Anda di halaman 1dari 62

Penerjemahan Al-Qur’an

Dalam Bahasa Inggris


Antara Tradisi Historis dan Propagasi Islamis

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang


Metodologi Pengajaran Bahasa (Inggris) dan Penerjemahan
pada Fakultas Tarbiyah dan Adab Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
”Sultan Maulana Hasanudin” Banten

30 Juli 2009

Oleh :

PROF. DR. H. ILZAMUDIN MA’MUR, MA

DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT GAMA ISLAM NEGERI
”SULTAN MAULANA HASANUDIN” BANTEN
SERANG, 1430/2009
2

Daftar Isi

Sekapur Sirih : Rasa Syukur, Ucapan Terimakasih dan Penghargaan ... 3

A. Pandahuluan : Mengapa al-Qur’an dalam Bahasa Inggris? ............. 7

B. Al-Qur’an dan Penerjemahan ......................................................... 11


1. Hakikat Terjemahan .................................................................. 11
2. Tujuan Penerjermahan al-Qur’an ............................................. 14

C. Tradisi Penerjemahan al-Qur’an dalam Bahasa Inggris ................. 16


1. Priodisasi Penerjemahan al-Quran dalam Bahasa
Inggris ....................................................................................... 16
a) Abad 17 .............................................................................. 18
b) Abad 18 .............................................................................. 18
c) Abad 19 .............................................................................. 29
d) Abad 20 .............................................................................. 20
e) Abad 21 .............................................................................. 29
2. Lembaga Penerjemah Al-Qur’an: Dimensi Propagasi Islami ... 32
a) King Fahd Qur’an Printing Complex, Arab Saudi........... 32
b) The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought,
Yordania .......................................................................... 33
c) Center for Translation of the Holy Qur’an, Iran ............. 35
d) Lembaga Penerjemah Kitab Suci Al-Qur’an, Indonesia 36

D. Kalam Penutup : Harapan Ke Depan .............................................. 37

Sekapur Sirih : Rasa Syukur, Ucapan Terimakasih dan Penghargaan


(lanjutan) .............................................................................................. 40

Lampiran: Curriculum Vitae ............................................................... 43


Lampiran SK Mendiknas ...................................................................... 59
3

Assalamu’alaikum Wr. Wb. !

• Yang saya hormati, muliakan dan banggakan bapak Ketua


Sidang Senat Terbuka Institut Agama Islam Negeri ”Sultan
Maulana Hasanuddin” Banten, dewan Guru Besar, para
Anggota Senat, Rektor dan Para Pembantu Rektor, Para Dekan
dan Pembantu Dekan, Para Ketua Jurusan, Para Kepala
Lembaga dan UPT, Para Dosen, Kepala Biro AUK, Para Kabag
dan Kasubag, para karyawan staf adminsitrasi, para mahasiswa
dan segenap anggota keluarga besar Institut Agama Islam
Negeri ”Sultan Maulana Hasanuddin” Banten.

• Ibu Gubernur Provinsi Banten, Bapak Bupati Serang, Bapak


Wali-Kota Serang, Bapak Kepala Kantor Departemen Agama
Provinsi Banten dan Kabupaten Serang, Bapak Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Banten, Kabupaten dan Kota Serang, dan
Pimpinan Instansi pemerintah provinsi, kabupaten dan kota
lainnya yang saya muliakan !

• Para alim ulama, para pimpinan lembaga pendidikan tinggi,


menengah. dan pesantren, pimpinan organisasi masyarakat,
serta segenap para tamu undangan yang saya hormati dan
muliakan.

Segala puji bagi Allah seru sekalian alam, Allah SWT. yang telah
mewahyukan al-Qur’an, menciptakan manusia dengan sebaik-baik
bentuk serta mengajarkan kepadanya bahasa (dengan istilah nama-mana
dan al-bayan) dan menjadikanya khalifah–Allah di muka bumi.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, yang melalui Rasulullah pamungkas
tersebutlah, juga para sahabat, tabi’in, dan tabiittabi’in, al-Qur’an al-
4

Karim akhirnya sampai pula kepada kita, umat Islam, juga umat lain di
seluruh dunia.

• Bapak ketua dan para anggota senat yang saya hormati serta
segenap hadirin yang saya muliakan!
Pada hari ini, saya teringat kembali peristiwa 19 tahun yang lalu
ketika saya menerima surat izin untuk menerjemahkan buku Traditional
Islam in the Modern World 1 (tertanggal 2 Oktober, 1990), dari
penulisnya Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr, dari The George Washington
University, Washington DC, Amerika Serikat. Dalam sampul surat yang
saya terima tersebut dengan jelas dituliskan : Prof. Ilzamudin Ma’mur,
Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri ’Sunan Gunung Djati”
Serang. Embel-embel ”professor” di depan nama saya tersebut, tanpa
disadari membuat hati saya bergetar. Rupanya getaran tersebut terus
beresonansi di sepanjang karir saya sebagai pengajar dan pembelajar
dalam bidang metodologi pengajaran (bahasa Inggris) dan penerjemahan
di institusi tempat saya mengabdi.
Pada hari ini saya teringat lagi peristiwa serupa hampir 19 tahun
silam yang juga tidak bisa dilupakan, yaitu ketika lagi-lagi saya terima
surat izin menerjemah buku The Role of Muslim Youth in the
Reconstruction of Modern World,2 dan Inner Dimension of Islamic
Faith3 masing-masing langsung dari pengarang dan penerbitnya Dr.
Mohammad Manzoor Alam, Direktur The Objective Studies, New
Delhi, India (1 September, 1990), dan S. Faiyazuddin Ahmad dari The
Islamic Foundation, Leicester, Inggris (13 Agustus, 1990). Dalam kedua
sampul surat tersebut dituliskan :
Dr. Ilzamudin Ma’mur
Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri
’Sunan Gunung Djati’
Jl. Jend. Sudirman No. 30
Serang 42118 Jawa Barat
INDONESIA

1
Seyyed Hossein Nasr, Traditional Islam in the Modern World. (London: Keagan Paul
International, 1985).
2
Muhammad Mazoor Alam, The Role of Muslim Youth in the Reconstruction of Contemporary
World. (Delhi: Hindustan Publication, 1984).
3
Al-Ghazali, Inner Dimensions of Islamic Worhsip, translated from Ihya ‘Ulum al-Din by
Muhtar Holand, (Leicester: The Islamic Foundation, 1983)
5

Membaca nama sendiri untuk pertama kalinya dengan ‘gelar’ Dr.,


padahal saya baru Drs., juga membuat jantung berdegup kencang,
mungkin karena tersindir atau memang tertantang atau justru kedua-
duanya. Yang pasti tantangan tersebut sangat berat dan tidak mudah
untuk mendapat kesempatan membuktikannya karena ternyata gelar
doktor baru dapat saya raih 18 tahun kemudian, sejak surat tersebut saya
terima, alhamdulillah.
Pada hari ini, saya juga teringat satu peristiwa lagi yang terjadi
kurang lebih dua tahun yang lalu, ketika saya mendengar : ”Saya sudah
tidak sabar untuk mengukuhkan ’guru besar’ pak Ilzam,” demikian
bapak Prof. Dr. H.M.A. Tihami, MA, MM., menyampaikan harapannya
melalui istri saya, Dra. Hj. Eneng Muslihah, M.M.Pd, setelah beliau
malam sebelumnya bermimpi telah mengukuhkan saya. Kalaupun itu
bukan satu-satunya dorongan, harapan dan doa tulus yang beliau
sampaikan kepada saya juga kolega yang lain, namun sejak saat itu, hati
kecil saya terpacu lebih kencang, apa lagi salah satu syaratnya, yakni
gelar doktor, belum kunjung saya raih pada saat itu.
Alhamdulillah, pada hari ini momen yang amat membahagiakan
saya itu akhirnya datang juga : pengukuhan guru besar atas nama saya
sendiri. Getaran, tantangan, perjuangan, dan mimpi, semua itu akhirnya
berujung pada hari ini. Doa dan harapan tersebut menjadi kenyataan
bukan lagi sebagai mimpi, alhamdulillah. Oleh sebab itu, pada saat ini
sudah selayaknya kalau saya senantiasa bersyukur ke hadlirat Allah
SWT atas limpahaan rahmat dan karunia-Nya yang tak-terbilang
jumlahnya kapada saya dan keluarga saya selama ini, hingga hari ini dan
mudah-mudahan tetaplah demikian untuk seterusnya. Amin!

• Bapak ketua sidang dan para anggota senat yang saya hormati serta
segenap hadirin yang saya muliakan!

Pengukuhan pada hari ini dapat dilaksanakan antara lain karena


adanya Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan Nasional dengan
Nomor 50172/A4.5/KP.2009, tertanggal 31 Maret 2009 yang
ditandatangani oleh bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Kemunculan/penerbitan surat keputusan tersebut tentu saja dengan
terlebih dahulu diawali dengan persetujuan dan pengusulan yang
disampaikan secara hirarkhis dari Dekan dan Senat Fakultas Tarbiyah
dan Adab, Rektor dan Senat Institut Agama Islam Negeri ”Sultan
Maulana Hasanudin” Banten berdasarkan Surat Keputusan Senat Institut
6

(dengan nomor: In. 10/B.2/ SENAT/ X/ 02/ 2008, tertanggal 23


Oktober, 2009) yang ditanda-tangani oleh ketuanya, Bapak Prof. Dr. H.
M.A. Tihami, MA, MM., yang kemudian disetujui dan diusulkan kepada
Mendiknas oleh Menteri Agama, Dr. H. Muhammad Maftuh Basyuni,
yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, dengan surat usul Nomor
Dj.I/KP.07.6/63/2008, tanggal 30 Desember 2009.
Oleh sebab itu, kepada mereka semua yang mengusulkan, menilai,
menyetujui, meng-”eskakan” dan mengukuhkan, penghargaan yang
tinggi dan ucapakan terima kasih yang tak terhingga, pada kesempatan
ini, saya haturkan dengan sepenuh hati dan ketulusan jiwa.
Namun demikian, kepada mereka semua pula, juga hadirin
sekalian, dengan segala hormat dan kerendahan hati saya senantiasa
mohon restu dan doanya, semoga saya dapat menjaga amanat yang
tersirat dalam jabatan akademis tertinggi tersebut dengan baik, benar,
dan wajar. Dijauhkankan diri dari segala penyakit kesombongan
intelektual, spritual, dan sosial, dihindarkan pula dari segala cela
behavioral, moral, emosional dan spiritual, serta tetap terjaga dalam
koridor syari’ah’ dan mendapat ridla Allah SWT. senantiasa. Amin!

• Bapak ketua sidang dan para anggota senat yang saya hormati serta
segenap hadirin yang saya muliakan!

Selanjutnya, sesuai dengan tradisi seremonial akademis, dengan


segala kerendahan hati saya mohon izin kepada yang kami hormati dan
banggakan, Ketua Sidang Senat Terbuka dan Para Anggota Senat IAIN
’Sultan Maulana Hasanudin Banten,” untuk menyampaikan ”pidato
pengukuhan” dengan judul Penerjemahan al-Quran ke dalam Bahasa
Inggris : Antara Tradisi Historis dan Propagasi Islamis. Demikian juga
kepada segenap hadirin yang sangat saya hormati dan muliakan, kiranya
berkenan untuk menciptakan kekhidmatan dan tetap bersabar hingga
selesainya penyampaian pidato tersebut.
7

PENERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA INGGRIS


Antara Tradisi Historis dan Propagasi Islamis

A. PENDAHULUAN : Mengapa al-Qur’an dalam


Bahasa Inggris ?
Al-Qur’an4 dapat dipastikan tidak saja merupakan salah satu kitab
suci yang paling berpengaruh dalam sejarah literatur umat manusia dan
diakui sebagai maha-karya sastra teragung dalam bahasa Arab,5 tetapi
al-Qur’an juga merupakan sumber otoritas utama dan sumber hidup
semua ajaran Islam serta sebagai teks suci yang menjelaskan kredo,
ritual, etika, dan hukum Islam.6 Oleh karenanya, tidaklah berlebihan
kalau al-Qur’an juga dipercayai sebagai kitab suci yang paling luas
dibaca, dihapal dan dikaji orang di dunia. Demikian juga dengan Rasul
pembawa kitab tersebut telah pula diakui sebagai tokoh yang paling
berpengaruh dalam sejarah umat manusia di dunia.7
Secara bersama-sama kitab suci dan sang pembawa risalah
tersebut telah menyelamatkan dan melejitkan manusia era baru dan
mutakhir dalam sejarah peradaban umat manusia, abad informasi.
Sayangnya hingga tingkat tertentu, al-Qur’an khususnya telah dan masih
saja disalahpahami baik oleh sebagian kalangan umat Islam sendiri
maupun oleh umat non-Muslim.
Kitab suci al-Qur’an sejatinya tidak saja perlu dibaca dan
dipahami oleh umat Islam yang kini berjumlah tidak kurang dari 1,5
miliar orang yang tersebar dan bermukim di lima benua : Asia, Afrika,
Australia, Amerika, dan Eropa, tetapi al-Qur’an juga penting dibaca oleh
4
Al-Qur’an didefinisikan sebagai ”Firman Allah yang diwahyukan kepada Muhammad dalam
bahasa Arab sebagai perintah (tabligh) dan tantangan (i’jaz), dan yang ditransmisikan secara
turun-temurun dari generasi ke generasi, dan tersimpan di antara kedua sampul mushaf.” Lihat
: A.L. Tibawi “Is the Qur’an Translatable?: Early Muslim Respons” dalam Muslim World, Vol.
LII, No.52 (1962), p.12. Batasan senada juga diberikan van Denffer bahwa : ”Al-Qur’an adalah
firman Allah, yang diturunkan kepada Nabi terakhir Muhammad, melalui Malaikat Jibril,
dalam maknanya yang tepat dan pengungkapan yang sama persis, yang ditransmisikan kepada
kita melalui berbagai saluran orang baik secara lisan maupun tulisan. Bersifat tidak dapat
ditiru dan unik, dijaga Allah dari kerusakan.” Lihat : Ahmad von Denffer, Ulum al-Qur’an:
An Introduction to the Science of the Qur’an. (London: Islamic Foundation, 1996)
5
Sebagaimana juga dikatakan Zakir Naik bahwa : “Muslims as well as non-Muslims agree that
Al-Qur’aan is Arabic literature par excellence - that it is the best Arabic literature on the face
of the earth.” dalam “The Challenge of the Qur’an,” (http://www. emuslim.com/Quran-and-
Science/QuranandScience. asp) (diunduh 23-04-2009)
6
M.A.S. Abdel Halim, The Qur’an : A New Translation. (Oxford: Oxford University Press,
2004)
7
Michael H. Hart, The 100 : A Ranking of the Most Influential Persons in History, Revised and
Updated for the Nineties. (New York: Carol Publishing Group, 1992).
8

kalangan non-Muslim untuk berbagai kepentingan mulai dari sekedar


pemenuhan rasa keingintahuan mereka dikarenakan gencarnya
propaganda serta pencitraan negatif terhadap Islam belakangan ini
(terutama sejak terjadinya tragedi pengeboman gedung kembar World
Trade Center, New York, Amerika Serikat, pada 11 September, 2001)
melalui berbagai media hingga kajian serius akademis untuk
memperoleh pemahaman obyektif yang seharusnya dan apa adanya
tentang Islam dari sumber utamanya : al-Quran.
Sejak pertama kali al-Qur’an diwahyukan kepada Muhammad
SAW sebagai pedoman umat Islam hingga kini ia tetap tidak mengalami
perubahan apa pun karena memang Allah sendiri yang menjanjikan hal
tersebut sebagaimana dinyatakan dalam (QS al-Hijr 15:9):

§²¨ WDS¾À°Ý›SVP œÈOV 5¯ XT WmÙ°G X=Ù‰sW5 ÀCÙVZ8 5¯


Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Pemeliharaan terutama dari sudut isi dan bahasa al-Qur’an, yang memang
diturunkan dalam bahasa Arab, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat
berikut (QS 41:3; 12:2; 13:37; 20:113; 39:28; 42:7; dan 43:3). Sebagai
bahasa al-Qur’an, idealnya setiap pemeluk agama tersebut terlepas dari latar
belakang bahasa, budaya, bangsa, dan kewargaannegaraanya haruslah
menguasai bahasa Arab dan dapat memahaminya secara langsung dalam
bahasa tersebut. Sayangnya tingkat kecepatan laju ekspansi penyebaran dan
penerimaan Islam di ”seantero” dunia tidak diimbangi dengan kecepatan
para pemeluknya dalam menguasai dan memahami al-Qur’an dalam bahasa
aslinya, kalaupun tentu saja upaya ke arah tersebut tidak pernah berhenti
dilakukan. Sementara itu, di lain pihak, kebutuhan akan arti penting
pemahaman yang mendalam terhadap sumber ajaran Islam itu sendiri
dirasakan semakin mendesak dan sangat dibutuhkan masyarakat di semua
wilayah yang telah tercerahkan dengan mata air dakwah, propagasi dan
risalah Islamiah.
Salah satu jalan menuju kepada pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah melalui upaya penerjemahan : penerjemahan al-Quran ke dalam
bahasa sehari-hari yang digunakan oleh pemeluk Islam non-Arab di
berbagai wilayah dan belahan dunia, yang jumlahnya merupakan 90 % dari
keseluruhan umat Islam.
Upaya penerjemahan al-Qur’an yang paling awal telah dilakukan oleh
Shah Wali Allah (1703-1766), seorang tokoh pemikir transisi pembaharuan
dari zaman pertengahan menuju zaman modern yang berasal dari anak-
9

benua India, yakni penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Parsi
berjudul Fathurrahman Bittarjamat al-Qur’an yang terbit pada 1837. Karya
terjemahan dalam bahasa Parsi ini merupakan terjemahan al-Quran pertama
yang dilakukan umat Islam ke dalam bahasa asing secara langsung dan
lengkap dari bahasa Arab.
Sementara itu di Nusantara, terjemahan al-Qur’an pertama dalam
bahasa Indonesia (dengan tulisan Arab Melayu) adalah karya Abdur Rauf
al-Singkili yang terbit pada abad 17 dengan judul Tarjuman al-Mustafidz.
Setelah itu, atau bahkan mungkin lebih awal lagi, seiring dengan telah
ditemukannya teknologi modern mesin percetakan di Jerman oleh Johann
Gutenberg (1397-1468) pada abad 15, upaya penerbitan dan penerjemahan
al-Quran ke dalam berbagai bahasa dan di berbagai negara Islam dan non-
Islam pun dilakukan baik dari bahasa lain atau pun langsung dari bahasa
Arab,8 tidak terkecuali ke dalam bahasa Inggris di negara-negara pengguna
bahasa Inggris, yang juga sudah dimulai sejak abad 17.9
Mengapa penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris? Suka atau
tidak suka, fakta historis menyingkapkan bahwa bahasa Inggris sebagai
salah satu bahasa internasional memiliki wilayah penyebaran dan pengaruh
yang sangat luas, melampaui bahasa-bahasa internasional lainnya, seperti
Arab, Prancis, Jerman dan Portugis. Dalam kata-kata Abdul Malik Mujahid,
direktur Darussalam Publisher yang bermarkas di Riyadh Arab Saudi, dan
telah banyak menebitkan buku-buku keislaman serta terjemahan Qur’an dan
Tafsir al-Qur’an dalam bahasa Inggris, dinyatakan bahwa ”bahasa Inggris

8
Misalnya, terjemahan al-Qur’an untuk pertama kalinya terbit di dalam bahasa Latin pada
tahun (1142), Jerman (1703), Italia (1547), Belanda (1641), Prancis (1647), Rusia (1716),
Swedia (1843), Ibrani (1857), Spanyol (1875), Yunani Modern (1887), dan Portugis (1882),
sementara itu terjemahan al-Qur’an yang terbit di India pertama kali terbit dalam bahasa Urdu
pada tahun (1828), Sindhi (1876), Punjabi (1870), Gujarati (1879), Tamil (1884), dan Bengali
(1886); di Asia terjemahan al-Qur’an pertama kali terbit dalam bahasa Bolachi pada tahun
(1911), Brahui (1916), Telugu (1938), Malayan (1923), Indonesia (1928), Cina (1927), dan
Jepang 1920); di Iran dalam bahasa Persia (1865), dan Pasthu (1861); di Afrika dalam bahasa
Yoruba (1906), dan Zanzibar (1923); dan di Turki (1842). Lihat : Hetmut Bobzin, ”Translation
of the Qur’an,” dalam Jane Dammen McAuliffe, (ed.), The Encylopedia of the Qur’an. Vol.5
(Leiden: E.J Brill, 2001)
9
Berdasarkan sumber yang ada: Ismet Binark dan Halit Eren,(eds). World Bibliography of
Translations of The Meanings of The Holy Qur'an, Printed Translations, (Istanbul: IRCICA,
1986), terjemahan al-Qur’an secara lengkap berjumlah 551 buah dan terjemahan surat-surat
pilihan dan parsial berjumlah 883 buah dalam 65 bahasa di dunia. Mengingat data tersebut
dikeluarkan pada 1986, dapat dipastikan jumlah itu sudah banyak berubah. Namun demikian,
bila dibandingkan dengan terjemahan Kitab Injil (Bible), jumlah terjemahan al-Quran masih
jauh tertinggal. Pada akhir 2008, telah diterbitkan terjemahan lengkap Injil dalam 438 bahasa,
sedangkan program penerejemahan Injil yang masih sedang berjalan mencakup 1.998 bahasa.
Sementara itu, jumlah bahasa yang digunakan, oleh warga dunia yang sekarang ini berjumlah
6.500.000 orang, adalah tidak kurang dari 6.909 bahasa (http://www. wyclife.org.) juga dapat
dilihat di : (http://www.ubs-translations.org.).
10

sebagai bahasa yang paling luas digunakan baik dalam bahasa tulis maupun
bahasa lisan di dunia.”10 Nada yang sama juga diungkapkan oleh Sayyid
Abbas Sadr-’Ameli bahwa : ”Untuk membaca al-Qur’an, nyata sekali,
mereka yang bahasanya bukan bahasa Arab dan mengusai bahasa Inggris,
mula-mula, mengacu pada Kitab Suci dalam bahasa Inggris, sebab ini
adalah bahasa internasional dan mungkin saja semua bangsa dengan penutur
bahasa asli apa pun dapat membaca dan memahami al-Qur’an dalam bahasa
Inggris.”11
Pernyataan tersebut tidaklah berlebihan, kenyataanya masyarakat
pengguna bahasa Inggris, baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, dan
bahasa asing, jumlahnya sangat banyak. David Crystal, pakar bahasa dan
kajian Inggris, penulis The Cambridge Encyclopdeia of the English
Language, memprediksikan jumlahnya tidak kurang dari 1.5 miliar orang,12
termasuk di dalamnya adalah kaum Muslimin. Selanjutnya, jumlah kaum
Muslimin di seluruh dunia yang juga diperkirakan tidak kurang dari 1.5
miliar, merupakan kira-kira 9-6 kali lipat dari jumlah penutur asli bahasa
Arab yang berjumlah 180-250 juta orang. Tambahan pula, Ismail Raji al-
Faruqi (1921-1986), salah seorang penggagas utama Islamisasi pengetahuan
dan salah seorang pendiri International Institute of Islamic Thought yang
bermarkas di Herndon Amerika Serikat, dalam Toward Islamic English,
memprediksi kaum Muslimin pengguna bahasa Inggris jumlahnya ratusan
juta orang yang meliputi : Pertama, kaum Muslimin sebagai warganegara
dan penduduk permanen di negara-negara di mana bahasa Inggris sebagai
bahasa pertama dan bahasa resmi ; dan kedua, kaum Muslimin, terlepas dari
negara dan kewargaan negaraan mereka, yang telah menguasai bahasa
Inggris serta yang menggunakannnya sebagai bahasa untuk kepentingan
bacaan, penelitian, penulisan dan komunikasi.13
Maka, dengan demikian, adalah pada tempatnya kalau masalah
penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris diangkat dalam pidato
sederhana ini. Memang, di antara tujuan penerjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris utamanya yang dilakukan oleh kaum Muslimin adalah agar
mereka yang belum dapat memahami al-Qur’an dalam bahasa aslinya dapat

10
Abdul Malik Mujahid, “Publisher’s Note,” dalam Abu Fida’ Imaduddin Ismail bin Umar Ibn
Katsir, Tafsir Ibn Kathir. Vol. 1, Abridged by Shaikh Safi-ur-Rahman al-Mubarakpuri, et al ,
(Riyadh: Darusslam Publisher, 2003), p.5.
11
Sayyid Abbas Sadr-‘Ameli, “Introduction,” dalam Sayyid Kamal Faqhih Imani and a Group
of Muslim Scholars, An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur’an, Part I,
(Ishfahan: Amir-ul-Mukmineen,5th ed, 2003), p.17.
12
David Crystal, English as a Global Language. (Cambridge: Cambridge University Press,
1997), p. 5.
13
.Ismail Raji al-Faruqi, Toward Islamic English. (Herndon, Virginia: Insternational Institiute
of Islmaic Thought, 1995), p.7
11

memahaminya dengan lebih baik melalui karya terjemahan dalam bahasa


tersebut, suatu alasan yang juga berlaku bagi eksistensi al-Qur’an
terjemahan dalam bahasa-bahasa lain.

B. AL-QUR’AN DAN PENERJEMAHAN


Sebelum pembahasan mengenai tradisi penerjemahan al-Quran dalam
bahasa Inggris, di sini terlebih dahulu akan dibahas tentang hakikat
terjemahan dan tujuan penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris.

1. Hakikat Penerjemahan
Secara etimologis kata penerjemahan merupakan kata benda
bentukan dari akar kata terjemah yang diserap dari kata bahasa Arab
’tarjamah’ dan di sini, menurut hemat Tibawi, dapat diartikan sebagai
”terjemahan” atau ’makna longgar dari penjelasan.14
Sedangkan secara terminologis, penerjemahan didefinisikan David
Crystal sebagai istilah netral yang digunakan untuk semua jenis tugas di
mana makna ungkapan dalam satu bahasa (BSu) diubah ke dalam makna
ungkapan bahasa yang lain (BSa), apakah mediumnya lisan, tulis, ataupun
tanda.”15 Dengan nada yang sama Christoph Gutknecht, dalam Aronoff dan
Miller, juga mengatakan bahwa istilah penerjemahan umumnya mengacu
kepada materi tertulis, tetapi ia juga istilah payung untuk semua tugas di
mana unsur-unsur teks satu bahasa (bahasa sumber, BSu) dilebur ke dalam
bahasa yang lain (bahasa sasaran BSa), apakah mediumnya tertulis, lisan
atau tanda.16
Berbeda dengan kedua batasan ini, Newmark membedakan
penerjemahan tertulis dan lisan secara tidak langsung. Ia mengatakan bahwa
penerjemahan merupakan keterampilan yang terdiri dari upaya mengganti
pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau
pernyataan yang sama dalam bahasa lain.17 Sementara dalam karyanya
yang lain, A Textbook of Translation, penulis yang sama berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan penerjermahan adalah menerjemahkan makna suatu
teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.18

14
Tibawi,Op. Cit., p.10.
15
David Crystal, Encyclopedia of Language (Cambridge: Cambridge University Press, 1987),
p.344.
16
Christoph Gutlenecht, “Translation,” dalam Mark Arnoff dan Janie Rees-Miller, eds., The
Handbook of Linguistics. (Masschusset: Blackwell Publishing, 2004), p.693.
17
Peter Newmark, “The Theory and the Craft of Translation,” dalam Valerie Kinsella, ed.,
Language Teaching and Linguistics : Surveys (Cambridge : Cambridge University Press,
1978), p.83. dan Peter Newmark, Approaches to Translation (New York : Prentice Hall Inc.,
1988b), p.7.
18
Peter Newmark, A Textbook of Translation (New York : Prentice Hall Inc., 1988a), p.5.
12

Dalam buku yang lain lagi Newmark juga memberikan batasan


penerjemahan. Ia menyatakan bahwa penerjemahan adalah pengalihan
makna suatu teks (yang bisa hanya berupa sebuah kata ataupun sebuah
buku) dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain untuk khalayak pembaca
baru.”19 Ketiga batasan ini nampaknya saling melengkapi kalau batasan
pertama hanya menekankan bahwa penerjemahan melibatkan pengalihan
pesan, dalam batasan kedua, menekankan pada isi pesan pengarang, sedang
pada pada batasan ketiga ia mengingatkan bahwa khalayak pembaca perlu
diperhatikan, yakni kahalayak pemabaca baru dalam bahasa sasaran.
Sementara itu pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa
penerjemahan bisa didefinisikan sebagai proses menemukan padanan
bahasa sasaran bagi ujaran bahasa sumber.20 Berbeda dengan batasan-
batasan sebelunmya, batasan ini menekankan padanan makna atau materi
teks sebagaimana juga ditekankan dalam batasan klasik Catford. Ia
mendefiniskan penerjemahan sebagai penggantian materi teks dalam satu
bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi teks dalam bahasa lain
(bahasa sasaran).21 Kedua definisi ini menekankan bahwa dalam proses
penerjemahan harus melibatkan usaha menemukan padanan bahasa sumber
dalam bahasa sasaran, namun tidak secara tegas menujukan pada jenis apa
dan hingga tingkatan mana padanan itu bisa diterapkan : padanan makna,
stilistika, bentuk, atau bahkan pragmatika. Oleh sebab itu batasan Wilss,
yang agaknya lebih representatif untuk menjawab masalah ini perlu dilihat.
Ia menyatakan bahwa:
“Translation is a series of reformulation processes transposing a
source language text into target language text which is as closely
equivalent to the former as possible; these process suppose a
syntactic, semantic and pragmatic comprehension of the content of
the text. ”
Dalam batasan ini dengan tegas dinyatakan bahwa padanan yang
dimaksudkan dalam penerjemahan adalah padanan yang paling sesuai dari
sudut semantik, sintaktik, dan kalau perlu pragmatik, tergatung dari jenis
dan penting tidaknya teks yang hendak diterjemahan. Oleh sebab itu pula
Willss menggunakan istilah tranposisi yang berarti proses penggantian
struktur teks bahasa sumber dengan struktural gramatikal yang bebeda
dalam bahasa sasaran guna menghasilkan efek yang serupa dalam bahasa

19
Peter Newmark, “Introductory Survey,” dalam Rachel Owens, ed., The Translator
Handbook, 3rd ed., (London : ASLIB, 1996), p.5.
20
Isadore Pinchuck, Scientific and Technical Translation (London: Andre Deutsch, 1977), p.38
21
J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation (Oxford : Oxford University Press, 1965),
20.
13

sumber,22 karena dalam proses penerjemahan maknalah yang yang penting


bukan bentuk.
Dari deskripsi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama,
istilah penerjemahan digunakan untuk mengacu kepada: a) penerjemahan
bahasa tulis, bahasa lisan, dan bahasa issyarat, dan b) penerjemahan khusus
untuk bahasa tulis. Di antara dua pendapat ini, pendapat kedua yang dipilih
yakni penerjemahan (translation) tulis yang hasil kegiatannya berupa teks
tulis untuk dibaca, sedangkan penerjemahan lisan adalah penerjemahan
langsung yang hasilnya kegiatannya berupa teks lisan untuk didengar, dan
masing-masing pasangan pelakunya disebut translator-reader dan
interpreter-listener. Kedua, penerjemahan melibatkan tiga komponen
utama yakni a) bahasa sumber, sebagai media untuk menyampaikan pesan
penulisnya, b) materi teks tulis yang mengandung pesan penulisnya, bisa
berupa kata, klausa hingga buku, dan c) bahasa sasaran, sebagai media
yang digunakan pener-jemah untuk menyampaikan ulang pesan penulisnya
dalam bahasa yang berbeda, bahasa penerima atau bahasa sasaran. Ketiga,
walaupun kegiatan pengalihan bahasa diacu dengan ungkapan yang berbeda
namun pada dasarnya kata-kata tersebut mengandung maksud yang serupa
seperti menerjemahkan (rendering), mengalihkan (transfer), menggan-tikan
(replace), penggantian (replecement), dan mengubah (turned into), serta
kesemunaya menyandarkan makna sebagai kata kuncinya. Makna teks
bahasa sumberlah yang harus dialihkan dan dicarikan padanan sedekat
mungkin dalam teks bahasa sasaran baik dari segi semantik, sintaktik,
stilistik, maupun pragmatik sesuai dengan tujuan penerjemahan dan
orientasi penerjemahnya. Adapun prioritas padanan yang perlu diutamakan
adalah makna,23 yang kemudian disusul dengan yang lainnya termasuk gaya
dan bentuk bahasa. Keempat, penerjemahan bisa dipahami sebagai hasil
dari rangkaian proses pengalihkan makna pesan dalam teks bahasa sumber
ke dalam makna pesan yang sepadan dalam teks bahasa sasaran sesuai
dengan yang dikehendaki penulisnya dengan mempertimbangkan khalayak
pembacanya yang baru (dalam bahasa sasaran).24
Dengan demikian, karena salah satu aspek dari penerjemahan adalah
khalayak pembacanya, maka tujuan dari penerjemahan itu sendiri juga perlu
diperhatikan. Pada bagian berikut, pembahasan mengenai tujuan utama
penerjemahan al-Qur’an dengan sengaja ditekankan.

22
Pinchuck, Op. cit., p.190.
23
Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation (Leiden : E.
J. Brill, 1974), p. 12.
24
Ilzamudin Ma’mur, Praktek dan Teori Penerjemahan ke dalam Bahasa Inggris (Jakarta:
Pustaka JK, 2008), p.23.
14

Sementara itu, untuk dapat menghasilkan karya terjemahan yang


baik, seorang penerjemah tentu saja memerlukan beberapa syarat. Bertalian
dengan penerjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris Abbas Sadr Ameli
menyatakan : Upaya penerjemahan tidak saja memerlukan pengetahuan dan
keterampilan dalam bahasa Inggris, tetapi juga pengetahuan tentang bahasa
Arab serta ilmu dan kebudayaan Islam, hal ini dikerenakan penafasiran
sejatinya merupakan sebuah upaya untuk menganalisa dan menjelaskan
makna ayat-ayat al-Qur’an.25 Bahkan Allah SWT sendiri telah berfirman
bahwa : "...Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri" (Q.S. 16 : 89). Selanjutnya, setidaknya ada empat
syarat yang harus dipenuhi penerjemah untuk dapat menerjemahkan karya
sastra, apalagi al-Qur’an, terutama dua syarat pertama, sedangkan dua
syarat terakhir akan sangat sulit untuk dicapainya, walau sebagian
sekalipun. Keempat syarat terjemahan tersebut adalah bahwa ia harus (1)
menunjukkan makna teks sumber dengan cara yang dapat dimengerti, (2)
mempunyai bentuk ungkapan yang alami dan mudah; (3) menunjukkan ruh
dan watak karya aslinya, (4) serta menghasilkan respons yang serupa dari
pembacanya sebagaiman respons yang diberikan pembaca dalam bahasa
aslinya.26
2. Tujuan Penerjemahan al-Qur’an
Dengan mempertimbangkan kahalayak pembacanya, tujuan di balik
penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris (utamanya yang dilakukan
oleh kaum Muslimin) pada awalnya adalah untuk meluruskan pandangan
yang salah sebagaimana terdapat dalam terjemahan al-Qur’an dalam bahasa
Inggris yang lebih dahulu muncul yang dilakukan oleh para penerjemah dari
kaum non-Muslim yang cenderung bias dan menebar citra negatif terhadap
Islam, al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Dalam kata-kata Muhammad
Akbar, penerjemah Tafhim al-Qur’an karya Maududi dalam bahasa Urdu ke
dalam bahasa Inggris, dikatakan bahwa “Secara alami, para penerjemah
non-Muslim tidak dapat diharapkan untuk dapat berlaku adil sepenuhnya
terhadap Kitab Suci Qur’an, karena mereka pada umumnya terinspirasi oleh
niat tak-bersahabat atau paling baik oleh toleransi dikarenakan mereka
menganggap al-Qur’an sebagai ‘produk khayalan Muhammad sendiri atau
sebagai karya sastra berdasarkan ilham.”27 Suatu sikap yang juga disetujui
oleh banyak penerjemah, antara lain Picthal. Ia menyatakan “It may be

25
Ameli, Op.cit., pp.23-24.
26
Sayyid Quli Qara’i, Translator’s Preface,” dalam The Qiur’an with An Englisjh Paraphrase,
(Qum: The Center for Translation of the Holy Qur’an, 2003), p.xv.
27
Abul A’la Mawdudi, The Meaning of the Qur’an, Vol. I, penerjemah Muhammad Akbar
(Lahore: Islamic Book Publication, 1984), p.7.
15

reasonably claimed that no Holy Scripture can be fairly presented by one


who disbelieves its isnpiration and its message;…”28 Yakni, adalah masuk
akal apabila diklaim bahwa tidak ada Kitab Suci yang dapat sajikan secara
jujur oleh orang yang tidak percaya pada inspirasi dan pesan yang
dikandungnya.
Selanjutnya, pada perkembangan berikutnya pada umumnya tujuan
penerjemahan dalam bahasa Inggris adalah selain memang kebutuhan nyata
tetapi juga untuk menjamin ketersediaan dan kemudahan akses bagi orang-
orang yang menguasai bahasa Inggris dan ingin membaca al-Qur’an namun
tidak mampu atau belum bisa memahami pesan dan maknanya langsung
dalam bahasa Arab, yang juga tepat untuk tujuan dakwah kepada non-
Muslim di negara-negara pengguna bahasa Inggris. Hal ini dengan jelas
dikatakan dalam salah satu pendahuluan al-Qur’an terjemahan dalam bahasa
Inggris bahwa ”There is clearly a need for a presentation of the meaning of
the Holy Qur’an which is precise enough to be useful as a reference for
Muslims and students of Arabic yet also suitable for da’wah purposes to
non-Muslims.”29 Dalam pendahuluan beberapa karya terjemahan al-Qur’an
dalam bahasa Inggris lainnya juga dinyatakan, antara lain:
(a) Sebagai upaya untuk membantu pembaca yang menguasai
bahasa Inggris memahami dan menghargai teks asli al-Qur’an dalam bahasa
Arab dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti al-Qur’an.30 Nada yang
sama juga dikatakan oleh Picthall sebelumnya bahwa : It is only an attempt
to present the meaning of the Koran — and peradventure something of the
charm — in English. It can never take the place of the Koran in Arabic, nor
is it meant to do so.”31
(b) Tujuan utama terjemahan ini ini adalah untuk mempermudah
pembaca bahasa Inggris dalam memahami secara jelas makna dan maksud
al-Qur’an dan untuk memberikan kesan dalam fikirannya, sejauh mungkin,
efek yang sama sebagaimana yang dikehendaki.32
(c) Mengkoreksi kesalahan yang terdapat dalam karya-karya
terjemahan sebelumnya, dengan menggunakan idiom bahasa Inggris yang
sederhana dan mudah dipahami dan juga memperbaiki karya-karya

28
Muhammad Marmduke Picthal, The Meaning of the Glorious Koran. (New York: A Mentor
Book, nd.), p. vii.
29
Shaheeh Internasional (Umm Muhammad), The Qur’an: Arabic Text with Corresponding
English Meanings (Riyadh: Abul Qasim Publishing House, 1997), p.1.
30
Mawdudi, Op.cit., p.5.
31
Muhammad William Marmaduke Picthall, Glorious Meaning of Koran. ()
32
Mawdudi, Op.cit., p1.
16

terjemahan bahasa Inggris terdahulu dalam hal ketepatan, kejelasan, aliran


(flow), dan kemutakhiran dalam bahasa.33
(d) Sementara itu, penerjemah yang lain memiliki tujuan untuk
mempertahankan tradisi historis yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad
SAW. sendiri sebagaimana dikatakan Turner bahwa ”Dalam
menerjemahkan al-Qur’an, saya berharap bahwa saya pada posisi dalam
pengertian melanjutkan sebuah tradisi yang telah diawali oleh Nabi sendiri,
yang tugas takterelakannya adalah menyampaikan Pesan Allah kepada
orang lain.”34
(e) Sedangkan alasan dan tujuan penerjemahan Tafsir al-Qur’an ke
dalam bahasa Inggris, antara lain, dinyatakan bahwa sejak awal Islam
hingga sekarang (kendatipun sudah berkali-kali al-Qur’an Suci telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris...), masih jarang ditemukan tafsir al-
Qur’an dalam bahasa Inggris yang cukup lengkap yang dapat mencukupi
para pencari kebenaran menemukan jawaban mereka.35

C. TRADISI PENERJEMAHAN AL-QUR’AN


DALAM BAHASA INGGRIS
Tradisi penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris telah dibangun
cukup lama yakni oleh para penerjemah dari kalangan orientalis dan
misionaris Nasrani dan Yahudi pada abad 17, 18, dan 19. Pada abad 20
tradisi penerjemahan semakin ”menguat” dan berkemabang karena tidak
saja aktivitas tersebut dilakukan oleh para penerjemah Orientalis tetapi juga
dikerjakan para penerjemah dari kalangan umat Islam sendiri.
Perkemabangan ini nampaknya masih terus melaju hingga memasuki awal
abad 21 dengan berbagai alasan dan kepentingan.

1. Priodisasi Tradisi Penerjemahan Al-Quran


Dari perspektif historis, pembahasan tradisi penerjemahan al-Qur’an
dalam bahasa Inggris secara garis besar dapat dibagi ke dalam lima priode :
a) abad 17, b) abad 18, c) abad 19, d) abad 20, dan f) abad 21. Berdasarkan
priodisasi longgar inilah karya-karya terjemahan al-Qur’an dalam bahasa
Inggris akan dibahas, dideskripsikan dan dianaslis dengan cara yang longgar
pula dalam bingkai pandangan mata burung dari, sebagian besar, cyber
space, atau dari berbagai sumber world wide web yang dikunjungi melalui

33
Lihat : Majid Fakhry, An Interpretation of the Qur’an: English Translation of the Meanings
(New York: New York University Press, 2002), dan M.A.S. Abdel Halim, The Qur’an : A New
Translation. (Oxford: Oxford University Press, 2004).
34
Colin Turner, “The Translator’s Introduction,” dalam Muhammad Baqir Behbudi, The
Qur’an : A New Interpretation. (Surrey: Cruzon, 1997), p.xiv.
35
Ameli, Op.cit, pp..22-23.
17

internet di ruang perpustakaan pribadi dan perpustakaan kampus IAIN


”Sultan Maulana Hasanudin Banten.”
Proliferasi terjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris selama lima
abad sejak abad 17 terutama dua abad terakhir sangat luar biasa. Kenyataan
tersebut seakan mempertegas pandangan para pakar penerjemahan sastra
yang mempercayai bahwa tidak pernah ada satu karya terjemahan
memadahi bagi suatu karya sastra yang agung, apa lagi karya maha agung
seumpama al-Qur’an. J.M. Cohen, misalnya, berpendapat bahwa “Every
great book demands to be translated once in a century, to suit the change in
standards and taste of new generation, which will differ radically from
those of the past" (Setiap karya agung perlu diterjemahkan satu kali dalam
satu abad, agar sesuai dengan perubahan standar dan selera generasi baru
yang secara radikal akan berbeda dengan generasi masa lalu). Pandangan
senada juga dilontarkan Andre Lefevere bahwa "Different ages need
different adjustments and translations." Yakni, abad yang berbeda
membutuhkan penyesuaian dan penerjemahan. Kedua pandangan ini
nampaknya masih dapat digunakan untuk memotret perkemabangan sejarah
penerjemahan al-Qur’an selama tiga abad pertama yakni abad 17, 18 dan
19. Namun demikian, pandangan ini tidak dapat menjelaskan
‘melimpahnya’ terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris yang terjadi
selama dua abad terakhir, abad 20 dan abad 21 yang masih berlangsung.
Pandangan Mary Snell-Hornby, dalam konteks ini, nampaknya sedikit
banyak lebih dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut yang
menekankan dinamika peran dinamis teks dan penerjemah. Ia mengatakan
bahwa : "Furthermore, the text cannot be considered a static specimen of
language, but essentially as the verbalized expression of an author's
intention as understood by the translator as reader, who then recreates this
whole for another readership in another culture. This dynamic process
explains why new translations of literary works are constantly in demand,
and why the perfect translation does not exist." Selanjutnya, teks tidak dapat
dipandang sebagai spisemen bahasa yang statis, tetapi pada dasarnya
sebagai ungkapan verbal maksud penulisnya sebagaimana dipahami
penerjemah sebagai pembaca, yang lantas menciptakan kembali atau
‘mengkreasi’ kembali keseluruhan ini bagi khalayak pembaca lainnya
dalam budaya yang lain. Proses dinamis ini menjelaskan mengapa
terjemahan-terjemahan baru dari karya sastra secara terus menerus
dibutuhkan, dan mengapa terjemahan yang sempurna tidak itu tidak ada.36

36
A. Nihamathullah, “Translating the Holy Qur'an : Is there an ultimate translation of the
Qur’an?,” diunduh dari: (http:// ahmadiyya.org ) pada 19-05-09.
18

Selanjutnya berikut ini, dengan mempertimbangkan kedua pandangan


tersebut di atas, disuguhkan sejarah tradisi penerjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris selama lima abad yang dimulai dari abad 17 dan diakhiri
pada abad 21, yang disertai oleh deskripsi dan analisis singkat pada masing-
masing priodenya.

a) Penerjemahan Al-Qur’an Abad 17


Terjemahan al-Qur’an pertama dalam bahasa Inggris adalah karya
Alexander Ross yang terbit pada 1649 dengan judul The Alcoran of
Mahomet. Karya Ross ini sejatinya tidak lebih dari sekedar, meminjam
istilah Turner, ’jiplakan’ dari karya terjemahan Andre du Ryer dalam
bahasa Prancis yang berjudul L'Alcoran de Mahomet yang terbit dua tahun
lebih awal, yakni pada 1647. 37 Tujuan terjemahan Ross, yang saat itu
menjabat sebagai pendeta Raja Charles I, sebagaimana dikatakannya sendiri
dalam ”Catatan Pendahuluan bagi Pembaca Kristiani,” bahwa ”Saya
bermaksud baik untuk membawanya dalam warna mereka, sehingga dapat
melihat musuh-musuh kalian dalam bentuknya yang utuh, kalian harus
mempersiapkan dengan lebih baik untuk menghadapi ...alcorannya.”
Sebuah nasihat yang nampaknya ditujukan pada para khalayak pembaca
utamanya, yakni umat Kristiani pada masa itu. Pandangan anti-Islamnya
lebih lanjut dapat dibaca dalam lampiran yang dipersiapkannya dalam karya
terjemahan tersebut dengan judul ”Hidup dan Matinya Mahomet : Nabi
Bangsa Turki dan Pengarang Alcoran..”38 Sikap ini merupakan mata rantai
’kebencian’ terhadap Islam yang dipijarkan oleh Maracci dalam bahasa
Latin.

b) Penerjemahan Al-Qur’an Abad 18


Pada abad berikutnya, yakni abad 18, terjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris berjudul The Al-Koran of Mohammed dilakukan oleh George
Sale langsung dari bahasa Arab dan diterbitkan di London pada 1731 M.
Karena ’diduga’ diterjemahkan langsung dari bahasa Arab, maka para pakar
Islamic studies, termasuk Prof. Dr. Charles J. Adam, yang pernah menjabat
Direktur Institute of Islamic Studies, McGill University, Montreal, Canada,
menyebut bahwa karya George Sale tersebut sejatinya merupakan

37
'Abbas Ahmadvand, “A Brief Survey of the Publication of the Glorious Qur'an in the West.”
dalam situs (http://www.quran.org.uk) (diunduh pada 5 Juni 2008)
38
A. R. Kidwai,. “Translating the Untran-slatable: A Survey of English Translation of the
Qur’an,” dalam The Muslim World Book Review, Vo.7, No.4 (Summer, 1987). Kidwai, Abdul
Rahman. “English Translations of the Holy Qur’an: An Annotated Bibliography,” dalam
Hamdard Islamicus, Vo.XI, 1988: 47-55.
19

terjemahan al-Qur’an pertama dalam bahasa Inggris.39 Selain itu, karya Sale
tersebut dikatakan sebagai terjemahan dalam bahasa Inggris yang paling
populer pada masa itu. Namun pandangan lain lagi mengatakan bahwa
karya terjemahan Sale tersebut sesungguhnya dikerjakan berdasarkan karya
terjemahan Maracci dalam bahasa Latin. Dalam hal ini Turner mengatakan
”George Sale’s Translation, published in 1734, was based on the infamous
Maracci version, even down to the linear notes and introductory
preamble.”40 Dengan demikian, dapat dipahami, kendatipun Sale berprofesi
sebagai pengacara, ia masih saja menyuarakan rasa permusuhannya yang
mendalam terhadap Islam dan tekad misionarisnya dalam pengertian bahwa
ia menganjurkan aturan-aturan untuk dilakukan guna mengkonversikan atau
memurtadkan kaum Muslimin.41 Hal ini sejalan dengan semangat yang juga
dikobarkan Maracci dalam versi Latinnya, sebagai sandaran Sale, yang
berupaya mendistorsi dan mendiskreditkan Islam.

c) Penerjemahan Al-Qur’an Abad 19


Pada abad berikutnya, yakni abad 19, dikarenakan belum puas
dengan hasil terjemahan al-Qur’an karya Ross dan Sale yang terbitkan abad
sebelumnya secara bertutut-turut 17 dan 18, J.M. Rodwell, seorang rektor
St. Ethelberga, London, mengupayakan terjemahannya sendiri yang diberi
judul The Koran dan diterbitkan di London pada 1861. Sebagaimana para
pendahulunya, Rodwell masih terus saja melemparkan segala macam
alegasi (pernyatan tanpa bukti) yang liar dan keji terhadap Nabi Muhammad
dan al-Qur’an sebagaimana diungkapkan dalam kata pengantar karya
terjemahannya tersebut. Selain terjemahan Rodwell, abad 19 juga
menyaksikan terjemahan al-Quran lain dalam bahasa Inggris yang
dikerjakan oleh seorang sarjana kelahiran Ingris dan mengajar bahasa Arab
pada Saint John College Cambridge, Edward Henry Palmer (1840-1882).
Karya terjemahan Palmer yang berjudul The Qur’an diterbitkan di Oxford,
London oleh Clarendon Press pada 1880. Menurut A.R. Nykl, karya ini juga
penuh dengan kesalahan dan penghilangan teks dari sumber aslinya.42
Karya-karya terjemahan al-Qur’an yang awal dalam bahasa Inggris
ini, yang dikerjakan para penerjemah Orientalis non-Muslim, tidak menutup
kemungkinan juga yang diterbitkan lebih kemudian, penuh dengan

39
Charles J. Adams dan 'Abbas Ahmadvand, “A Brief Survey of the Publication of the
Glorious Qur'an in the West.” dalam situs (http://www.quran.org.uk) (diunduh pada 5 Juni
2008)
40
Colin Turner, “The Translator’s Introduction,” dalam Muhammad Baqir Behbudi, The
Qur’an : A New Interpretation. (Surrey: Cruzon, 1997) p. xii.
41
A. R. Kidwai,. “Translating the Untran-slatable: A Survey of English Translation of the
Qur’an,” dalam The Muslim World Book Review, Vo.7, No.4 (Summer, 1987).
42
Ibid.
20

kesalahan yang boleh jadi disengaja dikarenakan bias keagamaan atau


mungkin juga sebagian merupakan ketidak-sengajaan dikarenakan
pengetahuan mereka yang bertalian dengan masalah bahasa dan budaya
Arab yang jauh dari memadai. Namun demikian apapun penyebab dan
alasan di balik itu semua, sebagian besar kaum Muslimin menggapnya
(terjemahan al-Qur’an yang mereka lakukan) sebagai salah satu bentuk
perusakan terhadap Islam, nabi Muhammad dan al-Qur’an itu sendiri. Itu
juga sekaligus merupakan suatu tantangan berat tersendiri. Suatu tantangan
yang kemudian baru dapat dijawab kaum Muslimin pada abad berikutnya.
Turner menegaskan bahwa : ”Jumlah kerusakan yang dilakukan – secara
sengaja ataupun tidak- oleh para penerjemah non-Muslim ini telah
mengarahkan para penulis Muslim untuk menjawab tantangan tersebut dan
menghasilkan terjemahan-terjemahan al-Qur’an yang dapat dilakukan
dalam bahasa Eropa, khususnya dalam bahasa Inggris.”43

d) Penerjemahan al-Qur’an Abad 20


Pada abad 20, seiring dengan tumbuhnya minat terhadap kajian-
kajian yang bertalian dengan Islam, yang diindikasikan antara lain dengan
dibukanya program-program ’Islamic Studies’, serta Sejarah, Bahasa dan
Kebudayaan Timur Tengah di berbagai perguruan tinggi di Barat dan
Eropa, terjemahan makna al-Quran dalam bahasa Inggris lainnya pun
bermunculan. Di antara para orientalis dan akademisi Barat Kristiani dan
Yahudi pada masa ini, kita dapat baca karya Richard Bell (m), Arthur J.
Arberry (m.1969), dan Nessim Joseph Dawood (m.1927). Sementara itu,
abad 20 juga melahirkan para penerjemah al-Qur’an dalam bahasa Inggris
dari kalangan umat Islam itu sendiri, baik dari kalangan ulama maupun
sarjana akademisi, dengan berbagai tujuan dan harapan. Secara
keseluruhan, pada abad 20 dihasilkan tidak kurang dari 73 karya
terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris.
Berbeda dari analisis karya terjemahan yang dilakukan Kidwai,
profesor bahasa Inggris dari Aligarh Muslim University India, dalam
survainya tentang terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris yang terkenal,
yakni dari sudut penerjemah Muslim, non-Muslim, dan Ahmadi, dalam
tulisan ini deskripsi diperluas hingga mencakup terjemahan, para
penerjemahnya serta trend isi terjemahan secara agak lebih rinci.
Sebagaimana diperjelas melalui Diagram Analisis Terjemahan, halaman
berikut ini:

43
Turner, Op.cit., pp.xii-xiii.
21

Diagram 1 : Analisa Terjemahan al-Qur’an

Diagram 2 : Analisa dari Sudut Terjemahan al-Qur’an


22

Diagram 3 : Analisa dari Sudut Penerjemah al-Qur’an

(1). Terjemahan
Dari sudut terjemahan selanjutnya deskripsi dipilah lagi dari tiga
aspek, yakni : media, bentuk dan gaya. Dari aspek media, terjemahan al-
Qur’an pada abad ini dipublikasikan selain dalam bentuk cetak baik dalam
bentuk paper-back mapun hard-cover yang berjumlah kurang lebih 72
terjemahan dan sebagian di antaranya baru kemudian juga dipublikasikan
secara online serta e-book dan dapat diakses dengan gratis, juga ada karya
terjemahan yang dipublikasikan hanya secara online saja dan dapat dikases
langsung secara gratis. Terjemahan al-Qur’an model online yang manandai
pemanfaatan kemajuan dalam bidang teknologi informasi mutakhir ini ada
dua : (a) Muhammad Aqib Qadri, The Treasure of faith: English
Translation of Holy Qur’an (http://www. ahlesunat. biz/holyqur’an), dan (b)
Hamid S. Azis, The Meaning of Holy Qur’an with Explanatory Notes
(http://www.altway. freeuk.com).
Sementara dilihat dari bentuk terjemahan, terjemahan al-Qur’an pada
abad ini, khususnya terjemahan al-Qur’an secara lengkap terdapat tiga
bentuk : pertama terjemahan al-Qur’an, terjemahan Tafsir al-Qur’an, dan
terjemahan ringkasan Tafsir al-Qur’an. Di antara terjemahan al-Qur’an
lengkap yang populer di kalangan umat Islam suni antara lain adalah
karya Muhammad William Marmduke Picthal, The Meaning of Glorius of
Qur’an (1930), Abdulah Yusuf Ali (1934) dan Muhammad Mukhisn Khan
dan Muhammad Taqiyudin al-Hilali (1977). Sedangkan terjemahan tafsir
yang juga populer adalah karya Sayydi Qutub, In the Shade of the Qur’an, 6
23

jilid, Sayyid Abul A’la Maududi, The Meaning of Holy Qur’an atau
Towards Undestanding of the Qur’an, 18 jilid., Muhammad Muhsin Khan
dan Muhammad Taqiuddin al-Hilali, Interpretation of the Meanings of the
Noble Qur’an in English language with Comments from Tafsir al-Tabari,
Tafsir al-Qurtubi, and Tafsir Ibn Kathir, Shaih Bukhari, Shahih Muslim and
Other Ahadits Books, 9 jilid., dan Sayyid Kamal Faghih Imani and a group
of Muslim scholars, An Enlightening Commentary into the Light of the Holy
Qur’an, 13 jilid. Sementara itu, untuk ringkasan tafsir yang terkenal adalah
karya Muhammad Muhsin Khan dan Muhammad Taqiuddin al-Hilali,
Interpretation of the Meanings of the Noble Qur’an in English Language: A
Sumarized Version.
Sedangkan dilihat dari gaya bahasa terjemahan al-Qur’an pada abad
20 ada yang cenderung menggunakan bahasa Inggris ala Bibel dalam
bahasa Inggris seperti edisi awal karya Picthal dan Yusuf Ali, ada yang
menggunakan gaya bahasa Inggris populer Amerika seperti karya T.B.
Irving yang berjudul The Qur’an: The First American version, Translation
and Commentary, dan ada pula yang menggunakan gaya keduanya Inggris
dan Amerika, seperti karya Faghih Imani, at al. Sedangkan dari bahasa
penyajiannya, al-Qur’an terjemahan pada abad ini ada yang monolingual,
yakni hanya bahasa Inggris saja, tetapi ada juga yang menyuguhkan secara
bilingual, yakni bahasa Arab dan disertai terjemahannya dalam bahasa
Inggris yang diletakan secara bersebelahan dalam satu halaman.
Tambahan pula dilihat dari segi gaya menyajian terjemahan al-Qur’an
pada abad 20 ada beberapoa model. Pertama adalah cara penyajian
terjemahan ayat demi ayat dan ini merupakan gaya penyajian yang pada
umumnya ditawarkan dalam terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris,
mulai dari Pichtal, bahkan boleh jadi jauh lebih awal lagi, hingga Muhksin
Khan dan Abdul Halim. Kedua, model terjemahan frasa demi frasa, atau
lebih tepatnya baris demi baris, seperti yang coba ditawarkan oleh Muhsin
Khan dan Hilali (belakangan) dan Ketiga, terjemahan kata demi kata
sebagaimana ditawarkan oleh Muhammad Mohar Ali dalam A Word-for-
Word Meaning of the Qur’an (1998). Terakhir adalah terjemahn bergaya
puisi, seperti yang ditawarkan oleh Fazlollah Nikayin dengan judul Qur’am
: A Poetic Translation (2000), suatu gaya yang mengingatkan kita pada
karya terjemahan H.B. Yasin, dalam bahasa Indonesia yang berjudul: Al-
Qur’an al-Karim Bacaan Mulia.
Berdasarkan model klasifikasi pendekatan terjemahan Peter
Newmark, secara garis besar penerjemahan al-Qur’an dilakukan dengan dua
pendekatan utama. Pertama, pendekatan penerjemahan semantik, yakni
model penerjemahan yang lebih mengutamakan bentuk bahasa sumbernya
sehingga bahasa sumber mendominasi bahasa sasaran, menggunakan bahasa
24

yang kaku (archaic), serta sebagian urutan kata-kata yang literer, seperti
yang terdapat karya Bell, Picthall, Arbery, Asad, dan Ali. Kedua,
pendekatan penerjemahan komunikatif, yakni jenis pendekatan yang
memberikan terjemahan komunikatif dan memperkenalkan al-Qur’an dalam
bahasa Inggrfis kontemporer yang komunikatif seperti yabg terdapat dalam
karya terjemahan Akbar, Irving dan Turner. 44
Dilihat dari kencenderungan isinya terjemahan dalam bahasa Inggris
abad 20 nampaknya memunculkan lima corak kecenderungan, yakni :
tradisionalis, raisonalis, ahmadiyah, sektarian dan moderat. 45 Pertama,
dikeranakan masalah-masalah yang terdapat dalam terjemahan al-Qur’an
karya para penerjemah non-Muslim terdahulu, abad dua puluh menyaksikan
penerbitan terjemahan al-Qur’an karya kaum Muslimin yang melimpah.
Diantara usaha awal penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris tersebut
adalah karya Muhammad Abdul Hakim Khan yang berjudul The Holy
Qur’an dan terbit di Patiala, India, pada 1905. dan disusul kemudian oleh
karya Heirat Dehlawi berjudul The Koran Prepared by Various Oriental
Learned Scholars (Delhi, 1912), dan karya Mirza Abu Fadl, Qur’an, Arabic
Text and English Translation Arranged Cronologically with an Abstract
(Allahabad, 1912). Kalahiran ketiga karya ini nampaknya didorong
utamanya oleh semangat dan niat suci untuk menepis tuduhan-tudahan tak
berdasar yang dilemparkan oleh para misionaris Kristen terhadap Islam
pada umumnya dan al-Qur’an pada khususnya (Kidwai, 1987). Secara
kualitas, karena penerjemahnya bukanlah pakar Islam yang handal, maka
kualitas terjemahannya dan tingkat kesarjanaannya tidak terlalu tinggi
sehingga sengaja dimasukan di sini dalam konteks makna kesejarahannya.
Sedangkan karya terjemahan yang lebih serius oleh kalangan ’tradisionlis’
(Islam mainstream) telah dirintis oleh William Marmaduke Picthall, The
Glorious Koran,(1930) dan Abdullah Yusuf Ali, (1934) serta Muhammad
Muhsin Khan dan Muhammad Taqiyuddin al-Hilali (1977. Ketiga
terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang dapat dikatakan paling
populer di kalanganan umat Islam dunia dan telah mengalami puluhan kali
cetak ulang bahkan hingga memasuki abad 21. Prakiraan aksiomatik
sederhana, di balik melimpahnya terjemahan tersebut oleh penerjemah
Muslim, adalah bahwa karya-karya terjemahan ini telah memberikan citra
representatif yang ‘genuine’ dari ruh Islam dan versi akurat Kitab Sucinya.
Kedua, beberapa karya terjemahan kontroversial adalah terjemahan
yang dipengaruhi oleh rasionalisme ilmiah seperti karya Ahmad Zidan dan

44
Hussein Abdul-Raof, Qur’an Translation: Discourse, Texture, and Exegesis (Richmond: Curzon, 2001), p.21.
45
Lihat : Dahlia Sabry, “The Role Played by Qur’an Translation in Steering Public Opinion
Against Islam in non-Muslim Communities,” [http://www. quranic studies.com.] (diunduh
pada 13 Juli 2009).
25

Dina Zidan (1991), Muhammad Asad (1980), serta Ahmad Ali (1984).
Mereka bermaksud menginterpretasikan referensi terhadap kajaiban
(miracles) dalam Qur’an atas dasar rasionalitas atau figuratif belaka
sehingga mereka menolak gagasan keajaiban. Misalnya, sementara kaum
Muslimin percaya bahwa Nabi Ibrahim a.s. diselamatkan oleh anugerah
Allah saat sebagian orang kafir melemparkannya ke dalam api yang
menyala-nyala, Muhammad Asad (1980) berpendapat bahwa referensi
dalam Qur’an tersebut “nampaknya merupakan suatu kiasan alegoris
terhadap api penyiksaan yang harus diderita Ibrahim"(h. 496). Demikian
juga, ia percaya bahwa kejaiban nabi Isa berbicara dalam ayunannya
merupakan “ kiasan metaforis terhadap kiarifan profetik yang menginpsirasi
Isa sejak dari usia yang sangat belia.”(h. 73). Kecenderungan penefasiran
serupa juga tergambarkan dalam karya terjemahan Muhammad Asad serta
terjemahan senada lainnya berkaitan dengan keajaiban atau mu’jizat lainnya
yang dimiliki dan atau terjadi pada nabi Isa, Musa, dan Sulaiman.
Sayangnya, hal ini mencerminkan penolakan yang salah terhadap keyakinan
mainstream mayoritas Umat Islam yang sepenuhnya mengakui mu’jizat-
mujizat tersebut.
Ketiga, sebagian karya terjemahan lainnya memproyeksikan
pandangan sektarian yang berbveda dari keyakinan kaum Muslimin pada
umumnya, khususnya kaum Sunni. Dalam sebagian karya terjemahan kaum
Syi’ah, misalnya, dalam karya S. V. Mir Ahmad Ali (1964), concern
utama penafsiran aneh kaum Syi’ah yang dipaksakan terhadap beberapa
ayat yang bersifat umum tetapi mereka memaknainya dengan secara khusus
mengacu kepada Ali bin Abi Thalib as, saudara sepupu dan menantu Nabi
Muhammad, serta keluarganya. Atas dasar penafsiran ini, mereka
mendukung kecenderungan mereka untuk mengagung-agungkan Ali.
Dengan demikian, terjemahan semacam ini menyimpang dari pemahaman
mainstream dari ayat tersebut dalam beberapa tempat untuk merefleksikan
bias doktrin mereka sendiri tinimbang memberikan penyajian yang akurat
dari Kitab Suci Al-Qur’an.
Keempat, kecenderungan distortif yang paling serius sejauh ini,
muncul dari karya-karya terjemahan al-Qur’an yang dihasilkan oleh kaum
Ahmadiyah (baik Qadhiani maupun Lahore). Untuk melayani kepentingan
mereka yang bengkok, mereka merusak terjemahan mereka dengan
membelit (twisted) ayat. Dengan cara yang sama, mereka
mendiseminasikan pandangan-pandangan yang bertentangan dengan
keyakinan dasar umat Muslim. Contoh utamanya adalah klaim mereka
bahwa Nabi Isa a.s. disalib dan tidak diangkat hidup-hidup oleh Allah SWT,
26

sebagaimana ditegaskan Robinson.46 Mereka bermaksud memberikan


dukungan, atas dasar terjemahan yang menyesatkan tersebut, terhadap klaim
atas pemimpin mereka Mirza Ghulam Ahmad sebagai Almasih Yang
Dijanjikan dan al-Mahdi.
Oleh sebab itu, menurut Sabry, desimenasi doktrin sperti itu yang
menyimpang jauh dari keyakinan umum kaum Muslimin sejatinya
bertindak tidak adil terhadap Islam. Yang meprihatinkan, dalam karya-
karaya ini tersimpan hal yang sangat berbahaya – bahkan lebih berbahaya
dari pada karya para Oreintalis. Karena dianggap karya penerjemah
Muslim, distrosi dan penyesatan mereka merasuk melalui bendera Islam.
Akan tetapi sebagaimana dinyatakan komite penerjemah The Majestic
Qur’an (2000) “terjemahan mereka acapkali mengandung penafsiran yang
yang eksentrik dan spekulatif dan tidak mencerminkan pemahaman
mainstream terhadap teks tersebut, yang sebagai besar ingin diketahui
sidang pembaca. (viii). Dari sini dapat dipahami mengapa Kidwai tidak
memasukkan terjemahan kaum Ahmadi, sebagai bagian dari karya kaum
Muslimin dalam suvainya tentang terjemahan al-Qur’an..
Kelima, terlepas dari karya-karya terjemahan dari keempat
kecenderungan yang disebutkan di atas, beberapa terjemahan moderat oleh
para penerjemah Muslim juga muncul. Akan tetapi, perlu ditekankan di sini
bahwa karya terjemahyan tidak selalu merupakan sumber yang ‘reliable’
untuk menilai Islam. Setiap penerjemah, disadari atau tidak, akan
membawa keyakinan, inferensi, dan doktrin yang yang merupakan
substansi bias pribadi yang dimilikinya ke dalam karya terjemahan yang
dihasilkanyya. Oleh sebab itulah, satu-satunya kriteria untuk menilai Islam
adalah teks al-Qur’an dalam bahasa Arab. Perlu diiingat bahwa karya
terjemahan, terlepas betapa akuratnya, hampir tidak dapat bersifat obyektif.

(2) Penerjemah
Kalau pada tiga abad sebelumnya terjemahan al-Qur’am sepenuhnya
didominasi oleh karya para penerjemah Orientalis, abad dua puluh adalah
sebaliknya, terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris didominasi oleh
penerjemah Muslim. Selain Orientalis dan Muslim, penerjemahan al-Qur’an
abad 20 juga disemarakkan oleh karya kaum Ahmadi (Qadiani dan Lahore).
Di antara karya Orientalis pada abad ini adalah : (1) Richard Bell, (1876-
1952). The Quran. Translated, with a Critical Re-arrangement of the
Surahs. 2 vols. (Edinburgh:1937), (2) Arthur J. Arberry, The Koran
Interpreted. (New York: Macmillan Co., 1955), dan (3) Nessim Joseph

46
Neil Robinson, “Sectarian and ideological bias in Muslim translations of the Qur'an.” dalam
Islam and Christian Muslim Relations, 8 (3), (1997). 266.
27

Dawood, The Koran. (London: Penguin Books, 1959). Sedangkan karya


kaum Ahmadi antara lain : (1) Muhammad Ali, The Holy Qur'a: Contain-
ing the Arabic text with English Translation and Commentary. (Woking:
Islamic Review Office 1917), (2) Gulam Sarwar. Translation of the Holy
Qur’an. (Sangapore: 1920), (3) Kamaluddin dan Nazir Ahmad, A Running
Commentary of the Holy Qur’an. (London: 1948), (4) Sher Ali, The Holy
Qur’an: Arabic Text with English Translation. (Rabwah: 1955),(5) Peer
Salahuddin, The Wonderful Koran. (Lahore: 1960), (6) Malik Gulam Farid,
The Holy Qur'an: English Translation and Short Commentary;
(Rabwah:1962), (7) Rahman Nuri Khadim,. The Running Commentary of
the Holy Qur’an with Under-bracket Commenst. (Shillong : Sufi Hamsaya
Gurudwar 1964), (8) Ruhi Firozuddin,, The Qur’an. (Karachi: 1965), dan
(9) Muhammad Zafrulla Khan,. The Koran : the Eternal Revelation
Vouchsafed to Muhammad, the Seal of the Prophets, Arabic Text with a
New Translation. (New York : Praeger, 1970-71). Berdasarkan deskripsi ini
maka jumlah terjemahan karya non-Muslim adalah 12 karya. Dengan
demikian karya terjemahan selebihnya yakni + 61 kitab merupakan karya
kaum Muslimin, yang antara lain yang belum disebutkan adalah : (1)
Nurettin Uzunoglu, at al., The Holy Quran with English Translation.
(Istanbul Turki : 1992), (2) Sheikh ‘Izziddin al-Hayek, An Appro-ximate,
Plain, Straightforward Transla-tion of the Meanings of the Honorable
Quran in English. (Damascus : Dar al-Fikr, 1996), (3) Muhammad Baqir
Behbudi, The Qur’an : A New Translation, translated into English by Colin
Turner. (Surrey: Curcon Press, 1997), (4) Allamah Noorudin, Holy Qur'an:
Arabic Text-English Translation. Noor Foundation International., 1997),
dan (5) Muhammad Farooq-i-Azam Malik, English Translation of the
Meaning of Al-Quran, The Guidance for Mankind. (Houston Texas:
Institute of Islamic Knowledge, 1997)
Demikian juga dari sudut gender, kalau semua penerjemah al-
Qur’an pada abad 17-19 adalah kaum pria, pada abad 20 para penerjemah
perempuan mulai terlibat dalam upaya penerjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris, baik sebagai penerjemah maupun sebagai penyunting
terjemahan. Jumlah mereka ada 8 orang : (1) Jamal-un-Nisa binti Rafai,
The Qur’an Translation and Study. (Jeddah: Abul Qashim Bookstore,
1984), (2) Dina Zidan and Ahmad Zidan, Translation of the Glorious
Qur’an. (London: Guild-ford and King’s Lynn, 1991), (3) Hajjah Noura
Durkee and Abdullah Nooruddeen Durkee, The Tajwidi Qur’an, (Published
: 1992), (4) Samira Ahmed and Muhamed Ahmed, The Koran Complete
Dictionary and Literal Translation. (M. J. and S Ahmed, 1130 Grandille
Street, vancouver, B.C., V6Z IL8 Canada, 1995), (5) Celeste Smith (editor)
karya Sayyid Kamal Imani, Faqih, and A Group of Muslim Scholars, An
28

Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur’an, 13 Vols.


Translated by Sayyid Abbas Sadr-‘ameli (Isfahan: Imam Ali Research
Center, 1997), (6) Umm Muhammad, (pn. Saheeh International), The
Qur’an: Arabic Text with Corresponding English Meanings, (Riyadh: Abul
Qasim Publishing House, 1997), (7) Amatul Rahman Omar and Abdul
Mannan Omar; The Holy Quran; (Publisher: Noor Foundation
International, 1997)., dan (8) Aisha Bewley dan Hajj Abdalhaqq Bewley,
The Noble Quran, A New Rendering of its Meaning in English, (Published
1999).
Terkhir dari sudut profesi atau atau latar belakang pendidikan
penerjamah pada abad 20 memili latar dan profesi yang beragam : antara
lain sebagi dosen, dokter, sastrawan dan budayawan, seperti Muhammad
Taqiyuddin al-Hilali, Muhmmad Mukhisn Khan, William Marmaduke
Picthal, dan Muhmmad Asad.

3) Arti Penting Kewaspadaan


Selain begitu banyak terjemahan al-Qur’an diterbitkan secara
paper-based dan on-line based, yang semuanya tidak kurang dari 73 karya
terjemahan, terselip al-Qur’an palsu versi Arab-Inggris, dengan judul The
True Furqan.47 Setelah lebih 14 abad sejak pertama para Musailamah al-
Kadzab dari Arab mencoba meniru gaya Al-Qur’an dan gagal total,
”Musailamah al-Kadzab” modern dari Amerika Serikat yang menyebut
dirinya bernama Al-Suffree dan Al-Mahdy (walapun memakai nama seperti
nama Muslim dari bahasa Arab kemungkinan besar mereka non-Muslim)
menulis, menerjemah, dan menerbitkan buku dwi bahasa, yakni Arab dan
Inggris, dengan model tampilan sebagaimana terjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris pada umumnya, dengan judul The True Furqan, dan dengan
sengaja pula menggunakan nama lain dari al-Qur’an, kitab suci Umat Islam
bahkan alamat situsnya pun menggunakan nama ”Islamexposed.org.”
Kalaupun memang tidak semua terjemahan al-Qur’an yang dilakukan para
penerjemah non-Muslim bisa dikatakan buruk dan menjelel-jelekkan
Muhamad, Al-Qur’an dan Islam, namun kaum Msulimin tetap harus
waspada dan bersikap hati-hati dari pengaruh Maracci dengan bentuk baru
yang sangat kentara dalam The True Furqan yang penuh dengan kepalsuan.

47
Al-Suffree and Al-Mahdy, The True Furqan. (Al-Furqan al-Haq) (California: Wine Pr
Pub.,1999). Qur’an palsu ini selain dapat dibeli melalui Amazone, ia dapat pula diakses
langsung dalam bentuk pdf melalui alamat website berikut : (http://www.islam-exposed.org/
index.html)
29

f) Penerjemahan al-Qur’an Abad 21


Kendatipun abad 21 masih bergulir dalam kurun waktunya yang
belum genap satu dasawarsa, namun tidak kurang dari 45 buah karya
terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris telah dilahirkannya. Seperti
pada abad 20, model analisa terjemahan al-Qur’an pada abad 21 juga
diterapkan Terjemahan al-Qura’an pada abad dua puluh akan dilihat dari
sudut karya terjemahan dan penerjemahnya. (Lihat : Diagram 1, 2, dan 3 di
atas).
1). Terjemahan
Dari sudut terjemahan selanjutnya deskripsi dipilah lagi dari tiga
aspek, yakni : media, bentuk dan gaya. Dari aspek media, terjemahan al-
Qur’an pada abad 21 ini dipublikasikan selain dalam bentuk cetak baik
dalam bentuk paper-back mapun hard-cover yang berjumlah kurang lebih
45 terjemahan dan sebagian di antaranya baru kemudian juga
dipublikasikan secara online serta e-book dan dapat diakses dengan gratis,
juga ada karya terjemahan yang dipublikasikan hanya secara online saja dan
dapat dikases langsung secara gratis pula. Terjemahan al-Qur’an model
online abad 21 yang manandai pemanfaatan kemajuan dalam bidang
teknologi informasi mutakhir ini dah sudah dimuali sejak akhir abad yang
lalu ada tiga : (a) Bijan Moeinian, Glorious Qura, an Easy to Understand
English Translation, yang diterbitkan dalam situs
(http://infoabacd/com.koran/) (b) Progresive Author, The Message: A
Modern Literal Translation of the Qur’an yang dapat diakses melalui :
(http://www.ProgressiveMuslim.org), dan, Shenaz Shaikh dan Ms Kausar
Khatri, Word-for-Word Qur’an Tranlation in English Language, yang dapat
diakses melalui situs:
(http://www.emuslim.com/Qur’an/Translation_English.esp.)
Sementara dilihat dari bentuk terjemahan, terjemahan al-Qur’an
pada abad ini, khususnya terjemahan al-Qur’an secara lengkap terdapat tiga
bentuk : pertama terjemahan al-Qur’an, terjemahan Tafsir al-Qur’an, dan
terjemahan ringkasan Tafsir al-Qur’an. Di antara terjemahan al-Qur’an
lengkap yang populer di kalangan umat Islam Sunni antara lain adalah
karya Majid Fakhry, An Interpretation of the Qur’an: English Translation
of the Meaning. (2002), M.A.S Abdul Halim, The Qur’an: A New
Translation (2004), dan Tarif Halidi, The Qur’an : A New Translation
(2008). Sedangkan terjemahan tafsir yang juga populer adalah karya
Jalaluddin al-Mahali dan Jalaludin al-Suyuti, yang diterjemahkan oleh Feraz
Hamzah dengan judul Tafsir Jalalyn in English (2008) dan terjemahan
Aisha Bewley denga judul Tafsir Jalalyn: Complete English Translation
(2008), Tafsir Ibn Abbas in English. Penerjemah Mokrane Gezzou. (2008),
dan Shal Ibn Abd Allah Al-Tusatari, Tafsir al-Tustari, Penerjemah:
30

Yousef Meri, Ali Keeler. dan Annabel Keeler. (2009). Selain tafsir lengkap,
ada terjemahan ringkasan tafsir antara lain karya Imam Abu Fida Ismail Ibn
Kathir, Tafsir Ibn Kathir (abriged) 10 Jilid (2003), serta ringkasan tafsir
karya Abul A’la Maududi, Toward Understanding the Qur’an : Entire
Qur’an in One Single Volume. (2006)
Dilihat dari gaya terjemahan al-Qur’an pada abad 21, nampaknya
sudah tidak ada lagi gaya terjemahan al-Qur’an dengan gaya bahasa Inggris
kitab Bibel lama, sedang penggunaan bahasa Inggrisnya pun Ingris modern
baik British English maupun American English. Sedangkan dari bahasa
penyajiannya, al-Qur’an terjemahan pada abad ini, sebagaimana abad yang
silam, ada yang monolingual, yakni hanya bahasa Inggris saja, tetapi ada
juga yang menyuguhkan secara bilingual, yakni bahasa Arab dan disertai
terjemahannya dalam bahasa Inggris yang diletakan secara bersebelahan
dalam satu halaman.
Tambahan pula dilihat dari segi gaya menyajian terjemahan al-Qur’an
pada abad 21 ada beberapa model. Pertama adalah cara penyajian
terjemahan ayat demi ayat dan ini merupakan gaya penyajian yang pada
umumnya ditawarkan dalam terjemahan dalam bahasa Inggris pada abad
yang silam. Terjemahan al-Qur’an dalam gaya ini antara lain karya : Majid
Fakhry, An Interpretation of the Qur’an: English Translation of the
Meaning. (2002), M.A.S Abdul Halim, The Qur’an: A New Translation
(2004), dan Tarif Halidi, The Qur’an : A New Translation (2008). Kedua,
model terjemahan frasa demi frasa, atau lebih tepatnya baris demi baris,
seperti yan coba ditawarkan oleh Laleh Mukhree Bachtiar, Sublime Qur’an
Original Arabic and English Translation (2009) dan Sayyid Ali Quli Qarai,.
The Qur’an with an English Paraphrase (a Phrase by Phrase Translation)
(2003), dan Ketiga, terjemahan kata demi kata sebagaimana ditawarkan
oleh Zaheen Fatima Baig, The Holy Qur’an : Word-for-Word English
Translation. 3 Vols. (Karachi: Bait al-Qur’an, 2007) dan Aftab Alam Khan,
Meaning of Nobel Qur’an : Word for Word English Translation (Publisher :
Islamic Book Service, 2007).
Berdasarkan pendekatan penerjemahan, berbeda dengan abad 20,
nampaknya pendekatan penerjemahan yang diterapkan dalam karya
terjemahan abad 21 adalah pendekatan penerjemahan komunikatif, yakni
penerjemahan yang tidak lagi terikat dengan gaya penulisan kitab atau puisi
lama dalam bahasa Inggris. Karya terjemahan tersebut telah diupayakan
para penerjemahnya agar dapat dipahami oleh pembaca kontemporer
dengan baik.
Dilihat dari kencenderungan isinya terjemahan dalam bahasa Inggris
abad 21 kemungkian masih tetap memuncukkan tiga corak kecenderungan
yang terajadi pada abad 20, karena terjemahan lama turut meramaikan
31

semarakanya kerya terjemahan abad 21. Dengan demikian


kecenderungannya masih nampat sama, yakni : tradisonalis, raisonalis,
ahmadiyah, sektarian dan moderat.

2) Penerjemah
Kalau pada tiga abad pertama, 17-18-19, terjemahan al-Qur’am
sepenuhnya didominasi oleh karya para penerjemah Orientalis, sejak abad
20 hingga abad 21 adalah sebaliknya. Hal ini ditunjukan olah fakta bahwa
dari karya terjemahan al-Qur’an abad 21 yang kurang lebih berjumlah 45
karya, sebanyak 42 merupakan kaya penerjemah Muslim, sedangkan
selebihnya sebanyak 3 dikerjakan oleh penerjemah non-Muslim. Di antara
karya penerjemah Muslim tersebut adalah : Syed Vickar Ahamed, English
Translation of the Message of the Qur’an. (Book Signs Foundations, 2006),
Ali Unal,. The Qur’an with Annotated Interpretation in Modern English.
(The Sight Inc., 2006), Hammad, Ahmad Zaki. The Gracious Qur’an: A
Modern Phrased Interpretation in English. 2 Vols. (Lucent Interpretation,
2007), dan Laleh Bakhtiar, Muhree. The Sublime Qur’an. (Chicago: Kazi
Publication, 2007). Sedangkan karya terjemahan non-Muslim adalah :
Thomas F. Cleary. The Qur'an : A New Tran-slation. (London: Starlatch
Press, 2004), Charles F. Horne, The Koran. (Kessinger Publiusher, 2005),
dan Alan Jones, The Qur’an, Translated into English by Alan Jones,
(London: Gibb Memorial Trust, 2007).
Dari sudut jender, sebagaimana pada abad 20, tidak saja para
penerjemah kaum pria, para penerjemah perempuan pun juga terlibat dalam
upaya penerjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris, baik sebagai
penerjemah maupun sebagai penyunting terjemahan. Jumlah mereka pada
abad 21 ada 6 orang : (1) Ms Kausar Khatri and Dr. Shenaz Shaikh, Word-
for-Word Qur’an Tranlation in English Language. (2007), (2) Laleh
Muhree Bakhtiar, The Sublime Qur’an. (Chicago: Kazi Publication, 2007),
(3) Zaheen Fatima Baig, The Holy Qur’an : Word-for-Word English
Translation. 3 Vols. (Karachi: Bait al-Qur’an, 2007), (4) Jalaludin al-
Mahali, and Jalaludin al-Suyuti, Tafsir Jalalyn: Complete English
Translation. Translated by Aisha Bewley, Edited by Abdalhaqq Bewley and
Muhammad Isa Waley. (Dar al Taqwa Ltd., 2008), (5) Edip Yuksel,,
Martha Schulte-Nafeh, dan Layth Saleh al-Shaiban, Qur’an: A Reformist
Translation. (London: Palgrave Macmillan, 2008), dan (6) Shal Ibn Abd
Allah Al- Tusatari,Tafsir al-Tustari, translated by Yousef Meri, Ali Keeler.
dan Annabel Keeler. (Fons Vitae Publishing, 2009).
Terakhir dari sudut profesi atau atau latar belakang pendidikan
penerjamah pada abad 20 memili latar dan profesi yang beragam : antara
lain sebagi dosen, psikolog, dokter, guru bahasa Inggris, penulis,
32

penerjemah, seperti : Majid Fakhry, M.A. Abdel Halim, Laleh Mukhree


Bachtiar, dan Zaheen Fatima Baig, Edip Yuskel, dan Thomas Cleary.

2. Lembaga Penerjemahan al-Quran : Dimensi Propagasi Islamis


Dunia Islam, khususnya sejak awal abad 20, semakin menyadari
akan arti penting pengkajian dan penerjemahan kitab suci al-Quran, guna
tidak saja menyebarkannya ke semua penjuru dunia hingga mampu
mencukupi bagi kebutuhan umat Islam itu sendiri yang berjumlah tidak
kurang dari 1.5. miliar tetapi juga untuk penegakkan kebenaran yang
dikandungnya. Alih-alih untuk tujuan akademis semata, upaya
penerjemahan al-Qur’an ke dalam berbagai bahasa di dunia dan penerbitan
serta pendistribusiannya tidak mengabaikan dimensi propagasi Islamis.
Meminjam istilah Colin Turner, dalam rangka melanjutkan tradisi Nabi
menyebarkan isi al-Qur’an kepada segenap umat manusia.
Lembaga kajian dan penerjemahan al-Qur’an seperti itu baik yang
dikelola negara atau pemerintah atapun lembaga nirlaba yang bersifat
independen pastilah jumlahnya cukup banyak. Namun demikian, berikut ini
hanya akan dikemukakan 4 lembaga saja yang masing-masing bermarkas di
Saudi Arabia, Jordania, Iran dan dan Indonesia.

a. King Fahd Qur’an Printing Complex, Saudi Arabia


Saudi Arabia yang sering dirujuk sebagai pusat Islam memiliki
lembaga khusus yang mencetak, dan menerbitkan al-Quran dan
terjemahannya dalam berbagai bahasa di dunia. Lembaga tersebut, yang
diberi nama King Fahd Qur’an Printing Complex (Kompleks Percetakan
Qur’an Raja Fahd) didirikan di Madinah, Saudi Arabia, oleh Raja Fahd
pada tanggal 2 Nopember 1982. Pendirian King Fahd Qur'an Printing
Complex tersebut, seperti yang dijelaskan dalam situs
resminya48”merupakan bukti yang luarbiasa dari Kerajaan Saudi Arabia atas
kepeduliannya untuk melayani umat Muslim di seluruh dunia dengan
menjadikan terjemahan makna al-Quran dalam berbagai bahasa tersedia
bagi mereka semua.”
Tujuan utama dari pendirian lembaga penerbitan, yang manajemen
dan pengelolaan-nya sekarang berada di bawah kewenangan Ministry of
Islamic Affairs, Charity, Propagation, and Advice, antara lain adalah :
mencetak dan mendistribusikan al-Qur’an, merekam dalam bentuk audio
dan atau visual bacaan al-Qur’an yang disuarakan oleh para qari terkemuka,
penerjemahan dan pendistribusian terjemahan makna al-Qur’an dan
tasfirnya, meneliti dan mengkaji ilmu-ilmu al-Qur’an, meneliti sejarah dan

48
Lihat : (http://www.quranit.org),
33

sunah nabi, mempersiapkan dan mendsitribusi-kan literatur keislaman,


mendis-tribusikan semua hasil penerbitannya baik di dalam negeri maupun
di luar negeri, dan menyediakan dan mempromosikan semua hasil
penerbitannya melalui internet.49
Hingga akhir tahun 2007, King Fahd Holy Quran Printing Complex,
yang berdiri di atas lahan seluas 250.000 meter persegi, telah menerbitkan
al-Quran lebih dari 26 juta eksemplar. Tambahan pula, lembaga perecetakan
tersebut sejauh ini telah mencetak sebanyak 136.145.533 eksemplar kitab
suci al-Qur’an, 2.520.875 keping kaset bacaan al-Quran, dan 27.597.387
buah terjemahan al-Qur’an, 220.000 kitab tentang Hadits Nabi dan biografi
beliau, serta 5.045.000 buah buku keagamaan lainnya.50 Setiap tahun lebih
kurang sepuluh juta kopi al-Quran dalam berbagai bahasa dan berbagai
ukuran diterbitkan di lembaga ini dan distribusikan ke seluruh dunia secara
gratis, dan hanya sebagian kecil yang sengaja diterbitkan untuk
diperjualbelikan.51
Komplek percetakan al-Qur’an ini, yang memiliki kapasitas produksi
penerbitan al-Qur’annya antara sepuluh juta hingga tiga puluh juta kopi
pertahunnya, sejauh ini juga telah berhasil menerbitkan terjemahan al-
Qur’an dalam 47 bahasa, 24 bahasa Asia, 11 bahasa Eropa, dan 12 bahasa
Afrika, yang tentu saja di dalamnya terdapat terjemahan al-Qur’an dalam
bahasa Inggris dan Indonesia.

b. The Royal Aal al-Bayt Institute For Islamic Thought,


Jordania
Lembaga lain di Timur Tengah yang memiliki concern pada
penerjemahan dan penerbitan al-Qur’an adalah The Royal Aal al-Bayt
Institute for Islamic Thought. Lembaga nirlaba internasional dan bersifat
indepnden tersebut, yang mengakui tujuh madzhab dalam Islam, bermarkas
di Amman, ibu kota Kerajaan Yordania. Lembaga tersebut mempunyai
anggota 70 hingga 100 sarjana Islam terkemuka di seluruh dunia yang
mengadakan pertemuan atau kontak surat menyurat secara teratur. Salah
seorang anggota yang tercatat berasal dari Indonesia adalah Prof. Dr. H.
Nasarudin Umar, MA, Rektor Intitut PTIQ Jakarta. Lembaga tersebut
didirikan oleh Raja Husein pada 1980, dengan demikian 2 tahun lebih awal
dari King Fahd Qur’anic Printing Complex milik pemerintah Saudi Arabia.
Lembaga ini menyediakan terjemahan al-Qur’am secara online dalam
25 bahasa yang berbeda, termasuk di dalamnya terjemahan dalam bahasa

49
Lihat: Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Pictorian History of Madinah Munawarah (Madinah:
Al-Rashid, 2004), p.145.
50
Lihat : http://www.hajinformation.com/main/ y1483. htm (diunduh pada 19-06-09)
51
Ghani, Loc. cit.
34

Inggris dan Indonesia. Keseluruhan terjemahan tersebut dapat diakses


melalui http://www.altafsir.com. Sejak dibukanya secara resmi pada 2001,
terutama selama tiga tahun terakhir, situs tersebut yang menggunakan
bahasa Arab dan Inggris dinyatakan sebagai situs yang paling populer dan
paling banyak dikunjungi orang di antara jaringan situs di dunia. Ia
merupakan sumber kajian al-Qur’an yang unik dan tak ternilai yang
memfasilitasi pemahaman dan penghargaan yang lebih baik terhadap teks
suci agama Islam, Kitab Suci Al-Qur’an.
Selain itu, lembaga ini juga tidak saja menerjemahkan al-Quran dan
beberapa tafisr al-Qur’an, tetapi juga menerjemahkan kitab Asbab al-Nuzul
karya al-Wahidi. Di antara karya terjemahan yang dikerjakan oleh Thomas
Belantine Irving, Feraz Hamzah dan Mukrane Gizzeu di lembaga kajian
tersebut adalah :
a. Tafsir Al-Jalalayn in English
b. Tafsir Ibn-'Abbas in English
c. Tafsir al-Tustariin English
d. The Holy Qur'an: Translations of
Selected Verses by Martin Lings
e. The Holy Qur'an: Aal al-Bayt Institute
Translation
f. Tafsir of Qur'an by Mufti Taqi Uthmani,
g. Asbab Al-Nuzul by Al-Wahidi

Sebagiamana dijelaskan dalam situs resminya52 bahwa tujuan


utama dari The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought tersebut
adalah untuk melayani Islam dan umat manusia secara keseluruhan.
Sedangkan tujuan lainnya meliputi, antara lain : memajukan kesadaran
terhadap Islam dan pemikiran Islam, memperbaiki dan meralat pandangan
miring dan konsepsi yang salah tentang Islam, menyoroti kontribusi
intelektual Islam serta dampaknya terhadap peradaban umat manusia,
memperdalam dialog dan mengembangkan kerjasamna antar madzhab fikih
Islam, menyoroti pencapaian keberhasilan Aal al-Bayt (Household of the
Prophet) dan seruannya terhadap jalan tengah, moderasi, dan toleransi,
mengembangkan yang dihadapi para sarjana Muslim, memperkokoh
jaringan intelektual mereka dan mengedakan pertukaran pandangan, serta
bekerjasama dengan pusat-pusat riset, lembaga, entitas akademis dan
universitas sesuai dengan tujuan lembaga.

52
Lihat : http://www.aalalbayt.org/en/index.html
35

c. Center for Translation of the Holy Qur’an, Iran


Sebagai salah satu negara Islam yang belum pernah terjajah
kolonialisme Barat atau pun Eropa serta memiliki sejarah panjang dalam
tradisi intelektualime Islamis yang kuat, tidaklah mengejutkan kalau Iran
juga sangat peduli terhadap pengkajian dan penerjemahan al-Qur’an,
sebagai sumber utama ajaran Islam. Oleh sebab itu tidak pula
mengherankan apabila Iran memiliki beberapa lembaga kajian dan
penerjemahan al-Qur’an, baik yang dikelola swasta mapun pemerintah yang
salah satu di antaranya akan dibahas di sini.
Pada tahun 1994, yakni 16 tahun kemudian setelah pemerintah Saudi
Arabia mendirikan King Fahd Qur’anic Printing Complex, Organisasi
Wakaf dan Sodaqoh (Awqaf and Charities Organization) dengan dibantu
oleh Kementrian Kebudayaan dan Bimbingan Islam (Ministry of Culture
and Islamic Guidance), Republik Islam Iran pun mendirikan pusat
penerjemahan dan studi al-Qur’an dengan nama Center for Translation of
the Holy Qur’an [CTHQ] dan bermarkas di kota Qum, Iran.
Sementara itu, tujuan utama lembaga ini, sebagimana dapat dibaca
langsung dalam situs resminya53 adalah untuk menawarkan terjemahan al-
Qur’an yang jelas, benar, dan setia pada aslinya. Selain itu, lembaga
penerjemahan ini juga memiliki program khusus yang penting antara lain:
mengoleksi cetakan terjemahan al-Qur’an dalam semua bahasa, mengoleksi
arsip kajian penerjemahan al-Qur’an, memiliki tim pakar linguistik dan
penerjemahan, memiliki perpustakaan khusus al-Qur’an, mempunyai bank
data terjemahan al-Qur’an, menerbitkan jurnal penerjemahan al-Qur’an
”The Journal Tarjuman-e Wahy,” mempunyai bibliografi manuskrip
terjemashan al-Qur’an dalam bahasa parsi, menyediakan deskripsi
bibliografi cetakan terjemahan al-Qur’an, dan membuat buku sejarah
penerjemahan al-Qur’an.
Pusat penerjemahan tersebut kini memiliki salah satu koleksi terbaik
tentang al-Qur’an, termasuk di dalamnya terdapat ensiklopedia, buku-buku
linguistik, teori penerjemahan, dan berbagai macam buku tentang ilmu
keislaman. Sejak didirikannya 15 tahun silam, pusat penerjemah al-Qur’an
tersebut telah berhasil mengoleksi sebanyak 4.306 jilid dari 977 karya para
penerjemah dalam 101 bahasa. Kalaupun belum dapat dikatakan lengkap,
koleksi terjemahan al-Qur’an dalam bentuk cetekan tersebut dapat
dikatakan luar biasa. Namun demikian upaya untuk menelusuri dan
mengoleksi setiap karya terjemahan al-Qur’an secara lengkap atau sebagian
yang ada di seluruh dunia masih terus dilakukan.

53
Lihat : (http://www.cthq.ir)
36

Selain mengoleksi dan menerbitkan al-Qur’aan dalam bahasa Parsi


dan atau bahasa daerah di Iran, pusat penerjemahan ini tentu saja juga
mengkaji dan menerbitkan terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris.
Salah satu terjemahan dan publikasinya dalam bahasa Inggris adalah karya
Sayyid Ali Quli Qara’i yang berjudul The Qur’an with An English
Paraphrase (2003).

d. Indonesia : Lembaga Penerjemah Kitab Suci Al-Qur’an


Tidak ketinggalan dari Arab Saudi, Yordania, dan Iran, Indonesia juga
memiliki lembaga sejanis yang diselenggarakan pemerintah. Lembaga
tersebut bernama Lembaga Penerjemah Kitab Suci Al-Qur’an Departemen
Agama, yang pembentukannya dilakukan berdasarkan SK Menteri Agama
RI pada 1962 dan diketuai oleh Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H. Dengan
demikian sejatinya di banding lembaga-lembaga penerjemahan di ketiga
negera di atas, Indonesia telah jauh lebih dahulu memilikinya. Walaupun
hingga sekarang dari sudut program kerja dan prestasi capainnya dalam
penerjemahan dan penerbitan al-Qur’an lembaga tersebut tidak dapat
dielakkan, hingga tingkat tertentu, masih jauh tertinggal dibanding dengan
lembaga penerjemahan dan penerbitan mereka.
Lembaga tersebut untuk pertama kalinya berhasil menerjemahkan dan
penerbitkan Al-Qur’an dan Terjemahannya (dalam bahasa Indonesia) dalam
tiga jilid, pada 1965. Enam tahun kemudian lembaga penerjemahan tersebut
yang berganti nama menjadi Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pantafsir
Departemen Agama, berhasil memperbaiki dan menerbitkan Al-Qur’an dan
Terjemahannya tersebut dalam bentuk satu buku pada 1971. Selanjutnya,
perbaikan terjemahan tersebut terus dilakukan sesuai dengan berbagai saran
yang datang dari masyarakat umum dan akademis berdasarkan penelitian.
Perbaiakan pada 1989 dilakukan oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an
dalam masa kepengurusan Drs. H. Hafidz Dasuki, M.A..
Perbaikan secara menyeluruh dilakukan sejak 1998-hingga 2002,
dalam masa tiga kepengurusan dibawah pimpinan Drs. H.A. Hafidz Dasuki,
MA, Drs. H. Muhammad Kaelani ER, dan Drs. H. Fadhal AR Bafadal,
dengan anggota tim utama, antara lain, Prof. Dr. H.M. Quraysh Shihab,
Prof. Dr. H. A. Baiquni, dan M.Sc., Prof. Dr. H. Said Agil al-Munawar,
MA., Prof. Dr. H. Mutafa Ya’qub, MA, dan Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi
Nawawi. Edisi perbaikan tersebut terbit pada akhir 2002 dengan judul yang
sama Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Berbeda dengan lembaga penerjemahan Al-Qur’an di Arab Saudi,
Yordania, dan Iran, di Indonesia lembaga penerjemahannya baru
memfokuskan diri pada terjemahan al-Qur’an dalam bahasa nasional dan
daerah. Kendati secara resmi penerjemahan al-Qur’an baru dimulai pada
37

tahun 1962, namun sejatinya penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa


Indonesia, sebagaimana tradisi penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa
Inggris di Barat dan Eropa, juga sudah dimulai sejak abad 17 yakni dengan
lahirnya karya Syeikh Abdul Rauf al-Singkili, Tarjuman al-Mustafidz yang
diterbitkan pada 1641. Karya menumental dalam bahasa Indonesia (yang
dicetak dengan huruf Arab pegon) ini pernah pula diterbitkan di luar negeri
antara lain di Istambul-Turki pada 1884, Kairo-Mesir pada 1951, dan
berdasarkan edisi Mesir inilah karya tersebut juga diterbitkan di Bombay-
India, Penang-Malaysia, dan Sungapura, serta terbitan terakhir di Indonesia
pada 1981 di Jakarta.54

D. KALAM PENUTUP : HARAPAN KE DEPAN


Kesimpulan, berdasarkan kajian terhadap literartur penerjemahan
al-Qur’an para ulama dan cendekiawan Muslim sejatinya sependapat bahwa
penerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa selain Arab, termasuk ke dalam
bahasa Inggris, hukumnya dibolehkan. Mereka juga sependapat bahwa al-
Qur’an terjemahan bukanlah al-Qur’an. Artinya bahwa terjemahan al-
Qur’an tidak dapat dan tidak akan pernah dapat menggantikan kedudukan
al-Qur’an aslinya dalam bahasa Arab. Karena Al-Qur’an merupakan firman
Allah SWT verbatim yang diwahyukan kepada Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril. Pada akhirnya setiap Muslim sangat diharapkan menguasai
bahasa Arab hingga tingkat mereka dapat mengakses langsung dengan
pemahaman penuh al-Qur’an dalam bahasa Arab. Namun demikian sebelum
ini terwujud, mereka, antara lain menurut Syeikh Mustafa al-Maraghi,
diperbolehkan mempelajarinya melalui terjemahan, termasuk di dalamnya
terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris.
Tradisi perjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Inggris dapat
dikelompokan ke dalam 5 priodesasi, yakni abad 17, abad 18, abad 19, abad
20, dan abad 21. Jumlah keseluruhan al-Qur’an dalam bahasa Inggris, baik
dalam bentuk al-Qur’an maupun Tafsir Al-Qur’an, yang dihasilkan oleh
para penerjemah non-Muslim dan Muslim sejak abad 17 hingga abad 21,
kurang lebih sebanyak 122 judul, dengan jumlah jilid atau volume yang
beragam mulai dari 1 hingga 18 jilid. Abad 17 dan 18 masing-masing
menghasilkan 1 terjemahan, abad 19 2 terjemahan. Sementara bad 20 dan
21 masing-masing menghasilkan + 73 dan + 45 judul terjemahan.
Dalam kurun waktu tiga abad pertama, 17, 18, dan 19, semua
terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Inggris dihasilkan oleh para penerjemah

54
Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990.
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), pp.105-106.
38

dari kalangan orientalis non-Muslim. Namun demikian, menyadari akan arti


penting terjemahan dalam bahasa Inggris dan sekaligus untuk mereduksi
distorsi yang mereka buat terhadap Islam serta untuk melakukan propagasi
islamis kepada mereka dan warga dunia lainnya, para penerjemah Muslim
dengan berbagai latar belakang mendominasi karya terjemahan al-Qur’an
pada dua abad terakhir yakni abad 20 dan 21.
Dalam kontkes propagasi islami, lembaga penerbitan pada
pendidikan tinggi Islam negeri ataupun sewasta seperti UIN(S), IAIN(S),
dan STAIN(S) seyogyanya dapat tampil sebagai bagian dari tradisi sejarah
penerjemahan al-Qur’an abad 21 dengan memelopori penerbitan terjamahan
al-Qur’an dalam bahasa Inggris, sehingga prediksi dan harapan banyak
kalangan yang antara lain direpresentasikan oleh Prof. Dr. Fazlur Rahman
bahwa “fajar Islam akan muncul dari Indonesia” yang memiliki tidak saja
pemeluk Islam terbesar di dunia, tetapi juga ‘banyak’ potensi kaum
cendekiawan Muslim dan ulama yang cerdas dan bertanggungjawab, dapat
terwujud. Salah satu indikatornya, yang bertalian dengan al-Qur’an, adalah
bahwa Indonesia telah melahirkan banyak mufasir dan karya tafsir al-
Qur’an yang luar biasa, antara lain : Prof. Hashby ash-Shiddieqy dangan
Tafsir al-Bayan-nya, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah dengan
Tafsir al-Azhar-nya, dan Prof. Dr. Quraisy Syihab dengan Tafsir al-Misbah-
nya serta karya kolektif yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik
Indonesia dengan Al-Qur’an dan Tafisrnya yang edisi revisinya diketuai
oleh Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad dan terbit pada 2004. Kesemua tafsir
tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia dengan daya jangkau yang masih
terbatas pada bangsa dengan rumpun Melayu. Guna memperluas jangkauan
tersebut, salah satu caranya adalah dengan melalui jembatan penerjemahan.
Alasan mengapa harus diterjemahan ke dalam bahasa Inggris, karena bahasa
Inggris menurut Maybin dan Mercer kini telah mencapai tempat istimewa
dalam kehidupan komunikasi dan kebudayaan masyarakat di seluruh
dunia.55 Dengan demikian, kalau hal tersebut dapat diwujudkan fajar Islam,
yang diharap-dambakan tersebut, akan benar-benar dapat turut memperkaya
warna cahaya pelangi yang menerangi dunia dengan kearifan “Islam
Indonesia,” yang menekankan pada wajah damainya sebagaimana disiratkan
dalam nama agama mayoritas-nya, Islam.
Sekarang ini hampir semua Tafsir al-Qur’an otoritatif dari banyak
negara non-penutur-Arab telah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa
Inggris, misalnya di India dari tafsir berbahasa Urdu, di Iran Tafsir dari
berbahasa Parsi, dan di Turki dari tafsir berbahasa Turki, untuk menyebut
beberapa nama asal negara dan bahasanya saja. Untuk Indonesia,

55
Janet Maybin dan Neil Mercer. Using English from Conversation to Canon. (Landon:
Cambridge University Press, 1996), p.1
39

barangkali sudah saatnya dan sangat layak Tafsir al-Qur’an otoritatif


bangsa berpengikut Muslim terbesar di dunia ini juga tersedia
terjemahnnya dalam bahasa Inggris.
Sementara itu bertalian dengan pertanyaan yang mungkin muncul
seperti mengapa lembaga pendidikan tinggi Islam yang harus ambil bagian?
Jawabannya : mengapa tidak? Di Barat dan Eropa, lembaga penerbitan pada
beberapa pendidikan tinggi atau universitasnya terutama di Amerika dan
Inggris, yang nota bene didominasi umat non-Muslim, telah membangun
tradisi penerbitan terjemahan al-Qur’an berbahasa Inggris baik karya
sarjana Muslim maupun non-Muslim sejak lama. Misalnya, karya
terjemahan Richard Bell dan William Montgomerry Watt (Edinburg
University Press), Arthur A.J. Arberry (Oxford University Press), M.A.S.
Abdel Halim (Oxford University Press dan SOAS), Majid Fakhry (New
York University Press), dan Ahmed Ali (Princeton University), atau di
Mesir Hasan Qaribullah dan Sheikh Ahmad Darwish (Umm Durman
University) untuk menyebut beberapa nama dan penerbitan saja.
Selain lembaga pendidikan tinggi, pusat-pusat kajian al-Qur’an, baik
yang dikelola pemerintah maupun swasta, juga seyogyanya
mempertimbangkan hal tersebut. Di negara-negara yang telah disebutkan
terdahulu, baik negara Islam mapun negara Barat dan Eropa, lembaga kajian
dan penerbitan non-pemerintahnya juga telah pula banyak yang ambil
bagian dalam upaya penerjemahan dan penerbitan al-Qur’an dalam bahasa
Inggris, seperti : The Islamic Foundation di Leicester Inggris, Amanah
Publication di Amerika, Amir al-Muiminin Library di Isfahan Iran, dan
Hamdard Foundation di Karachi, Pakistan.
Ormas-ormas Islam nasional dan daerah di Indonesaia seperti
Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Persatuan Umat Islam, Al-Irsyad,
Matlaul Anwar dan al-Khaeriyah, juga layak tampil turut memanggul tugas
besar ini. Bahkan pemerintah daerah, alih-alih terfokus hanya dalam
‘perlombaan’ pembuatan mushaf al-Qur’an khas kedaerahan, untuk
memupuk kebanggaan keberagamaan dan peningkatan aksi-nyata
keberagamaan, dapat juga memelopori penerjemahan dan penerbitan al-
Qur’an ke dalam bahasa Inggris tersebut dengan kekhasan mushaf-
daerahnya, dengan demikian, kalau perlu, Kitab al-Qur’an dalam 4 bahasa :
Arab, daerah, Indonesia, dan Inggris.
Akhirnya, masalah al-Qur’an dan penerjemahannya ke dalam bahasa
Inggris, dan tentu saja dalam bahasa-bahasa umat Islam lainnya di dunia,
berpulang kepada kepedulian dan kesungguhan para pemeluknya (secara
individu dan kolektif, terutama para sarjana dan ulama Muslim yang
bertanggungjawab) baik dalam konteks melanggengkan tradisi
intelektualitas guna mentransmisikan pesan kandungan al-Qur’an pada para
40

generasi penerusnya maupun dalam konteks menyampaikan kebenaran


pesan al-Qur’an kepada seluruh umat manusia dalam bingkai propagasi
Islamis, dengan cara membiarkan al-Qur’an menjelaskan dirinya dalam
bahasa yang dimengerti khalayak pembacanya. Wallahu a’lam bi alshawab !

• Bapak ketua sidang dan para anggota senat yang saya hormati serta
segenap hadirin yang saya muliakan!

Sebelum menyudahi pidato ini, perkenankan saya untuk


menyampaikan sekapur sirih pengahargaan dan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah berkontribusi terhadap prestasi yang telah saya raih
selama ini.
Prestasi akademis pada hari ini, kalau boleh dikatakan demikian,
tidak mungkin tercapai tanpa bantuan, dorongan, dan keikhlasan doa para
guru dan dosen saya pada jenjang pendidikan dasar, menengah hingga
pendidikan tinggi program setrata satu, dua, dan tiga di dalam dan di luar
negeri. Juga para asatidz dan kyai yang mendidik saya dalam jalur
pendidikan informal di ’langgar’ dan masjid di kampung tempat saya
dibesarkan, serta di madrasah dan pesantren ’salafi’ Sufyan Tsauri tempat
saya ’mengaji’ secara tradisional : ’sorogan’ dan ’bandungan’. Kepada
mereka semua itu saya amat sangat berterima kasih dan berhutang budi,
yang tidak mungkin terbayarkan hingga ahir hayat nanti.
Pertama, para kyai dan asatidz yang mengajari saya abcd-nya baca
tulis Arab awal dan abcd-nya fiqih, tafsir, tauhid dan akhlaq, mereka antara
lain adalah : K.H. Dachlan, K.H. Ma’murudin Achmad, M. Ustd. Yusuf
Achmad, Ustd. Humaedi, Ustd. Sofwan Taufik, K.H. A. Djarir, K.H.
Salamun, K.H. Muslich, dan K.H. Munawir, juga para guru yang telah
mengajar dan mendidik saya di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyyah,
antara lain bapak dan ibu : Supardi, Sukardi, Sambudi, Mahidin, Samingin,
Basirun, K.H. Mukhlis, Kodim Agus Subekti, Ismail Marzuki, dan Siti
Bidayatul Hidayah, ah-hafidhah.
Kedua, para guru yang telah mendidik saya di tingkat SLTP dan
SLTA, yakni di sekolah Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) dan
Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA), Daruttarbiyah wa Ta’lim, di
Majenang, Cilacap, antara lain bapak dan ibu : K.H. Imam Mahdi,
H.Muhadjir, Yahya, Rahmat, Kasrun, Burhan, M. Tohar, A. Saefuddin,
Suminah, Ashari, BA., Djamaluddin, BA., Mundzir, BA., Hasyim, BA,
Dahlan, BA., Muhson, BA, Drs. Munhari, Drs. A. Zaenal Abad, Musbihin,
BA, Karsim Arafik, Amiruddin, Sofwan, Hamami, Siti Rasiti, dan Syarif.
Ketiga, para dosen yang telah mendidik saya di IAIN (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, antara lain bapak dan ibu : Prof. Dr. Harun Nasution,
41

M.A., Prof. Dr. Muljanto Sumardi, MA, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA,
M.Phil., Prof. Dr. H. Hadjid Harnawidagda, M.Pd., Prof. Dr. Zakiah
Daradjat, Prof. Dr. H. A. Fahrurozi, Prof. Dr. H. Salman Harun, Prof. Dr.
Rif’at Syauqi Nawawi, Prof. Dr. H. Agustiar, MA., Prof. H. Muzayin
Arifin, M.Ed., Prof. Dr. Salman Harun, MA, Drs. Amru Ichwan, MA, A.
Djunaedi, MA., Mas’ud Mada, MA., Dr. H. Atiq Susilo, MA., Drs. Sunardi
Kartowisastro, Dip.TESOL., Drs. H. Dasuki A. Gani, M.Pd., Drs. Nasrun
Mahmud, M.Pd., Muhammad Anis, BA., Drs. Jais Prasodjo, Drs. H. M.
Azis Martunus, Drs. M. Nurdin, Drs. Alisufsobri Sibromalisi, Drs. Faridal
Arkam, M.Pd., Dra. Yefnelty, Dra. Netty Herawati, Dra. Fadila Suralaga,
M.Si., Dra. Hj. Erry Rosatria, MA., Drs. H. Nizamuddin, Drs. H. A. Syafii,
Drs. M. Syafii Noor, Drs. H. Nasir Tanjung, Drs. Haeruddin, SH., A. Zuber
Laini, SH, Drs. Zaenuddin, Drs. H. A. Sabuki, Drs. Asril Datuk, M.Pd., Drs.
A. Sudja’i, Drs. Eman A. Rahman, dan Drs. Sudarno, M.Ed.
Keempat, para dosen yang telah mengajar saya di Graduates Studies
and Research Program, McGill University Montreal, Canada, dan Cornel
University, Itacha, New York, antara lain bapak dan ibu : Prof. Dr. Sajjida
Sultana Alvi, Prof, Dr. Uner Turgay, Prof. Dr. Wael B. Hallaq, Prof. Dr.
Farhat Ziadeh, Prof. Dr. Sheila McDonough, Prof. Dr. Ahmad Syafi’i
Maarif, Prof. Dr. C. Le Maistre, Prof. Dr. George Kahin McTurnan, dan
Prof. Dr. Benedick Anderson.
Kelima, para dosen yang telah mendidik dan mengajar saya di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, antara lain bapak dan ibu
: Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd., Prof. Dr. Jujun Suriasumantri, Prof. Dr. H.
A. Djuanedi, M.Sc., Prof. Dr. Hj. Sabarti Achadiah MK, Prof. Dr. H.
Muljanto Sumardi, MA., Prof. Dr. H. Emzir, M.Pd., Prof. Dr. H. Ahmad
HP., Prof. Dr. I. Made Putrawan, Prof. Dr. H. Siswojo Harjodipuro, M.A.,
M.Sc., M.Ed., Prof. Dr. Dja’ali, Prof. Dr. Zaenal Rafli, M.Pd., Prof. Dr. N.
Jenny M.T. Hardjanto, Prof. Dr. Basuki Wibawa, Prof. Dr. Basuki Suhardi,
Prof. Dr. Aceng Rahmat, Dr. Dendy Sugono, Prof. Dr. Hasan Alwi, Prof.
Dr. Bambang Kaswanti Purwo, Prof. Dr. Sri Utari Subyakto-Nababan, Prof.
Dr. Lexy Moleong, Prof. Dr. Sugeng Santosa, Dr. Ayip Syaifuddin., Dr.
Kinayati Djoyosuroto, M.Pd. dan Dr. Paskalis Riberu
Keenam, para dosen pembina saya, khususnya bapak Drs. H.M.
Syadli, ZA, MA., para guru besar, para dosen senior, para dosen kolega,
para dosen yunior baik di lingkungan IAIN ”SMH” Banten, UIN ”Syahida”
Jakarta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, UT-UPBJJ Banten, dan
STAISMAN, dengan siapa saya belajar, berdiskusi, berbagi pengalaman,
dan berbagi kegiatan, saya ucapkan ribuan terima kasih, semoga semuanya
akan tetap berjalan dengan jauh lebih baik lagi.
42

Terakhir dan utama, penyumbang terbesar terhadap pencapaian


prestasi saya adalah kedua orang tua tercinta, yang telah mendidik putra-
putranya dengan ikhlas, sabar, tawakal dan penuh pengorbanan yang kini
tidak dapat lagi menyaksikan salah satu putranya berdiri di sini untuk
menyampaikan terimakasih tak-terhingganya pada forum seremonial
akademis tertinggi pada hari ini. Seandainya ada nilai posistif dan amal
ma’ruf yang inheren di dalamnya dengan rasa takdzim dan tulus-ikhlas
semua saya persembahkan untuk beliau berdua : ayahanda K.H.
Ma’muruddin Achmad (w. 2002), dan ibunda Hj. Chosyiah Dachlan (w.
1968).
Tambahan pula, selain isteri tersayang, Dra. Hj. Eneng Muslihah,
M.M.Pd., dan anak-anak tercinta, Elena Himma Nizrina, Hana Hazim
Nashif Kanz, dan Imtiyaz ’Allam Nashr yang turut memberikan kontribusi
keberhasilan saya adalah ibunda Mundjiah Bahrun, ibunda Hj. St. Hindun
Ms, BA., ayahanda K.H. Rafe’i Ali, ayahanda Drs. H.M. Syadly ZA., MA,
dan ibunda Dra. Hj. Siti Habibah, pamanda H.M Sumakmun, SH, dan Hj.
Siti W. Sumakmun, serta kakak-kakak terhormat : Sofwyan Taufik dan istri,
H. M. Tjipto Waluyo, SKM, dan istri, H. Ahmad Syaefudin, S.H. dan isteri,
Fahmi, B.Sc., dan isteri Dra. Rohmiah Masran dan suami, Yati Nuryati, BA,
dan suami, Titin Nurprihatin, S.Pd., dan suami, Dra. H. Encep Syafrudin
Muhyi, MM, M.Sc., dan isteri, Hj. Popong Supiyeti and suami, H. Tatang
Mulyana dan istri, Hj. Ay Murniwati, M.Pd., dan suami, Eti Rohayati,
S.Pd., dan suami, Hj. Eneng Mu’jizat, S.Kes dan suami, dan adik-adik
tersayang : Drs. Fauzy Natik dan istri, Sohib Arafik, S.Si dan istri, Yuli
Rofikoh dan suami, Nely Natikoh dan suami, Mualifatun Naela dan suami,
Nur Khafsoh dan suami, Jamilatun Naela dan suami, Fathullah dan istri,
Aulad Chotim Ma’ruf, Ade Supriadi dan istri, Imas Masnuah, S.Ag., dan
suami, Ucu Junaenah, S.Ag., dan suami, Eva Sofia, SE., dan suami, H.Tb.
Encep Badruzaman, Lc., dan istri, H. Tb. Ace Syadzili Hasan, M.Si., dan
istri, Dra. Neng Darol Afiah, M.Si, dan suami, Dra. Neng Darol Mahmadah
dan suami, Tb. Agus Chaerul Umam, S.Hum. dan isteri, Uci Sanusi, ST.,
dan istri, Haudoh, S.Pd dan suami, Dra. Ilah Holilah, M.Si, dan suami, serta
Itat Tatmimah, SE dan suami. Singkatnya, kepada segenap keluarga besar di
Jawa Tengah dan Banten, saya ucapkan jazakumullahu jaza’an khairan
kathira!
43

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI DAN KELUARGA


Data Personal
Nama : Ilzamudin Ma’mur
Tempat, Tgl. Lahir : Majenang, Cilacap, 29 Agustus, 1961
Pekerjaan : Dosen Fakultas Tarbiyah dan Adab, IAIN
’SMH’ Serang, Banten, Indonesia

NIP : 150244240
Pangkat/Gol./Jabatan : Pembina Utama Muda (IV/c), Guru Besar
bidang Metodologi Pengajaran Bahasa
(Inggris) dan Penerjemahan
Alamat : Jl. Ratu Ayu Wiyos No.87-88, Blok A,
Ciracas Indah, Serang, 42116, Banten,
Indonesia
Orangtua
Ayah : K.H. Ma’muruddin Achmad (w.2002)
Ibu : Hj. Chosyiah Dachlan (w. 1968)
Ibu : Ny. Mundjiah Bahrun

Keluarga
Istri : Dra. Hj. Eneng Muslihah, M.M.Pd.
Anak : 1. Elena Himma Nizrina (Izzy)
2. Hana Hazim Nashif Kanz (Hanz)
3. Imtiyaz ’Allam Nashr (Iyaz)

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Madrasah Ibtidaiyah ”Daruttarbiyah wa Ta’lim” Cigaru,
Majenang, 1973
2. PGAP 4 Tahun. ”Daruttarbiyah wa Ta’lim” Majenang, Cilacap,
1977
3. PGAA 6 Tahun ”Daruttarbiyah wa Ta’lim” Majenang, Cilacap,
1980
4. Sarjana Muda (BA), Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas
Tarbiyah, IAIN ’Syarif Hidayatullah” Jakarta, 1984.
5. Sarjana (Drs), Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas
Tarbiyah, IAIN ’Syarif Hidayatullah” Jakarta, 1987.
44

6. Ijazah Akta IV, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas


Tarbiyah, IAIN ’Syarif Hidayatullah” Jakarta, 1987.
7. Master of Arts (MA), Graduate Studies and Research, IIS, McGill
University, Montreal, Canada, 1995.
8. Doktor (Dr.), Program Studi Pendidikan Bahasa, Program
Pascasaejana, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia, 2008.

C. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TAMBAHAN


1. English for Secretary, Business Training Ltd., Correspondence
College, Manchester, England, 1984-1985.
2. English for Academic Purposes, IALF, Denpasar Bali, 3 August
1992 to 14 May 1993.
3. Travel and Tourism, North American School of Travel,
International Correspondence School, Montreal, Canada, 1994.
4. Pelatihan Penelitian Lanjutan Tenaga Edukatif PTA Tingkat
Nasional, Bogor, 1s/d12 September, 1997.
5. Aspects of ELT Management, The British Council, Bogor, 2-5
December, 1997.
6. Research Methodology Workshop : An Anthropological
Perspective, Jakarta, February 8th-22nd, 1999. Prof. Dr. Carmen
Lambert
7. Manajemen Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Dipertais, Ciawi Bogor,
2000.
8. Management of Human Resource Development, Jakarta Institute
of Management Studies, Jakarta, 1999-2000.
9. International Conference: Islam in Indonesia: Intellectualization
and Social Transformation, hosted by MORA and CIDA, held at
Millennium Hotel, Jakarta, 23-24 November, 2000.
10. Management of International Journal of Islamic Studies,
Yogyakarta, 2004.
11. The FIT 5th Asian Translators Forum, Federation Internationale des
Traducteurs, Bogon, Indonesia, 2007.
12. ESQ Leadership Training, ESQ Leadership Center, Jakarta, 2007.

D. PENGALAMAN BEKERJA
A. Guru dan Dosen
1. Guru Bahasa Inggris di SMP ’Ibu Pertiwi,” Setia Budi, Jakarta,
1983-84.
2. Guru Bahasa Inggris di SMAN 66 Pondok Labu, Jakarta Selatan,
1985-1990
45

3. Dosen Bahasa Inggris pada Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah,


dan Fakultas Ushudluddin, IAIN ‘Syarif Hidayatullah” Jakarta,
1985-1990.
4. Dosen Bahasa Inggris di FT Universitas Satyagama Jakarta, 1989-
1990.
5. Dosen Bahasa Inggris Fakultas Syariah, IAIN ”SGD” di Serang,
1990-1997.
6. Dosen Bahasa Inggris STAIN/IAIN SMH Banten, 1997-sekarang.
7. Dosen Bahasa Inggris IAIB Serang, Banten, 1992.
8. Dosen Bahasa Inggris STAISMAN Pandeglang, 1992-2002.
9. Dosen Pembina Bahasa Inggris, FKIP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2005 s/d sekarang.
10. Dosen Universitas Terbuka, UPBJJ. Serang-Banten, 2004-2009.
11. Dosen Program Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang, Banten, sejak 2009

B. Adiministrasi Kedinasan dan non -Kedinasan


1. Direktur ”Bright College” Jakarta, 1987-1990.
2. Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris dan Sekrertaris Jurusan
Tarbiyah, STAIN SMHB, 1997-2000
3. Ketua Lembaga Bahasa dan Budaya, IAIN ”SMH’ Banten, sejak
2006-
4. Ketua Redaksi Alqalam: Jurnal Keagmaan dan Kemasyarakatan,
IAIN ’SMH’ Banten, sejak 2002-sekarang
5. Ketua Redaksi Tazkiya: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan,
PKIK IAIN SMH Banten, 2001-2007.
6. Anggota Dewan Redaksi, Serambi, Jurnal Kajian Pembanguna
Daerah. MKPD, ICMI Orsat Serang, 1999-2001.
7. Anggota Dewan Redaksi Litera : Jurnal Pendidikan, Bahasa dan
Sastra, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten,
sejak 2006-
8. Anggota Dewan Redaksi Studia Didaktika: Jurnal Pendidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Adab, IAIN ”SMH” Banten, 2007-
9. Anggota Dewan Redaksi Loquen : English Studies Journal, Tadris
Bahasa Inggris, FTA, IAIN ”SMH’ Banten, 2008-
10.Anggota Tim Penilai Dosen Fakultas Tarbiyaha dan Adab, IAIN
’SMH” Banten, sejak tahun 2005
11.Anggota Senat IAIN ’SMH” Banten, sejak tahun 2007.
12. Ketua Penyunting Andrapedogica: Jurnal Pendidikan, Program
Pascasarjana, Untirta, sejak 2009
46

E. PENGALAMAN ORGANISASI PROFESI DAN ORGANISASI


MASYARAKAT
1. Pengurus OSIS PGA Darrwata, 1977-1980.
2. Sekretaris LSMI – HMI Cabang Ciputat, 1983-1984.
3. Pengurus Senat, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syahid Jakarta, 1983-
1984.
4. Pengurus ICMI Orsat Montreal, Canada, 1994-1995.
5. Pengurus Permika (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Kanada),
1993-1995.
6. Direktrur CERDaS (Center for Educational Research,
Development and Studies), Banten, sejak 2003 s/d sekarang
7. Pengurus Madrasah Development Center, Kanwil Depag Provinsi
Banten, 2006-2007.
8. Pengurus Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan, IAIN “SMH”
banten, 2000-2008.
9. Dewan Pakar, MP3A Kanwil Depag Provinsi Banten, 2008-210.
10. Pengurus KAHMI Provinsi Banten, 2006-2010.
11. Pengurus LPTQ Provisni Banten, 2008-2013.
12. Sekretaris Dewan Pakar ICMI ORWIL Banten, 2007-2011.
13. Sekteris Umum Persatuan Umat Islam (PUI) Wilayah Provinsi
Banten, 2006-210.
14. Sekretaris Dewan Pembina, Islamic Center Wilayah Provins
Banten, 2008-210.
15. Sekretrais Komisi Hubungan Luar Negeri, MUI Provinsi Banten,
2006-2010.
16. Dewan Hakim Cabang Tafsir Bahasa Inggris, MTQ Provisni
Banten, 2004-2008.
17. Tim Seleksi Guru Berprestasi Dinkas Provinsi Banten, 2004-2009.
18. Dewan Penasihat, BETA, (Banten English Teacher Association)
2008 –
19. Pengurus APBIPA (Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing), 2005-sekarang
20. Anggota MLI (Masyarakat Linguistik Indonesia), sejak 2005-
sekarang
21. Anggota TEFLIN (Teacher of English as a Foreign Language in
Indonesia), 2005 – sekarang
22. Anggota HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia), 2004-sekarang
23. Anggota RELC SEAMEO Scholar and Researcher in English
Language Teaching, Singapore, sejak 2009
47

F. PUBLIKASI KARYA ILMIAH : ARTIKEL DAN BUKU

1984
1. Teaching Adverb of Manner at the Second Year Students of
SMP Ibu Pertiwi, Jakarta (Risalah Sarjana Muda, Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah, IAIN ‘Syarif
Hidayatullah” Jakarta, 1984)

1987
1. Language Laboratory as One of the Teaching Aids for
Improving Students’ English Pronunciation (Skripsi Sarjana,
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah, IAIN
‘Syarif Hidayatullah” Jakarta, 1987)
1989
Artkel Jurnal :
1. “Hassan al-Bana : Lintasan Hidup dan Perjuangannya di
Mesir” dalam Alqalam: Junral Ilmiyah Bidang Keagamaan
dan Kemasyarakatan, No. 20, Vol.V. (1989).
1990
A. Artikel Jurnal Ilmiah
1. ”Sejarah Penyebaran al-Qur’an di Cina,” Prof. Jin Yinjiu
dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.24 /V/ 1990.t
2. ”Pergumulan Kaum Wanita Afganistan antara Marxisme dan
Fundamentalsime Islam,” Parvin Ali Majroh, dalam Al-
Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.26/VI/1990.t
B. Buku Terjemahan
3. Tanggung Jawab Umat Islam di Hadapan Umat Dunia, Abul
A’la Maududi (Jakarta: Gema Insani Press, 1990, cet ke3,
1993)
4. Siapa Nama Tuhan Manusia?, Ahmad Deedat, (Booklet,
Tidak terbit)
1991
A. Artikel Majalah dan Jurnal :
1. “Ibnu Rushd: Sang Kampiun Pemikiran Rasional,” Abdul Ali,
dalam Panji Masyarakat, No. 696, Tahun XXXIV, (21
September-1 Oktober, 1991).t
2. ”Pandangan Para Filosuf Muslim Mengenai Pendidikan,”
Seyyed Hossein Nasr, dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah
Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.27/VI/1991.t
48

3. ”Nilai dan Pembangunan di Dunia Islam Kontemporer,”


Seyyed Hossein Nasr, dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah
Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.29/VI/1991.t
4. “Ibnu Rushd: Sang Kampiun Pemikiran Rasional,” Abdul Ali,
dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.30/VI/1991.t

B. Buku Terjemahan
5. Peran Pemuda Muslim dalam Rekonstruksi Dunia
Kontemporer, Dr. Muhammad Manzoor Alam (Jakarta: Media
Dakwah, 1991)
1992
Artikel Jurnal dan Majalah
1. ”The Library of IAIN : Its Developemnetal and Management
Aspects in the Future,” dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah
Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.36/VII/1992.
2. “Teori Khilafah dalam Filsafat Agama Sayyid Qutb,” dalam
Mimbar Studi, IAIN ‘SGD’ Bandung, No.48/XIV/1992.
3. “Refleksi Filsafat dan Sains di Dunia Islam,” dalam Dharma
Bahakti, Majalah Kanwil Depag Provinsi Bali, Edisi XIII,
Thaun 1992.
1993
Artikel Jurnal
1. ”Ummah Islam dan Khalifah Dunia,” dalam Al-Qalam:
Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan,
No.44/X/1993.t
2. ”Gerakan Islam di Mesir,” dalam Mimbar Studi: majalah
Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan. IAIN
”SGD” Bandung. No. 53. Vol.XV, (1993) : 82-100.
3. ”Gerakan Islam di Pakistan,” dalam Mimbar Studi: majalah
Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan. IAIN
”SGD” Bandung. No. 55. Vol.XV, (1993)
1994
Artikel Jurnal
1. ”The Position of Women in Indonesia: Ideal and Reality,”
dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.49/X/ 1994.
2. “Etika Busana Wanita Muslimah,” Jamal Badawi, dalam Al-
Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.50/X/ 1994.t
49

3. ”Gerkan Islam di Iran,” Mimbar Studi: Ilmiah Bidang


Keagamaan dan Kemasyarakatan, IAIN ”SGD” Bandung,
No.56-57/XVI/(1994):67-83.
4. ”Pemkikiran Ekonomi Islam: Asal-usul dan Dimensinya,”
Abul Hasan M. Sadeq, dalam Mimbar Studi: Majalah Ilmiah
Keagamaan dan Kemasyarakatan, IAIN ”SGD” Bandung,
No.58/XVI/Juli/1994.t
5. ”Gerakan Islam di Pakistan,” Mimbar Studi, IAIN ’SGD’
Bandung, No.56-57/XVI/1994.t (?)
1995
A. Artikel Jurnal
1. “Keluarga, Wanita dan Kehidupan Seksual : Dua Pilihan
Model,” Dr. Muhammad al-Mubarok, dalam Al-Qalam:
Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan,
No.54/X/ 1995..t
B. Buku (Tesis Magister)
2. Sayyid Abul A’la Mawdudi and Mohammad Natsir’s Views
on Statehood : A Comparative Study (MA Thesis, McGill
University, Montreal, Canada, 1995)
1996
A. Artikel Jurnal Ilmiah
1. “Teori Al-Khilafah dalam Filsafat Keagamaan Sayyid Qutub,”
Ade Situ Agbetola, dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah Bidang
Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.58/XI/1996.t
2. “Lintasan Pemikiran Politik Abul A’la Maududi (1903-
1979),” dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan
dan Kemasyarakatan, No.59/XI/ 1996.
3. Mohammad Natsir : Some Aspect of his Thought on
Statehood,” dalam Al-Qalam: Jurnal Ilmiah Bidang
Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol.XI, No. 62 (1996)
4. “The Idea of the Perfect Man in the Metaphysical Philosophy
of Alama Muhammad Iqbal,” dalam Al-Qalam: Majalah
Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.61/XI/
1996.
B. Artikel Jurnal Internasional
5. “The Place of the Islamic Court in the Judicial System of
Modern Indonesia ( A Preliminary Study),” dalam Hamdard
Islamicus: Quarterly Journal of Studies and Research in
Islam, Pakistan, Vol.XIX, No.2 (Summer, 1996).
50

1997
Artikel Jurnal Ilmiah
1. Mawdudi’s and as-Shiddieqy’s Theory of Ijtihad in the Realm
of Islamic law,” dalam Al-Qalam: Jurnal Ilmiah Bidang
Keagamaan dan Kemsayarakatan, No.63 Vol.XI (1997)
2. “Percikan Pemikiran Politik Muhammad Iqbal,” dalam Al-
Qalam: Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
Kemasyarakatan, No.64./XI/ 1997.
3. “Abul A’la Maududi: Sketsa Biografis Ideolog Gerakan
Revivalis di Pakistan,” dalam Al-Qalam: Majalah Ilmiah
Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.67, Vol. XIII,
(1997).

1998
A. Artikel Jurnal Ilmiah
1. ”Kiat Mengobati Kerusakan Umat Islam,” dalam Al-Qalam:
Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan,
No.72/XIII/ 1998.
2. “Dinamisme Intelektual dan Praktikal dalam Gerakan Islam,”
Muhammad Manzoor Alam, dalam Al-Qalam: Majalah
Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan,
No.75/XIV/ 1998.
B. Buku
3. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Sebagai anggota Tim
Penulis. Serang: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
“SMHB”, 1998.
1999
Artikel Jurnal Ilmiah
1. “Muhammad Iqbal: Political Thought and Practical Politics,”
dalam Mimbar Studi, Bandung, Vol. XVIII, No.1 (September-
Desember, 1999).
2. “An Ideal Islamic State on the Earth?” dalam ALQALAM :
Jurnal Ilmiyah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No.
073/XV/1999.
2000
A. Artikel Jurnal Nasional dan Jurnal Internasional
1. “Shah Wali Allah and Abul A’la Mawdudi: Their Religious
and Political Thought,” in Al-Qalam: Jurnal Keagamaan dan
Kemasyarakatan, Vol.XV, No.85 (2000).
51

2. “Islam dan Negara: Perspektif Umum,” dalam Al-Qalam:


Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol.XV, No.86
(2000)
3. “Pandangan Fundamentalisme tentang Epistemologi dan
Filsafat Politik,” Ahmad S. Mousalli, dalam Tazkiya Jurnal
Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Vol.I, No.1
(Juli-Desember, 2000).
4. Mohammad Natsir : A Portrait of Indonesian D’ai-Politican-
Activist,” dalam dalam Hamdard Islamicus: Quarterly
Journal of Studies and Research in Islam, Pakistan, Vol
B. Buku Terjemahan
5. Adam Kuper dan Jessica Kuper, eds. Ensiklopedia Ilmu-Ilmu
Sosial, Jilid 1, bersama Haris Munandar, et al. (Jakarta:
Rajawali Pres, 2000)
6. Adam Kuper dan Jessica Kuper, eds. Ensiklopedia Ilmu-Ilmu
Sosial, Jilid 2, bersama Haris Munandar, et al. (Jakarta:
Rajawali Pres, 2000)

2001
A. Artikel Jurnal Nasional
1. “Semantic and Wordformation in Modern English,” dalam Al-
Qalam: Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol.XXI,
No.88-89, (Maret-Juni, 2001).
2. “Fazlur Rahman: Pemikir Kebangkitan dan Pembaharuan
Islam Kontemporer,” Alparslan Acikgeng, dalam Al-Qalam:
Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan,
No.90-91/Vol.XVIII (Juli-Desember, 2001).
3. “Ilmu dan Ilmuwan,” dalam Tazkiya, Jurnal Keislaman,
Kemsayarakatan dan Kebudayaan. Vo.II, No.2 (juli-
Desember, 2001) : 109-111.
B. Buku Terjemahan
4. Menuju Kesempurnaan Diri, karya M. Arasteh, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001)
5. Tatanan Sosial dalam Islam, karya Abdulrahman Abdulkadir
Kurdi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
6. Dianne Collinson, Lima Puluh Filosuf Yag Menggerakkan
Dunia, bersama Mufti Ali (Jakarta: Rajawali Press, 2001).
7. Martin Griffith, Lima Puluh Pemikir Hubungan Internasional,
bersama Mahyudin (Jakarta : Rajagrafindo Press, 2001);
52

2002
A. Artikel Jurnal Nasional
1. “Bilingualisme dan Pendidikan Bahasa Kedua dan Asing,”
dalam Tazkiya: Jurnal Kemasyarakatan dan Kebudyaan,
Vol.III, No.1 (Januarti-Juni, 2002).
2. ”Al-Qur’an dan Manusia,” dalam Alqalam: Jurnal
Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. 19, No. 92 (2002).
3. “Manusia dan Bahasa,” dalam Alqalam: Jurnal Keagamaan
dan Kemasyarakatan, Vol. 19, No. 93. (2002).
4. ”The Secret of the Self: Analisis Puisi Filsafat Keagamaan
Muhammad Iqbal,” dalam Alqalam: Jurnal Keagamaan dan
Kemasyarakatan, Vol. 19, No. 93 (2002).
5. “Dakwah dan Diseminasi Ilmu,” dalam Alqalam: Jurnal
Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. 19, No. 94. (2002).
B. Artikel Jurnal Internasional
6. “The Concept of Tawhid in Sunni Islam : with Special
Reference to Al-Ash’ari,” dalam Hamdard Islamicus:
Quarterly Journal of Studies and Research in Islam, Pakistan,
Vol.XXV, No.2 (April-June, 2002).
C. Buku
7. Evaluasi Program Pendidikan Bahasa Inggris. Serang :
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, STAIN ”SMHB”,
2001/2002.
2003
A. Artikel Jurnal Nasional
1. ”Pragmatika dan Pengajaran Bahasa Inggris,” dalam Majalah
Yasika Bandung, Vol.I, No.1 (Mei, 2003).
B. Buku
2. ”Membangun Kebudayaan dan Masyarakat Banten,”
kontribusi tulisan dalam Iwan K. Hamdan dan Agus Sutisna,
eds. Stakeholders dan Kebijakan Publik dalam Dinamika
Politik dan Pembangunan Daerah Propinsi Banten, (Lebak:
LSPB, 2003).
3. An Anthology of TEFL I, English Education Program,
Department of Education, The State Islamic Higher Education,
“SMHB” Serang, 2003.
4. An Anthology of Translation Theory and Practice, English
Education Program, Department of Education, The State
Islamic Higher Education, “SMHB” Serang, 2003.
53

2004
Artikel Jurnal Nasional
1. “Konsep Dasar Penerjemahan: Tinjauan Teoretis,” dalam
Alqalam: Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol.21,
No.102, (Januari-April, 2004).

2005
A. Artikel Jurnal Nasional
1. “English for Islamic Studies : Syllabus Design and Material
Development,” dalam ALQALAM: Jurnal Keagamaan dan
Kemasyarakatan, Vol. 22, No.2 (Mei-Agustus, 2005).

B. Artikel Konferensi Internasional


2. “Some Problems in Translating Indonesian Islamic Studies
Texts into English,” makalah dipresentasikan dalam
International Conference on Translation: Translation,
Discourse and Culture, di Novotel Hotel, Solo, pada 14-15
September, 2005.
3. “The Search for an Ideal Syllabus Design of English for
Islamic Studies,” makalah disajikan dalam The 53rd
International TEFLIN Conference, di Syahid Raya Hotel,
Yogyakarta, pada 6-8 Desember 2005.

C. Buku Teks :
4. Special Readers : English for Islamic Studies, Book I sebagai
editor dan kontributor (Serang: IAIN Suhada Press, 2005)

2006
A. Arikel Majalah dan Jurnal Nasional
1. “Fasting : The Fourth Pillar of Islam,” dalam Dinamika Umat,
49/VI/Desember, 2006.
2. “Motivasi Belajar Bahasa Asing” dalam Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Vol.IV, No.19, 2006.
3. ”Some Problems in Translating Islamic Studies Text from
Indonesian into English,” dalam Litera : Jurnal Pendidikan,
Bahasa dan Sastra, No.1 Vol.3 (2006)
4. “Membaca Pemahaman: Konsep dan Strategi Penerapannya,”
dalam Kolokasi: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol.I, No.1
(Januari-Juni, 2006).
54

B. Artikel Jurnal Internasional


5. “The Idea of Ijtihad of Indo-Pakistan Subcontinent Muslim
Scholars,” dalam Hamdard Islamicus : Quarterly Journal of
Studies and Research in Islam, Vol. XXIX, No.1 Pakistan
(January-March, 2006)
6. “The Idea of Ijtihad of Indo-Pakistan Subcontinent Muslim
Scholars,” dalam Historicus : Quarterly Journal of Pakistan
Historical Society, Vol.LIV, No.1. (January-March, 2006).
C. Buku
7. Pijar-Pijar Pemikiran Bahasa dan Budaya (Jakarta: Diadit
Media, 2006)
8. Paragraphs for Competency-Based Translation Exercises
(Jakarta: Diadit Media, 2006)
9. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Sebagai anggota Tim
Penyusun. Serang: IAIN ‘SMH’ Banten (2006)

2007
A. Artikel Majalah dan Surat Kabar :
1. “The Great Pilgrimage to Mecca: The Fifth Pillar of Islam,”
dalam Dinamika Umat, No.50/VI/ Januari, 2007.
2. “The Essence of Hijrah,” dalam Dinamika Umat, No.
51/VI/Februari, 2007.
3. “The Witness to Faith: The First Pillar of Islam,” dalam
Dinamika Umat, No. 52/VI/Maret, 2007.
4. “The Prayers: The Second Pillar of Islam,” dalam Dinamika
Umat, No. 53/VI/April, 2007.
5. “The Sharia: The Path of Allah,” dalam Dinamika Umat, No.
54/VI/Mei, 2007.
6. “Belief in the Messenger of Allah : The Fourth Article of Faith
in Islam,” dalam Dinamika Umat, No.55/VI/Juni, 2007.
7. “Mufasir Bahasa Inggris dan Dakwah Global,” dalam
Dinamika Umat, No.55/VI/Juni, 2007.
8. “Belief in Allah’s Book: The Third Article of Faith in Islam,”
dalam Dinamika Umat,. No. 56/VI/Juli, 2007.
9. “Zakat: The Fourth Pillar of Islam, dalam No. 57/VI/Agustus,
2007.
10. “Belief in Allah : The First Article of Faith in Islam, dalam
Dinamika Umat, No. 58/VI/September, 2007.
11. “Belief in the Angels of Allah : The Second Article of Faith in
Islam,” dalam Dinamika Umat, No. 59/VI/Oktober, 2007.
55

12. “Belief in the Last-day of Judgment,” dalam Dinamika Umat,


No. 60/VI/November, 2007.
13. “Belief in the Qadha and the Qadhar: The Sixth Article of
Faith in Islam, dalam Dinamika Umat, No. 61/VI/Desember,
2007.
14. “Pembinaan Bidang Tafsir Al-Qur’an,” dalam harian Fajar
Banten, 2 Mei, 2007.

B. Artikel Jurnal Nasional


15. “Proses Penerjemahan: Tinjauan Teoretik,” dalam ALQALAM:
Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. XXIII, No.3
(September-Desember, 2007).

C. Buku :
16. Special Readers : English for Islamic Studies, sebagai
kontributor dan editor (Jakarta: Diadit Media, 2007)

2008
A. Artikel Majalah dan Surat Kabar
1. “Islam the Last True Religion, “ dalam Dinamika Umat, No.
62/VII/Januari, 2008.
2. “The Qur’an: The Last revelation to Humanity,” dalam
Dinamika Umat, No. 63/ VII/Februari, 2008.
3. “Shaikh Nawawi al-Bantani : An Interna-tional Caliber
Scholar,” dalam Dinamika Umat, No. 64/VII/Maret, 2008.
4. “TB. Irving : Penerjemah Al-Quran ke dalam Bahasa Inggris
Amerika Kontempo-rer, dalam Dinamika Umat, No. 64/VII/
Maret, 2008.
5. ”The Declarion of Msulim World League on Ahmadiyah
Movement,” dalam Dinamika Umat, No. 65/VII/April, 2008.
6. “Fiqh : Islamic Jurisprudence,” dalam Dinamika Umat, No.
66/VII/Mei, 2008.
7. “The Shafi’i School : The Major School of Islamic
Jurisprudence in Indonesia,” dalam Dinamika Umat, No.
67/VII/Juni, 2008.
8. “English Translation of the Holy Qur’an,” dalam Dinamika
Umat, No. 68/VII/Juli, 2008.
9. “Indonesia: The Largest Muslim Country,” dalam Dinamika
Umat, No. 69/VII/Agustus, 2008.
10. “Rashid Ridha: The Great Muslim Scholar,” dalam Dinamika
Umat, No. 70/VII/ September, 2008.
56

11. “Ibn Khaldun’s Views on Education,” dalam Dinamika Umat,


No. 71/VII/ Oktober, 2008
12. “Al-Qalam: Upaya Menggapai Ulul Al-Bab,” dalam Dinamika
Umat, No. 71/VII/ Oktober, 2008
13. ”Is Smoking Lawful in Islam?”, dalam Dinamika Umat, No.
72/VII/ November, 2008
14. “Human Development and Education in Islam,” dalam
Dinamika Umat, No. 73/VII/ Desember, 2008
15. “Peran Bahasa Inggris di Era Global,” dalam harian Fajar
Banten, 12 Januari, 2008.
16. ”Pena: Sara Jihad Intelektuyalsime Baru,” dalam ahrian Fajar
Banten, 22 Januari, 2008.
17. ”Menyibak Pernytaan Ahmadiyah,” dalam harian Radar
Banten, 23 Januari, 2008.
18. ”Budaya Literasi di Pesantren,” dalam harian Fajar Banten, 8
Februari, 2008.
19. ”Membangun Jembatan Peradaban,” dalam harian Fajar
Banten, 27 Februari 2008.
20. ”Upaya Pertanggungjawaban Guru,” dalam harian Fajar
Banten, 16 Maret 2008.
21. ”Sutan Takdir Alisyahbana dan Kerisauan Budaya, ” dalam
harian Radar Banten, 16 Maret 2008.
22. ”Menggugah Literasi Menara Gading,” dalam harian Radar
Banten, 13 April 2008.
23. ”Potensi Strategis Perguruan Tinggi di Banten,” dalam harian
Fajar Banten, 22 Mei 2008.
24. ”Revitalisasi Bahasa Daerah Banten,” dalam harian Fajar
Banten, 17 September 2008.
25. ”Laleh Bahtiar: Wanita Amerika Pertama Penerjemah Al-
qur’an Bahasa Inggris,” dalam harian Radar Banten, 21
September 2008.

B. Artikel Jurnal Ilmiah


26. “The Ability to Translate an Informative Text in Indonesian
into English,” in Loquen : English Studies Journal, Vol.1,
No.1. (2008)
27. “Ihwal Penerjemahan: Perspektif Historis,” dalam Alqalam:
Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol.XXIV No.2
(Mei-Agustus, 2008).
57

C. Artikel Seminar Internasional


28. ”Modern Islamic Higher Education: Mawdudi’s Reflections,”
dipresentasikan dalam Annual Conference and International
Seminar, Post Graduate Program, IAIN ”STS” Jambi,
November 1st, 2008.

D. Buku dan Monograf


29. Kemampuan Menerjemah dari Bahasa Indonesia ke dalam
Bahasa Inggris : Survai di Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten (Disertasi PPs
Universitas Negeri Jakarta, 2008)
30. Praktek dan Teori Menerjemah ke dalam Bahasa Inggris
(Jakarta: Pustaka JK, 2008)
31. Membangun Budaya Literasi, Meretas Komunikasi Global
(Serang: IAIN Suhada Press, 2008)

2009
A. Artikel Majalah dan Koran
1. “Department of Religious Affairs of Banten Province,” dalam
Dinamika Umat, No. 74/VIII/Januari. 2009.
2. “The Propagation of Islam,” dalam Dinamika Umat, No.
75/VIII/Februari. 2009.
3. “Arabic as an International Language, “ dalam Dinamika
Umat, No. 76/VIII/Maret. 2009.
4. “The Four Rightly Guided Caliph” dalam Dinamika Umat,
No. 77/VIII/April,. 2009.
5. “Human being and Education : Islamic Perspective,” dalam
Dinamika Umat, No. 78/VIII/ Mei, 2009.
6. “Muhammad ibn Jarir al-Tabari,” dalam Dinamika Umat, No.
79/VIII/Juni, 2009.
7. “Sunnah : Second Source of Islamic Legislation,” dalam
Dinamika Umat, No. 80/VIII/Juli, 2009.

B. Buku Teks
8. Special Islamic Readers: English for Muslim Students
(Serang: IAIN Suhada Press, 2009)
9. The Glorious Meaning and Commentary of the Holy Qur’an 4
(Serang : IAIN Suhada Press, 2009)
58

10. Modern English Morphology : An Introductory Reading.


(Bandung: Humaniora Utama Press, 2009)

C. Buku (forth coming)


11. Ihwal Penerjemahan : Pendekatan Teoretis, Orientasi
Praktis(Jakarta: Rajawali Press, 2010)
12. Pemikiran Politik Kenegaraan Sayyid Abul A’la Maududi dan
Muhammad Natsir : Kajian Perbandingan (Bandung:
Humaniora Utama Press, 2010)
13. Hegemoni Pemikiran dalam Islam : antara Modernisme dan
Fundamentalisme (Jakarta: Gema Insani Press, 2011)
14. Modern Political and Religious Thought in Islam (New Delhi :
Adam Publishers, 2011)
15. A. Rafik Khan, Islam di Cina (Jakarta, 2010)

Ciracas, 30 Juli 2009

Ilzamudin Ma’mur

Anda mungkin juga menyukai