfor-
menyatu, memahami cinta pada Pencita itu dimanifestasikan masi yang berkeadilan dalam rangka meningkatkan kualitas
untuk sesama manusia dan alam. Proses penebaran cinta ibadah kepada Tuhan. Kesadaran tersebut merupakan
tersebut menjadikan manusia dapat bermanfaat pada yang kesadaran kenabian sebagai manusia yang terlibat dalam
lain, menjadikan diri sebagai cerminan Tuhan dalam muka sejarah dan menentukan jalannya sejarah.
bumi. Pencitraan Tuhan dalam diri manusia menjadikan ia Manusia dalam pandangan ikatan adalah manusia
sebagai insan kamil dan dalam ajaran agama dapat menjadi berkesadaran kenabian yang berupaya melakukan trans-
rahmat bagi yang lain baik sesama manusia ataupun alam. formasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh masing-
Kita mengetahui bahwa proses akhir kehidupan setelah masing kader. Manusia ini mengaktualkan potensi yang ada
di dunia adalah mengharapkan perjumpaan kembali dengan- agar berubah menjadi eksistensi sehingga terlaksananya
Nya. Proses perjumpaan kembali ini dapat terjadi sebelum dan kedudukan manusia sebagai khalifah yang bertugas memak-
setelah kita meninggalkan dunia. Perjumpaan manusia murkan bumi dalam rangka meningkatkan ibadah pada
dengan Pencipta adalah akhir kehidupan dan pengharapan. Tuhan. Pengaktualan tersebut menjadikan manusia ber-
Tetapi, sekarang proses perjumpaan tersebut dapat dilakukan karakter insan kamil yang memberikan kebahagiaan dan
sebelum orang tersebut tiada, hal ini terjadi pada peristiwa peringatan terhadap sesama ataupun alam.
isra’mi’raj nabi Muhammad dan masa ekstase orang sufi dalam
Manusia dalam Persfektif Ikatan Manusia dalam Persfektif Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 23 24 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

terkenal dengan era industri, terjadi di negara barat

Bagian
2 khususnya Inggris pada awal abad 19. Dalam era tersebut alam
bukanlah suatu yang sakral dan suci lagi tetapi merupakan
suatu bahan yang dapat digunakan untuk menambah
kesejahteraan manusia.
Menggali Makna Ikatan Kemajuan teknologi yang begitu pesat di era sekarang
Interpretasi Terhadap Simbol IMM menimbulkan berbagai persoalan diantaranya ekologi, ketim-
pangan sosial dan kebudayaan. Persoalan tersebut, ada
A. Prawacana Ikatan dikarenakan sikap manusia yang kurang mampu melakukan
Manusia dalam memandang kehidupan realitas sosial pengembangan diri sehingga tertinggal dengan yang lain.
merupakan cerminan dari kerangka pikir yang dibangun Kurangnya pengembangan diri tersebut dikarenakan akses
berdasarkan dialektika diri, dengan lingkungannya. Dialektika dalam menggali potensi tidak dimaksimalkan. Kemajuan
tersebut, melahirkan suatu kebudayaan yang beragam dalam teknologi terus mengalir menjadikan masyarakat yang
menyikapi alam atau realitas. Kebudayaan dalam kerangka berkembang menjadi masyarakat post industri, dengan
ini, secara sederhana terbagi menjadi dua macam yakni kerangka pemikirannya lebih cenderung bersifat konsumer-
manusia sebagai subjek sekaligus objek dari alam. Manusia isme dari pada memproduksi. Hal ini, dikarenakan pola fikir,
sebagai objek dari alam adalah sikap manusia yang kurang serta budaya instan yang terjadi dalam masyarakat.
dapat memanfaatkan alam secara maksimal tetapi menjadikan Melihat berbagai persoalan tersebut diatas, kelahiran
alam sebagai sesuatu yang sakral sehingga yang dilakukan ikatan merupakan suatu keniscayaan. Keniscayaan ini, dapat
oleh manusia untuk menjaga keamanannya dalam kehidupan. dilihat dalam sumbangsih ikatan pada proses kebangsaan,
Hal ini terjadi pada manusia yang hidup dengan pola sangat digali dari doktrin yang merupakan simbol diri ikatan dalam
sederhana, manusia belum menguasai teknologi dan ilmu mengawal perubahan sosial. Simbol yang selama ini melekat
pengetahuan. Kejadian ini lebih dekat dengan masa primitif dalam ikatan merupakan ruh, serta paradigama gerakan dalam
atau zaman purba yang terjadi pada ribuan tahun yang lalu. menyikapi realitas sosial yang terjadi. Pengungkapan doktrin
Manusia sebagai subjek dari alam atau realitas merupa- adalah sebuah meta teori yang harus diturunkan menjadi
kan suatu sikap kreatif, inovatif manusia yang sudah sebuah teori agar dapat dioperasionalkan dalam melakukan
mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan ilmu transformasi sosial. Bentuk transformasi sosial yang dilakukan
pengetahuan tersebut sebagai sarana agar alam dapat diman- oleh ikatan merupakan pengejawantahan dari paradigma yang
faatkan untuk kepentingan hidup manusia. Sikap tersebut terbangun sejak awal berdirinya ikatan sampai sekarang.
tumbuh semenjak manusia mengenal ilmu pengetahuan yang Melihat pentingnya doktrin ikatan, mari kita lihat apa yang
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 25 26 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

menjadi gerakan ikatan dalam melaksanakan tugas masyarakat yang ideal. Gambaran masyarakat ideal
kemanusiaan. Muhammadiyah ini tertuang dalam ideologi Muhammadiyah
pada Muqadimah AD dan ART. Tujuan didirikannya
B. Tujuan Ikatan Muhammadiyah sebagai “baldatun thayyibatun warabbun
Sebuah organisasi memiliki mimpi (angan-angan) dalam ghafur”. Penggambaran ideal masyarakat dalam cita-cita
mewujudkan apa yang dicita-citakan atau diidealkan. Peng- Muhammadiyah yakni masyarakat yang indah, bersih suci,
gambaran cita-cita, merupakan tujuan akhir dari perjuangan dan makmur dibawah perlindungan Tuhan Yang Maha
yang dilakukan oleh organisasi maupun akhir dari setiap Pengampun. Masyarakat tersebut menurut Muhammadiyah
kader yang berada dalam sebuah organisasi. Tujuan merupa- merupakan pengantar pada gerbang surga dengan keridhaan
kan gambaran reflektif kolektif dari para pendirinya dalam Allah yang Maha Rahman dan Rahim. (AD dan ART
menyikapi realitas yang ada pada saat itu dan mimpi terhadap Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah).
realitas yang ideal di masa yang akan datang. Pengungkapan Pengungkapan tujuan Muhammadiyah terlihat dalam
realitas yang ideal itu bersifat abstrak dikarenakan manusia tujuan Ikatan serta bentuk perjuangan yang akan dilakukan
yang berfikir kedepan hanya bisa memperlihatkan kondisi oleh ikatan. Sebagaimana tercantumkan dalam tujuan IMM
ideal dan menyebutkan ciri-cirinya. Hal ini, dapat dilihat dari yang sesuai dengan AD IMM dalam Bab II pasal 6 adalah
semua tujuan baik Muhammadiyah ataupun pergerakan yang “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang ber-
lain. Penggambaran realitas yang ideal ini menjadi tujuan akhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammad-
dalam melakukan segala perjuangan baik yang dilakukan iyah”. Dari sini, tujuan ikatan merupakan cita-cita dari
secara kolektif dalam organisasi atapun seorang kader ikatan. personal kader dan organisasi secara kolektif menjadikan
Pengungkapan kondisi yang ideal misalkan dalam gerakan spirit dalam diri untuk berproses dalam menjalankan
Marxian mengidealkan masyarakat tanpa kelas. Masyarakat kehidupan serta jalannya roda organisasi. Ikatan sebagai
tanpa kelas yang diinginkan adalah kesetaraan dan tidak pionir Muhammadiyah dalam hal keilmuan, hal ini dikarena-
adanya penindasan yang dilakukan oleh kelas borjuis kepada kan tujuan serta basis massa dalam ikatan merupakan masya-
kelas proletar. Gerakan yang dilakukan oleh aliran ini, lebih rakat akademis yang berfikir rasional dan ilmiah.
bersifat struktural dan dilakukan dengan cara penghilangan Melihat dari tujuan serta harapan Muhammadiyah
struktur kelas borjuis sebagai sumber penindasan. terhadap ikatan bahwa yang dilakukan oleh ikatan adalah
Ikatan merupakan suatu ortom dari organisasi sosial gerakan ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ikatan memiliki tugas
kemasyarakatan Muhammadiyah, maka yang dilakukan oleh yang berat, dikarenakan ikatan sebagai proses dan eks-
ikatan adalah mencerminkan dari Muhammadiyah itu sendiri. perimentasi masyarakat ilmu sebagaimana dikatakan oleh
Muhammadiyah dalam gerakannya menggambarkan kondisi Kuntowijoyo sebagai masyarakat ilmu. Masyarakat ilmu
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 27 28 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

mempunyai kerangka fikir yang bersifat ilmiah, rasional, keilmuan Antonio Gramsci. Kerangka keilmuan ikatan secara
terbuka dan melakukan praksis kemanusiaan. Gerakan ilmu teori memiliki kedekatan dengan Gramsci tetapi yang
dalam ikatan merupakan kewajiban berbasis disiplin keilmuan membeda-kannya adanya nilai transendental yang dimiliki
kader bukan dalam nalar politis maupun ideologis. Gerakan ikatan, merupakan pengejawantahan terhadap Islam. Jika
ikatan dalam bidang ilmu ini yang membedakan ikatan dilihat konsep ikatan ini, dekat dengan istilahnya Kunto-
dengan organ pergerakan yang lain serta ortom yang berada wijoyo dengan Paradigma Profetik, ‘Ali Syari’ati dengan
di lingkungan Muhammadiyah. Latar belakang gerakan ikatan Rausan Fikr serta Muhammad Iqbal dengan Eksistensialisme
dalam ilmu menjadikan pilihan sadar dimana basis dari kader Religius. Lontaran tersebut merupakan interpretasi yang
bergerak dalam dataran akademisi yang terbiasa dengan logika singkat dari tujuan IMM, terbentuknya akademisi Islam yang
ilmiah bukannya emosional. Gerakan ilmu yang dimiliki oleh berakhlak mulia.
ikatan ini menjadikan tradisi serta etos dari suatu komunitas
yang membedakan dengan organ yang lain. C. Semboyan Ikatan
Gerakan ilmu ikatan yang tertanam dalam diri kader Manusia merupakan mahluk simbolis (homo simbol-
merupakan tindakan praksis kemanusian didasarkan pada icum) dikarenakan manusia dalam berinteraksi dengan
basis keilmuan kader dalam upaya ibadah kepada Allah. lingkungan berbentuk simbol. Simbol merupakan cerminan
Pengejawantahan kata berakhlak mulia dipahami menjadi dua perbuatan dan perilaku manusia yang tertuang dalam bahasa.
macam, pertama, sebagai tindakan praksis, kedua, tindakan Sedangkan bahasa merupakan salah satu hasil dari kebudaya-
transenden pada Tuhan. Tindakan praktis dikarenakan dalam an. Ikatan sebagai organisasi juga memiliki simbol dalam
akhlak merupakan sikap yang terlihat serta terbaca oleh rangka pembacaan terhadap realitas. Oleh karena itu,
manusia. Akhlak ini mencerminkan prilaku dari seseorang memerlukan tafsiran lain dalam rangka memahami simbol
dalam menyikapi berbagai macam persolan yang terjadi pada yang ia ciptakan dan memperoleh makna dari simbol tersebut.
realitas sosial. Bagitu pula, yang dilakukan oleh Ikatan Simbol yang berada pada manusia sangat diperlukan
merupakan konsekuensi masyarakat ilmu yang bersifat praksis dikarenakan untuk mengenalkan dirinya dengan yang lain.
kemanusiaan (amal ilmiah dan amal ilmiah). Selanjutnya, Begitupula dengan organ, ia mencitrakan diri agar berbeda
tindakan yang dilakukan oleh kader ikatan maupun ikatan dengan organ yang lain, misalkan dengan KAMMI, pencitraan
secara organisatoris merupakan cerminan dari pengetahuan kadernya tercermin dalam pakaian yang ia kenakan dan corak
yang berdialektika dengan agama, dalam rangka mening- pemikiran dalam pemahaman keagamaan dengan pendekatan
katkan ibadah kepada Allah ideologis. Simbol yang ia ciptakan merupakan sebagai alat
Melihat tujuan ikatan yang melahirkan gerakan ilmu, untuk mempersatukan emosional anggotanya dan membeda-
konsep keilmuan yang dilmiliki oleh ikatan berbeda dengan kan anggotanya dengan organ yang lain.
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 29 30 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Simbol merupakan suatu yang penting bagi manusia Menurut sejarahnya bahwa warna yang disukai oleh nabi
dikarenakan manusia senantisa berkomunikasi menggunakan Muhammad Saw adalah merah dan putih. Warna merah
bahasa yang tertuang pada realitas tertentu. Penggunaan memiliki arti terdekatnya dengan sifat Allah yang rahmaan
simbol yang baik dalam berkomunikasi menjadikan komuni- dan rahiim. Warna merah juga diidentikan dengan sifat yang
kator yang baik dalam semua lini. Demikian halnya ketika pemberani, pantang menyerah dan sungguh-sungguh.
dunia simbol memasuki organisasi, memberi pengaruh Sedangkan untuk warna putih adalah melambangkan kesuci-
terhadap sikap kader dan pencitraan dalam menggerakan atau an, dan sering digunakan dalam ritual seperti dalam ibadah
mengarahkan organisasi demi tujuan yang diinginkan. haji serta pakaian dalam sholat khususnya shalat jum’at.
Penggunaan simbol dalam sebuah organisasi memiliki makna Penerjemahan warna ini, selayaknya menjadikan cerminan
yang filosofis dan mendalam. karakter kader dalam kehidupan dan merespon realitas yang
Selayaknya Ikatan dalam realitasnya memiliki simbol, ada.
juga memiliki ruh dalam menggerakan Ikatan. Simbol dalam Selain warna merah, ikatan juga memiliki semboyan yang
Ikatan menjadi ciri khas seperti warna merah dan semboyan- terinternalisasi oleh kadernya. Semboyan ikatan yakni
nya. Penggunaan warna merah dan semboyan dalam ”Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual”, merupakan
sejarahnya memiliki makna filosofis yang tinggi untuk kader doktrin dan spirit bagi kader dalam meneguhkan gerak dan
yang baru mengenal Ikatan. Ahmad Mansur Surya Negara langkahnya di ikatan. Semboyan yang selama ini dimiliki
selaku pendiri ikatan dan sejarawan UNPAD Bandung IMM, merupakan lambang ataupun motto yang digunakan
mengemukakan bahwa warna merah didasari oleh dua alasan oleh santriwati/siswa Madrasah Mualimat Yogyakarta dan
yakni memiliki nuansa Islami dan sifat rahim. seterusnya diadopsi oleh ikatan. Pengadopsian ini dikarena-
Pengaplikasian warna merah dalam sejarah ikatan kan mengandung bahasa yang sederhana tetapi memiliki arti
dilakukan pada awal penerimaan calon kader baru. Penerima- yang mendalam. Sebagai salah satu kader ikatan yang sudah
an calon kader baru tersebut dikenal dengan MAKASA (Masa mengenal semboyan tersebut mencoba melakukan kritik
Kasih Sayang), merupakan suatu pengenalan ikatan dengan terhadapnya. Sejarah pengkritisan itu sebenarnya sudah
calon kader dengan memberikan bimbingan pada setiap dilakukan sejak di dalam pimpinan komisariat hingga terbawa
mahasiswa yang ada agar menimbulkan ketertarikan terhadap pada Musda XII DPD IMM Yogyakarta. Semboyan ikatan
ikatan. Proses yang terjadi dalam Makasa adalah penerjemah- ”anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual” secara
an sifat kasih sayang ikatan pada calon kadernya, sehingga struktur kalimat tidak memiliki masalah karena merupakan
memiliki kesadaran mengenal dan melanjutkan jenjang kata majemuk yang digabungkan, memiliki arti yang utuh dan
perkaderan di ikatan dan Muhammadiyah. Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Tetapi jika dilihat dalam sisi lain
dilakukan pada Makasa bersifat hiburan dan mendidik. dengan menggunakan logika ataupun alur berfikir secara
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 31 32 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

filosofis, maka itu akan bertentangan dan tumpang tindih. Rekontruksi terhadap semboyan ini sesuai dengan tujuan
Sebagaimana dalam filsafat yang merupakan satu kesatuan, IMM yaitu terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak
berlaku secara sistematis, dan berbicara tentang ontologi, mulia, bermakna sama dengan semboyan ikatan ”Unggul
epistemologi dan axiologi. dalam Intelektual, Anggun dalam Moral, dan Radikal dalam
Kiranya dapat dianalisa kata ”anggun dalam moral” pada Gerakan”.
kajian filsafat merupakan bagian dari axiologi yang berisi etika
dan estetika, sedangkan ”unggul dalam intelektual”, adalah D. Trilogi Ikatan
wilayah epistemologi yang mengkaji tentang sumber dan cara Trilogi Ikatan merupakan lahan juang dan simbol ikatan
memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, semboyan ikatan dalam melakukan transformasi sosial. Trilogi Ikatan merupa-
dapat dipertanyakan, yakni bagaimana cara mengetahui baik kan hal penting, dikarenakan dalam trilogi memiliki makna
dan buruk, jika tidak mengenali apakah yang dikatakan baik yang kompleks, sebagai ruh Ikatan dalam menilai diri, dan
dan buruk, dan bagaimana cara memper-olehnya. Jadi secara cara melakukan transformasi sosial. Pelaksanaan trilogi Ikatan
filosofis struktur dalam semboyan ikatan tidak tersistematis secara integral dan komprehensif, menjadikan Ikatan berbeda
dan menimbulkan kerancuan dalam logika berfikir. dengan pergerakan yang lain. Pengaplikasian trilogi Ikatan
Pembenahan terhadap semboyan ini menjadikan kader secara berkelanjutan menjadikan eksistensi Ikatan muncul
menginternalisasi semboyan dengan logika berfikir yang seperti pada pergerakan yang lain; KAMMI, PMII, dan HMI.
sistemtis, dan benar. Dalam semboyan ikatan yang dahulunya Ikatan sebagai sebuah organisasi memiliki tugas dalam
”anggun dalam moral, unggul dalam intelektual” dibalik men- rangka melakukan transformasi sosial. Ikatan merupakan
jadi ”Unggul dalam Intelektual, Anggun dalam Moral, dan pergerakan kemahasiswaan yang basis kadernya adalah
Radikal dalam Gerakan”. Penambahan kata radikal tindakan mahasiswa yang memiliki kultur berbeda dengan pergerakan
praksis untuk melakukan transformasi sosial. Radikal lain. Pergerakan ikatan masih dalam lingkungan Muhammad-
memiliki arti secara mengakar, menyeluruh dan mendalam, iyah untuk bangsa dan agama Islam. Oleh karena itu, perlu
sehingga yang ingin dicapai adalah tindakan yang bersifat mengedepan-kan bidang atau garapan yang tertuang dalam
menyeluruh serta praksis dalam gerakan. Gambaran yang trilogi IMM; kemahasiswaan, keagamaan dan kemasyarakat-
sederhana seorang kader ikatan memilki kecerdasan intelek- an. Trilogi yang dimiliki oleh ikatan ini merupakan tugas
tual, kecerdasan moral dan melakukan aksi nyata. berat buat kader-kader IMM untuk melaksanakan ketiganya
Pembenahan terhadap semboyan ikatan tersebut men- sebagai cerminan dalam gerak transformasi sosial.
jadikan kader mencoba menggali apa yang selama ini sudah Sifat dari trilogi merupakan kesatuan yang terintegral
mapan dan perlu didiskusikan kembali dalam rangka dimana satu sama lain tidak dapat dipisahkan tetapi dapat
memahami makna yang berada dalam semboyan tersebut. dibedakan. Hal tersebut dikarenakan ketiganya merupakan
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 33 34 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

cerminan dari realitas pada diri Ikatan, meliputi asal, latar dan fungsi ikatan merupakan sebagai eksponen gerakan
belakang, basis kader Ikatan, basis keagamaan dan lahan garap mahasiswa dalam Muhammadiyah (stabilisator dan dinami-
untuk melakukan transformasi sosial baik dalam wilayah ke- sator). Untuk keagamaan merupakan pengaplikasian dari
mahasiswaan, keagamaan dan kemasyarakatan. Dalam sejarah kepribadian Muhammadiyah sebagai landasan perjuangan,
munculnya, trilogi Ikatan merupakan pengambilan intisari sedangkan kemasyarakatan merupakan amal yang diabdikan
dalam Deklarasi ikatan pada waktu Muktamar IMM di Solo. bagi ikatan untuk nusa dan bangsa.
Pemaknaan tersebut, merupakan tujuan ikatan secara
DEKLARASI SOLO organisatoris ataupun individu/kader ikatan yang berjuang
1. IMM, adalah gerakan mahasiswa Islam; bersama ikatan. Pengungkapan ini menjadikan langkah yang
2. Kepribadian Muhammadiyah, adalah landasan diambil oleh ikatan dalam melakukan pembacaan ulang
perjuangan IMM; terhadap yang sudah. Pemaknaan yang tertera pada trilogi
3. Fungsi IMM, adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam ingin menjadikan spirit atau yang harus dimiliki oleh ikatan
Muhammadiyah (stabilisator dan dinamisator); sebagai seorang kader. Interpretasi terhadap simbol ini yang
4. Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah tertuang dalam trilogi; keagamaan, kemahasiswaan, dan
IMM; kemasyarakatan. Interpretasi tersebut membuat keagamaan
5. IMM, adalah organisasi yang sah mengindahkan segala menjadi religiusitas (transendensi), kemahasiswaan menjadi
hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara intelektualitas dan kemasyarakatan menjadi liberatif dan
yang berlaku; humanitas. Jadi ketiga unsur ini, menjadikan IMM dimata
6. Amal IMM, dilahirkan dan diabadikan untuk kader-kadernya dan pergerakan lain memiliki ciri khas
kepentingan agama, nusa dan bangsa. tersendiri.
Keagamaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hasan
Musyawarah Nasional (MUKTAMAR) IMM
Hanafi dalam melakukan tugas pembangunan peradaban,
Kota Barat - Solo, 5 Mei 1965
maka seorang kader menguasai tiga tradisi. Ketiga tradisi
Deklarasi Kota Barat merupakan suatu peristiwa yang tersebut, adalah pertama, tradisi klasik yang digunakan agama
penting dan dijadikan tonggak sejarah oleh ikatan guna sebagai semangat pembebasan dan praksis sosial, kedua adalah
membuktikan eksisitensi ikatan dalam sejarah. Pengambilan tradisi sekarang yang dikenal dengan Oksidentalism. Tradisi
intisari dalam deklarasi Kota Barat tersebut memunculkan sekarang ini menjadikan umat Islam melihat peradaban barat
trilogi ikatan yang kita kenal dengan kemahasiswaan, yang sangat maju dan kita belajar pada mereka dengan
keagamaan, dan kemasyarakatan. Kemahasiswaan merupakan melengkapinya sehingga memiliki kedudukan yang sama
penerjemahan dari ikatan sebagai gerakan mahasiswa Islam, antara barat dengan Islam dalam mengkaji pengetahuaan, hal
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 35 36 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

ini menurut Hasan Hanafi sebagai kesejajaran ego barat ilmuan sosial yang menjadikan ilmunya untuk kemanusia
dengan Islam. Ketiga, tradisi masa depan yakni tradisi yang bukan kepentingan penguasa dan pemodal. Islam disini
menjadikan Islam bersentuhan dengan tradisi sekarang dan menjadi sumber dan inspirasi dalam mengatasi problem sosial
meramalkan Islam merekontruksi peradaban. Menurut Hasan kemanusian dan problem lain. Problem yang lain tersebut,
Hanafi, dalam mencapai tradisi kedepan penggalian atau seperti terekploitasinya kepentingan modal dan tak
pemaknaan ajaran agama bercorak liberatif, emansipatoris, memberikan manfaat bagi manusia serta terjadinya kerusakan
berpihak dan tidak bebas nilai. alam yang berdampak bagi generasi sekarang dan akan datang.
Umat Islam juga berhak menilai dirinya sendiri dan dapat Bahkan yang masih populer sekarang adalah menjadikan
menilai dan melakukan kajian terhadap peradaban barat, dari Islam sebagai ajaran yang bersikap damai dan rahmat
sini maka terjadinya kesejajaran ego antara barat dengan bukannya dilabelkan sebagai agama teroris yang mengupaya-
Islam. Pemahaman keagamaan ikatan berbeda dengan yang kan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
lain menjadikan ciri yang khas pada ikatan dengan Kemahasiswaan. Interpretasi terhadap simbol trilogi yang
menjadikan agama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. kedua, kemahasiswaan menjadi intelektualitas. Maha-siswa
Pelaksaan agama Islam menjadi rahmat dengan mendialogkan merupakan salah satu generasi yang memiliki sensitifitas
antara keshalehan individual dan keshalehan sosial. Keshaleh- sosial, kepeduliaan terhadap perkembangan ilmu penge-
an individual merupakan cerminan dari sifat sufistik orang- tahuan, dan bagaimana menyikapi. Kalangan maha-siswa juga
orang tasawuf dan kesalehan sosial merupakan cerminan dari dikatakan sebagai generasi akademis yang memiliki sifat
gerakan liberatif kaum marxian. Dari perpaduan tersebut terbuka, siap menerima kritikan dan menghargai kebenaran
sebenarnya sudah dilaksanakan oleh para nabi terdahulu yang bersifat plural sebagai corak berfikir futuristik. Hal tersebut
menjadi panutan bersama dalam membebaskan kaumnya. merupakan bagian dari cita-cita Kuntowijoyo yakni, tercipta
Pelaksanaan transformasi profetik ini menjadikan Islam masyarakat ilmu sebagai ciri khas mahasiswa.
sebagai rahmat untuk alam, manusia dan menjadikan ajaran Gerakan yang dilakukan oleh ikatan memiliki sifat
Islam melampaui zaman dan waktunya ketika itu. Bahkan keilmuan yang akademis sebagai pengembangan dari
semangat agama sebagai pembebasan atau keberpihakan, kekayaan keilmuan kader. Bentuk transformasi sosial serta
sudah diterapkan oleh pendiri Muhammadiyah dengan kesatuan paradigma gerakan yang dilakukan ikatan bersikap
berdirinya sekolah, pantai asuhan, rumah sakit dan lembaga profesional. Tetapi ketika sudah selesai dari ikatan, maka
sosial yang lain. Semangat yang dibawa oleh Kiyai Ahmad bentuk transformasi disesuaikan dengan keahlian dan basis
Dahlan adalah semangat profetis agama dalam melakukan keilmuan masing-masing kader, membuka kesempatan
transfor-masi sosial. Pemahaman keagamaan ikatan dapat kepada kader-kader memberi warna pada lingkungan profesi-
digali dari pemikiran tokoh-tokoh keagamaan dan beberapa nya. Sebuah analogi yang sederhana, meskipun para kader di
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 37 38 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

tanam pada tanah yang tandus, besar harapan tanah itu terbentuknya akademisi Islam yang beraklak mulia untuk
menjadi subur, sehingga mengandung intan, permata, emas mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah.
agar bermanfaat bagi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Kemasyarakatan, dengan interpretasi humanitas dan
gerakan yang dilakukan ikatan berbasis keilmuan, memberi liberatif. Humanitas yang dilakukan oleh ikatan merupakan
manfaat yang luas, bukan gerakan politis yang cenderung tuntutan realitas yang mengalami dehumanisasi disebabkan
mementingkan diri sendiri dan golongan tertentu. konsep kesadaran manusia yang berdasarkan antroposentris.
Gerakan keilmuan dianalogikan oleh Kuntowijoyo Kesadaran ini pertama digulirkan oleh seorang filosof Rene
seperti menanam pohon jati, dimana dalam menanam pohon Descartes seorang filosof dari Prancis dengan jargonnya “saya
tersebut, memakan waktu yang lama, berpuluh-puluh tahun berfikir maka saya ada” (cogito ergo sum). Kesadaran yang
dan bahkan satu generasi atau lebih demi hasil yang maksimal dibangun oleh Descartes menjadikan manusia bersifat otonom
dan terbaik. Nampak dari pohon jati yang semakin tua dan menentukan nasibnya sendiri dalam menaklukkan alam.
memiliki kualitas yang bagus, harganya pun tinggi. Berbeda Dalam perkembangannya melahirkan tradisi kebudayaan
dengan gerakan yang bersifat politis, mencari momentum barat, dan pada masyarakatnya terjadi kemajuan teknologi
yang tepat. Hal ini, diibaratkan pohon pisang yang cepat yang ditandai pada awal abad ke-19. Penemuan metode
berbuah dan berkembang, tetapi setelah itu ia akan mati. ilmiah deduksi, induksi, ekperimen oleh Francis Bacon turut
Gerakan keilmuan ini juga dapat dilihat dari perjalanan berperan penting mendorong kemajuan ilmu pengetahuan
sejarah Muhammadiyah dengan Serikat Islam (SI) pada masa dan teknologi. Perkembangan industri yang berjalan di Barat
menjelang kemerdekaan. Gerakan yang dilakukan Muham- sampai sekarang sudah menuju masyarakat post-industrial
madiyah memerlukan kesabaran dan waktu yang lama, dalam istilah Daniel Bell. Masyarakat barat dengan
sehingga pada tahun 60-90an kader-kader Muhammadiyah perkembangan post industrialisme ini memiliki kehampaan
banyak yang menduduki dataran pemerintahan dan meng- spiritual dan mereka membutuhkan sentuhan religiusitas
gunakan perangkat tersebut untuk melakukan transformasi untuk menunjang keberlangsungan peradabannya.
sosial. Sedangkan SI dalam waktu yang relatif singkat Kebudayaan barat yang mengalami kehampaan spritual
berkembang dengan pesat, terbukti dengan jumlah anggota telah memunculkan patology kebudayaan. Hal tersebut,
yang begitu besar menduduki kursi pemerintahan ditingkat dilontarkan oleh Doni Grahal Adian yang kemudian memun-
wilayah dan nasional, tetapi seiring berjalannya waktu culkan istilah-istilah pragmatisme, anarkhisme, utilitarisme
riwayat organisasi itu hilang ditelan sejarah. dalam rangka mengobati peradaban barat tersebut. Dalam
Gerakan keilmuan dalam ikatan merupakan obor yang masyarakat post-industrial tujuan teknologi dan sistem
menjadikan Ikatan harus berani melakukan pilihan yang kapitalis adalah untuk mempermudah manusia, tetapi dalam
sadar untuk menentukan gerakannya. Sebagaimana tujuan kenyataannya mempersulit manusia. Hal inilah yang
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 39 40 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dikatakan oleh Weber dengan sangkar besi rasionalisme. Liberatif dengan atau proses pembebasan, dilakukan oleh
Sistem kapitalisme dan perkembangan teknologi telah ber- kaum marxis dalam menyelesaikan permasalahan sosial.
jalan sendri tanpa ada yang mengendalikan sehingga menjadi Proses liberatif yang dilakukukan bersifat kesadaran dari yang
alat bagi para pemodal dan menyebabkan dehuman-isasi dan dibebaskan, mereka menyadari bahwa dirinya mengalami
kerusakan ekologi. Masyarakat dan para intelektual telah ketertindasan oleh sistem yang selama ini berjalan. Liberatif
terjerumus dalam lembah hitam, bekerja untuk kepentingan dalam ikatan mengarah pada pembebasan dan sekaligus
kekuasaan dan pengupayaan keilmuan menjadi alat legitimasi memiliki arah dan tujuan setelah dibebaskan. Proses pem-
kekuasaan serta tanpa sadar telah diarahkan untuk kepenting- bebasan tersebut dapat dikatakan dengan profetical of
an global berupa pasar bebas. liberatif, yang dalam sejarah kenabiaanya dapat kita merujuk
Ikatan sebagai organisasi yang mengetahui dan sadar pada pembebasan yang dilakukan nabi Musa dalam me-
dengan realitas tersebut memiliki banyak pilihan dalam mem- merdekakan kaumnya dari penindasan Fir'aun, dan setelah
berikan tawaran terhadap persoalan yang tiada akhir. Melihat melakukan pembebasan dari sistem tersebut maka nabi Musa
problem yang terjadi sekarang, maka di era post-modernisme mengarahkan agar kaumnya memiliki kesadaran akan adanya
yang mencoba mengintegrasikan antara agama dengan ilmu sang Pencipta. Semangat kenabian tersebut, berbeda dengan
pengetahuan atau penyapaan bahasa langit dengan bumi. yang dilakukan oleh marxian. Sedangkan dalam konteks
Pengintegrasian ini mencoba memberikan tawaran terhadap masyarakat Indonesia kita dapat melihat sejarah Kiyai Ahmad
problem dehumanisasi dengan menggunakan istilah Ali Dahlan yang telah berkonstribusi besar dalam melakukan
Syari'ati yang dikutip oleh Kuntowijoyo, humanisme teo- transformasi sosial. Pembebasan yang dilakukan oleh Kiyai
antroprosentris yang didasarkan pada nilai ajaran agama Ahmad Dahlan jika mengutip Abdul Munir Mulkhan adalah
dalam melihat manusia, bukan pada manusia itu sendiri. bersifat profetik. Hal tersebut, dikarenakan Kiyai Ahmad
Disini, Kuntowijoyo memberikan ilustrasi tentang fitrah Dahlan dalam melakukan proses humanisasi dan liberasi
adalah memanusiakan manusia, pada derajat yang sesungguh- mendekatkan teks terhadap realitas berdasarkan semangat
nya atau sebaik-baik manusia fi ahsani taqwin. Derajat transendensi. Upaya yang dilakukan Kiyai Ahmad Dahlan
manusia yang sesungguhnya adalah mulia, tidak mengalami menjadikan nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi manusia dan
keterhinaan baik yang dilakukan oleh struktur ataupun super alam semesta.
struktur yang membentuk kesadaran manusia. Memanusiakan
manusia atau proses humanisasi tersebut didasarkan pada teo-
antroposentris. Proses manusiawisasi adalah upaya melakukan
transformasi kesadaran akan diri manusia yang sesungguhnya
berdasarkan nilai-nilai agama.
Menggali Makna Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 41 42 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

kah Engkau akan menciptakan di bumi orang yang senang

Bagian
3 berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Allah menjawab
sesungguhnya Aku lebih tahu apa yang kamu tidak ketahui”
pada ayat diatas keraguan itu langsung dijawab Allah dengan
sifat Kemaha-tahu-an dari keagungan-Nya dengan kalimat
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan inni a’lamu ma laa ta’lamuun. Sehingga dapat diambil
Profil Kader Ikatan1 kesimpulan bahwa kehadiran manusia sebagai khalifatullah fil
ard adalah tanda dari Kemaha-tahu-an dan Keagungan Allah.
A. Landasan Ilahiah Kata ummah dari surat Ali Imran: 110 mengindikasikan
perlunya satu kelompok, perkumpulan atau organisasi yang
mengemban misi kekhalifahan. Yang mana, kerja kolektif
menjadi prioritas dalam mengemban misi tersebut untuk
menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
dalam rangka beriman kepada Allah Swt. Sifat dari amar
ma’ruf nahi munkar ini bersifat perennial untuk menjaga
dinamisasi dalam kosmos. Sebab, tanpa adanya upaya tersebut
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kehidupan mahluk di dunia akan mengalami kehancuran.
yang mungkar dan beriman kepada Tuhan”. (Qs. Ali Imran:110) Semangat surat Ali-Imran:110 tersebut menjadi salah satu
landasan profil kader ikatan yang berbasis kenabian. Insya
Penciptaan manusia dimaksudkan untuk dapat menjadi Allah, konsep ini akan dijadikan sebagai rujukan kader yang
khalifah yang dapat menjaga harmonisasi alam. Misi khalifah tertuang dalam tujuan perkaderan diarahkan pada
dalam kehidupan dunia salah satunya adalah untuk dapat terbentuknya kader yang memiliki kompetensi sebagai
menyuruh yang baik dan mencegah yang mungkar dalam khalifah Allah di bumi dalam rangka beribadah kepada Allah.
rangka beriman kepada Allah sang Pencipta.
Pada awal penciptaan manusia, terdapat keraguan
diantara malaikat tentang eksistensi dari khalifah ini.
Fenomena tersebut tertuang dalam Surat Ali Imran: 30 yang
menyebutkan “Mereka berkata-berkata (para malaikat) apa-

1. Lihat Grand Design Perkaderan IMM Yogyakarta


Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 43 44 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang sendental dari ayat ini sekaligus menjadi potensi intelektual
mencipta-kan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal yang tertuang dalam eksistensi manusia.
darah, bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah, yang telah
mengajarkan manusia dengan perantara kalam, Dia mengajar-
kan manusia apa yang tidak diketahui.” (Qs. Al Alaq: 1-5) Surat Al Maa’uun: 1-7

Surat al Alaq merupakan 5 ayat pertama yang turun


kepada Nabi Muhammad Saw dengan perintah untuk mem-
baca. Membaca disini merupakan hal pertama yang dikenal-
kan Tuhan kepada manusia. Membaca dalam ayat tersebut
memiliki arti yang luas. Disamping perintah untuk membaca
ayat-ayat qauliyah, membaca juga dimaksudkan untuk
mengamati ayat-ayat kauniyah yakni alam dan segala isinya.
Artinya: "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama,
Dengan membaca tanda-tanda (quran, alam dan manusia itulah orang-orang yang telah menghardik anak yatim, dan
sendiri) diharapkan manusia dapat mengenal dan menghayati tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka
eksistensi Tuhannya. celakalah bagi orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dari
Membaca merupakan sarana pembelajaran manusia shalatnya, orang yang telah berbuat riya, dan enggan
untuk dapat mendalami kualitas dirinya sehingga ia dapat menolong dengan barang yang berguna.”
menjaga perannya sebagai khalifah di bumi. Anjuran mem-
Surat al Maa’uun dan pengurainnya merupakan semangat
baca yang tertuang dalam kata iqro’ bersifat edukatif, di-
agama Islam sebagai praksis sosial ditengah arus peradaban
karenakan pendidikan menjadi anjuran utama dalam mem-
manusia dalam rangka menjadikan Islam sebagai rahmat.
bentuk kesempurnaan diri. Adapun kalimat bismi rabbikal
Dalam surat ini, Allah menyebutkan secara spesifik salah satu
lazii khalak menuai makna transendensi yang menjadi
ciri orang yang mendustakan agama. Yakni yang menghardik
penopang segala aktifitas mahluk dan sandaran ilmu
anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin. Dimana
pengetahuan. Bahwa pendidikan dari ayat ini, tidak memisah-
ayat itu mempertegas muatan sosial dan kemanusiaan didalam
kan yang bersifat kauniyah dengan semangat transenden.
kandungan Islam.
Ayat ini, juga menjelaskan tentang keintegralan epistemologi
Penyebutan kata shalat pada kebanyakan ayat-ayat al-
dalam ilmu pengetahuan. Pendidikan dengan aktifitas mem-
Qur’an selalu dilekatkan dengan kata aqama atau qaama
bacanya merupakan hal penting, karena menentukan umat
dalam berbagai berbentuknya yang berarti menegakkan,
manusia untuk melakukan aktivisme sejarah. Nilai tran-
mendirikan, melaksanakan atau mengerjakan. Dalam surat al-

Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 45 46 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Maa’uun ayat empat kata shalat tidak dikaitkan dengan kata B. Pengungkapan Intelektual Profetik Ikatan
tersebut, apakah dalam ayat atau pun dalam surat al-Maa’uun
secara keseluruhan. Menurut beberapa ahli tafsir ada maksud Sebagai hadiah malaikat menanyakan apakah aku ingin berjalan
di atas mega dan aku menolak karena kaki ku masih di bumi
tertentu kenapa kata shalat tidak bertemu kata dengan aqama
sampai kejahatan terakhir dimusnahkan sampai dhu’afa dan
atau qaama pada ayat tersebut. Quraish Shihab dalam tafsir al- mustadh’afin diangkat Tuhan dari penderitaan. (Kuntowijoyo,
Misbah mengatakan; dikaitkannya kata qaama dengan shalat Makrifat Daun, Daun Makhrifat)
dalam beberapa ayat al-Qur’an menunjukkan pada makna
shalat secara kuantitatif yakni sebagai ritual agama. Sedang- 1. Intelektual
kan kata shalat dalam surat al-Maa’uun mengindikasikan pada Alkisah Tancha seorang ilmuan dan tabib dari
arti shalat secara kualitatif. kerajaan Majapahit. Ia mengabdi kepada kekuasaan,
Maksud dari arti shalat secara kualitatif adalah fungsi bersembunyi dibalik jubah kekuasaan dengan ilmu di
shalat sebagai transformasi sosial. Dimana sifat shalat sebagai tangannya. Dengan ilmunya, Tancha justru telah me-
pencegah perbuatan keji dan munkar harus benar-benar rintangi orang untuk mendekatkan dirinya dengan
diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sehingga setiap masyarakat tempat dia hidup. Pengetahuan di tangan
upaya kejahatan sistematis yang menindas kaum mustadh- Tancha hanya menjadi alat untuk mengejar gairah
’afiin dapat terelakkan. Hal ini, yang menjadikan transendensi duniawi kekuasaan ataupun status sosial. Menurut Benda
sebagai bagian yang menjiwai humanisasi dan liberasi. Ke- dalam bukunya Penghianatan kaum cendekiawan bahwa
sadaran yang dibangun dalam ayat ini adalah teologi sebagai yang dilakukan Tancha sesungguhnya telah menghianati
praksis sosial dalam melakukan transformasi kemanusiaan. fungsinya sebagai cendekiawan. Ia tidak dapat bersikap
Surat ini jugalah menjadi pedoman Kiyai Ahmad Dahlan kritis tetapi telah menjadi penganut kekuasaan. Seharus-
bersama lembaga yang didirikannya, Muhammadiyah. Ada nya cendekiawan membawa manusia pada pemaham-an
kisah menarik ketika sang kyai mengajarkan surat ini ber- yang dalam terhadap penderitaan batin masyarakat.
ulang-ulang kepada muridnya. Suatu saat muridnya menanya- Kecendikiaan hadir dalam penghayatan penderitaan
kan; “kenapa setiap hari kami belajar surat ini saja sedangkan manusia atas penderitaan lainnya. Tetapi itu saja belum
masih banyak surat yang lain? Ia menjawab, tujuan surat ini cukup bila tidak bergerak untuk kerja-kerja penyadaran
adalah amal, maka sebelum mengamalkan apa yang di- dan mengarahkan tujuan dan cita-cita mereka. Bagi
perintahkan oleh surat, selama itu beliau tidak akan berhenti Kuntowijoyo, cendekiawan bukanlah sosok yang berjalan
mengajarkannya.” di atas mega, pemikirannya melangit, tinggal dimenara
gading, tetapi cendekiawan adalah pemikir yang tidak
tercerabut dari akar-akar sosialnya, yang menginjakkan
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 47 48 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

kaki di bumi dan memiliki kesadaran akan tanggung- keprihatinan yang dimiliki oleh para nabi, mujtahid,
jawab sosial untuk memusnahkah kejahatan, kepedulian yang mempertanyakan keharusan teologis yang terpantul
terhadap kaum dhu’afa, orang lemah, membela kaum dalam realitas sosial. Oleh karena itu, tugas seorang
mustad’afiin, tertindas, orang yang dilemah-kan oleh cendekiawan adalah meneruskan tradisi kenabian dalam
struktur kekuasaan yang zalim atau dipinggirkan oleh melakukan transformasi sosial yang berkeadilan guna
sistem ekonomi, politik, sosial, budaya yang tidak adil. terciptanya khairul ummat.
Ali Syatiati menyebutnya dengan raushanfikr, orang
yang mampu memunculkan tanggungjawab dan kesadar- 2. Profetik
an dalam dirinya, serta memberi arah intelektual ke Asal dari kata profetik berasal dari kata prophet yang
masyarakat. berarti nabi. Kata profetik juga menjadi icon dalam
Tujuan dan tanggung jawab utamanya adalah untuk perjuangan pembebasan yang dilakukan oleh masyarakat
membangkitkan karunia Tuhan yang mulia menyatu di kawasan Amerika Latin. Filosof muslim Muhammad
dengan kesadaran diri melakukan transformasi sosial Iqbal (turut mempengaruhi pemikiran seorang peng-
bersama masyarakat. Lontaran apa yang dilakukan oleh gagas ilmu sosial profetik Indonesia Kuntowijoyo selain
kaum cendekiawan menurut Muslim Abdurrahman Roger Goraudy) menguraikan etika profetik, mengutip
dalam bukunya Islam Transformatif adalah membangun dari perkataan Abdul Quddus seorang mistikus Islam dari
suatu gerakan-gerakan yang setia terhadap nilai-nilai Gangga “Muhammad dari jazirah Arab ke Mi’raj, ke
luhur untuk membangun sejarah kemanusiaan dalam langit yang setinggi-tingginya dan kembali. Demi Allah
rangka membangkitkan karunia Tuhan dalam bumi. aku bersumpah, jika sekiranya aku sampai mencapai titik
Seorang cendekiawan merupakan penafsir jalan hidup itu, pastilah sekali-kali aku tidak akan kembali lagi ke
manusia selalu melakukan transformasi terhadap tradisi bumi.”
yang ada dalam rangka menciptakan keadilan. Dari ungkapannya, kelihatannya sang mistikus tidak
Cendekiawan pada dasarnya adalah pekerja-pekerja memiliki sense sosial, baginya keasyikan dan keterlenaan
budaya yang selalu berupaya agar kebudayaan berkem- dalam pengalaman mistik adalah tujuan, sehingga ia tidak
bang menjadi suatu yang lebih beradab, sesuai dengan hendak kembali melihat realitas dan menghadapi
tuntunan zaman berdasarkan nilai-nilai Illahi. Pangkal kenyataan. Nabi adalah seorang manusia pilihan yang
atau titik tolak cendekiawan nampak pada kegelsiahan sadar sepenuhnya dengan tanggung jawab sosial. Ia
dan keprihatinan intelektualnya didasari pada kesadaran bekerja kembali dalam lintasan waktu sejarah, hidup
nilai-nilai agama, ketika berbenturan dengan realitas dengan realitas sosial kemanusian dan melakukan kerja-
sosial. Kesadaran tersebut, merupakan selaras dengan kerja transformasi sosial. Seorang nabi datang dengan
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 49 50 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

membawa cita-cita perubahan dan semangat revo- isme (logos) tanpa berkesudahan. Menurutnya filsafat
lusioner. Selanjutnya pengupasan tentang etika profetik, barat justru telah membunuh Tuhan dan manusia, karena
oleh Roger Garaudy yang mengatakan bahwa sejarah itu ia menganjurkan untuk memakai filsafat kenabian
filsafat barat sejak zaman Yunani kuno memiliki subuah dalam rangka menghindari kehancuran peradaban.
plot narasi yang kurang jelas, sebuah cerita mengenai
pertarungan dua buah peradaban Logos dan Mitos. Narasi 3. Intelektual Profetik (IP) Ikatan
filosofis biasanya menutup kemenangan sang protagonist Istilah intelektual profetik dimaksudkan bagi mereka
logos dengan kematian antagonis mitos. Dalam pemikiran yang memiliki kesadaran akan diri, alam dan Tuhan yang
barat moderen pertarungan tersebut menjadi pertarungan menisbatkan semua potensi yang dimiliki sebagai peng-
ilmu ke-alam-an yang bersifat posifistik dan empiris abdian untuk kemanusiaan dengan melakukan human-
dengan pendekatan yang lain yang tidak berbasiskan isasi dan liberasi, dijiwai dengan transendensi disemua
empiris. Perkembangan segi material dan empiris dimensi kehidupan sesuai dengan kompetensi yang
kebudayaan moderen telah menempatkan ilmu alam dimiliki dalam rangka beribadah pada Allah Swt, hal ini
pada kedudukan sebagai logos sedangkan cara pendekat- sebagai perwujudan khalifah di muka bumi.
an lain dengan spekulasi-metafisik teologis tanpa dasar
empiris menjadi antagonisnya mitos. Dari sini, terbukti C. Sejarah Intelektual Profetik
dengan logos sebagai pemenangnya yakni terjadinya Menurut sosiologi pengetahuan disebutkan bahwa
kemajuan teknologi. (Fransisco Budi Hardiman, Ilmu pengetahuan dilahirkan tidak lepas dari kontekss kelahiran-
Sosial dalam Diskursus Modern dan Pasca Modern). Dari nya, kontekss kelahiran tersebut tertuang dalam sejarah dan
pertentangan tersebut berhadaplah tradisi logos berupa mempengaruhi munculnya gagasan. Begitu juga dengan
narasi budi manusia dan tradisi mitos merupakan suatu istilah Intelektual Profetik, merupakan satu istilah yang lahir
narasi tentang agama. Kebudayaan barat sekarang hidup bukan hanya kebetulan saja, tetapi memerlukan proses
dengan mengindahkan nilai-nilai agama dan mengalami panjang dari pergulatan wacana di tubuh IMM. Gagasan
kemajuan dan teknologi yang pesat tetapi meninggallkan Intelektual profetik lahir diawali dari pembacaan terhadap
residu peradaban moderen. Residu peradaban moderen realitas dunia yang sangat mengkhawatirkan. Dimana ber-
yakni kesenjangan antara kaya, miskin, teknologi yang bagai tipologi intelektual belakang ini justru semakin men-
tak terkendali serta kerusakan alam. Roger Garaudy jerumuskan manusia ke dalam jurang materialisme yang tidak
dalam bukunya Janji-Janji Islam, menurutnya filsafat ber-kesudahan dan membuat masyarakat bersifat material-
barat tidak memuaskan dikarenakan hanya ter-ombang- isme, pragmatisme dan berbudaya instan. Globalisasi yang
ambing antara dua kutub idealisme (mitos) dan material- diiringi dengan kemajuan teknologi telah melahirkan kejahat-
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 51 52 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

an teknologi yang menyebabkan dehumanisasi. Kebudayaan terhadap berbagai persolan tersebut. Potret realitas ini
pragmatis tersebut, masuk dalam relung kehidupan sebagai menjadi pilihan yang mutlak bagi insan yang berkesadaran
gambarannya, pengusaha dalam menjalankan menajemen per- untuk melakukan transformasi sosial. Tranformasi sosial yang
usahaannya bertujuan mengumpulkan kekayaan tanpa mem- terilhami dari surat Ali Imran ayat 110 “Kamu adalah umat
perdulikan kebutuhan sosial. Ia akan menganggap manusia yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
seperti mesin yang harus bekerja sesuai target dan tidak mem- kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan
pertimbangkan sisi dimensi manusia yang lain. Globalisasi beriman kepada Tuhan”. Pesan yang terkandung dari ayat
dari kontekss kelahirannya merupakan perpanjangan tangan tersebut memberikan semangat etika profetik sebagai sarana
dari kapitalisme dengan sistem ekonomi neo-liberalisme yang transformasi sosial, sebagaimana keterlibatan manusia dalam
segala sesuatunya dalam kebijakan harus sesuai dengan pasar. sejarah dan untuk merubah sejarah yang menindas menjadi
Globalisasi merupakan alat yang digunakan oleh barat dalam masyarakat yang berkeadilan tanpa penindasan.
rangka melakukan penjajahan negara-negara yang ber- Istilah intelektual profetik oleh kader-kader IMM
kembang. Negara berkem-bang difungsikan hanya dijadikan terpengaruh oleh Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan
sebagai tempat penjualan (market) dan menjadikan pe- berbagai macam tokoh yang konsen dalam pengkajian yang
merintah menjadi buruh di negeri sendiri. Kemajuan tek- bersifat transformatif dan progresif menjadikan Islam sebagai
nologi yang menjadikan manusia bersikap serakah dan selalu rahmat. Tokoh muslim yang sangat mempengaruhi adalah
merasa kekurangan dalam fasilitas hidupnya. Kita dapat me- Kuntowijoyo tentang gagasan etika profetiknya. ‘Ali Syariati,
lihat kejahatan yang dilakukan oleh teknologi yang ber- Muhammad Iqbal, Roger Garaudy, Mansour Fakih, Muslim
dampak pada kerusakan alam dan hilangnya keseimbangan Abdurrahman, Amien Abdullah, Ahmad Safi’i Maarif, Hasan
ekologi alam. Sekarang ini, sering terdengar bahwa bencana Hanafi, Farid Essack, Ali Asghar E, dan tokoh lain yang
melanda Indonesia akibat sikap manusia yang tidak arif mengembangkan wacana bersifat praksis. Sedangkan untuk
terhadap alam seperti global warming, kekeringan, dan tokoh yang berasal dari barat diantaranya; Karl Max, GFW.
bencana banjir. Hegel, Jurgen Habermas, Antonio Gramci, Ardorno, Herbert
Manusia yang tidak menyadari keberadaanya serta sistem Marcus, dan Paulo Freire. Tokoh-tokoh tersebut yang menjadi
yang tak adil merupakan hal yang mengakibatkan berbagai inspirasi dalam melihat dan mengubah realias sehingga sesuai
ketimpangan. Dalam realitas sekarang, masalah yang besar dengan cita-cita profetik.
adalah peristiwa dehumanisasi yang melanda berbagai
belahan dunia mengakibatkan sistem makro telah menjadi D. Kenapa Harus Intelektual Profetik ?
sangkar besi rasionalisme. Dari realitas yang menindas, maka Pilihan sadar dari teman-teman IMM memunculkan
IMM menggali diri dalam rangka menemukan pemecahan istilah Intelektual Profetik secara sosiologis terbagi menjadi
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 53 54 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

tiga macam. Pertama, merupakan respon terhadap realitas Realitas diri merupakan dialektika dengan agama
makro yang menyebabkan dehumanisasi. Kedua, respon dimana pemahaman agama bersifat inklusif, toleran dan
terdapat diri (internal) IMM yang membutuhkan paradigma bersifat praksis. Realitas diri dalam memahami ajaran
gerakan dalam rangka menyikapi realitas sosial. Ketiga, adalah agama terinspirasi oleh tafsiran Kuntowijoyo terhadap
respon terhadap amal usaha dan sejarah Muhammadiyah, surat Ali Imran ayat 110. Makna yang dapat dipetik
terjebak dalam ritualitas, birokratis, pragmatisme sehingga dalam surat tersebut adalah; pertama, konsep umat
Muhammadiyah menjadi sangkar besi rasionalisme. Semangat terbaik, kedua, aktivisme sejarah (kesadaran sejarah),
trans-formasi yang dilakukan oleh IMM didasari nilai-nilai ketiga, pentingnya kesadaran, dan keempat, etika
tran-sendensi yang bergerak dalam ranah humanisasi, dan profetik.
liberasi demi terciptanya masyarakat berkeadilan dalam Konsep tentang umat yang terbaik (the choosen
naungan Illahi. Pilihan Intektual Profetik dalam ikatan people) merupakan hal yang penting. Sebagai syarat umat
merupakan pilihan sadar pengembangan dari dialektika Islam menjadi umat yang terbaik adalah mengerjakan
realias, realitas makro dan realitas sosial.2 amar al-ma’ruf, nahi al-munkar, dan tu’minuna bi allah.
Berbeda juga dengan konsep the chosen people agama
1. Realitas Mikro (Diri atau Ikatan) Yahudi yang menjadi mandat kosong penyebab rasial-
Realitas diri merupakan upaya yang penting dalam isme, sedangkan dalam konsep Islam merupakan tantang-
menentukan sikap dan tindakan yang akan dilakukan. an untuk bekerja keras, kearah aktivisme sejarah men-
Sebagaimana yang melekat pada manusia sebagai animal jadikan Islam sebagai agama amal. Maka bekerja keras
rational maka tindakan yang dilakukan berdasarkan ditengah-tengah umat manusia (ukhrijat li an-nas)
pemikiran yang matang dan melalui pertimbangan untuk merupakan bentuk kesadaran sejarah berlandaskan nilai-
memutuskan. Begitupula, realitas kader yang menisbat- nilai Ilahiah. Kesadaran yang dimiliki Islam adalah
kan diri sebagai Intelektual Profetik merupakan pilihan kesadaran super struktur menentukan struktur yang
yang sadar dalam menyikapi diri, sebagai mahluk Tuhan, berlawanan dengan kaum marxis bahwa super struktur
sebagai manusia yang berdimensi sosial, diri sebagai ditentukan oleh struktur. Yang membedakan kesadaran
mahluk yang berfikir, diri sebagai mahluk biologis dan yang dimiliki Islam dengan etika marxisme karena yang
diri sebagai khalifah dalam mensejahterahkan alam menentukan kesadaran bukan individu tetapi Tuhan.
dalam rangka mengabdikan diri terhadap Tuhan. Agama yang diajarkan kepada pemeluknya merupa-
kan ajaran yang kurang sesuai dengan realitas dikarena-
kan lebih bersifat dimensi Ilahiah, kurang menanamkan
dimensi sosial. Pelaksanaan ajaran agama tersebut lebih
2. Lihat Grand Desig Intelektual Profetik dalam Transformasi Sosial (Formulasi DAM 2005)
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 55 56 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

mementingkan pengalaman keagamaan dan ekstase manusia, menjadikan manusia bersifat eksploitatif ter-
dalam beragama atau keberagamaan bercorak tasawuf. hadap alam dan menimbulkan bencana yang bersifat
Pelaksanaan ajaran agama Islam melalui perintah Tuhan mengglobal.
selalu memililiki korelasi positif dengan dimensi sosial Demikian dengan ikatan yang mencoba menisbatkan
sebagai contoh shalat, zakat, dan puasa. Kita dapat diri dengan sadar menggunakan istilah intelektual
melihat bahwa shalat merupakan hal yang utama dalam profetik dalam mewujudkan cita-cita. Dialektika ter-
ritual keagamaan, tetapi penekanan fungsi dalam shalat sebut, menjadikan posisi agama dalam diri kader men-
adalah dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Hal jelma menjadi kesadaran kolektif dalam mewujudkan
tersebut juga, dikupas oleh Muhammad Iqbal dalam masyarakat yang berkeadilan. Dari pelaksanaan agama
bukunya The Reconstruction of Religious Thought in ini, menjadikan Islam yang tertuang dalam teks dapat
Islam, kesempurnaan shalat dicapai secara berjamaah disuarakan dalam menjawab dan merespon realitas
dengan semangat yang berdimensi sosial. Nilai sosial sehingga Islam diterima oleh siapa saja karena dan
dalam shalat berhubungan dengan kemanusian, jamaah universalitas ajarannya.
dan solidaritas kemanusiaan. Demikian halnya zakat dan
puasa, sebagaimana yang diutarakan oleh Kuntowijoyo 2. Realitas Makro
dalam bukunya Identitas Politik Umat Islam, ia mencoba Realitas makro merupakan suatu hal yang penting,
melakukan objektifikasi terhadap ayat yang berada dalam dalam melakukan pemetaan terhadap realitas, dan apa
al Qur’an seperti persoalan zakat, yang diberikan hanya yang akan dilakukan setelah mengetahui realitas makro
kepada orang yang seagama, hal itu dianggap masih tersebut. Sebagaimana semangat yang diemban oleh
bersifat subjektif maka makna zakat harus diobjektifkan intelektual profetik adalah aktivisme sejarah bukan
agar dapat diterima oleh siapa saja. Maka Kuntowijoyo deterministik dalam sejarah. Aktivisme dalam sejarah ini
menawarkan solusi zakat untuk mengatasi kemiskinan menjadikan kita berupaya melakukan perubahan ter-
dan yang menerimanya bukan hanya orang yang hadap sejarah sehingga berpihak kepada kemanusiaan
seagama, dengan demikian ajaran agama bersifat objektif. dan tidak digunakan oleh kepentingan kekuasaan.
Dengan semangat menggali nilai-nilai agama, maka Sejarah yang berfihak pada penguasa dapat menina
diharapkan agama dapat bersifat liberatif dan mencerah- bobokan masyarakat, sehingga masyarakat tidak dapat
kan. Dialektika diri agama serta alam menjadikan sikap bersikap kritis terhadap suatu persoalan.
diri dengan alam sebagai subjek yang kedudukannya Di era global ini, dunia moderen telah menjajah
sama dengan manusia dalam mengabdikan diri terhadap negara-negara miskin. Kampanye perdagangan bebas
Tuhan. Alam yang selama ini dianggap objek oleh oleh lembaga keuangan internasional merupakan salah
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 57 58 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

satu perangkap globalisasi di bidang ekonomi, sedangkan dan budaya instan dikarenakan ketidaksiapan sumber
di bidang sosial menggunakan istilah developmentalisme daya manusia dalam rangka menghadapi persaingan
yang kemudian di Indonesia dikenal dengan istilah bebas dan kejahatan yang terstruktur. Dengan kebijakan
pemerataan pembangunan, seperti yang telah dikemuka- pasar bebas ini, menjadikan masyarakat dunia ketiga ini
kan oleh Mansour Fakih dalam bukunya Runtuhnya teori menjadi gelandangan di kampung sendiri (meminjam
Pembangunan dan Globalisasi, bahwa sistem ekonomi istilah Cak Nun), budak dan negaranya dipecundangi
bangsa ini digiring pada ekonomi liberal. Dana pem- oleh kaum kapitalis. Semua cara dilakukan oleh Negara
bangunan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia maju adalah guna mencukupi kebutuhan industrinya.
adalah dana pinjaman luar negeri yang dikeluarkan oleh Dengan mengetahui bagaimana persoalan dalam
Bank Dunia, IMF dan yang lain. Pinjaman yang diberikan realitas makro, maka menjadi tugas intelektual profetik
oleh lembaga keuangan internasional ini menjadikan melibat-kan semua potensi untuk melakukan trans-
kebijakan pemerintah terpengaruh oleh kebijakan formasi sosial. Kesadaran dari intelektual profetik ini
lembaga keuangan internasional. Kebijakan yang diambil untuk merubah sejarah bukan larut dalam sejarah.
oleh pemerintah menjadikan keputusannya tidak ber-
pihak pada kepentingan keadilan tetapi untuk kepen- 3. Realitas Lokal
tingan pemodal. Globalisasi telah merubah alam dan kerusakannya
Pertumbuhan investasi dengan modal asing misal- dapat dirasakan di berbagai daerah. Industri yang masuk
nya, telah menjadikan perusahan-perusahaan raksasa ke pedalaman menjadikan msayarakat kehilangan eksis-
milik asing mengeksploitasi sumber daya manusia dengan tensinya sehingga mereka melakukan perlawan terhadap
tidak memperhatikan asas keadilan terhadap kaum kebijakan negara. Eksistensi dalam bentuk kearifan lokal
buruh, demikian pula dengan kerusakan ekologi akibat yang dimilki oleh masyarakat Dayak misalnya, dalam
ketidakseimbangan pengelolaan alam. memelihara hutan dan melakukan penebangan pohon
Pada bidang pendidikan lembaga pendidikan di- memiliki ciri khas tertentu, mereka menebang pohon
privatisasi, subsidi dicabut sehingga biaya pendidikan harus memperoleh ilham, melalui ritual upacara dan
mahal, kurikulum pendidikan relatif menggunakan pen- mendapatkan restu dari masyarakat. Bagi masyarakat
dekatan konservatif yang ditandai dengan lemahnya Dayak, yang memiliki kehidupan sosial dan pertanian
praktek selalu dijejali dengan teori serta hilangnya berpindah-pindah, tetapi tidak pernah membuat kerusak-
transfer nilai dan etika akibat terjadi dehumanisasi di an apalagi mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan.
lingkungan sekolah dan masyarakat. Di bidang ekonomi, Kearifan lokal juga dimilki oleh suku-suku yang lain
masyarakat memiliki mental konsumeristik, pragmatis seperti pada masyarakat Samin. Pada masyarakat Samin
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 59 60 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

ini, ketua suku menganjurkan pada anggota masyarakat formasi sosial yang dilakukan sesuai dengan tiga pilar dalam
untuk tidak menggunakan produk dari luar dan menolak etika profetik yaitu; humanisasi, liberasi dan transendensi.
kebijakan pemerintah.
1. Humanisasi
Realitas sosial ini merupakan salah satu bentuk
Humanisasi merupakan terjemahan kreatif dari amal
perlawanan yang dilakukan dalam rangka menyikapi
ma’ruf yang memiliki makna asal menganjurkan atau
globalisasi dan kebijakan pemerintah yang tak berpihak
menegakkan kebaikan. Amar ma’ruf bertujuan untuk
pada nilai-nilai kemanusiaan. Pemaparan realitas sosial
meningkatkan dimensi dan potensi positif manusia, yang
yang melakukan perlawan terhadap globalisasi menjadi-
membawa kembali pada petunjuk Ilahi untuk mencapai
kan ia sebagai gerakan sosial yang spesifik, sesuai dengan
keadaan fitrah. Fitrah adalah keadaan manusia yang
keahliaanya dan kepentingannya. Gerakan sosial yang
memiliki kedudukan sebagai mahluk yang mulia sesuai
dilakukan oleh realitas sosial dalam menghadapi global-
dengan kodrat kemanusiaannya atau dalam upaya me-
isasi merupakan salah satu bentuk gerakan sosial baru
manusiakan manusia yakni menghilangkan kebendaan,
(new social movement). Gerakan sosial baru merupakan
ketergantungan dan kekerasan, serta kebencian dalam
resistensi terhadap globalisasi dengan bentuk perlawanan
diri manusia. Humanisme yang ditawarkan adalah
dengan spesifikasi seperti gerakan masya-rakat adat,
humanisme teosentris bukan humanisme antroposentris.
gerakan anti utang, gerakan lingkungan dan yang lain.
Konsep humanisme tidak dapat dipahami tanpa konsep
transendensi yang menjadi dasarnya. Humanisme yang
E. Tugas Intelektual Profetik
berasal dari barat dalam sejarahnya merupakan pem-
Tugas utama yang diemban oleh seorang intelektual
berontakan terhadap gereja yang bersifat dogmatis,
adalah untuk merubah dunia bukan hanya menginterpretasi
terjadi di abad pertengahan. Dari antoprosentrisme men-
dunia. Sifat intelektual tersebut yang menjadikan ia bersikap
jadikan manusia yang berkuasa atas dirinya sendiri. Akal
aktif dalam sejarah dan melakukan pembenahan terhadap
yang dimiliki oleh manusia menjadi penentu dan ber-
realitas sosial. Setiap apa yang dilakukan oleh intelelektual
tindak tidak sesuai dan menyebabkan kerusakan pada
profetik adalah sesuai dengan maqasid as-syaria’ah yang
alam. Dari sifat tersebut menjadikan manusia sebagai raja
terdiri dari agama, jiwa, keturanan, harta akal dan ekologi.
atas manusia yang lain. Humanisme atroposentris ini,
Sifat yang dibawa oleh intelektual profetik adalah agama
menjadikan manusia telah ‘membunuh Tuhan’ sebagai-
untuk kemanusiaan dan menjadikan agama pemecahan
mana yang dikatakan oleh Francis Bacon dikarenakan
persoalan-persoalan sosial empiris, ekonomi, pengembangan
pengetahuan, bukannya mencari kebenaran tetapi untuk
masyarakat, penyadaran hak-hak politik rakyat dan menge-
mencari kekuatan dan kekuasaan. Humanisme antro-
luarkan belenggu manusia dari ketidakadilan. Proses trans-
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 61 62 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

posenstris yang memiliki tujuan untuk memanusiakan dalam realiatas kemanusiaan. Kuntowijoyo menawarkan
manusia telah terjatuh pada dehumanisasi. Humanisme kontekstualisasi liberasi pada sistem pengetahuan, sosial,
teosentris Kuntowijoyo berangkat dari konsen iman dan ekonomi dan politik yang selama ini membelenggu
amal shaleh, yang dapat menghindari manusia jatuh pada manusia sehingga ia dapat mengktualisasikannya dirinya
dehumanisasi. Iman sebagai konsep teo-sentris yang sebagai mahluk yang merdeka dan mulia.
menjadikan Tuhan sebagai konsep pengabdian dan amal Kesadaran dari Marxisme adalah kesadaran kelas,
sebagai aksi dalam kemanusiaan. Dalam konsep tersebut, kesadaran deterministik atau materi. Bagi Kuntowijoyo
iman tidak dapat dipisahkan dengan amal, artinya kesadaran menentukan basis materi. Liberasi dalam
manusia harus memusatkan diri pada Tuhan dan konteks ekonomi adalah menjembatani antara yang kaya
memiliki tujuan untuk kepentingan manusia. Human- dengan miskin agar tidak terjadi ketimpangan. Liberasi
isme teo-sentris semata-mata tidak diukur oleh akal ekonomi memiliki tujuan terciptanya ekonomi yang
tetapi oleh transendensi. Konsep humanisme yang telah berkeadilan dan berpihak pada kaum miskin. Liberasi
dilontarkan oleh Kuntowijoyo dalam Intelektual Sosial sistem politik membebaskan sistem politik dari kedik-
Profetik berpara-digma fungsional. tatoran, otoriterianisme, dan neo-feodalisme. Hal
tersebut, menjadikan demokrasi dan HAM menciptakan
2. Liberasi masyarakat yang berkeadilan. Konsep liberasi yang
Liberasi merupakan terjemahan dari nahi munkar diinginkan oleh Kuntowijoyo bercorak marxian tetapi
yang memiliki arti melarang atau mencegah segala tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan
tindakan kejahatan. Liberasi memilki arti pembebasan persoalan sosial.
terhadap yang termarjinalkan. Liberasi yang mengilhami
Kuntowijoyo adalah liberasi dalam konteks Marxisme, 3. Transendensi
dan liberasi yang ditawarkan oleh Kuntowijoyo adalah Transendensi merupakan terjemahan dari tu’minuna
liberasi yang mengandung nilai-nilai transendensi. billah yang berarti beriman kepada Allah. Gagasan ini
Liberasi dalam kerangka profetik untuk membebaskan merupakan jiwa dalam proses humanisasi dan liberasi.
manusia dari kekejaman kemiskinan, dominasi struktur, Proses memanusikan manusia dan melakukan proses
kekerasan dan menolak konservatisme dalam agama. pembebasan merupakan sarana untuk kembali pada
Liberasi dalam kontekss profetik menjadikan agama Tuhan. Tujuan akhir dari proses liberasi dan humanisasi
sebagai nilai-nilai transendental, sehingga agama menjadi adalah Tuhan. Transendensi tersebut merupakan respon
ilmu yang objektif dan faktual. Liberasi bukan hanya terhadap ilmu sosial yang selama ini bercorak positivistik,
dalam dataran moralitas tetapi dilakukan secara konkret menafikan hal yang berkaitan dengan agama. Proses
Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 63 64 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

modernisasi yang dilakukan oleh bangsa barat yang 1. Basis Ideology


cenderung menafikan agama menjadikan posisi agama a. Islam sebagai basis nilai, ruh, semangat, tempat cita-
termarginalkan. Tetapi akses positif moderenisasi yang cita disematkan dan sebagai pedoman.
ditimbulkan barat telah menjadikan agama sebagai alter- b. Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan Islam, salah
natif untuk menyelesaikan persoalan sosial. Dengan satu entitas Islam obyektif dan ril.
kritik transendensi, kemajuan teknik dapat untuk meng- c. IMM sebagai pilihan gerakan diranah juang kemaha-
abdi pada perkembangan manusia dan kemanusiaan, siswaan
bukan kesadaran materialistik. Pemaknaan transendensi
dalam pemahaman Roger Garaudy; bahwa transendensi 2. Basis Knowledge
menghilangkan nafsu manusia yang serakah dan nafsu a. Tauhid, bagi IP adalah sebagai dasar atau basis
kekuasaan, memiliki kontinyuitas kebersamaan Tuhan empiris untuk melakukan praksis gerakan, tauhid
dan manusia, mengakui keunggulan norma mutlak diatas disini bersifat liberasi dan humanisasi. Dimana
akal manusia. Transedensi merupakan suatu penerapan dalam penggunaan tauhid ini yang terjadi adalah
yang baru dalam ilmu sosial, transen-densi menajdikan pencerahan bukannya pembebalan dan revivalisme.
ilmu sosial yang bercorak agamis dan berdasarkan nilai- b. Manusia, bagi IP adalah manusia berkesadaran yang
nilai al Qur'an. Kuntowijoyo mencontohkan dalam melakukan pola transformasi sosial baik dilakukan
bukunya Sejarah Dinamika Umat Islam Indonesia, ia pada alam ataupun manusia yang lain. Sikap ter-
menginginkan al Qur'an sebagai grand theory diturunkan hadap manusia adalah melakukan humanisasi dan
menjadi middle theory dan kemudian aplikatif. Olehnya liberasi sesuai dengan semangat surat Ali Imran: 110.
itu, Kuntowijoyo menawarkan al Qur'an sebagai para- Sikap manusia dengan alam adalah sebagai khalifah
digma dalam melihat realitas dengan melakukan obyek- yang bertugas memelihara bumi dan men-jaga
tifikasi terhadap al Qur'an. keseimbangan serta kelestarian alam yang digunakan
sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
F. Kompetensi Dasar Intelektual Profetik c. Alam, bagi IP adalah subjek yang dipandang oleh
Guna mengemban misi profetik; humanisasi, liberasi, dan manusia sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
transendensi, Intelektual profetik harus memiliki beberapa hidup dan sarana pendekatan diri pada Tuhan. Sifat
kompetensi dasar yang coba dipilah menjadi tiga basis; hubungan manusia dengan alam adalah menjaga ke-
ideology, knowledge, dan skill. seimbangan dan keharmonisan alam sehingga alam
tidak rusak dan menimbulkan berbagai malapetaka
buat manusia.

Upaya Mewujudkan Kader Ikatan Menggali Makna Ikatan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 65

d. Masyarakat, bagi IP adalah masyarakat yang terdiri


dari berbagai macam manusia yang memiliki
kesadaran dan berupaya untuk melakukan perubah-
an sosial. Kesadaran dalam masyarakat adalah ber-
dasarkan pada etika profetik yang mengupayakan
terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan, tanpa
penindasan dan berdasarkan rahmat Ilahi.
e. Disiplin ilmu kader, merupakan modal bagi IP dalam
melakukan transformasi sosial dan diaspora gerakan
disemua dimensi kehidupan sesuai keahliannya.

3. Basis Skill
a. Kepemimpinan, bagi IP adalah yang memiliki karak-
ter profetik yang mengupayakan transformasi sosial,
didasarkan pada praksis gerakan, kepemimpinan
yang mampu membela kaum ter-marginalkan dan
menjadikan kedudukannya lebih baik sebagai upaya
terciptanya masyarakat yang diidealkan.
b. Komunikasi, bagi IP adalah sarana untuk menyam-
paikan berbagai macam gagasan terkait misi profetik.
Komunikasi yang dapat dimengerti oleh si penerima
pesan tanpa kehilangan subtansinya. Komunikasi
sebagai sarana pertukaran informasi maka yang
diinginkan adalah komunikasi yang berdasarkan
etika profetik.
c. Life Skill, sangat dibutuhkan agar IP dapat hidup
dimana saja secara mandiri, tidak memiliki keter-
gantungan pada yang lain. Sikap ini merupakan
wujud eksistensi manusia dan kelompoknya.

Upaya Mewujudkan Kader Ikatan


66 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 67

Pendidikan). Senada pula yang diutarakan oleh Giddens

Bagian
4 bahwa globalisasi bukanlah perkataan yang sangat menarik
atau elegan. Namun demikian, tidak seorangpun memahami
prospek kehidupan di akhir abad ini sehingga kita tidak dapat
mengabaikannya. Globalisasi berkaitan dengan tesis bahwa
Realitas Sekarang, kita sekarang hidup di satu dunia, tetapi dengan mudah kita
Globalisasi dan Multikulturalisme1 dapat melakukan perjalanan keliling dunia. Dalam setiap
negara membicarakan globalisasi dengan cukup intensif
Naik kereta api tut tut tut/siapa hendak turut/…kereta ku tak seperti kata globalisasi dikenal oleh warga Prancis dengan
berhenti lama (nyayian waktu kecil). mondialisation, sedangkan di Spayol dan Amerika Latin kata
Dengan keberagaman, hidup jadi indah dan penuh warna ini adalah globalizacion dan untuk Jerman meyebutnya
warni dengan globalisierung. (Anthony Giddens, Runaway World).
Mengenai fenomena globalisasi sudah banyak dibicara-
A. Prawacana Globalisasi dan Multikulturalisme
kan, bahkan tukang becak pun mahir mengucapkan global-
Nyanyian kereta api yang biasa dinyanyikan oleh anak-
isasi, anak muda pengelana mall, sampai-sampai pak bupati
anak mengambarkan nasib sebagian penghuni bumi yang
rajin mengulang-ulang kata itu, kadang-kadang sambil
tersisir ditinggalkan oleh kereta globalisasi yang melaju
meyumpahi dan dilain kesempatan sambil bersyukur. Global-
semakin kencang. (B. Hari Juliawan, Keretaku Tak Berhenti
isasi diibaratkan sebagai "pisau" yang bermata dua, sebagai
Lama). Memasuki millenium ketiga ini, kita disibukkan
kutukan dan berkah. Menurut versi pejabat, globalisasi
dengan istilah globalisasi sebagai arus yang tidak dapat
membuka peluang investor asing untuk merambah dunia
dibendung. Shimon Peres menyatakan kekuatan globalisasi
usaha diberbagai bidang yang kemudian memberi konstribusi
sebagai pengalaman orang yang bangun pagi dan melihat
besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Sebagai
segala sesuatu sudah berubah. Banyak hal yang kita anggap
kutukan, globalisasi dikambing hitamkan oleh pemuka agama
sebagai kebenaran kemudian suatu waktu menghilang tanpa
yang mengeluhkan merosotnya moral kaum muda setelah
bekas. Para pakar mengakuinya bahwa sekarang perubahan
mengenal internet dan gaya hidup barat. (B. Hari Juliawan,
kehidupan manusia terbawa oleh arus global. Demikian
Keretaku Tak Berhenti Lama).
dengan Masyarakat atau bangsa yang kurang siap, akan
Bahwa manusia hidup dalam realitas yang plural, hal
terbawa oleh arus global. (H.A.R.Tilaar, Perubahan Sosial dan
yang sama juga terjadi pada masyarakat Indonesia yang
majemuk (plural society). Corak masyarakat Indonesia adalah
1. Coretan ini ditulis dalam rangka persyaratan mengikuti Darul Arqam Paripurna, dilaksanakan ber-Bhineka Tunggal Ika, bukan lagi keanekaragaman suku
oleh DPP IMM, tanggal 24-28 Maret 2005 di Bandung
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
68 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 69

bangsa, melainkan keanekaragaman kebudayaan. Indonesia (Pasudi Suparlan, Menuju Masyarakat Indonesia yang
sebagai masyarakat yang majemuk memiliki suatu kebudaya- Multikultural)
an yang berlaku secara umum, memiliki coraknya sebagai
mozaik. Seperti yang telah dikemukan oleh the funding father B. Globalisasi
bangsa Indonesia bahwa kebudayaan bangsa Indonesia adalah Bahasa globalisasi patut mendapatkan perhatian khusus.
puncak-puncak kebudayaan daerah. (Pasudi Suparlan, Kata globalisasi itu sendiri, dalam kebanyakan penggunaan-
Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural). nya tidak mengandung satu konsep tertentu. Persoalannya
Masyarakat yang plural merupakan "belati" bermata tidak sekedar penggunaan kata yang bersentuhan dengan sisi
ganda dimana pluralitas sebagai rahmat dan sebagai kutukan. intelektual, penggunan istilah yang kabur maknanya itu
Pemahaman pluralitas sebagai rahmat adalah keberanian merupakan tabir yang efektif untuk menutup sebab akibat.
untuk memerima perbedaan. Menerima perbedaan bukan Mengenai analisis tentang apa yang sedang terjadi, oleh siapa,
hanya dengan kompetensi keterampilan, melainkan lebih terhadap siapa, untuk siapa, dan akibatnya apa? Dalam sejarah
banyak terkait dengan persepsi dan sikap sesuai dengan globalisasi terdapat dua macam perkembangan. Pertama,
realitas kehidupan yang menyeluruh. Sedangkan pluralitas perkembangan teknologi dan kedua, perkembangan dalam
sebagai kutukan akan menimbulkan sikap penafian terhadap pemusatan kekuasaan. (Peter Marcus, Memahami Bahasa
yang lain, baik individu ataupun kelompok, karena dianggap Globalisasi). Globalisasi dengan perkembangan teknologi
berbeda dengan dirinya, dan perbedaan dianggap menyim- yakni tersebarnya teknologi ke seluruh belahan dunia. Misal-
pang atau salah. Penafikan terhadap yang lain pada hakekat- nya, produk hand phone yang sekarang tersebar sampai ke
nya adalah pemaksaan keseragaman dan menghilangkan pelosok dunia. Sedangkan globalisasi sebagai pemusatan
keunikan jati diri yang lain, baik individu atau komunitas. kekuasaan, dapat dilihat dari negara-negara maju yang meng-
Modus relasi hegemonik berarti mengandaikan konstruksi ekploitasi negara yang berkembang lewat teknologi serta
sosial hirarkis, dan membangaun pengakuan bahwa seseorang sistem ekonomi. Sehingga globalisasi merupakan pertemuan
atau kelompok lain unggul atas yang lain, serta mengajukan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia
klaim yang melibihi hak-haknya dengan cara merampas hak- yang memanfaatkan jasa komunikasi, dan informasi sebagai
hak pihak lain. (Salam Redaksi, Kalimatun Sawa, Multi hasil moderenisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan ini akan
Kulturalisme Desa Global). Menurut Suparlan yang mengutip menghasilkan kompetisi liar yang saling dipengaruhi dan
dari Fay, Jary dan J. Jary dalam acuan utama masyarakat yang mempengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakan dengan
multikultural adalah multikulturalisme, yakni sebuah ideologi nilai-nilai yang berbeda, kemudian menghasilkan kalah atau
yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kese- menang, kerjasama yang menghasilkan sintesa dan analisis
derajatan baik secara individu ataupun secara kebudayaan. baru. (Qodri Azizy, Melawan Globalisasi).
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
70 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 71

Beberapa pemikir memperdebatkan pandangan tentang menggantikan sistem perang dingin setelah runtuhnya
globalisasi yang masing-masing berbeda satu sama lainnya. tembok Berlin di Jerman. Perang dingin memiliki trend
Kaum skeptis menyatakan bahwa segala hal yang menyangkut tersendiri yaitu pertikaian antara kapitalisame dengan
globalisasi adalah omong kosong. Manfaat, cobaan, dan ke- komunisme, antara blok barat dengan timur. Dari seluruh
sengsaraan yang ditimbulkannya, mengakibatkan ekonomi elemen yang berada dalam perang dingin tersebut mem-
global tidak begitu berbeda dengan yang penah terjadi pada pengaruhi perkembangan politik, perdagangan, dan hubungan
periode sebelumnya. Kaum skeptisme ini, cenderung di aliran negara diberbagai belahan dunia. (Thomas L. Freidman,
kiri politik, sebab menganggap semua ini hanya mitos, Memahami Globalisasi).
pemerintah yang mengendalikan kehidupan ekonomi negara Globalisasi merupakan sistem internasional yang serupa
dan kesejahteraanpun tetap utuh. Gagasan globalisasi merupa- dengan atribut unik dan berbeda, memiliki ciri yang istimewa
kan ideologi yang disebarluaskan oleh para pendukung pasar dan terintegrasi. Globalisasi ini dihubungkan dengan satu kata
bebas yang membongkar kesejahteraan dan mengurangi jaringan (web), serta sistem globalisasi bersifat dinamis dan
pengeluaran negara. Selanjutnya adalah kelompok radikal, berkesinambungan. Globalisasi berarti penyebaran kapital-
bahwa globalisasi tidak hanya sangat ril, melainkan juga isme pasar bebas keseluruh negara di dunia. Globalisasi
konsekuensi dapat dirasakan dimanapun. Pasar global jauh memiliki peraturan perekonomian tersendiri yakni peraturan
lebih berkembang dan mengabaikan batas-batas negara. yang bergulir disekitar pembukaan deregulasi, privatisaasi
Banyak bangsa telah kehilangan daulatnya, dan para politisi perekonomian guna lebih kompetitif dan menjadi alternatif
telah kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi bagi investasi luar negeri. (Thomas L. Freidman, Memahami
dunia. Kelompok yang masuk aliran kanan adalah kaum Globalisasi).
radikal. (Anthony Giddens, Runaway World). Kriteria ekonomi yang melekat pada arti globalisasi
Pasca perang dingin beberapa sistem baru menggugur- merupakan kelanjutan kriteria ekonomi yang melekat pada
kan hal yang mempersiapakan rangka kerja yang berbeda pembangunan (development). (Herry Priyono, Marginalisasi
untuk hubungan internasional. Pasca perang dingin suasana ala Neoliberal). Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya
dunia sangat berantakan, membingungkan dan tak terdefinisi- perkembangan paham kapitalisme, yakni terbuka dan meng-
kan. Tetapi lebih dari itu kita berada dalam sistem inter- globalnya peran pasar, investasi, dan proses produksi dari
nasional yang baru. Sistem yang baru tersebut memiliki logika perusahaan-perusahaan transnasional yang kemudian dikuat-
dan keunikan tersendiri, berbagai peraturan, tekanan intensif, kan oleh ideologi dan tata dunia perdagangan dibawah satu
dan memiliki nama sendiri yaitu globalisasi. Globalisasi bukan aturan yang ditetapkan oleh organisasi perdagangan bebas
hanya model ekonomis, dan bukan hanya model yang telah secara global. Globalisasi muncul bersamaan dengan runtuh-
berlalu. Ini merupakan sistem internasional yang dominan nya pembangunan di Asia Timur, era globalisasi ini yang
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
72 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 73

memiskinkan rakyat di dunia ketiga seolah-olah merupakan seperti, IMF, WTO, WB dan TNC/MNC. Liberasi investasi
arah baru yang menjanjikan harapan kebajikan bagi umat memberikan masuknya paham neo-liberalisme untuk
manusia dan menjadi keharusan sejarah umat manusia di menanam saham sebesar 100 persen untuk perusahan inter-
masa depan. Globalisai juga melahirkan kecemasan yang tidak nasional, bebas bea masuk, tingkat suku bungan dan pajak
memperhatikan permasalah kemiskinan, marginal-isasi, dan rendah. Privatisasi penjualan perusahan-perusahaan negara
masalah keadilan sosial. (Mansour Fakih, Runtuh-nya Teori dan pelayanan publik pada swasta. (Mustofa Abdul Chamid,
Pembangunan dan Globalsasi). Salah satu dampak negatif Orde Baru Neoliberalsme dan Globalisasi Kaum Miskin).
globalisasi bagi negara berkembang adalah marginal-isasi Kebanyakan perusahaan multinasional yang berbasis di
sejumlah besar manusia dan pesatnya pertam-bahan angka Amerika. Tidak semuanya berasal dari negara-negara kaya,
kemiskinan. Proses marginalisasi (impoverty) semakin terasa namun juga tidak berasal dari wilayah yang lebih miskin di
jika negara mengalami krisis keuangan. Industrialisasi pada dunia. Pandangan yang pesimis terhadap globalisasi sebagian
negara berkembang hanya menguntung-kan kaum tertentu dipengaruhi oleh urusan negara industri utara, dimana
dan memiskinkan rakyat banyak. Demikian pula, dengan masyarakat yang berkembang di bagian selatan tidak memiliki
degradasi lingkungan yang ditimbulkan semakin parah. ruang dan peluang untuk mengambil peran. Pandangan ini
(H.A.R. Tilaar, Kuasa dan Pendidikan) juga menganggap bahwa globalisasi telah menghancurkan
Faham globalisasai yang didasarkan pada pasar global kebudayaan lokal, memperluas kesenjangan dunia, dan mem-
yang intinya sama dengan neo-liberalisme yang didasarkan buat kehidupan kaum miskin semakin terpuruk. Beberapa
pada pokok-pokok sebagai berikut, liberalisasi perdagangan, pihak mengatakan bahwa globalisasi menciptakan dunia
liberalisasi investasi, privatisasi, pemotongan anggaran publik terbelah antara pemenang dan pecundang, hanya sedikit
untuk sosial, potongan subsidi negara, devaluasi mata uang, sekali yang maju menuju kemakmuran, sementara yang lain
dan murahnya upah buruh. Liberalisasi perdagangan berarti mengalami kehidupan yang penuh kesengsaraan dan keputus-
menghilangkan segala peraturan yang melindungi industri asaan. Banyak data statistik yang memperlihatkan bahwa
dan pasar domestik oleh negara. Logika neoliberal ekonomi seperlima penduduk dunia tergolong miskin, pendapatannya
mengatakan bahwa negara akan berkembang jika diserahkan merosot dari 2,3 sampai 1,4 % dari seluruh pendapatan dunia,
pada kebijakan pasar. Liberalisasi memberikan kesempatan regulasi mengenai keselamatan dan lingkungan hidup cukup
pada kapitalis untuk mengeruk keuntungan, dan penghapusan rendah atau sama sekali tidak ada, tetapi bagi negara yang
beban yang harus ditanggung oleh swasta. Hal ini memberi- maju jumlah pendapatannya meningkat. Dan sebagian orang
kan ruang yang bebas dan terbuka terhadap perdagangan berpendapat bahwa kondisi saat ini mirip dengan kampung
internasional dan investasi internasional, peran negara global (global village), tetapi lebih tepat dengan penjarahan
diambil alih oleh lembaga-lembaga keungan internasional global (global pillage). (Anthony Giddens, Runaway World).
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
74 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 75

Dengan berlangsung-nya proses globalisasi telah melahirkan Dampak positif dari globalisasi adalah berkembangnya
apa yang disebut oleh Marshall McLuhan the global village. teknologi yang mempermudah urusan manusia. Dengan
(H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan). media informasi menjadikan kita dapat melihat berbagai
Globalisasi dan dampaknya terbagi menjadi dua macam, peristiwa diberbagai belahan dunia. Tiupan globalisasi, me-
positif dan negatif. Sisi negatif atau ancaman dari globalisasi rupakan perpaduan dengan teknologi informasi yang melahir-
dapat ditemui dari perkembangan arus informasi dan kan kebudayaaan dunia maya (cyber cultur), kemajuan
komunikasi, kita lebih mudah mengakses informasi ataupun teknologi informasi telah membentuk ruang cyber yang maha
gambar-gambar yang dapat mempengaruhi tingkah laku, cara luas, suatu universitas baru, yaitu universe yang dibangun
pandang, gaya berpikir yang bertentangan dengan nilai etika, melalui komputer dan jaringan komunikasi. Ruang cyber
budaya, dan agama. Dengan gencarnya pengaruh pasar/iklan tersebut merupakan lalu lintas ilmu pengetahuan, gudang
menyebabkan masyarakat lebih cenderung konsumtif dan rahasia, dan berbagai pertunjukan suara dan kecepatan musik
mengutamakan gaya hidup barat. Sedangkan bagi faham yang dipancarkan dengan kecepatan cahaya elektronik.
kebebasan menjadikan anak remaja mendefinisikan kebebasan (H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme). Unsur positif dari global-
sama dengan kebebasan pada dunia barat yang sekuler, isasi telah melahirkan LSM dan NGO sebagai gerakan dalam
sehingga nilai agama, norma dan budaya lokal terancam rangka melindungi masyarakat lokal terhadap gempuran
olehnya. Kebebasan tersebut adalah kebebasan yang menjurus globalisasi. Gerakan LSM menggelorakan identitas lokal,
pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme. budaya lokal, perlindungan terhadap rakyat kecil, dan
(Qodri Azizy, Melawan Globalisasi). Globalisasi menjadikan pandangan yang kritis terhadap negara dengan birokrasinya.
negara yang berkembang menjadi gelandangan di kampung (H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan).
sendiri akibat maraknya penjarahan global (the village global).
Globalisasi melahirkan kebudayaan yang bersifat monoisme C. Multikulturalisme
kebudayaan atau monokulturalisme dikarenakan imperialisme Pengertian multikulturalisme menurut para ahli sangat
kebudayaan barat. (H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme). Global- beragam, multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan
isasi menyebabkan merebaknya kebudayaan "McDonald" dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai
makanan instan lainnya, dengan demikian melahirkan ke- kebijakan kebudayaan yang menekankan pada penerimaan
budayaan yang serba instan, budaya telenovela yang melahir- terhadap realitas keagamaan yang pluralis dalam kehidupan
kan pesimisme, kekerasan hedonisme. Dengan meminjam masyarakat. (Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya).
istilah dari Edward Said gejala tersebut merupakan "cultur Multikulturalisme secara etimologis marak digunakan pada
imprelism" baru yang telah menggantikan imprealisme klasik. tahun 1950 di Kanada. Menurut Longer Oxford Directionary
(Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya) istilah "multiculturalisme" merupakan deviasi kata multi-
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
76 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 77

cultural, kamus ini meyetir dari surat kabar di Kanada, Rawls menekankan arti pada "self interest" dan aspirasi
Montreal times yang telah menggambarkan masyarakat pengenal dari seseorang. Manusia dilahirkan tanpa mengeta-
Montreal sebagai masyarakat multicultural dan multilingual. hui akan sifat-sifatnya, posisi sosialnya, dan keyakinan
(Muhaemin el-Ma'hadi, Multikulturalisme dan Pendidikan moralnya, maka manusia tidak mengetahui posisi memak-
Multikulturalisme). simalkan kemampuannya. Maka Rawls mengemukakan dua
Multikulturalisme ternyata bukanlah pengertian yang prinsip; pertama, setiap manusia harus memiliki maksimum
mudah. Dimana mengandung dua pengertian yang kompleks, kebebasan individual dibandingkan orang lain. Kedua, setiap
yaitu "multi" yang berarti plural dan "kulturalisme" berisi ketidaksamaan ekonomi haruslah memberikan keuntungan
tentang kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti kemungkinan bagi yang tidak memperoleh keberuntungan.
yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan sekedar Menurutnya institusional yang menjamin kedua prinsip
pengakuan akan adanya hal yang berjenis-jenis tetapi tersebut adalah demokrasi konstitusional. Dalam bukunya,
pengakuan tersebut memiliki implikasi politis, sosial, ekonomi Taylor membahas tentang The Politics of Recognition, berisi
dan budaya. Dalam pengertian tradisonal tentang multi- tentang pandangan multikulturalisme mulai berkembang
kulturalisme memiliki dua ciri utama; Pertama, kebutuhan dengan pesat, bukan hanya dalam ilmu politik tetapi juga
terhadap pengakuan (the need of recognition). Kedua, dalam bidang filsafat dan kebudayaan. Jurgen Habermas
legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya. Dalam menanggapi bahwa pelindungan yang sama dibawah hukum
gelombang pertama multikulturalisme yang esensi terhadap saja belum cukup dalam demokrasi konstitusional. Kita harus
perjuangan adalah kelakuan budaya yang berbeda (the other). menyadari persamaan hak dibawah hukum harus disertai
(H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme). dengan kemampuan kita sebagai penulis (authors) dari
Dalam filsafat multikulturalisme tidak dapat lepas dari hukum-hukum yang mengikat kita. Habermas menganjurkan
dua filosof kontemporer yakni, John Rawls dari Harvard agar supaya warga negara dipersatukan oleh "mutual respect"
University dan Charles Taylor dari McGill University. Rawls terhadap hak orang lain. Demokrasi konstitusioanal juga
adalah penganut liberalisme terutama dalam bidang etika dan memberikan kepada kebudayaan minoritas, memperoleh hak
Taylor dalam filsafat budaya dan politik. Rawls mengemuka- yang sama untuk bersama-sama dengan kebudayaan
kan teori dalam bukunya A Theory Justice, yang berusaha mayoritas. (H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme).
menghidupkan kembali "social contrac" dan melanjutkan Walaupun multikulturalisme telah digunakan oleh para
kategori imperatif Kant, serta mengemukakan pemikiran pendiri bangsa dalam rangka mendesain kebudayaan bangsa
alternative dari utilitarianisme. Masyarakat yang adil bukan- Indonesia, tetapi bagi orang Indonesia multikulturalisme
lah hanya menjamin "the greatest good for the greatest adalah konsep yang asing. Konsep multikulturalisme tidaklah
number" yang terkenal dengan prinsip demokrasi. Filsafat sama dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
78 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 79

kebudayaan yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena Multikulturalisme memerlukan konsep bangunan untuk
konsep multikulturalisme menekankan keanekaragaman dan dijadikan acuan guna memahami dan mengembangluaskan-
kesederajatan. Multikulturalisme harus mau mengulas ber- nya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk memahami
bagai permasalahan yang mengandung ideologi, politik, multikulturalisme, diperlukan landasan penge-tahuan berupa
demokrasi, penegakan hukum, keadilan, kesempatan kerja konsep-konsep yang relevan, mendukung serta keberadaan
dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti golongan berfungsi multikulturalisme dalam kehidupan. Akar dari
minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral dan peningkatan multikulturalisme adalah kebudayaan, yang dimasudkan
mutu produktivitas. (Parsudi Suparlan, Menuju Masyarakat disini adalah konsep kebudayaan yang tidak terjadi perten-
Indonesia yang Multikultural). tangan oleh para ahli, dikarenakan multikulturalisme merupa-
Memang dalam kerangka konsep masyarakat multi- kan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat
kultural dan multikulturalisme secara substantif tidaklah manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu kebudayaan
terlalu baru di Indonesia dikarenakan jejaknya dapat ditemu- harus dulihat dari persfektif fungsinya bagi manusia. (Parsudi
kan di Indonesia, dengan prinsip negara ber-Bhineka Tunggal Suparlan, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural).
Ika, yang mencerminkan bahwa Indonesia adalah masyarakat Dengan pengunaan istilah dan praktek dari multi-
multikultural tetapi masih terintregrasi dalam ke-ikaan dan kulturalisme Parehk membedakan lima jenis multikultural-
persatuan. (Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya). isme; pertama, "multikulturalisme asosianis" yang mengacu
Sebagai gambaran tentang multikulturalisme digam-barkan pada masyarakat dimana kelompok berbagai kultur menjalan-
oleh John Haba tentang semangat kekristenan mulai menurun kan hidup secara otonom dan menjalankan interaksi minimal
dikalangan intelektual dunia barat dipengaruhi semangat satu sama lain. Contohnya, masyarakat pada sistem "millet",
multikulturalisme, maka persilangan paradigma, tentang mereka menerima keragaman tetapi mempertahan-kan
boleh tidaknya gereja dikalangan misi, bukan kristen. Para kebudayaan mereka secara terpisah dari masyarakat lainnya.
intelektual barat melemahkan visi dan misi gereja di era post- Kedua, "multikultualisme okomodatif” yakni masya-rakat
modernisme dan mereka bersikap apatis dan bahkan memilih plural yang memiliki kultur dominan, yang membuat
sebagai pengikut agama Budha, Hindu atau ateis menjadi penyesuaian, mengakomodasi kepentingan tertentu bagi
warga gereja. (John Haba, Gereja dan Masyarakat Majemuk). kebutuhan kultur minoritas. Masyarakat multikultural
Multikulturalisme bukanlah sebuah wacana, melainkan akomodatif merumuskan dan menarapkan undang-undang,
sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan hukum dan kekuatan sensitif secara kultural, memberikan
sebagai etika tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan kesempatan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan
hidup masyarakat. Multikulturalisme sebagai ideologi tidaklah kebudayaannya dan minoritas tidak menentang kultur yang
berdiri sendiri tetapi terpisah dari ideologi-ideologi lainnya.
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
80 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 81

dominan. Multikultural ini dapat ditemukan di Inggris, multikulturalisme dengan menggunakan empat kerangkanya.
Prancis dan beberapa negara Eropa yang lain. Pertama, kerangka multikulturalisme berkenaan dengan
Ketiga “multikultural otomatis” masyarakat yang plural istilah multikulturalisme itu sendiri. Multikulturalisme me-
dimana kelompok kultural yang utama berusaha mewujudkan nunjukkan sikap normatif tentang fakta keragaman. Multi-
kesetaraan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kulturalisme memilih keragaman kultur yang diwadahi oleh
kerangka politik secara kolektif dan dapat diterima. Contoh negara, dengan kelompok etnik yang diterima oleh masya-
dari multikultural ini adalah masyarakat muslim yang berada rakat luas dan diakui keunikan etniknya. Kelompok etnik
di Eropa yang menginginkan anaknya untuk memperoleh tidak membentul okomodasi politik, tetapi modifikasi
pendidikan yang setara dan sesuai dengan kebudayaannya. lembaga publik dan hak dalam masyarakat agar meng-
Keempat, “multikulturalisme kritikal interaktif” masya- akomodasi keunikannya.
rakat yang plural dimana kelompok kultur tidak terlalu Kerangka multikulturalisme kedua, merupakan turunan
concern dalam kehidupan kultur otonom, tetapi lebih kerangka yang pertama yaitu akomodasi kepentingan,
menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan dikarenakan jika kita ambil saripati dari multikulturalisme
menegaskan persfektif distingtif mereka. Multikultural ini, adalah menajemen kepentingan. Kepentingan disini adalah
berlaku di Amerika Serikat dan Inggris, perjuangan kulit relevan dari konsep multikulturalisme, terbagi menjadi dua
hitam dalam menuntut kemerdekaan. macam kepentingan yang bersifat umum dan khusus.
Kelima,“multikultural kosmopolitan”, yang berusaha Kepentingan yang bersifat umum pemenuhannya yang sama
menghapuskan kultur sama sekali untuk menciptakan sebuah pada setiap orang tanpa membedakan identitas kultur.
masyarakat dimana individu tidak lagi terikat dan committed Sedangkan kepentingan khusus pemenuhan yang terkait
kepada budaya tertentu. Ia secara bebas terlibat dengan dengan aspek khusus kehidupan (survival) kelompok yang
eksperimen-eksperimen interkultural dan sekaligus mengem- bersangkutan. Misalkan kelompok masyarakat adat dapat
bangkan kultur masing-masing. Para pendukung multi- melaksanakan adatnya masing-masing tanpa intimidasi dari
kultural ini adalah para intelektual diasporik dan kelompok pemerintah dan kekuatan kelompok yanga lain.
liberal yang memiliki kecenderungan posmodernisme dan Kerangka multikulturalisme yang ketiga, merupakan
memandang kebudayaan sebagai resources yang dapat mereka ideologi politik dengan menjadikan setiap orang atau
pilih dan ambil secara bebas. (Azyumardi Azra, Identitas dan kelompok minor dapat menyampaikan aspirasi politiknya
Krisis Budaya). tanpa terjadinya penindasan dan ancaman. Krangka keempat
Multikulturalisme dalam penerapan dan bagaimana cara berkaitan dengan puncak dan tujuan dari multikulturalisme
melaksanakannya. Konsep dan kerangka dalam multikultural- yang pantas diperjuangkan dikarenaka dibalik itu ada tujuan
isme di paparkan oleh B. Hari Juliawan dengan membagi hidup bersama, dengan pemenuhan hak-hak hidup. Hal
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
82 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 83

tersebut dikarenakan dalam multikulturalisme merupakan homogen dikuasai oleh laki-laki dan bias gender perempuan.
penghargaan terhadap perbedaan. (B. Heri Juliawan, Krangka Kelima, mencari "indigeneus culture". Pemujaan terhadap
Multikulturalisme). indigeneus culture adalah hal yang berlebihan dan kerjasama
Kebijakan multikulturalisme dalam konteks negara plural internasional mengandung unsur kebudayaan lain dapat
saling melengkapi satu dengan yang lain dengan power diadopsi sesuai dengan lingkungan kebudayan yang berbeda.
sharing, lebih sekedar distribusi pegakuan simbol-simbol Keenam, penduduk asli yang berbicara tentang kebudayaan-
budaya, tetapi pada alokasi kekuasaan, dan kebijakan resmi nya. Orang asing tidak berwewenang mempelajari kebudaya-
yang mengakomodir semua kelompok dalam rangka memper- an setempat. (H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme).
tahankan sekurang-kurangnya peraktek kebudayaan yang Dalam multikulturalisme global masih berpegang pada
unik dalam berpartisipasi secara stimulan dalam nilai dan doktrin asimilasi yang satu arah dan logika kebersamaan. Hal
sistem kepercayaan bangsa yang lebih besar. (Zakiyuddin ini menjadi tantangan besar terhadap studi multikulturalisme
Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multi Kultural) yang selaknya menggali lebih jauh masalah identitas dan per-
Kerangka keempat, puncak tujuan dari multikultural- bedaan. (Farah Wardani, Representing Islam). Tilaar juga,
isme hidup bersama sedekat mungkin pada kepenuhan hidup mengemukakan tantangan multikultuiralisme, pertama, hege-
baik. Dikarenakan pada setiap orang ingin hidup baik, moni barat dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan
spiritual dan materialnya. (B. Heri Juliawan, Krangka Multi- ilmu pengetahuan. Negara yang berkembang mengambil
kulturalisme). langkah seperlunya untuk mengatasi sehingga sama dengan
Multikulturalisme dapat berkembang menjadi hiper- dunia barat. Kedua, esensialisasi budaya. Multikulturalisme
multikulturalisme. Steve Fuller mengemukakan bentuk hiper- berusaha untuk mencari esensi budaya tanpa jatuh dalam
multikulturalisme yang perlu dihindari. Pertama, mengang- pandangan xenophobia dan ennosentrisme. Multikulturalisme
gap kebudayaan sendiri yang lebih baik. Pengakuan tehadap melahirkan tribalisme sampai sehingga merugikan komunitas
kebudayaan sendiri mengarahkan kecintaan pada diri sendiri global. Ketiga, proses globalisasi berupa monokulturalisme
atau narsisme kebudayaan, jika berlebihan dapat menjadikan karena gelombang dahsyat globalisasi menggiling dan
kolonialisasi. Kedua, pertentangan antara budaya barat menghancurkan kehidupan bersama budaya tradisional.
dengan sisa Barat. Pandangan ini dikenal dengan Eropa Masyarakat akan tersapu bersih dan kehilangan akar
Sentris dalam melihat kebudayaan lain. Ketiga, pengakuan budayanya sehingga kehilangan akar berpijak akibat terkena
terhadap berjenis-jenis budaya. Pluralisme budaya pengharga- arus globalisasi. (H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme).
an terhadap budaya ditangapi dikarenakan eksotis, menarik
perhatian. Dan kebudayaan yang lain dilihat bukan karena
eksotisnya. Keempat, penelitian budaya suatu entitas yang
Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme Realitas Sekarang; Globalisasi dan Multikulturalisme
84 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 85

diteliti. Sebagai gerakan sosial keagamaan modernis terbesar,

Bagian
5 Muhammadiyah memiliki keunikan tersendiri. Muhammad-
iyah merupakan gerakan sosial keagamaan yang mengalami
keberhasilan dalam praksis sosialnya, telah melahirkan ribuan
amal usaha yang tersebar dipenjuru tanah air. Berdasarkan
Realitas Muhammadiyah, data yang terbaru (2005) amal usaha Muhammadiyah dalam
Bercermin Pada Pendiri Muhammadiyah bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah. Masing-masing
dengan rincian Sekolah Dasar sejumlah 1132 buah, Madrasah
A. Prawacana Muhammadiyah Ibtida'iyah 1184 buah, Sekolah Menengah Pertama 534 buah,
Sudah lama intelektual Islam Indonesia membedakan Madrasah Tsanawiyah 511 buah, Sekolah Menengah Atas 263
secara dikotomis kedalam modernis dan tradisionalis, ter- buah, Sekolah Menengah Kejuruan 172 buah, Madrasah
masuk Muhammadiyah yang modernis dan NU yang Aliyah 67 buah, Pondok Pesantren 55 buah, Akademi 4 buah,
tradisionalis. Para pemerhati sosial yang berbasis kampus atau Politeknik 70 buah, Sekolah Tinggi 70 buah dan Universitas
berbasis keilmuan keagamaan, dan tipologi ini masih lazim 36 buah. Total amal usah yang telah dimiliki oleh
diterima, walaupun masih banyak kritik dari berbagai pihak. Muhammadiyah sebanyak 7.489 buah.
Akibat dari dikotomi tersebut mereka berlomba-lomba Angka yang terjadi dalam amal usaha Muhmmadiyah
membangun citra yang enak dipandang dan didengar oleh merupakan jumlah yang cukup fantastis bagi organisasi sosial
para peneliti yang pandai dalam menciptakan kategori. keagamaan. Apalagi keberadaan amal usaha tersebut merupa-
Berawal dari perebutan citra ini, banyak organisasi dakwah kan pengejawantahan dari model pemahaman keagamaan
Islam di Indonesia digiring ke dunia yang tidak nyata, (keislaman) di Muhammadiyah. Konstruksi pemahaman
terjebak kedalam dunia yang serba semu dalam citra. Tetapi keagamaan tersebut cukup unik dan menarik untuk dikaji
yang ironis pertarungan dan perbedaan yang selama ini secara intensif. Mengingat model pemahaman keagamaan
terjadi tidak ditarik kepada asumsi bahwa perbedaan yang telah diusung oleh Muhammadiyah, lantas kemudian
merupakan suatu yang semu belaka yang diciptakan orang terejawantahkan dalam realitas kehidupan sosial yang nyata
lain dalam melihat realitas "diri" mereka. (Bahrus Surur Iyuk, berupa amal usaha yang telah dinikmatai oleh umat manusia.
Teologi Amal Saleh) Muhammadiyah sebagai organisasi bervisi sosial keagamaan
Pengkajian dan penelitian tentang Muhammadiyah tak memang telah banyak mewarnai perjalanan sejarah nasional.
kunjung usai, dan Muhammadiyah ibarat sebuah bangunan Bahkan, konstribusi Muhammadiyah telah terasa dalam
besar yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sehingga pembangunan bangsa. Bukan hanya konstribusi dalam amal
memunculkan banyak obyek penelitian yang penting untuk usaha, tetapi Muhammadiyah telah menyumbangkan kader-
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
86 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 87

kadernya melalui sederetan tokoh nasional. Banyak tokoh B. Sejarah Muhammadiyah


nasional yang telah berjasa terhadap bangsa ini, baik sewaktu Munculnya Muhammadiyah sebagai gerakan sosial ke-
memperjuangkan kemerdekaan maupun ketika mengisi agamaan dalam sosial budaya waktu itu merupakan
pembangunan, mereka adalah kader-kader terpilih Muham- "eksperimen sejarah" yang cukup spektakuler. Menurut kaca-
madiyah. (Haedar Natshir, Pengantar dalam Muhammadiyah mata sosiologi agama, Muhammadiyah pada awal berdirinya
Gerakan Sosial Keagamaan Modernis) merupakan suatu "gerakan sempalan" organisasi keagamaan,
Secara sosiologis Muhammadiyah merupakan gejala kota, tetapi memberikan konotasi yang bagus, bukan sekedar tampil
jika itu benar maka memiliki jarak sosial antara orang kota beda dan beberapa hari kemudian hilang ditelan masa.
dengan orang desa. Perbedaan terjadi dikarenakan adanya Banyak gerakan sempalan keagamaan kontemporer yang tidak
jarak sosial. Jarak sosial dalam Muhammadiyah sebagai berumur panjang cenderung agak neko-neko, tetapi Muham-
gerakan kota ketika masuk ke desa mengalami pribumisasi madiyah terus berusia panjang bahkan amal usahnya terus
sehingga memunculkan empat varian dalam Muhammadiyah. bertambah. (M. Amin Abdullah, Dina-mika Islam Kultural)
Islam murni, (kelompok al-ikhlas), ia tidak mengerjakan Pada waktu itu, Muhammadiyah menghadapi tiga front
TBC dan tidak toleran kepada yang melaksanakan TBC, Islam yaitu; Modernisme dari kolonialisme Belanda, Tradisonalisme
murni yang tidak mengerjakan sendiri tetapi toleran terhadap dan Jawaisme. Modernisme dijawab oleh Kiai Ahmad Dahlan
pernyakit TBC (kelompok Kyai Ahmad Dahlan). Neo- dengan mendirikan sekolah-sekolah, kepanduan, voluntary
tradisonalis, (kelompok Munu atau Muhammadiyah–NU), dan association. Sedangkan untuk jawaban terhadap permasalahan
Neo-sinkretis, (kelompok Munas, Muhammadiyah Nasionalis jawaisme dan tradisonalisme langkah yang telah diambil oleh
dapat juga disebut Marmud atau Marhaenis-Muhammadiyah). Kiai Ahmad Dahlan yakni; pertama, terhadap tradisionalisme,
Kenyataan yang berada di Muhammadiyah penting artinya, Kiai Ahmad Dahlan mengguna-kan metode tabligh
karena selama ini semua orang melihat bahwa Muhammad- (menyampaikan) dengan mengunjungi murid-muridnya, dari
iyah terdiri dari satu kelompok saja, yaitu Islam Murni. pada menunggu kedatangan mereka. Padahal pada waktu itu,
Dengan melakukan pribumisasi bahwa dominasi petani guru mencari murid adalah persoalan “aib sosial-budaya”.
di pedesaan telah menyebabkan perubahan dalam praktik Dan Kiai Ahmad Dahlan adalah sosok yang pantas dan berhak
keagamaan anggota persyarikatan, dengan adanya "teologi didatangi oleh murid-muridnya dikarenakan kecakapan dan
petani". Praktik yang telah dipandang sebagai TBC telah kemampuannya dalam bidang agama. Apa yang dilakukan
diakomodasi dalam gerakan Muhammadiyah, walaupun Kiai Ahmad Dahlan dengan mengajari anak-anak perempuan
dengan perubahan-perubahan penting. (Kuntowijoyo, Jalan di Solo, kemudian dalam surat kabar 8 September 1915 ia
Baru Muhammadiyah) mengantarkan murid-murid-nya untuk berekreasi di taman
Sri Wedari merupakan per-buatan (dakwah tabligh) yang luar
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
88 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 89

biasa. Hal ini, dikarenakan tabligh yang ia lakukan diperkenankan oleh keluarga dan berjanji bahwa shuro
setidaknyaa memiliki dua implikasi yaitu; pertama, tersebut tidak akan dirubuhkan. Dengan janji tersebut maka
perlawanan langsung terhadap idolatry (pemujaan tokoh) Kiai Ahmad Dahlan tidak jadi meninggalkan kampungnya
ulama dan perlawanan langsung terhadap mistifikasi agama. (Ahmad Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modern-
Kedudukan ulama saat itu, sangat tinggi dikarenakan ia isme Islam).
menjadi mediator antara manusia dengan Tuhan, menjadi elit Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan dalam
dalam masyarakat dan guru dalam menyampaikan agama. kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan kondisi sosial
Kedua, dalam menghadapi Jawaisme Kiai Ahmad Dahlan budaya yang melingkupinya. Boleh jadi, munculnya gerakan
menggunakan metode positive action (dengan menge- tersebut merupakan sikap protes terhadap kondisi atau
depankan amar ma'ruf) dan tidak secara frontal meyerangnya malahan sebaliknya, sikap yang mendukung atau status quo
(nahi munkar). Dalam Swara Muhammadiyah tahun 1915 terhadap yang terjadi. Munculnya Muhammadiyah secara
dalam artikel yang menerangkan macam-macam shalat sunah, garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni; internal dan
ia menyebutkan bahwa keberuntungan semata-mata karena eksternal.
kehendak Tuhan dan shalat sunah merupakan salah satu jalan
untuk meraihnya. Ia menerangkan bahwa keberuntungan 1. Faktor Internal
tidak disebabkan oleh pesugihan (jimat kaya), meminta di Pertama, berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri
kuburan keramat, dan memelihara tuyul. Ini merupakan secara menyeluruh. Gerakan ini muncul dari nilai-nilai
upaya demitologisasi yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan ajaran Islam berdasarkan interpretasi pendirinya, sikap
dikarenakan penolakannya terhadap mitos. (Kunto-wijoyo, keberagamaan umat Islam, dan kondisi lembaga pen-
Jalan Baru Muhammadiyah) didikan umat Islam pada waktu itu. Interpretasi terhadap
Praktik pembaharuan yang telah dilakukan oleh Kiai nilai-nilai Islam. Pada awal berdirinya Muhammadiyah
Ahmad Dahlan, adalah pembenahan arah kiblat yang dalam sebagai organisasi dakwah yang mengemban misi Islam,
umat Islam seringkali keliru, keinginan yang kuat dari Kiai maka Kiai Ahmad Dahlan menginterpretasikan al Qur'an
Ahmad Dahlan untuk membenarkan arah kiblat pada masjid sebagai suatu aktivitas amal, maka ia berfikir perlunya
kasultanan tetapi kemudian mendapat tantangan keras. mendirikan organisasi agar gerakannya ter-sistematis,
Untuk membuktikan kebenaran pendapatnya ia mendirikan rapih, dan teratur. Hal ini sesuai pemahaman-nya
shuro dengan ketepatan arah kiblatnya, tetapi dalam usaha- terhadap surat Ali Imran ayat 104, 110, surat al Maa’uun
nya ditantang oleh KH. Muhammad Halil dan mengancam ayat 1-5, surat Yusuf ayat 108, surat an Nahl ayat 125,
akan dirobohkan. Melihat kondisi tersebut Kiai Ahmad surat as Shaff, dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Dahlan berkeinginan hijrah dari kampungnya tetapi tidak
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
90 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 91

Bukhari dan Muslim tentang kemungkaran dan perintah 2. Faktor Eksternal


mencegahnya sesuai dengan kesanggupan. Faktor eksternal yang telah melatarbelakangi ber-
Kedua, Sikap keberagamaan umat Islam yang dirinya Muhammadiyah ada dua macam yakni; pertama,
sinkretis dikarenakan terpengaruh oleh kultur Hindu- kondisi penjajahan kolonial dan semangat pem-baharuan
Budha sebelum masuknya Islam ke nusantara. Keyakin- di Timur Tengah yang beritanya sampai ke nusantara.
an yang sinkretis merupakan asimilasi kebudayaan dan Kondisi kolonial yang memprihatinkan rakyat dalam
kemudian melahirkan Agama Jawa. Agama jawa tersebut, jurang dehumanisasi dan kebijakan politik dari pemerin-
tumbuh subur di daerah pedalaman yang dulunya tah kolonial untuk menyebarkan agamanya (kristenisasi).
merupakan pusat kebudayaan Hindu-Budha. Refleksi Puncak dari kebijakan Kristenisasi tersebut mencapai
dari keagamaan, yang dilakukan umat dalam menjalan- puncaknya dalam masa kepemimpinan AWF. Idenburg
kan keagamaannya bersifat sinkretis dan melakukan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu
syirik, tahayul, bid'ah dan khurafat dalam masyarakat mengatur kebijakan kolonial untuk memberikan dana
sebelum Muhammadiyah lahir. bantuan yang besar dalam menjalankan dan mendirikan
Ketiga, lembaga pendidikan yang ada di masyarakat lembaga-lembaga pendidikan swasta yang mayoritas
tidak mengajarkan tentang keterbukaan tetapi menjadi menyebarkan misi kristenisasi. Dalam keadaan tersebut,
taqlid buta terhadap mazhab fiqh, imam, guru, kyai dan umat Islam mengalami dua kesulitan untuk memperoleh
syekh. Sikap tersebut, berjalan pada pendidikan yang haknya yakni kemerdekaan dan misi Kristenisasi yang
bercorak tradisional yang dalam metode pembelajarnya dapat mengguncang keyakinannya.
top-down, ditambah lagi kitab yang dipakai hanya satu Kedua, Ide-ide pembaharuan Timur Tengah meng-
mazhab. Pembelajaran top-down murid bersikap pasif, alir ke nusantara pada akhir abad 19, menjelang abab 20.
membuat pertanyaan serta membantah pendapat guru Masuknya ide tersebut melalui orang-orang yang
ataupun kyai merupakan hal yang tabu. Lembaga pen- menunaikan ibadah haji, serta majalah al Manar yang
didikan bukannya untuk transformasi pengetahuan tetapi beredar ke nusantara. Kiai Ahmad Dahlan merupakan
sebagai pelanggeng ajaran konservatisme yang memupuk salah satu orang yang banyak bersentuhan dengan
jiwa jumud dan taqlid. Pendidikan moderen yang telah gerakan pembaharuan di Mesir, iapun gemar membaca
diterapkan oleh bangsa Barat ditanah air bercorak majalah al Manar yang diperoleh dari para jamaah/
sekulerisme. Pendidikan itu, hanya untuk golongan ter- anggota di Jami’at al Khair. Dalam organisasi tersebut, ia
tentu dan umat Islam tidak dapat mengakses agar dapat sebagai anggota pasif tetapi dapat menyerap informasi
merasa-kan pendidikan moderen. tentang perkembangan dunia Islam, dikarenakan organ-
isasi tersebut memiliki jaringan yang kuat dengan dunia
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
92 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 93

Islam di Timur Tengah bahkan dalam sejarahnya ia cenderung abangan. Hal ini terbukti pada tahun 1914 ia
pernah bertemu dengan Rasyid Ridha ketika menunaikan bermaksud mendirikan sekolah Muhammadiyah di Karang-
ibadah haji, dan sempat bertukar fikiran sehingga cita- kajen Yogyakarta, teman-teman BO meminjamkan uang dan
cita pembaharuan meresap kedalam hati sanubari Kiai bersedia menjadi penjamin supaya ia mendapatkan uang
Ahmad Dahlan. pinjaman dari bank. (Darmo Konda, 12 Desember 1914).
Kitab-kitab yang dibaca oleh Kiai Ahmad Dahlan Demikian dengan peresmian PKO Muhammadiyah di
bercorak modernis, berasal dari pemikiran Muhammad Surabaya yang dilaksanakan oleh orang abangan yakni, dr.
Abduh. (Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Ke- Soetomo serta para dokter yang dipekerjakan oleh Belanda
agamaan Modernis). dan tidak menerima bayaran. Akan tetapi, orang mengingat-
nya sebagai tokoh pemurnian Islam yang konsekuen dalam
C. Sistem Pemikiran Kiai Ahmad Dahlan gagasannya. Namun dalam kenyataanya Islam murni hanya
Generasi awal dalam Muhammadiyah mencoba menafsir- berlaku pada diri Kiai Ahmad Dahlan dan orang-orang yang
kan normativitas agama untuk dipakai sebagai dasar beragama sefaham, tetapi tidak untuk orang yang lain. (Kuntowijoyo,
dan sekaligus sebagai landasan bagi reformasi sosial. Keyakin- Jalan Baru Muhammadiyah).
an atau sistem kepercayaan akan teraktualisasikan secara Pendirian dan gerakan dakwah Muhammadiyah tidak
eksternal kedataran realitas sosial dengan sistem pengetahuan dapat dilepaskan dari sosok dan pemikiran tokohnya yakni,
(pemikiran) keagamaan. Sikap sejuk dan toleran yang dimiliki Kiai Ahmad Dahlan yang memahami agama cenderung fait
oleh generasi awal Muhammadiyah dalam pelaksanaannya action dengan alasan tuntutan realitas pada masa itu. Kiai
bukan saja pada aspek ritual saja tetapi bersifat praksis sosial. Ahmad Dahlan menginginkan agama sebagai solusi terhadap
Hal ini menjadikan dalam memahami Islam bukan hanya dari problem sosial yang terjadi sehingga agama dapat menjadi
aspek ritual tetapi berusaha menjadikan Islam sebagai rahmat rahmat. Berikut ini merupakan jawaban Kiai Ahmad Dahlan
dan meliputi segala aspek kehidupan. (Bahrus Surur Iyunk, ketika ditanya oleh muridnya, “mengapa ia tidak menulis
Teologi Amal Soleh). kitab” sebab belum pernah ditemui seorang yang mengajarkan
Kenyataan sejarah yang sering dilupakan oleh para peng- agama seperti kyai, apa yang diterima dari Kiai begitu baik,
ikut Muhammadiyah dan "musuh-musuhnya" ialah bahwa bisa membangkitkan, bisa menimbulkan motivasi untuk
Kiai Ahmad Dahlan sangat toleran dengan praktik keagama- beramal, dan itu baru kali ini. Oleh karena itu, alangkah lebih
an di zamannya, sehingga ia dapat diterima oleh semua baiknya ajaran-ajaran Kiai ini ditulis," demikian usulan itu.
golongan. Sebagai santri, sekaligus pengurus Budi Oetomo Waktu itu, Kiai Ahmad Dahlan menjawab "apakah saudara
(BO), ia juga mengajar pada Kweekschool dan mudah bergaul menganggap saya ini orang gila?" jawaban Kiai itu dilontar-
dengan orang BO yang pasti dari golongan priyayi yang kan sampai tiga kali. Muridnya itu tentu tidak faham,
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
94 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 95

kemudian diberi tahu. "Mengapa umat Islam, bukan saja di agama. Akal dan ijtihad merefleksikan pengertian yang
Indonesia tetapi di dunia pecah satu sama lain, yang satu saling bergantian, digunakan untuk memahami agama.
mengkafirkan yang lain, tahu apa sebabnya?" ujar Kiai, jawab Ijtihad membutuhkan penggunaan akal dan menemu-kan
murid itu "tidak tahu". Nah saya beri tau, "karena terlalu makna interpretasi yang segar. Akal merupakan bagian
banyak kitab-kitab”. Kalau saya menambahkan satu kitab lagi, yang integral dalam ijtihad dan akal mampu mem-
maka saya termasuk orang gila. Saya hanya menginginkan bimbing kaum muslim memahami manfaat usaha-usaha
umat Islam kembali kepada al Qur'an dan al Hadits", jawab duniawi. Akal juga merupakan elemen paling penting
Kyai. (Bahrus Surur Iyuk, Teologi Amal Saleh) yang memungkinkan individu memahami perintah
Pemahaman keagamaan Kiai Ahmad Dahlan praktis, hal Tuhan dan menangkap fenomena alam ini. Kiai Ahmad
ini dikarenakan kondisi realitas yang pada waktu itu menun- Dahlan sering kali berucap bahwa setiap manusia harus
tut demikian dan realitas tersebut berbeda jauh dengan menggunakan akal untuk memperbaharui keyakinan,
sekarang. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan usaha, tujuan hidup ini, serta memahami kebenarannya.
dalam doktrinya menyatakan bahwa prinsip-prinsip Islam Agama merupakan kebutuhan dasar manusia, maka
tidak terletak pada mazhab fiqh ataupun hirarki keagamaan, penafsiran agama harus didasarkan pada akal untuk
tetapi terletak pada al Qur'an dan as Sunah. Para pemimpin diterapkan dalam kehidupan praktis. Ajaran agama
gerakan ini harus berpandangan bahwa keyakinan dan diorientasikan pada kemajuan serta perbaikan yang
kewajiban agama harus berdasar kedua sumber pokok ter- dalam pemahamannya menggunakan akal. Akal merupa-
sebut. Mereka mempercayai bahwa al Qur'an merupakan kan alat untuk memahami sumber kebenaran yakni al
sumber yang lengkap dan ajarannya bersifat sempurna, akan Qur'an dan as Sunah, dikerenakan dengan akal akan
selalu menjawab seluruh tantangan zaman. Mereka menem- mudah menerima suatu kebenaran dari ajaran-ajarannya.
patkan peran akal sangat penting dalam mengungkap Penggunaan akal ini berdampak pada pemimpin
kebenaran. Berikut ini merupakan ciri atau karakteristik Muhammadiyah yang memaknakan bahwa ritual sejajar
pemikiran Kiai Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah pada dalam konteks sosial yang nyata. Secara prinsip akal
awal berdirinya. dapat menerima semua pengetahuan, dan pengembangan
akal yang paling penting adalah logika, yang mengkaji
1. Akal sesuai dengan kehidupan nyata. Bagi Kiai Ahmad Dahlan
Masalah akal mendapatkan pengertian yang baru, logika membedakan idealitas dan realitas. Ajaran Islam
penting untuk dicatat bahwa para pemimpin Muham- akan ideal dengan logika, karena menuntut implementasi
madiyah sering menggunakan kata akal dari pada kata konkret ajaran Islam dan penerjemahannya dalam
ijtihad untuk menyebut pemahaman rasional terhadap realitas sosial. Ini menekankan bahwa Islam bukan saja
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
96 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 97

bersifat teoritis tetapi bersifat praktis. Kiai Ahmad dalam mencari kebenaran, bahkan apa yang dilakukan
Dahlan dalam memahami Islam terbagai menjadi tiga oleh Kiai Ahmad Dahalan memiliki keterlibatan diskusi
bagain penting, berdasar pada prinsip ajaran Islam al dengan pemuka agama lain. Bahkan dalam sejarahnya
Qur'an dan as Sunah sebagai sumber primer, dan akal Kiai Ahmad Dahlan membiarkan teman-temannya dari
menjabarkan isi sumber-sumber itu, penerjemahan Indisch Social Democratische Partij untuk berbicara di
pemahaman keagamaan kedalam realitas konkret. depan anggota Muhammadiyah dan mengkampanyekan
tentang ide-ide sosialisme dan menentang represif
2. Relativisme dalam Pemahaman Keagamaan kebijakan pemerintah kolonial. Keyakinan seperti ini
Relativisme dalam pemahaman keagamaan yang menjadikan kebenaran dapat diterima dari siapa pun, ia
membangun gerakan dasar ini, umat muslim menganggap harus didengar dan dipercaya.
bahwa pengetahuannya yang paling benar dan klaim
semacam itu keliru karena mereka berdasarkan pada 3. Filsafat Toleransi
persepsi kelompok mereka sendiri dan penolakannya Bahwa tidak ada satu kelompok atau ideologi bisa
terhadap ide-ide yang lain. Ia menegaskan bahwa penting mengklaim satu-satunya kebenaran, pandangan Muham-
untuk belajar kepada orang lain, kerena mungkin madiyah ini merupakan sikap toleransi dan tanggapan
kebenaran dapat diperoleh. Bagi Kiai Ahmad Dahlan terhadap pandangan kelompok/ulama lain yang meng-
yang benar dan baik harus dicari, tidak secara buta anggap bahwa pandangan Muhammadiyah merupakan
diterima, karena dapat mendorong semangat aktifitas dan satu-satunya kebenaran yang valid. Muhammadiyah,
kreatifitas, kemudian dapat menyebabkan sikap pasif mengundang kelompok/ulama lain untuk memberikan
yang melahirkan kebodohan. Ketertutupan (ekslusifitas) komentar terhadap persoalan yang ada, hal ini juga
agama itu terjadi karena manusia dilahirkan dalam tradisi dilakukan sebagai apresiasi terhadap kelompok atau
mereka sendiri. Masing-masing tumbuh dalam lingkung- ulama lain. Kelompok berbeda memiliki pendapat yang
an mereka sendiri, menerima semua apa yang telah berbeda dikarenakan perbedaan ruang, dan waktu, serta
diturunkan dari pendahulu mereka sendiri. Sikap seperti kemampuan dalam memahami Islam.
itu harus ditolak oleh kaum yang beriman, ujar Kiai Bahwa al Qur'an dan as Sunnah merupakan sumber
Ahmad Dahlan. Bahkan ia menyarankan untuk belajar hukum yang tetap dan tidak berubah, adapun yang
agama lain dan ide-ide yang berbeda. Selain itu, ia dianggap berubah adalah pemahaman serta tafsiran
menyatakan bahwa seseorang yang mempelajari ide-ide terhadap sumber tersebut. Islam juga tidak membatasi
yang berbeda dari yang dimilikinya maka tidak secara pandangan tertentu, karena pandangan keagamaan sangat
otomatis ia menerimanya. Ia juga menekankan dialog luas yang ditentukan oleh kapasitas penafsir. Semakin
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
98 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 99

luas pengetahuan dalam memahami ajaran agama maka Muhammadiyah pernah merubah pandangannya
semakin mudah untuk menerimanya. Prnisip relativ- terhadap isu-isu keagamaan tertentu. Pemahaman yang
isme dalam memahami ajaran agama melahirkan sikap benar terhadap aspek sosial Islam terletak pada aspek
menghargai ide-ide lain, karena diakui bahwa seseorang pencarian yang rasional dan metodis. Para pimpinan
tidak dapat mencapai kebenaran sempurna terhadap Muhammadiyah yakin bahwa untuk memahami Islam
agama dengan penge-tahuan yang terbatas. Relativitas seseorang perlu membekali diri dengan cakupan yang
akan mendorong setiap orang untuk terbuka terhadap luas. Semakin luas kerangka berfikir, semakin luas pula
ide-ide baru. Dalam menerima ide-ide baru akan horizon dalam memahami Islam, demikian juga sebalik-
melahirkan kesiapan bagi pengalaman baru yang pada nya. Konsekuensi dari relativisme paham keagamaan dan
gilirannya bisa mengekspresikan diri dari berbagai realitas pada waktu itu disebabkan umat Islam yang
bentuk dan konteks. majemuk terdiri dari berbagai aliran. Perbedaan ideologis
dan kultur merupakan suatu yang harus dijaga sejauh
4. Penafsiran Agama tidak Absolut mana tidak bertentangan dengan nilai atau norma yang
Kiai Ahmad Dahlan menyatakan bahwa agama mereka anut. Kelompok yang berbeda dapat hidup secara
berasal dari sumber yang absolut, namun perlu diketahui, rukun, saling memahami dan bukan asimiliasi dalam
bahwa agama dipahami lewat medium penafsiran mencapai tujuan bersama. Para pemimpin Muhammad-
manusia dan dipengaruhi oleh dinamika sosial yang iyah menganjurkan kepada umat Islam utuk tidak
kompleks. Dalam proses pemahaman ini menjadikan mencari-cari kesalahan kelompok lain dan meremehkan
agama tidak sempurna dan kehilangan kemutlakannya. pemikiran mereka. Sikap relativisme dalam agama
Akibatnya seseorang tidak dapat mengambil kesimpulan menjadikan sikap terbuka dalam menghadapi moderen-
mengenai keabadian faham agama karena keterbatasan isasi dan kebudayaan dari luar.
dan ketidak sempurnaan pemahaman manusia. Merupa-
kan kesalahan besar jika memutlakan penafsiran tentang 5. Iman dan Tanggungjawab Sosial
agama karena kemutlakan agama ada pada agama itu Kiai Ahmad Dahlan mendefinisikan iman sebagai
sendiri. Tidak ada pemahaman agama yang absolut jiwa, emosi dan kekayaan seseorang yang mengabdi di
demikian juga dengan ajaran Islam yang telah dirumus- jalan Allah. Iman harus melahirkan emosi, ide, keinginan
kan oleh ulama terdahulu, tidak bisa dipertahankan prilaku, yang baik dan kebaikan-kebaikan yang men-
sebagai kebenaran yang absolut, karena penafsiran dorong kaum beriman untuk bertindak secara benar.
berlaku sepanjang ruang dan waktu. Aspek sosial dari iman adalah amal sholeh. Korelasi dari
iman dan amal soleh berpuncak pada usaha mem-
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
100 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 101

belanjakan harta kekayaan di jalan Allah. Ibadah bersing- ritual untam alain dalam Islam yakni shalat. Hal ini
gungan dengan kemaslahatan masyarakat, Muhammad- diidentikan dengan orang yang mendustakan agama
iyah harus mendasarkan usahanya pada pembaharuan sebagai orang yang tak dermawan terhadap fakir miskin.
sosial atas prinsip sesama muslim harus mecintai sebagai- Sebaliknya untuk yang beriman memperhatikan dan
mana dirinya sendiri. Ibadah harus memenuhi tujuan memperlakukan orang yang lemah, keyakinan tersebut
tertentu dan memberikan maslahat pada orang banyak, tertanam dalam anggota Muhammadiyah untuk mem-
misalkan pada persoalan zakat yang mengandung makna belanjakan hartanya guna mendukung program sosial.
sosial dibalik implementasinya. Kiai Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa orang yang
Kesadaran yang telah dimiliki oleh individu muslim pelit dan melupakan kebutuhan kaum lemah maka tidak
bergerak menjadi kesadaran kolektif dalam rangka men- dapat menerima manfaat dari shalat karena mendustakan
sejahterakan rakyat. Mandat Muhammadiyah yang paling agama. Amal saleh merupakan kewajiban sebagai
utama pada masa itu yakni, memecahkan permasalahan mukmin dan jika seorang muslim tidak melakukan amal
sosial dengan melaksanakan perintah agama melalui saleh maka bukan mukmin yang sesungguhnya. Dalam
usaha kolektif. Rasionalisasi tindakan tersebut adalah pembahasan tentang amal saleh, Kiai Ahmad Dahlan
“tindakan yang baik tak terorganisir akan mudah di- mengkaitkan dengan konsep iman, amal dan ikhsan. Dari
kalahkan dengan kejahatan yang terorganisir”. tiga wilayah ini penting memunculkan kewajiban melak-
Kiai Ahmad Dahlan disetiap ceramah dan pengaji- sanakan tindakan lahiriah untuk hubungan manusia
an, terus-menerus menyuarakan agar setiap orang yang dengan Tuhan, sesama manusia, serta masya-rakat.
mampu bersedia memenuhi hak-hak dan berlaku adil Kebenaran merupakan sesuatu yang kongkret sebagai
terhadap orang miskin, para fakir, anak yatim, orang- manifestasi dari setiap tindakan sesuai dengan kebutuhan
orang terlantar dan menderita. Gerakan tersebut yang manusia, didasari nilai-nilai iman. Dari pemahaman itu
kemudian berkembang dengan menajemen pengelolaan memunculkan nilai kasih, cinta sesama, serta saling
zakat. Berdasar hal ini pula, Muhammadiyah mendiri- menghormati dan saling kerjasama dalam kebaikan. Nilai
kan rumah untuk orang miskin, panti asuhan, rumah normatif dari amal saleh harus kebenaran dalam
untuk orang terlantar. (Abdul Munir Mulkhan, Kisah dan pengalaman empiris dan sekaligus melahirkan etika
Pesan Kiai Ahmad Dahlan) dalam kehidupan manusia, bagi Kiai Ahmad Dahlan itu
merupakan manifestasi dari iman. Hal tersebut,
6. Shalat, Amal dan Tanggungjawab Sosial didasarkan pada iman yang sejati melahirkan amal saleh
Penggunaan kekayaan seseorang dalam usaha seperti dalam surat al Asr dan al Maa’uun. (Ahmad
merealisasi keyakinan juga dibicarakan dengan kaitannya Jainuri, Ideologi Kaum Reformis)
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
102 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 103

historis dan dialogis antara dimensi normatif (wahyu) dengan


D. Realitas Muhammadiyah dimensi objektif. Mata rantai inilah yang mendorong
Pemikiran dan amal usaha Kiai Ahmad Dahlan kemudian dinamika sejarah yang terus berkembang dan terus berubah.
berkembang sebagai prototype, model atau pola umum Hingga kini dalam Muhammadiyah sejarah dianggap penting
pengembangan ide-ide, gagasan dan amal usaha walaupun dalam sejarah yang berkembang bersifat ideologis.
Muhammadiyah. Untuk sementara, upaya demikian cukup Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu kurang memiliki
berhasil dengan berkembangnya berbagai cabang amal usaha peran yang signifikan dalam konstelasi masyarakat industrial
dengan cukup besar dan mengesankan, bahkan merupakan dan intelektual kader. Persfektif kerja-kerja praktis dalam
amal usaha terbesar di tanah air. Namun, kegiatan yang ber- Muhammadiyah tak pernah mandeg dan terus berjalan
orientasikan gerakan Muhammadiyah dengan cara di atas sehingga Muhammadiyah jatuh pada gerakan birokrasi dan
mulai nampak kedodoran dan kehilangan vitalitas inovatif- kapitalisasi. Tetapi jika mau ditengok dari sisi wawasan al
nya. Disinilah gerak langkah Muhammadiyah kurang mem- Qur'an tentang peran umat Islam dan kualitas intelektual,
bangkitkan mobilitas umat dan masyarakat sebagaimana telah maka posisi Muhammadiyah telah mengalami stagnasi dalam
terjadi di masa lalu, bahkan kecendrungan mengalami titik melahirkan pemikiran-pemikiran yang segar tentang Islam,
jenuh. Hal ini disebabkan sistem masyarakat yang dihadapi sebagai ciri utama Muhammadiyah dalam gerakan tajdid.
telah berubah, sedangkan model fikir Muhammadiyah tak Muhammadiyah telah terjebak pada rutinitas dan aktivisme
kunjung berubah. Muhammadiyah harus menawarkan alter- gerakan organisasi dan amal usaha; pendidikan, pelayanan
natif solusi terhadap berbagai persoalan yang telah dihadapi sosial. (Bahrus Surur Iyunk, Teologi Amal Soleh).
umat Islam pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Muhammadiyah telah berkembang denngan pesat dan
Meminjam istilah Ahmad Syafi'i Maa'rif, produk pe- maju tetapi dalam perkembangannya, Muhammadiyah meng-
mikiran Islam yang telah dihasilkan oleh Muhammadiyah alami disorientasi yang telah kehilangan makna substansinya.
selama lebih tujuh dekade tampaknya masih terbatas dan Realitas sekarang, yang terjadi di Muhammadiyah meliputi
sederhana. Pemikiran Muhammadiyah masih baru dan elitisme yang telah menjadikan Muhammadiyah sebagai
berlaku bagi kelas menengah ke bawah, sedangkan untuk privilege golongan kelas menengah atas, padahal dalam awal
kaum intelektual dan pemikir belum banyak terjangkau. Oleh berdirinya Muhammadiyah dalam gerakan amal usaha untuk
karena itu pendekatan hisoris dan sosiologis dalam Islam kepentingan kelas sosial ke bawah. Pergeseran dari gerakan
merupakan suatu keniscayaan, disamping menggunakan pembaharu sosial budaya menjadi gerakan yang telah terjebak
pendekatan lain seperti teologi, hukum, filsafat, dan sufistik. pada persoalan fiqihah. (Abdul Munir Mulkhan dalam Kata
Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Islam, dakwah Pengantar Menggugat Muhammadiyah)
dan tajdid, mengandaikan suatu mata rantai hubungan
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
104 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 105

Sebagaimana dalam sejarah yang bergerak singular memperbanyak, memperbaiki dan mengembangkan amal
melingkar dan berkesinambungan. Makanya Muhammadiyah usahanya, sehingga kurang memperhatikan ruh gerakan
sebagai organisasi mengalami pergerakan sejarah dari awal dakwah untuk memberi konstribusi terhadap persoalan yang
didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan hingga kepemimpinan berkembang di tengah masyarakatnya. Realitas membuktikan
sekarang Dien Syamsudin. Muhammadiyah sebagai organisasi bahwa amal usaha ketika dikelolah oleh orang-orang yang
gerakan dakwah merupakan pilihan yang cerdas dari pendiri- tidak memahami ruh gerakan dakwah Muhammadiyah, maka
nya hingga usianya satu abad dan mengalami dinamisasi amal usaha disalahgunakan untuk kepentingan misi dakwah
dalam struktur maupun gerakannya. Fase sejarah yang terjadi golongan/partai politik/organisasi lain. Demikian juga dengan
pada Muhammadiyah secara garis besar terbagi menjadi tiga kepentingan ekonomi golongan/orang-orang tertentu, maka
macam. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan, kedua, amal usaha Muhammadiyah dikapitalisasi sehingga sifat sosial
Muhammadiyah sebagai birokrasi dan ketiga, Muhammad- Muhammadiyah semakin jauh sebagaimana awal dan tujuan
iyah sebagai tradisi. Muhammadiyah sebagai gerakan yakni amal usahanya.
dilakukan pada waktu Muhammadiyah awal dikarenakan Muhammadiyah sebagai tradisi ditandai dengan kege-
Muhammadiyah bersikap progresif terhadap permasalahan lisahan tentang kadernya, serta mengalami ”kecurian” dalam
sosial serta cara menyelesaikan permasalahannya. Periode pengolahan amal usaha. Muhammadiyah merasa sebagai
awal Muhammadiyah ini menyakini Islam yang kemajuan organisasi besar tetapi tidak melihat kader yang menjalankan
dan memiliki tugas bahwa agama merupakan rahmat bagi amal usahanya. Oleh karena itu, Muhammadiyah mulai
semesta alam terutama manusia. Hal tersebut, dapat kita lihat instropeksi dan melakukan pembenahan terhadap dirinya.
dari sikap pro-aktif Muhammadiyah dalam menyelesaikan Sikap tersebut merupakan suatu bentuk kewajaran dilarena-
permasalahan sosial seperti kemiskinan, kebodohan dan kan Muhammadiyah sadar apa yang dilakukan tidak sesuai
kesehatan. Sikap pro aktif tersebut, dikarenakan pemahaman sebagaimana Muhammadiyah awal dan cita-cita pendirinya.
keagamaan Muhammadiyah bahwa Islam merupakan agama Muhammadiyah mulai mencari kader yang pantas dalam
amal yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari. Peng- pengelolaan amal usahanya serta melakukan pembenahan
aplikasian ajaran agama tersebut menjadikan berkembangnya terhadap menejerial, proteksi terhadap amal usaha Muham-
amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, madiyah agar tidak digunakan sebagai media dakwah
kesehatan, dan pelayanan sosial dalam rangka mengembang- organisasi lain. Sikap tersebut menjadikan Muhammadiyah
kan misi Islam sebagai rahmat. menjadi khazanah dan melakukan penafsiran ulang terhadap
Selanjutnya Muhammadiyah sebagai birokrasi dikarena- pemikiran pendiri Muhammadiyah yang menginginkan Islam
kan sifat gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, yang berkemajuan. Penafsiaran faham keagamaan ini, men-
sudah mulai luntur. Muhammadiyah lebih disibukkan dengan jadikan Muhammadiyah bergerak progresif dalam menjawab
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
106 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 107

realitas sosial saat ini. Faham tersebut, menjadikan masa bentuk respon terhadap Muhammadiyah yang mulai
depan selalu ada, dan harapan lebih baik dari pada masa lalu. kehilangan gerakan tajdid-nya dan jatuh pada rutinisasi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam moderen yang organisasi serta ingin memberikan pemahaman bahwa nilai-
menyejarah selama lebih dari satu abad dan dalam perkem- nilai Islam yang difahami Muhammadiyah dapat diterima
bangannya terjadi pergolakan pemikiran dalam dinamikanya seluruh umat manusia. Mereka dalam latar belakang
yang menarik untuk dicermati. Pergolakan pemikiran dalam pemikirannya memahami kebenaran dengan menggunakan
Muhammadiyah masih terjadi, dan dalam Muhammadiyah disiplin ilmu pengetahuan dari barat seperti sosiologi,
secara pemikiran dapat dipetakan menjadi tiga macam aliran antropologi, psikologi dan hermeneutika. Pemikiran khasnya
yakni; aliran puritan, aliran liberal dan aliran dekonstruksi. kembali kepada al Qur’an dan al Hadits dengan pendekatan
Pemikiran aliran puritan, lebih mementingkan Muham- berbagai macam disiplin ilmu agar penafsirannya dapat sesuai
madiyah sebagai identitas dan diwakili oleh golongan tua dan dengan realitas. Golongan ini berasal dari santri yang dalam
kaum intelektual yang belajar Islam di Timur Tengah. pemahaman keagamaanya belajar di barat atau mereka yang
Muhammadiyah sebagai identitas yakni mengembalikan mendalami filsafat serta teori-teori sosial.
Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi. Golongan ini me- Aliran dekonstruksi, adalah segolongan orang yang
mahami al Qur’an dan as Sunah secara tekstual sebagai tradisi mengganggap bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi
pemikiran dalam mengungkap kebenaran tanpa melakukan yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi sebagaimana
kontekstualisasi melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial dan dilalakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan. Aliran ini menyikapi
hermeneutika yang berasal dari barat. Muhammadiyah yang sudah tidak sesuai lagi dengan ide
Selanjutnya adalah aliran liberal, dimana golongan awalnya, sebagai gerakan berpihak pada kaum yang ter-
tersebut dalam menilai dan memberi penghargaan terhadap marginalkan. Muhammadiyah sekarang lebih cenderung
Muhammadiyah dari prestasi yang diraih. Aliran ini lebih kapitalistik tercermin dalam amal usahanya. Kelompok ini
menentingkan prestasi dari pada identitas Muhammadiyah memahami Islam sebagai nilai (value) yang dapat menyelesai-
sebagai gerakan purifikasi. Golongan ini erat dengan kaum kan persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan
muda, dalam memahami Islam menggunakan pendekatan yang dilakukan dalam mencari kebenaran dengan meng-
hermeneutik dan ingin mengembalikan Muhammadiyah gunakan bantuan ilmu-ilmu barat serta lebih menonjolkan
sebagai gerakan tajdid agar dapat memberikan penyelesaian tradisi kiri. Pengaplikasian keagamaan bagi aliran ini adalah
terhadap permasalahan keagamaan kontemporer. Kaum keadilan serta pemihakan pada yang lemah. Kelompok ini
muda dalam Muhammadiayah yang memiliki pemikiran dilihat dari latar belakang pendidikannya merupakan kaum
liberal terwadahi dalam Jaringan Intelektual Muda Muham- santri yang belajar keagamaan dari barat serta agamawan yang
madiyah (JIMM). Kemunculan organisasi tersebut sebagai mengenal teori-teori sosial marx..
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
108 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 109

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam Menurut M. Amin Abdulah setidaknya ada empat karak-
moderen yang memiliki usia cukup lama dalam pergolakan teristik dalam pembaruan Islam dalam perspektif Muham-
pemikiran merupakan suatu yang wajar. Hal tersebut memang madiyah dalam rangka menghadapai realitas yang semakin
perlu dikarenakan manusia berfikir sesuai dengan latar kompleks dan menjadi bahan pertimbangan bagi kaum muda.
belakang dan pemahamannya terhadap kebenaran. Perbedaan Pertama, pemikiran keagamaan Muhammadiyah yang selalu
tersebut merupakan suatu khazanah dalam tubuh Muham- menyarankan kembali kepada al Qur'an dan al Hadits dengan
madiyah dan tidak perlu adaya saling menyalahkan dan dimensi ijtihad dan tajdid sosial kegamaan, kedua dimensi ter-
mengkafirkan karena kepentingan sesaat. Muhammadiyah sebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, ciri has
perlu menampung ketiga pemikiran tersebut dan tidak boleh pemikiran tersebut bersifat dialektis-hermeneutik (hubungan
saling truth claim atau merasa paling benar dalam timbal balik dan bolak-balik), bukan hubungan dikotomis-
memberikan pelayanan keumatan. Tetapi yang diperlukan eksklusif antara sisi normativitas al Qur'an dan historisitas pe-
adalah curah pendapat dan berdialog agar Muhammadiyah mahaman manusia atas norma-norma al Qur'an pada wilayah
memberikan konstribusi maksimal dalam menjawab realitas kesejarahan tertentu (simbolisasi perlunya tajdid dan ijtihad).
global dan terhadap masalah yang menimpa umat Islam dan Kedua, pengaktualisasian cita-cita perjuangan, metodo-
bangsa. Peran tersebut dilaksankan sehingga menjadikan logi pembaharuan pemikiran Islam dengan menggunakan
Islam sebagai rahmat untuk manusia dan alam. sistem organisasi bukan sistem prbadi. Sistem organisasi
merupakan usaha abstraksi dan transendensi dalam cara
E. Relevansi Pemikiran Kiai Ahmad Dahlan berfikir sosial keagamaan Muhammadiyah. Kerja organisasi
Seperti halnya corak pemikiran manusia yang lain, merupakan cerminan dari keselamatan pribadi yang dibawa
pemikiran keagamaan pada umumnya dan pemikiran ke- kepada keselamatan kelompok sosial yang lebih luas. Per-
Islaman pada khususnya sebenarnya tidaklah bersifat final. juangan dengan sebuah organisasi memberikan pengaruh
Pemikiran keagamaan bersifat open ended, terbuka, terus- yang cukup radikal pada waktu itu, dan kerja organisasi me-
menerus, dapat diperdebatkan, dipertanyakan, dikoreksi dan rupakan kerja kolektif karena tidak ada penonjolan kepen-
dibangun kembali. Para ahli ke-Islam-an kontemporer tingan dalam kepentingan individu.
mengatakan bahwa pemikiran keagamaan tidak boleh dan Ketiga, model pembaharuan keagamaan persfektif
tidak perlu disakralkan. Bila disakralkan menjadi tertutup dan Muhammadiyah merupakan simbol "anti kemapanan". Hal
berfungsi sebagai ideologi bukan lagi kajian keilmuan yang tersebut, dikarenakan lewat pintu ijtihad dan tajdid, sebenar-
bersifat terbuka. Apabila tertutup maka susah untuk ber- nya Muhammadiyah secara embrional telah memberikan
komunikasi dan berdialog dengan pemikiran yang lain. bekal untuk memasuki arena pemikiran keagamaan sekarang.
Dari semula, Muhmmadiyah bukan saja meniru literatur
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
110 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 111

klasik semata, lalu mengembalikan kepada nilai-nilai al adaptasi istiadat dan akar budaya setempat yang secara
Qur’an dan al Hadits dan dibawa pada konteks sekarang berkesinambungan berjalan berabad-abad. Sedangkan sejarah
dengan semangat zaman yang telah berubah. terkait dengan persoalan kapan, dimana dan siapa (kapan
Keempat, Muhammadiyah responsif dan adaptif terhadap terjadi, abad berapa, dimana, terjadi, dalam situasi politik, dan
perubahan zaman. Dengan cara berfikir Muham-madiyah sosial seperti apa, bagaimana standar ekonomi, tingkat
yang mengembalikan kepada al Qur'an dan al Hadits disertai kemajuan ilmu dan teknologi, dan yang lain). (M. Amin
dengan semangat ijtihad dan tajdid. Dalam rangka meng- Abdullah, Dinamika Islam Kultural). Corak pemikiran ke-
hadapi realitas sekarang yang kompleks, maka yang dilakukan agamaan merupakan model pendekatan yang cukup signifikan
oleh Muhmmadiyah sebagai gerakan tajdid memerlukan untuk masa sekarang dalam mengkoneksikan Islam dalam
penajaman terhadap purifikasi dan dinamisasi. Sebagaimana realitas sosial. Pemikiran Kiai Ahmad Dahlan dalam teori
pemahaman keagamaan Islam klasik tidak menggunakan sekarang bercorak hermeneutic dimana selalu mendialektikan
pendekatan keilmuan sekarang yang moderen dan ilmiah. antara normativitas wahyu dengan realitas pada waktu itu.
Pendekatan yang digunakan dalam memahami Islam sekarang Hasil pendekatan yang digunakan oleh Kiai Ahmad Dahlan
menggunakan pendekatan ilmu sosial dan pendekatan sejarah, langsung dipraktekkan sehingga menjdaikan nilai-nilai Islam
sebagaimana al Qur'an telah menggaris bawahi realitas sosial sebagai rahmat dan memberikan manfaat bagi sesesama
dan kesejarahan. (M. Amin Abdullah, Dinamika Islam manusia.
Kultural)
Pemikiran keagamaan terbagi menjadi dua macam dalam
dataran low tradition dan high tradition. Low tradition
pemikiran keagamaan dalam dataran historis yang konkret,
sangat terkait dan langsung bersentuhan dengan berbagai
jenis pemikiran. Sebutlah pemikirn politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pemikiran yang lain. Sedangkan pemikiran high
tradition yakni pada dataran "konsep" dan "teori" yang bersifat
kognitif, skematis dan agak berbeda dengan corak pemikiran
yang lain, semata-mata karena kategori "sakralitas" yang
dikaitkan dengan keberadaan kitab suci. Jika memahami Islam
dalam dataran low ataupun high tradition semata-mata hasil
pemikiran manusia, yang tidak dapat lepas dari bahasa, dan
sejarah. Bahasa terkait dengan konvesi, konteks sosial,
Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya Realitas Muhammadiyah, Bercermin pada Pendirinya
112 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 113

Kesadaran menurut Sartre bersifat itensional dan tidak

Bagian
6 dapat dipisahkan dari dunia. Kesadaran tidak sama dengan
benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en soi (ada-
begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana
kesadaran berhadapan, oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-
Pentingnya Kesadaran, bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu.
Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari, ada jarak
A. Prawacana Kesadaran antara saya dengan obyek yang saya lihat. Misalkan etre pour
Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia, soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah
dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain, sifatnya unik etre pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya
dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan sendiri. Tiadanya identitas manusia dengan dirinya sendiri
yang diyakininya. Kesadaran menghasilkan refleksi yang memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi
dapat memberikan kekuatan atau bertahan dalam situasi dan dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya
kondisi tertentu, karena itu setiap teori yang dihasilkan oleh sesuai dengan tujuannya. Ketidakidentikkan manusia dengan
seorang merupakan refleksi tentang realitas dan manusia. dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh
Manusia memiliki kesadaran dalam diri, sesama, masa relativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa ter-
silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki hadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatakann it is not
kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas,
memiliki kesadaran akan hidup dalam jangka pendek, yakni, jarak, dan distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan
akan fakta lahir diluar kemauannya dan akan mati diluar menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada
keinginannya. Manusia sadar akan mati mendahului orang- menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi
orang yang disayanginya, atau sebaliknya, yang ia cintai akan Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusia sendiri
mendahuluinya, kesadaran akan kesendirian, keterpisahan, merupakan kebebasan. Pada manusialah eksistensi itu men-
kelemahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masya- dahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan
rakat. Semua kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia
eksistensi tak bersatunya sebagai penjara yang tak terperikan. masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah
Manusia akan menjadi gila bila tak dapat melepas-kan diri kematian maka ciri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex
dari penjara tersebut. (Erich From, The Art of Love) Lanur, Pengantar dalam "Kata-Kata")

Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
114 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 115

Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan Pengetahuan yang implisit ini menyebabkan kesadarannya
keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri berkembang lebih lanjut, kemudian menjadi sensasi atas
dari dua hal hakiki; differentiation dan integration. Meskipun sesuatu, bukan sensasi terhadap yang bukan sesuatu (nothing).
secara kronologis perkembangan kesadaran manusia ber- Sensasi nothing tidak mengatakan bahwa manusia yang ada,
langsung pada tiga tahap; sensation (sensasi/pengindraan), melainkan hanyalah itu yang ada. Konsep yang ada (implisit)
perception (persepsi/pemahaman), dan conceptual (konsep/ mengalami tiga tahap perkembangan dalam pemikiran
pengertian). Secara epistemologi, dasar dari segala pengetahu- manusia. Tahapan itu terdiri dari; pertama, kesadaran anak
an manusia adalah tahap persepsi. Sensasi tidak begitu saja terhadap obyek merupakan tahap sesuatu yang mewakili
disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak konsep entitas implisit. Kedua, merupakan tahapan yang erat
mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat kaitannya dengan kesadaran tahapan khusus dan memiliki
diketahui bahwa pengalaman indrawi seorang bayi kekhasan yang dapat dikenali, namun dibedakan dengan hal
merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Persepsi yang standar pada bidang perseptual yang mewakili konsep
merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis ter- identitas (implisit). Ketiga, pemahaman hubungan diantara
simpan dan diintegrasikan oleh otak dari suatu organisme berbagai entitas ini dengan memahami persamaan dan
yang hidup. Dalam bentuk persepsi inilah, manusia perbedaan entitas mereka. Hal ini memerlu-kan transformasi
memahami fakta dan memahami realitas. Persepsi bukanlah konsep entitas menjadi konsep unit. Itu merupakan kunci
sensasi, sesuatu yang tersajikan, tertentu (the given) dan jelas memasuki konseptual kesadaran manusia. Kemampuan untuk
pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang memandang entitas sebagai unit merupa-kan metode untuk
sensasi sebagai bagian komponen dari persepsi tidak langsung mengerti yang khas bagi manusia, yang tidak dapat diikuti
diperoleh manusia, ia merupakan penemuan ilmiah, pene- oleh mahluk hidup yang lain. (Ayn Rand, Pengantar
muan konseptual. Epistemologi Obyektif)
Pengetahuan manusia adalah tentang konsep eksistensi
berkaitan dengan sesuatu yang ada, hal, atribut (sifat) ataupun B. Proses Kesadaran
tindakan. Karena merupakan konsep maka manusia tidak Kesadaran adalah kemampuan untuk menyadari dan
dapat memahami secara eksplisit hingga ia mencapai ting- mempersepsi sesuatu yang ada. Pada tingkat kesadaran
katan konseptual. Namun hal itu implisit dalam setiap persep manusia mengalami proses sensasi dan untuk mengintegrasi-
(mempersepsi sesuatu berarti mempersepsi sesuatu itu ada) kan sensasi menjadi kehendak. Kesadaran dapat dicapai dan
dan manusia memahaminya secara implisit pada tingkatan dipertahanakan dengan kegiatan (action) yang terus menerus.
perceptual, yakni memahami unsur pokok dari konsep "yang Secara langsung ataupun tidak, setiap fonem kesadaran
ada", data yang kemudian diintegrasikan oleh konsep tersebut. diderevasikan kesadaran manusia akan dunia luar. Ekstropeksi
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
116 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 117

merupakan suatu proses kesadaran yang diarahkan ke luar berhenti untuk menikmatinya dan mengambil kesimpulan,
proses untuk memahami yang ada di dunia luar. Sedangkan dari fakta mengenai watak, usia dan kedudukan sosial maka
introspeksi merupakan proses kesadaran yang diarahkan ke kegiatan kesadarannya adalah berfikir, ketika ia mengingat-
dalam proses untuk memahami kegiatan psikologi sendiri kan kejadian itu maka kegiatan kesadarannya adalah
dengan meperhatiakan yang ada di dunia luar, seperti mengenang. Ketika ia memperhitungkan penampilan wanita
kegiatan berfikir, merasa, dan mengenang. Kesadaran me- tersebut akan lebih baik jika rambutnya pirang dan tidak
rupakan kesadaran terhadap sesuatu, kesadaran timbul di- coklat, dan bajunya berwarna biru bukan merah maka tingkat
karenakan interaksi terhadap dunia luar, maka kegiatan sadar keadaan kegiatan kesadarannya adalah imajinatif. Begitulah
dapat dialami. pola proses manusia belajar untuk membentuk kesadaran.
Dua sifat fundamental yang tercakup dalam setiap (Ayn Rand, Pengantar Epistemologi Obyektif)
keadaan, aspek atau fungsi kesadaran manusia meliputi; isi Dalam kenyataan, kesadaran bukanlah hanya tiruan dari
dan kegiatan (content and action), isi kesadaran, dan kegiatan apa yang nyata, demikian pula dengan apa yang nyata bukan
kesadaran yang memperhatikan isi. Pada tingkat kesadaran hanya konstruksi kesadaran yang berubah-ubah. Ia hanyalah
perseptual dari semua konsep berkaitan dengan kesadaran. jalan setapak dan merupakan kesatuan yang dialektis, dimana
Pada tingkatan ini anak-anak hanya semata-mata mengalami kita menemukan solidaritas antara subyektivitas dan obyek-
dan melakukan berbagai proses psikologis; perkembangan tivitas, sehingga kita dapat keluar dari kesalahan subyektivis
konseptualnya yang utuh mengharuskan untuk belajar meng- ataupun kesalahan mekanistis. Kita harus memperhitungkan
konseptualisasikannya (setelah ia mencapai tahap tertentu peran kesadaran ataupun peran mahluk yang sadar dalam
dalam perkembangan konseptual ekstropekltifnya). Untuk transformasi sosial. Bagaimana seseorang menerangkan, misal-
membentuk konsep keasadaran, orang harus mengisolasi nya dalam istilah subyektivis, posisi manusia sebagai individu
kegiatan dari isi keadaan sadar tertentu, melalui proses generasi atau kelas sosial yang dikonfrontasikan dengan
abstraksi. Manusia dapat mengabstraksikan berbagai entitas situasi sejarah tertentu dimana mereka menjadikan kesadaran
dan dapat mengabstraksikan kegiatan sadar atas isinya, atau kehendak mereka independen? Dan sebaliknya bagai-
mengamati perbedaan diantara jenis kegiatan. mana menerangkan masalah yang sama dengan sudut
Misalkan pada tingkat dewasa, ketika seorang lelaki pandang mekanis? Kesadaran secara arbiter menciptakan
mengamati wanita berjalan, maka kegiatan kesadarannya realitas generasi kelas sosial, enggan menolak situasi yang ada
merupakan persepsi, ketika dia melihat wanita itu cantik, dimana tempat mereka hidup, dapat mentransformasikan
maka kesadarannya adalah evaluasi; ketika ia mengalami dengan suatu gerakan sederhana yang relevan. Jika kesadaran
keadaan batin yang menyenangkan, menggembirakan, meng- merupakan cerminan yang sederhana dari realitas maka
agumkan maka keadaan kesadarannya adalah emosi, ketika ia cerminan tersebuat bersifat abadi, dan kenyataan akan
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
118 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 119

menjadi subyek penentu dalam dirinya. (Denis Collins, Paulo dari perjalanan panjang umat manusia. Kemiskinan
Freire) merupakan ujian dan cobaan Tuhan terhadap keimanan,
Manusia sebagai mahluk multi dimensional memiliki dan kita tidak tahu manfaat dan keburukannya. Akar
hubungan dengan berbagai sistem yang ada baik didalam teologi dari konsep ini bersandar pada sikap predeter-
ataupun dengan sesama manusia. Hubungan manusia dengan minisme (takdir), merupakan ketentuan dan rencana
alam sebagai sarana untuk melakukan perubahan yang lebih Tuhan sebelum jauh terciptanya alam. Sikap manusia
baik dan menjadikan alam memberikan manfaat pada manusia tidak memiliki free will untuk menciptakan sejarahnya
tanpa merugikan yang lain. Alam merupakan sarana untuk sendiri, meskipun manusia berusaha maka Tuhan yang
mempermudah manusia dalam menjalanakan kehidupan. menentukan. (Mansour Fakih, Islam sebagai Alternative).
Tetapi, yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan sumber Kesadaran magis ini mayoritas dimiliki oleh masyarakat
daya alam tidak boleh terbatas dan secukupnya saja. Manusia tradisional yang hidup di pedesaan dan agamawan yang
juga memiliki dimensi sebagai mahluk sosial yang berkomuni- lebih bercorak tasawuf.
kasi dan bersosialisasi dengan yang lain. Interaksi manusia
dengan yang lain dan bagaimana cara merubah alam ini agar 2. Kesadaran Naif
memberikan manfaat bagi manusia, maka menimbulkan Pandangan kesadaran naif merupakan perkem-
sebuah kesadaran. Kesadaran tumbuh dalam diri manusia bangan dari kesadaran magis. Pada taraf kesadaran ini
dikarenakan hubungan manusia dengan alam ataupun dengan diarahkan pada individu, tidak mengarah pada hal yang
sesamanya. Berikut ini merupakan gambaran kesadaran metafisika dalam menganalisis sebuah persoalan. Ke-
manusia yang berhadapan dengan realitas. Kesadaran tersebut sadaran naif tidak dapat melihat permasalahan secara
dapat dipetakan menjadi empat jenis yakni; kesadaran magis, makro, sehingga tidak dapat mengurai sebab-akibat dan
kesadaran naïf, kesadaran kritis dan kesadaran profetis. keterkaitan antara permasalahan yang satu dengan yang
lain. Misalkan ketika dihadapkan dengan fenomena
1. Kesadaran Magis globalisasi dan kemiskinan, maka kesalahan itu terjadi
Dalam pandangan kesadaran magis, untuk meng- dikarenakan dari sikap mental, budaya ataupun teologi
analisis permasalahan menggunakan pendekatan yang yang melingkupi diri dan masyarakat. Menilai kemiskin-
bersifat metafisika dan abstrak. Misalkan permasalahan an tidak memiliki korelasi atau keterkaitan dengan
kemiskinan pada hakekatnya merupakan ketentuan dan masalah globalisasi ataupun paham neo-liberalisme. Agar
rencana Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu apa arti dan tidak menyebabkan kemiskinan maka yang dilakukan
hikmah dibalik ketentuan tersebut. Mahluk tidak adalah menyiapkan sumber daya yang mampu bersaing
mengetahui tentang gambaran dari skenario besar Tuhan, dengan pasar, dan penafsiran pemahaman kegamaan yang

Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
120 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 121

sesuai dengan perkem-bangan zaman. Kesadaran ini subyek, dapat memahami dan menganalisis hubungan
biasanya dimiliki oleh kalangan modernis yang dalam kausal manusia dalam menemukan diri mereka berada
ilmu sosial karakter pemikirannya lebih bercorak dalam situasi. Kesadar-an ini muncul akibat kombinasi
developmentalisme. Bagi kaum ini menganggap bahwa, dari refleksi dan tindakan praktis yang autentik.
terjadinya kemiskinan dan proses marginalisasi akibat Kesadaran kritis ini mengarahkan manusia pada proses
globalsiasi dan neo-liberalisme yang lebih menyalahkan pembebasan dari penindasan, sehingga menjadi manusia
korbannya. Kesadaran inilah yang disebut dengan yang merdeka, bebas dari penindasan. Kesadaran kritis
kesadaran intran-sitive naif, kesadaran ini memiliki ini bersifat transformatif dikarenakan ia berusaha me-
kerawanan, terhadap bahaya yang menurut Freire, lakukan perubahan dalam realitas dan sejarah, bukannya
inheren dengan gerakan politis dan manipulatif. Kesadar- sejalan dengan sejarah.
an ini hanya mencari solusi yang sederhana dan berang- Kesadaran kritis melalui refleksi diri dikembangkan
gapan bahwa mereka lebih dibandingkan dengan fakta dalam modernitas mencapai kamatangannya dan ter-
dan sejarah keduanya, mudah menerima mitos mani- wujud dalam bentuk kehidupan moderen yang ditandai
pulatif yang dirumuskan golongan elit untuk memper- oleh gairah akumulasi modal secara rasional dan birokrasi
tahankan penindasan. Kesadaran naïf manusia menye- rasional yang telah didukung oleh teknologi. Tetapi
suaikan dengan lingkung-an atau dunianya (Denis kapitalisme dan birokratisme dewasa ini justru menum-
Collins, Paulo Freire) pulkan kesadaran kritis, sehingga individu dalam masya-
rakat moderen lebih bersifat konsumerisme dan adaptif
3. Kesadaran Kritis terhadap sistem. Maka refleksi tersebut mengandung
Selanjutnya adalah bentuk kesadaran kritis, pada paradoks. Di masa pencerahan refleksi diri menjadikan
taraf kesadaran ini, individu mampu melakukan analisis kesadaran bahwa tradisi dan dogma menindas kenyataan.
terhadap suatu permasalahan yang terjadai secara holistis Refleksi diri menghasilkan dimensi praksis lingkup
dan makro, sehingga dapat menguraikan sebab-akibat kapitalisme, birokratisme dan teknokrat-isme menjadi
dari suatu permasalahan. Penguraian tersebut mampu tradisi dan dogmatisme. Rasionalitas dan moderenisasi
memberi pandangan tentang kelompok mana yang yang kritis terhadap mitos-mitos, tetapi pada gilirannya
diuntungkan dan dirugikan. Kesadaran kritis yang ia malah menjadi "mitos baru" sehingga mereka tidak
dimiliki oleh manusia menganggap segala sesuatunya dapat bersikap kritis terhadap realitas yang dihadapi.
sebagai subyek, yang tidak hanya mencari solusi (Ibrahim Ali Fauzi, Jurgen Habermas)
sederhana tetapi juga berisiko tidak memanusiakan Kesadaran kritis yang dimiliki oleh individu dalam
dirinya. Kemampuan dalam kesadaran kritis sebagai melihat permasalahan kemiskinan dan globalisasi mem-
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
122 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 123

berikan pemahaman yang berbeda dengan sebelumnya Tuhan untuk menentukan dan merubah sejarah, bukan
yakni magis, dan naif. Menurut kesadaran kritis, yang manusia yang ditentukan oleh sejarah. Islam memandang
menyebabkan kemiskinan adalah ketidakadilan sistem, kesadarannya merupakan kesadaran immaterial, yang
struktur ekonomi, politik dan kultur. Ini merupakan menentukan material, dengan maksud bahwa iman se-
proses panjang dalam penciptaan struktur ekonomi yang bagai basis kesadaran menentukan struktur. Kesadaran
eksploitatif, politik dan adanya sistem dominan serta dalam Islam bersifat independen, tidak dipengaruhi oleh
hegemoni. Globalisasi merupakan perpanjangan dari struktur, basis sosial, dan kondisi material. Yang
kapitalisme yang menjadi penyebab kemiskinan, memar- menentukan kesadaran bukanlah individu, seperti dalam
ginalkan dan mengalienasi masyarakat. Globalisasi me- kesadaran kritis, dimana menjadikan individu bersikap
rupakan ancaman bagi kaum miskin dan globalisasi lebih aktif dalam menentukan jalannya sejarah. Kesadaran
memihak pada lembaga internasional untuk mengeruk kritis yang ditentukan oleh individu ini dapat terjatuh
modal berskala internasional, mengahancurkan ling- dalam paham eksistensialisme dan individualisme.
kungan hidup, dan segenap sosial budaya. Globalisasi juga Sedangkan kesadaran profetis, meyakini bahwa yang me-
merupakan suatu agenda untuk memiskinkan masyarakat nentukan bentuk kesadaran adalah Tuhan, dan ketentuan
secara struktural. (Mansour Fakih, Islam sebagai kesadaran ini untuk menebarkan asma atau nama Tuhan
Alternative) di dunia sehingga rahmat diperoleh manusia, bentuk
Dengan kesadaran kritis, menjadikan manusia kesadaran ini merupakan ruh Ilahiah untuk melakukan
mampu membaca realitas makro dan mengkonteks- transformasi sosial.
tualisasikan pada sikap serta langkah yang akan diambil Kesadaran profetis merupakan suatu cita yang
guna menyelesaikan permasalahan. Kesadaran ini akan diinginkan oleh setiap insan dalam berproses menuju
membawa manusia pada penyelesaian agar tidak meng- kesempurnaan. Kesadaran ini menerapkan epistemologi
alami ketertindasan, membuat struktur yang lebih adil Islam sebagai sumber pengetahuan. Epistemologi Islam
dan berfikir bagaimana cara melakukan transformasi. yang dilaksanakan merupakan pengaplikasian yang
dikemukanan oleh Muhammad Abed al Jabiri1 yakni
4. Kesadaran Profetik
Kesadaran profetik merupakan kesadaran yang di-
miliki oleh agama dalam rangka melakukan transformasi 1. Muhammad Abed al Jabiri seorang intelektual kelahiran Maroko di kota Feji pada tahun 1936,
ia memperoleh gelar doctor pada Universitas Muhammad al Khamis, Ribat, Maroko pada
sosial pada satu tujuan tertentu berdasarkan etika ter- tahun 1970 dengan disertasi berjudul Fikr Ibn Khaldun, al Ashabiyah wal Daulah yang
diterbitkan pada tahun 1971. Ia mengajar mata pelajaran filsafat dan pemikiran Islam pada
tentu pula. Sebagaimana kesadaran dalam Islam merupa- Fakultas Sastra di kampus ia studi. Karyanya yang berkaitan dengan karakter pemikiran Arab
kan suatu bentuk kesadaran yang dimiliki manusia dari yang terkenal dengan trilogy kritik nalar arab (Takwin al Aql al Arabi, Naqd al Aql al Arabi,
Bunyah Aql al Arabi), ketiga karya tersebut mengupas tentang pengungkapan tiga corak
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
124 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 125

bayani2, burhani3, dan irfani4. Pengaplikasi epistemologi tersebut juga pernah dilaksanakan oleh rasul Muhammad
tersebut dilaksanakan secara seimbang dan selaras. Hal Saw ketika menyampaikan pesan menurut kondisi
sahabatnya. Pengungkapan kebenaran yang dilakukan
epistemology dalam Islam. Lihat Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab. Lihat juga oleh rasul berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh
Muhammad Abed al Jabiri, Post Tradisionalism Islam.
2. Bayani (teks) merupakan pengetahuan arab yang paling awal yakni sebuah teks tertuang sahabatnya, misalkan ketika nabi mena-sehati sahabatnya
dalam bahasa. Tradisi bayan pada peradaban arab dengan dilahirkannya ilmu bahasa dan akan berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan
ilmu agama, bahasa berhubungan dengan nahwu dan teks keberagamaan berkaitan dengan
fiqh dan teologi. Kaidah nalar bayan berhubungan dengan tradisi qiyas dengan kondisi psikologisnya.
menghubungkan kata dengan berbagai makna dan satu makna dengan berbagai kata.
(Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab). Penggunaan bayani merupakan kajian Muhammadiyah menerapkan ketiga pendekatan
yang biasa dilakukan oleh Mutaqalimun dan Ahli Fiqh dan digunakan untuk memahami, tersebut secara sirkular dan dialog kreatif dengan meng-
menganalisis teks guna mendapatkan makna yang terkandung, menentukan istimbat hukum
dari al Qur’an dan as-Sunnah. Pendekatan ini memerlukan alat bantu yakni asbabul nuzul gunakan beberapa prinsip;
dan adat istiadat masyarakat. Dalam pendekatan bayani dikenal dengan empat macam Istimarariyyah adalah upaya untuk melanjutkan
yakni; bayan al I’tibr adalah penjelasan mengenai segala sesuatu, bayan al I’tiqd adalah
penjelasan segala sesuatu mengenai makna yang haq, musyatabih dan bathil, bayan ibrah berbagai produk pemikiran historis, sehingga produk
adalah pengambilan hikmah dari sebuah cerita, bayan al kitab adalah penukilan pendapat
dari kitab. Fungsi akal untuk memberikan justifikasi terhadap teks dan melakukan tafsiran
yang dilahirkan bukan bersifat a histories.
terhadap teks tersebut. Lihat Manhaj Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam Tanawwu’iyyah adalah upaya pemberian ruang dan
www.muhammadiyah.or.id
3. Burhani (demonstratif), merupakan pola fikir tentang realitas (alam, sosial dan humanitas). toleransi atas berbagai macam hasil kajian, karena hasil
Pola fikir ini disebut dengan pola fikir induktif, yang menegaskan bahwa ilmu pengetahuan kajian dipandang relatif dan pluralitas sangat memung-
bersumber dari realitas empiris historis yang diabstraksikan. Lihat M. Amin Abdullah, “Al
Ta’wil al Ilmi; Ke Arah Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci” dalam Al Jami’ah. Dalam kinkan.
tradisi burhani merupakan aktivitas ilmiah dalam bingkai Aristotelesian, dikarenakan Shumuliyyah adalah prinsip menghadirkan Islam
mempunyai pandangan umum terhadap alam, manusia dan Allah sebagai sumber metafisika.
Tradisi buhani memberikan dampak yang luar biasa terhadap perkembangan ilmiah. Lihat dengan wajah yang utuh bukan parsial, oleh karena itu,
Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab. Burhani merupakan pengetahuan yang
diperoleh indra, percobaan dan hukum-hukum logika dengan instrumen (induksi, duduksi,
manhaj ini dikembangkan dengan aspek ta’aquli dan
abduksi, simbolik, dan proses). Pendekatan ini berpendapat bahwa teks dan realitas saling ta’abbudi, batini dan zahiri, normatifitas dan historisitas
mempengaruhi, dikarenakan teks tidak dapat bediri sendiri tanpa adanya konteks yang
mengelilinginya. Sumber kajian bayani adalah realitas dan teks maka memerlukan alat untuk masa kini.
menganalisisnya yakni rasionalitas dan empirisme. Pengoperasionalan bayani yang Amaliyyah dan mahalliyyah adalah pengembangan
berhubungan dengan realitas sosial keagamaan dengan menggunakan ilmu sosiologi,
sejarah, tarikh dan psikologi. Alam berkaitan dengan sunnah tullah dan perubahannya. Lihat pemikiran dan manhaj yang mempertimbangkan aspek
Manhaj Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam www.muhammadiyah.or.id global universal dan lokal particular
4. Irfani (gnostik), sistem irfani muncul bukan merupakan respon terhadap gigihnya para fuqoha
terhadap kelesuan orientasi rasional dikalangan teolog. Sistem ini telah mengukuhkan
dimana saat yang sama dalam fiqh mulai melakukan pembakuan ra’yu dalam legislator ,
teologi. Perkembangan irfani juga merupakan suatau bentuk rasionalitas dari Kebudayaan digunakan untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafadz dan ibrah, sedangkan
Arab. Lihat Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab. Irfani merupakan corak pemikiran instrumen yang digunakan merupakan pengalaman batin yang tidak bertumpu pada indera
tasawuf, intuitif, al’ afifi dan berdasarkan experiences. Epistemologi ini telah ada sebelum dan akal, tetapi berdasarkan mujahadah, khasaf. Pengetahuan irfani menjadikan agama
Islam dan telah dipraktekan karena memiliki nilai-nilai yang universal dan dapat ditemukan dengan sebuah subtasi, esensi spiritual dan kesadarannya dalam beragama. Lihat Manhaj
dalam agama lain walaupun tidak sama persis. Lihat M. Amin Abdullah, “Al Ta’wil al Ilmi; Ke Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam www.muhammadiyah.or.id
Arah Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci” dalam Al Jami’ah. Pendekatan ini
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
126 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 127

Ibtikariyyah adalah rumusan pemikiran secara C. Etika Profetis


kreatif dan konstruktif dalam permasalahan aktual, Istilah moral dan etik memiliki hubungan yang erat
dengan cara menerima nilai-nilai di luar Islam dengan dengan arti asalnya, moral berasal dari kata Latin moralis dan
penyesuaian dan penyerapan nilai serta penyaringan-nya. istilah ethic berasal dari kataYunani ethos. Kedunya berarti
Illahiah adalah upaya menangkap atau mengumpul- kebaikan atau cara hidup. Istilah tersebut terkadang dipakai
kan nilai-nilai Illahiah dalam dataran historis. (Syamsul sebagai sinomin, sekarang orang cenderung memakai
Hidayat dan Zakiyuddin Baidhawy, Membangun Citra "morality" untuk mennujukan tingkah laku itu sendiri.
Baru Pemikiran Islam Muhammad-iyah dalam Pedoman Sedangkan etik menunjuk tentang penyelidikan tentang
Individuasi Kader) tingkah laku, moral act dan ethical code. Dan istilah yang
Begitu pula yang dilakukan oleh manusia dengan sering dipakai atas etika dan moral seperti benar dan baik.
kesadaran profetis ketika menyampaikan pesan sesuai (Harold H. Titus, dkk, Persoalan-Persoalan Filsafat).
dengan bahasa kaumnya. Penyampaian sesuai dengan Etika pada umumnya diidentikan dengan moral
bahasanya, menjadikan penerima memahami, melak- (moralitas), terkait dengan tindakan buruk dan baik pada
sanakan dengan sadar, dan bertanggung jawab. manusia. Etika dan moral memiliki perbedaan pengertian,
Pada taraf kesadaran ini manusia mampu meng- moral membicara-kan tentang pengertian baik dan buruk,
analisa permasalahan secara makro dan dapat meng- dari setiap perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika
ambil kesimpulan secara mikro demikian pula sebailk- merupakan ilmu yang mempelajari baik dan buruk itu sendiri.
nya. Ia dapat melakukan pemetaan terhadap suatu Etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan baik dan buruk,
permasalahan dan penganalisaan kelompok-kelonpok sedangkan moral merupakan prakteknya. (Haidar Bagir, Etika
yang berkepentingan, kelompok yang dirugikan dan "Barat" Etika Islam). Etika merupakan filsafat ajaran moral,
kelompok yang diuntungkan dalam permasalahan ter- etika tidak mau mengejar apa yang wajib dilakukan orang
sebut. Dengan melakukan pemetaan dan penganalisaan tetapi bagaimana pertanyaan itu dapat dijawab secara rasional,
tersebut, juga ada etika yang mengarahkannya sehingga secara bertang-gungjawab. Seorang ahli moral akan bersikap
transformasi yang dilakukan berdasarkan etika tertentu sebagai guru dan pendeta, yang akan didatangi orang dalam
sehingga perubahannya bukan saja membebaskan dari masalah hidup. Tetapi bagi ahli etika memiliki keahlian
ketidakadilan tetapi juga ada nilai yang mengarahkannya. teoritis yang dapat dipelajari, tanpa memperdulikan
Bentuk arahan dari transformasi yang diinginkan adalah kebutuhan moral yang mau belajar etika, etika merupakan
terciptanya masyarakat yang ber-keadilan tanpa penin- menyampaikan kecakapan teoritis. (Franz Magnis Seseno,
dasan didasarkan pada Tuhan. Berfilsafat dari Konteks).

Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
128 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 129

Etika merupakan sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran, etika menjalankan kehidupan. Etika dalam Islam harus mencakup
merupakan pemikiran yang sistematis tentang moralitas, dan dari semua unsur sebagai berikut; (1) Islam berfihak pada teori
etika merupakan penyedia orientasi dalam menjalankan etika yang bersifat fitri, (2) moralitas dalam Islam ditempat-
kehidupan. (Franz Magnis Suseno, Etika Dasar). Etika berasal kan pada keadilan yakni menempatkan sesuatu pada propo-
dari bahasa Yunani ethicos, ethos (adat, kebisaan praktek). sisinya, (3) tindakan etis yang puncaknya mendatangkan
Istilah ini digunakan oleh Aristoteles, mencangkup ide kebahagiaan bagi pelakuya, (4) tindakan etis bersikap rasional.
"karakter" dan "disposisi" (kecondongan). (Loren Bagus, (Haidar Bagir, Etika "Barat" Etika Islam).
Kamus Filsafat). Selanjutnya kata prophet yang berarti nabi, merupakan
Etika merupakan suatu cabang dari filsafat yang mencari utusan Tuhan dalam menyampaikan risalah untuk mengajak
hakekat nilai-nilai baik dan jahat yang berkaitan dengan manusia sesuai dengan fitrahnya. Jadi secara terminologi
perbuatan dan tindakan seseorang, yang dilakukan dengan etika profetik merupakan suatu teori moral tentang nabi, atau
penuh kesadaran berdasarkan pertimbangan pemikirannya. etika yang didasarkan pada nabi. Nabi dalam memperoleh
Etika juga disebut sebagai filsafat moral yang berusaha pengetahuan merupakan proses kreasi nabi dalam melakukan
mendapatkan kesimpulan tentang norma tindakan dan hubungan langsung dengan Pencipta dan hasil refleksi
pencarian kedalam watak moralitas atau tindakan-tindakan terhadap realitas sosial yang dihadapi pada waktu itu. Refleksi
moral. Etika menganalisis konsep-konsep seperti keharusan, yang dilakukan oleh nabi memperoleh pemecahan masalah
kemestian tugas, aturan-aturan moral, benar atau salah wajib dari problem sosial yang dihadapinya. Etika profetis didasar-
tanggung jawab. Persoalan etika berkaitan dengan eksistensi kan pada wuhyu Tuhan, bukan semata-mata menggunakan
manusia, dalam segala aspeknya baik individu atapun rasional sehingga terjatuh dalam etika rasional semata, yang
masyarakat, baik hubungan dengan Tuhan, dengan sesama kemudian memunculkan etika hedonisme,5 utilitarian,6 dan
manusia dan dirinya, maupun alam sekitar, baik kaitannya
dengan eksistensi manusia di bidang sosial, ekonomi, politik,
budaya, maupun agama. Etika membicara-kan tentang baik 5. Etika yang mengarah pada keperluan untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya kesenangan
pada manusia. Hedonisme berasal dari kata Yunani "Hedona" yang berarati kelezatan. Aliran
dan jahat bagi suatu tindakan, apakah sifat atau nilai-nilai itu ini dinisbatkan pada Epicurus yang menyiarkan aliran kelezatan. Lihat Harold B. Titus,
relatif atau absolut, berlaku lokal atau universal, adakah Persoalan-Persolan Filsafat. Lihat juga, Haidar Bagir, Etika "Barat", Etika Islam.
6. Etika yang mengarahkan pada kesenangan atau kebahagian dihasilkan suatu etika baik
sanksi atas pelanggaran nilai-nilai etika dan apakah sumber adalah kebahagian bagi sebanyak orang, bukan kesenangan atau kebahagiaan individual,
yang justru menimpa kesengsaraan orang lebih banyak. Etika ini merupakan tindak lanjut
nilai-nilai etika, dan bagaimana aplikasi dalam masyarakat. dari hedonisme yang dipelopori oleh Jerey Bentham dan John Mill pada abad XIX. Ciri
(Musa Asy'ari, Filsafat Islam). pemikiran aliran utilitarianisme dasar moralitas merupakan manfaat dan kebahagian yang
terbesar. Hal ini dikarenakan alam sebagai guru memberikan dua macam kebahagian dan
Etika dalam pengertiannya merupakan sebuah konsep kesakitan, dan manusia sebagai mahluk yang mencari kelezatan dan menghindari kesakitan.
tentang moral yang menjadi tindakan praktis manusia dalam Untuk lebih jelasnya baca, Harold B. Titus, Persoalan-Persolan Filsafat. Lihat juga, Haidar
Bagir, Etika "Barat", Etika Islam.
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
130 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 131

deontologist.7 Etika profetis juga bukan saja didasarkan pada usaha aktif dalam merubah dan menentukan sejarah sehingga
wahyu tanpa menggunakan analisis dalam memandang yang tumbuh merupakan sejarah kemanusiaan bukan ketidak-
kebenaran dan kebaikan, sehingga tak terjatuh pada etis adilan ataupun sejarah yang bersifat material (materialsm
dogmatis.8 histories).
Etis profetis yang dimiliki oleh ikatan merupakan Ada tiga item yang harus dipenuhi dalam konsep etika
pemberian kesadaran dari Tuhan untuk melakukan trans- profetis; (1) Konsep umat yang terbaik, (2) Pentingnya
formasi sosial guna menciptakan masyarakat yang telah kesadaran dan kesadaran sejarah (3) Konsep profetis yakni;
diidealkan. Etika profetis dalam pengertian ini merupakan ta'muruna bil ma'ruf, tanhauna 'anil munkar dan tu'minuna
suatu bentuk kesadaran yang didasarkan pada nilai-nilai billah. Ketiga interpretasi ini merupakan suatu bentuk etika
Ilahiah, dalam rangka menjalankan proses kehidupan. Etika yang dimiliki oleh ikatan dalam rangka menjalankan proses
profetis yang diinterpretasi oleh ikatan merupakan derifasi kehidupan, baik sesama manusia, Tuhan sebagai pencipta,
dari Qs. Ali Imran ayat 110, "Kamu adalah umat yang terbaik alam, dan manusia sebagai pengganti Tuhan di dunia,
yang dilahirkan untuk manusia menyeru kepada yang ma'ruf, dikarenakan dengan etika merupakan eksistensi manusia
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". dapat dipenuhi. Etika dalam konsep merupakan suatu yang
Ikatan menginterpretasikan ayat tersebut menjadi etika fundamental dikarenakan menjadi suatu dasar dalam
profetis yang menjadi gerak dan langkah ikatan sebagai suatu bergerak, serta menjadi paradigma dan orientasi kehiduapan
yang akan dilalui oleh manusia. Begitu juga, dengan etis
7. Deontologist berasal dari kata dheon yang berarti kewajiban. Bahwa yang menjadi sumber profetis yang dimiliki oleh ikatan merupakan dasar dari yang
perbuatan etis merupakan kewajiban. Teori etis ini dikemukakan oleh Imanuel Kant. Etika
bersifat fitri dan sumbernya tidak rasional dan teoritis, dan ia bukanlah urusan nalar murni. dilakukan oleh kader ikatan atapun gerakan kolektif ikatan.
Jika manusia menggunakan akal dalam mengurusi etika maka baginya tidaklah sampai pada
etika yang sesungguhnya. Dikarenakan terdapat perselisihan mengenai baik dan buruk,
Etika profetis yang dimiliki oleh ikatan merupakan bentuk
etika yang bersifat rasional bukalah etika dikarenakan terjebak dalam pertimbangan untung kesadaran yang diberikan Tuhan dalam rangka aktivisme
dan rugi. Perbuatan etis menguntungkan bagi pelakunya tetapi merugikan orang lain. Kant
mengatakan bahwa etika merupakan urusan nalar praktis, artinya nilai-nilai moral tertanam sejarah, mengarahkan transformasi guna tercipta khairul
dalam setiap manusia sebagai kewajiban, dikarenakan manusia pada dasarnya memiliki ummah, dan mengarahkan semakin dekatnya manusia dengan
kecenderungan diri dari perbuatannya, dan perbuatan etis berada dibalik nalar. Lihat M. Amin
Abdullah, Antara al Ghazali dan Kant. Lihat Juga, Harold B. Titus, Persoalan-Persolan Tuhan (sumber keabadian).
Filsafat
8. Etis domatis merupakan suatu etika yang didasarkan pada dogma, dan penolakannya
terhadap rasio yang nyaris total. Etika ini dikembangkan oleh al Ghazali, dimana lebih 1. Konsep Ummat yang Terbaik
menekankan kehendak Allah, dari pada karsa manusia. Nilai ethis menjadi eksklusif Umat yang terbaik bukanlah semata-mata pemberian
bersumber dari Tuhan, kehendak dan kemampuan untuk bertindak etis sendiri. Ia menolak
rasio sebagai pengarah dalam tindakan etis manusia, ia mengakui wahyu melalui intervensi atau hadiah dari Tuhan, tetapi harus diraih dengan kerja
yang ketat dalam syaikh atau pembimbing moral sebagai pengarah utama dalam pencapai
keutamaan mistik. Dalam hal ini al Ghazali lebih memilih syaikh bukannya rasio dalam
keras dalam rangka mewujudkannya. Konsep umat yang
mencapai etika, sebagai pendamping wahyu dalam membimbing tindakan manusia. Lihat M. terbaik dari Islam berbeda dengan konsep yang telah
Amin Abdullah, Antara al Ghazali dan Kant.
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
132 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 133

dimiliki oleh umat Yudaisme, sebuah mandat kosong praksis kemanusiaan, dimana terdapat sistem yang
yang menyebabkan rasialisme. Tetapi konsep umat yang didasari kesadaran antara hubungan manusia dengan
terbaik bagi Islam merupakan tantangan dalam akivisme manusia, manusia dengan alam, manusia dengan Pencipta
sejarah dan mencip-takan suatu tatanan masyarakat yang dan manusia sebagai pengganti Pencipta dalam rangka
diidealkan. Konsep umat terbaik merupakan proses memakmurkan bumi sebagai sarana ibadah kepada-Nya.
(becoming) setiap individu ataupun kader ikatan dalam Sistem tersebut bergerak dengan adil dan membela orang
rangka menciptakan masyarakat yang telah diidealkan yang lemah dan termarginalkan.
bersama. Ikatan secara kolektif dan individu berusaha
melakukan aktivisme sejarah dalam transformasi untuk 2. Kesadaran Sejarah dalam Ikatan
mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan ber- Kesadaran merupakan konsep gerak yang dimiliki
kedamaian dalam rangka beribadah kepada Tuhan. oleh manusia, berkelanjutan dan kontinyuitas, ia
Pemahaman ideal ini merupakan jawaban terhadap per- mengetahui eksistensinya dan bersikap dalam rangka
masalahan yang telah terjadi dan bagaimana ikatan merespon realitas sosialnya. Kesadaran merupakan yang
menyelesaikannya. Masyarakat yang diinginkan merupa- membedakan manusia dengan mahluk yang lain,
kan konsep masyarakat yang didasarkan pada ilmu, dikarenakan gerak yang dilakukan tanpa paksaan tetapi
terciptanya struktur yang adil, memihak kepada berdasarkan kemauan dan keiinginannya. Menurut
golongan lemah, dan menuju pada keabadian yakni Marxisme bahwa kesadaran ditentukan oleh supra
Tuhan.9 struktur, jadi dalam pandangan ini menyatakan supra
Kader yang berjuang secara individual dan kolektif struktur menentukan super struktur. Manusia bergerak
ikatan berdasarkan etika profetik ini diharapakan dapat dan melakukan apa saja dikarenakan struktur yang
masuk kedalam berbagai ranah dan tetap mengedepan- berada di luar dirinya, dan berdasarkan rasa tertekan dari
kan etika dan tujuan yang sama dalam mengupayakan luar bukan dari dasar pikiran manusia. Bentuk kesadaran
suatu cita-cita yang mulia. Khairul ummah merupakan yang dimiliki oleh Marxisme ini menjadikan material-
sebuah konsep ikatan yang memiliki landasan gerak ber- isme sebagai penentu jalannya sejarah. Marx juga meng-
dasarkan kesadaran profetis guna mewujudkan tatanan akui dalam tesisnya bahwa sejarah bergerak dikarenakan
ideal dan menjadikan manusia semakin dekat dengan kebutuhan (materi) yang ada dalam diri manusia,
Penciptanya. Pendekatan manusia dengan Penciptanya sehingga lebih dikenal dengan materialisme dialektika
ini menjadikan sikap aktivisme dalam rangka kerja atau materialisme histories.
Hal ini lain bila dibandingkan dengan konsep
9. Untuk lebih jelasnya baca tentang Transformasi Profetik Guna Mewujudkan Khoirul Ummah. kesadaran yang dimiliki oleh Islam. Bahwa kesadaran
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
134 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 135

dalam konsep Islam merupakan ketentuan dari Tuhan, kan jalannya sejarah dan membuat sejarah yang lebih
artinya super struktur (kesadaran) menentukan struktur, humanis. Bentuk kesadaran sejarah pun dalam Islam
bentuk kesadaran inilah yang dimiliki oleh ikatan dan dapat dilihat dalam doa-doa yang menginginkan
bersifat independen bukan didasarkan pada individu kebahagian dalam dua dimensi, dunia dan ukhrawi.
maupun struktur yang ada. Jika kesadaran ditentukan
oleh individu maka yang terjadi adalah proses individual- 3. Konsep Profetis
isme, eksistensilalisme, liberalisme, dan kapitalisme. Konsep profetis merupakan terjemahan dan pelak-
Kesadaran yang diinginkan oleh Islam merupakan pem- sanaan dari unsur ; (1) ta'muruna bil ma'ruf, (2) tanhauna
berian dari Tuhan yakni iman yang dapat membuat atau 'anil munkar, (3) tu'minuna billah. Ketiga unsur ini
menentukan struktur sosial, budaya dan kondisi material diterjemahkan dengan kreatif oleh Kuntowijoyo yang
yang terjadi dalam masyarakat. Bentuk kesadaran yang kemudian menghasilkan konsep Humanisasi, Liberasi
timbul merupakan kesadaran Ilahiah yang menjadi dan Transendensi.
konsep kesadaran bagi ikatan, yang menghilangkan Humanisasi, adalah proses pemanusiaan manusia.
kesadaran yang didasarkan pada individu dan juga bentuk Humanisasi dalam Islam merupakan suatu kritik dari
kesadaran yang bercorak sekulerisme. Kesadaran ini humanisme barat yang menyebabkan perkembangan
bercorak intergralistik, dikarenakan manusia sebagai teknologi. Tetapi, dalam pelaksanaannya telah mencipta-
penerima bentuk kesadaran dari Tuhan dan dalam segala kan dehumanisasi akibat dari kemajuan dan teknologi
aktivitasnya akan diserahkan kembali kepada Tuhan. tersebut. Humanisme barat merupakan bentuk human-
Kesadaran Ilahiah merupakan konsep ikatan dalam isme antroposentrisme yang memerdekakan manusia dari
menghadapi realitas sosial, dengan kesadaran ini, maka bentuk ketertindasan dan keterkungkungan, tetapi tidak
cara pandang ikatan berangkat dari teks ke konteks, mampu menghindarkan manusia dari dehumanisasi. Hal
bukanya dari konteks ke teks. ini dapat dilihat dari kerangka berpikir yang materialistis
Kesadaran sejarah merupakan tindak lanjut dari dan bentuk berpikir pragmatis, yang menjebak manusia
konsep kesadaran Ilahiah, yang dalam praksisnya moderen dalam satu dimensi. Maka yang harus dilakukan
melakukan aktivisme sejarah. Kesadaran sejarah ini, adalah mengembalikan manusia pada posisi yang mulia,
dapat juga dilihat dari ajaran agama bahwa Islam merupa- sebagaimana telah disampaikan dalam surat at-tin.
kan agama amal. Oleh karena itu, dalam ajarannya Islam Humanisasi yang sesuai dan dapat memecahkan per-
melarang konsep wadat (tidak kawin), uzlah (mengasing- soalan adalah konsep humanisme teo-antroposentris,
kan diri), dan kerahiban dikarenakan tidak sesuai dengan yang menginginkan manusia kembali pada fitrahnya.
fitrah yang telah dimiliki oleh manusia, untuk menentu- Humanisme ini merupakan bentuk humanisme yang
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
136 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 137

didasarkan pada ajaran agama dan mengembalikan posisi kepentingan rakyat dan tatatanan kenegaraan yang adil.
manusia yang sebenar-benarnya, sebagai mahluk Tuhan Bentuk liberasi yang dilakukan bukan hanya pada sistem
dan sebagai mahluk yang lain.10 dan struktur yang tidak adil, tetapi pada sistem teknologi
Liberasi, proses pembebasan dalam segala hal. Pem- yang angkuh, menjebak manusia dalam reduksinistik.
bebasan yang dimaksudkan adalah pembebasan dari Transendensi, merupakan ruh dalam melakukan
segala hal yang mengungkung manusia dalam segala humanisasi dan liberasi. Dengan transendensi menjadi-
bentuknya. Semangat pembebasan juga ada dalam pe- kan proses humanisasi dan liberasi memiliki tujuan dan
maknaan syahadat yang mengandung dua macam pem- arahan yang jelas yakni membawa pada terwujudnya
bebasan; pertama, bersifat vertikal merupakan pembebas- khairul ummah dalam rangka mendekatkan manusia
an dari berbagai macam pemahaman ketuhanan menuju pada Tuhan. Transendensi dapat menyelamatkan dan
pada ketuhanan yang esa. Ketuhanan yang esa merupa- mengembalikan kebudayaan agar mengarah pada bentuk
kan pemahaman tuhan yang independen. Kedua, bentuk dan sesuai dengan ajaran Islam sehingga terhindar dari
pembebasan dalam persfektif horizontal. Pembebasan ini perilaku hedonisme, materialisme, dan budaya dekadensi.
dapat dilihat dari latar belakang munculnya Islam, Mengingat dimensi transenden maka manusia akan
merupakan pengkritisan dari segala bentuk penindasan kembali kepada fitrah kemanusiaannya yang merupakan
yang terjadi pada waktu itu. Hal ini dilihat dari sejarah, sarana penghubung ruang dan waktu manusia untuk
bahwa pemahaman jahiliyah pada masa itu tak meng- bersentuhan langsung dengan Tuhan.
hargai perempuan, dengan datangnya Islam maka posisi Etis profetis Ikatan merupakan kesadaran profetis
perempuan mendapatkan kehormatan, dan berbagai jenis dalam rangka melakukan aktivisme sejarah guna me-
pembebasan lainnya. Islam datang untuk merubah nebarkan rahmat Tuhan, dan menjadikan manusia dapat
struktur dan sistem yang menindas menjadi sistem yang merasakan langsung kebesaran Tuhan. Etis ini merupa-
berpihak kepada kemanusiaan, semangat pemerataan dan kan yang menjiwai setiap langkah dan gerak kader dalam
keadilan. Semangat liberasi untuk konteks sekarang menjalankan proses kehidupan sesuai dengan keahlian
membebaskan semua bentuk sistem yang ada. Demikian masing-masing, serta menjadi kesadaran kolektif ikatan.
dengan sistem ekonomi, terciptanya ekonomi yang Kesadaran kolektif tersebut menjadikan ciri has ikatan
memihak pada rakyat miskin bukan pada pemodal dan yang berbeda dengan pergerakan yang lain. Perbedaan
golongan tertentu. Selanjutnya pembebasan dalam sistem tersebut dikarenkan etika yang melekat dalam diri kader
politik dengan terciptanya demokrasi yang melindungi dan organisasi tersebut tertuang dalam prilaku kader
serta kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi.
10. Untuk lebih lengkapnya tentang ini maka baca tentang Siapakah Manusuia dan bagian Profil
Kader Ikatan.
Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis
138 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Kebijakan itu semunya mengarah pada satu tujuan yakni


terciptanya khairul ummah.

Dari Kesadaran Kritis Menuju Kesadaran Profetis


138 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 139

memiliki kepedulian untuk membangkitkan kesadaran

7
Bagian
masyarakatnya dan menjadi motor penggerak bagi perubahan
sosial menuju ke arah yang lebih baik. Bagi Kuntowijoyo
cendekiawan merupakan pilihan yang berani, memiliki sifat
independen, tak berpangkat dan tak bertahta. Bahkan sifat
Indikator dan Metodelogi kecendekiawan yang digambarkan oleh Kuntowijoyo dapat
Intelektual Profetik dimaknai melalui salah satu puisi dari judul bukunya Daun
Penjelasan Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Ikatan Makrifat, Makrifat Daun, ia menuliskan; sebagai hadiah,
malaikat menanyakan, apakah aku ingin berjalan diatas mega,
Dalam etika profetik gerakan transformasi memiliki tiga dan aku menolak, karena kakiku masih di bumi, sampai
pilar yaitu; humanisasi, liberasi dan transendensi, dapat kejahatan terakhir dimusnahkan, sampai dhu'afa dan
diterjemahkan dalam indikator yang meliputi; cendekiawan mustadh'afin, diangkat Tuhan dari penderitaan.
atau intelektual profetis, metodologi transfomasi profetis, Seorang cendekiawan memiliki sikap yang memihak pada
indikator transformasi profetis, dan aksi transformasif nilai tertentu, fundamental dalam melakukan transformasi
profetis. sosial guna menciptakan masyarakat yang dicita-citakan.
Sikap memihak yang dilakukan oleh cendekiawan adalah
A. Indikator Cendekiawan/Intelektual Profetis pemihakan pada kemanusiaan. Sejatinya cendekiawan tidak
Keinginan untuk menjadi seorang cendekiawan merupa- merasakan kenikmatan dengan ilmunya sehingga memilih
kan keputusan yang sulit. Bukan prestasi akademik dan untuk berada di menara gading, tetapi menginter-pretasikan
kecerdasan saja layaknya seorang sarjana atau profesor yang dunia untuk memberi nuansa perubahan ke arah yang lebih
dibutuhkan, tetapi cendekiawan tentunya meminta lebih dari baik.
itu. Seperti halnya nabi Muhammad Saw, kecendekiawannya
membawa konflik lahir dan batin mana kala ia dihadapkan 1. Individu Kader
dengan pertanyaan dan persoalan kaumnya. Seyogyanya Kategori individu menunjukkan bahwa masing-
seorang cendekiawan kerap merasakan konflik dan gelisah, masing individu dalam ikatan memiliki kemampuan
gusar, serta resah tatkala ada permasalahan yang ia rasakan cendekiawan sebagai manifestasi dari kesadaran profetik
ataupun menimpa masyarakat disekitarnya. Cendekiawan untuk transformasi profetik. Karakter cendekiawan pro-
merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang trans- fetik meliputi beberapa klasifikasi.
formasi sosial, bila mana ia sadar diri berada ditengah-tengah
masa yang telah tertidur bahkan mengalami amnesia. Mereka
Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
140 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 141

a. Sadar dengan dirinya sendiri


Seorang cendekiawan menyadari potensi yang ada b. Sadar terhadap realitas sosial
dalam dirinya sebagai anugrah Tuhan dan melaksanakan- Seorang kader ikatan menyadari bahwa realitas
nya untuk kepentingan kemanusiaan. Potensi yang bersifat terbuka (open), dan bisa dirubah bukan tertutup
berasal dalam diri tersebut dikembangankan menjadi (given). Realitas lahir dari kesadaran dan kreasi manusia,
sebuah eksistensi, menjadi mahluk yang sadar diri sebagai dapat dirubah maupun direkayasa oleh manusia. Dalam
seorang khalifah dan hamba yang dilandasi rasa cinta buku Peter L. Berger, Tafsir Sosial atas Kenyataan;
dalam rangka menebarkan sifat-sifat Tuhan di muka Risalah tentang Sosiologi Pegetahuan, mengatakan
bumi. Karakter cendekiawan profetik menirukan teladan bahwa realitas merupakan dialektika internalisasi, ekster-
nabi Muhammad Saw sebagai uswah dalam segala nalisasi dan objektivasi yang terus menerus tak ber-
tindakan yang tidak saja secara individu. Pencapaian kesudahan. Perubahan atau rekayasa terhadap realitas
pengetahuan oleh cendekiawan profetis tercermin dari sepenuhnya dilakukan oleh manusia lewat potensi yang
pengamalan al Qur’an dan as-Sunnah, yang merupakan dimilikinya.
prasyarat mutlak agar tercipta akhlak mulia sebagai cita-
cita setiap insan berkesadaran. Akhlak mulia sebagai cita- c. Peka terhadap realitas sosial
cita merupakan ciri khas dari seorang cendekiawan Kader ikatan memiliki kepekaan terhadap realitas
profetis, terlihat nyata dan dirasakan oleh individu lain. sosial dan dapat membaca serta menguraikan struktur
Akhlak yang tertera pada cendekiawan harus diaplikasi- serta kelompok yang berkepentingan dalam realitas.
kan oleh seorang kader ikatan, bentuknya berupa tingkah Individu kader memiliki kemampuan untuk melihat
laku yang bersifat religius dalam keberagamaan, dan kontradiksi dalam segala hal, baik; agama, sosial,
bersifat transformatif dalam tindakannya. Sifat cendekia- ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan dapat meng-
wan profetis juga telah digambarkan melalui perkataan kaitkan relasi masing-masing kelompok sosial. Seorang
Kiyai Ahmad Dahlan yang memberi nasehat agar “tidak kader dapat membaca dan menganalisa hal yang terjadi
mentuhankan nafsu”. Pentuhanan nafsu ini, menjadikan dalam lingkungannya.
manusia melakukan pembenaran (justification) terhadap
perbuatan yang dilarang, dan menuruti hawa nafsu d. Peduli terhadap realitas sosial
sebagai petunjuk atas segala sesuatunya. Sebagai kader Karakter peduli yang dimiliki kader ikatan merupa-
ikatan yang mewarisi sifat cendekiawan harus mampu kan tindak lanjut dari sadar diri, yakni sadar atas realitas
mengendalikan diri untuk mencapai insan berkesadar- dan memiliki kepekaan dan rasa tanggungjawab. Ke-
an/mulia. pedulian merupakan hasrat, ketetapan hati, dan komit-
Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
142 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 143

men serta konsisten bahwa realitas harus diubah demi Evaluasi ini dilakukan dengan cara terbuka, dan mau
menciptakan kondisi yang lebih baik. Sikap peduli menerima kritikan.
merupakan ruh, sikap empati dan tanggungjawab
terhadap realitas sosial. 2. Ikatan dalam Bentuk Kolektif
Sebagai sebuah organisasi yang menisbatkan diri
e. Aksi nyata sebagai respon terhadap realitas sosial sebagai gerakan intelektual profetik, maka ikatan harus
Aksi nyata dalam melakukan transfomasi terangkai menerapkan kesadaran profetik disegala level kepemim-
dalam kesadaran intelektual dan tradisi profetik yang pinan. Kebijakan yang diambil oleh ikatan berdasarkan
merupakan simpul penting dan tidak boleh lepas. Pada nilai-nilai yang berasaskan intelektual profetik.
karakter aksi tersebut kader memiliki keberpihakan yang Kesadaran intelektual profetik bergerak dalam semua lini
jelas, siapa yang akan dibela dalam relasi kelompok kehidupan dan menjadi pilihan sadar ikatan dalam
berkepentingan. Keberpihakan merupakan pilihan yang melakukan transformasi sosial. Kesadaran intelektual
sulit karena ikatan harus melakukan kajian, agar tidak profetik menjadi paradigma gerakan, terejawantahkan
salah arah dalam merespon realitas sosialnya. dalam kesadaran kolektif ikatan, yang memiliki
klasifikasinya sebagai berikut;
f. Evaluasi
a. Sadar dengan diri ikatan
Sebagaimana perkataan bijak Socrates,"hidup yang
Sadar dengan diri ikatan merupakan unsur yang
tak direfleksikan tak pantas untuk dijalani". Layaknya
penting sebelum melakukan transformasi sosial. Kesadar-
seorang cendekiawan profetis, kader ikatan harus
an dalam diri ikatan merupakan suatu kesadaran kolektif
melakukan evaluasi diri untuk mengetahui respon
dari masing-masing kader. Kesadaran kolektif ikatan,
terhadap realitas. Evaluasi yang dilakukan ini terbagi
merupakan kesadaran yang dibangun berdasarkan cita
menjadi dua macam yakni evaluasi diri secara personal
dan semangat mencari ilmu sebagai ruh personal maupun
dan diri sebagai bagian dari realitas sosial. Evaluasi
kolektif ikatan dalam menciptakan kondisi yang lebih
terhadap diri secara personal merupakan kegiatan yang
baik. Kesadaran tersebut menjadi selaras dengan
dilakukan untuk memberikan manfaat atau sebaliknya.
ashabiyah1, menjadi semangat organisasi yang tertanam
Pengungkapan evaluasi secara personal merupakan dialog
pada personal kader. Begitu pula dengan perasaan cinta
antara hati dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
esensi ajaran agama. Sedangkan evaluasi diri sebagai
bagian dari realitas sosial, merupakan sumbangsih 1. Ashabiyah merupakan perasaan kebersamaan, ikatan umum yang terutama didasarkan pada
kehadiran manusia yang berguna bagi sesama dan alam. hubungan darah dan tradisi kekeluargaan yang membangkitkan perasaan solideritas. Lihat
Ibn Khaldun, Tarikh Ibn Khaldun.
Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
144 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 145

ilmu, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam kepentingan. Ikatan dapat menempatkan diri sebagai
menentukan maju mundurnya peradaban. (Ibn Khaldun, bagian dari kelompok sosial yang berkepentingan, dan
al-Muqadimah Ibn Khaldun, 2000). merupakan konfigurasi dari realitas sosial. Kepentingan
Kesadaran dalam ikatan merupakan penilaian ikatan ikatan yang memiliki basis dan latar belakang mahasiswa,
dalam berbagai sisi dan potensi atau kekuatan ikatan dan sebagai salah satu ortom Muhammadiyah menjadi
dalam melakukan transformasi sosial. Potensi dalam modal perjuangan, memiliki arah dan tujuan yang jelas
ikatan tersebut merupakan esensi ikatan yang harus yakni sebagai penerus dan penyempurna amal usaha
dieksistensikan ke dalam dan ke luar ikatan, agar dapat Muhammadiyah.
memberikan makna bagi kader dan masyarakat pada
umumnya. Pengeksistensianya ikatan dalam ranah publik d. Peduli dan responsif terhadap realitas sosial
menjadikan ikatan memiliki makna dan bernilai bagi Karakter peduli harus disertai dengan responsif
pergerakan yang lain. Eksistensi ikatan ini didasari oleh terhadap realitas sosial sebagai langkah awal dari
tiga pilar profetik yang menjadi paradigma ikatan dalam perluasan ikatan. Perluasan ini juga merupakan suatu
transformasi sosial. bagaian dari kelompok sosial dalam masyarakat.
Responsif tersebut diperlukan karena ikatan merupakan
b. Sadar terhadap realitas sosial komunitas dalam masyarakat, responsif ikatan merupa-
Karakter sadar terhadap realitas sosial dalam ikatan kan kemampuan ikatan untuk menanggapi dan meng-
hampir sama dengan karakter dalam individu kader yang artikulasi kepentingan kelompok yang diwakilinya.
kemudian diarahkan kepada kesadaran kolektif, menjadi-
kan organisasi memiliki peranan penting dalam realitas e. Aksi/tindakan nyata
sosial. Sehingga kesadaran tersebut menjadikan ikatan Ikatan tidak sekedar terlibat dalam melakukan
harus bertanggung jawab terhadap realitas sosialnya. perubahan (transformasi), tetapi menjadi pelaku utama
perubahan tersebut. Aksi ikatan merupakan tindakan
c. Peka terhadap realitas sosial nyata, dilakukan agar terbentuk masyarakat yang dicita-
Peka dalam ikatan/organisasi hampir sama dengan citakan, sebagaimana dalam perkataan bijak Karl Marx,
kepekaan pada individu kader yang memiliki kemam- "tugas filosof bukan untuk menginterpratasi dunia tetapi
puan untuk melihat kontradiksi dalam segala hal, baik; untuk merubah dunia". Demikian dengan ikatan bukan
agama, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan sekedar melakukan penafsiran terhadap realitas tetapi
dapat mengkaitkan relasi masing-masing kelompok sosial yang terpenting adalah bagaimana cara melakukan
dan tarik-menarik antara kelompok yang memiliki perubahan.

Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
146 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 147

f. Kesadaran perlunya kolektivitas 1. Refleksi, belajar dari pengalaman


Kesadaran dan aksi tidak hanya dilakukan oleh Refleksi merupakan unsur yang penting dari suatu
individu tetapi menjadi kesadaran kolektif dalam ikatan realitas karena refleksi menjadi pembelajaran terhadap
yang melibatkan setiap level pimpinan dan semua pengalaman. Pembelajaran dari pengalaman menjadikan
komponen dalam suatu komunitas. Kesadaran kolektif pengetahuan tidaklah menjadi dewa dan memiliki
menjadikan ikatan bukan satu-satunya organ yang otoritas yang tinggi, tetapi keabsahan dari pengetahuan
melakukan perubahan, tetapi ikatan dapat bekerjasama dilihat dari pembuktiannya dalam realitas yang menjadi
dengan pergerakan atau komunitas yang lain guna pengalaman langsung, bukannya dalam dataran teoiritis
mencapai cita-cita yang ideal. ataupun retorika belaka.

g. Pelopor dan Visioner 2. Dialogis


Ikatan sebagai pelopor dan visioner, karena memiliki Pemahaman dialogis merupakan unsur penting
mimpi dan cita-cita tentang masa depan, yang meng- dalam perubahan guna mewujudkan cita-cita ikatan.
haruskan ikatan melakukan pembacaan dan analisa Keberadaan ikatan dalam proses transformasi sebagai
terhadap realitas sosial. Hal tersebut diharapkan memberi fasilitator, bukan hubungan antara guru dan murid.
pilihan gerakan, aksi dan terhadap program utama ikatan Pembelajaran dan pemahaman terhadap realitas dilaku-
guna mencapai tujuan. kan bersama oleh pemberlaku pemberdayaan dan dalam
iklim dialogis komunikatif, tidak ada dominasi, sehingga
B. Metodologi (Proses) Transfomasi Profetis mewujudkan masyarakat yang terbuka yakni masyarakat
Metodologi merupakan bagian yang penting, karena yang menerima perubahan yang berkelanjutan.
metodologi menjadikan ikatan berfikir dan bertindak dalam
mewujudkan cita-cita, harapan, tujuan dan memantau per- 3. Kontekstualisasi Doktrin Agama
kembangannya. Dengan pemantauan tersebut ikatan dapat Kontekstualisasi merupakan obyektifikasi terhadap
melakukan evaluasi terhadap program yang telah dilaksana- kalam Ilahi agar tidak bersifat subyektif dan mudah
kan. Menurut kerangka metodologi profetis yang beradasar- diterima oleh kelompok/penganut agama dan kepercaya-
kan tiga pilar tersebut paling tidak terdapat tiga ciri utama; an lain sehingga menjadikan agama sabagai ruh dan
refleksi dengan belajar dari pengalaman, dialogis dan peng- rahmat bagi semesta. Kontekstualisasi sebagai proses
kontektualisasian doktrin agama, serta arahannya. pembebasan terhadap problem kemanusiaan dan agama.

Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
148 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 149

Metodologi profetis dilakukan melalui proses daur belajar Menyimpulkan. Menyimpulkan atau merumuskan
dari pengalaman yang terstruktur didasari dengan nilai-nilai makna/hakekat dari realitas sebagai suatu pembelajaran dan
Ilahiah. Pembelajaran ini tersistematiskan sebagai berikut; pemahaman pengertian baru yang lebih utuh. Kesimpulan
pembacaan realitas, melakukan (refleksi) menjadi realitas, tersebut berupa prinsip-prinsip berbentuk kesimpulan umum
merangkai ulang (rekonstruksi), analisis, kesimpulan, me- (generalisasi) hasil dari pengkajian.
nerapkan, evaluasi. Gambaran dalam metodologi profetis Menerapkan. Selanjutnya penerapan, merupakan putusan
sebagai berikut; melakukan tindakan baru dalam merubah realitas sosial.
Pembacaan terhadap realitas. Pembacaan merupakan Tahapan tersebut memilki rencana, tujuan, target sehingga
proses awal dalam metodologi kritis, hal tersebut dikarenakan proses dan hasilnya dapat dilihat. Proses penerapan tersebut
ikatan harus memahami subyek yang akan dijadikan lahan pada gilirannya akan menjadi pengalaman yang harus
trans-formasi sosial. Pembacaan dilakukan untuk mengenali dipelajari dan merupakan bagian awal dari metodologi ini.
kekuatan subyek, bentuk transformasi dan pemilihan gerakan Evaluasi. Merupakan bagian yang penting dikarena-kan
transformasi. semua program dalam melakukan transformasi sosial dapat
Melakukan (refleksi) menjadi realitas. Setelah pembacaan diselaraskan oleh subyek dan fasilitatornya. Evaluasi yang
terhadap realitas maka ikatan merefleksikan pengalaman atau dilakukan sesuai dengan sistematika metodologinya, karena
perristiwa-peristiwa nyata dari subyek, seperti halnya me- dalam metodologi tersebut evaluasi dilakukan secara ber-
lakukan penggalian terhadap pengalaman subyek. kelanjutan (bersifat lingkaran singuler).
Merangkai ulang. Merangkai ulang merupakan peng-
ungkapan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadi- C. Indikator Transformasi Profetis
an (prosesnya) dari realitas/pengalaman/peristiwa). Setelah Indikator profetis merupakan proses perubahan yang ber-
pengungkapan terhadap realitas maka memberikan tanggapan karakter kenabian, dilakukan secara menyeluruh (sistemik)
ataupun kesan terhadap peristiwa tersebut. Tanggapan dan dengan melibatkan seluruh komponen (partisipatoris) dan
pengungkapan fakta dalam realitas merupakan langkah awal perubahan tidak hanya dalam bentuk materi melainkan
dengan data ril sebelum melakukan analisa. kesadaran dan kerangka berfikir terhadap realitas. Perubahan
Analisis. Tahapan selanjutnya adalah proses analisis, tersebut dilakukan bukan hanya dalam dataran individu kader
merupakan uraian fakta dan data yang diperoleh dari rangkai- (ikatan sebagai fasilitator transformasi) tetapi dilakukan oleh
an ulang peristiwa. Analisis merupakan uraian dan peng- seluruh elemen dari realitas sosial tersebut. Berikut ini
kajian terhadap sebab dan kemajemukan suatu permasalahan merupakan indikator profetis dalam melakukan transformasi
dalam realitas. Analisis yang dilakukan meliputi tatanan, sosial ;
aturan, sistem, yang menjadi akar persoalan.
Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
150 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 151

1. Perubahan Sistematis yang tak bersifat liberatif, dan agama sebagai sarana
Perubahan sistematis merupakan tujuan dari trans- pemecahan terhadap persoalan kemoderenan seperti
formasi yang dilakukan oleh ikatan dengan menyentuh gender, problem humanisasi, kerusakan alam dan yang
seluruh komponen dari realitas sosial. Bentuk trans- lain. Berangkat dari perubahan dalam bentuk kesadaran
formasi sosial yang dilakukan bukan bersifat parsial tetapi ini, menjadikan semangat serta arahan transformasi
memiliki genelogi yang jelas dan arah serta tujuan yang dalam bentuk spritual dan material. Sebagaimana yang
jelas pula. Perubahan sistematis seperti revolusi yang telah dikatan oleh Kuntowijoyo, kesadaran super struktur
terjadi pada masa nabi yakni perubahan secara radikal menentukan kesadaran struktur. Kesadaran tersebut
dan menyeluruh. merupakan kesadaran yang berada dalam ajaran agama
Islam.
2. Partisipatoris
Transformasi yang dilakukan oleh ikatan besifat 4. Alur Metodelogi Profetis
partisipatoris, fungsi ikatan hanya sebagai fasilitator Proses transformasi profetis mendasarkan diri pada
dalam perubahan, menjadikan subyek bergerak berdasar- metodologi profetis. Transformasi profetis tidak dapat
kan kesadaran mereka terhadap diri dalam memahami dilepaskan dari kesadaran intelektual profetis dan
realitas, dan masyarakat menentukan arah transformasi metodologi profetis. Transformasi profetis yang dilaku-
menuju yang lebih baik. Partisipatoris perubahan kan oleh ikatan merupakan jalan untuk mencapai tujuan
melibatkan seluruh elemen masyarakat, bukan hanya dan cita-cita ikatan guna mewujudkan khairul umat.
pada kelompok yang dominan atau rezim penguasa
dimana kelompok minoritas hanya boleh mengikuti saja. D. Aksi Transformasi Profetis
Perubahan tidak dilakukan oleh organ luar selayaknya Transformasi profetis yang dimaksudkan oleh ikatan
dewa maha tahu terhadap realitas. Bentuk transformasi berdasarkan nilai-nilai Ilahiah berbeda dengan bentuk trans-
merupakan milik seluruh elemen yang bersangkutan, formasi yang dilakukan oleh organ atau gerakan lain.
mereka yang menentukan cara dalam melaksanakannya. Transformasi profetis merupakan tindak lanjut dari sikap
intelektual profetik dengan melakukan perubahan sosial yang
3. Perubahan Spiritual dan Material berkarakter profetis. Transformasi profetis tidak dapat
Perubahan dalam bentuk spiritual dan material dilepaskan dengan cendekiawan profetis, layaknya seorang
dalam transformasi sosial meliputi dua dimensi yaitu; intelektual profetis dalam tindakan atau prilakunya mengarah
transformasi kesadaran yang berifat spiritual dengan pada aksi transformasi profetis. Bahasa yang digunakan oleh
melakukan rekontruksi terhadap pemahaman agama cendekiawan profetik dalam melakukan transformasi sosial

Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
152 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 153

adalah menggunakan bahasa kaumnya, dan menghubungkan 3. Membentuk Kelompok Inti


antara agama dengan kencenderungannya. Sebaliknya trans- Sarana untuk melakukan perubahan sosial menurut
formasi profetis tidak dapat dilakukan tanpa melalui pe- Jalaluddin Rahmat adalah dengan membentuk creative
mahaman seorang cendekiwan profetis. Prilaku profetis minority, merupakan sekumpulan orang yang tersadar-
mereflesikan bentuk pra aksi dan transformasi profetis meng- kan dengan realitas dan tahu rbagaimana cara melakukan
gambarkan aksi ril. perubahan realitas sehingga tercipta keadilan. Begitupula
Berikut ini metodologi yang dilalui dalam trasformasi dengan ikatan, harus ada segolongan atau kelompok yang
profetis; peduli terhadap ikatan yang memberikan sumbangsihnya
1. Prioritas Isu/Program/Kasus dengan bercurah gagasan dan ide. Creative minority
Sebelum melaksanakan aksi profetis, ikatan perlu merupakan kelompok yang memiliki peranan, penggagas,
memilih isu atau program yang akan dilakukan dalam penggerak, pemerakarsa, atau pengendali utama, se-
rangka transformasi profetis. Pemilihan isu tersebut, kaligus pemegang kebijakan, tema atau isu strategi dan
merupakan hal yang penting, dapat dirasakan oleh semua sasaran dari suatu aksi transformasi profetis. Kelompok
kader di semua level pimpinan dan memberikan manfaat minoritas tersebut tidak bergerak hanya dalam dataran
bagi masyarakat luas. ide/konsep/gagasan tetapi ia sebagai pemegang dan
pengendali konsep dalam tindakan nyata.
2. Pemililihan Pemihakan
Setelah melakukan kajian dan menentukan pilihan 4. Merancang Sasaran dan Strategi
isu yang dijadikan persoalan sosial maka selanjutnya Merancang sasaran dan strategi dalam melakukan
menentukan pilihan pemihakan. Analisis kritis yang transformasi sangat penting. Hal tersebut dikarenakan
dilakukan oleh intelektual profetis adalah dengan mem- sasaran dan strategi dapat terlihat kemudian dilakukan
buat skema para pelaku (stakeholder) yang memiliki analisis, dan yang terpenting dari semua itu adalah
posisi relasi terhadap suatu kasus. Pada tahapan ini ikatan keterpantaunnya. Merancang dan menentukan strategi
menentukan pemilihan pemihakan terhadap kasus atau sudah termasuk dalam dataran teoritis sekaligus praktis.
problem yang terjadi, dan pemihakan terhadap siapa Rancangan tersebut, dapat mengikuti tolak ukur SMART,
pelaku dalam transformasi profetis. Pemilihan pemihak- yang meliputi; Specific (khusus), dalam menentukan
an dilakukan secara sadar dan penuh tanggungjawab, rumusan dan sasaran kelompok bersifat spesifik,
menyandarkan keberpihakan terhadap kaum yang ter- kongkret, jelas, dan fokus. Sifat ini memberikan kejelasan
marginalkan, dirugikan ataupun tertindas. tentang siapa dan kenapa harus memilih kelompok untuk
dijadikan subjek transformasi. Measurable (terukur),

Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
154 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 155

dalam proses transformasi dapat dilakukan evaluasi dan 6. Membentuk Pendapat Umum
memperbaikinya. Jadi hasil dan proses dalam trans- Salah satu bentuk transformasi yang harus dilakukan
formasi cukup terukur (memiliki indikator yang jelas bisa oleh ikatan adalah mempengaruhi pendapat atau opini
dipantau dan diketahui). Achievable (dapat diraih), apa publik dengan memberitahukan kepada halayak ramai
yang dilakukan merupakan suatu utopia, tetapi trans- melalui kampanye dan propaganda tentang isu atau aksi
formasi yang dilakukan oleh ikatan merupakan sesuatu yang dilakukan. Harapannya adalah mendapatkan
yang dapat diraih, diwujudkan dan bukan hanya sekedar simpati dan dukungan dari masyarakat, kampanye dan
angan-angan, karena memiliki tujuan serta indikator propaganda dapat menggunakan media massa, pelatihan,
yang jelas. Realistis (sesuai kenyataan), ikatan atau demonstrasi dan sebagainya.
kelompok yang dijadikan subjek transformasi mampu
melakukan, melaksanakan, dan dapat mencapainya 7. Pemantauan dan Evaluasi Program Aksi
(memiliki sumber daya, kemampuan dan akses). Time- Pemantauan aksi memerlukan instrumen yang
bond (batas waktu), apa yang dilakukan oleh ikatan meliputi empat unsur berupa; Sasaran hasil, suatu
dalam transformasi memiliki batas waktu yang jelas keadaan tertentu yang ingin dicapai setelah pelaksanaan
(kapan dan berapa lama). kegiatan. Indikator, merupakan petujuk tertentu yang
akan meyakinkan apakah sasaran atau hasil sudah
5. Menggalang Sekutu dan Pendukung tercapai atau belum. Pengujian, cara yang digunakan
Pelaksanaan transfomasi dilakukan melalui hasil untuk memperoleh bukti-bukti yang menunjukkan
penganalisaan, maka harus dibagi antara kelompok yang bahwa indikator tersebut mencapai tujuan atau tidak.
mendukung dan yang tidak. Oleh karena itu, ikatan Asumsi, suatu keadaan atau hal tertentu yang menjadi
mencari kelompok yang dijadikan sekutu dan pen- prasyarat terlaksananya kegiatan yang telah direncana-
dukung. Aksi transformasi profetis terdiri dari kelompok- kan sehingga indikator benar-benar terwujud dan sasaran
kelompok yang mendukung antar lain; kelompok basis dapat dicapai. Sedangkan evaluasi terhadap aksi dilaku-
(lingkaran inti), kelompok yang memiliki tugas utama kan pada kegiatan yang terprogram atau terencana
sebagai konseptor, pemegang kebijakan, dan pionir dalam sehingga dapat melakukan perbaikan dan kajian lebih
aksi. Kelompok pendukung, kelompok ini memiliki tugas lanjut.
sebagai penyedia dukungan dalam bentuk dana, logistik,
informasi, data, dan akses. Kelompok sekutu (sebagai
garis depan), atau pelaksana aksi yang bertugas langsung
dilapangan.

Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik Indikator dan Metodelogi Intelektual Profetik
156 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 157

sumber dayanya sehingga pemenuhan kebutuhan hidup

Bagian
8 manusia tercapai.
Kita dapat belajar dari sikap mulia Kiai Ahmad Dahlan
yang merespon realitas sosial dengan menerjemahkannya ke
dalam bentuk organisasi, Sikap Kiai Ahmad Dahlan yang
Etos Profetis menghargai ilmu dan menganjurkan pada umat agar
Upaya Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan menguasai ilmu umum yang bersifat duniawi bukan hanya
ilmu keagamaan ini merupakan semangat dari Muhammad-
A. Prawacana Etos iyah yang berusaha melakukan moderenisasi. Sikap pem-
Masyarakat merupakan suatu kesatuan dari berbagai baharuan juga ia lakukan dalam penggabungan antara dua
manusia yang beragam dan memiliki kultur yang majemuk. model pendidikan, antara tradisioal corak agamis dengan
Keragaman manusia dipengaruhi oleh letak geografis, sifat pendidikan sekuler modernis, yang kemudian menghasilkan
dan fitrah yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia sebagai sistem pendidikan agamis moderen seperti yang terlihat pada
animal rational memiliki kemampuan untuk berkreasi dan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah.
inovasi dalam mengelolah lingkungan agar dapat bermanfaat
bagi dirinya. Interaksi manusia dengan lingkungan dapat B. Etos dan Kebudayaan
melahirkan kebiasaan yang berbeda dengan lingkungan yang Etos, memiliki hubungan erat dengan sikap moral,
lain, bahkan melahirkan simbol dari masyarakat tertentu. walaupun tidak seluruhnya identik. Kesamaan terletak dalam
Simbol yang dimiliki oleh masyarakat tersebut bersifat eks- sikap yang keduanya didasari sifat mutlak. Perbedaannya
klusif dan merupakan representasi guna mengikat, memberi- terletak pada tekanan, sikap moral menegaskan orientasi pada
kan makna dan menggambarkan keadaan tertentu dalam norma-norma sebagai standar yang harus diikuti. Sedangkan
masyarakat. Misalkan simbol kain putih merupakan gambaran etos menegaskan bahwa sikap itu sesuatu yang nyata-nyata
duka cita atau biasanya ada yang meninggal. mempengaruhi, menentukan individu atau kelompok orang
Manusia dikarunia akal, yang digunakan untuk yang mendekati atau melakukan sesuatu. Etos meng-
mengelolah alam serta menggali manfaatnya. Hal tersebut ungkapkan semangat dan sikap batin pada seseorang atau
merupakan bagian dari interaksi manusia dengan alam, sekelompok orang yang didalamnya termuat tekanan dan nilai
dilakukan dengan cara bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri, moral tertentu. Etos merupkan sesuatu yang dimiliki atau
juga sebagai wahana terciptanya kebudayaan manusia yang tidak dimiliki dan yang tidak dapat dipaksa. Etos merupakan
memiliki kerangka berpikir dalam bertahan hidup dan deskriptif tentang sikap mental yang ada. (Franz Magnis
menciptakan alat untuk mengelolah alam serta memanfaatkan Suseno, Berfilsafat dari Konteks)
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
158 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 159

Etos menjadi pandangan khas, semangat dan jiwa yang tindakan refleks, dan beberapa tindakan proses fisiologi. Kata
mencirikan identitas serta eksistensi suatu bangsa yang kebudayaan berasal dari kata sangsekerta budhayah yaitu
membedakan dengan bangsa lain. Etos merupakan salah satu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Kata
kajian yang sering dipakai oleh antropolog dalam meng- budaya merupakan kata majemuk dari budi-daya, yang berarti
gambarkan kebudayaan yang khas dan membedakan antara daya dari budi. Oleh sebab itu ada yang membedakan antara
negara atau kelompok tertentu. Misalkan semangat kapital- kebudayaan dan budaya. Budaya merupakan daya dari budi
isme merupakan etos dalam Protestan, hal ini dapat dianalisis yang berupa cipta, rasa, karsa dan kebudayaan merupakan
dari ajaran Protestan Mahzab Calvinis tentang konsep hasil dari cipta, rasa dan karsa. (Koentjaraningrat, Pengantar
keselamatan, asketis dan gemar menabung, menurut Max Ilmu Antropologi)
Weber hal ini merupakan penggalian terhadap agama Pada umumnya pemahaman tentang kebudayaan digam-
Protestan yang tidak dapat diketemukaan pada Katolik. barkan dalam bentuk kesenian. Menurut Ernest Cassirer
Semangat yang ada mengenai konsep keselamatan bahwa dalam An Essay of Man, mengatakan bahwa kebudayaan
orang yang berada kedalam kerajaan Tuhan (surga) merupa- adalah agama, seni, filsafat, ilmu sejarah, mitos dan bahasa.
kan orang yang kaya membantu orang lain untuk mandiri dan Bahkan cara beragama, gaya hidup, mode, upacara, dan
tidak mengalami ketergantungan. Selanjutnya, dalam mem- festival merupakan kebudayaan yang berasal dari ide dan
peroleh keselamatan tersebut diharapkan umat bersikap simbol, manusia sebagai animal simbolicum, dimana manusia
asketis atau zuhud (menahan diri). Menahan diri dalam memiliki kecendrungan menciptakan simbol. Sistem simbol
konteks ini, ia hidup secara wajar tidak berlebihan atau erat kaitannya dengan ideological constraint untuk menggam-
bermewah-mewah dan hartanya digunakan untuk menjadi- barkan mahluk hidup. (Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid).
kan investasi membangun usaha sehingga dengan modal besar Kebudayaan menurut Karl Marx adalah contemplation
kelak akan mendukung sistem yang dapat berdiri sendiri. diri di dunia yang kita ciptakan sebagai produk kerja manusia
Sistem tersebut berasal dari nilai ajaran agama yang sekarang dan alat utama yang menghubungkan diri dengan manusia
menjadi sangkar besi rasionalisme dimana kapitalisme tidak yang lain, diri dengan alam. Kebudayaan merupakan sebagai
dapat dikontrol. produk kerja yang belum selesai, merupakan perpanjangan
Kebudayaan, menurut ilmu antropologi merupakan tubuh manusia dalam tubuh alam melalui kebudayaan yang
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya unik. Aktivitas tersebut tidak akan mereduksi seakan-akan
manusia, dalam rangka membangun kehidupan masyarakat terbenam dalam realitas yang selesai dan tidak berubah. (John
yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya. C. Raines, Marx tentang Agama) Aktivitas manusia dalam
Kebudayaan merupakan hasil tindakan manusia karena hanya alam teraktualisasikan dalam kerja yang menjadikan suatu
sedikit tindakan yang tidak diterapkan dalam belajar seperti kebudayaan tidak akan pernah selesai karena realitas yang
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
160 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 161

selalu berubah. Aktivitas atau kerja yang dilakukan oleh tertentu yang berdasarkan adaptasi dan kelakuan. Sistem
manusia dalam mengelolah alam memerlukan alat yang dalam sosial dalam manusia bersifat kongkret, tersaji disekeliling dan
perjalanan waktu mengalami kemajuan, baik dari alat yang kehidupan kita, bisa diobservasi dan didokumentasikan.
sederhana hingga kompleks. Aktualisasi dalam kerja tersebut Ketiga, wujud dalam bentuk fisik, hasil fisik dari aktivitas,
menghasilkan suatu kebudayaan yang membawa pember- perbuatan dan karyamanusia dalam masyarakat, sifatnya
dayaan alam guna memenuhi kebutuhan dan kemudahan bagi merupakan paling kongkret berupa benda-benda atau hal-hal
manusia. Kebudayaan menurut E.B Taylor merupakan hal yang dapat diraba, dilihat dan di dokumentasikan dalam
yang kompleks, mencakup pengetahuan, kepercayaan, bentuk foto. Keempat, wujud kebudayan merupakan realitas
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain yang ada dalam kehidupan masyarakat tertentu, tak
atau kebiasaan yang didapatkan oleh manusia dalam kehidup- terpisahkan satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan
an bermasyarakat. Kebudayaan merupakan seluruh aspek adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan
yang dapat dipelajari oleh manusia, memiliki unsur dari cipta karya manusia, baik pikiran, ide-ide, maupun tindakan dan
rasa dan karsa yang telah dimiliki oleh manusia dalam karya manusia yang menghasilkan benda-benda dalam
masyarakat. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar) kebudayaan fisik. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk
Kebudayaan memiliki tiga gejala menurut ahli ilmu lingkungan hidup tertentu yang semakin lama menjauhkan
antropologi, yakni idea, activities, dan artifac. Wujud dari manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi
kebudayaan yang ideal, merupakan suatu yang kompleks dari pola perbuatan, dan cara berpikirnya. (Koentjaraningrat,
ide-ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Wujud tersebut Pengantar Ilmu Antropologi).
dapat dijelaskan sebagai berikut; Pertama, wujud ini
merupakan yang ideal dari kebudayaan, bersifat abstrak tidak C. Bercermin pada Sejarah Muhammadiyah dan Ikatan
dapat diraba dan didokumentasikan dalam bentuk foto. Lokasi Hidup yang tak direfleksikan merupakan kehidupan yang
kebudayaan tersebut terletak di kepala, atau perakataan lain, tak pantas dijalani, itulah perkataan bijak Socrates. Begitupula
dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan dengan perkataan dari nabi Muhammad SAW, jika hari ini
yang bersangkutan itu hidup. Ide dan gagasan manusia hidup lebih baik dari pada hari kemarin maka tergolong orang yang
bersama dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan tidak beruntung, hari ini sama dengan hari kemarin tergolong
dapat dilepaskan dari sistem dan para sosiolog dan antropolog orang yang merugi, dan jika hari ini lebih buruk dari kemarin
menyebutnya dengan sistem budaya. Kedua, merupakan maka tergolong orang-orang celaka. Hal tersebut memberikan
social system, mengenai tindakan berpola dari manusia, yang makna pentingnya melakukan sebuah refleksi yang dapat
terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi, dilakukan sendiri atau kolektif guna meningkatkan kualitas
berhubungan serta bergaul dengan yang lain, sesuai pola-pola diri. Refleksi digunakan dalam menilai dan mengkoreksi apa
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
162 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 163

yang telah dilakukan agar tidak menghambat tujuan dalam ketika mendirikan PKU, sekolah dan panti asuhan sebagai
rangka penyelesaian masalah. proyek kemanusiaan tanpa balas jasa yang bertujuan untuk
Begitupula dengan ikatan, sebelum menggulirkan sebuah mengurangi beban masyarakat miskin. Semangat yang
pemikiran atau gagasan, ikatan melakukan refleksi tentang dimiliki oleh Muhammadiyah sebagai respon terhadap realitas
internal organisasi dan Muhammadiyah sebagai organisasi sosial adalah Ikhlas dan Amaliyah. Oleh karena itu Muham-
induk yang mewadahi guna mencapai subtansi dan latar madiyah memilih melakukan gerakan sosial moderen yang
belakang tujuan organisasi itu. Ikatan dalam tujuan serta lebih cenderung rasional dari pada larut dalam kepentingan
langkah geraknya merupakan salah satu usaha dalam partai politik dan gerakan purifikasi an sich.
mencapai tujuan ideal dari Muhammadiyah. Begitupula Gerakan Muhammadiyah telah melahirkan kebudayaan
sebaliknya, Muhammadiyah sebagai organisasi induk mem- yang berbeda, mempengaruhi kultur, paradigma dan etos
berikan kesempatan kepada ikatan untuk menentukan pilihan kebudayaan. Sebagaimana dalam kerangka etos merupakan
guna mencapai tujuannya. pandangan dasar yang berbeda dari suatu komunitas atau
Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam, sosial masyarakat yang mencerminkan dirinya sendiri. Sedangkan
kemasyarakatan dan sosial moderen yang konsen melakukan menurut Haedar Nashir bahwa Muhammadiyah dengan
pembinaan dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan gerakannya memiliki dua etos yaitu;
kemasyarakatan dalam sejarahnya tidak dapat dilepaskan dari Etos Keilmuan (kemajuan). Merupakan gerakan
tokoh yang telah mengembangkan persyarikatan, hal tersebut Muhammadiyah dalam mengatasi kemunduran dan kelesuan
dapat dilihat dari latarbelakang sejarah berdirinya yang umat dalam bidang ilmu dan teknologi yang bertujuan untuk
dipengaruhi oleh dua faktor, eksternal dan internal. Faktor mengembangkan sumber daya manusia. Semangat keilmuan
eksternal, ide dan gagasan tentang Muhammadiyah lahir dari ini dapat dilihat dari penerapan dan penggabungan dua
situasi politik penjajahan kolonial Belanda dan pengaruh ide- lembaga pendidikan yang saling bertentangan, antara pen-
ide pembaharuan yang berasal dari Timur Tengah. Sedangkan didikan tradisionalis dan pendidikan moderen yang bersifat
faktor internalnya berkaitan dengan kondisi keberagaman sekuler. Penggabungan antara ilmu agama dan ilmu umum
ajaran dan pengamalan agama Islam itu sendiri. menjadikan corak yang khas pada lembaga pendidikan
Melihat realitas dan pemaknaan terhadap doktrin agama rintisan Muhammadiyah. Pendidikan yang dilakukan me-
yang melahirkan pemikiran dan tindakan praktis dalam rupakan kritik terhadap keadaan pendidikan pada waktu itu,
rangka mengatasi permasalahan umat pada waktu itu, Kiai pendidikan yang berjalan tanpa sapa dan berdiri sendiri antara
Ahmad Dahlan menjadikan penafsiran yang tidak kaku agama dengan ilmu pengetahuan. Upaya yang dilakukan oleh
terhadap Islam, agar dapat diterima dalam realitas masyarakat Kiai Ahmad Dahlan merupakan salah satu upaya kreatif guna
yang diliputi berbagai persoalan sosial. Hal ini dapat dilihat memberikan solusi kepada umat untuk menguasai ilmu alam
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
164 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 165

dan humaniora agar dapat menerapkan ajaran Islam sebagai waktu itu sangat kontroversi, dimana seorang guru agama
rahmat dan diterima oleh semua manusia. Kerangka keilmuan mendatangi murid-muridnya agar menampakkan sikap
dalam Muhammadiyah juga dimiliki oleh Kiai Ahmad Dahlan terbuka terhadap kebenaran.
yang telah menganjurkan agar mencari ilmu-ilmu dunia
bukan ilmu tentang ukhrawi saja. Ia juga meletakkan etos 2. Tajdid dalam Masalah Sosial Kemasyarakatan
guru dan murid merupakan warga aktivis Muhammadiyah Yang telah banyak dirasakan oleh umat manusia.
yang selalu bersedia belajar kepada siapapun agar dapat mem- Menurut Kiai Ahmad Dahlan, untuk menyelesaikan
peroleh ilmu, kebenaran dan kebaikan (murid) dan selalu persoalan umat tidak cukup dengan kesadaran individu
menyebarkan ilmu, kebenaran dan kebaikan itu saat ber- saja tetapi membangun dan menjadikan kesadaran
komunikasi dengan orang lain siapa pun orang itu (guru). tersebut mencapai tahap kesadaran kolektif, seperti pada
(Abdul Munir Mulkhan, Kesalehan Multikultural). pengelolaan dan pengorganisasian dana zakat, infak dan
Etos Pembaharu (tajdid). Muhammadiyah sebagai shadaqah dikelolah secara moderen dan sepenuhnya
gerakan pembaharu merupakan sikap setelah mengetahui dan tidak digunakan sebagai barang konsumtif. Demikian
bagaimana cara merespon realitas. Tajdid yang dilakukan oleh juga pada pengelolaan lembaga amal usaha yang me-
Muhammadiyah merupakan hasil dialektika antara teks, merlukan pola manajemen profesional untuk menunjang
konteks dan kontekstualisasi dari pemahaman keagamaan. kemandirian persyarikatan dan pemberdayaan umat.
Pemahaman keagamaan yang telah dikonstruksi oleh Kesadaran kolektif yang dimiliki oleh Muham-
Muhammadiyah bersifat praktis dan menjadikan agama dapat madiyah telah membangun solidaritas organis yakni
memberikan rasa atau kegunaan pada masyarakat yang pada solidaritas yang terjadi melalui diferensiasi pemikiran
waktu itu mengalami ketertindasan. Semangat agama yang atau gebrakan sosial yang dipandang tidak wajar. Umat
dibawa oleh Muhammadiyah merupakan semangat keagama- yang terjalin dalam Muhammadiyah tidak tergantung
an yang bersifat praksis emansipatoris, liberatif, dan berpihak pada harisma ulama dan hal ini terjadi pada struktur
terhadap yang termarginalkan baik dalam aksesnya ataupun masyarakat moderen. Sedangkan pada waktu itu, konteks
komunikasi. yang terjadi merupakan kesadaran mekanis yang
menandakan kesadaran dari masyarakat tradisional.
1. Tajdid dalam Masalah Keagamaan (Bahrus Surur Iyunk, Teologi Amal Saleh).
Tajdid yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah Kedua etos yang telah dimiliki oleh Muhammadiyah
semangat untuk melakukan rasionalisasi, demistifikasi, tidak dapat dipisahkan, karena sebagai gerakan yang
dan demitologi umat yang terjadi pada waktu itu. berkemajuan dan pembaharu Muhammadiyah bersikap
Misalkan yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan pada terbuka dan melakukan emansipatoris terhadap masya-

Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
166 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 167

rakat melalui amal. Etos dalam Muhammadiyah telah Djasman al Kindi, Sudibyo Markus, dan Rausyad Soleh,
menjadi kebudayaan yang menciptakan tatanan masya- karena sikap aktivis muda Muhammadiyah yang tidak
rakat ilmu bersifat terbuka, toleran dan inklusif. Pilihan puas dengan keadaan dan polarisasi ideologi yang
yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam gerakannya memasukkan paham komunisme dalam berbagai dimensi
sebagai organisasi sosial keagamaan bukan organisasi kehidupan. Secara garis besar latar belakang berdirinya
politik merupakan pilihan yang "genius". Terlebih lagi, ikatan dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan ekster-
pilihan tersebut tidak didasarkan kajian cermat terhadap nal. Faktor internal, berhubungan dengan Muhammad-
literatur Islam klasik dan juga tidak memperoleh inspirasi iyah sebagai organisasi induk menginginkan adanya pem-
dari konsep-konsep "teologis" atau kalam klasik yang binaan atau perkaderan langsung setingkat mahasiswa
telah baku atau mapan. Tetapi Muhammadiyah merupa- untuk mewadahi kader-kader Muhammadiyah yang
kan suatu organisasi yang memiliki program aksi guna tersebar diberbagai organ pergerakan seperti HMI. Tidak
menciptakan apa yang telah diidealkan. (M. Amin terwadahinya kader-kader Muhammadiyah akan me-
Abdullah, Dinamika Islam Kultural). mudahkan faham komunisme mempengaruhi gerakan
Etos ilmu dan tajdid Muhammadiyah merupakan kemahasiswaan sehingga para kader Muhammadiyah
tugas mulia dan tanggungjawab besar bagi ikatan sebagai aktif dalam organisasi yang bercorak sosialisme.
organisasi kader, penerus dan pelanjut cita-cita Muham- Sedangkan faktor eksternal (ideologi) yang melatar-
madiyah. Ikatan memiliki tujuan yang jelas, harus berani belakangi berdirinya ikatan berkaitan dengan kondisi
menentukan dan konsisten terhadap pilihan guna sosio-historis atau realitas polarisasi ideologi yang ber-
mewujudkan masyarakat yang diidealkan. Pilihan gerak- agam, bahkan adannya upaya pemerintah dan pihak-
an ikatan memiliki ciri khas dan sikap sebagai intelektual pihak tertentu membentuk Nasakom sebagai wadah
profetik dalam paradigma transformasi profetik yang pengembangan ideologi. Meminjam kalimat Kuntowijoyo
merupakan langkah tak asal pilih, tetapi merupakan bahwa kesadaran yang menjadi kerangka berpikir ikatan
perenungan panjang untuk mewujudkan khairul ummah adalah kesadaran ideologi bukan kesadaran ilmu sehingga
yakni sebuah masyarakat ilmu, adil, berpikir rasional dan pemahaman Islam pada waktu itu, tidak untuk melaku-
ilmiah yang perwujudannya menjadikan ikatan sebagai kan objektifikasi terhadap Islam tetapi Islam sebagai
komunitas ilmu. ideologi.

3. Sejarah Ikatan 4. Pengungkapan Diri Ikatan


Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di kota Pengungkapan diri berarti mengungkap potensi yang
Surakarta pada tanggal 14 Maret 1964 atas prakarsa dimiliki untuk menjadikan gerak ikatan mampu melihat

Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
168 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 169

realitas (interpretasi simbol ikatan). Simbol representasi dan responsibilitas terhadap fenomena keilmuan serta
dari kepentigan serta identitas dari suatu yang disimbol- perpolitikan.
kan sebagai bentuk diri dan respon terhadap yang ia Ikatan dalam melakukan pengembangan serta pem-
hadapi. Ikatan memiliki tiga simbol yang populer, berdayaan potensi kadernya tidak memiliki kerangka
dimana simbol tersebut perlu difahami untuk memberi berpikir yang jelas, dapat membedakan ikatan dengan
makna dalam ikatan. Simbol yang dimaksud adalah pergerakan yang lain atau ikatan dengan ortom-ortom
tujuan ikatan, semboyan ikatan, dan trilogi ikatan.1 Muhammadiyah. Perbedaan tersebut hanyalah dari segi
Penggungkapan diri ikatan, adalah pengungkapan lahiriah dan orang yang mendudukinya, sedangkan
kesadaran ikatan yang berdiri dan bertolak belakang dalam karakteristik, kerangka berpikir dan etis ikatan
dengan sejarah ikatan. Tujuan ikatan didasarkan pada masih terbawa arus besar pergerakan yang bersifat
kesadaran ilmu bukan kesadaran ideologis, untuk mem- konsumtif, dan mengikuti arus dominan tanpa melaku-
bentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia. Akademisi kan kritik. Kebijakan yang diambil oleh pimpinan ikatan
Islam merupakan suatu kesadaran jangka panjang, bukan hanya dapat dirasakan oleh golongan tertentu dan
tujuan yang bersifat pragmatis. Kata Islam bukan dalam kelompok yang dekat dengan kekuasaan elit ikatan.
dataran ideologi tetapi merupakan upaya objektifikasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berlatar
agar nilai-nilai keislaman dapat diterima semua umat belakang aktivis muda Muhammadiyah memiliki kecen-
manusia tanpa mengenal asal ia dilahirkan. Islam dalam derungan yang sama dengan arus muda Muhammadiyah
kata akademisi merupakan pengkajian agama sebagai yang terkena kebudayaan instant, berpikir pragmatis,
ilmu untuk menjadikan al Qur'an sebagai paradigma serta arus globalisasi menjadikan apa yang dipilih oleh
(pengteorian al Qur'an). ikatan pun akan bersifat sama. Tetapi yang paling
menyedihkan bagi ikatan adalah "menggadaikan" nama
5. Realitas Ikatan ikatan guna mendukung kelompok tertentu dan mem-
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan berikan keuntungan sementara, sehingga aspirasi kader
organisasi kader dan pergerakan. Ikatan sebagai organ- pada tingkatan ril (bawah) pun terabaikan. Kerangka
isasi kader karena ia dilahirkan dan tidak dapat dilepas- pikir kaum muda bersifat pragmatis, tergesa-gesa, dan
kan dari Muhammadiyah. Sedangkan ikatan sebagai melakukan perubahan secara radikal, melaksanakan
organisasi pergerakan dapat dilihat dari latar belakang kebijakan dan hanyut dalam sistem.
dan sejarah gerakan mahasiswa yang memiliki kepekaan Begitu pula yang terjadi dalam ikatan, keinginan
besar untuk melakukan perubahan dengan cepat tetapi
analisis dan kerangka berpikir (paradigma) belum ter-
1. Untuk lebih jelasnya lihat Interpretasi terhadap Symbol Ikatan pada bagian pertama
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
170 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 171

gagas. Paradigma pergerakan yang belum tergagas ini kontekstualisasi ikatan, sebaiknya memahami keberadaan
menjadikan kader ikatan terseret kedalam sistem, meng- potensi dan tujuan ikatan yang termanifestasikan pada;
ikuti arus tanpa mencirikan kondisi ikatan sebagai ke- paradigma ikatan, sejarah ikatan, sejarah Muhammad-
kuatan yang mampu mempengaruhi sistem dan kebijakan iyah, dan penggalian diri ikatan. Kontekstualisasi kerja
sehingga dengan pengembangan paradigma gerakan yang dilakukan oleh ikatan guna mencapai cita-cita ideal
memunculkan etis ikatan yang memiliki nilai tambah (khairul ummah) dengan ciri masyarakat, meliputi;
dibanding gerakan lain. masyarakat yang berkeadilan, berkebudayaan ilmu, dan
Kondisi realitas sekarang2, merupakan fenomena garden city yakni perpaduan budaya industri dan
globalisasi yang tak dapat dinafikan sehingga semua kebudayaan petani, yang keduanya saling mengisi dan
komponen bangsa terkena dampaknya. Ikatan sebagai menghasilkan simbiosis yang mutual, menghasilkan
organisasi pergerakan sudah mengalami disorientasi corak berpikir masyarakat yang ilmiah, membebaskan
dalam mewujudkan kondisi yang diidealkan. Permasalah- para petani dari ketertungkungan mitos dan musim.
an yang paling besar adalah menghadapi kebudayaan
kapitalisme yang telah masuk kedalam relung tulang D. Menggagas Kebudayaan Ilmu pada Ikatan
sumsum membuat manusia berpikir instan dan prag- Kebudayaan dalam pengertian seluruh sistem masyarakat
matis. Ikatan sebagai organisasi pergerakan perlu dimana yang utama adalah menjadikan individu dapat meng-
merumuskan atau menata ulang paradigma gerakannya ambil pelajaran dari masyarakat, maka kader sebagai bagian
agar dapat menjawab persoalan yang dihadapi sebagai masyarakat dapat mengambil nilai-nilai dari ikatan. Ke-
wujud eksistensi ikatan. Penataan paradigma gerakan budayaan sebagai sistem gagasan, ide, aktivitas dan artifak
ikatan merupakan refleksi yang panjang serta memper- dalam ikatan menuju pada proses pengilmuan Islam yang
hatikan kondisi dan kemampuan kader untuk menghasil- mencirikan kebudayaan ilmu untuk mewujudkan masyarakat
kan gerakan yang sama atau terjadinya penyeragaman yang berkemajuan.
gerakan ikatan.
1. Kebudayaan Ilmu dalam Pemikiran
6. Kontekstualisasi Ikatan Jika dintinjau dari segi gagasan atau pemikiran maka
Merupakan upaya ikatan dalam menentukan pilihan kebudayaan ilmu yang dilakukan oleh ikatan merupakan
gerakannya agar dapat memberikan konstribusi bagi pengilmuan Islam melalui obyektifikasi yang menjadikan
masyarakat yang membutuhkan. Sebelum melakukan al Qur'an sebagai paradigma dalam melihat dan meng-
analisis permasalahan sosial. Ikatan melakukan intergrasi
dan interkoneksitas dalam rangka merespon dan meng-
2. Untuk lebih jelasnya lihat Realitas Sekarang; Globalsiasi dan Multikulturalism
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
172 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 173

analisis permasalahan ilmu barat yang cenderung sekuler. dan rasional. Pelaksanaan aktivitas yang kedua dilakukan
Semangat pengilmuan Islam dalam ikatan digulirkan dari oleh individu kader yang memiliki etos intelektual
tingkatan pusat sebagai konseptornya dan pimpinan profetik dalam melakukan transformasi sesuai dengan
daerah/cabang sebagai pengawas kegiatan. Bentuk kemampuannya. Kader ikatan merupakan manusia yang
kesadaran dalam persfektif ikatan sama disemua ting- berkesadaran intektual profetik sehingga dalam gerak
katan/level kepemimpinan, menjadikan gerakan organ- dan langkah untuk ibadah dalam rangka mewujudkan
isasi sesuai dengan keahlian dan skill masing-masing apa yang telah dicita-citakan. Aktivitas kader ini sesuai
sehingga membentuk keberagaman/diaspora gerakan. degan keahlian masing-masng tanpa ada paksaan untuk
memilih hal yang kurang sesuai dengan keinginan serta
2. Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas kemampuannya. Ikatan hanya memberikan jaringan dan
Aktivitas yang dilakukan oleh ikatan dalam men- tempat agar kader dapat melakukan aktivitas dan
capai kebudayaan ilmu, merupakan sikap yang rasional, pengembangan dirinya.
tidak berpikiran mistik dan mitos. Ikatan dalam aktivitas
transformasi profetik dapat memberikan kesadaran dan 3. Kebudayaan dalam Artifak
kerangka berpikir agar masyarakat menjadi ilmiah dan Artifak atau peninggalan ikatan dalam kebudayaan
rasional, hal tersebut dilakukan secara kolektif maupun yang akan menciptakan masyarakat ilmu hanya dapat
individu kader sesuai dengan keahliannya. Aktivitas ditelusuri dalam bentuk kegiatan karena masih dalam
ikatan dalam melakukan transformasi profetik secara konsep penggagasan. Upaya ikatan melakukan perubahan
kolektif dilakukan secara serempak dan berkelanjutan dengan cara mobilitas vertikal, yakni menjadikan kader
dari pimpinan pusat sampai tingkatan komiasariat. Pelak- ikatan yang berkarakter untuk duduk dalam tingkatan
sanaan tersebut sesuai dengan tugas dan kewajibannya pembuat dan pengambil kebijakan untuk mendukung
masing-masing. Aktivitas kolektif dalam tugasnya dapat progresifitas tujuan. Upaya selanjutnya dengan melaku-
terbagi menjadi dua macam; langsung melakukan trans- kan deferensiasi sosial, mengembangkan aktivitas sesuai
formasi sosial, membuat jaringan yang terkait dengan dengan keterampilan yang dimiliki dan mengupayakan
lembaga atau organ yang sesuai tujuan dan cita-cita masyarakat untuk sadar kemudian berpikir rasional dan
ikatan. Bentuk pendampingan sudah selayaknya dilaku- ilmiah.
kan oleh ikatan dalam mengatasi problem yang terjadi Kebudayaan ilmu dalam ikatan perlu ditransformasi-
dalam masyarakat. Pengentasan masalah secara tidak kan dalam bentuk kesadaran serta merintis master plan
langsung, dengan melakukan transformasi kesadaran garden city sebagai program praksis kemanusiaan yang
sehingga masyarakat dapat berpikir dengan baik, ilmiah mempadukan budaya industri dengan pertanian sebagai
Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan
174 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

perwujudan khairul ummah. Gerakan ini merealisasikan


berbagai aksi dan pembaharuan amal usaha berbasis
keagamaan yang memiliki kesadaran intektual profetis.
Hal tersebut merupakan tema utama sosialisme dan
tradisi lokal ditempatkan sebagai praksis nahi mungkar
yang dimaknai sebagai liberasi. Gagasan tentang progres-
ifitas kapitalisme diberi sentuhan akhlak mahmudah
sebagai praksis amar makruf dengan persfektif penun-
dukan kapitalisme yang kemudian diberi makna sebagai
humanisasi. Kedua tindakan tersebut dilakukan serentak
dalam trasendensi sebagai praksis kesadaran Ilahiah,
dengan harapaan berhasil melampaui kemoderenan yang
merupkan relasi profetik yang kritis pada tradisi sekaligus
peduli pada kepentingan kemanusiaan. (Abdul Munir
Mulkhan, Kesalehan Multikultural)

Etos Profetis, Mewujudkan Kebudayaan Ilmu dalam Ikatan


Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 175 176 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

diolah lagi tentu saja banyak dan tersebar, mulai dari sistem

Bagian
9 keyakinan, tradisi agama, pandangan hidup ideologi,
paradigma dan juga teori, termasuk didalamnya teori sosial.
Dalam masyarakat intelektual, terutama dalam tradisi positiv-
isme, lazim untuk mengambil sumber pengetahuan taken for
Teori-teori Sosial granted tersebut dari ranah paradigma dan teori. Kendati
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik demikian, teori sebenarnya bukan hanya untuk kalangan
intelektual atau kalangan expert, mesti tidak sedikit yang
A. Prawacana Ilmu Sosial berpandangan bahwa hanya kalangan intelektual atau akade-
Ilmu sosial dinamakan demikian, karena ilmu tersebut misi saja yang membaca realitas sosial tidak dengan telanjang,
mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai melainkan dengan kacamata teori tertentu. Telah menjadi
obyek yang dipelajari. Ilmu-ilmu sosial belum memiliki tradisi dikalangan intelektual dalam membaca realitas sosial
kaidah dan dalil yang tetap, oleh karena itu ilmu sosial belum menggunakan kacamata atau teori tertentu. (Zainuddin
lama berkembang, sedangkan sifat obyeknya yaitu masyarakat Maliki, Narasi Agung)
terus berubah, hingga hubungan antara unsur-unsur dalam Dalam beberapa hal, teori ilmiah berbeda dengan asumsi-
kehidupan belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas. asumsi yang telah ada dalam kehidupan sehari-hari dan secara
Lain halnya dengan ilmu pengetahuan alam yang telah lama tidak sadar telah dimiliki orang. Pengetahuan yang dimiliki
berkembang, sehingga telah memiliki kaidah dan dalil yang oleh seseorang dalam kehidupannya dapat menjadi suatu teori
teratur dan diterima oleh masyarakat, dikarenakan obyeknya yang merupakan bagaian dari kegiatan ilmiah. Dalam
bukan manusia. Ilmu sosial yang usianya relatif muda, masih memasuki era pelahiran ini, merupakan kajian dari teori yang
berada pada tahap analisis dinamika artinya analisis pada eksplisit, sehingga menjadi obyektif, kritis, dan lebih abstrak
dataran masyarakat manusia yang bergerak. (Soerjono dari pada yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar). Dalam proses pembentukan teori tidak pernah muncul dari
Ditengah kehidupan masyarakat, banyak sumber penge- awal, tidak mungkin bagi ahli teori sosial untuk menghilang-
tahuan yang bersifat taken for granted, sumber tanpa perlu kan pengaruh-pengaruh pengalaman sosial pribadinya, atau
diolah lagi tetapi diyakini akan membantu memahami realitas pengaruh dari pengalaman, dan cara pandang dunia sosial.
kehidupan ini. Masyarakat dapat langsung begitu saja Proses pembentukan teori berlandaskan pada images funda-
memakai pengetahuan taken for granted tersebut sebagai mental tertentu mengenai kenyataan sosial. Gambaran
sebuah pegangan yang diyakini benar atau berguna untuk tersebut dapat melingkupi asumsi filosofis, dasar mengenai
memahami dunia dimana ia hidup. Jenis pengetahuan tanpa sifat manusia dan masyarakat, atau sekurang-kurangnya
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 177 178 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

pandangan yang mengatakan bahwa keteraturan tertentu diteliti dan bahkan menjadikannya sebagai subyek. Sedangkan
akan dapat diramalkan dalam dunia sosial. Teori ilmiah lebih data yang baik dalam pandangan cita-cita liberal merupakan
menggunakan metodologi dan bersifat empiris. (Doyle Paul yang bebas dari muatan nilai, moral dan kebajikan obyek
Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Moderen) penelitiannya, tetapi hal ini tidak akan pernah terjadi walau-
Pengklasifikasian dalam ilmu sosial terdiri dari tiga pun dalam penelitiannya bekerja keras. Contoh dari ilmu
persfektif besar yang berkembang selama ini, yakni persfektif sosial perfeksionis, adalah marxisme dan feminisme.
struktural fungsional, struktural konflik, dan konstruksion- Marxisme yang mencita-citakan masyarakat tanpa kelas,
isme. Ketiga aliran tersebut masing-masing mengkritik sedangkan feminisme masyarakat tanpa eksploitasi seksual.
dengan mematahkan proposisi, konsep maupun teori yang Keduanya memiliki persamaan anti eksploitasi dan dominasi.
ditawarkan satu sama lain. Namun kritik tersebut tidak dapat Selanjutnya Root mengusulkan agar dalam cita-cita ilmu
menggoyahkan hegemoni masing-masing, hingga saat ini sosial liberal diganti dengan ilmu sosial perfeksionis yang
masih memiliki pengikut yang setia. Ketiga teori sosial ter- komunitarian, yakni ilmu sosial yang memperhatikan nilai-
sebut, merupakan upaya dalam memahami realitas kehidupan nilai pada sebuah obyek penelitian, dan komunitas. Ilmu
dengan harapan orang dapat menghimpun dan memaknai sosial komunitarian adalah ilmu sosial jenis partisipatory
informasi secara sistematik bukan saja untuk menyumbang reseach, bukan ilmu sosial empiris analitis dan bukan juga
pengembangan teori, tetapi lebih penting lagi untuk me- ilmu sosial terapan. (Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid)
mecahkan persoalan untuk tujuan keberhasilan dalam meng-
arungi pergumulan kehidupan. (Zainuddin Maliki, Narasi B. Paradigma Ilmu Sosial
Agung) Paradigma dapat didefinisikan dalam berbagai teori sesuai
Micheal Root dalam Philosophy of Social Science, mem- dengan sudut pandang setiap orang. Ada yang menyatakan
bedakan jenis ilmu sosial, yakni ilmu sosial yang bercorak paradigma merupakan citra yang fundamental dari pokok
liberal dan ilmu sosial bercorak perfeksionis. Ilmu sosial permasalahan suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang
liberal dikarenakan ia tidak berusaha mempromosikan suatu seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang seharus-
cita-cita sosial, dan nilai kebajikan tertentu. Akar dari gagasan nya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya
liberal ialah liberalisme dalam politik. Peneliti dalam ilmu ini diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Para-
bersifat neutralisme, tetapi tidak pernah terjadi dalam ilmu digma diibaratkan sebuah jendela, tempat mengamati dunia
sosial. Lain halnya dengan ilmu sosial yang bercorak luar, dan bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya
perfeksionis berusaha mencari wahana dari cita-cita mengenai (world view). (Agus Salim, Teori dan Paradigma Peneliti-an
kebajikan, dalam hal ini bersifat partisipan. Ilmu sosial ini Sosial). George Ritzer mendefisikan tentang paradigma
bersifat tidak bebas nilai, menghargai obyek-obyek yang gambaran fundamental mengenai subyek ilmu pengetahuan.
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 179 180 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Ia memberikan batasan apa yang harus dikaji, pertanyaan sosial. Paradigma sosial terbatas pada pandangan dua hal;
yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab, dan aturan- pertama, paradigma sosial yang hanya dimiliki oleh kalangan
aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang terbatas dan tidak mesti diterima oleh anggota masyarakat.
diperoleh. Paradigma merupakan unit consensus yang amat Masyarakat yang menerima paradigma ini adalah masyarakat
luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai untuk melakukan ilmiah, terciptanya komunikasi guna menciptakan paradigma
pemilihan masyarakat ilmu pengetahuan (sub-masyarakat) sosial. Kedua, paradigma sosial yang berlaku dalam aspek
yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain. Dengan tertentu dari kehidupan dan bukan aspek yang menyeluruh.
paradigma menjadikan suatu pengetahuan akan mendapatkan Paradigma sosial lebih terbatas dalam ruang lingkup
informasi teori yang dapat mengkoordinasikan pengetahuan penerimaan dari pada pandangan dunia yang berlaku sebagai
dan memberikannya makna. (Zainuddin Maliki, Narasi elemen dasar dari paradigma sosial dan merupakan pandangan
Agung) dunia baik dalam komponen dasar, keyakinan atau sistem
Sebagai suatu konsep paradigma yang pertama kali keyakinan dan nilai-nilai yang terkait. Sebagaimana dalam
dikenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure pandangan Stephen Cotgrove, bahwa paradigma memberikan
of Scientific Revolution, kemudian dipopulerkan oleh Robert kerangka makna, sehingga pengalaman memberikan makna
Friedrichs melalui bukuya Socilology of Sociology 1970. dan dapat dipahami. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)
Tujuan utama dalam buku Kuhn; ia menentang asumsi yang
berlaku secara umum dikalangan ilmuan mengenai perkem- C. Ilmu Sosial Positivistik
bangan ilmu pengetahuan. Kalangan ilmuan pada umumnya Positivistik merupakan paradigma yang paling awal
berdiri bahwa perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan paham
terjadi secara komulatif. Kuhn menilai pandangan demikian aliran ini pada ontology realisme yang menyatakan bahwa
merupakan mitos yang harus dihilangkan. Sedangkan tesisnya realitas ada (exist) dalam kenyataan berjalan sesuai dengan
mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan hukum alam (natural lows). Upaya penelitian untuk
terjadi secara komulatif tetapi secara revolusi. Perubahan mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana
yang utama dan penting dalam ilmu pengetahuan terjadi sesungguhnya realitas itu berjalan. Positivis muncul pada abad
akibat revolusi, bukan karena perkembangan secara komu- 19 yang dipelopori oleh Auguste Comte. Dalam pencapai
latif. (George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpara- kebenaran maka harus menanyakan langsung pada obyek
digma Ganda). yang diteliti, dan obyek dapat memberikan jawaban langsung
Paradigama sosial mengacu pada orientasi perseptual dan pada peneliti yang bersangkutan. Metodologi yang digunakan
kognitif yang dipakai oleh masyarakat komunikatif untuk eksperimen empiris atau metodelogi yang lain agar temuan
memahami dan menjelaskan aspek tertentu dalam kehidupan yang diperoleh benar-benar obyektif dan menggambarkan
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 181 182 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

yang sebenar-benarnya. (Agus Salim, Teori dan Paradigma menggambarkan perkembangan masyarakat disertai dengan
Penelitian Sosial). perkembangan cara berpikir manusia. Cara berpikir manusia
Kaum positivistik mempercayai masyarakat merupakan mulanya bersifat teologis, spekulatif tetapi kemudian berkem-
bagian dari alam dan bahwa metode penelitian empiris dapat bang mendekati kenyataan bersifat konkret, oleh karena itu
dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte bersikap positif dan ilmiah.
mempercayai penemuan dalam hukum-hukum alam akan Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua macam;
membukakan batas-batas yang pasti, melekat dalam kenyata- sosial dinamik dan sosial statis. Sosiologik merupakan sosial
an sosial, dan ia menilai masyarakat bagaikan suatu kesatuan dinamik yang digambarkan dengan teori yang menggambar-
organik yang kenyataanya lebih dari jumlah bagian yang kan kemajuan dan perkembangan masyarakat manusia. Comte
saling tergantung, tetapi tidak mengerti kenyataan ini. Oleh menggambarkan bahwa sejarah umat manusia pada dasarnya
karena itu, metode penelitian empiris harus digunakan dalam ditentukan oleh pertumbuhan dari pemikiran manusia dan
kenyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian ilmu sosial haruslah merupakan hukum tentang perkembang-
seperti halnya gejala fisik. Perkembangan ilmu tentang an intelegensi manusia. Perkembangan pemikiran manusia
masyarakat bersifat ilmiah sebagai puncak dari proses menurut Comte terbagi menjadi tiga macam kerangka teologi,
kemajuan intelektual yang logis sebagaimana ilmu-ilmu telah dalam tingkat pemikirannya menganggap bahwa setiap gejala
melewatinya. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan terjadi dan bergerak berada dibawa pengaruh supra natural,
Moderen) metafisik dengan kerangka berpikir abstrak yang menganggap
Ilmu sosial positivistik digali dari beberapa pemikiran bahwa alam semesta dan segala isi diatur adanya gerak
dari tokoh-tokohnya yakni Saint Simon (Prancis), Auguste perubahan oleh hukum-hukum alam, dan ilmiah dengan
Comte (Prancis), Herbert Spencer (Inggris), Emile Durkheim kerangka berpikir positivistik yang beranggapan bahwa gejala
(Prancis), Vilfredo Pareto (Italia). Saint Simon menggunakan alam dan isinya dapat dipahami dan diterangkan oleh
metodologi ilmu alam dalam membaca realitas sosial masya- kenyataan-kenyataan obyektif/positif. (Hotman M. Siahaan,
rakat, ia mengatakan bahwa dalam mempelajari masya-rakat Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).
harus menyeluruh dikarenakan gejala sosial saling ber- Herbert Spencer. Menurut spencer bahwa obyek dari
hubungan satu dengan yang lain dan sejarah perkembangan ilmu sosial hubungan timbal balik dari unsur-unsur masya-
masyarakat sebenarnya menunjukan suatu kesamaan. Ilmu rakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan
pengetahuan bersifat positif yang dicapai melalui metode keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga
pengamatan, eksperimentasi dan generalisasi sebagaimana keagamaan. Unsur dalam masyarakat memiliki hubungan
digunakan dalam ilmu alam. Semua sejarah perkembagan yang tetap dan harmonis menjadi suatu integrasi. (Soerjono
sosial selalui disertai kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar). Spencer memiliki
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 183 184 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

kepercayaan bahwa manusia bersifat merdeka, dan setiap berupa analisa obyektif seperti untuk pertumbuhan, evolusi
individu dengan bebas menggunakan adatnya, serta kebebas- linier, multilinier, tipe-tipe sosial, dan good society.
an itu harus tetap dijaga agar tidak dapat mengganggu Kemudian pemikirannya diterjemahkan menjadi diferensisasi
kebebasan yang lain. Ia juga menjelsakan tentang pentingnya sebagai interelasi dan integrasi berbagai aspek penting dalam
lembaga sosial dalam membentuk karakter individu, dan sistem masyarakat. Ilmuwan sosial yang diajurkan oleh
hubungan manusia dengan masyarakat merupakan proses dua Spencer berusaha untuk keluar dari bias dan sentimen
jalur. Dimana individu mempengaruhi masyarakat dan masya- tertentu. Ia ingin menggambarkan bahwa betapa upaya
rakat mempengaruhi individu. Spencer dalam memandang mempertahankan ide dan kepentingan material cenderung
masyarakat mengunakan teori evolusi dari evolusi universal mewarnai dan mendistorsikan persepsi seseorang dalam
berubah menjadi evolusi homogen tidak menentu menjadi memahami realitas sosial. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
evolusi heterogen dan menentu. Masyarakat menurut per- Emile Durkheim. Titik tekan kajiannya berlawanan
kembangannya dimuali dari hal yang sederhana, menuju dengan kajian dari Spencer, bahwa individu dibentuk oleh
kompleksitas hingga menjadi terspesialisasi. Ia dalam meman- masyarakat. Asumsi yang paling fundamental dalam pan-
dang masyarakat menggunakan analogi organisme sebagai- dangan Durkheim adalah bahwa gejala sosial yang ril dan
mana dalam ilmu biologi. Secara sederhana menurut Spencer mempengaruhi kesadaran individu serta prilakunya, berbeda
bahwa masyarakat dibentuk oleh individu. (Hotman M. dari karakteristik psikologi, biologi atau karakteristik individu
Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). yang lain. Gejala sosial atau fakta sosial yang ril dapat
Terdapat perbedaan pemikiran antara Comte dan dipelajari dengan metode-metode empirik, memungkinkan
Spencer, tetapi kemudian ia saling melengkapi dalam tradisi ilmu yang membahas tentang masyarakat dapat dikembang-
ilmu sosial yang bercorak positivistik, Comte dalam meman- kan. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan
dang masyarakat dengan cara menjelaskan perkembangan Moderen). Jiwa suatu kelompok sangat mempengaruhi
persepsi manusia, menekankan perlunya aktualisasi ide, dan individu, ia mengatakan bahwa kesadaran kolektif berbeda
Spencer menekankankan perlunya aktualisasi benda. Comte dengan kesadaran individu. Kata Durkheim aturan yang
berusaha menginterpretasikan genetik dari fenomena yang berada diluar kontrak memungkinkan diadakannya kontrak-
membentuk alam dan Spencer menafsirkan genetik dari kontrak sosial yang mengikat kontrak dan menentukan sah
feomena yang membentuk alam. Comte lebih bersifat subyek- tidaknya suatu kontrak. Aturan yang diluar kontrak inilah
tif sedangkan Spencer bersifat obyektif. Spencer tidak hanya yang dikatakan sebagai kesadaran kolektif. Durkheim mem-
tertarik pada perkembangan ide, tetapi mengembangkan ide berikan sifat yang ada pada kesadaran kolektif yakni exterior
pada perubahan korelatif dalam organisasi sosial, tertib sosial dan constraint, exterior berada diluar individu yang masuk
struktur, maupun progres. Teori yang dimiliki oleh Spencer kedalam individu dalam mewujudkan aturan moral, agama
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 185 186 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

dan yang lain. Sedangkan untuk constraint merupakan yang logis. Masyarakat baginya merupakan fenomena keter-
kesadaran yang bersifat memaksa. Kesadaran kolektif merupa- gantungan, karena faktor yang telah dibentuk oleh masya-
kan konsensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial rakat saling bergantung dan saling mempengaruhi. Ilmu sosial
diantara masyarakat yang bersangkutan. (Hotman M. Siahaan, baginya merupakan hal yang mempelajari uniformitas dalam
Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). masyarakat. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah
Kajian dalam ilmu sosial menurut Durkheim adalah dan Teori Sosiologi). Pareto mempercayai bahwa konsep
melakukan pembacaan terhadap realitas sosial dengan cara equilibrium sangat berguna dalam memahami kehidupan
makro dengan menggunakan pendekatan fakta sosial. Fakta sosial yang kompleks. Ia mencoba menjelaskan pertautan
sosial suatu kenyataan yang memiliki karakteristik khusus variabel yang masing-masing diyakini menyumbangkan
yakni mengandung tata cara bertindak, berpikir dan merasa- keseimbangan dalam masyarakat. (Zainuddin Maliki, Narasi
kan sesuatu yang berada diluar individu, ditanamkan dengan Agung).
kekuatan koersif. Fakta sosial merupakan cara bertindak, yang Dalam ilmu sosial positivistik bersifat bebas nilai,
memiliki ciri-ciri gejala empirik, yang terukur secara ekster- obyektif dan dalam perubahan yang terjadi dalam masyarkat
nal, menyebar dan menekan. Kekuatan koersif merupakan memandangnya pada evolusi sosial. Perubahan yang terjadi
kekuatan untuk menekan individu. Fakta sosial dapat dikaji dengan evolusi tersebut yang menekankan pada equilibrium
melalui data diluar pikiran manusia, studi yang terukur dan ini, sehingga dalam ilmu sosial positivistik lebih bersifat status
empirik merupakan koreksi terhadap Comte dan Spencer. quo dan tidak peka perubahan. Pandangan yang digunakan
Fakta sosial merupakan kumpulan fakta individu, tetapi dalam ilmu ini menggunakan pendekatan makro melihat
kemudian diungkapkan dalam suatu angka sosial. Angka realitas sosial dengan menggunakan sistem dan bagaimana
merupakan representasi individu yang berkumpul sehingga individu terbentuk oleh sistem sehingga bersifat deter-
menjadi plural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung). ministik. Asumsi dasar dalam ilmu sosial positivistik meman-
Vilfredo Pareto. Menurut Pareto dalam ilmu sosial bahwa dang masyarakat bagaikan sebuah sistem organisme dimana
ia mengamati fakta-fakta atau kenyataan secara obyektif satu dengan yang lain saling berkaitan dan terdiri dari
melalui penalaran logika. Observasi atau eksperimentasi ter- berbagai macam struktur dan menjalankan fungsinya masing-
hadap fakta yang tidak membutuhkan pra anggapan yang masing. Jika diturunkan dalam metodologi penelitian maka
diwarnai suatu prasangka. Dalam logico experimental ada dua tujuan dari penelitian untuk menjelaskan dan memaparkan
elemen dasar yakni yang dinamakan logical reasoning dan tentang gejala sosial, penelitian harus obyektif, terukur, bebas
observation of the fact. Teori sosial yang ada selama ini nilai, dan peneliti bersifat netral. Penelitian ini dapat diguna-
bersifat dogmatis, metafisis, non logis, absolut dan bersifat kan untuk generalisasi terhadap persoalan yang lain. Metode
moral saja. Tindakan bagi Pareto didasarkan pada sesuatu
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 187 188 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

penelitian merupakan penelitian kuantitatif, dengan konstruk melalui proses partisipasi dalam kehidupan dimana
menggunakan pencarian data melalui angket dan kuosioner. ia hidup. Dalam tradisi konstruktivis, mereka ingin keluar
motif dengan alasan tindakan individual guna memasuki
D. Ilmu Sosial Kontruktivisme ranah struktural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Paradigma konstruktivis dalam ilmu sosial sebagai kritik Max Weber. Weber mengajukan bahwa dalam ilmu
terhadap ilmu sosial positivistik. Menurut paradigma ini, sosial yang dipakai menggunakan pendekatan verstehende. Ia
bahwa realitas sosial secara ontologis memiliki bentuk melihat ilmu sosial berusaha untuk memahami tindakan-
bermacam-macam yang merupakan konstruksi mental, ber- tindakan sosial dan menguraikannya dengan menerangkan
dasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal, spesifik dan ter- sebab-sebab tindakan tersebut. Yang menjadi kajian pokok
gantung pada orang yang melakukan. Realitas sosial yang dalam ilmu ini menurutnya bukanlah bentuk subtansial
biasa dilakukan oleh kaum positivistik setelah diamati tidak kehidupan masyarakat maupun nilai obyektif dari tindakan,
dapat digeneralisir pada semua orang. Epistemologi antara melainkan semata-mata arti yang nyata dari tindakan per-
pengamatan dan obyek dalam aliran ini bersifat satu kesatuan, orangan yang timbul dari alasan-alasan subyektif. Verste-
subyektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi antara hende merupakan motode pendekatan yang berusaha untuk
keduanya. Aliran ini menggunakan metodologi hermeneutis mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa
dan dialektis dalam proses mencapai kebenaran. Metode yang sosial historis. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah
pertama kali dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau dan Teori Sosiologi). Weber melihat bahwa individulah yang
konstruksi pendapat orang-perorang, kemudian membanding- memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan be-
kan dan menyilangkan pendapat dari orang sehingga tercapai berapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan
suatu konsensus tetang kebenaran yang telah disepakati dengan rasionalitas. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
bersama. (Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial). Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa
Konstruktivis dapat ditelusuri dari pemikiran Weber tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga
yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara dapat berupa tindakan yang bersifat "membatin", atau bersifat
fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari
sebagai agen dalam mengkonstuksi realitas sosial. Cara situasi tertentu. Dari pandangan dasar yang dimiliki oleh
konstruksi yang dilakukan dengan cara memahami atau Weber maka ia menganjurkan penelitiannya dalam bidang
memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Oleh ilmu ini meliputi; tindakan manusia yang mengandung
Karena itu tugas ilmu sosial dalam hal ini mengamati cara makna, tindakan nyata bersifat subyektif dan membatin,
agen melakukan penafsiran, dan memberi makna terhadap tindakan pengaruh positif dari situasi dan tindakan itu
realitas. Makna berupa partisipan agen dalam melakukan diarahkan kepada beberapa orang atau individu. Mempelajari
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 189 190 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

tindakan sosial dan ia menganjurkan lewat penafsiran dan individu merupakan sesuatu yang ekstrim, dan ia mengakui
pemahaman (interpretative understanding). Peneliti meng- bahwa pengaruh dinamika sejarah begitu besar terhadap
interpretasikan tindakan si aktor dalam artian mendasar individu. Pandangan Weber bersifat subyekif dan tujuannya
dengan maksud memahami motif tindakan si aktor. Cara untuk masuk kedalam arti subyektif yang berhubungan
memahami motif tindakan aktor, Weber memberikan dua dengan kategori interaksi manusia. (Doyle Paul Jonshon,
cara, pertama melalui kesungguhan, mencoba mengenangkan Teori Sosiologi Klasik dan Moderen).
dan menyelami pengalaman aktor. Peneliti menempatkan diri Pemikiran Weber dari tindakan sosial dan metode
pada aktor dan berusaha memahai sesuatu yang dipahami oleh verstehende berkembang dibawa oleh beberapa ilmuan
aktor. Metode pemahaman yang ditawarkan oleh Weber menjadi tradisi konstruktivisme. Tradisi ini dikembangkan
bersifat pemberian penjelasan kausal terhadap tindakan sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, mereka berangkat
manusia. (George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Ber- dari manusia mengkonstruksi realitas sosial dari persfektif
paradigma Ganda). subyektif dapat berubah menjadi obyektif. Proses konstruksi
Perbedaan antara Weber dan Durkheim tentang mulai membiasakan tindakan yang memungkinkan aktor-
kenyataan sosial. Bagi Durkheim ilmu sosial mempelajari aktor mengetahui tindakan itu berulang-ulang dan memberi-
fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa individu. kan keteraturan. Hubungan individu dengan institusi bersifat
Kenyataan sosial bagi Durkheim sebagai situasi mengatasi dialektik yang berisi tiga momentum yakni; masyarakat
individu berada dalam suatu tingkatan yang bebas. Sedangkan merupakan produk manusia, masyarakat merupakan realitas
bagi Weber kenyataan sosial merupakan sesuatu yang didasar- obyektif, dan manusia sebagai produk masyarakat. Bahwa
kan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial. makna-makna umum dimiliki bersama dan diterima sebagai
Durkheim memiliki pandangan berhubungan dengan realisme dasar dari organisasi sosial. Konstruksi sosial berusaha menye-
sosial, melihat masyarakat sebagai tautan yang riil, terlepas imbangkan struktur masyarakat dengan individu. (Zainuddin
dari individu yang kemudian masuk didalamnya menurut Maliki, Narasi Agung).
prinsip-prinsip yang khas, dan tidak mencerminkan individu- Aliran konstruktivis merupakan respon terhadap positiv-
individu yang sadar. Teori ini membandingkan masyarakat istik dan memiliki sifat yang sama dengan positivistik, sedang-
sebagai bentuk organis biologis dalam artian menilai masya- kan yang membedakan obyek kajiannya sebagai langkah awal
rakat merupakan suatu kenyataan yang lebih dari sekedar dalam memandang realitas sosial. Positivistik berangkat dari
jumlah bagiannya. Sedangkan Weber berposisi nominalis, sistem dan struktur sosial, sedangakan konstruktivis berangkat
dengan artian bahwa individu yang ril secara obyektif, dan dari subyek yang bermakna dan memberikan makna dalam
masyarakat merupakan suatu nama yang menunjuk pada realitas sosial. Jika mau diturunkan dalam metodologi
sekumpulan individu. Analisis Weber dalam memandang penelitian menjadi tujuan ilmu sosial ini memahami realitas
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 191 192 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

sosial, ilmu bersifat netral dan bebas nilai. Asumsi dasar yang mekanisme adminitrasi, dan melahirkan budaya semu yang
digunakan bahwa manusia sebagai mahluk yang berkesadar- melahirkan represifitas struktur yang melumpuhkan manusia.
an. Penelitian yang dipakai merupakan kualitatif, metode Munculnya pemikiran Mazhab Frankfurt merupakan
pencarian data dengan wawancara dan observasi. Dalam upaya untuk melawan krisis pada waktu saat itu, ia kecewa
memandang masyarakat merupakan realitas yang beragam terhadap pengaruh filsafat positivistik yang melahirkan
dan memiliki keunikan tersendiri, sehingga dari hasil persfektif obyektivistik dan pengaruhnya masuk kedalam
penelitian yang didapatkan tidak untuk menggeneralkan pada seluruh disiplin ilmu pengetahuan. Bagi mereka, dengan
obyek yang lain. pemikiran yang telah diiajukan oleh positivistik telah
melahirkan wawasan dan cara pemikiran jangka pendek.
E. Ilmu Sosial Kritis Kenyakinan positivisme telah menimbulkan krisis, oleh
Ilmu sosial kritis tidak dapat dilepaskan dari pemikiran karena itu ia menawarkan pemikiran alternative "teori kritis".
filosof kontemporer di Jerman yang mencoba mengembang- Akar pemikiran Mazhab ini dapat ditelusuri dari Marx, Hegel
kan teori Marxian guna memecahkan persaolan yang dihadapi yang telah memberikan banyak ilustrasi dan memberikan
sekarang. Teori sosial ini merupakan upaya pengkritisan pencerahan. Analisis yang digunakan frankfurt menggunakan
terhadap the father dari filsafat Jerman dan mengkritisi dua proporsi yang utama. Pertama, pemikiran seseorang
pemikiran Marx yang telah menjadi ideologi bukannya ilmu. merupakan produk masyarakat dimana ia hidup. Pemikiran
Marx yang telah menjadi ideologi dapat dilihat pada negara manusia terbentuk secara sosial, maka tidak mungkin orang
komunis sehingga ajaran Marx membatu dan tidak besifat mencapai pengetahuan dan kesimpulan obyektif, bebas dari
transformatif. Secara garis besar Mazhab Frankfurt dalam pengaruh perkembangan zaman dan pola-pola konseptual
kelahirannya mengkritisi pemikiran ilmu dan realitas. Ritzer yang ada dimana manusia hidup. Kedua, ilmuan dan intelek-
mencoba memetakan sasaran kritik para pemikir dari mazhab tual tidak dapat obyektif, mencoba bersikap bebas nilai dalam
Frankfurt yang terdiri dari; kritik terhadap dominasi ekonomi membangaun persfektif pemikirannya. Seorang intelektual
dan sosiologi yang pada intinya mengatakan bahwa sosiologi harus kritis memahami prilaku masyarakat dan menjadikan
bukanlah sekedar ilmu atau metode tetapi harus dapat orang menyadari apa yang harus mereka kerjakan sesuai
mentransformasikan struktur sosial dan membantu manusia perubahan yang terjadi. Pemikiran kritis menyadari bahwa
keluar dari tekanan struktur, kritik filsafat positivistik yang pemikiran buklanlah sesuatu yang memiliki keunikan
memandang manusia sebagai obyek (alam) dan tidak tanggap obyektif, mereka percaya bahwa di dunia pengetahuan
terhadap perubahan, kritik terhadap masyarakat moderen terdapat kebenaran dan pengetahuan yang ril. Pendekatan
yang telah dikuasai oleh revolusi budaya, kritik budaya inilah yang mencoba membedakan mainstream pengetahuan
(birokrasi) yang menyebabkan masyarakat dibatasi oleh positivis yang memisahkan peran dan nilai dalam analisisnya.
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 193 194 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Positivisme yang mereka pakai lebih mengacu pada kajian kan teori kritis ini menggantungkannya pada evaluasi, kritik
empirik terhadap hipotesis dan pengetahuan obyektif. dan refleksi terhadap dirinya sendiri. Ketiga, teori kritis
(Zainuddin Maliki, Narasi Agung) memiliki kecurigaan terhadap masyarakat, dikarenkan ada
Kata kunci kritik merupakan upaya untuk memahami upaya untuk mengurai kedok ideologi yang dipakai untuk
teori kritis, kritik dalam teori ini mengupayakan agar menutupi ketimpangan dan kontradiksi dalam masyarakat.
kebudayaan dan masyarakat moderen bersifat emansipatoris, Dan yang keempat, teori ini mengupayakan sisi praksis,
seperti seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik dan ke- dengan maksud melakukan transformasi sosial.
budayaan yang telah diselubungi oleh ideologi, dan meng- Teori kritis dalam mengkritik masyarakat moderen
untungkan pihak-pihak tertentu sekaligus mengasingkan dilakukan dengan dua cara; pertama, menelusuri akar-akar
manusia dalam kehidupan masyarakat. Kata kritik berakar berpikir positivistik masyarakat moderen dengan melakukan
dalam tradisi filsafat itu sendiri dan sudah dipakai sejak zaman proses rasionalisasi dalam masyarakat barat. Kedua, menun-
pencerahan. Kritik merupakan refleksi diri atas rintangan- jukkan cara berpikir positivistik yang telah mewujudkan
rintangan, tekanan-tekanan dan kontradiksi yang meng- dirinya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlaku
hambat proses pembentukan diri dan rasio dalam sejarah. sebagai ideologi yang diterima sukarela oleh masyarakat
Kritik juga merupakan refleksi atas proses menjadi sadar atau moderen. Mereka ingin mengkritik masyarakat moderen
refleksi tentang asal-usul tentang kesadaran. Pada generasi sebagai struktur yang telah menindas, melainkan cara berpikir
pertama mereka melontarkan kritik terhadap sainstisme atau positivistiklah yang menjadi ideologi dan mitos. Rasionalitas
positivisme yang telah menghasilkan masyarakat yang pada zaman ini berfungsi sebagai ideologi dan dominasi, dan
irasional dan ideologis. Teori kritis mengupayakan adanya menjadikan cara berpikir saintis telah membeku menjadi
keterkaitan rasio dan kehendak, riset dan nilai, pengetahuan ideologi atau mitos. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
dan kehidupan, teori dan praksis. Teori kritis menurut mengabdi kepada manusia melainkan manusia yang mengabdi
Horkheimer memiliki empat karakter; pertama, teori ini kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut mahzab ini
bersifat historis dalam artian diperkembangkan berdasarkan manusia sekarang tidak ditindas oleh manusia yang lain tetapi
situasi masyarakat yang konret dan berpijak diatasnya. Teori ditindas oleh sistem teknologi yang mencengkram segenap
ini merupakan kritik immanen terdapat yang nyata dan tidak alamiah dan sosial manusia. Apa yang mereka sebut iu
manusiawi. Kedua, teori kritis disusun berdasarkan kesadaran merupakan rasional teknologis, merupakan karakter dari
dan keterlibatan historis para pemikirnya, dengan maksud zaman rasional sekarang ini. Pada generasi pertama mereka
mereka menyadari bahwa teori ini dapat terjatuh pada tidak dapat menemukan jalan keluar dari masyarakat yang
dataran ideologi. Misalkan dalam teori tradisional meng- mereka kritik. Pada teori kritis pertama konsep praksis
gantungkan keshahihannya dengan verifikasi empiris, sedang- merupakan kerja dalam pandangan Marxian. Praksis eman-
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 195 196 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

sipatoris yang mereka lakukan dapat menimbulkan perbudak- Matrik Ilmu Sosial Kritis
an baru karena emansipasi penguasaan baru. Oleh karena itu Parameter Dimensi kerja
Dimensi Dimensi
Habermas sebagai generasi kedua menawarkan praksis disam- komunikasi kekuasaan
Kepentingan Teknis Praktis Emansipatoris
ping praksis kerja. Hal tersebut dikarenakan komunikasi Pengetahuan Informasi Interpretasi Analitis
masih ada kebebasan sehingga ada tempat bagi rasio kritis. Tindakan Tindakan-rasional- Tindakan Tindakan
Dengan ide komuikasi, Habermas mengtasi positivisme bertujuan komunikatif revolusioner-
dengan menunjukan keterkaitan antara teori dan praktik. emansipatoris
Ungkapan Proposisi- Bahasa sehari-hari, Pembicaraan
Praksis kerja dan komunikasi merupakan dua tindakan dasar lingustik proposisi deduktif language game, emansipatoris
manusia yang menentukan manusia sebagai spesies bergerak nomologis ungkapan-ungkap-
dan hidup di dalam dunia. (monologal) an dialogal
Pengetahuan dan praksis manusia dapat mengarahkan Metodologi Empiris-analitis Historis- Refleksi-diri
hermeneutis
pengetahuan sebagai; pertama, spesies manusia yang memiliki
Sistematika Ilmu empiris- Ilmu histories- Ilmu-ilmu kritis
kepentingan untuk mengontrol lingkungan eksternalnya metodis analitis (ilmu hermeneutis (ilmu-
melalui pranata-pranata kerja dan kepentingan mewujudkan pengetahuan ilmu pengetahuan
dirinya dalam pengetahuan informatif yang secara metodis alam) sosial budaya)
disistematiskan dalam ilmu empiris analitis. Kedua, manusia
memiliki kepentingan praksis untuk menjalin pemahaman Ilmu sosial kritis jika mau diderivasikan dalam metode-
timbal balik melalui perantaraan bahasa dan kepentingan logi penelitian, merupakan suatu ilmu yang emansipatoris
mewujudkan dirinya dalam pengetahuan interpretatif dan untuk melakukan transformasi sosial. Ilmu ini tidak bebas
sistematis metode dalam ilmu sosial historis-hermeneutis. nilai, berpihak kepada kemanusiaan dan melakukan pem-
Manusia memiki kepentingan partisipatoris untuk membebas- berdayaan sehingga tercipta masyarakat yang berkeadilan.
kan diri dari hambatan ideologis melalui perantaraan Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif ataupun
kekuasaan dan kepentingan, mewujudkan dirinya dalam kuantitatif, dan yang terpenting bukan memaparkan realitas
pengetahuan analitis yang disistematiskan pada ilmu sosial sosial yang terjadi tetapi melakukan perubahan guna tercipta
kritis. (Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi). masyarakat yang berkeadilan. Data diperoleh dengan wawan-
cara, observasi, angket, atau kuisioner guna melakukan pem-
bacaan awal. Peneliti bersikap partisipatif dengan yang
diteliti, tidak ada jarak dan langsung memberikan penyadaran
dan refleksi diri sesuai apa yang telah dicita-citakannya.

Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 197 198 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

F. Ilmu Sosial Profetik karakter transformatif. Kuntowijoyo merupakan sosok


Ilmu Sosial Profetik (ISP) merupakan tugas berat yang intelektual yang senang membaca, hal ini dapat dilihat dari
harus diemban agar dapat menjadikan nilai-nilai Islam karya-karyanya yang berkaitan dengan teori perubahan sosial,
diterima. Secara kelahirannya ISP merupakan suatu hasil dari ia sempat juga menggunakan teori sosial dari tokoh Marx,
pemikiran tokoh yang prihatin melihat realitas sekarang dan Weber, dan Durkheim. Selanjutnya dalam melihat periodesasi
mencoba untuk melakukan transformasi guna menciptakan perkembangan umat Islam, Kuntowijoyo menggunakan
yang lebih baik. ISP sebagai produk dari pemikiran perlu analisis dari Comte. Setelah melakukan kajian terhadap ilmu
mendapatkan pengkritisan sebagai sarana pembenahan baik sosial, ia mencoba memberikan respon ataupun tanggapan
segi teori ataupun metodologinya sehingga ISP dapat sejajar terhadap yang ia kaji. ISP merupakan ilmu sosial alternatif
dalam paradigma ilmu sosial yang lain. ISP selama ini, terhadap ilmu sosial yang selama ini berkembang cenderung
merupakan suatu gerilya intelektual dan masih dimiliki oleh bercorak liberal dan logika positivistik. Sebagaimana dalam
kalangan akademisi tetapi hanya sekedar wacana dan diskusi. era post-moderenis ilmu sosial saling berevolusi dalam
Pemahaman kalangan akademisi tentang ISP belum dapat dataran paradigmatik. Begitupula, dengan ISP merupakan
disejajarkan dengan paradigma ilmu sosial yang lain. Pema- kritisi terhadap tiga ilmu sosial yang selama ini berkembang
haman tersebut menjadikan akademisi kurang begitu serius, seperti ilmu sosial yang bercorak positivistik, konstruksion-
menjadikan ilmu ini setara dan sejajar dengan paradigma ilmu isme yang bercorak liberal dan ilmu sosial yang bercorak
sosial yang lain bercorak liberal ataupun yang perfeksionis. kritis yang memiliki sifat perfeksionis.
Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih tentang ISP Ilmu sosial positivistik, dalam memandang masyarakat
guna merekonstruksinya, agar ISP dapat digunakan untuk bagaikan sebuah sistem atau struktur. Letak pengkritisian
melihat dan menyelesaikan problem sosial yang selama ini terhadap ilmu ini memandang manusia tidak memiliki
terjadi. kebebasan, individu bersifat deterministik, ilmu ini tidak
Sebagaimana dalam sosiologi pengetahuan, ISP sebagai mengupayakan transformasi sosial, tetapi lebih cenderung
produk dari pemikiran agar tidak membeku, menjadi ideologi mempertahankan status quo. Ilmu sosial positivistik di-
dan menjadi mitos baru, maka perlu melakukan refleksi diri pelopori oleh Comte dan di kembangkan oleh Durkheim.
dan evaluatif. ISP yang dilontarkan oleh Kuntowijoyo yang Sedangkan untuk ilmu sosial konstruktivis dipelopori oleh
dalam kelahirannya tidak dapat dilepaskan dari realitas pada Weber, ilmu sosial konstruktivis sama dengan ilmu sosial
saat itu, secara sederhana dapat dipetakan menjadi dua positivistik ia bersifat liberal. Sedangkan yang membedakan
macam; pertama, interaksi Kuntowijoyo dengan berbagai dari ilmu ini, menjelaskan dan memaparkan realitas sosial itu
macam ilmu sosial sehingga memunculkan respon terhadap beragam dan memiliki keunikan tertentu sehingga tidak dapat
ilmu sosial yang ada, dan sebagai tokoh yang memiliki digeneralkan. Dalam ilmu sosial konstruktivis memandang
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 199 200 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

manusia sebagai subyek yang bebas dan memiliki kesadaran agama diberi tafsiran baru dalam rangka memahami realitas
dan membentuk sistem. Sedangkan pengkritisian terhadap sosial, metode yang efektif dimaksudkan dalam rangka
ilmu kritis yang bersifat perfeksionis, Kuntowijoyo memapar- mengelaborasi ajaran agama kedalam teori sosial. Lingkup dari
kan dengan meminjam analisisnya Micheal Root. Bahwa ilmu sasaran ilmu sosial tersebut lebih dari rekayasa untuk
sosial yang bersifat perfeksinis seperti aliran Marxian, transformasi sosial, bukan dalam dataran permanen seperti
Freudian, dan Feminisme jatuh dalam dataran ilmu yang teologi, tetapi aspek yang temporal, empiris dan historis.
deterministik. Ilmu tersebut jatuh dalam dataran deter- Maka Kuntowijoyo lebih cenderung menggunakan ilmu sosial
ministik dikarenakan seperti Marxian mengandung determin- ketimbang teologi. Kebutuhan yang dilakukan dalam trans-
isme ekonomi, Freudian dalam determinisme biologis sedang- formasi sosial bukan saja perangkat yang bersifat obyektif,
kan feminisme mengalami determinisme seksual. (Kunto- tetapi melalui teori sosial dapat melakukan transformasi
wijoyo, Muslim Tanpa Masjid). Melihat ilmu sosial yang bersifat obyektif dan juga merupakan lahan garap yang
berkembang di era sekarang maka ia menawarkan ISP sebagai bersifat empiris.
ilmu yang sarat nilai, berpihak dan mengupayakan trans- Kuntowijoyo mengambil kata profetik yang memberi
formasi sosial, seperti ilmu sosial kritis yang telah digagas oleh gambaran tetang konsep kesadaran profetis, dilontarkan oleh
Mazhab Frankfurt yang telah dikembangkan oleh Jurgen Iqbal dalam bukunya Membangun Kembali Pemikiran Agama
Habermas. Islam. Muhammad Iqbal menggambarkan tentang mi'rajnya
Interakasi Kuntowijoyo dengan tokoh-tokoh yang mem- Nabi Saw, yang bertemu dengan Tuhan, seandainya nabi
pengaruhinya seperti Moeslim Abdurrahman, Muhammad seorang mistikus atau sufi, ia pasti tidak akan kembali karena
Iqbal dan Roger Garaudy. Moeslim Abdurrahman dengan sudah tentram dan tenang bersama-Nya. Tetapi ini lain, Nabi
pemikiran teologi transformatif, dalam hal ini Kuntowijoyo kembali ke bumi untuk melakukan perubahan dalam rangka
lebih memilih ilmu sosial dari pada teologi. Hal tersebut merubah sejarah, melakukan transformasi profetik. Selanjut-
disebabkan akan membingungkan dan kurang cocok diter- nya kata profetik juga terinspirasi dari seorang Filosof Prancis
jemahkan, bila menggunakan teologi maka dapat memuncul- Roger Garaudy dalam bukunya Janji-Janji Islam, disana
kan teologi yang lain seperti teologi pembebasan, teologi dipaparkan bahwa peradaban Barat tidak memuaskan di-
lingkungan dan lainnya. Sedangkan pemahaman umat tentang karenakan terombang-ambing dalam kedua kutub besar yakni
permasalah teologi merupakan yang tetap tidak berubah, oleh idealisme dan materialisme. Kelahiran filasafat barat (kritis)
karena itu ia lebih memakai ilmu sosial. Demikian pula, mempertanyakan bagaimana pengetahuan itu dimung-
teologi transformatif yang digagas oleh Moeslim Abdur- kinkan, lalu ia mengusulkan agar membalik pertanyaan agar
rahman yang diterjemahkan dalam ilmu sosial transformatif. bagaimana wahyu dimungkinkan. Dalam rangka untuk
Pergantian dari teologi dalam ilmu sosial dikerenakan agar menghindari kehancuran peradaban maka pilihan satu-
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 201 202 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

satunya menggunakan kembali warisan Islam (filsafat zaman ini merupakan kritik terhadap moderenisme dan
kenabian). Filasfat barat telah "membunuh" Tuhan dan patologi yang dihadapinya. Post-moderenisme merupakan
manusia, maka ia menganjurkan untuk menggunakan filsafat penyapaan kembali antara agama dan ilmu pengetahuan yang
kenabian dan mengakui wahyu sebagai salah satu dari sumber tidak berdiri sendiri atau terpisah. Agama sebagai inspirasi
kebenaran. dan sumber nilai/etik dari ilmu pengetahuan. Penyapaan ilmu
Kedua, respon terhadap kondisi realitas (kerangka ber- pengetahuan terhadap agama ini mencoba melakukan
pikir atau arus besar pemikiran yang berkembang) sekarang integrasi guna menjawab problem moderenitas dimana
dimana ISP dilontarkan. Realitas sekarang merupakan zaman terjadinya dehumanisasi dan kerusakan ekologi. Melihat era
post-moderenisme. Sebagaimana dalam tradisi moderenisme sekarang maka ISP memiliki peluang agar dapat diterima
yang muncul pada masa pencerahan yang ditandai dengan sebagai salah satu disiplin ilmu dikarenakan ISP mencoba
lontaran seorang filosof Prancis Rene Descartes dengan melakukan integrasi antara ilmu pengetahuan dengan agama.
semboyannya cagito ergo sum. Menurut Kuntowijoyo dalam Agama menjadikan nilai untuk melakukan transformasi sosial
zaman pencerahan yang berkembang menjadi moderenisme dan pengintegrasian nilai-nilai agama dalam masyarakat akan
terdapat dua ciri yang penting dan yang membedakan dengan mengarahkan kemana transformasi itu akan dibawa.
era post-moderenism. Pada zaman moderen kerangka berpikir Cita-cita ISP merupakan jawaban dari ilmu sosial trans-
sekuleristik mencoba memisahkan dengan tegas antara agama formatif dikarenakan dalam ISP bukan saja menjelaskan
dengan ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan Negara. bagaimana transformasinya tetapi untuk apa, oleh siapa dan
Moderenisme yang dikumandangkan adalah humanisme diarahkan kemana, sedangkan dalam ilmu sosial transformatif
antroposentris yang perkembangannya diharapkan mampu memiliki jawaban yang kurang jelas. ISP bukan hanya alat
memberikan kemerdekaan terhadap manusia tetapi sebalik- untuk melakukan transformasi tetapi diarahkan sesuai dengan
nya, yang terjadi sampai sekarang adalah dehumanisasi, cita-cita dan etis profetis. Cita-cita profetis dalam ISP
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan merupakan apa yang telah diidamkan oleh masyarakatnya.
untuk mempermudah manusia, tetapi kemudian terjebak oleh Cita-cita profetis diderivasi dari surat al Imran ayat 110.
sistem yang telah dibuat, menjadikan manusia diperbudak
oleh sistem dan teknologi. Sebagaimana dikemukakan oleh öÓÇ?äá?áóäæ?Ñ?ãúà ?Ê óä?æ?å?ä?Ê?æ öä?Ú öÑóßä?ã úáÇ óäæ?ä?ã?Ä?Ê?æ ö? ÇöÈ
Mazhab Frankfurt bahwa kerangka pikir moderenisme
menjadi rasional teknokratis atau dalam bahasa Herbert Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
Marcus menjadi manusia satu dimensi. manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
Realitas sekarang merupakan era post-moderenisme yang munkar dan beriman kepada Allah Swt" (QS. al Imran; 110).
memiliki ciri-ciri penting sebagai de-differentiation, dimana
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 203 204 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Menurut Kuntowijoyo ada empat hal yang tersirat dalam Qur'an dengan realitas sosial seperti industrialisasi, kelas sosial
ayat tersebut; pertama, ( ήѧ
˴ ϴ
˸Χ
˴ Δѧ ϣ˵
͉ ) konsep umat yang terbaik,
΃ dan permasalahan yang lain. Penelitian yang dilakukan ber-
merupakan tantangan agar aktif dan bekerja keras dalam sifat partisipatoris, grounded research. ISP memiliki tiga pilar
sejarah. Kedua, (˸ Ζѧ
Ο˶
˴ή˸Χ˵
΃ѧ
Ϩ
͉Ϡِ‫ )ﺎس‬aktivisme sejarah merupakan
ϟ
˶ yag diderivasi dari surat al Imron 110 yakni tafsiran kreatif
bentuk kerja keras ditengah umat manusia, keterlibatan umat dari Kuntowijoyo (1)  ϥϭ˵
˴ ή˵ ϣ˸΄ѧ Η
˴ ϑϭ˵
˶ ή˸
ό˴
Ϥ˸
ϟΑ; humanisasi, (2) 
Ύ
ѧ
˶ Ϧ˴
˶ϋ˸
Ϯѧ
Ϭ˸
˴Ϩ
Η˴
˴
Islam dalam menentukan sejarah. Sebagaimana dalam ajaran ِ‫ ; اﻟْﻤُﻨﻜَﺮ‬liberasi, dan (3) óäæ?ä?ã?Ä?Êóö? ÇöÈmenjadi trasendensi.
Islam yang menekankan bahwa Islam merupakan agama amal, Humanisasi, merupakan semangat dari peradaban Barat
jadi pengetahuan yang didapatkan harus ditransformasikan yang percaya pada the idea of progress, demokrasi, hak asasi
bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga diperuntukkan manusia, liberalisme, kebebasan, kemanusiaan, kapitalisme
buat orang lain. Ketiga, pentingnya kesadaran. Kesadaran dan selfshnees. Humanisasi merupakan proses pemanusiaan
dalam Islam berdasarkan nilai-nilai Ilahiah yang menjadi manusia dalam bahasa agamanya mengembalikan posisi
tumpuan dalam melakukan aktivisme sejarah, kesadaran manusia pada fitrahnya. Proses humanisasi merupakan
tersebut bersifat independensi, bertumpu pada Tuhan bukan jawaban dari patologi masyarakat moderen yang mengalami
kepada struktur ataupun manusia, berbeda dengan Marxisme dehumanisasi yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dan
bentuk kesadarannya ditekankan pada struktur atau individu informasi. Manusia terjerat dengan teknologi sehingga
sehingga terjadi individualisme, eksistensialisme, kapitalisme, manusia mengabdi untuk teknologi, bukannya teknologi yang
dan liberalisme. Keempat, tentang etika profetik yang dapat mengabdi kepada manusia. Manusia pada masyarakat
dilakukan oleh siapa saja. Etika profetik merupakan pelak- moderen terjebak pada kerangka pikir rasional teknokratis
sanaan secara integral dari (óäæ?Ñ?ãúà ?Ê óä?æ?å?ä?Ê?æ öä?Ú öÑóßä?ã úáÇ óäæ?ä?ã?Ä?Ê?æ ? ÇÜöÈ) sehingga menjadi manusia satu dimensi, jatuh dalam dataran
yang oleh Kuntowijoyo diterjemahkan menjadi; humanisasi, kehinaan dan menghilangnya sisi atau dimensi manusia yang
liberasi dan trasendensi. lain. Oleh karena, itu Kuntowijoyo mencoba melakukan
humanisasi yang berdasar kepada agama, dimana merujuk
G. Pilar Ilmu Sosial Profetik iman dan amal saleh. Hal ini seperti diungkapkan dalam surat
Ilmu Sosial Profetik (ISP), dalam pembacaan dan peng- at Tin ayat 5-6 bahwa “manusia jatuh kedalam tempat
analisaan terhadap realitas sosial memiliki tiga pilar yang keterhinaan, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
dijadikan sebagai alat pandang, dimana pilar-pilar tersebut soleh”. Mengembalikan kemuliaan manusia pada fitrahnya,
berkaitan antara satu dengan yang lain, tidak dapat dipisah- sehingga dapat memenuhi semua dimensi yang dimilikinya,
kan. Pilar ISP merupakan bagaimana ISP dihadapkan pada menjadikan posisi manusia tidak seperti masyarakat moderen
realitas empiris, sehingga pendekatan yang digunakan oleh yang menafikan salah satu dimensi yang ada pada manusia.
ISP pun bersifat empiris analitis dengan menghadapkan al Humanisme yang dilontarkan oleh ISP merupakan peng-
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 205 206 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

kritisian humanisme barat (humanisme antroposentris), yang yang bersifat communitarian. Liberasi dalam ekonomi, bagai-
menyebabkan majunya peradaban barat tetapi mengalami mana menciptakan suatu sistem ekonomi yang bercorak
dehumanisasi. Humanisme yang ditawarkan oleh ISP didasar- keadilan, hal ini dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi.
kan pada agama yaitu teo-antroposentris, gagasan tersebut Penggagasan tentang keadilan ekonomi merupakan nilai-nilai
dapat diterjemahkan dalam teori sosial menjadi ilmu sosial yang ada dalam ajaran Islam, sebagaimana telah diungkapkan
yang menggunakan pendekatan struktural fungsional, men- dalam al Qur'an dalam surat al Hasyr ayat 7 "supaya harta
coba menggabungkan teori fungsional dengan menggunakan tidak hanya beredar diantara orang-orang yang kaya diantara
pendekatan grounded research dalam penelitiannya. Analisis kamu", selanjutnya dalam surat al Zukhruf ayat 32 "apakah
yang digunakan oleh Kuntowijoyo dalam karyanya meman- mereka yang berhak membagi-bagi rahmat Tuhanmu?".
dang persoalan masyarakat dengan pendekatan makro atau Liberalisme dalam politik membebaskan dari sistem per-
struktur dan dalam humanisasi lebih cenderung mengguna- politikan yang tidak adil dan terjadinya penindasan seperti
kan teori sosial fungsional dan pendekatan interpretatif dalam sistem otoriterianisme, diktator dan neo-feodalisme. Liberasi
memandang manusia. dalam ISP ini dapat diterjemahkan dalam ilmu sosial selaras
Liberasi, dalam ISP selaras dengan berbagai teori sosial dengan pendekatan Marxisme. Hal ini dapat dilihat dari
yang bercorak partisipatif dan membawa etik tertentu, seperti analisis yang telah digunakan oleh Kuntowijoyo dalam
prinsip sosialisme (marxisme, komunisme, teori ketergantung- memandang persolan kemiskinan, ia lebih cenderung me-
an dan teologi pembebasan) yakni semua membawa pada makai Marxian, tetapi bukan dalam dataran penghapusan
liberation. Mereka mempercayai bahwa perkembangan dapat kelas tetapi bagaimana tercipta struktur yang berkeadilan.
dicapai dengan kebebasan. Liberasi yang ditawarkan oleh ISP Transendensi, dalam ISP menjiwai dari kedua unsur
dalam dataran ilmu bukan dalam dataran ideologis. Liberasi (humanisasi dan liberasi). Ia menjadi prinsip dalam semua
yang ditawarkan oleh Kuntowijoyo dalam ISP paling tidak agama dan filsafat perennial. Transendensi merupakan kunci
memiliki empat ranah seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, beriman kepada Allah, yang menjadi ruh humanisasi dan
dan politik dalam ranah sistem ilmu pengetahuan. Liberasi liberasi dalam melihat dan mengaplikasikannya. Menurut
sistem ilmu pengetahuan dapat membebaskan manusia dari Erich Fromm jika tidak menerima otoritas Tuhan secara
sistem pengahuan materialis, dominasi struktur misalkan otomatis akan berdampak pada; (1) relativisme penuh, dimana
kelas dan seks. Hal ini, Islam memandang kesetaraan antara nilai dan norma sepenuhnya merupakan urusan pribadi. (2)
lak-laki dan perempuan. Liberasi dari sistem sosial budaya nilai tergantung pada masyarakat sehingga yang dominan
merupakan transformasi sosial umat Islam yang berkembang akan menguasai. (3) nilai tergantung pada kondisi biologis.
dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Oleh Oleh karena itu, menurut Kuntowijoyo agar umat Islam
karena itu, dalam transformasi tersebut diperlukan ilmu sosial meletakkan Allah sebagai pemengang otoritas, Tuhan yang
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 207 208 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

maha obyektif. Transendensi yang dimaksudkan oleh Kunto- dan bersifat communitarian. Dalam metodologi penelitian ISP
wijoyo dalam ISP merupakan penggunaan wahyu sebagai yang diharapkan adalah penelitian lapangan dan langsung
salah satu unsur dalam ilmu sosial. Paradigma wahyu diguna- melakukan emansipasi guna menciptakan keadilan. Cara
kan dalam ilmu sosial melalui obyektifikasi terhadap ayat-ayat pencarian data yang dilakukan IS dengan metode wawancara
al Qur'an agar kebenaran yang dikandungnya dapat diterima dan observasi partisipatoris. ISP merupakan turunan dari surat
oleh seluruh manusia. Obyektifikasi merupakan upaya rasio- al Imran 110 menghasilkan tiga paradigama guna mewujud-
nalitas nilai yang diwujudkan dalam perbuatan rasional, kan masyarakat yang dicita-citakan. Tetapi masing-masing
sehingga orang luar dapat menikmati tanpa harus menyetujui paradigma dalam ISP yang dalam memandang masyarakat
nilai asalnya. Melalui obyektifikasi menjadikan Islam yang bersifat integral dan menyeluruh, jika diturunkan dalam
bekerja secara aktif, sehingga menjadikan Islam sebagai metodologi penelitian maka dapat berdiri sendiri tanpa
rahmat bagi alam semesta dalam artian Islam diturunkan adanya saling sapa. Kuntowijoyo hanya mencoba dalam
sebagai rahmat kepada siapa pun tanpa memperhatikan warna analisis dengan menggunakan ketiga paradigama tersebut,
kulit, budaya, dan lainnya. Obyektifisikasi merupakan kon- tetapi terkadang dalam melihat fenomena sosial cenderung
kritisasi dalam keyakinan internal, perbuatan ini dapat dengan pendekatan Marxian kadang juga fungsional. Selanjut-
obyektif jika dapat dirasakan oleh non muslim sebagai suatu a nya dalam ilmu sosial yang bersifat partisipatoris ada rang-
natural atau wajar, tidak sebagai perbuatan keagamaan. kaian dalam menjalankan keseimbangan antara teori dan
Kuntowijoyo mencontohkan tentang obyektifisakasi ayat al praktek seperti dalam ilmu sosial kritis, dalam konsep
Qur'an agar nilai-nilai Islam dapat diterima oleh semua umat praksisnya kerja dan komunikasi. Jika mau ditarik kedalam
manusia. Misalkan ancaman Tuhan kepada orang Islam ISP Kuntowijoyo belum sempat merumuskannya. Tetapi jika
sebagai orang yang mendustkan agama bila tidak memperhati- ditelusuri dari berbagai karyanya ia mencoba mengintergrasi-
kan kehidupan orang-orang miskin dapat diobyektifkan kan ilmu sosial barat dengan nilai-nilai Islam. Hal ini seperti
dengan program IDT. Kesetiakawanan nasional adalah obyek- dalam uraian Heru Nugroho dalam menanggapi ISP yang
tifikasi dari ajaran tentang ukhuwah. (Kutowjoyo, Identitas dilontarkan oleh Kuntowijoyo, ia mengkategorikan Hegelisme
Politik Umat Islam). Religius, dan yang membedakan konsep ISP dengan ilmu
ISP yang dilontarkan oleh Kuntowijoyo diterjemahkan sosial Kritis adalah transendensi. Kuntowijoyo juga melihat
dari sifat ilmunya maka ISP bersifat partisipatoris untuk Islam merupakan agama amal, bukan sekedar teori tetapi
melakukan perubahan dan sekaligus arah dari perubahan itu harus diterapkan dalam masyarakat.
sendiri. Ilmu ini sarat dengan nilai-nilai, tidak status quo, dan Praksis ISP dengan mendialogkan agama dengan realiatas
berpihak kepada kemanusiaan guna menciptakan khairul menjadikan agama berperan dan mengupayakan transformasi
ummat. ISP merrupakan ilmu dalam aliran yang perfeksionis dengan dasar nilai-nilai agama, menjadikan bentuk trans-
Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 209

formasi serta arahannya jelas. Hal ini dapat dilihat bentuk


transfoemasi yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw dan
nabi Musa As, dalam menghilangkan penindasan umatnya.
Bentuk transformasi yang dilakukannya menciptakan masya-
rakat yang berkeadilan dan didasarkan dengan nilai-nilai
Ilahiah sebagai sarana dan jalan dalam rangka beribadah
kepada Tuhan.

Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Integralistik


210 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 211

hakekat lebih dalam sehingga melahirkan sikap bijaksana

Bagian
10 dalam kehidupan.
Dalam filsafat terdapat cara mengetahui kebenaran,
memperoleh, serta mempertahankannya. Pembicaraan ten-
tang kebenaran dan sumber-sumbernya tertuang dalam
Filsafat Pergerakan epistemologi, dan secara sederhana pengungkapan kebenaran
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan terbagi menjadi tiga macam. Pertama, kebenaran yang
didasarkan pada idealisme, kedua, kebenaran yang didasarkan
A. Prawacana Pergerakan pada empirisme dan ketiga, kebenaran yang didasarkan pada
Kebenaran merupakan suatu yang diperlukan oleh kritisme. Secara ontologi kebenaran sesuai dengan aliran
manusia dalam menjustifikasi terhadap apa yang dilakukan filsafatnya, jika dalam materialisme maka ontologinya materi
dan bagaimana cara melakukannya. Kebenaran yang dingin- dan pengungkapan kebenarannya dengan cara empirisme
kan oleh manusia merupakan suatu respon terhadap realitas sedangkan untuk idealisme pengungkapan kebenarannya
sekitar dan itu diterima oleh masyarakat, sesuai dengan norma dengan cara rasionalisme. Pengungkapan kebenaran dalam
yang ada, maka itu dapat dikatakan sebagai suatu kebenaran. filsafat barat merupakan respon terhadap realitas dan
Kebenaran merupakan suatu yang penting dikarenakan bagaimana manusia menyikapinya. Cara menilai kebenaran
manusia selalu mengejarnya agar mendapatkan makna dalam yang didasarkan pada empirisme dengan dimaterialkan dan
kehidupan. Manusia dalam memahami kebenaran terletak melalui indera manusia. Sedangkan dalam tradisi idealisme
pada kerangka berpikir yang ia gunakan dalam menghadapi memandang kebanaran berdasarkan rasionalisme, sesuai
sesuatu. Kebenaran yang diakui oleh manusia akan ia dengan akal. Penggabungan pengungkapan kebenaran dengan
pertahankan sampai kapanpun. Sifat dari kebenaran dalam cara kritisme dimana akal menata dan merangkai kebenaran
manusia terkadang menjadi ideologi. Pengetahuan yang empiris yang terindera. Fungsi akal dalam kritisme menyusun,
bersifat ideologi bersifat tertutup, sulit menerima pengetahu- menguraikan dan mensistematiskan pengetahuan yang
an yang lain karena dianggap salah atau tidak sesuai. empiris agar dapat diketahui sebagai suatu kebenaran yang
Pengungkapan kebenaran merupakan suatu persoalan yang utuh. Misalkan dalam memandang meja dalam tradisi empiris,
sudah ada di alam, dan manusia merupakan bahan kajian sesuai dengan apa yang dilihat. Sedangkan menurut idealisme
(filsafat)nya. Substansi dari filsafat berbicara tentang hikmah meja sudah tertanan didalam rasio atau alam idea sedangkan
atau kebijaksanaan, penggalian terhadap persoalan kehidupan yang terlihat adalah semu dikarenakan ada bermacam-macam
sampai dengan akar-akarnya. Penggalian dengan cara radikal, meja dan memiliki bentuk yang beragam. Lain lagi dalam
mengakar dan sistematis dikarenakan kita dapat memahami pendekatan kritisme secara empris tersusun dari kayu, berkaki
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
212 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 213

empat, memiliki bentuk yang beragama dan tugas rasio men- tergabung dengan Pemuda Muhammadiyah (PM) atau
sistematiskan sehingga dapat memberikan pernyataan bahwa pemudi yang tergabung pada Nasyatul ‘Aisiyah (NA), serta
meja yang terlihat tetapi memiliki bentuk yang beragam. kalangan pelajar yang tergabung dalam Ikatan Pelajar
Pengungkapan kebenaran yang beragam menghasilkan Muhammadiyah (IPM), sedangkan dikalangan mahasiswa
tafsiran kebenaran yang beragam pula, dengan pandangan belum ada, sekaligus menjadi rumah kader Muhammadiyah di
yang beragam dikarena pengetahuan yang luas maka secara tingkat kemahasiswaan, terlebih mahasiswa Muhammadiyah
otomaticaly dapat meminimalisir subuah konflik dan meng- dan mahasiswa Islam pada umumnya.
hindarkan truth claim, serta saling menyalahkan antara Kelahiran Ikatan merupakan suatu kebutuhan kaderisasi
kelompok. Penghargaan terhadap kebenaran dan cara Muhammadiyah guna meneruskan cita-cita serta perjuangan-
pandangnya ini menjadikan suatu kelompok atau kaum nya guna mewujudkan masyarakat yang diidealkan. Oleh
bersikap inklusif dan peka terhadap kemajuan dan per- karena itu, kelahiran Ikatan juga berbenturan dengan
kembangan zaman. Hal ini dapat dilihat dari sikap Muham- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang merupakan satu-
madiyah awal yang terbuka dan toleran sampai sekarang satunya pergerakan Islam berbasis kemahasiswaan pada waktu
masih eksis dan bahkan berkembang dengan luas. Sikap awal itu. Begitupula sikap HMI, merasa sebagai rumah yang sah
Muhammadiyah adalah inklusif serta pilihan gerakan yang dan paling sesuai dalam melakukan kaderisasi organisasi Islam
menjadikannya organiasasi ini tidak leyap termakan zaman. dalam ranah kemahasiswaan. Melihat persoalan tersebut,
Pilihan gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah diakui terkadang kader ikatan melihat kelahirnya sebagai respon
oleh cendekiawan di Indonesia seperti Kuntowijoyo dan terhadap HMI, dikarenakan kader Muhammadiyah yang
Muhammad Amin Abdullah, sebagai pilihan yang cerdas dan berada di HMI tidak sesifat dengan perjuangan Muham-
jenius dari Kiai Ahmad Dahlan. madiyah khusus dalam ranah kemahasiswaan. Sedangkan
Demikian keberadaan ikatan sebagai ortom Muhammad- sebenarnya keberadaan ikatan merupakan bentuk kreasi aktif
iyah yang kelahirannya bersentuhan dengan keniscayaan Muhammadiyah dalam merespon realitas sosial.
sejarah tetapi kemudian eksistensinya mengalami ketiadaan
makna dalam sejarah. Pengkajian ontologi dalam ikatan B. Nilai Dasar Ikatan
bermakna dapat memberikan sumbangsih pada pembangunan Ikatan dalam gerakannya terilhami dengan sebuah Nilai
peradaban serta kemandirian bangsa. Sejarah keberadaan Dasar Ikatan, sebagai ruh mewujudkan khairul ummah, yaitu
ikatan karena bentuk kreasi, dimana Muhammadiyah perlu 1. IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak pada tiga
melakukan kaderisasi di lingkungan kampus pada umumnya bidang; keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan;
dan PTM pada khususnya. Kaderisasi yang dilakukan oleh
Muhammadiyah sudah ada di tingkat kepemudaan yang
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
214 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 215

2. Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada Ruang yang sering ditawarkan oleh organisasi pergerakan
agama Islam yang hanif dan berkarakter rahmat bagi adalah seruan moral dan aspirasi rakyat kecil (ter-
sekalian alam; marginalkan). Organisasi pergerakan akan mudah dan
3. Segala bentuk ketidak adilan, kesewenang-wenangan dan selalu bersentuhan dengan kepentingan khususnya
kemunkaran adalah lawan besar gerakan IMM, per- kenegaraan. Hal tersebut, dapat dilihat dalam lintasan
lawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader sejarah pergerakan Mahasiswa 66 dan pergerakan Maha-
IMM; siswa 98 yang menjatuhkan rezim kekuasaan bersifat
4. Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan otoriterianisme.
berangkat dari individu-individu mukmin, maka kesadar- Organisasi pergerakan selalu menyerukan moral
an melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban sebagai medium untuk melakukan pressure pada kelem-
sekaligus mempunyai tanggungjawab untuk mendakwah- bagaan negara. Organisasi pergerakan yang basis massa-
kan kebenaran di tengah masyarakat; nya adalah mahasiswa, sebagai kaum terdidik yang me-
5. Kader IMM merupakan inti masyarakat utama, yang miliki kesadaran untuk menyuarakan kepentingan rakyat
selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemulian dan agar tercipta keadilan. Melihat potensi ikatan memiliki
kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pem- kader yang juga berperan sebagai kader Muhammadiyah
bebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah diharapkan memberikan konstribusi yang jelas dalam
Muhammad Saw. proses kepemimpinan nasional yang akan datang.
Secara garis besarnya nilai di atas dapat dijadikan dasar Kemampuan yang berbeda dengan pergerakan lain
perjuangan ikatan sebagai organisasi pergerakan dan organ- adalah cara dan ciri khas yang dimiliki oleh kader ikatan
isasi kader. dalam mengamati permasalahan dan bagaimana cara me-
mecahkannya. Ikatan sebagai organisasi pergerakan
1. Ikatan sebagai Organisasi Pergerakan bukan hanya sekedar pengontrol kebijakan pemerintah
Organisasi pergerakan merupakan suara yang idealis tetapi dapat melakukan pendampingan dan pember-
dari kaum terpelajar/akademisi dalam mengkritisi ke- dayaan masyarakat, karena hal tersebut sudah merupakan
bijakan penguasa yang tak sesuai dengan kepentingan kewajiban. Sebagai pembela rakyat, ikatan menyuarakan
rakyat kecil. Organisasi ini merupakan kolektifitas orang kepentingan rakyat melalui tiga tingkatan yakni; elit ke-
yang memiliki kesadaran yang sama dalam menyikapi kuasaan, kelas menengah dan masyarakat itu sendiri. Elit
realitasnya. Kesadaran ini timbul dikarenakan lingkung- kekuasaan merupakan aspek yang utama dalam menentu-
an serta budaya ilmu tumbuh dan berkembang, menjadi- kan kebijakan sehingga peran ikatan harus signifikan
kan pemikiran melahirkan sifat terbuka dan ilmiah. dalam menyuarakan suara rakyat, misalkan ikatan
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
216 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 217

sebagai pressure kebijakan, melakukan lobi, negosiasi, Ikatan merupakan organisasi kader yang diamanahi
mediasi dan/atau sharing patner antara pemerintah dan sebagai penerus tradisi Kiai Ahmad Dahlan, sehingga
masyarakat. peran penting dalam perkaderan ikatan yakni untuk
Dalam tingkatan kelas menengah, ikatan memposisi- Muhammadiyah, bangsa dan agama. Gerakan ikatan
kan diri sebagai sharing partner, atau mitra strategis yang sebagai kader Muhammadiyah, bangsa dan agama
pro terhadap kebijakan publik yang benar-benar ber- merupakan bentuk obyektifikasi diri ikatan dalam mem-
pihak kepada kaum marginal. Keberadaan ikatan dan berikan sumbangsih ter-hadap persoalan dan realitas.
kader-kadernya mampu memberikan solusi terhadap Sehingga apapun yang dilakukan oleh Ikatan sesuai
sejumlah permasalahan bangsa dan masyarakatnya. dengan semangat dan cita-cita Muham-madiyah yang
Selanjutnya peran ikatan di tingkat masyarakat itu termanifestasi dalam diri ikatan, yakni berpikir dan
sendiri adalah dengan melakukan pembelaaan terhadap bertindak pada praksis sosial untuk kemanusiaan.
rakyat, pemberdayaan dan pendampingan sehingga Dari hal inilah keberadaan ikatan merupakan suatu
rakyat tersadarkan, bangkit melakukan perlawanan se- keniscayaan, maka dalam eksistensinya, ikatan merupa-
hingga tercipta keadilan sebagai ciri utama dari kan suatu kumpulan kolektif yang sadar dengan sejarah-
masyarakat yang dicita-citakan. nya. Kesadaran sejarah ikatan bukan ditentukan oleh
sejarah, tetapi sebaliknya ikatan yang akan menentukan
2. Ikatan sebagai Organisasi Kader sejarah. Untuk itu gerakan yang dilakukan oleh ikatan
Ikatan secara ontologinya merupakan organisasi harus gerakan dengan berkesadaran yakni sebagai
kader, keberadaannya merupakan kreasi dari para foun- oraganisasi pergerakan dan sebagai organisasi kader yang
ding fathers dalam menyikapi realitas pada waktu itu. berada dalam naungan Muhammadiyah.
Ikatan yang memiliki tujuan yang khas tertuang dalam
AD/ART yakni “terciptanya akademisi Islam yang ber- C. Realitas Sekarang1
akhlak mulia…” merupakan perpanjangan tangan untuk Globalisasi dan realitas yang plural (multikultural)
“…mencapai tujuan Muhammadiyah”. Memahami tujuan merupakan gambaran hidup yang kita hadapi. Globalisasi
ini, Muhammadiyah menginginkan pada ikatan agar tidak dapat dinafikan, harus dilalui dan dihadapi oleh setiap
menciptakan wahana intelek-tual berdasar pada akhlak negara yang ada di belahan dunia, karena berdampak pada
mulia, hal tersebut merupakan konsekuensi intelektual sendi-sendi kehidupan. Di bidang ekonomi, perkembangan
yang ditanamkan pada gerakan ikatan, menjadikan perekonomian negara ditunjang oleh sistem perdagangan
akhlaknya sebagai aksiologi dari intelektual yang ber-
dasarkan pada nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah.
1. Untuk lebih lengkapnya bacam Realitas Sekarang.
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
218 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 219

bebas dan melalui kebijakan utang luar negeri, dalam rangka isasi melahirkan budaya instan dan popular culture, ekspos
memajukan partisipasi negara dalam pembangunan. Hal ini dan dominasi peran media telah mampu mempengaruhi dan
dilakukan oleh negara maju lewat bantuan utang kepada membentuk opini masyarakat. Kesemuanya telah merubah
negara-negara berkembang yang terkena imbas krisis moneter cara pandang dan kerangka berpikir masyarakat yang prag-
melalui lembaga keuangan internasional seperti IMF dan matis, memikirkan kepentingan diri sendiri agar cepat
Bank Dunia. Dengan bantuan utang jangka panjang, tidak mencapai tujuan tanpa upaya yang maksimal (segala cara
disadari telah menjerat negara-negara berkembang sehingga dilakukan mencapai tujuan), dan tanpa disadari hal tersebut
menciptakan ketergantungan terhadap kebijakan-kebijkan perlahan-lahan mengakibatkan kesenjangan dan kemiskinan
ekonomi luar negeri. yang terstruktur.
Misalnya saja yang terjadi di Indonesia, jumlah APBN Dalam aspek agama, globaliasasi mulai memasung dan
yang digunakan untuk pembangunan lebih kecil dari pada menggantikan peran agama melalui tawaran media dan
untuk membayar utang kepada lembaga keuangan inter- kebudayaan pop yang dikemas seapik mungkin untuk mem-
nasional. Syarat bagi negara maju untuk dapat menyalurkan pengaruhi karakter generasi muda. Fungsi agama hanya dalam
bantuan adalah dengan menginvestasikan modal hingga 60- dataran pelarian dari permasalahan hidup bukan berperan
70%, sehingga jumlah penghasilan yang didapatkan oleh menjawab tantangan agama untuk melakukan perubahan
pemerintah selalu menurun. Dari sistem ekonomi politik sosial. Agama memiliki fungsi dalam mengatur kehidupan
internasional, bangsa Indonesia mengalami keterpurukan atau yang ukhrawi bukannya pengaplikasian dari kehidupan
dalam naungan cengkraman hutang luar negeri. Oleh karena ukhrawi untuk proses transformasi sosial.
itu, kebijakan yang diambil oleh pemerintah merupakan Menurut Mansour Fakih dalam hal ini ummat terbagi
kebijakan yang kurang populis dan memberikan keuntungan menjadi empat golongan ; golongan tradisionalis, revivalis,
pada golongan tertentu (kaum modal). liberalis dan golongan kritis.2 Keempat golongan tersebut,
Demikian pula dengan keberadaan sitem perpolitikan dalam melakukan perjuangannya dengan mandiri tanpa saling
Indonesia sangat dipengaruhi oleh kepentingan globalisasi, sapa dan berdiri sendiri. Masing-masing mengklaim bahwa
yang paling menyakitkan adalah perkembangan perpolitikan diri yang paling benar tanpa melakukan komunikasi yang
di Indonesia diwarnai oleh corak demokrasi liberal yang lebih efektif dan berkelanjutan. Sedangkan sebagian besar
menggunakan logika pasar dan ekonomi yang tidak berpihak kaum beragama (Islam) yang hanya bersikap mengikuti
kepada kepentingan kemanusiaan. Dalam demokrasi liberal perkembangan media sehingga melahirkan golongan Islam
hanya memenangkan kepentingan kaum modal yang popular. Islam popular merupakan segenap aktivitas keagama-
memiliki kerangka kerja dan berpikir selalu menuntut balas
jasa. Sedangkan, dalam sistem sosial dan kebudayaan, global-
2. Untuk lebih jelasnya baca Mansour Fakih, Manifesto Intelektual Organik.
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
220 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 221

an yang dibesarkan oleh media guna memberikan manfaat Akibat lain dari globalisasi adalah kerusakan ekologi di-
yang besar bagi kepentingan kapital. Fenomena ini dapat karenakan sikap yang rakus dari manusia dalam rangka
dilihat dari sajian media melalui film-film bercorak keagama- memenuhi kebutuhanya yang selalu merasa kurang dan terus
an yang lebih cenderung menampilkan pola pikir masyarakat meminta. Sikap manusia terhadap alam harus dirubah
irasional. Demikian pula dengan menjamurnya dai-dai pop bukannya diletakkan sebagai objek tetapi alam tersebut harus
dan ustadz serta bimbingan keagamaan yang populer dikemas ditempatkan sebagai subjek yang sama dalam rangka
dalam bingkai kapitalisme. Kebudayaan pop pada agama telah mencapai kepada yang transendental.3
menjadikan agama digunakan untuk kepentingan tertentu Multikultural tidak dapat dielakan dikarenakan memang
dan dijadikan alat legitimasi dalam penyelesaian masalah, sudah menjadi suratan bagi pencipta. Hal ini dapat dilihat
tetapi jika dianalisis dengan cermat maka hal tersebut tidak dalam doktrin agama bahwa Tuhan menciptaka manusia ber-
memiliki keterkaitan yang signifikan terhadap permasalahan suku-suku, berbangsa-bangsa, berbeda untuk saling mengenal,
yang dihadapi. Hal ini dapat dilihat dari fenomena kebijakan tetapi derajat yang paling tinggi disisi Tuhan hanya bagi orang
kenaikan harga BBM oleh pemerintah dan pemuka agama yang bertakwa. Bertakwa disini perlu diinterpretasikan lebih
(aliran pop) menganjurkan kepada umatnya agar sabar. lanjut, merupakan tantangan Tuhan dari realitas yang plural
Ajakan sabar dalam hal tersebut dapat diinterpretasikan untuk mendukung terciptanya rahmat bukan sebagai sumber
sebagai bentuk pasrah dengan keputusan pemerintah, bukan- konflik. Takwa tidak didefenisikan dalam artian yang sempit
nya melakukan mobilisasi sosial karena selama ini umat sudah atau hanya dalam lingkup ibadah, tetapi setiap manusia yang
lama tertindas oleh struktur yang kurang adil. Setidak-nya sadar sebagai hamba dan khalifah, melakukan kebaikan dan
dengan spirit agama umat dibawa untuk berpikir solutif dalam berlomba di dalam menyebarkan karunia Tuhan, merupakan
rangka menghadapi permaslahan hidup, sehingga agama salah satu unsur takwa.
menjadi ruh dalam setiap langkah mewujudkan masyarakat Multikultural yang berkembang sekarang bukan hanya
yang berkeadilan. dalam dataran untuk berlomba dalam kebajikan tetapi sebagai
Pengaruh globalisasi pada aspek lingkungan, telah semangat untuk menghargai suatu kebudayaan dan kerangka
merusak ekosistem dan eksploitasi besar-besaran telah mem- pikir masyarakat tertentu, yang lain menghormati dan mem-
berikan keuntungan kepada kaum modal/kapital. Fakta berikan peluang yang sama pada golongan minoritas untuk
membuktikan pertambangan yang masuk kedalam wilayah berkembang sesuai dengan apa yang telah diyakininya. Sikap
Indonesia baik dari pihak asing ataupun pengusaha dalam masyarakat multikultural dicerminkan melalui komunikasi
negeri, kurang memperhatikan keseimbangan ekosistem,
parahnya kerusakan alam mengakibatkan masyarakat cemas
atas ancaman bencana alam yang bisa datang kapan saja.
3. Keterangan lebih lanjut baca bagain Siapakah Manusia.
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
222 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 223

intensif agar tidak terjadi prasangka yang menimbulkan yang baru terlebih dahulu melihat bagaimana gerakan maha-
perpecahan. siswa pada masa lalu, agar dapat mengetahui kelemahan dan
semangat yang mengilhami mereka dalam melakukan per-
D. Sosiologi Gerakan ubahan. Gerakan mahasiswa yang dilakukan dari zaman orde
Sejarah yang bergulir telah mencatat peran mahasiswa lama sampai awal terjadnya reformasi merupakan bentuk
sebagai wakil masyarakat yang berpengetahuan, selalu meng- gerakan moral dan pengerahan massa dalam upaya merubah
upayakan perubahan guna terciptanya masyarakat yang kebijakan, bahkan menumbangkan kekuasaan. Gerakan ini
berkeadilan. Mahasiswa merupakan sekumpulan orang yang efektif pada saat itu karena kondisi masyarakat kampus
memiliki kesadaran karena tercerahkan oleh pengetahuan, sebagai kaum intelektual (masyarakat yang tercerahkan)
berupaya melakukan perubahan terhadap realitas sosial. memahami betul peta perpolitikan bangsa sehingga keter-
Perubahan tersebut dilakukan karena adanya sesuatu yang libatannya memberi pengaruh yang besar. Kemudian masya-
tidak sesuai dengan nilai ideal. Kita dapat melihat sejarah rakat tidak memiliki akses dalam menggali data serta sistem
runtuhnya rezim penguasa di negara ini, ditumbangkan oleh demokrasi yang berjalan pada waktu itu, tidak lain hanya
gerakan mahasiswa. Tetapi di zaman sekarang gerakan sebuah tuntutan pragmatis. Masyarakat pada waktu itu belum
mahaiswa kurang memiliki peran yang signifikan dalam memiliki kebaranian serta perlawanan terhadap kebijakan
melakukan perubahan ataupun menekan kebijakan pe- yang tidak memihak. Apa yang terpikirkan oleh rakyat adalah
merintah yang tidak populis (memihak kepada rakyat). bagaimana kebutuhan bahan pokok dapat terpenuhi dengan
Pergerakan mahasiswa hanyalah bersifat serpihan dan baik. Sifat masyarakat yang tidak memperdulikan kondisi
pecahan, tidak dapat menjadi gerakan yang utuh dalam meng- bangsa dikarekan pemerintah yang tidak membuka akses
hadapi permasalahan. Gerakan mahasiswa harus menelan pil untuk melakukan pendidikan politik pada masyarakat.
pahit ketika menyuarakan pembelaan rakyat kecil terhadap Gerakan mahasiswa pada era 66 dan era 98 memiliki
kebijakan pemerintah yang tidak populis karena mahasiswa modus yang hampir sama, hal ini dikarenakan; pertama,
hanya mengambil manfaat yang kecil, tidak lain sekedar gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral dengan pengerahan
menunjukkan eksistensi gerakan, yang hanya ingin terliput massa sehingga dapat merubah suatu kebijakan. Kedua, dalam
media, sehingga pergerakan mahasiswa mengalami pergeseran rangka mengawal kehendak rakyat para mahasiswa ada yang
nilai dan berubah menjadi kebudayaan pop. aktif dalam partai politik tertentu dan aktif sebagai anggota
Pergerakan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial legislatif. Mereka masuk dalam sistem untuk merubah sistem
telah mengalami disorientasi gerakan, maka memerlukan dan kebijakan yang berpihak. Namun dalam sejarahnya hal
rumusan terbaru dalam bentuk gerakan agar dapat menjawab tersebut belum dapat memberi perubahan yang signifikan.
persoalan yang terjadi. Tetapi sebelum melakukan gerakan
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
224 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 225

Bentuk gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa akhir ini gender, masyarakat adat dan banyak lagi bentuk pergerakan
mengalami deverensiasi dan beralih pada suatu kelompok yang dilontarkan untuk mengurangi permasalahan yang ada
kepentingan atau yang sesuai dengan golongannya, sehingga selama ini.
tujuan gerakannya hanya untuk memberikan manfaat bagi Seiring dengan perkembangan realitas perlahan-lahan
kelompoknya. Gerakan yang dilakukan tidak independen, dan memberikan perubahan baik dari masyarakat maupun negara,
tidak untuk kepentingan kemanusian. Misalkan gerakan oleh karena itu bentuk gerakan yang ditawarkan pun harus
mahasiswa yang memiliki afilisasi dengan partai politik, kontekstual dan berubah sesuai kebutuhan masyarakat.
sehingga gerakannya bercorak politis, demikian pula Dengan terbukanya akses informasi, masyarakat mengambil
dinamika organisasinya berjalan dengan pendekatan logika- peran dalam berbagai kebijakan pemerintah, demikian dengan
logika politis. Gerakan politis ini memilih jalur kekuasaan keberadaan LSM dan NGO’s sebagai lembaga/organisasi yang
yang revolusioner dan gerakannya bersifat sporadic dan hanya membangun komitmen pendampingan dan pemberdayaan
sekedar mencari momentum. Sifat gerakan ini, menggunakan masyarakat, telah memberikan wajah dan pengertian yang
logika ekonomi siapa yang menjual, dan saya mendapatkan kritis tentang masyarakat sehingga dapat melakukan pemeta-
keuntungan apa (saya memperoleh apa), dan kalau tidak an dalam rangka mengembangkan kreasi kedalam bentuk
mendapatkan keuntungan dalam bentuk "material" maka gerakan yang bersikap lokalistik dan spesifik. Bentuk gerakan
tidak dapat ditawarkan kerjasama. Logika ekonomi dalam ini konsen terhadap permasalahan yang dikaji dengan
gerak dan langkah organisasinya memperhitungkan untung menyesuaikan keahlian atau skill yang telah dimiliki. Gerakan
atau rugi dalam setiap gerakannya sehingga anggotanya ini seperti gerakan masyarakat Sutet dan masyarakat
memiliki pola pikir yang pragmatis dan instan. pedalaman dalam menyikapi permasalahan tanah adat yang
Dewasa ini, gerakan mahasiswa cenderung kehilangan digunakan untuk lahan pembangunan. Tetapi yang menjadi
identitas karena ketidakmampuannya melakukan perubahan kelemahan pada gerakan tersebut tidak dapat menekan atau
gerakan seiring perkembangan zaman, setidaknya ada 3 (tiga) merubah kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
tantangan bagi gerakan mahasiswa yaitu; pertama, peran Kedua, gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa bersifat
gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral cenderung ter- differgen dan particular, hal ini dikarenakan gerakan yang
gantikan oleh peran LSM atau NGO’s yang identik dengan dilakukan berdasarkan aspirasi kelompok tertentu yang mem-
pengkajian isu-isu strategis yang melibatkan langsung masya- berikan konstribusi kepada kelompoknya. Ketiga, masalah
rakat sebagai subyek gerakan. Gerakannya pun bersifat yang berkembang di era globalisasi, teknologi, dan informasi.
profesional dan spesifik sesuai dengan kebutuhan yang Era ini telah memberikan dampak yang sangat besar men-
dihadapi. Hal ini nampak dari bentuk gerakan yang dilakukan jadikan masyarakat dan mahasiswa berpikir pragmatis dan
oleh kaum profesioanal seperti gerakan lingkungan, buruh, instan. Sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dengan
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
226 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 227

gerakan sosial, ikatan harus memberikan tawaran ide dan agama kedalam bentuk nilai sebagai syarat sebelum melaku-
gagasan yang berkaitan dengan masalah tersubut, untuk kan diaspora. Kemudian dari kata ”yang beruntung” menun-
kemudian dijadikan gerakan bersifat massif. jukkan manusia secara pribadi yang memiliki hubungan
antara sesama, hubungan sosial, dan alam.
E. Diaspora Gerakan Ikatan Diaspora gerakan ini merupakan salah satu bentuk
Sejarah yang berkembang selama ini dipengaruhi oleh gerakan yang terinspirasikan dari ketertindasan kaum Yahudi
filsafat materialisme dialektika dikarenakan unsur dominan terhadap sistem yang selama ini tidak meguntungkannya.
dalam peradaban adalah nafsu kekuasaan mengakibatkan Kaum Yahudi dalam sejarahnya tertindas oleh struktur, hal
penjajahan terhada manusia. God, Gospel and Glory merupa- ini dapat dilihat dari zaman nabi Musa As, dimana umat
kan semboyan imperialisme peradaban barat. Oleh karena itu Yahudi tertindas oleh raja Mesir yakni Fir'aun dan pada
tugas ikatan menjadikan perkembangan sejarah lebih humanis perang dunia kedua mereka dibantai secara massal oleh Hitler
dan religius, ini dapat dilihat dari bentuk transformasi sosial dengan Nazinya. Kemudian umat Yahudi melakukan gerakan
yang dilakukan oleh para nabi sebagai utusan Tuhan. diaspora sebagai pembuktian bahwa mereka merupakan umat
Diaspora merupakan suatu bentuk aksiologis ikatan terbaik. Keberhasilan gerakan ini tidak dapat dipetik sekitar
setelah melalui proses mengetahui ontologi ikatan, serta satu tahun kemudian, tetapi satu atau dua generasi yang akan
sumber pengetahuan ikatan (epistemologi). Diaspora dalam datang. Keberhasilan gerakan yang dimiliki oleh umat Yahudi
sejarah kemanusiaannya dilakukan oleh orang-orang Yahudi. dapat dilihat dari tokoh-tokoh dan para filosof yang sebagian
Tetapi dalam doktrin keagamaan kita konsep tentang diaspora besar umat Yahudi. Bahkan zaman sekarang umat Yahudi
sebenarnya sudah ada yakni firman Tuhan; menguasai sebagian besar peradaban dunia. Keberhasilan
mereka jika digali secara sederhana, maka nampak etik pada
Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di diri mereka yang membedakan dengan umat yang lain.
muka bumi carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak- Mereka meyakini bahwa umat Yahudi sebagai umat terbaik
banyaknya agar kamu beruntung. (QS. Al Jum’ah; 10).
dan ini dinternalisasikan kepada umatnya untuk membukti-
kan sebagai umat pilihan Tuhan. Pada tahapan selanjutnya
Ayat ini merupakan seruan, bahwa setelah selesai
Yahudi tertindas oleh sistem dan struktur sehingga ia harus
melaksanakan ibadah shalat, agar bertebarlah mencari karunia
berjuang keras dengan menggunakan logika pilihan harus
Allah. Konsep ”bertebaran” memiliki kedekatan yang sama
hidup. Etik yang dimiliki oleh Yahudi dan kerja kerasnya
dengan diaspora, kemudian kata sebelumnya menunjukkan
patut dijadikan pelajaran untuk refleksi kepada umat yang
makna tentang nilai-nilai agama yang tertanam dalam shalat.
lain. Menurut Paulo Freire, yang menjadikan kelemahan dari
Shalat dari ayat ini sebagai sarana untuk menginternalisasi
kaum ini adalah mereka memiliki alam bawah sadar sebagai
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
228 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 229

kaum yang tertindas, maka ketika ia berkuasa akan menjadi kader. Penyeragaman bentuk pada ikatan cenderung menjadi-
seorang penindas baru. Secara tak langsung diaspora gerakan kan ikatan tidak dapat merespon perkembangan zaman
kaum Yahudi disebabkan ketertindasan sistem dan struktur, sehingga pergerakan ikatan hanya mengikuti arus utama
maka ia berjuang untuk hidup dan meraih kehidupan. tanpa adanya gerakan yang baru dan kreatif. Tetapi sekali lagi
Bentuk diaspora gerakan sebenarnya sudah dilaksanakan yang perlu dilakukan oleh ikatan adalah menciptakan gerakan
oleh Kiai Ahmad Dahlan dengan pesan yang singkat tetapi bersifat internal sebagai organisasi kader dan bersifat ekster-
memberikan arti dan makna; "Jadilah kamu seorang insinyur, nal sebagai organisasi pergerakan. Perjuangan gerakan bersifat
dokter, mantri tetapi kembalilah untuk Muhammadiyah". internal merupakan bentuk pengkaderan untuk mengisi
Anjuran yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan merupakan kepemimpinan yang akan datang. Ikatan dalam gerakan ini
pilihan yang tepat dan konstekstual jika diterapkan pada membangun jaringan agar dapat mendistribusikan kader yang
ikatan ataupun Muhammadiyah. Sederhananya, Muhammad- terbaik, menempati berbagai amal usaha Muhammadiyah
iyah ingin bahwa umatnya memiliki pengetahuan yang dengan modal etik yang telah dimiliki. Yang tidak boleh
beragam tetapi tidak lalai dan lupa atas pengabdiannya terlupakan sebelum melakukan gerakan diaspora adalah,
terhadap Muhammadiyah. Kembalinya para kader-kader ke mematangkan etik ikatan berupa terbentuknya kesadaran
Muhammadiyah diharapakan mampu memberi pengetahuan individu atau kolektif ikatan sebagai intelektual profetik.
yang baru untuk mengembangkan dan mewujudkan Muham- Pelaksanakan etik profetik ini merupakan pilihan sadar
madiyah yang peka terhadap realitas sosial. Tetapi sebelum sebagai syarat untuk menjadi umat yang terbaik, bukan
melakukan diaspora gerakan Kiai Ahmad Dahlan memberikan semata-mata pemberian dari Tuhan tetapi perlu adanya kerja
etik yang membedakan seorang kader, dan memiliki kepekaan keras dan melakukan aktivisme dalam sejarah, sehingga kader
terhadap Muhammadiyah. ikatan tidak mudah terjebak dengan logika pragmatisme,
Dua ilustrasi tentang diaspora gerakan yang dilakukan mampu menyiasati gerakan dengan profesional dan kreatif.
oleh umat Yahudi dan Muhammadiyah dapat dikonteks- Bentuk diaspora kedalam. Diaspora ikatan kedalam
tualisasikan dalam tubuh ikatan dengan mengambil nilai-nilai merupakan suatu kewajiban bagi ikatan dan tidak dapat
positif dalam mengembangkan organisasi ataupun individu ditinggalkan dikarenakan ikatan merupakan organisasi kader
kader. Ikatan memiliki jumlah kader dan latar belakang yang dan bertugas untuk menjadi penerus dan penyempurna
beragam, hal ini dilihat dari struktur yang berada dalam Muhammadiyah. Apa yang dilakukan oleh ikatan merupakan
ikatan, jadi yang mesti dilakukan oleh ikatan hanyalah penguatan jaringan dan memberikan dorongan bagi Muham-
pergulatan etik yang membedakan kader ikatan dengan yang madiyah yang tidak menjalankan amanatnya secara konse-
lain. Jika ikatan akan menyeragamkan potensial yang dimiliki kuen. Ikatan memberi konstribusi pada Muhammadiyah
berarti tidak bijak dan kurang arif dalam memandang sisi dalam hal disiplin keilmuan yang dimiliki masing-masing
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
230 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 231

kadernya, dalam bahasa yang digunakan oleh Muhammad- Ikatan sebagai gerakan intelektual profetik dengan basis
iyah, ikatan mendelegasikan kader terbaiknya guna mewarnai keilmuannya diharapkan dapat memasuki sistem yang ada dan
Muhammadiyah dan memberikan corak yang berbeda dengan bahkan menjadi pembuat kebijakan yang memihak kepada
ortom lain. Ikatan mengantarkan kader terbaik untuk rakyat. Syarat yang utama bagi kader adalah melakukan
memberikan pencerahan, perluasan jaringan guna mengem- transformasi kesadaran sehingga sistem tersebut beretik
bangkan bakat dan minat kader sesuai dengan disiplin profetik dalam rangka mewujudkan keadilan. Jika kader
keilmuannya sehingga dalam mengabdi dalam Muhammad- ikatan tidak dapat membuat kebijakan tersebut paling tidak ia
iyah para kader bersikap profesional, tidak hanya mengandal- mampu mengontrol, membuat legal drafting, atau memberi
kan posisi kekaderannya. warna sebagai konstribusi terhadap bentuk kebijakan yang
Bentuk diaspora keluar. Diaspora keluar merupakan berkeadilan. Demikian dengan kader-kader ikatan yang eksis
bentuk keniscayaan guna menciptakan masyarakat yang diberbagai partai politik, tetap memiliki etik ikatan guna
diidealkan oleh ikatan. Diaspora keluar dilakukan secara menciptakan kebijakan partai untuk kepentingan kemanusia-
kolektif atau individu kader sesuai dengan disiplin keilmuan an bukan didasari kepentingan pragmatis. Jika kader ikatan
dan spesialisasi masing-masing kader guna melakukan tidak dapat mempengaruhi maka sebaiknya keluar dari sistem
perubahan sosial. Kader dalam ikatan bersikap mandiri dan dan membentuk sistem baru.
memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan masyarakat Kedua, ikatan dalam praksis melakukan pemberdayaan
yang telah diidealkan. Secara individual, ikatan berkumpul dan transformasi sosial kepada masyarakat atau kelompok
dengan golongan profesional menciptakan gerakan sosial yang yang termarginalkan. Pembentukan sistem yang adil dan
spesifik menuju isu tertentu, bukan politis tetapi menyikapi berpihak terhadap kemanusiaan merupakan suatu keniscaya-
realitas ril. Individu kader dalam gerakannya bersifat mandiri an. Pembentukan ini merupakan pemberdayaan langsung bagi
ataupun berkumpul dengan golongan yang professional, ikatan pada kelompok yang termarginalkan oleh kebijakan
mengupayakan gerakan transformasi kesadaran dengan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Penerjunan ikatan
melakukan gerakan kebudayaan guna menciptakan masya- dalam melakukan transformasi dengan mengembangkan desa
rakat yang berkeadilan. binaan dan pemberdayaan kaum yang termarginal. Pendam-
Ikatan terdiri dari berbagai individu yang berkesadaran, pingan yang dilakukan ikatan bersifat kontiyu, terus menerus
dengan sendirinya ia memiliki tingkat kesadaran kolektif sehingga masyarakat memiliki keasadaran dan bersikap kritis.
yang sama, bukan dalam dataran penyeragaman tetapi sudah Hal ini merupakan adopsi dari gerakan LSM dalam pember-
dalam bentuk etik, didasari oleh kesadaran ilmu bukannya dayaan masyarakat, hanya saja ikatan memiliki etik profetik
ideologis. Gerakan ikatan terdiri atas empat macam; pertama, dan tujuan yang berbeda. Pemberdayaan bentuk transformasi
diaspora gerakan masuk kedalam berbagai macam sistem. dalam masyarakat bersikap langsung dengan menganggap
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
232 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 233

bahwa masyarakat sebagai subyek perubahan dan memberi- Gerakan sosial yang terfragmentasikan ini, oleh ikatan
kan penyadaran dalam bentuk gerakan sosial atau gerakan disatukan dalam rangka menghadapi satu persolan yang sama
kebudayaan. Gerakan yang kedua ini didasarkan pada ilmu yakni masalah kemiskinan dan kemanusiaan. Sedangkan
sehingga dapat ditransformasikan sebagai masyarakat yang untuk permasalahan yang lebih spesifik seperti; gender,
berilmu, bersikap kritis, ilmiah, rasional, terbuka, tidak masyarakat adat dan keagamaan, maka sikap dan peran ikatan
terkungkung mitos, tradisi dan tak berpikir material. adalah turut mengembil peran dan alih gerakan dengan cara
Ketiga, pengalihan isu yang bersifat lokal dan kedaerahan melakukan transfomasi sesuai dengan tujuan dan yang dicita-
menjadi isu nasional. Dalam peta gerakan sosial dewasa ini, citakan.
masyarakat mulai tercerahkan dan mulai peka terhadap Gerakan diaspora ikatan baik alam bentuk keluar
ketidak adilan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga ataupun kedalam merupakan perwujudan masyarakat yang
memunculkan gerakan sosial yang menyebar luas hingga ke telah diidealkan. Masyarakat yang telah diidealkan menjadi
pelosok desa. Isu-isu lokal telah memberi pengaruh terhadap masyarakat yang berkeadilan, menjunjung tinggi hak asasi
stabilitas nasional, yang oleh ikatan harus memaksimalkan manusia, dan tata hukum yang berlaku. Dengan kebijakan
fungsi kepekaannya dalam melakukan pengkajian terhadap yang adil, menjadikan nilai-nilai Islam tertanam erat hingga
permasalahan yang terjadi sekaligus memberi jalan penye- menuju pada khairul ummah sebagai cita-cita kolektif dan
lesaian. pengembangan isu merupakan langkah gerakan ikatan individu kader ikatan.
untuk memberikan rasa solidaritas terhadap suatu kelompok
dalam melakukan pembaharuan. Pengalihan ini diharapkan
dapat merubah suatu kebijakan yang telah dikeluarkan agar
dapat ditinjau ulang atau bahkan dihentikan.
Keempat, melakukan koordinasi dengan berbagai per-
gerakan sosial yang berada dalam masyarakat guna menuntut
keadilan bersama dalam satu isu dan tujuan yang sama. Ikatan
melakukan kerjasama perluasan jaringan untuk memberikan
dukungan secara moral dan material terhadap bentuk
pembedayaan terhadap masyarakat sehingga menciptakan
kemandirian dan tidak tergantung kepada negara. Bahkan
sewaktu-waktu ikatan mengadakan aksi bersama dengan
seluruh elemen dari lembaga sosial yag konsen terhadap
pemberdayaan agar tercipta suatu keadilan dalam masyarakat.
Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan Mewujudkan Sosiologi Gerakan dalam Praksis Kemanusiaan
234 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 235

Sebab-sebab perubahan dalam teori sosial beragam, ada

Bagian
11 yang berpendapat bahwa masyarakat berubah karena ideas;
berupa pandangan hidup, pandangan ideal, dan nilai-nilai.
Teori ini sebagai penyebab utama dalam perubahan sebagai-
mana yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber banyak
Transformasi Profetik, menekankan betapa berpengaruhnya idea terhadap masya-
Mewujudkan Khairul Ummat rakat. Tesis utama weberianisme adalah pengakuan terhadap
peranan besar terhadap ideologi sebagai variabel independen
A. Prawacana Perubahan dalam perkembangan masyarakat. Hal ini seperti dilakukan
Tidak ada suatu masyarakat yang tidak berubah. Sosiologi oleh nabi, perubahan sosial berdasarkan idea al Qur'an.
sangat memperhatikan perubahan sosial, oleh karena itu Perubahan dapat dilakukan oleh orang-orang kreatif, mereka
banyak teori yang dilahirkan untuk menganalisis tentang berkumpul kemudian membentuk suatu gerakan sosial untuk
perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan proses yang memberdayakan masyarakat. (Jalaluddin Rahmat, Rekayasa
berkesinambungan, penelaahan mengenai proses tersebut Sosial)
mempunyai persfektif sejarah atau evolusioner. Pada dasarnya Pemberlakuan strategi dalam perubahan sosial dapat
teori tentang perubahan sosial dapat digolongkan dalam dua dipetakan dengan dua cara ; pertama, dengan masuk kedalam
macam teori linier dan teori siklus. (H.A.R. Tilaar, Perubahan sistem, maka perubahan yang terjadi bersifat revolusioner
Sosial dan Pendidikan). Perubahan sosial yang terjadi secara yang memiliki dampak menyeluruh. Perubahan terjadi dari
terus menerus tetapi perlahan-lahan tanpa direncanakan tingkatan atas sampai tingkatan bawah, perubahan dilakukan
maka dapat dikatakan sebagai uplened social change atau dengan menggunakan kebijakan dan bersifat instruktif.
disebut sebagai perubahan sosial yang tak terencana. Perubah- Perubahan ini dapat tercapai lewat jalur partai politik dan
an sosial yang demikian, disebabkan oleh perubahan dalam birokrasi karena terkait dengan kebijakan suatu negara atau
bidang teknologi atau globalisasi. Ada juga perubahan sosial pemerintahan.
yang direncanakan atau didesain dan ditetapkan dalam tujuan Kedua, dengan melakukan penyadaran lewat pendidikan,
serta srateginya. Ini merupakan perubahan sosial planned baik dilakukan oleh LSM ataupun lembaga yang bersifat
social change (perubahan sosial yang terencana). Perubahan transformatif. Perubahan dilakukan melalui penyadaran ter-
sosial yang terencana dapat dikatakan sebagai rekayasa sosial. hadap masyarakat dengan cara terjun secara langsung dan
Dalam rekayasa sosial akan diajarkan kiat dan strategi dalam melakukan pendampingan bersifat partisipatoris dan trans-
mengubah masyarakat. formatif. Masyarakat diajak untuk melakukan refleksi tentang
realitas kehidupannya, dan diajak untuk bersikap kritis
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
236 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 237

terhadap kehidupan yang dialami bersama. Perubahan ini pemahaman, cara pandang, interpretasi dan aksinya. Untuk
bersifat lambat dan dilakukan oleh orang yang peduli pemahaman lebih lanjut, maka akan dibahas perubahan sosial
terhadap kehidupan sosial, biasanya lembaga itu menangani pada tokoh awal yang mempeloporinya, diantaranya; Emile
permasalahan (bidang) tertentu atau spesifik. Hasil dari Durkeim, Max Weber, dan Karl Marx.
perubahan sulit untuk dirasakan dikarenakan ia menyentuh
kerangka berpikir agar dapat mandiri dan tidak memiliki B. Transformasi Sosial Emile Durkheim
ketergantungan. Menurut Durkheim dalam memandang masyarakat
Transformasi dalam istilah antropologi ataupun sosiologi bagaikan sebuah tatanan moral, yakni seperangkat tuntunan
memiliki makna tentang perubahan yang mendalam sampai normatif lebih ideal dari pada kenyataan material, yang
pada perubahan nilai dan kultur. Bersamaan dengan proses terdapat dalam kesadaran individu walaupun secara tertentu
terjadinya transformasi, terjadi pula proses adaptasi, adopsi berada di luar individu. (Tom Cembel, Tujuh Teori Sosial).
atau seleksi terhadap kebudayaan lain. Menurut Neong Tuntunan normatif tersebut berbentuk sentimen-sentimen
Muhadjir pengertian tersebut merupakan hasil pengamatan kolektif atau nilai-nilai sosial yang pada hakikatnya menjadi
atas sejarah dan bagian dari perkembangan ideologi. Misalkan dasar bagi kohesi dan integrasi sosial. Durkeim melakukan
ideologi kapitalis menitik beratkan pada penumpukan kapital transendensi hubungan material yang terjadi secara ril dalam
(modal atau harta) yang bersifat individual. Sementara kehidupan masyarakat. Sentimen kolektif dalam masyarakat
kapitalisme menitik beratkan pada konflik antara borjuis- membentuk solidaritas dalam menjalankan kehidupannya.
proletariat sebagai strategi dalam melakukan perjuangan. Durkheim menguraikan dari solidaritas tersebut dalam
Semua filsafat sosial dan ideologi memiliki pertanyaan pokok masyarakat tradisonal dengan sebutan solidaritas mekanik,
yang menjadi kepentingan manusia. Pertanyaan tersebut mengalami perkembangan menjadi bentuk solidaritas organik
yakni bagaimana cara mengubah masyarakat dari kondisi dalam masyarakat moderen yang telah mengalami pembagian
sekarang ke tatanan yang lebih ideal. Selanjutnya orang atau kerja. Bahwa proses transformasi sosial menurut Emile
institusi yang mengelaborasi pertanyaan tersebut dapat Durkheim terjadi karena inspirasi semangat moral, nilai-nilai
menghasilkan teori-teori sosial, memiliki fungsi menjelaskan atau keyakinan yang sama dalam masyarakat. Kesadaran
kondisi masyarakat secara empiris, pada masa kini dan kolektif (collective consciousness) yang terbentuk dari
sekaligus memberikan wawasan tentang perubahan dan konsensus akan menciptakan gambaran kolektif yang mem-
transformasinya. pengaruhi pola kehidupan masyarakat secara keseluruhan,
Transformasi terutama pada perubahan prilaku, dapat baik yang tercermin dalam bentuk hukum ataupun
lahir dari sebuah proses perubahan kesadaran dari individu peraturan. (Suwito, Tansformasi Sosial)
yang terdapat dalam masyarakat, yakni kesadaran mengubah
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
238 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 239

Menurutnya, proses transformasi soial terjadi karena ilmiah atau positifis. Namun ia hanya terpengaruh oleh corak
berubahnya kesadaran kolektif dari solidaritas mekanik positivistik pada Comte.
kesolidaritas organik, dimana muncul perbedaan dan deferen-
siasi. Proses transformasi sosial dalam masyarakat tradisional C. Transformasi Sosial Max Weber
secara langsung ataupun tidak langsung mengakibatkan Transformasi sosial Max Weber dimulai dari pandngan
disintegratif solidaritas mekanis. Ini artinya semakin moderen tentang dunia ide, pencapaian tipe idea. Pencapaian idea ini
suatu masyarakat maka akan hilang solidaritas mekanisnya, dapat digerakan oleh dominasi dan otoritas suatu masyarakat.
dan sifat oraganisasi semakin nampak. Suatu masyarakat Otoritas dalam masyarakat dalam pandangan Weber terbagi
moderen makin jelas diferensiasinya, sehingga rasionalitas menjadi tiga macam; pertama, tradisional (kepercayaan yang
diperlukan guna terciptanya suatu konsensus. Dalam rangka mapan terhadap kesunyian tradisi), kedua, kharismatik (daya
menjaga solidaritas tersebut menurut Durkheim, diperlukan tarik pribadi seorang pemimpin), dan ketiga, legal rasional
hukum repressive (menekan) atas tindakan kejahatan dan (komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundang-
restitutive hukuman yang bersifat akomodatif, keduanya kan secara resmi). Ketiganya mengontrol seluruh kekuatan
ditunjukkan untuk memperbaharui solidaritas. masyarakat, bahkan memunculkan birokrasi dan menjadi
Proses perubahan dalam perkembangan solidaritas me- sumber penting munculnya cita-cita dan nilai. Hukum baru
nurut Durkheim akan menimbulkan anomi-anomi dan krisis dimunculkan secara sadar oleh pemegang otoritas, kesadaran
makna, maka dalam masyarakat akan terjadi kontradiksi kaum elit pemengang otoritas dapat mengendalikan masya-
sistem sosial, yakni dengan munculnya deferensiasi fungsional rakat dan sejarah. Peran mereka mendorong masyarakat
karena terciptanya lembaga-lembaga ekonomi. Hal ini mem- untuk melakukan transformasi. Teori sosial ini secara implisit
berikan arti bahwa perubahan dalam sruktur budaya atau juga dapat terlihat penjelasannya tentang transisi menuju
perubahan dalam nilai sosial, akan mempengaruhi perubahan kaptalisme. Weber menganggap ajaran dari Protestan Calvinis
pada struktur sosial karena struktur sosial merupakan matrik memberikan doktrin tawaran penyelamatan umat. Manusia
dari lembaga-lembaga sosial, termasuk lembaga-lemabaga akan mendapatkan keselamatan dari Tuhan apabila ia
kepemimpinan dalam masyarakat. Perubahan struktur budaya memenuhi keinginan Tuhan. Maksud dari keinginan Tuhan
pada akhirnya akan mempengaruhi struktur teknik. Teori antara lain usaha mandiri dan kerja keras. Kesuksesan dalam
transformasi sosial yang dikembangkan oleh Durkheim dunia bisnis yang dicapai melalui usaha mandiri merupakan
dipengaruhi oleh konsep kemajuan manusia Auguste Comte "jalan bebas hambatan" menuju surga. Pendapat itu dipercaya
yang menyatakan bahwa sebuah masyarakat melewati tiga oleh Weber sebagai tipe ideal kaum calvinis, yang menjadi
tahap yakni; teologis atau khayal, metafisis atau abstrak, asal usul bangkitnya kapitalisme.

Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
240 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 241

Weber menegaskan kapitalisme berkembang bukan upaya penyampaian itu tidak akan berhasil sepenuhnya.
hanya karena agama protestan, tetapi tanpa nilai religius Otoritas kaum elit di dalam masyarakat menciptakan legit-
kapitalisme tidak akan berkembang. Maka hal yang perlu imasi untuk mempertahankannya melalui sistem simbol
diperhatikan dalam perkembangan kapitalisme adalah adanya sebagai justifikasi kultur atas posisinya yang dominan secara
peraturan secara teknis mengikat dan menjamin keberhasilan ekonomis atapun politis. Dominasi kaum elit pada struktur
kapitalisme. Dengan menggunakan hukum rasional seorang teknik, menjadi agen perubahan budaya yang akhirnya akan
kapitalis akan dapat tegak secara hukum . begitu juga seorang mempengaruhi struktur sosial. (Kuntowijoyo, Paradigma
kapitalis tidak dapat berbuat apa-apa jika pengadilan mem- Islam).
buat keputusan hukum sesuai dengan cara-cara teknis yang
meliputi cara perhitungan rasional dengan pembuatan neraca, D. Transformasi Sosial Karl Marx
kalkulasi dan sebagainya. (L. Laeyendecker, Tata Perubahan Transformasi sosial yang dikemukakan oleh Marx secara
dan Ketimpangan). Proses transformasi sosial menurut Weber filosofis dipengaruhi oleh filsafat materialisme (M. Amin Rais,
dikarenakan ada beberapa faktor yang menggerakkan, Cakrawala Islam). Filsafat materialisme memiliki anggapan
pertama, pencapaian "tipe ideal", yang dimaksudkan dapat dasar bahwa kenyataan berada diluar persepsi manusia,
terispirasi dari ajaran agama ataupun moral. Tipe ideal adalah demikian juga kenyataan obyektif sebagai penentu terakhir
contoh dari kegiatan modal sosial yang dipakai dalam dari ide. Materialisme mengarahkan anggapan bahwa kenya-
memahami dan menafsirkan tingkah laku manusia atau dapat taan sesungguhnya merupakan benda atau materi, dan
dikatakan entitas mental dan gagasan tentang tindakan kenyataan ini diacukan untuk menjawab sejumlah soal yang
(sebagai contoh Weber menggunakan tipe ideal kapitalis). berhubungan dengan sifat dan wujud dari keberadaan. (Andi
Kedua, organisasi otoritas, kepentingan sesuai dengan Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx). Marx tidak
tipe idealnya maupun kepentingan materinya, peranan mengakui hakekat atau kenyataan selain materi yang dapat
organisasi-organisasi otoritas dipandang menentukan. Fungsi diraba, diobservasi dan dapat diukur, alam yang bukan materi
dan peran organisasi otoritas akan memberikan jaminan dan merupakan khayalan atau ilusi belaka. Kepercayaan Marx
legitimasi (tipe ideal) yang diinginkan. Hukum–hukum tentang dialektika materialisme di ilhami oleh pemikiran
rasional yang mereka ciptakan, kemudian dijadikan sandaran filosof Yunani Heraclitus, yang menyatakan bahwa dunia ini
dalam kreatifitas. Dengan pernyataan itu, Weber menganggap tidak ada yang tetap atau tidak ada yang abadi (selalu
bahwa faktor organisasi otoritas menjadi awal dari trans- berubah). Pemikiran dilalektika juga terpengaruhi oleh GWF.
formasi, walaupun tipe ideal itu terdapat dalam masyarakat, Hegel yakni dialektika idealis. Dialektika yang dimaksudkan
namun tipe ideal tersebut tidak diperjuangkan dengan oleh Hegel bahwa sesuatu itu hanya benar apabila dilihat
bantuan organisasi otoritas (terutama otoritas rasional), maka dengan seluruh hubungannya, yang berupa negasi. Negasi
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
242 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 243

bermaksud menghancurkan atau meniadakan, tetapi pe- tertidur (diam) menanti perkembangan yang diinginkan.
nyangkalan segi yang salah (yang membuat pernyataan itu Usaha yang dilakukan dengan cara perjuangan kelas akan
salah), tetapi kebenarannya tetap dipertahankan. Hingga menggerakkan perubahan atau transformasi. Setiap kelas
akhirya Hegel memahami proses dialektika melalui tiga fase, memperjuangkan kelasnya masing-masing, oleh karena itu,
meliputi; tesis, antitesis (sebagai lawan dari tesis), dan yang menurut Marx peranan manusia bukanlah untuk memahami
mendamaikan diantara keduanya adalah sintesis. sejarah tetapi untuk menciptakan sejarah atau untuk mem-
Hal ini berbeda dengan Hegel, Marx mencoba membalik- buat sejarahnya sendiri. Marx menganalisis dalam perkem-
kan formulasi Hegel, yakni dialektika idealis menjadi bangan industrialisasi menyebabkan kelas baru yakni kelas
dialektika materialis. Marx merasa metode dialektikanya proletar, dan kelas ini dalam masyarakat industri menjadi
menjadi lawan langsung dari Hegel, proses berpikir menurut miskin. Oleh karena itu menurutnya, struktur kapitalisme
Hegel berawal dari penciptaan dunia nyata, dan dunia menyebabkan pemiskinan masal dan memeras buruh tanpa
merupakan manifestasi dari "idea". Sedangkan baginya terlihat memperhatikan kesejahteraannya.
dalam cita (the ideal) tidak lain adalah dunia nyata (material Perjuangan kelas dalam rangka melakukan pembebasan
world) yang telah direfleksikan oleh pemikiran manusia dan dari kelas borjuis, maka kelas proletar harus bersatu meng-
dipindahkan menjadi buah pemikiran. (Deliar Noer, gulingkan kelas penindas. Perjuangan ini akhirnya merubah
Pemikiran Politik di Negeri Barat) Transformasi sosial yang sistem sosial kemasyarakatan. Pandangan Marx tentang
dipahami oleh Marx secara filosofis memiliki turunan dari perubahan sosial bahwa faktor yang menyebabkan perubahan
materialisme yang akhirnya memiliki teori-teori determin- sosial yakni kesatuan cara pandang, nilai dan perasaan kaum
isme historis dan materialisme historis. Marx mengatakan tertindas, yang membentuk dan mempengaruhi cara pandang
hubungan manusia didalam komunitas masyarakat kembali nilai serta ras (bahkan pembuatan aturan baru) dalam masya-
pada benda atau zat yang telah membentuknya. Marx juga rakat yang berpangkal pada unsur material yang membentuk
mengungkapkan bahwa perkembangan sesuatu (termasuk struktur sosial (kelas, eksploitasi dan alienasi) sedangkan
perubahan jasmaniah atau benda) melahirkan ide, pemikiran struktur sosial akan merubahnya menjadi stuktrur teknik
dan gagasan. Dalam perjalanan sejarahnya manusia dipeng- (kekuasaan kelas melalui negara). Struktur kelas kekuasaan
aruhi oleh produksi yang menjadi penggerak sejarah perubah- teknik mempengaruhi budaya (nilai, cara pandang, estetika
an sosial masyarakat. Proses perubahan masyarakat bergerak dan dominasi kaum intelektual).
dari komunisme primitif keperbudakan, feodal, kapitalisme
(borjuis), sosialisme dan kemudian komunisme. Komunisme E. Transformasi Profetik
menjadi muara dalam perjalanan sosial suatu masyarakat. Transformasi profetik merupakan derivasi dari etika
Dalam menuju perkembangan tersebut, manusia tidak berarti profetik, dengan ilmu sosial profetik yang menjadikan alat
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
244 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 245

untuk melakukan perubahan sosial, sehingga bentuk trans- struktur internal umat. Melalui kesadaran manusia dapat
formasinya pun dinamakan dengan transformasi profetik. membentuk konsep tentang struktur yang didasarkan pada
Transfomrasi ini dilhami bagaimana cara nabi melakukan sistem nilai, sehingga orientasi kesadaran dapat dipahami
transfomasi yang bukan sekedar membebaskan dari keter- secara empirik.
tindasan tetapi sekaligus mengarahakannya. Arahan yang Demikian dengan keberadaan ikatan, untuk memahami
dilakukan oleh nabi dengan membentuk sistem yang lebih ajaran Islam yang bersifat normatif diperlukan transformasi
berkeadilan, dan didasari oleh iman. profetik sehingga merubah kesadaran menjadi obyektif dan
ilmiah. Kesadaran yang dibawa dalam transfomasi profetik
Hubungan Kausal ada dua macam; pertama, menjadikan ajaran atau nilai-nilai
Struktur Budaya, Sosial dan Teknik dalam agama menjadi objektif. Dalam rangka mencapai hal tersebut,
Paradigma Transformasi Sosial (Durkeim, Weber, dan Marx)
Struktur Struktur maka yang diperlukan merupakan pergeresaran paradigama
Tokoh Struktur Sosial (shifting paradigm) dari ajaran Islam yang menekankan
Budaya Teknik
Durkheim
Sentimen kolektif Diferensiasi sosial
kepemimpinan kesalehan individu menjadi obyektif yang menekankan
nilai-nilai sosial dan insentif kesalehan sosial. Hal ini dicontohkan oleh Amin Abdullah
Stratifikasi,
Legitimasi akumulasi dan
Dominasi; dalam tasawuf, corak keagamaan yang dibawa menekankan
Weber otoritas kaum spiritualitas dan kesalehan individu, harus berubah menjadi
simbolik kemakmuran, serta
elit
kehormatan bentuk moralitas Islam yang ditujukan kepada kehidupan/
Dominasi Kekuasaan lingkungan. Selanjutnya dalam rangka menjadikan nilai Islam
Kelas, eksplotatif
Marx intelektual, kelas melalui
estetika dan nilai
dan alienasi
negara dapat diterima oleh golongan lain, Kuntowijoyo menawarkan
konsep obyektifikasi terhadap al Qur'an. Obyektifikasi ini
Menurut Kuntowijoyo, transformasi profetik lebih dekat menjadikan nilai-nilai Islam diterima oleh umat manusia
dengan paradigma perubahan yang dilakukan oleh Durkheim, tanpa melihat dari mana asal-usulnya. Melalui obyektifikasi
dari pada paradigma transformasi yang dikemukan oleh Marx menjadikan ajaran Islam bersifat obyektif (diterima oleh
dan Weber. Bahwa struktur sosial merupakan sentimen- siapapun) dan bukan subyektif, hanya dalam pemahaman
sentimen kolektif atau nilai, termasuk agama dan nilai idea- beragama saja (Islam).
logis. Struktur sosial kelompok sosial lebih terorganisir dalam Obyektifikasi merupakan usaha aktif untuk menjadikan
suatu lembaga yang tidak terlalu formal misalkan; suku, ras, ajaran Islam dapat memberikan rahmat pada semua. tanpa
dan jama'ah. Sedangkan struktur teknik merupakan realitas memandang, ras, warna kulit, dan agama. Misalkan umat
yang menjadi saran mencapai tujuan yang dicita-citakan. Islam harus berbuat adil terhadap siapapun, tanpa pandang
Iman menjadi pelekat atau dasar sentimen kolektif dalam bulu. Obyektifikasi berasal dari internalisasi nilai, tidak dari
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
246 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 247

subyektifikasi kondisi yang obyektif. Obyektifiksai merupa- (mistik) berbentuk magi, pergerakan politik (pemberontakan)
kan penerjemahan nilai-nilai internal kedalam kategori- dengan lokalisasi pedesaan, bersikap lokal sebagai latar
kategori obyektif. Nilai-nilai agama tereksternalisasi sehingga belakang ekonomi agraris, masyarakat petani solidaritas
mengalami obyektifikasi, dan menjadi gejala obyektif, mekanis, dan kepemimpinan tokoh kharismatik. Mitos me-
kemudian tersubyektifikasi dan terus berdialektika. rupakan suatu konsep kenyataan yang mengandaikan bahwa
Eksternalisasi merupakan konkretisasi keyakinan yang dunia pengalaman kita sehari-hari terus menerus disusupi
dihayati secara internal. Misalkan zakat, untuk membersihkan oleh keuatan yang keramat. (Peter L. Berger dan Thomas
harta yang dimiliki, dengan menunaikannya maka telah Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan).
membentuk eksternalisasi dan menjadi ibadah. Obyektifikasi Menurut Kuntowijoyo setidaknya ada dua ciri berpikir
menempuh prosedur yang sama dengan eksternalisasi, tetapi secara mitos, pertama menghindar dengan menggunakan
dalam obyektifikasi perbuatan tersebut harus sewajarnya dan simbol seperti upacara ruwatan dan sesaji. Kedua, meng-
natural, tidak dilakukan semata-mata karena prilaku ke- hindari yang konkret menuju yang abstrak. (Kuntowijoyo,
agamaan. Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas). Sebelum
Obyektifikasi Islam bersifat sangat terbuka dalam negara ini merdeka, rakyat memitoskan ratu adil atau menanti
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan mungkin inilah kedatangan Imam Mahdi (konsep Islam) yang akan berbuat
yang dimaksudkan oleh Ahmad Syafi'i Maarif dan M. Quraish keadilan dan menyelamatkan umat dari penderitaan dan
Shihab, dengan menggunakan istilah "membumikan al penindasan dari pemimpin yang tiran sehingga tercipta
Qur'an", yang artinya kira-kira sama dengan eksternalisasi. kedamaian. Mitos kemudian berkembang pada pemikiran
Obyektifikasi memerlukan umat yang dapat berpikir logis seseorang atau pada seseorang yang dianggap sebagai penye-
berdasarkan fakta konkret dan empiris. Sebaliknya untuk lamat seperti mitos Soeharato sebagai bapak pembangunan.
orang non Islam juga dapat melakukan hal yang sama melaku- Pada periode ideologi setidaknya terdapat pertentangan
kan obyektifikasi ajarannya sehingga dapat diterima dan antara kapitalis, komunis, dan bahkan Islam (agama) yang
dilaksanakan dari luar golongannya, dikarenkan sudah ber- dianggap sebagai ideologi. Ketika agama menjadi ideologi
sifat natural dan sewajarnya. Misalnya, ilmu akupuntur akan melakukan formalisasi dengan batasan-batasan kepen-
merupakan obyektifiksai dari ajaran Budha, sehingga ia dapat tingan politik, sifat agama yang terbuka dan luas, dibungkus
diterima oleh semua kalangan, dihargai dan diamalkan untuk dengan kemasan ideologi dengan momen yang diangung-
kepentingan kemanusiaan. angungkan tanpa peduli atas tujuan agama itu sendiri. (A.
Kedua, transformasi Profetik dalam bentuk merubah Mustofa Bisri, Belajar Tanpa Akhir dalam Epilog, Ilusi Negara
kesadaran dari mitos, ideologi, kedalam bentuk kesadaran Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasional Indonesia).
ilmu. Periode mitos ditandai dengan cara berpikir pralogis Agama yang tadinya bersifat terbuka akan menjadi tertutup
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
248 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 249

dan mengakibatkan truth claim terhadap kebenaran. Selanjut- dapat berpikir secara logis, berdasarkan fakta konkret dan
nya dalam perode ideologi, kerangka berpikir organisasi empiris. Ajaran Islam tidak lagi dipahami dalam kerangka
bercorak rasional (rasional nilai) tetapi non logis berbentuk ideologi, tetapi mengembangkan Islam sebagai ilmu. Ilmu
pengetahuan apriori tentang nilai-nilai abstrak, lokasi kota, memiliki pendekatan yang bersifat kultural, berarti setiap
perkumpulan bersifat nasional, ekonomi komersial dan gagasan harus digulirkan terlebih dahulu, terserah orang
industri kecil, solidariatas organis, kepemimpinan intelektual. mengambil atau tidak, tidak ada dominasi atau hegemoni.
Berikut ini tabel pembedaan masa mitos ke ideologi; Kultural juga menggunakan kekuatan budaya, sehingga
rekonstruksi yang telah dilakukan oleh ilmu secara parsial
Waktu Fakta Norma Sifat Cakupan Tujuan atau ilmu menghendaki perubahan secara terperinci. Ilmu
Tidak Konsensus akan memasuki masyarakat moderen dan industrialisasi,
Mitos Irasional Lokal Utopia
peduli sosial
Kepentinga Rekonstruk dikarenakan proses idustrialisasi merupakan pengembangan
Idealogi subjektif Rasional Nasional dari ilmu. Sebagaimana dalam industrialisasi meniscayakan
n kelompok si sosial
dua hal yakni rasionalisasi dan sistemisasi. Pola pikir rasional
Ideologi, dalam melakukan perubahan sosial bersifat seperti ditunjukkan dalam perilaku ekonomi akan dominan
rasional tetapi dalam gerakannya berdasarkan kesadaran yang dalam masyarakat industri, menggantikan cara berpikir
pasif. Gerakan yang dilakukan dalam kerangka pikir ideologi berdasarkan nilai, persamaan dan tradisi. Sistemisasi dikarena-
berdasarkan emosi bukan rasionalitas, yang berkesadaran kan segala sesuatu tidak lagi diatur oleh orang melainkan oleh
hanyalah kaum elit, dan masyarakat sebagai alat untuk ber- sistem, sistemisasi dilakukan agar segala yang berlaku secara
gerak melakukan perubahan tanpa dilibatkan secara sadar, adil dan jujur. Segala kepentingan dan kebijakan diatur dan
bentuk kesadaran masyarakat hanyalah kesadaran semu. dilakukan dalam kerangka sistem yang baik, politik, maupun
Kesadaran semu, dikarenakan masyarakat tidak mengerti ekonomi. (Kuntowijoyo, Indentitas Politik Umat Islam)
secara jelas tujuan dalam melakukan perubahan. Gerakan Dalam kesadaran ilmu, yang dilakukanadalah menjadikan
ideologi ini menjadikan ia bersikap eksklusif dan tertutup Islam sebagai suatu agama yang obyektif (untuk siapa saja
dengan pengetahuan yang lain. Bentuk berpikir dalam tanpa memandang predikatnya, memandang sesuatu dari
melihat realitas sosial yang empiris dikembalikan pada sudut pandang yang sebenarnya, tanpa dipengaruhi keyakinan
persoalan meta fisika dan tak logis, sehingga apriori dan pribadi), dapat diterima orang luar tanpa menyetujui nilai
abstrak dalam menyelesaikan masalah. asal. Menurut Kuntowijoyo dalam kesadaran ilmu dapat
Dalam kesadaran ideologi yang terpenting adalah dilihat dari berbagai hal salah satu diantaranya adalah ilmu
memanfaatkan atau mobilisasi massa, berbeda halnya dengan ekonomi Islam dan aplikasinya, politik praktis dan pemikiran
kesadaran ilmu, mementingkan kesadaran masyarakat yang keagamaan. Ilmu ekonomi Islam yang menerapkan sistem
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
250 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 251

perekonomian syari'ah, menggarap institusi moderen yakni nilai agama tidak bersifat subyektif tetapi agar kader
perbankan Islam (bank syari'ah) dan Baitul Maal wa Tamwil menjadikan agama sebagai gejala obyektif. Melalui trans-
(BMT). Selain itu, masih dalam bidang ekonomi, dengan fomasi ini, masyarakat juga diarahkan pada suatu cita-cita
munculnya sekolah tinggi ekonomi syari'ah, yang menawar- atau tujuan dimana manusia semakin mendekatkan diri ke-
kan program keuangan dan perbankan syari'ah, akuntansi pada Yang Maha Abadi, dan transformasi tersebut diarahkan
syari'ah dan menajemen syari'ah. Selanjutnya dalam bidang pada yang transendensi dengan melalui humanisasi, dan
politik munculnya partai yang berangkat dan berakar dari liberasi. (Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu)
moral agama, kemanusiaan dan kemajemukan. Partai tersebut Transformasi profetik yang dilakukan oleh ikatan
memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi dan kemaju- merupakan bentuk kesadaran kolektif untuk mencapai cita-
an, serta keadilan sosial untuk cita-cita masyarakat. Moralitas cita. Transformasi juga dapat dilakukan secara individual pada
dan kemajemukan bagi Kuntowijoyo ini, menjadi sebuah kader ikatan guna mencapai tujuan yang sama. Bentuk trans-
gejala objektif. Moralitas agama berasal dari ajaran tentang formasi individual dari kader ikatan merupakan upaya untuk
ta'aruf (saling mengenal) dan rahmatan li al alamin (rahmat menanamkan kesadaran profetis pada masyarakat. Ketika
untuk semua orang). Kemajemukan juga berarti Islam meng- kader ikatan bergabung dengan aliran yang profesional, maka
akui adanya pluralisme dan sekaligus menjadi praktik politik. kader tersebut mentransformasikan kesadaran ini, agar
Sedangkan dalam pemikiran keagamaan menjadikan menjadi etik oraganisasi. Selanjutnya melakukan koordinasi
spiritualitas bercorak kesalehan individu, berubah mejadi intensif untuk menggalang kerjasama. Usaha yang dilakukan
moralitas dalam segala hal sehingga menjadi kesalehan sosial ikatan melalui kesadaran kolektif, membuat kebijakan organi-
bagi agama, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh semua satoris yang memanusiakan manusia, bersifat liberatif dan
orang. Berikut ini merupakan bentuk bagan pemetaan transenden. Ikatan dengan kesadaran kolektifnya mem-
kerangka berpikir mitos, ideologi dan ilmu menurut Kunto- bentuk kerja praksis kemanusiaan dalam rangka mencapai
wijoyo; masyarakat yang ideal. Kerja ikatan ini bersifat jangka panjang
dan holistik, menjadikan agama dengan nilai-nila idealogis-
Dasar: Nilai Islam Mitos Ideologi Ilmu normatif menjadi obyektif yang dapat diterima oleh seluruh
Cara berpikir Pralogi Nonlogis Logis manusia tanpa tahu asal-usulnya.
Bentuk Magi Abstrak/apriori Konkret/empiris

F. Khairul Ummat
Transformasi profetik dalam hal ini menjadi agama
Menurut para filosof, manusia jika ditinjau berdasar
sebagai semangat moral dalam berbagai bidang sesuai dengan
tabiatnya, bersifat politis, dimana memerlukan suatu organ-
keahlian masing-masing kader ikatan dan menjadikan nilai-
isasi sosial kemasyarakatan yang dinamakan dengan pola kota
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
252 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 253

(al madinah). Dari itu, dapat melahirkan peradaban yang Transformasi profetik yang memiliki tiga pilar; humanisasi,
didasarkan pada manusia dalam mempertahankan hidup, liberasi dan transendensi menjadikan langkah dan gerakan
terpola dengan cara memperoleh makanan atau kejayaan. ikatan dalam mewujudkan masyarakat yang ideal. Kunto-
Tidak hanya itu, manusia memerlukan kebutuhan aktualisasi wijoyo menyebutkan masyarakat idealnya dengan mengguna-
diri; pekerjaan, dunia yang profesional, dan berkerjasama kan istilah garden city, merupakan proses dari masyarakat
dengan yang lain. (Ibnu Khaldun, Muqaddimah). Kerjasama industri lanjut. Industri lanjut ini merupakan pengkritisasian
yang membuat organisasi kemasyarakatan berjalan dengan masyarakat industri moderen.
baik dan makin kompleks, menjadikan prayarat mutlak men- Kuntowijoyo menggambarkan garden city sebagai per-
ciptakan peradaban atau suatu kota. Hal tersebut pernah ter- paduan masyarakat dari dua kebudayaan yakni kebudayaan
jadi pada organisasi kemasyarakatan yang tertata dengan adil, agraris dengan industri. Masyarakat industrial menghasilkan
telah mewujudkan masyarakat yang ideal, pada masa nabi kota satelit, kota diluar kota, villa-rumah diluar kesibukan,
dikenal dengan kota “madinah”, merupakan pengejewan- village-desa dengan konsep kota, metropolitan kota besar,
tahan khairul umat . megapolitan kota super besar. Sedangkan garden city merupa-
Khairul umah merupakan cita-cita ideal yang ingin di- kan kota super besar, didalamnya terdapat taman, pertanian
capai oleh ikatan setelah mewujudkan transformasinya. dan hutan, dengan maksud secara ekologis kota tetap layak
Khairul ummah bukanlah utopia yang tak terlaksana seperti huni dan demikian juga, secara sosial, moral, dan spiritual.
kaum Marxisme yang mencitakan masyarakat tanpa kelas. Dengan kata lain, bumi ini hanya layak dihuni oleh manusia
Tetapi bagi ikatan, khairul umah merupakan proses dan kerja yang beragama. (Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid).
keras dalam melakukan perubahan yang perwujudannya Garden city yang dimaksudkan sebagai rincian dari
dapat dilaksanakan dengan menyiapkan sumber daya khairul ummah, sebagai titik pangkal realisasi program kema-
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh generasi yang akan nusiaan atas kelanjutan pembaharuan sosial-budaya yang ber-
datang. Hal ini menjadikan ikatan berpikir kedepan dan basis pada kesadaran keagamaan. Dalam garden city pembela-
merupakan tugas individu kader maupun kolektif ikatan an kaum tertindas sebagai tema utama dari sosialisme dan
mewujudkan cita tersebut. Khairul ummah merupakan aktiv- tradisi lokal yang ditempatkan dalam praksis nahi munkar,
isme sejarah bercorak kemanusiaan. diberi makna liberasi. Ide progres kapitalisme diberi santunan
Khairul ummah merupakan masyarakat ilmu (ilmiah, akhlak mahmudah sebagai praksis amar ma’ruf, dan bagi
rasional berpikir logis, empiris dan konkret), dan berkeadilan penundukan kapitalisme diberi makna humanisasi. Kedua
yang merupakan suatu masyarakat yang adil, sistem memihak tindakan itu serentak dalam transendensi sebagai praksis
kepada kaum miskin, tanpa penindasan, dan disemangati kesadaran iman. (Abdul Munir Mulkhan, Kepemim-pinan
nilai-nilai transendensi atau senantiasa dalam naungan Tuhan. Profetik dalam Satu Abad Muhammadiyah).
Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat Transformasi Profetik, Mewujudkan Khairul Ummat
254 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 255

kan antara kesadaran profetik (prophetic consciousness) dan


kesadaran mistik (mystical consciousnes). Berpangkal pada
Epilog pengalaman mi’raj, Nabi tidak menenggelamkan dirinya
sebagai mistikus yang hanyut dalam asyik masyuk perjumpa-
an dengan Tuhannya dan tidak kembali ke bumi. sebaliknya,
Nalar Profetik Transformatif :
dengan kesadaran penuh beliau kembali ke bumi untuk
dari Episteme ke Praksis melakukan perubahan sosial guna mengubah jalannya sejarah
Oleh : Zakiyuddin Baidhawy
(Iqbal, 1981: 124). Tampaknya Kuntowijoyo (1991: 288-289)
menyetujui paradigma ini. Menurutnya, Nabi Muhammad
Gagasan Muhammad Abdul Halim Sani tentang mani-
telah memulai suatu transformasi berdasarkan cita-cita
festo gerakan intelektual profetik perlu memperoleh sambut-
profetik. Ia juga menyebut ilmu sosial Islam sebagai ilmu
an yang hangat dari dua sisi. Pertama, sebagai intellectual
sosial profetik dengan metodologi ilmuisasi Islam, bukan
exercise penulisnya, gagasan ini merupakan wacana yang
Islamisasi ilmu pengetahuan sebagaimana ditawarkan oleh al-
mesti digulirkan secara terus-menerus seperti snowball
Faruqi, yang diikuti oleh M. Amien Rais.
dengan harapan dapat memancing gayung sambut pemikiran
Penulis memahami bahwa pada hakikatnya nabi dan
sebaya dalam rangka memperluas perspektif dan memper-
rasul merupakan teorisi sekaligus praktisi tauhid sosial.
tajam analisisnya. Kedua, kerangka pikir profetik perlu
Mereka mengajarkan tentang (dan memberi teladan) ketidak-
menggugah spirit religiusitas yang momot-sensitif humanitas
takutan untuk mengkritik masyarakat di zamannya; sekaligus
dalam pergulatan kehidupan dunia yang nyata dan senantiasa
memberikan visi tentang masyarakat masa depan yang adil,
berubah.
rasional, dan sejahtera; dan mereka terlibat menjadi agent of
Menurut saya, ide tentang profetisme harus terus digulir-
social change par excellent.
kan hingga benar-benar mewujudkan nalar profetik, yang
Secara garis besar dapat disebutkan tiga ajaran sosial
mencakup kerangka epistemik yang sistematik dan panduan
profetik sebagai berikut: Pertama, mereka menentang pe-
praksis untuk berhadapan dengan isu-isu kontemporer yang
nindasan, ketidakadilan dan eksploitasi orang miskin, musta-
berkembang. Saya menyebutnya sebagai nalar profetik-trans-
dh’afin, minoritas, dan kelas pekerja dalam berbagai bentuk
formatif (al-`aql al-nubuwwah wa al-taghyir).
dan motif. Kedua, secara normatif mereka mengartikulasikan
Nalar profetik-transformatif bersandar pada paradigma
teori masyarakat yang benar sebagai alternatif dan jawaban
kenabian. Karena itu Nabi Muhammad adalah modelnya.
realistik untuk zamannya. Ketiga, mereka terlibat dalam
Penamaan paradigma ini sudah diperkenalkan oleh M. Iqbal,
kehidupan masyarakat dan berpartisipasi dalam aksi sosial
intelektual dan cendekiawan Muslim Pakistan. Ia membeda-
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
256 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 257

yang bertujuan mengubah masyarakat. Menurut kacamata dialektika terbuka yang mempunyai kekuatan kritis karena
posmodernisme, mode of thinking semacam ini disebut se- pemikiran dialektis mencari kontradiksi-kontradiksi di dalam
bagai dekonstruksi kreatif. masyarakat konkret. Teori Kritis hendak memberi kesadaran
Tiga ajaran sosial di muka disebut sebagai paradigma bagi pembebasan manusia. Fungsinya emansipatoris.
profetik yang merupakan kesatuan dari: teori kritik sosial Sesuai dengan karakter teori kritis, maka kritik sosial
(naqd al-ijtima`iy), yakni kritik yang konsisten, sistematik, dalam nalar profetik-transformatif bercirikan; pertama,
komprehensif dan koheren terhadap masalah-masalah yang kesadaran kritis terhadap masyarakat aktual. Dengan kaca-
terjadi dalam masyarakat dalam lapisan kehidupan sosial, mata ini, ia perlu melakukan pembongkaran atas topeng-
budaya, ekonomi dan politik; teori normatif sosial meng- topeng sosial yang digunakan untuk menutup-nutupi mani-
artikulasikan dan menawarkan suatu model masyarakat di pulasi, ketimpangan dan kontradiksi-kontradiksi dalam
mana penyakit-penyakit sosial dapat dieliminasi; dan trans- masyarakat. Kedua, berpikir secara historis dan berpijak pada
formasi praksis sebagai strategi aksi sosial yang bertujuan proses masyarakat yang historis. Nalar profetik-transformatif
untuk mengubah, mereformasi, dan atau mentransformasi berakar pada situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu.
masyarakat secara rasional, adil dan benar. Ketiga, bersifat kritis terhadap dirinya sendiri. Maksudnya,
Nalar profetik-transformatif mendorong religiusitas yang nalar profetik-transformatif menyadari risiko bahwa setiap
memihak kemanusiaan (humanitas). Karena itu ia tidak kritik sosial yang dikemukakannya sangat mungkin jatuh ke
netral, selalu terkait dengan nilai-nilai. Maka penting untuk dalam salah satu bentuk kecenderungan ideologis, karenanya
dipahami bahwa gerak spiral nalar ini mesti dimulai dengan ia perlu mempertahankan kesahihannya melalui evaluasi,
teori kritik yang kritis bukan tradisional atas tatanan kritik dan refleksi terhadap dirinya sendiri. Terakhir, teori
masyarakat yang sedang berjalan. Meminjam penjelasan dengan maksud praksis. Artinya nalar profetik-transformatif
Horkheimer (1968), teori kritis memiliki perbedaan karakter merupakan serangkaian teori-kritik sosial dan normatif sosial
dari teori tradisional.1 Teori kritis menggunakan metode yang tidak memisahkan dirinya dari praksis. Karena itu ia

1. Dalam pemahaman tradisional teori adalah perumusan prinsip-prinsip umum dan akhir yang Pertama, sikap netral melestarikan keadaan yang ada. Kenetralan berarti tidak
melukiskan dan menginterpretasikan realitas. Maka teori tidak lain adalah keseluruhan mempertanyakan realitas, tetapi hanya menerima dan membenarkannya. Maka toeri
proposisi tentang sesuatu. Ada keterpaduan di antara proposisi-proposisi itu yang terdiri dari tradisional berlaku sebagai ideologi yang melestarikan kenyataan itu. Kedua, sifat teori
beberapa proposisi dasar dan turunan. Horkheimer mengkaitkan lahirnya teori tradisional ini tradisional itu a-historis: dengan memutlakkan ilmu pengetahuan universal, teori tradisional
dengan Descartes yang berusaha mencapai proposisi-proposisi umum dengan cara kerja melupakan masyarakat dalam proses historisnya. Dengan cara ini teori merupakan penipuan
deduktif berdasarkan metode ilmu pasti. Metode ilmu pasti ini hendak digunakan dalam ilmu- ideologis karena menutupi kenyataan bahwa ilmu pengetahuan hanyalah salah satu aktivitas
ilmu pengetahuan yang lain. Teori tradisional memisahkan fakta dari nilai dan hanya dalam masyarakat. Ketiga, teori tradisional memisahkan teori dengan praksis. Tidak
menganalisis fakta dengan hukum-hukum dan metode-metodenya. Teori tradisional netral dipikirkan implikasi sosial dari teori. Maka teori tradisional tidak bertujuan mengubah
terhadap fakta di luar dirinya. Oleh karena itu teori tradisional itu bersifat ideologis: keadaan, malah melestarikan status quo masyarakat.

Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis


Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
258 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 259

dibangun justru untuk mendorong transformasi masyarakat dampak atas perubahan sosial. Para intelektual semacam ini
dan transformasi masyarakat itu dilakukan hingga ke tahap menguasai kajian-kajian ilmiah, dan dengan bekal pengetahu-
praksis. Jadi, nalar profetik-transformatif merupakan komit- an ilmiahnya mereka memiliki kapital budaya (symbolic
men praksis pemikir-pemikir kritis di dalam sejarahnya. capital). Melalui kapasitas intelektualnya pula kapital budaya
Nalar profetik-transformatif dan tiga ajaran sosial di ini dapat dikembangkan menjadi kapital uang atau kapital
muka memandu arah perubahan sosial dalam sistem masya- politik.
rakat. Masyarakat sebagai sebuah sistem terdiri dari lima sub Dalam konteks negara-negara di dunia ketiga yang
sistem yang menopangnya; sub sistem politik, ekonomi, sosial, penduduknya masih banyak berjuang meraih harkat dan
budaya, dan personalitas. Yang termasuk kedalam sistem marabat yang lebih baik, mengentaskan diri dari kemiskinan,
politik ialah negara, pemerintahan, partai politik, dewan ketertindasan dan keterbelakangan, semata-mata intellectual
perwakilan, peradilan, birokrasi, pemilihan umum, dsb. exercise yang lepas dari keterikatan pada nilai (value-laden)
Sistem ekonomi mencakup pembagian kerja, dunia kerja dan “keberpihakan” politik menjadi absurd. Keberhasilannya
bisnis enterprise, sistem perbankan, finansial publik, organ- sangat janggal bila hanya diukur dari sofistikasi ilmiah dan
isasi perusahaan, distribusi kekayaan dan pendapatan terbatas pada nilai-nilai obyektivitas daripada asumsi-asumsi
nasional, dst. Sosial melingkupi keluarga, hubungan dan untuk aksi emansipatoris.
jaringan kekeluargaan, persahabatan dan sebagainya. Sistem Jadi, dapat dikatakan bahwa perubahan orientasi dan visi
budaya meliputi institusi keagamaan, institusi pendidikan, dari gerakan intelektual mahasiswa Muslim sebagai ladang
organisasi ilmiah, organisasi seni, dll. Dan sistem personalitas perjuangan kultural (cultural struggle) ke perjuangan sosial
mencakup tipe personal yang dilahirkan oleh masyarakatnya, (social struggle) yang transformatif, memang menghendaki
pola-pola akulturasi, sosialisasi dan motivasi yang diinginkan perubahan-perubahan krusial dalam beberapa hal. Pertama,
oleh masyarakat terhadap individu anggotanya untuk meng- aktivis gerakan ini perlu mengubah orientasi moderenitas-
internalisasi dan menerimanya dengan tujuan agar setiap diri nya di mana mereka pada umumnya merasa bangga sebagai
setia untuk merealisasikan nilai-nilai dan tujuan masyarakat- kelas elite baru yang tugasnya sebagai ”pemberi stempel” dan
nya. legislasi nilai-nilai universal dan berperan utama sebagai
Lalu, bagaimana nalar profetik-transformatif mesti penafsir teks-teks kebudayaan. Akselerasi perubahan yang
meretas dalam gerakan intelektual mahasiswa Muslim, seperti demikian pesat menghendaki pergeseran peran intelektual
IMM? Sudah saatnya cita-cita sosial gerakan intelektual yang mengekor paham modernisme dan menjalankan fungsi
mahasiswa Muslim tidak lagi berorientasi melahirkan para sebagai pemberi legitimasi atas proyek-proyek rekayasa
“orientalis”, dalam arti mereka sangat intens dalam intellec- modernitas, misalnya good governance, civil society, dan
tual exercise, namun hasil-hasil kajiannya tidak memberikan
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
260 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 261

gender. Kini saatnya kaum intelekual muda ini menyuarakan Nah, akhirnya saya berharap bahwa percikan-percikan
pluralitas dan hak-hak untuk berbeda. Pergeseran peran dan filosofis-paradigmatis dari Muhammad Abdul Halim Sani
fungsi inilah yang melahirkan jenis subaltern intellectual, dalam buku ini menjadi titik berangkat bagi upaya-upaya
subsltern activists, suatu visi yang menekankan keberanian intelektual berikutnya yang berkesinambungan, sekaligus
untuk melakukan peran sebagai artikulator, yakni intelektual percobaan-percobaan menuju praksisnya dalam kehidupan
muda kritis yang menentang ketidakadilan, hegemoni dan nyata, sehingga spirit al-Ma`un akan terus hidup dan
tatanan status quo. Intelektual kritis ini selalu peka dan menyemangati manusia Muslim Indonesia yang mulai susut
mampu bicara dan menulis tentang kedzaliman dalam ruang- juang dan susut ikhlasnya. Semoga.
ruang publik (public sphere), menyuarakan ketertindasan
dan sekaligus sebagai saksi atasnya, serta kritik terhadap
dosa-dosa sosial demi advokasi kemanusiaan.
Dengan demikian, disini perlu ada keberanian untuk
bertanya, apakah aktivis gerakan intelektual mahasiswa
Muslim sudah siap sebagai institusi civil society yang otonom
dalam ruang publik itu? Jika pertanyaan pertama sudah
terjawab dan percaya diri sebagai otonom, pertanyaan
berikutnya adalah: untuk siapa mereka berbicara? Jawaban
atas pertanyaan kedua ini penting utuk melihat lebih lanjut
apakah sebuah gerakan intelektual mahasiswa Muslim sudah
tegak sebagai bagian dari civil society yang menyuarakan
kepentingan-kepentingan negara, kapital, pasar, dan politik
penguasa dan hegemonis, dan karenanya lebih merupakan
wakil dari kelas borjuasi baru; atau representasi suara
keberpihakan kelas menengah otonom atas mereka yang
marjinal dan tertindas dalam pusaran pembangunan dan
globalisasi. Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya ingin
menegaskan bahwa visi gerakan intelektual mahasiswa
Muslim itu lebih membutuhkan peran jamaah profetik-trans-
formatif dalam bingkai pedagogi kemanusiaan daripada organ-
isasi ke-mahasiswaan-nya itu sendiri.
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
Nalar Profetik-Transformatif; Dari Episteme ke Praksis
262 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 263

BAGAN ILMU SOSIAL Jenis Ilmu


BAGAN KESADARAN PADA MANUSIA

Positivistik Konstruktif Kritis Profetik Kesadaran, merupakan tindakan oleh manusia dengan mem-
pertimbangkan kemampuan yang dimiliki tanpa paksaan dan
Idealisme- Transendental
Ontologi
Materialisme
(yang ada
Idealisme
(keberadaan Materialisme Idealisme dilakukan secara berkelanjutan dalam menghadapi realitas.
merupakan materi) dalam pikiran) (keberadaan (melampaui pikiran
pikiran dan materi) dan materi)
Analisis Subyek sasar- Penyebab Strategi dalam
Kategori
Empiris, Rasionalis,
permasalahan an perubahan permasalahan perubahan
Empiris dan
Empirisme Rasionalisme Rasionalis (sumber dan Transendental Tidak ada Manusia dan
Episteme- Evolusi tetapi
(sumber (interpretasi pengetahuan (realitas empiris, Magical hubungan masyarakat tak Metafisika dan
logi pengetahuan) terhadap realitas empiris dan filosofis filosofis rasional dan lambat (hampir
Consciousness antara faktor berperan tetapi supranatural
rasional) fenomena wahyu) stagnan)
yang terjadi metafisika
Univikasi Pemisahan Pemisahan Manusia Manusia atau Motivasi,inovasi,
Pemisahan Naive Analisis
(kesamaan antara (perbedaan dan (tidak ada (metodelogi beda memiliki peran masyarakat itu kreatifitas, need
Metodelogi ilmu alam dengan pemisahan dan dan berdiri sendiri Consciousness kebudayaan
dapat disatukan) yang besar sendiri for assessment
ilmu sosial) tidak disatukan) tak disatukan)
Manusia dan
Transformatif masyarakat
Erklaren Vestehen Emansipatif (memahami, Critical berperan besar Sistem dan Sistem dan
(menjelaskan (memahami dan (menjelaskan,dan merubah, dan Analisis struktur
Tujuan
realitas sosial empati terhadap melakukan Consciousness tetapi didukung struktur struktur
mengarahkan pada
yang ada) realitas sosial) perubahan) cita-cita profetik)
oleh faktor yg
lain
Transendensi, Analisis struk- Manusia dan
Pendektan Obyektif Subyektif Obyektif-Subyektif Sistem, Sistem, struktur
subyektif & obyektif tur, kultur & pe- masyarakat
Profetical struktur, dan yang adil
mahaman ter- juga faktor
Consciousness kerangka didasari nilai-
Cara Keunikan dan Plural sarat Plural & sarat per- hadap doktrin terhadap
pandang Tunggal
kekhususan perbedaan bedaan (majemuk) berpikir nilai Illahiah
keagamaan keyakinan
Netral Netral Berpihak Berpihak
Sifat dan bebas nilai dan bebas nilai dan sarat nilai dan sarat nilai

Nomothetic (me- Ideographic Ideographic Ideographic


Produk rumuskan hukum (realitas yang unik) (melihat keunikan (keunikan pada
universal dan tetap pada realitas realitas)

Hipotesis-teori Kasus-terlibat Kasus-analisa Obyektifikasi-kasus-


Proses ilmu masalah teori-analisa masa-
Data-uji teori Pahami-deskripsi
Rencana-aksi lah-rencana-aksi

Aplikasi Deskripsi keunikan


Generalisasi Deskripsi keunikan Anti generalisasi
teori dan tak generalis

Metodelogi
Kuantitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif-Kuantitatif
penelitian

Pencarian Wawancara- Observasi Wawancara-


data Kuisioner-angket observasi partisipatoris observasi-kuisioner
264 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

MANIFESTO GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK


DALAM REKONSTRUKSI PERADABAN

Terbentuknya akademisi Islam yang


berakhlak mulia

 Interpretasi terhadap trilogi yang menjadi tri kompetensi dasar Ikatan


KEMAHASISWAAN Intelektual
KEAGAMAAN Religiusitas/Transendensi
KEMASYARAKATAN Humanitas dan Liberatif

 Rekonstruksi semboyan Ikatan


Anggun dalam Moral, Unggul dalam Unggul dalam Intelektual, Anggun dalam
Intelektual Moral dan Radikal dalam Gerakan

Terjemahan Ikatan untuk kader yang Intelektual Profetik


menjadi ikon gerakan dalam Kebutuhan Internal Ikatan & Kader yang
transformasi sosial lahir dari dalam melalui; dialektika diri,
ikatan, agama dan realitas makro

KARAKTER KADER IKATAN


Filsafat Manusia
(Al Basyar, Al Insan, An Nas, Etos Profetik
Abdullah, Khalifah) (Politik, Ilmu, Ekonomi, Keadilan)

Kesadaran Profetik
Etika Profetik Consciousness :
Becoming Personal Kader (Magical, Naïval, Critical, Profetical)
Ta’muruna bil ma’ruf (Humanisasi)
Tan hauna ‘anil munkar (Liberasi)
Tu’minuna bil Allah (Transendensi)
Ruang Gerak

Kesadaran Sejarah
(Aktivisme utk menentukan Psikologi
dan merubah sejarah) Basic Skill Kader dan Kolektif Ikatan

Transformasi Profetik Filsafat Gerakan


(Keagamaan, Kemahasiswaan, Sosiologi Gerakan
dan Kemasyarakatan)

Ilmu Sosial Profetik


Khairul Ummat
(Garden City, Masyarakat Ilmu, Becoming Ikatan
Masyarakat Berkeadilan)
dan Individu Kader
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 265 266 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

------,Keretaku Tak Berhenti Lama, dalam Majalah Basis


Bahrus Surur Iyuk, Teologi Amal Saleh, 2002, Surabaya: Lembaga
Daftar Bacaan Kajian Agama dan Masyarakat
Charles Le Gai Eaton, Manusia, dalam Sayyed Hussein Nasr,
Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, 2006, Bandung:
Abdul Munir Mulkhan, Kesalehan Multikultural, 2000, Jakarta:
Mizan Utama
Pusat Studi Agama Peradaban
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, 1996, Bandung:
------,dalam Kata Pengantar Menggugat Muhammadiyah, 1998,
Mizan Utama
Yogyakarta: Fajar Pustaka
Denis Collin, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikiran-nya,
------,Kepemimpinan Profetik dalam Satu Abad Muhammad-iyah,
2002, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2000, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001, Jakarta:
------,Kisah dan Pesan Kiai Ahmad Dahlan, 2007
Kelompok Bambu
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Social, 1999,
Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, 1994,
Yogyakarta:Tiara Wacana
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ahmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, 1999, Surabaya: Lembaga
Erich From, The Art of Love, 2000, Jakarta: Fres Book
Studi Agama dan Masyarakat
Farah Wardani, Representing Islam
Ahmad Mustofa Bisri, Belajar Tanpa Akhir dalam Epilog, Ilusi
Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, 1994, Yogyakarta:
Negara Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasional Indo-
Kanisius
nesia, 2006, Jakarta: Ma’arif Institute
------, Ilmu Sosial dalam Diskursus Modern dan Pasca Modern,
Ahmad Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme
2000, Yogyakarta: Kanisius
Islam
Franz Magnis Seseno, Berfilsafat dari Konteks, 1994, Jakarta:
Al Qur’an dan terjemahannya, Departemen Agama
Gramedia Pustaka Utama
Alex Lanur, Pengantar dalam Kata-Kata, 2002, Jakarta: Gramedia
------, Etika Dasar, 1994, Yogyakarta: Kanisius
Pustaka Utama
------, Pemikiran Karl Marx, 1999, Yogyakarta: LKiS
Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001, Jakarta: Al Huda
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,
Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, 1999,
1994, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yogyakarta: LKiS
H.A. Sholeh Dimyati, Tinjauan Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Anthony Giddens, Runaway World, 2000, Jakarta: Gramedia
tantang Manusia, 1995, Jakarta: Media Tama
Pustaka Utama
H.A.R. Tilaar, Kuasa dan Pendidikan, 2002, Jakarta: Gramedia
Ayn Rand, Pengantar Epistemologi Objektif, 2000, Yogyakarta:
Pustaka Utama
Bentang Budaya
------,Multikulturalisme, 2007, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya
------,Perubahan Sosial dan Pendidikan, 2001, Jakarta: Gramedia
B. Heri Juliawan, Krangka Multikulturalisme, dalam Majalah Basis
Pustaka Utama
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 267 268 Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

Haedar Natshir, Pengantar dalam Muhammadiyah Gerakan Social ------, Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Reaalitas, 2000,
Keagamaan Modernis, 2001, Yogyakarta: Suara Muhammad- Bandung: Mizan Utama
iyah L. Laeyendecker, Tata Perubahan dan Ketimpangan, 1992, Jakarta:
Haidar Bagir, Etika Barat Etika Islam, dalam Antara al Ghazali dan Gramedia Pustaka Utama
Kant, 2002, Bandung Mizan Utama Lembaga Kitab Indonesia, Alkitab dengan Kidung Jemaat
Harold H. Titus, dkk, Persoalan-Persoalan Filsafat, 1994, Bandung: Loren Bagus, Kamus Filsafat, 1998, Jakarta: Gramedia Pustaka
Bulan Bintang Utama
Herry Priyono, Marginalisasi ala Neoliberal dalam Majalah Tradem M. Amin Abdullah, “Al Ta’wil al Ilmi; Ke Arah Perubahan Para-
Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, digma Penafsiran Kitab Suci” dalam Al Jami’ah, IAIN Sunan
1992, Jakarta: Erlangga Kalijaga
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, 2000, Jakarta: Pustaka Firdaus ------, Antara al Ghazali dan Kant, 2002, Bandung: Mizan Uatama
Ibrahim Ali Fauzi, Jurgen Habermas, 2002, Bandung: Teraju ------, Dinamika Islam Kultural, 1998, Bandung: Mizan Utama
Jalaluddin Rahmat, Rekayasa Social, 1998, Bandung: Rosda Karya M. Amin Rais, Cakrawala Islam, 1994, Bandung: Mizan Utama
------, Madrasah Ruhani; Berguru pada Ilahi di Bulan Suci, 2000, M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al Qur’an; Tafsir Sosial Berdasar-
Bandung: Mizan Utama kan Konsep-Konsep Kunci, 1998, Jakarta: Paramadina
John C. Raines, Marx tentang Agama, 2000, Bandung: Teraju Manhaj Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam www.
John Haba, Gereja dan Masyarakat Majemuk, dalam Jurnal muhammadiyah.or.id
Kalimatus Sawa Mansour Fakih, Islam sebagai Alternative, dalam Islam Kiri, 2001,
Julia Benda, Penghianatan Kaum Cendekiawan, 1999, Jakarta: Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gramedia Pustaka Utama ------, Manifesto Intelektual Organik, 2002, Yogyakarta: Insist Press
K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, 2005, Bandung: Teraju ------,Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, 2000,
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antroplogi, 1990 Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kuntowijoyo, Indentitas Politik Umat Islam, 1998, Bandung: Mizan Muhaemin el-Ma'hadi, Multikulturalisme dan Pendidikan Multi-
Utama kulturalisme, dalam Jurnal Kalimatus Sawa
------, Islam Sebagai Ilmu, 2001, Bandung: Teraju Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab, 2001, Yogyakarta:
------, Jalan Baru Muhammadiyah dalam Islam Murni, 2000, Ircisod
Yogyakarta: Bentang Budaya ------, Post Tradisionalism Islam, 2002, Yogyakarta: LKis
------, Muslim Tanpa Masjid, 1999, Bandung: Mizan Utama Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Eksistensi Manusia, 2008, dalam
------, Paradigma Islam: dari Interpretasi untuk Aksi, 1998, Majalah Suara Muhammadiyah
Bandung: Mizan Utama Muhammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pemikiran Islam,
------, Sejarah Dinamika Umat Islam Indonesia,1996, Yogyakarta: 1978, Bandung: Bulan Bintang
Pustaka Pelajar Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999, Yogyakarta: Lembaga Studi
Agama Filsafat
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik 269

Mustofa Abdul Chamid, Orde Baru Neoliberalsme dan Globalisasi


Kaum Miskin, dalam Majalah Tradem
Pasudi Suparlan, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural,
dalam Jurnal Antropologi UI
Peter L. Berger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan,
1992, Jakarta: LP3S
Peter Marcus, Memahami Bahasa Globalisasi, 2000, Jakarta
Qodri Azizy, Melawan Globalisasi, 2000, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Roger Garaudy, Janji-Janji Islam, 1985, Bandung: Bulan Bintang
Salam Redaksi, Kalimatun Sawa, Multi Kulturalisme Desa Global
Saleh A. Nahdi, Adam Manusia Pertama
Sara Sviri, Demikianlah Kaum Sufi Berbicara, 1998, Jakarta: Pustaka
Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004,
Yogyakarta: Resist
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1994, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Sutarmo,Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis,
2001, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Suwito,Tansformasi Sosial, 2003, Purwokerto: STAIN Purwokerto
Press
Syamsul Hidayat dan Zakiyuddin Baidhawy, Membangun Citra
Baru Pemikiran Islam Muhammadiyah dalam Pedoman
Individuasi Kader
Thomas L. Freidman, Memahami Globalisasi, 2003, Jakarta: Obor
Tom Cembel, Tujuh Teori Sosial, 1997, Jakarta: Obor
Zainuddin Maliki, Narasi Agung, 2002, Surabaya: Lembaga Kajian
Agama Masyarakat
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multi
Kultural, dalam Jurnal Afkar

Anda mungkin juga menyukai