Resume ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah: Ilmu Akhlak Dosen Pengampu: Dr. Eep Sopwana Nurdin, S.Psi.I, M.Ud.
Disusun oleh: SITI AULIA RACHMANIAR 1232100018
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TAHBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2023 RESUME BAB I ILMU AKHLAK A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak ➢ Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethes” yang berarti adat suatu kaum. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki baik buruknya perbuatan manusia sejauh yang diketahui akal dan pikiran. Seperti, mencuci tangan sebelum makan. ➢ Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti kebiasaan. Menurut James Rachles, moralitas adalah usaha untuk membimbing tindakan seseorang dengan akal. Menurut Franz Magnis, moral mengacu pada baik, buruknya manusia sebagai manusia. Seperti, tidak berkelahi dengan teman. ➢ Akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu “khuluqun” yang berarti budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat. Secara Istilah akhlak merupakan pengetahuan tentang benar atau salah, mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak merupakan sifat yang tertanam di dalam diri seseorang yang dilakukan secara spontan, berulang-ulang dan tidak dalam paksaan (tanpa perlu memikirkan apapun). B. Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak ➢ Etika 1) kebiasaan yang bersumber pada adat istiadat, 2) sumber pemikiran berasal dari kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat, 3) mengukur harkat dan martabat kemanusiaan, 4) bersifat temporer dan lokal. ➢ Moral 1) digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, peringai, kehendak, pendapat, atau perbuatan, 2) sumber pemikiran berasal dari norma-norma yang berlaku pada masyarakat, 3) berada pada dataran praktis dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang, 4) bersifat temporer dan lokal. ➢ Akhlak 1) sikap dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaan, 2) sumber pemikiran berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, 3) mengacu pada gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik, 4) bersifat universal dan abadi. C. Ruang Lingkup Akhlak Secara sederhana ruang lingkup akhlak sering dibedakan menjadi tiga. 1. Allah, akhlak terhadap allah atau pola hubungan manusia dengan Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia terhadap Allah. Hubungan manusia kepada Allah meliputi beribadah, berdzikir, dan bersyukur kepada-Nya. 2. Manusia, akhlak terhadap manusia dapat digolongkan menjadi tiga: 1) terhadap diri sendiri yaitu menjaga jasmani dan rohani, 2) terhadap keluarga yaitu berbakti kepada kedua orang tua, menghormati hak hidup anak, membiasakan bermusyawarah, bergaul dengan baik, dan menyantuni saudara yang kurang mampu, 3) terhadap orang lain yaitu saling membantu dan tolong-menolong. 3. Alam, akhlak terhadap alam akan mengurangi bencana alam yang terjadi dengan cara melestarikan dan mengembangkan potensi alam. D. Dasar-dasar Akhlak Sumber utama akhlak adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an menentukan bagaimana sepatutnya kelakuan manusia. Al-Qur’an juga menentukan perkara yang baik dan yang tidak baik. Karena itu Al-Qur’an menjadi sumber yang menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini. a. Dalam QS. Al-Qalam (68) ayat 4: َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخلُق عَظِ يْم “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” b. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: ُسولُه ُ ان فيك خلتين يحبهما هللا عز وجل ور، يا أشج:سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم ُ قال ر ُ يا ر: فقال.ُ ْالحِ ْل ُم و ْاْلناة: وما هُما؟ قال:قال ِ ُخلت،ِسول هللا ان تخلقتهما أو جبلني هللا عز وجل ِ ِ ُ ْالح ْمد: فقال. بل هللا تعالى جيلك عليهما:عليهما؟ قال ُلِل الذِي جبلنِي على ُخلُقي ِْن يُحِ بُّ ُهما ّللا سولُهُ صلى هللا عليه وسلم ُ عز وجل ور Rasulullah bersabda, “Wahai Asyaj! Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai: sifat santun dan tidak tergesa-gesa.” Dia bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kedua akhlak tersebut merupakan hasil usahaku, atau Allahkah yang telah menetapkan keduanya padaku?” Beliau menjawab, “Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu.” Dia berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlak yang dicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya.” (HR. Abu Dawud) E. Tujuan Akhlak Tujuan pokok nya adalah agar berbudi pekerti dan bertingkah laku baik dan mulia sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, ada dua tujuan daripada berakhlak, yaitu: 1) secara umum, akhlak membentuk kepribadian seorang muslim agar memiliki akhlak mulia secara lahir dan batin, 2) secara khusus, untuk mengetahui tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW, menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah, dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. F. Proses Pembuatan Akhlak Menurut Hamzah Ya’kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak di tentukan oleh 2 faktor, yaitu Faktor Internal dan Eksternal. 1. Faktor Internal, faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir pada pengaruh-pengaruh luarnya. Unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan akhlak: a) instink (naluri), merupakan kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya, b) kebiasaan, merupakan perbuatan yang selalu di ulang-ulang menjadi mudah dikerjakan, c) keturunan, d) keinginan atau kemauan yang keras, dan e) hati nurani. 2. Faktor Eksternal, faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan manusia yaitu meliputi: a) lingkungan, b) pegaruh keluarga, dan c) pengaruh sekolah. Adapun proses pembentukan akhlak melalui beberapa tahapan: 1) qudwah / Uswah (keteladanan), 2) ta’lim (pengajaran), 3) ta’wid (kebiasaan), 4) targhib (reward), dan 5) tarhib (punishment). G. Kedudukan Akhlak dalam Perspektif Islam 1. Akhlak sebagai Tema Sentral Islam Meskipun secara harfiyah Al-Qur’an hanya menyebut dua kali kata khuluq, namun demikian dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 1.500 ayat yang mengandung ajaran-ajaran mengenai akhlak, baik secara teoritis maupun berupa tuntunan praktis. Atas dasar ini hampir seperempat kandungan Al-Qur;an berbicara tentang akhlak. Demikian pula di dalam hadis Nabi SAW, sangat banyak teks hadits yang berhubungan erat dangan akhlak, baik teoritis maupun praktis, sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa akhlak menempati posisi sangat penting dala Islam. 2. Akhlak sebagai Ukuran Keimanan Seseorang Selain sebagai sentral ajaran Islam, akhlak dalam Islam juga dijadikan Allah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat kebaikan akhlaknya. Dalam beberapa rujukan, akhlak itu identik dengan ihsan karena dalam akhlak terdapat unsur berbuat dengan sebaik-baiknya. BAB II URGENSI ILMU AKHLAK A. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam islam akhlak memiliki kedudukan yang sangat strategis karena ia merupakan parameter kualitas diri dalam hidup di dunia. Urgensi akhak tergambar jelas dalam Al-qur’an yang mana Allah langsung memuji utusan- Nya sebagai pribadi luhur. Allah menerima sholat seseorang bukan karena ia seorang hamba, tetapi lebih kepada kemuliaan akhlaknya, seperti Ikhlas tanpa pamrih, tidak bekerja kerana atasan, menyantuni anak yatim, orang miskin, orang yang terkena musibah, tidak bermaksiat. Bila akhlak kita belum baik , maka sholat kita tidak di terima, lebih dari itu jika kita belum mampu mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar, sebenarnya kita telah gagal dalam ritual sholat, dan kepribadian kita di ragukan. Selanjutnya akhlak juga dapat menentukan seseorang beriman atau tidak. “Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi allah ia tidak beriman. Para sahabat pun bertanya, Siapakah meraka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetannganya (HR. Muslim). Hadist tersebut secara nyata mengandung arti bahwa myakinkan orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya di anggap tidak beriman, selama ini mungkin kita sering menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai suatau biasa, sesuatu yang tidak berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalua kita mengetahui ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruh terhadap keimanan. B. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak Beberapa manfaat mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut: 1) memberikan kemudahan dalam mempelajari ilmu lain, 2) menyempurnakan iman, 3) masuk surga, dan 4) mendapatkan keselamatan di hari akhir. C. Penerapan Akhlak di Kehidupan Sehari-hari Penerapan akhlak dalam kedidupan sehari- hari adalah memperhatikan etika sosial saat berkomunikasi dengan orang lain dan hindari sifat egoisme atau kepentingan untuk memuaskan diri sendiri atau golongan yang membuat kita lupa akan hak-hak orang lain. ➢ Akhlak yang baik dapat menjaga kelangsungan hidup manusia, karena akhlak yang baik itu antara lain: 1) menciptakan manusia sebagai makhluk berkelakuan yang mulia, baik di hadapan Allah, maupun di hadapan sesama manusia dan sesama makhluk lain-nya, 2) membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain (melalui perangainya), 3) menciptakan manusia mencapai kedudukan yang tinggi dan sempurna menurut fitrah kemanusiaan, 4) menjaga kelangsungan hidup manusia, dengan menciptakan masyarakat yang tentram dan sejahtera. ➢ Adapun akhlak yang menjadikan manusia muslim yang sempurna ialah tesimpul dalam: 1) budi pekerti yang dipraktekan untuk diri sendiri dan keluarga, 2) budi pekerti yang diwujudkan dalam kenyataan untuk kemaslahatan dan kesejahtraan masyarakat, 3) budi pekerti yang diperjuangkan untuk kemakmuran dan kejayaan negara, tanah air, dan pemerintahan. BAB III ANALISIS PEMBENTUKAN AKHLAK DAN PERBUATAN MANUSIA A. Analisis Pembentukan Akhlak Muhammad Athiyahal-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan ahklak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Ada sebagian ahli menyatakan bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. B. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak Menurut H. A. Mustafa, ada 6 faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak, yaitu: 1) naluri, menurut James seperti dikutip Mustafa, naluri adalah suatu alat yang dapat menghasilkan tindakan yang mengarah pada suatu tujuan dengan terlebih dahulu memikirkan tujuan tersebut dan tanpa perlu mempraktikkan gerakan sebelumnya. Naluri manusia itu berbeda-beda. Naluri dibagi menjadi beberapa macam: a) naluri pelestarian diri, b) naluri untuk melindungi lawan jenis, c) naluri merasa takut 2) arketipe bawaan, pada awal perkembangan psikologi, terdapat pandangan bahwa kelahiran manusia itu sama, yang membedakan hanya faktor pendidikan. Namun terdapat pandangan baru yaitu, tidak ada dua orang yang muncul dari dunia eksistensi yang identik secara fisik, mental, dan moral. Terdapat teori yang memunculkan permasalahan turunan, yaitu: a) ciri-ciri bawaan manusia, b) ciri-ciri etnis 3) lingkungan, ada dua jenis lingkungan, yaitu: a) lingkungan alam, kelangsungan hidup suatu organisme hidup bergantung pada kondisi lingkungan tempat ia hidup. Jika lingkungan tidak sesuai bagi tubuh, maka tubuh akan melemah dan mati, b) lingkungan sosial, segala sesuatu adalah hasil kemajuan manusia. Jika ia dapat maju sedikit maka lingkungan sosial akan banyak mengendalikannya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau beradaptasi dengannya. 4) Kebiasaan, orang berbuat baik atau buruk karena ada dua unsur kebiasaan, yaitu: a) bergairah tentang profesinya, b) terima preferensi ini, yang pada akhirnya mengarah pada tindakan, dan menjadi kebiasaan yang diulang-ulang. 5) kehendak, suatu tindakan ada atas dasar kemauan dan bukan akibat kemauan. Ada dua jenis tindakan sukarela, yaitu terkadang pendorong dan terkadang penolak. Artinya, terkadang mendorong energi masyarakat untuk bertindak, seperti mendorong membaca, menulis atau berbicara dan terkadang melarang tindakan, seperti berkata atau berbuat. Kehendak juga bisa rusak. Ada beberapa cara untuk mengobatinya, yaitu: a) ketika kemauan lemah, hal itu dapat diperkuat melalui pelatihan, b) sangat penting bagi kita untuk tidak membiarkan keinginan kita hilang tanpa batasan agama, karena hal ini akan melemahkan keinginan tersebut, dan c) bila kemauan kuat tetapi batinnya sakit, maka ia mengarah pada dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, obatnya adalah dengan mengarahkan jiwa ke jalan yang baik. 6) pendidikan, dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan perilaku moral seseorang, beberapa unsur yang diperlukan dalam pendidikan untuk mampu menjadi agen perubahan sikap dan perilaku manusia adalah: a) guru, b) materi pembelajaran, c) metode pengajaran, dan d) lingkungan sekolah. C. Analisis Perbuatan Manusia 1. Etika dan Moral dalam Tindakan Manusia Etika dan moral adalah dua konsep penting dalam tindakan manusia yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain serdapat membantu manusia untuk memahami dan mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan serta konsekuensi dari tindakan tersebut. 2. Faktor yang Mempengaruhi Perbuatan Manusia Menurut Hamzah Ya’Kub, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perbuatan manusia pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal, berasal dari dalam diri setiap orang, yaitu sifat murni, bakat bawaan sejak manusia dilahirkan dan mengandung pengertian akan kesucian segala sesuatu, antara lain: 1) naluri, kemampuan untuk melakukan hal-hal yang rumit tanpa latihan terlebih dahulu, 2) kebiasaan, salah satu faktor penting dalam membentuk moralitas adalah kebiasaan atau adat istiadat, 3) kemauan keras, seseorang bisa bekerja hingga larut malam dan bersekolah di negeri yang jauh berkat kekuatan azam (kemauan yang kuat). b. Faktor Eksternal, faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku dan tindakan manusia, antara lain: 1) lingkungan, lingkungan sosial mempunyai kemampuan mempengaruhi pikiran, sifat kepribadian dan perilaku, 2) pengaruh keluarga, orang tua merupakan pusat kehidupan spiritual, penyebab mengetahui dunia luar tentang sikap, cara bertindak dan berpikir di masa depan. D. Konsep Tanggung Jawab dalam Perbuatan Manusia 1. Dalam konteks hukum, tanggung jawab terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: a) tanggung jawab hukum, kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan hukum, b) tanggung jawab moral, kewajiban seseorang untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dihadapan Tuhan, dan c) tanggung jawab sosial, kewajiban seseorang untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dihadapan masyarakat. 2. Dalam Islam, tanggung jawab juga terkait dengan akhlak. Seorang muslim harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan harus memperbaiki akhlaknya agar tidak melakukan perbuatan yang buruk. BAB IV UNSUR-UNSUR JASMANIYAH DAN RUHANIYAH A. Unsur Jasmaniyah Jasmani (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri dari struktur organisme fisik yang disebut dengan jasad. Setiap manusia lahir dengan jasad yang berbeda dengan jasad mahkluk lainnya. Jasad manusia lebih disempurnakan, terlahir dari setetes air yang hina, dan semua unsurnya berasal dari tanah yang mana semuanya akan kembali lagi ke tanah. Ciri-ciri jasmani: a) bersifat materi yang tercipta karena adanya proses (tahap), b) adanya bentuk yang berupa kadar atau dan bisa disifati, c) eksistensinya menjadi wadah ruh, d) terikat oleh ruang dan waktu, e) hanya mampu menangkap yang konkret bukan yang abstrak, dan f) substansinya temporer dan hancur setelah mati. B. Unsur Ruhaniyah Unsur ruhaniyah adalah unsur kedua dalam diri manusia yang dititipkan ke dalam janin berusia 120 hari. Ruh itu berasal dari Allah SWT, karena Allah memiliki sifat suci dan baik, maka apa yang berasal dari Allah pun (ruh) memiliki sifat suci dan baik. Unsur ruhaniyah bersumber dari beberapa bagian, antara lain: a) akal, Az-Za’balawi akhirnya menemukan makna kata akal dalam Lisanul Arab Muhiitf al Muhith, yakni: 1) akal sebagai kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang berbahaya dan bermanfaat, 2) akal merupakan anugrah Allah yang diberikan kepada manusia, tidak kepada makhluk-makhluk lain, agar manusia mampu memahami dirinya sendiri dan alam sekitarnya, 3) akal adalah alat bagi manusia untuk memahami agama Allah yang di kehendaki- Nya dan syari’at-Nya yang di ridhai-Nya untuk hamba-Nya, agar dengan itu kehidupan manusia menjadi lurus. b) nafsu, ruh ini ketika bercampur dengan jasad akan berubah menjadi nafs yang sifatnya tidak akan murni membawa sifat taqwa tetapi akan bercampur dengan sifat fujur (potensi keburukan) yang terkandung dalam jasad. Fitrah nafs ini memiliki tiga komponen pokok, yaitu nafsu, akal dan qalbu yang saling berinteraksi dan terwujud dalam bentuk kepribadian. Ada tiga macam nafsu, yaitu: 1) nafsu amarah, yaitu jiwa yang selalu mendorong pemiliknya membangkang perintah Allah, selalu mengarahkan kepada keburukan, cenderung pada hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan mengikuti bujuk rayu syaithan; 2) nafsu lawwamah, timbul penyesalan walaupun itu datangnya belakangan. Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan mulai timbul penyesalan atas pelaksanaan tersebut, pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan tersebut dilarang oleh-Nya, dan 3) nafsu muthmainnah, yaitu jiwa yang selalu patuh kepada tuntunan Ilahi dan merasa tenang dengan-Nya. Ia selalu cenderung kepada hal-hal positif, ini adalah nafsu yang dirahmati Allah. c) Qalbu, menurut Al-Ghazali adalah suatu elemen yang bersifat halus dan bersifat ketuhanan yang tidak nampak dengan mata kasar dan amat berperanan penting didalam analisis sesuatu perkara atau ilmu yang di peroleh. C. Cara Mengatasi Unsur-Unsur Jasmaniyah dan Ruhaniyah. 1) Unsur Jasmani • Memenuhi asupan makanan yang baik dan halal. • sombong ketika fisiknya sempurna yang memiliki kelebihan cantik/tampan. • Selalu mensyukuri nikmat apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. 2) Unsur Rohani • Memperluas dan memperdalam ilmu agama, bisa dilakukan dengan mengikuti ceramah kemudian mencoba mengamalkannya secara perlahan atau bertahap. • Tadabbur atau memperdalam Al Quran, bisa dilakukan dengan membaca Al Quran lalu memahami isi dan kandungan Al Quran tersebut dan mengamalkanya. • Berdzikir, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. • Menghindari sifat sifat tercela, bisa dilakukan dengan perlahan dan bertahap. • Mempersiapkan diri dengan sifat sifat terpuji, bisa dila kukan dengan memperbaiki shalat, melakukan shalat sunnah, sering membaca dan menghafalkan Al Quran, berdzikir, bersedekah dan amalan baik lainya. BAB V EMPAT FITRAH MANUSIA A. Pengertian Fitrah manusia Fitrah diambil dari bahasa Arab yaitu “fathoro” yang berarti “membuka” atau “menguak”, juga dapat diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ciptaan. Secara terminology kata fitrah memiliki makna sifat dasar manusia yang telah ada sejak manusia tersebut berada di dalam kandungan oleh Allah untuk menghadapi kehidupan dan sebagai sarana untuk mengenalnya. Dalam Alquran, kata fitrah telah terdapat dalam 19 ayat. Namun secara jelasnya, kata fitrah ada dalam Surat Ar Rûm ayat 30. Allah berfirman dalam ayat tersebut, ِ َّللا ٰذ ِلك َّالد ْي ُن ا ْلقَ ِي ُم َو ٰل ِكن ِٰ ق ِ علَ ْيهَا َل ت َ ْب ِد ْي َل ِل َخ ْل َ اس َ ّللا الَّت ِْي َف َ َّط َر الن ِ َفا َ ِق ْم َو ْج َهكَ ل ِ ٰ َِلدي ِْن َحنِ ْيفًا ِف ْط َرت ِ َّا َ ْكث َ َر الن َاس َل يَ ْعلَ ُم ْون Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum : 30). B. Jenis-jenis Fitrah Manusia memiliki empat fitrah alami yang Allah berikan yaitu kesucian, kepandaian, kesempurnaan, dan kemuliaan. Di samping itu manusia mempunyai dosa atas empat fitrah tersebut, kemudian dosa-dosa ini dibagi menjadi empat macam: 1) Rububiyah, yaitu sifat “ketuhanan” yang terdapat pada diri manusia yang apabila telah menguasai diri manusia maka ia ingin menduduki jabatan yang tinggi, menguasai ilmu apa saja, suka memaksa orang lain dan tak mau direndahkan, maunya hanya dipuji. Misalnya sifat sombong, bangga, pemaksa, suka pujian, gila kehormatan, kekayaan, serta mendambakan superioritas atas semua golongan. 2) Syaithaniyah, yaitu sifat “kesetanan” yang ada pada diri manusia yang apabila telah menguasai dirinya ia akan suka merekayasa dengan tipu daya dan meraih segala sesuatu dengan cara-cara yang jahat. Darinya bercabang sifat dengki, kelaliman, muslihat, tipu daya, kecurangan, kemunafikan, dan ajakan kepada bid'ah dan kesesatan. 3) Bahimiyah, yaitu sifat manusia berupa "kehewanan" yang apabila telah menguasai dirinya ia akan rakus, tamak, suka mencuri, makan berlebihan, tidur berlebihan, bersetubuh berlebihan, suk berzina, berperilaku homoseks dan lain sebagainya. Sifat bahimiyyah, yakni sifat yang mana kita senantiasa menuruti nafsu layaknya hewan, baik nafsu perut ataupun kemaluan. 4) Subu’iyah, yaitu sifat “kebuasan” yang apabila menguasai diri manusia ia akan suka bermusuhan, berkelahi, suka marah, suka menyerang, suka memaki, suka berdemo, anarkis, cemburu berlebihan dan lain sebagainya. Darinya bercabang sifat amarah, dendam, agresifitas kepada orang lain dengan cara memukul, mencaci maki, dan membunuh. Menurut Imam Al Ghazali empat sifat tersebut tidak tumbuh dan berkembang secara sekaligus tetapi melalui tahapan-tahapan atau secara berangsur-angsur. Sifat bahimiyah merupakan sifat yang mendominasi pertama kali, kemudian diiringi oleh sifat sabu'iyah. Lantas, bila keduanya telah menyatu, digunakan akal licik untuk melakukan tipu daya dan muslihat maka itulah syaithaniyah. Lalu terakhir, yang mendominasi ialah sifat rububiyah, yaitu kebanggaan, ketinggian, kedudukan, keangkuhan, dan superioritas atas seluruh makhluk. C. Mengelola fitrah dengan positif Fitrah manusia yang menjadi penyebab dosa sebagai mana yang dijelaskan diatas dapat dikendalikan dan diarahkan ke hal yang lebih positif, diantaranya: 1) Rububiyah, fitrah ini dapat dikendalikan dengan memanfaatkan nya kepada hal yang lebih baik seperti menjadi pemimpin, tidak mudah memasukan kedalam hati setiap ucapan orang lain, menyadari bahwa ada Allah yang lebih berhak atas kuasa dan kehebatan yang kita miliki. 2) Syaithaniyah, dapat dikendalikan dengan menjadi lebih berhati-hati, waspada, mampu mengadakan penyelidikan, kritis, teliti, bisa membedakan mana yang baik dan buruk. 3) Bahimiyah, dapat dikendalikan untuk hal-hal yang benar, seperti makan dan tidur secara teratur dan berhubungan seks setelah menempuh pernikahan. 4) Sabu’iyah, dapat dikendalikan menjadi pemberani, membela kebenaran, dan menolak kebatilan demi kemaslahatan. BAB VI AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK MADZMUMAH A. Akhlak Mahmudah Akhlak mahmudah adalah yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan fadilah (kebaikan). Menurut Imam al-Gazali, akhlak yang baik adalah yang menurut atau sesuai dengan akal dan syara'. Arti akhlak mahmudah adalah akhlak yang akan mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan. Macam-macam Akhlak Mahmudah: 1) akhlak mahmudah kepada Allah SWT a. Ikhlas, berarti suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat ikhlas, menjauhkan dari riya ketika melakukan amal yang baik. b. Taubat, merupakan niat yang sungguh-sungguh untuk meninggalkan segala kesalahan dan dosa-dosa besar melalui jalan ilmu, penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi atau disebut dengan taubat nasuha. c. Bersabar, yaitu dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya. d. Bersyukur, yaitu suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun nonfisik dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekatkan diri kepada-Nya. e. Bertawakal, yaitu berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan. f. Harap kepada Allah, yaitu sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah. g. Takut kepada Allah, takut terhadap siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya. 2) akhlak mahmudah kepada sesama a. Menjaga hubungan baik, seperti saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih, atau saling membantu dalam hal kebaikan. b. Berkata benar, membuat orang tidak akan mau berbohong, menyebarkan berita hoaks, dan selalu berkata jujur apa adanya. c. Tidak meremehkan orang lain, Allah memerintahkan orang yang beriman untuk tidak merendahkan orang lain. d. Bersangka baik, sifat terpuji yang harus diterapkan denga lahir dan batin, ucapan dan sikap, agar yang kita jalani selalu diridhai Allah SWT. e. Kasih sayang, sifat asli manusia yang telah dibawa sejak lahir. 3) akhlak mahmudah terhadap diri sendiri Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, ada juga akhlak terhadap diri sendiri. Allah telah berfirman dalam QS. Al- Isra Ayat 7 tentang kebaikan yang perlu dilakukan oleh manusia. ِ ُس ْنت ُ ْم ِ َل ْنف س ُك ْم َ س ْنت ُ ْم ا َ ْح َ ا ِْن ا َ ْح Artinya: Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. ➢ Berikut contoh akhlak mahmudah terhadap diri sendiri: a) memelihara kesucian dan kehormatan diri, b) qanaah atau menerima apa adanya pemberian dari Allah, c) berdoa kepada Allah, d) sabar dengan ketentuan Allah, e) tawakal kepada Allah, dan f) rendah hati. ➢ Contoh Akhlak Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari: a) baik kepada orang lain, b) berbicara sopan kepada orang yang lebih tua, c) menundukkan kepala apabila melewati orang yang lebih tua, d) mencium tangan orang tua jika ingin bepergian, e) selalu menyisihkan harta untuk orang yang membutuhkan. B. Akhlak Madzmumah Akhlak Madzmumah merupakan akhlak tercela yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Macam-macam akhlak madzmumah: 1) syirik, perbuatan menyekutukan atau menduakan Allah SWT. 2) riya, perbuatan menipu dirinya sendiri, orang lain, dan Tuhannya, karena apa yang dilakukan berbeda dengan hakikat perbuatannya. 3) takabur, merasa dan mengaku dirinya lebih (mulia, pandai, cakap, dan lain sebagainya) dari orang lain. Takabur juga disebut dengan sombong. 4) namimah, memanipulasi perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara keduanya. C. Dalil dari Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah ➢ QS. Al-'Ankabût Ayat 45 ب َوأَق ِِم الص َََّلةَ ۖ إِنَّ الص َََّلةَ ت َ ْنه َٰى ع َِن ا ْلفَحْ شَاءِ َوا ْل ُم ْنك َِر َولَ ِذ ْك ُر ِ اتْ ُل َما أُوحِ َي إِلَ ْيكَ مِ نَ ا ْل ِكتَا َصنَعُون َّ ّللا أَ ْكبَ ُر َو ْ َ ّللاُ يَ ْع َل ُم َما ت ِ َّ Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-'Ankabût[29]:45). ➢ QS. Al-An’am ayat 151 سانًا ۖ َو َل ت َ ْقتُلُوا َ علَ ْي ُك ْم ۖ أ َ َّل تُش ِْركُوا بِ ِه َ ش ْيئ ًا ۖ َوبِا ْل َوا ِل َدي ِْن إِ ْح َ قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما ح ََّر َم َربُّ ُك ْم َ َظه ََر مِ ْنهَا َو َما ب َطن َ ش َما َ ِۖأ َ ْو َل َد ُك ْم مِ ْن إِ ْم ََلق ۖ نَ ْح ُن نَ ْر ُزقُ ُك ْم َوإِيَّاهُ ْم ۖ َو َل تَ ْق َربُوا ا ْلفَ َواح ََق ۚ ٰذَ ِل ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَعَلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُون ِ ّللاُ إِ َّل بِا ْلح َّ س الَّتِي ح ََّر َم َ َو َل ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف Artinya: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (QS. Al-An’am[6]:151)
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita