PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah),
adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-
thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).[1]
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan
manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu
ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-
petunjuk kepada manusia,bagaimana cara berbuat kebaikan dan
menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau
kriteria suatu perbuatan.
2. Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk
ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia
untuk melakukan suatu perbuatan.[2]
Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S.
al-ahzab,33:21)
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.[3]
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari
beberapa pendapat para ahli :
a. Ibnu Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau
mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan
pertimbangan terlebih dahulu.
3|Page
b. Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan,
menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di
perbuat.
c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-
sifat
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan
pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut
baik atau buruknya dalam pandangan manusia.[4]
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan
bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu
perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih
dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya
bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1) Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh
naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek
moyangnya.
2) Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan
manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta
merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang
nyata)
3) Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat
kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin)
karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham) dari allah swt.
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
« وبِذ ِلك ُأ ِم ْرتُ وأنا ِمن،ُس ِكي ومحْياي ومماتِي ِ َلِل ِ ربِ ا ْلعال ِمين ل ش ِريك له
ُ إ ِ َن صَلتِي و ُن
ِ ال َل ُهمَ ا ْه ِدنِي ِِلحْس ِن ْاِلعْما ِل وأحْس ِن ْاِل ْخَل.ا ْل ُم ْس ِل ِمين
وقِنِي سيِئ،ق ل ي ْهدِي ِِلحْسنِها إ ِ َل أ ْنت
أ ْنت إ ِ َل سيِئها ي ِقي ل ِ ْاِل ْخَل
ق وسيِئ » ْاِلعْما ِل
٤ ُ ولم ي ُكن لَ ۥه ُ ُكفُ ًوا أحد٣ لم ي ِلد ولم يُولد٢ ُ صمد َ قُل هُو
َ ١ ٱلِلُ أحد
َ ٱلِلُ ٱل
“1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia." [QS. al-Ikhlash [112] :1–4]
Dan pula dalam ayat yang lain.
ِ ٱۡلنس إِ َل ِليعبُد
٥٦ ُون ِ وما خلقتُ ٱل ِج َن و
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” [QS. alDzariyat [51]: 56]
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai Al Khalik (Pencipta).Sehingga Akhlak kepada Allah dapat
diartikan, “Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa
dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri
manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT (sebagai Al Khalik).Umat
Islam diwajibkan berakhlak baik kepada Allah SWT dengan bertaqwa
kepadaNya, Allah SWT yang telah menjadikan umat Islam dengan sebutan
sebagai Umat Terbaik (Khoiru Ummah).
Akhlak kepada Allah SWT adalah contohnya dengan,[10]
1. Bertauhid kepadaNya (QS. al-Ikhlash [112] :1–4; QS. alDzariyat
[51]: 56),
2. Menaati perintahNya (QS. Ali ‘Imran [3]: 132),
3. Ikhlas dalam semua amal (QS. al-Bayyinah [98]: 5),
4. Tadlarru’ dan khusyu’ dalam beribadah (QS. al-Fatihah [1]: 6),
5. Berdoa dan penuh harapan pada Allah SWT. (QS. al-Zumar [39]:
53),
6. Berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah (QS. Ali ‘Imran [3]:
154),
7. Bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali
‘Imran [3]: 159),
8. Bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7), dan
9. Bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan (QS. al-Tahrim [66]:
8).
Alasan Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah SWT
Menurut Kahar Mashyur, ada 4 (empat) alasan manusia perlu berakhlak
kepada Allah SWT, yakni:[11]
1. Allah yang menciptakan manusia.
Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari
tulang punggung dan tulang rusuk.
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?.
Dia tercipta dari air yang terpancar. Yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada.
[at-Thariq: 5-7]
2. Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera.
Berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari,
disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” [Q.S an-Nahl : 78]
3. Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia.Seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
lainnya. [Q.S al-Jatsiyah :12-13]
4. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan didaratan dan dilautan.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami
angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [Q.S al-Isra’ : 70]
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sumber segala
sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta
jagad raya dengan segala isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta
yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup
dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga jika hal ini
mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terealisasi dalam
realita bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam
berakhlak.
G. Akhlakul Karimah
Kata “ Akhlak” berasal dari bahasa Arab “ Khulqun” yang berarti
suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku tanpa
membutuhkan banyak akal dan pikiran.[15] Sedangkan akhlak karimah
(mahmudah) adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang bisa
juga dinamakan “fadilah” (kelebihan).[16]
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan Akhlak Mahmudah
yang dimiliki seseorang misalnya jujur, bersikap baik terhadap tetangga
dan tamu, itu dinyatakan sebagi gerak jiwa dan gambaran batin seseorang
yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Al Gahzali menerangkan
adanya pokok keutamaan yang baik, antara lain mencari hikmah, bersikap
berani, bersuci diri, berlaku adil.[17]
َم ْن دَ َّل َءلَى َخي ٍْر: سلَّ َم َ صلّى هللا ُ َءلَ ْي ِه َو ُ قَا َل َر: ي هللاُ َء ْنهُ قَا َل
َ ِسو هللا ِ َو َء ْن أبِي َم ْسعُو ٍد َر
َ ض
أ َ ْخ َر َجهُ ُم ْس ِلم. فَلَهُ ِمثْ ُل أَجْ ِر فَا ِء ِل ِه.
Dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu Anhu berkata “ Rasulullah SAW
bersabda ,” Barang siapa yang menunjukan kepada sebuah kebaikan,
maka baginya pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR.Muslim) Hadits ini shahih, Muslim 1018
Hadits ini membuktikan, bahwa seorang yang menunjukan orang
lain kepada sebuah kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti
orang yang mengerjakannya. Isi hadits ini sama seperti sabda rasulullah
SAW:
األ ْسالَ ِم كَا نَ لَهُ أ َ ُج ُر هَا َوأ َ ْج ُر َم ْن َع ِم َل بِ َها
ِ سنَةً فِى
َ سنَّةً َح َ َم ْن.
ُ س َّن
“Barang siapa yang melakukan sunnah yang baik di dalam Islam maka ia
akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang melaksanakannya.”
Kata “ menunjukan” yang tercantum dalam hadits merupakan
isyarat bahwa orang tersebut tidak melakukannya. Ia berusaha
mendapatkan kebaikan dengan cara menujukan orang lain kepada
kebaikan tersebut. Kata kebaikan yang tertera di dalam hadits mencakup
semua kebaikan dunia dan akhirat.[18]