sandiwara atau drama dsb. Yang dibuat khusus untuk penayangan dimedia elektronik
Sedangkan Religius Berasal dari Religi yang artinya “kepercayaan akan adanya
Kemudian dari kata menjagi religius yang berarti “ bersifat religi bersifat keagamaan
1 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus besar bahasa
indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), Cet ke 10 H. 944
2 2 Ibid. H.830
Dari pernyataan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pengertian sinetron
religius adalah pertunjukan atau sandiwara yang bersifat keagamaan yang khusus
Sudah jadi tradisi bahwa segala sesuatu pasti ada dampak negatif dan positif
nasehat dan peringatan pasti tidak terlepas dari pengaruh yang negatif, maka dari itu
apabila kita hendak melakukan suatu hal dampak negatif dan potisif nya harus kita
pikirkan sebagai bahan tolak ukur dimana apabila suatu sesuatu itu lebih banyak
dampak positifnya tidak ada salahnya sesuatu itu kita lakukan, akan tetapi apabila
sebaliknya maka sesuatu itu harus kita tinggalkan. Sebelum kita membahas dampak
negatif dari sinetron Religius maka terlebih dahulu kita kita bahas dampak positif
oleh beberapa televisi swasta rupanya mendapatkan respon yang kuat oleh mayoritas
masyarakat Indonesia tidak ketinggalan pula para anak-anak remaja, karena pada
sinetron Religius ini banyak menceritakan suatu kejadian-kejadian yang hampir tiap
hari kita jumpai disekitar kita yang mana intisari dari kebanyakan tayangan sinetron
Religius ini lebih cenderung pada perubahan akhlak, pada sinetron Religius tersebut
mengisahkan seseorang yang berakhlak baik dan orang yang berakhlak buruk, dimana
orang yang berakhlak baik tersebut melakukan da’wah berusaha menasehati dan
mengajak kepada jalan yang diridhoi Allah SWT. kepada orang yang berakhlak
buruk dan da’wah yang baik hendakya memperhatikan beberapa hal yang nantinya
SAW. Menganjurkan kepada kita agar berda’wah dengan lemah lembut tidak
عل َيْ ِه َو َسل َّ َم َج ِ ّدي أبَا ُمو َ ث الن ّ َ ِب ُي َصلَّي األل َّ ُهَ َال بَ َع
َ عن أ ِب ْي بُ ْر َد َة ق َ
َ سى األ ْش َع ِارى َو ُم َعاذًا اِل َى اليَ َم ِن َف َق
َ ال يَ ِ ّس َر َو ال َ تُ َع ِ ّس َر َوبَ ِ ّشر َو ال َ
) (رواه بخارى َ تُن ِ ّف َر َو تَ َطا َو
عا
Artinya “ Dari Abu Burdah dia berkata : nabi Muhammad SAW. Beliau mengutus
Sering kita jumpai seorang tokoh agama yang perihatin terhadap tingkah
laku remaja yang kurang baik akhlaknya dan berusaha memperbaikinya, akan tetapi
masyarakat dan merubah tingkah laku yang kurang baik tetapi malah menjadi-jadi
bahkan malah memusuhi tokoh agama tersebut dikarenakan cara berda’wah yang
salah. Maka dari itu seorang tokoh agama harus bisa memahami karakteristik remaja
dan harus bisa menempatkan metode da’wah yang sesuai dan diterima oleh remaja.
banyak mendapatkan respon dari masyarakat bahkan hal yang buruk dari tayangan
Televisi tersebut anehnya masyarakatpun menerima tanpa adanya penolakan
terutama anak-anak agar mau merubah ahklak yang buruk, “karena televisi
bahwa televisi adalah media informasi siaran yang paling unggul Selain itu televisi
kenyataan selain itu juga televisi bisa melakukan siaran langsung sehingga lebih bisa
dipercaya dan diterima oleh penonton karena tidak dapat di edit seperti hal nya
nasehat dan peringatan baik secara perkataan maupun perbuatan akan tetapi walau
bagaimanapun sinetron Religius tidak luput dari dampak negatifnya yang akan
seseorang, akibatnya anak didik akan selalui dihantui dengan rasa berdosa sehingga
mereka akan meninggalkan ilmu teknologi, sehingga kemajuan Islam dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi akan ketinggalan jauh oleh orang-orang barat dan juga
menghambat kemajuan Islam sehingga orang Islama akan lebih mudah dibodohi dan
dijajah oleh orang barat selain itu juga penyebaran Islam akan lambat karena
kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang matang dibidang teknologi, selain itu
3 William L. Rivers et al, Media Massa & Masyarakat Modern, (jakarta Prenada Media,2004). Cet Ke 2
H.226
pula tayangan Religius pula “diduga dapat mengurangi kegiatan belajar anak untuk
membaca buku. Dari segi waktu saja terlihat jelas bahwa waktu yang seharusnya
A. Pengertian Akhlak
Kata Akhlak mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, kebanyakan
orang awam mengartikan Akhlak adalah tingkah laku seseorang baik tingkah laku
yang baik maupun tingkah laku yang jelek keduanya itu daiartikan oleh masyarakat
adalah sebagai tingkah laku, contohnya apabila ada seorang anak yang setiap harinya
suka beribadah, ramah, sopan dan sebagainya maka anak tersebut dinilai oleh
masyarakat anak yang baik akhlaknya, tetapi apabila ada seorang anak yang setiap
harinya mabuk-mabukan, kebut- kebutan di jalan, dan suka merampas hak orang lain
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari “khulqun“ ُخل ٌْق
Menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at
ال
ٍ عن ْ َها تَ ْص ُد ُر االأف َْع
َ ٍجة ِ ع ْن َهيْئةٍ الن َّ ْف ٍس َر
َ اس َ َأل َْخل ُْق ِعب
َ ار ٌة
4 4 Ibid. H.143
ٍاجةٍ اِل َى ِفك ٍْر َو ُر ِ ّويَة َ ِب ُس ُهول َةٍ َوي ُ ْس ٍر ِم ْن
َ غي ْ ِر َح
Artinya : “ Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak
memerlukan (lebih dahulu)55
Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “Sebagian dari
orang mengartikan Akhlak ialah “kebiasaan kehendak ” berarti bahwa kehendak itu
bila bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut Akhlak” 66 dari beberapa
maksudnya.
Berbagai definisi tentang akhlak telah diuraikan diatas pada kesempatan ini
penulis akan coba menjelaskan pengertian Akhlakul karimah. Kata Akhlakul karimah
terdiri dari dua suku kata “akhlak dan karimah” pengertian Akhlak menurut penulis
adalah tingkah laku yang digunakan oleh sesorang dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangakan kata “karimah” berasal dari bahasa arab kalimah yaitu ٌ(“ ك َِريْمKarimun)
“ bentuk isim Fa’il yang artinya “ Yang Mulia “ mustak dari wajan ك ََر م Karoma
tingkah laku yang yang dipakai oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-
a. Faktor turunan
Ada istilah mengatkan buah jatuh tidak jauh dari batangnya artinya sifat anak
tidak jauh dari sifat orang tuanya, apabila orang tua yang mempunyai perangai baik
maka niscaya anak tersebut akan mempunyai perangai yang tidak jauh dari perangai
orang tuanya dan apabila orang tuanya mempunyai perangai yang kurang baik maka
tidak menuntut kemungkinan anakpun besifat seperti orang tuanya tapi istilah
tersebut tidak selamanya benar, “tidak jarang didalam suatu keluarga terdapat anak
yang akhlaknya berbeda dengan orang tuanya dan saudara-saudaranya yang lain
Tidak masuk akal bahwa anak itu mewaris segaa sifat-sifat pokok dari kedua
orang tuanya bersama, karena terkadang bagi kedua orang tuanya terdapat sifat yang
berlawanan, umpamanya ayahnya penakut dan bodoh, sedang ibunya berani dan
pandai : akan tetapi ilmu pengetahun belum sampai mengetahui batas yang
menghasilkan turunan dari campuran kedua sifat berbeda itu.
Walau anak itu mewaris dari orang tuanya sifat-sifat mereka, tetapi ia juga
menjaga kepribadiannya dengan beberapa sifat tertentu, yang tidak dicampuri oleh
kedua orang tuanya, sifat mana yang membedakan dengan lainnya dalam bentuk
warna, perasaan, akal dan akhlaknya.
Dan sifat-sifat yang tertentu itu diwarisi oleh orang-orang yang akan datang
dengan dapat memelihara keperibadiannya.77
7 7 Ibid., H. 37
Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa turunan bisa menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan terhadap perubahan akhlak anak, akan
karena banyak sekali orang tua yang mempunyai beberapa sifat tertentu akan tetapi
b. Faktor keluarga
Keluarga merupakan hubungan pertalian darah antara ayah, ibu dan anak, suatu
keluarga hidup berkumpul dalam satu atap akan tetapi kumpulnya mereka bukan
sekedar kumpul saja di suatu tempat melainkan terbentang diantara mereka itu suatu
hubungan darah yang hubungan darah tersebut tidak dapat dipisahkan meskipun
akhlak anak sering kali kita menemukan orang tua yang berakhlak baik kemudian
mereka mempunyai seorang anak yang berakhlak baik pula karena anak tersebut
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berakhlak baik contoh yang sering kita
temukan seorang kiyai yang mempunya istri yang sholehah taat beragama, dermawan
dan sebagainya perlu diketahui sifat orang tuanya itu secara langsung mendidik
kepada anak-anaknya sehingga anak terbiasa berkelakuan seperti kedua orang tuanya,
tetapi kadang sebaliknya seorang kiyai, ustadz bahkan guru yang setiap harinya
sebagainya akan tetapi kenapa anak mereka sendiri malah bertingkah laku yang
kurang baik.
akhlakul karimah anak, apalagi apabila dalam keluarga tersebut kurang sekali adanya
komunikasi yang seharusnya tidak pernah terputus karena berbagai keluhan anak bisa
didengarkan orang tua dan nasehat orang tua senantiasa membimbing kehidupan anak
biasanya pada suatu keluarga yang kedua orang tuanya sibuk dengan dengan
pekerjaannya masing-masing dimana keduanya sering meninggalkan rumah serta
kurangnya perhatian terhadap urusan rumah tangga dan menyerahkan segalanya
kepada pembantu, sehingga hubungan antara ayah, ibu, dan anak dirasakan longgar
dan kurang dihayati kehadirannya, pengaruhnya walau resmi dan lengkap jumlahnya
tapi tidak dirasakan dan dihayati secara lengkap oleh anggota keluarganya, keluarga
semacam ini sering dinamakan keluarga pecah semu ” Quase Broken Home” hal ini
akan berpengaruhi sekal terhadap pendidikan serta perkembangan akhlak anak.88
c. Faktor lingkungan
Iingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dipisahkan oleh anak
karena “lingkungan adalah tempat dimana anak bisa tumbuh dan berkembang, dan
akhlak dan tingkah laku anak berjalan “ kondisi masyarakat yang berada
dilingkungan yang kumuh (Slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak
aktifitas belajar anak paling tidak anak tersebut akan menemukan kesulitan untuk
d. Faktor Pendidikan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
sarana untuk merubah tingkah laku seseorang tentunya kita sudah pasti bisa
berpendidikan baik dari segi bicara, bahasa yang digunaka, serta cara bersosialisasi di
tengah-tengah masyarakat.
Sering kita melihat anak didik yang berperangai kurang baik, itu sebenarnya
9 9 Ibid. H. 46
10 10 Muhibbin Syah Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), cet ke 3
H. 138
11 11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Ed Ke 2
mereka kurang perhatian dari orang tua dan biasanya kurang pearhatian tersebut di
mengakibatkan kegaduhan di dalam kelas, dari segi ini apabila seorang pendidik
kurang mengerti terhadap kemauan anak dan juga lembaga pendidikan yang kurang
memberikan penyuluhan maka pasti anak didik tersebut akan lebih buruk
kelakuannya.
Orang tua akan lebih dihormati aleh anaknya apabila anaknya diberikan
pendidikan yang optimal yang akan merubah tata lakunya apalagi jika anaknya
tersebut dididik di lembaga pendidikan yang dipadu dengan pondok pesantren yang
berkelakuan yang baik sesuai dengan yang di anjurkan oleh lembaga yang dipadu
a. Faktor Media
media komunikasi baik media cetak maupun media elektronik apalagi dengan media
televisi, dahulu ketika televisi belum merambah ke pedesaan pada malam hari suasan
pedesaan masih ramai dengan anak-anak bermain tapi sekarang suasana pedesaan
terlihat sepi meskipun baru sekitar pukul 20.00 WIB. anak-anak kebanyakan berada
di rumah mereka lebih senang menonton televisi daripada bermain di halaman rumah.
sosialibitas mereka, selain itu Televisi juga lewat tayangan-tayangan yang penuh
dengan kekerasan, dianggap membuat orang menjadi kurang peka terhadap kekerasan
Memang, karena televise menggunakan plot yang rumit, kilas balik, dan
persepektif waktu yang banyak pemirsa tidak sempat berpikir lagi dan
menghubungkan adegan- adegan berikutnya. Gambar televisi berlangsung begitu
cepat sehingga anak-anak tidak memikirkan lagi apa yang terjadi dan menduga apa
yang akan terjadi. Anak pun bersikap pasif dan terbawa hanyut oleh tayangan televisi
Hingga saat ini kita memang kekurangan data empiris mengenai pengaruh televisi
di Negara kita. Temuan penelitian yang ditemukan Deppen. Lekknas dan LIPI tahun
1977/1978 sangat memperihatinkan. Yakni akibat masuknya televisi di pedsaan, pola
kehidupan warga telah banyak berubah, anak-anak sekolah menjadi mundur dalam
pelajaran, karena waktu malamnya dihabiskan untuk nonton Televisi, bukan untuk
belajar, prekuensi untuk membolos dari sekolah dan mengaji lebih tinggi, keadaan
sekarang mungkin lebih buruk lagi, mengingat sekarang lebih banyak lagi saluran
televisi dengan acara hiburan yang lebi menarik. Sebagian diantaranya melakukan
penyiaran 20 jam bahkan lebih setiap hari.
Penelitian terbaru (1997) yang dilakukan Fakultas Psikiologi Universitas
Indonesia pusat lembaga kemasyarakatan dan budaya, lembaga penelitian UI dan
pemda DKI Jakarta, atas 1.754 remaja dari berbagai kelompok sosial di Jakarta
menunjukan bahwa bagi semua remaja, fungsi acara televisi lebih menonjol sebagai
katarsis alih-alih untuk membentuk opini dan sarana belajar memecahkan masalah.
Dosen Universitas Parahyangan Bandung menyatakan bahwa budaya menonton
televisi membuat rasional tidak berkembang, hati nurani membeku, serta orang lebih
mudah lari dari tanggung jawab bila menghadapi suatu persoalan.1212
Melihat dari pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa banyak sekali
dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat media televisi apalagi di tingkat anak-
anak karena televisi akan menghanyutkan imajinasi mereka yang ahirnya membuat
12
12 Deddy Mulyana Nuansa–Nuansa komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2001), Cet
Ke 2 H. 142
anak-anak malas belajar dan mereka lebih suka menghayal terhadap apa yang
tayangkan di televisi.
Anak
Televisi sebagai salah satu produk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
harus diakui telah banyak memberikan pengaruh bagi masyarakat baik pengarus
penting yang terjadi di belahan dunia begitu cepat diketahui ini merupakan salah satu
Disamping itu juga beberapa televisi swasta ahir-ahir ini kerap menayangkan
tayangan-tayangan yang bersifat religi tentu saja tayangan ini amat sangat
ini penonton lebih bayak disajikan dengan perilaku-perilaku orang yang taat
Dari uraian diatas secara tidak langsung anak pun akan tergugah hatinya untuk
melakukan kebijakan dan akan menjauhi segala perbuatan yang tercela dikarenakan
mereka ingin memperoleh yang sesuai dengan yang di ceritakan di televisi, “dengan
mudak disebarkan keseluruh pelosok karena televisi merupakan media paling ampuh
13 13 Azyumardi Azra Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak & Remaja ( Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu 2001), Cet Ke 1 H. 92