Anda di halaman 1dari 14

B A B II

KAJIAN TEORITIS PENGARUH SINETRON RELIGIUS DI


TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAKUL
KARIMAH ANAK
A. Pengertian sinetron Religius

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sinetron adalah “pertunjukan

sandiwara atau drama dsb. Yang dibuat khusus untuk penayangan dimedia elektronik

seperti televisi “11

Sedangkan Religius Berasal dari Religi yang artinya “kepercayaan akan adanya

kekuatan adikodrati diatas manusia kepercayaan animisme dan dinamisme dsb.

Kemudian dari kata menjagi religius yang berarti “ bersifat religi bersifat keagamaan

yang sangkut paut dengan religi” 22

1 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus besar bahasa
indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), Cet ke 10 H. 944
2 2 Ibid. H.830
Dari pernyataan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pengertian sinetron

religius adalah pertunjukan atau sandiwara yang bersifat keagamaan yang khusus

untuk ditayangkan dimedia elektronik seperti televisi.

B. Dampak Positif dan Negatif Sinetron Religius

Sudah jadi tradisi bahwa segala sesuatu pasti ada dampak negatif dan positif

termasuk sinetron religius walaupun tayangannya lebih banyak mengandung nasehat-

nasehat dan peringatan pasti tidak terlepas dari pengaruh yang negatif, maka dari itu

apabila kita hendak melakukan suatu hal dampak negatif dan potisif nya harus kita

pikirkan sebagai bahan tolak ukur dimana apabila suatu sesuatu itu lebih banyak

dampak positifnya tidak ada salahnya sesuatu itu kita lakukan, akan tetapi apabila

sebaliknya maka sesuatu itu harus kita tinggalkan. Sebelum kita membahas dampak

negatif dari sinetron Religius maka terlebih dahulu kita kita bahas dampak positif

dari sinetrn Religius tersebut.

Tayangan-tayangan sinetron Religius yang ahir-ahir ini lebih banyak ditayangkan

oleh beberapa televisi swasta rupanya mendapatkan respon yang kuat oleh mayoritas

masyarakat Indonesia tidak ketinggalan pula para anak-anak remaja, karena pada

sinetron Religius ini banyak menceritakan suatu kejadian-kejadian yang hampir tiap

hari kita jumpai disekitar kita yang mana intisari dari kebanyakan tayangan sinetron

Religius ini lebih cenderung pada perubahan akhlak, pada sinetron Religius tersebut

mengisahkan seseorang yang berakhlak baik dan orang yang berakhlak buruk, dimana

orang yang berakhlak baik tersebut melakukan da’wah berusaha menasehati dan
mengajak kepada jalan yang diridhoi Allah SWT. kepada orang yang berakhlak

buruk dan da’wah yang baik hendakya memperhatikan beberapa hal yang nantinya

akan menentukan terhadap keberhasilan dalam berda’wah karena Nabi Muhammad

SAW. Menganjurkan kepada kita agar berda’wah dengan lemah lembut tidak

mempersulit sesuai dengan hadits beliau yang berbunyi

‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم َج ِ ّدي أبَا ُمو‬ َ ‫ث الن ّ َ ِب ُي َصلَّي األل َّ ُه‬َ ‫َال بَ َع‬
َ ‫عن أ ِب ْي بُ ْر َد َة ق‬ َ
َ ‫سى األ ْش َع ِارى َو ُم َعاذًا اِل َى اليَ َم ِن َف َق‬
َ ‫ال يَ ِ ّس َر َو ال َ تُ َع ِ ّس َر َوبَ ِ ّشر َو ال‬ َ
) ‫(رواه بخارى‬ َ ‫تُن ِ ّف َر َو تَ َطا َو‬
‫عا‬

Artinya “ Dari Abu Burdah dia berkata : nabi Muhammad SAW. Beliau mengutus

kakekku Abu musa Al As’yari dan Muadz ke Yamad lalu berkata;

permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan

menjauhkan dan berlemah lembitlah. ( H.R. Bukhari)

Sering kita jumpai seorang tokoh agama yang perihatin terhadap tingkah

laku remaja yang kurang baik akhlaknya dan berusaha memperbaikinya, akan tetapi

terkadang malah sebaliknya remaja bukannya mau menerima nasehat tokoh

masyarakat dan merubah tingkah laku yang kurang baik tetapi malah menjadi-jadi

bahkan malah memusuhi tokoh agama tersebut dikarenakan cara berda’wah yang

salah. Maka dari itu seorang tokoh agama harus bisa memahami karakteristik remaja

dan harus bisa menempatkan metode da’wah yang sesuai dan diterima oleh remaja.

Televisi merupakan salah satu media yang sangat memasyarakat, kehadirannya

banyak mendapatkan respon dari masyarakat bahkan hal yang buruk dari tayangan
Televisi tersebut anehnya masyarakatpun menerima tanpa adanya penolakan

sedikitpun, adanya tayangan Religius diharapkan bisa membujuk masyarakat

terutama anak-anak agar mau merubah ahklak yang buruk, “karena televisi

merupakan media pembujuk yang paling utama “ berbagai penelitian menunjukan

bahwa televisi adalah media informasi siaran yang paling unggul Selain itu televisi

bisa memadukan suara dan gambar sehingga seolah-olah seperti menggambarkan

kenyataan selain itu juga televisi bisa melakukan siaran langsung sehingga lebih bisa

dipercaya dan diterima oleh penonton karena tidak dapat di edit seperti hal nya

Koran, majalah dan sebagainya33

Walaupun sinetron Religius adalah sinetron yang banyak memberikan nasehat-

nasehat dan peringatan baik secara perkataan maupun perbuatan akan tetapi walau

bagaimanapun sinetron Religius tidak luput dari dampak negatifnya yang akan

mempengaruhi penonton terutama anak-anak didik dikarenakan sinetron Religius

selalu menggambarkan siksaan-siksaan akibat perbuatan dosa yang dilakukan oleh

seseorang, akibatnya anak didik akan selalui dihantui dengan rasa berdosa sehingga

mereka akan meninggalkan ilmu teknologi, sehingga kemajuan Islam dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi akan ketinggalan jauh oleh orang-orang barat dan juga

menghambat kemajuan Islam sehingga orang Islama akan lebih mudah dibodohi dan

dijajah oleh orang barat selain itu juga penyebaran Islam akan lambat karena

kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang matang dibidang teknologi, selain itu

3 William L. Rivers et al, Media Massa & Masyarakat Modern, (jakarta Prenada Media,2004). Cet Ke 2
H.226
pula tayangan Religius pula “diduga dapat mengurangi kegiatan belajar anak untuk

membaca buku. Dari segi waktu saja terlihat jelas bahwa waktu yang seharusnya

digunakan untuk untuk membaca malah digunakan untuk menonton televisi44

A. Pengertian Akhlak

Kata Akhlak mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, kebanyakan

orang awam mengartikan Akhlak adalah tingkah laku seseorang baik tingkah laku

yang baik maupun tingkah laku yang jelek keduanya itu daiartikan oleh masyarakat

adalah sebagai tingkah laku, contohnya apabila ada seorang anak yang setiap harinya

suka beribadah, ramah, sopan dan sebagainya maka anak tersebut dinilai oleh

masyarakat anak yang baik akhlaknya, tetapi apabila ada seorang anak yang setiap

harinya mabuk-mabukan, kebut- kebutan di jalan, dan suka merampas hak orang lain

maka masyarakat menilai bahwa anak tersebut berakhlak buruk.

Sedangkan menurut Drs. Mustofa mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

Kata akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari “khulqun“ ‫ُخل ٌْق‬
Menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at

Ibnu Athir menjelaskan bahwa :


“Hakikat makna Khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan
sifat-sifatnya), sedangkan khalqu merupakan gambar bentuk luarnya (raut muka,
warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan sebagainya.

Sedangkan Al-Ghazali mendefinisikan Akhlak ialah

‫ال‬
ٍ ‫عن ْ َها تَ ْص ُد ُر االأف َْع‬
َ ٍ‫جة‬ ِ ‫ع ْن َهيْئةٍ الن َّ ْف ٍس َر‬
َ ‫اس‬ َ َ‫أل َْخل ُْق ِعب‬
َ ‫ار ٌة‬
4 4 Ibid. H.143
ٍ‫اجةٍ اِل َى ِفك ٍْر َو ُر ِ ّويَة‬ َ ‫ِب ُس ُهول َةٍ َوي ُ ْس ٍر ِم ْن‬
َ ‫غي ْ ِر َح‬
Artinya : “ Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak
memerlukan (lebih dahulu)55

Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “Sebagian dari

orang mengartikan Akhlak ialah “kebiasaan kehendak ” berarti bahwa kehendak itu

bila bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut Akhlak” 66 dari beberapa

definisi akhlak diatas berbeda-beda katanya tetapi sebenarnya tidak berauhan

maksudnya.

B. Pengertian Akhlakul Karimah

Berbagai definisi tentang akhlak telah diuraikan diatas pada kesempatan ini

penulis akan coba menjelaskan pengertian Akhlakul karimah. Kata Akhlakul karimah

terdiri dari dua suku kata “akhlak dan karimah” pengertian Akhlak menurut penulis

adalah tingkah laku yang digunakan oleh sesorang dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangakan kata “karimah” berasal dari bahasa arab kalimah yaitu ٌ‫(“ ك َِريْم‬Karimun)
“ bentuk isim Fa’il yang artinya “ Yang Mulia “ mustak dari wajan ‫ك ََر م‬ Karoma

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan definisi Akhlakul karimah adalah “

tingkah laku yang yang dipakai oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-

5 5 Mustofa Akhlak Tasawuf ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), Cet Ke 2 H. 12


6 6 Ahmad Amin Etika Ilmu Akhlak ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995), Cet Ke 8 H.62
hari ditengah-tengah masyarakat dimana tingkah laku tersebut tidak menyimpang dari

hukum agama maupun hukum masyarakat.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlakul Karimah

Terdapat banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak,

pada kesempatan ini penulis akan menerangakan faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan akhlak. Secara garis besarnya saja. Diantaranya

a. Faktor turunan

Ada istilah mengatkan buah jatuh tidak jauh dari batangnya artinya sifat anak

tidak jauh dari sifat orang tuanya, apabila orang tua yang mempunyai perangai baik

maka niscaya anak tersebut akan mempunyai perangai yang tidak jauh dari perangai

orang tuanya dan apabila orang tuanya mempunyai perangai yang kurang baik maka

tidak menuntut kemungkinan anakpun besifat seperti orang tuanya tapi istilah

tersebut tidak selamanya benar, “tidak jarang didalam suatu keluarga terdapat anak

yang akhlaknya berbeda dengan orang tuanya dan saudara-saudaranya yang lain

Tidak masuk akal bahwa anak itu mewaris segaa sifat-sifat pokok dari kedua
orang tuanya bersama, karena terkadang bagi kedua orang tuanya terdapat sifat yang
berlawanan, umpamanya ayahnya penakut dan bodoh, sedang ibunya berani dan
pandai : akan tetapi ilmu pengetahun belum sampai mengetahui batas yang
menghasilkan turunan dari campuran kedua sifat berbeda itu.
Walau anak itu mewaris dari orang tuanya sifat-sifat mereka, tetapi ia juga
menjaga kepribadiannya dengan beberapa sifat tertentu, yang tidak dicampuri oleh
kedua orang tuanya, sifat mana yang membedakan dengan lainnya dalam bentuk
warna, perasaan, akal dan akhlaknya.
Dan sifat-sifat yang tertentu itu diwarisi oleh orang-orang yang akan datang
dengan dapat memelihara keperibadiannya.77

7 7 Ibid., H. 37
Dari pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa turunan bisa menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi perkembangan terhadap perubahan akhlak anak, akan

tetapi tidak selamanya turunan akan mempengaruhi perkembangan akhlak anak

karena banyak sekali orang tua yang mempunyai beberapa sifat tertentu akan tetapi

sifat tertentu tersebut tidak tampak pada anak-anaknya.

b. Faktor keluarga

Keluarga merupakan hubungan pertalian darah antara ayah, ibu dan anak, suatu

keluarga hidup berkumpul dalam satu atap akan tetapi kumpulnya mereka bukan

sekedar kumpul saja di suatu tempat melainkan terbentang diantara mereka itu suatu

hubungan darah yang hubungan darah tersebut tidak dapat dipisahkan meskipun

dalam tempat tinggal yang terpisah.

Keadaan suatu keluarga sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan

akhlak anak sering kali kita menemukan orang tua yang berakhlak baik kemudian

mereka mempunyai seorang anak yang berakhlak baik pula karena anak tersebut

dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berakhlak baik contoh yang sering kita

temukan seorang kiyai yang mempunya istri yang sholehah taat beragama, dermawan

dan sebagainya perlu diketahui sifat orang tuanya itu secara langsung mendidik

kepada anak-anaknya sehingga anak terbiasa berkelakuan seperti kedua orang tuanya,
tetapi kadang sebaliknya seorang kiyai, ustadz bahkan guru yang setiap harinya

memberikan pelajaran, mendidik di Majlis Ta’lim, Madrasah, Pondok Pesantren dan

sebagainya akan tetapi kenapa anak mereka sendiri malah bertingkah laku yang

kurang baik.

Keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan

akhlakul karimah anak, apalagi apabila dalam keluarga tersebut kurang sekali adanya

komunikasi yang seharusnya tidak pernah terputus karena berbagai keluhan anak bisa

didengarkan orang tua dan nasehat orang tua senantiasa membimbing kehidupan anak

maka disinilah keharmonisan dalam suatu keluarga akan terjadi.

biasanya pada suatu keluarga yang kedua orang tuanya sibuk dengan dengan
pekerjaannya masing-masing dimana keduanya sering meninggalkan rumah serta
kurangnya perhatian terhadap urusan rumah tangga dan menyerahkan segalanya
kepada pembantu, sehingga hubungan antara ayah, ibu, dan anak dirasakan longgar
dan kurang dihayati kehadirannya, pengaruhnya walau resmi dan lengkap jumlahnya
tapi tidak dirasakan dan dihayati secara lengkap oleh anggota keluarganya, keluarga
semacam ini sering dinamakan keluarga pecah semu ” Quase Broken Home” hal ini
akan berpengaruhi sekal terhadap pendidikan serta perkembangan akhlak anak.88

c. Faktor lingkungan

Iingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dipisahkan oleh anak

karena “lingkungan adalah tempat dimana anak bisa tumbuh dan berkembang, dan

“lingkungan pula menyajikan kepadanya seperangkat pola, perilaku, kebiasaan,

8 8 M.I Solaiman Pendidikan Dalam Keluarga, ( Bandung : CV Alfabeta, 2001), Cet Ke 2


H. 12
aturan, sistem, nilai, pandangan, dan patokan hidup”. 99 membawa kemana arah

akhlak dan tingkah laku anak berjalan “ kondisi masyarakat yang berada

dilingkungan yang kumuh (Slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak

pengangguran , berandalan misalnya akan sangat mempengaruhi akhlak dan serta

aktifitas belajar anak paling tidak anak tersebut akan menemukan kesulitan untuk

mencari teman belajar dan beribadah”.1010

d. Faktor Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “ proses

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan”1111.

Dari pernyataan di atas penulis menegaskan bahwa pendidikan sangatlah

berpengaruh dalam merubah akhlak anak didik dikarenakan pendidikan merupakan

sarana untuk merubah tingkah laku seseorang tentunya kita sudah pasti bisa

membedakan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak

berpendidikan baik dari segi bicara, bahasa yang digunaka, serta cara bersosialisasi di

tengah-tengah masyarakat.

Sering kita melihat anak didik yang berperangai kurang baik, itu sebenarnya

9 9 Ibid. H. 46

10 10 Muhibbin Syah Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), cet ke 3
H. 138
11 11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Ed Ke 2
mereka kurang perhatian dari orang tua dan biasanya kurang pearhatian tersebut di

lampiaskan di ruangan kelas dengan bicara yang kurang senonoh yang

mengakibatkan kegaduhan di dalam kelas, dari segi ini apabila seorang pendidik

kurang mengerti terhadap kemauan anak dan juga lembaga pendidikan yang kurang

memberikan penyuluhan maka pasti anak didik tersebut akan lebih buruk

kelakuannya.

Orang tua akan lebih dihormati aleh anaknya apabila anaknya diberikan

pendidikan yang optimal yang akan merubah tata lakunya apalagi jika anaknya

tersebut dididik di lembaga pendidikan yang dipadu dengan pondok pesantren yang

akan menambah wawasan keagamaan kepada anak sehingga anak terbiasa

berkelakuan yang baik sesuai dengan yang di anjurkan oleh lembaga yang dipadu

dengan pondok pesantren tersebut.

a. Faktor Media

Dewasa ini di setiap masyarakat mulai dari masyarakat pedesaan hingga

masyarakat perkotaan sudah menggunakan dan menikmati apa yang dinamakan

media komunikasi baik media cetak maupun media elektronik apalagi dengan media

televisi, dahulu ketika televisi belum merambah ke pedesaan pada malam hari suasan

pedesaan masih ramai dengan anak-anak bermain tapi sekarang suasana pedesaan

terlihat sepi meskipun baru sekitar pukul 20.00 WIB. anak-anak kebanyakan berada

di rumah mereka lebih senang menonton televisi daripada bermain di halaman rumah.

Televisi di duga sangat berpengaruh sekali terhadap anak-anak, karena Televisi


mempengaruhi kegiatan belajar anak, menghambat imajinasi, Kreatifitas, dan

sosialibitas mereka, selain itu Televisi juga lewat tayangan-tayangan yang penuh

dengan kekerasan, dianggap membuat orang menjadi kurang peka terhadap kekerasan

yang terjadi di sekitar mereka.

Memang, karena televise menggunakan plot yang rumit, kilas balik, dan
persepektif waktu yang banyak pemirsa tidak sempat berpikir lagi dan
menghubungkan adegan- adegan berikutnya. Gambar televisi berlangsung begitu
cepat sehingga anak-anak tidak memikirkan lagi apa yang terjadi dan menduga apa
yang akan terjadi. Anak pun bersikap pasif dan terbawa hanyut oleh tayangan televisi
Hingga saat ini kita memang kekurangan data empiris mengenai pengaruh televisi
di Negara kita. Temuan penelitian yang ditemukan Deppen. Lekknas dan LIPI tahun
1977/1978 sangat memperihatinkan. Yakni akibat masuknya televisi di pedsaan, pola
kehidupan warga telah banyak berubah, anak-anak sekolah menjadi mundur dalam
pelajaran, karena waktu malamnya dihabiskan untuk nonton Televisi, bukan untuk
belajar, prekuensi untuk membolos dari sekolah dan mengaji lebih tinggi, keadaan
sekarang mungkin lebih buruk lagi, mengingat sekarang lebih banyak lagi saluran
televisi dengan acara hiburan yang lebi menarik. Sebagian diantaranya melakukan
penyiaran 20 jam bahkan lebih setiap hari.
Penelitian terbaru (1997) yang dilakukan Fakultas Psikiologi Universitas
Indonesia pusat lembaga kemasyarakatan dan budaya, lembaga penelitian UI dan
pemda DKI Jakarta, atas 1.754 remaja dari berbagai kelompok sosial di Jakarta
menunjukan bahwa bagi semua remaja, fungsi acara televisi lebih menonjol sebagai
katarsis alih-alih untuk membentuk opini dan sarana belajar memecahkan masalah.
Dosen Universitas Parahyangan Bandung menyatakan bahwa budaya menonton
televisi membuat rasional tidak berkembang, hati nurani membeku, serta orang lebih
mudah lari dari tanggung jawab bila menghadapi suatu persoalan.1212

Melihat dari pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa banyak sekali

dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat media televisi apalagi di tingkat anak-

anak karena televisi akan menghanyutkan imajinasi mereka yang ahirnya membuat

12
12 Deddy Mulyana Nuansa–Nuansa komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2001), Cet
Ke 2 H. 142
anak-anak malas belajar dan mereka lebih suka menghayal terhadap apa yang

tayangkan di televisi.

e. Pengaruh Sinetron Relegis Terhadap Perkembangan Akhlakul Karimah

Anak

Televisi sebagai salah satu produk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

harus diakui telah banyak memberikan pengaruh bagi masyarakat baik pengarus

positif maupun pengaruh negatif bahkan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian

penting yang terjadi di belahan dunia begitu cepat diketahui ini merupakan salah satu

pengaruh adanya televisi kita bisa begitu mudah mendapatkan informasi.

Disamping itu juga beberapa televisi swasta ahir-ahir ini kerap menayangkan

tayangan-tayangan yang bersifat religi tentu saja tayangan ini amat sangat

berpengaruh terhadap pembinaan perkembangan akhlak anak karena dalam tayangan

ini penonton lebih bayak disajikan dengan perilaku-perilaku orang yang taat

beragama serta kebahagiaan yang mereka dapatkan.

Dari uraian diatas secara tidak langsung anak pun akan tergugah hatinya untuk

melakukan kebijakan dan akan menjauhi segala perbuatan yang tercela dikarenakan

mereka ingin memperoleh yang sesuai dengan yang di ceritakan di televisi, “dengan

televisi ide-ide moderenisasi pembangunan, dan pembinaan moral dapat begitu

mudak disebarkan keseluruh pelosok karena televisi merupakan media paling ampuh

dalam penyampaian pesan-pesan kepada masyarakat karena televisi mampu melintasi


ruang dan waktu,1313

13 13 Azyumardi Azra Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak & Remaja ( Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu 2001), Cet Ke 1 H. 92

Anda mungkin juga menyukai