Anda di halaman 1dari 19

RESUME MATERI ILMU AKHLAK

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah: Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu: Dr. Eep Sopwana Nurdin, S.Psi.I, M.Ud.

Disusun oleh:
SITI AULIA RACHMANIAR 1232100018

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TAHBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2023
RESUME BAB I
ILMU AKHLAK
A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak
➢ Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethes” yang berarti adat suatu
kaum. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki baik buruknya
perbuatan manusia sejauh yang diketahui akal dan pikiran. Seperti,
mencuci tangan sebelum makan.
➢ Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu “mores” yang berarti kebiasaan.
Menurut James Rachles, moralitas adalah usaha untuk membimbing
tindakan seseorang dengan akal. Menurut Franz Magnis, moral
mengacu pada baik, buruknya manusia sebagai manusia. Seperti, tidak
berkelahi dengan teman.
➢ Akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat. Secara Istilah akhlak
merupakan pengetahuan tentang benar atau salah, mengatur pergaulan
manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Akhlak merupakan sifat yang tertanam di dalam diri seseorang yang
dilakukan secara spontan, berulang-ulang dan tidak dalam paksaan
(tanpa perlu memikirkan apapun).
B. Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak
➢ Etika
1) kebiasaan yang bersumber pada adat istiadat,
2) sumber pemikiran berasal dari kesepakatan yang dibuat oleh
suatu masyarakat,
3) mengukur harkat dan martabat kemanusiaan,
4) bersifat temporer dan lokal.
➢ Moral
1) digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, peringai,
kehendak, pendapat, atau perbuatan,
2) sumber pemikiran berasal dari norma-norma yang berlaku pada
masyarakat,
3) berada pada dataran praktis dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang,
4) bersifat temporer dan lokal.
➢ Akhlak
1) sikap dalam diri seseorang yang menjadi kebiasaan,
2) sumber pemikiran berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah,
3) mengacu pada gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan
perangai yang baik,
4) bersifat universal dan abadi.
C. Ruang Lingkup Akhlak
Secara sederhana ruang lingkup akhlak sering dibedakan menjadi tiga.
1. Allah, akhlak terhadap allah atau pola hubungan manusia dengan Allah
adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
terhadap Allah. Hubungan manusia kepada Allah meliputi beribadah,
berdzikir, dan bersyukur kepada-Nya.
2. Manusia, akhlak terhadap manusia dapat digolongkan menjadi tiga: 1)
terhadap diri sendiri yaitu menjaga jasmani dan rohani, 2) terhadap
keluarga yaitu berbakti kepada kedua orang tua, menghormati hak
hidup anak, membiasakan bermusyawarah, bergaul dengan baik, dan
menyantuni saudara yang kurang mampu, 3) terhadap orang lain yaitu
saling membantu dan tolong-menolong.
3. Alam, akhlak terhadap alam akan mengurangi bencana alam yang
terjadi dengan cara melestarikan dan mengembangkan potensi alam.
D. Dasar-dasar Akhlak
Sumber utama akhlak adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an menentukan
bagaimana sepatutnya kelakuan manusia. Al-Qur’an juga menentukan perkara
yang baik dan yang tidak baik. Karena itu Al-Qur’an menjadi sumber yang
menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini.
a. Dalam QS. Al-Qalam (68) ayat 4:
‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخلُق عَظِ يْم‬
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”
b. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
ُ‫سولُه‬
ُ ‫ ان فيك خلتين يحبهما هللا عز وجل ور‬،‫ يا أشج‬:‫سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫قال ر‬
ُ ‫ يا ر‬:‫ فقال‬.ُ ‫ ْالحِ ْل ُم و ْاْلناة‬: ‫ وما هُما؟ قال‬:‫قال‬
ِ ‫ ُخلت‬،ِ‫سول هللا‬
‫ان تخلقتهما أو جبلني هللا عز وجل‬
ِ ِ ُ‫ ْالح ْمد‬:‫ فقال‬. ‫ بل هللا تعالى جيلك عليهما‬:‫عليهما؟ قال‬
ُ‫لِل الذِي جبلنِي على ُخلُقي ِْن يُحِ بُّ ُهما ّللا‬
‫سولُهُ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫عز وجل ور‬
Rasulullah bersabda, “Wahai Asyaj! Sesungguhnya dalam dirimu ada
dua sifat yang Allah sukai: sifat santun dan tidak tergesa-gesa.” Dia
bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kedua akhlak tersebut merupakan
hasil usahaku, atau Allahkah yang telah menetapkan keduanya
padaku?” Beliau menjawab, “Allahlah yang telah mengaruniakan
keduanya padamu.” Dia berkata, “Segala Puji bagi Allah yang telah
memberiku dua akhlak yang dicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya.”
(HR. Abu Dawud)
E. Tujuan Akhlak
Tujuan pokok nya adalah agar berbudi pekerti dan bertingkah laku baik
dan mulia sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Prof. Dr. Rosihon Anwar,
M.Ag, ada dua tujuan daripada berakhlak, yaitu: 1) secara umum, akhlak
membentuk kepribadian seorang muslim agar memiliki akhlak mulia secara
lahir dan batin, 2) secara khusus, untuk mengetahui tujuan diutusnya Nabi
Muhammad SAW, menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah, dan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Proses Pembuatan Akhlak
Menurut Hamzah Ya’kub faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya akhlak di tentukan oleh 2 faktor, yaitu Faktor Internal dan
Eksternal.
1. Faktor Internal, faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang
suci yang merupakan bakat bawaan sejak lahir dan mengandung
pengertian tentang kesucian anak yang lahir pada pengaruh-pengaruh
luarnya. Unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukan akhlak: a)
instink (naluri), merupakan kesanggupan melakukan hal-hal yang
kompleks tanpa latihan sebelumnya, b) kebiasaan, merupakan
perbuatan yang selalu di ulang-ulang menjadi mudah dikerjakan, c)
keturunan, d) keinginan atau kemauan yang keras, dan e) hati nurani.
2. Faktor Eksternal, faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi
kelakuan manusia yaitu meliputi: a) lingkungan, b) pegaruh keluarga,
dan c) pengaruh sekolah.
Adapun proses pembentukan akhlak melalui beberapa tahapan: 1) qudwah /
Uswah (keteladanan), 2) ta’lim (pengajaran), 3) ta’wid (kebiasaan), 4) targhib
(reward), dan 5) tarhib (punishment).
G. Kedudukan Akhlak dalam Perspektif Islam
1. Akhlak sebagai Tema Sentral Islam
Meskipun secara harfiyah Al-Qur’an hanya menyebut dua kali
kata khuluq, namun demikian dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih
1.500 ayat yang mengandung ajaran-ajaran mengenai akhlak, baik
secara teoritis maupun berupa tuntunan praktis. Atas dasar ini hampir
seperempat kandungan Al-Qur;an berbicara tentang akhlak. Demikian
pula di dalam hadis Nabi SAW, sangat banyak teks hadits yang
berhubungan erat dangan akhlak, baik teoritis maupun praktis, sehingga
dari sini dapat disimpulkan bahwa akhlak menempati posisi sangat
penting dala Islam.
2. Akhlak sebagai Ukuran Keimanan Seseorang
Selain sebagai sentral ajaran Islam, akhlak dalam Islam juga
dijadikan Allah sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Kesempurnaan
iman seseorang dapat dilihat kebaikan akhlaknya. Dalam beberapa
rujukan, akhlak itu identik dengan ihsan karena dalam akhlak terdapat
unsur berbuat dengan sebaik-baiknya.
BAB II
URGENSI ILMU AKHLAK
A. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam islam akhlak memiliki kedudukan yang sangat strategis karena ia
merupakan parameter kualitas diri dalam hidup di dunia. Urgensi akhak
tergambar jelas dalam Al-qur’an yang mana Allah langsung memuji utusan-
Nya sebagai pribadi luhur.
Allah menerima sholat seseorang bukan karena ia seorang hamba, tetapi
lebih kepada kemuliaan akhlaknya, seperti Ikhlas tanpa pamrih, tidak bekerja
kerana atasan, menyantuni anak yatim, orang miskin, orang yang terkena
musibah, tidak bermaksiat. Bila akhlak kita belum baik , maka sholat kita tidak
di terima, lebih dari itu jika kita belum mampu mencegah diri dari perbuatan
keji dan munkar, sebenarnya kita telah gagal dalam ritual sholat, dan
kepribadian kita di ragukan.
Selanjutnya akhlak juga dapat menentukan seseorang beriman atau tidak.
“Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi allah ia tidak
beriman. Para sahabat pun bertanya, Siapakah meraka wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan
tetannganya (HR. Muslim). Hadist tersebut secara nyata mengandung arti
bahwa myakinkan orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya di anggap
tidak beriman, selama ini mungkin kita sering menganggap perbuatan jahat kita
kepada orang lain atau tetangga sebagai suatau biasa, sesuatu yang tidak
berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalua kita mengetahui ternyata
berakhlak jelek sangat besar pengaruh terhadap keimanan.
B. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Beberapa manfaat mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut: 1)
memberikan kemudahan dalam mempelajari ilmu lain, 2) menyempurnakan
iman, 3) masuk surga, dan 4) mendapatkan keselamatan di hari akhir.
C. Penerapan Akhlak di Kehidupan Sehari-hari
Penerapan akhlak dalam kedidupan sehari- hari adalah memperhatikan
etika sosial saat berkomunikasi dengan orang lain dan hindari sifat egoisme
atau kepentingan untuk memuaskan diri sendiri atau golongan yang membuat
kita lupa akan hak-hak orang lain.
➢ Akhlak yang baik dapat menjaga kelangsungan hidup manusia, karena
akhlak yang baik itu antara lain:
1) menciptakan manusia sebagai makhluk berkelakuan yang mulia,
baik di hadapan Allah, maupun di hadapan sesama manusia dan
sesama makhluk lain-nya,
2) membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain (melalui
perangainya),
3) menciptakan manusia mencapai kedudukan yang tinggi dan
sempurna menurut fitrah kemanusiaan,
4) menjaga kelangsungan hidup manusia, dengan menciptakan
masyarakat yang tentram dan sejahtera.
➢ Adapun akhlak yang menjadikan manusia muslim yang sempurna ialah
tesimpul dalam:
1) budi pekerti yang dipraktekan untuk diri sendiri dan keluarga,
2) budi pekerti yang diwujudkan dalam kenyataan untuk
kemaslahatan dan kesejahtraan masyarakat,
3) budi pekerti yang diperjuangkan untuk kemakmuran dan
kejayaan negara, tanah air, dan pemerintahan.
BAB III
ANALISIS PEMBENTUKAN AKHLAK DAN PERBUATAN MANUSIA
A. Analisis Pembentukan Akhlak
Muhammad Athiyahal-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi
pekerti dan ahklak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Ada sebagian ahli
menyatakan bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.
B. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Menurut H. A. Mustafa, ada 6 faktor yang mempengaruhi terbentuknya
akhlak, yaitu:
1) naluri, menurut James seperti dikutip Mustafa, naluri adalah suatu alat
yang dapat menghasilkan tindakan yang mengarah pada suatu tujuan
dengan terlebih dahulu memikirkan tujuan tersebut dan tanpa perlu
mempraktikkan gerakan sebelumnya. Naluri manusia itu berbeda-beda.
Naluri dibagi menjadi beberapa macam: a) naluri pelestarian diri, b)
naluri untuk melindungi lawan jenis, c) naluri merasa takut
2) arketipe bawaan, pada awal perkembangan psikologi, terdapat
pandangan bahwa kelahiran manusia itu sama, yang membedakan
hanya faktor pendidikan. Namun terdapat pandangan baru yaitu, tidak
ada dua orang yang muncul dari dunia eksistensi yang identik secara
fisik, mental, dan moral. Terdapat teori yang memunculkan
permasalahan turunan, yaitu: a) ciri-ciri bawaan manusia, b) ciri-ciri
etnis
3) lingkungan, ada dua jenis lingkungan, yaitu: a) lingkungan alam,
kelangsungan hidup suatu organisme hidup bergantung pada kondisi
lingkungan tempat ia hidup. Jika lingkungan tidak sesuai bagi tubuh,
maka tubuh akan melemah dan mati, b) lingkungan sosial, segala
sesuatu adalah hasil kemajuan manusia. Jika ia dapat maju sedikit maka
lingkungan sosial akan banyak mengendalikannya, sehingga ia dapat
mengubah lingkungan atau menguasainya atau beradaptasi dengannya.
4) Kebiasaan, orang berbuat baik atau buruk karena ada dua unsur
kebiasaan, yaitu: a) bergairah tentang profesinya, b) terima preferensi
ini, yang pada akhirnya mengarah pada tindakan, dan menjadi
kebiasaan yang diulang-ulang.
5) kehendak, suatu tindakan ada atas dasar kemauan dan bukan akibat
kemauan. Ada dua jenis tindakan sukarela, yaitu terkadang pendorong
dan terkadang penolak. Artinya, terkadang mendorong energi
masyarakat untuk bertindak, seperti mendorong membaca, menulis atau
berbicara dan terkadang melarang tindakan, seperti berkata atau
berbuat. Kehendak juga bisa rusak. Ada beberapa cara untuk
mengobatinya, yaitu: a) ketika kemauan lemah, hal itu dapat diperkuat
melalui pelatihan, b) sangat penting bagi kita untuk tidak membiarkan
keinginan kita hilang tanpa batasan agama, karena hal ini akan
melemahkan keinginan tersebut, dan c) bila kemauan kuat tetapi
batinnya sakit, maka ia mengarah pada dosa dan kejahatan. Oleh karena
itu, obatnya adalah dengan mengarahkan jiwa ke jalan yang baik.
6) pendidikan, dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perubahan perilaku moral seseorang, beberapa unsur yang
diperlukan dalam pendidikan untuk mampu menjadi agen perubahan
sikap dan perilaku manusia adalah: a) guru, b) materi pembelajaran, c)
metode pengajaran, dan d) lingkungan sekolah.
C. Analisis Perbuatan Manusia
1. Etika dan Moral dalam Tindakan Manusia
Etika dan moral adalah dua konsep penting dalam tindakan
manusia yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain serdapat
membantu manusia untuk memahami dan mempertimbangkan tindakan
yang akan dilakukan serta konsekuensi dari tindakan tersebut.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perbuatan Manusia
Menurut Hamzah Ya’Kub, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan perbuatan manusia pada prinsipnya dipengaruhi dan
ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal, berasal dari dalam diri setiap orang, yaitu sifat
murni, bakat bawaan sejak manusia dilahirkan dan mengandung
pengertian akan kesucian segala sesuatu, antara lain: 1) naluri,
kemampuan untuk melakukan hal-hal yang rumit tanpa latihan
terlebih dahulu, 2) kebiasaan, salah satu faktor penting dalam
membentuk moralitas adalah kebiasaan atau adat istiadat, 3)
kemauan keras, seseorang bisa bekerja hingga larut malam dan
bersekolah di negeri yang jauh berkat kekuatan azam (kemauan
yang kuat).
b. Faktor Eksternal, faktor luar yang mempengaruhi tingkah laku
dan tindakan manusia, antara lain: 1) lingkungan, lingkungan
sosial mempunyai kemampuan mempengaruhi pikiran, sifat
kepribadian dan perilaku, 2) pengaruh keluarga, orang tua
merupakan pusat kehidupan spiritual, penyebab mengetahui
dunia luar tentang sikap, cara bertindak dan berpikir di masa
depan.
D. Konsep Tanggung Jawab dalam Perbuatan Manusia
1. Dalam konteks hukum, tanggung jawab terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu: a) tanggung jawab hukum, kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan hukum, b)
tanggung jawab moral, kewajiban seseorang untuk bertanggung jawab
atas perbuatannya dihadapan Tuhan, dan c) tanggung jawab sosial,
kewajiban seseorang untuk bertanggung jawab atas perbuatannya
dihadapan masyarakat.
2. Dalam Islam, tanggung jawab juga terkait dengan akhlak. Seorang
muslim harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan harus
memperbaiki akhlaknya agar tidak melakukan perbuatan yang buruk.
BAB IV
UNSUR-UNSUR JASMANIYAH DAN RUHANIYAH
A. Unsur Jasmaniyah
Jasmani (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri dari struktur
organisme fisik yang disebut dengan jasad. Setiap manusia lahir dengan jasad
yang berbeda dengan jasad mahkluk lainnya. Jasad manusia lebih
disempurnakan, terlahir dari setetes air yang hina, dan semua unsurnya berasal
dari tanah yang mana semuanya akan kembali lagi ke tanah. Ciri-ciri jasmani:
a) bersifat materi yang tercipta karena adanya proses (tahap), b) adanya bentuk
yang berupa kadar atau dan bisa disifati, c) eksistensinya menjadi wadah ruh,
d) terikat oleh ruang dan waktu, e) hanya mampu menangkap yang konkret
bukan yang abstrak, dan f) substansinya temporer dan hancur setelah mati.
B. Unsur Ruhaniyah
Unsur ruhaniyah adalah unsur kedua dalam diri manusia yang dititipkan
ke dalam janin berusia 120 hari. Ruh itu berasal dari Allah SWT, karena Allah
memiliki sifat suci dan baik, maka apa yang berasal dari Allah pun (ruh)
memiliki sifat suci dan baik. Unsur ruhaniyah bersumber dari beberapa bagian,
antara lain:
a) akal, Az-Za’balawi akhirnya menemukan makna kata akal dalam
Lisanul Arab Muhiitf al Muhith, yakni: 1) akal sebagai kemampuan
untuk membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang berbahaya
dan bermanfaat, 2) akal merupakan anugrah Allah yang diberikan
kepada manusia, tidak kepada makhluk-makhluk lain, agar manusia
mampu memahami dirinya sendiri dan alam sekitarnya, 3) akal adalah
alat bagi manusia untuk memahami agama Allah yang di kehendaki-
Nya dan syari’at-Nya yang di ridhai-Nya untuk hamba-Nya, agar
dengan itu kehidupan manusia menjadi lurus.
b) nafsu, ruh ini ketika bercampur dengan jasad akan berubah menjadi nafs
yang sifatnya tidak akan murni membawa sifat taqwa tetapi akan
bercampur dengan sifat fujur (potensi keburukan) yang terkandung
dalam jasad. Fitrah nafs ini memiliki tiga komponen pokok, yaitu nafsu,
akal dan qalbu yang saling berinteraksi dan terwujud dalam bentuk
kepribadian. Ada tiga macam nafsu, yaitu: 1) nafsu amarah, yaitu jiwa
yang selalu mendorong pemiliknya membangkang perintah Allah,
selalu mengarahkan kepada keburukan, cenderung pada hal-hal yang
dilarang oleh Allah, dan mengikuti bujuk rayu syaithan; 2) nafsu
lawwamah, timbul penyesalan walaupun itu datangnya belakangan.
Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan
mulai timbul penyesalan atas pelaksanaan tersebut, pekerjaan yang
dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika
menyadari bahwa kegiatan tersebut dilarang oleh-Nya, dan 3) nafsu
muthmainnah, yaitu jiwa yang selalu patuh kepada tuntunan Ilahi dan
merasa tenang dengan-Nya. Ia selalu cenderung kepada hal-hal positif,
ini adalah nafsu yang dirahmati Allah.
c) Qalbu, menurut Al-Ghazali adalah suatu elemen yang bersifat halus dan
bersifat ketuhanan yang tidak nampak dengan mata kasar dan amat
berperanan penting didalam analisis sesuatu perkara atau ilmu yang di
peroleh.
C. Cara Mengatasi Unsur-Unsur Jasmaniyah dan Ruhaniyah.
1) Unsur Jasmani
• Memenuhi asupan makanan yang baik dan halal.
• sombong ketika fisiknya sempurna yang memiliki kelebihan
cantik/tampan.
• Selalu mensyukuri nikmat apa yang telah diberikan oleh Allah
SWT.
2) Unsur Rohani
• Memperluas dan memperdalam ilmu agama, bisa dilakukan
dengan mengikuti ceramah kemudian mencoba mengamalkannya
secara perlahan atau bertahap.
• Tadabbur atau memperdalam Al Quran, bisa dilakukan dengan
membaca Al Quran lalu memahami isi dan kandungan Al Quran
tersebut dan mengamalkanya.
• Berdzikir, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
• Menghindari sifat sifat tercela, bisa dilakukan dengan perlahan
dan bertahap.
• Mempersiapkan diri dengan sifat sifat terpuji, bisa dila kukan
dengan memperbaiki shalat, melakukan shalat sunnah, sering
membaca dan menghafalkan Al Quran, berdzikir, bersedekah dan
amalan baik lainya.
BAB V
EMPAT FITRAH MANUSIA
A. Pengertian Fitrah manusia
Fitrah diambil dari bahasa Arab yaitu “fathoro” yang berarti “membuka”
atau “menguak”, juga dapat diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli,
agama, ciptaan. Secara terminology kata fitrah memiliki makna sifat dasar
manusia yang telah ada sejak manusia tersebut berada di dalam kandungan oleh
Allah untuk menghadapi kehidupan dan sebagai sarana untuk mengenalnya.
Dalam Alquran, kata fitrah telah terdapat dalam 19 ayat. Namun secara
jelasnya, kata fitrah ada dalam Surat Ar Rûm ayat 30. Allah berfirman dalam
ayat tersebut,
ِ َ‫ّللا ٰذ ِلك‬
َّ‫الد ْي ُن ا ْلقَ ِي ُم َو ٰل ِكن‬ ِٰ ‫ق‬ ِ ‫علَ ْيهَا َل ت َ ْب ِد ْي َل ِل َخ ْل‬ َ ‫اس‬ َ ‫ّللا الَّت ِْي َف‬
َ َّ‫ط َر الن‬ ِ ‫َفا َ ِق ْم َو ْج َهكَ ل‬
ِ ٰ َ‫ِلدي ِْن َحنِ ْيفًا ِف ْط َرت‬
ِ َّ‫ا َ ْكث َ َر الن‬
َ‫اس َل يَ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);
(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut
(fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum : 30).
B. Jenis-jenis Fitrah
Manusia memiliki empat fitrah alami yang Allah berikan yaitu kesucian,
kepandaian, kesempurnaan, dan kemuliaan. Di samping itu manusia
mempunyai dosa atas empat fitrah tersebut, kemudian dosa-dosa ini dibagi
menjadi empat macam:
1) Rububiyah, yaitu sifat “ketuhanan” yang terdapat pada diri manusia
yang apabila telah menguasai diri manusia maka ia ingin menduduki
jabatan yang tinggi, menguasai ilmu apa saja, suka memaksa orang lain
dan tak mau direndahkan, maunya hanya dipuji. Misalnya sifat
sombong, bangga, pemaksa, suka pujian, gila kehormatan, kekayaan,
serta mendambakan superioritas atas semua golongan.
2) Syaithaniyah, yaitu sifat “kesetanan” yang ada pada diri manusia yang
apabila telah menguasai dirinya ia akan suka merekayasa dengan tipu
daya dan meraih segala sesuatu dengan cara-cara yang jahat. Darinya
bercabang sifat dengki, kelaliman, muslihat, tipu daya, kecurangan,
kemunafikan, dan ajakan kepada bid'ah dan kesesatan.
3) Bahimiyah, yaitu sifat manusia berupa "kehewanan" yang apabila telah
menguasai dirinya ia akan rakus, tamak, suka mencuri, makan
berlebihan, tidur berlebihan, bersetubuh berlebihan, suk berzina,
berperilaku homoseks dan lain sebagainya. Sifat bahimiyyah, yakni
sifat yang mana kita senantiasa menuruti nafsu layaknya hewan, baik
nafsu perut ataupun kemaluan.
4) Subu’iyah, yaitu sifat “kebuasan” yang apabila menguasai diri manusia
ia akan suka bermusuhan, berkelahi, suka marah, suka menyerang, suka
memaki, suka berdemo, anarkis, cemburu berlebihan dan lain
sebagainya. Darinya bercabang sifat amarah, dendam, agresifitas
kepada orang lain dengan cara memukul, mencaci maki, dan
membunuh.
Menurut Imam Al Ghazali empat sifat tersebut tidak tumbuh dan
berkembang secara sekaligus tetapi melalui tahapan-tahapan atau secara
berangsur-angsur. Sifat bahimiyah merupakan sifat yang mendominasi pertama
kali, kemudian diiringi oleh sifat sabu'iyah. Lantas, bila keduanya telah
menyatu, digunakan akal licik untuk melakukan tipu daya dan muslihat maka
itulah syaithaniyah. Lalu terakhir, yang mendominasi ialah sifat rububiyah,
yaitu kebanggaan, ketinggian, kedudukan, keangkuhan, dan superioritas atas
seluruh makhluk.
C. Mengelola fitrah dengan positif
Fitrah manusia yang menjadi penyebab dosa sebagai mana yang
dijelaskan diatas dapat dikendalikan dan diarahkan ke hal yang lebih positif,
diantaranya:
1) Rububiyah, fitrah ini dapat dikendalikan dengan memanfaatkan nya
kepada hal yang lebih baik seperti menjadi pemimpin, tidak mudah
memasukan kedalam hati setiap ucapan orang lain, menyadari bahwa
ada Allah yang lebih berhak atas kuasa dan kehebatan yang kita miliki.
2) Syaithaniyah, dapat dikendalikan dengan menjadi lebih berhati-hati,
waspada, mampu mengadakan penyelidikan, kritis, teliti, bisa
membedakan mana yang baik dan buruk.
3) Bahimiyah, dapat dikendalikan untuk hal-hal yang benar, seperti makan
dan tidur secara teratur dan berhubungan seks setelah menempuh
pernikahan.
4) Sabu’iyah, dapat dikendalikan menjadi pemberani, membela
kebenaran, dan menolak kebatilan demi kemaslahatan.
BAB VI
AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK MADZMUMAH
A. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah yang terpuji (yang baik) yang biasa juga
dinamakan fadilah (kebaikan). Menurut Imam al-Gazali, akhlak yang baik
adalah yang menurut atau sesuai dengan akal dan syara'. Arti akhlak mahmudah
adalah akhlak yang akan mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan.
Macam-macam Akhlak Mahmudah:
1) akhlak mahmudah kepada Allah SWT
a. Ikhlas, berarti suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang
lain. Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan
hanya karena Allah semata, dengan niat ikhlas, menjauhkan dari
riya ketika melakukan amal yang baik.
b. Taubat, merupakan niat yang sungguh-sungguh untuk
meninggalkan segala kesalahan dan dosa-dosa besar melalui jalan
ilmu, penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi
atau disebut dengan taubat nasuha.
c. Bersabar, yaitu dapat menahan diri pada kesulitan dengan
berbagai ujian serta mencari ridha-Nya.
d. Bersyukur, yaitu suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang
bersifat fisik maupun nonfisik dan meningkatkan amal shaleh
dengan bertujuan mendekatkan diri kepada-Nya.
e. Bertawakal, yaitu berusaha seoptimal mungkin dan berdoa,
menyerahkan semuanya kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang
diharapkan.
f. Harap kepada Allah, yaitu sikap jiwa yang sedang mengharap
sesuatu yang disenangi Allah.
g. Takut kepada Allah, takut terhadap siksaan Allah jika melanggar
perintah-Nya.
2) akhlak mahmudah kepada sesama
a. Menjaga hubungan baik, seperti saling tolong menolong dengan
tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih, atau saling
membantu dalam hal kebaikan.
b. Berkata benar, membuat orang tidak akan mau berbohong,
menyebarkan berita hoaks, dan selalu berkata jujur apa adanya.
c. Tidak meremehkan orang lain, Allah memerintahkan orang yang
beriman untuk tidak merendahkan orang lain.
d. Bersangka baik, sifat terpuji yang harus diterapkan denga lahir
dan batin, ucapan dan sikap, agar yang kita jalani selalu diridhai
Allah SWT.
e. Kasih sayang, sifat asli manusia yang telah dibawa sejak lahir.
3) akhlak mahmudah terhadap diri sendiri
Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, ada
juga akhlak terhadap diri sendiri. Allah telah berfirman dalam QS. Al-
Isra Ayat 7 tentang kebaikan yang perlu dilakukan oleh manusia.
ِ ُ‫س ْنت ُ ْم ِ َل ْنف‬
‫س ُك ْم‬ َ ‫س ْنت ُ ْم ا َ ْح‬
َ ‫ا ِْن ا َ ْح‬
Artinya: Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk
dirimu sendiri.
➢ Berikut contoh akhlak mahmudah terhadap diri sendiri: a) memelihara
kesucian dan kehormatan diri, b) qanaah atau menerima apa adanya
pemberian dari Allah, c) berdoa kepada Allah, d) sabar dengan ketentuan
Allah, e) tawakal kepada Allah, dan f) rendah hati.
➢ Contoh Akhlak Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari: a) baik kepada
orang lain, b) berbicara sopan kepada orang yang lebih tua, c)
menundukkan kepala apabila melewati orang yang lebih tua, d) mencium
tangan orang tua jika ingin bepergian, e) selalu menyisihkan harta untuk
orang yang membutuhkan.
B. Akhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah merupakan akhlak tercela yang tidak dibenarkan
oleh Allah dan Rasul-Nya. Macam-macam akhlak madzmumah:
1) syirik, perbuatan menyekutukan atau menduakan Allah SWT.
2) riya, perbuatan menipu dirinya sendiri, orang lain, dan Tuhannya,
karena apa yang dilakukan berbeda dengan hakikat perbuatannya.
3) takabur, merasa dan mengaku dirinya lebih (mulia, pandai, cakap, dan
lain sebagainya) dari orang lain. Takabur juga disebut dengan sombong.
4) namimah, memanipulasi perkataan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan merusak hubungan di antara keduanya.
C. Dalil dari Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah
➢ QS. Al-'Ankabût Ayat 45
‫ب َوأَق ِِم الص َََّلةَ ۖ إِنَّ الص َََّلةَ ت َ ْنه َٰى ع َِن ا ْلفَحْ شَاءِ َوا ْل ُم ْنك َِر َولَ ِذ ْك ُر‬ ِ ‫اتْ ُل َما أُوحِ َي إِلَ ْيكَ مِ نَ ا ْل ِكتَا‬
َ‫صنَعُون‬ َّ ‫ّللا أَ ْكبَ ُر َو‬
ْ َ ‫ّللاُ يَ ْع َل ُم َما ت‬ ِ َّ
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-'Ankabût[29]:45).
➢ QS. Al-An’am ayat 151
‫سانًا ۖ َو َل ت َ ْقتُلُوا‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم ۖ أ َ َّل تُش ِْركُوا بِ ِه‬
َ ‫ش ْيئ ًا ۖ َوبِا ْل َوا ِل َدي ِْن إِ ْح‬ َ ‫قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما ح ََّر َم َربُّ ُك ْم‬
َ َ‫ظه ََر مِ ْنهَا َو َما ب‬
َ‫طن‬ َ ‫ش َما‬ َ ِ‫ۖأ َ ْو َل َد ُك ْم مِ ْن إِ ْم ََلق ۖ نَ ْح ُن نَ ْر ُزقُ ُك ْم َوإِيَّاهُ ْم ۖ َو َل تَ ْق َربُوا ا ْلفَ َواح‬
َ‫َق ۚ ٰذَ ِل ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَعَلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُون‬
ِ ‫ّللاُ إِ َّل بِا ْلح‬
َّ ‫س الَّتِي ح ََّر َم‬ َ ‫َو َل ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
Artinya: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan
janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (QS. Al-An’am[6]:151)

Anda mungkin juga menyukai