Anda di halaman 1dari 13

Makalah Pengertian akhlak, Ruang lingkup akhlaak, Manfaat

Diposkan oleh inggrat welano on Rabu, 17 September 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di
dunia dan akhirat.Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW.adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan
dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan
oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan
keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang.
Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Akhlak


Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya
khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku
atau tabiat (ath-thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).1[1]
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik,
atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna
untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan
menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
1.      Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.
2.      Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena membicarakan
ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.2[2]
Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S. al-ahzab,33:21)

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.3[3]

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para
ahli :
a.       Ibnu Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak
melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.
b.      Prof. Dr. Ahmad Amin

1[1]Tiswarni, “Akhlak Tasawuf” (jakarta: Bina Pratama, 2007). Hal: 1

2[2]Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf” (jakarta:Kalam Mulia,2009). Hal: 7

3[3]Departemen Agama,Alquran dan Terjemahannya, (Jakarta:Serajaya Santra, 1987), Cet. Ke-1, h.670
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan
buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan
menunjukkan apa yang harus di perbuat.1
c.       Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat
tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan
manusia.4[4]

Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah keadaan
jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses
berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari
kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1)      Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan
manusia, tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya
atau nenek moyangnya.
2)      Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat
sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai
sesuatu yang lahir (yang nyata)
3)      Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai
hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham)
dari allah swt.
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

« َ‫ َوبِ َذلِ َك ُأ ِمرْ ُت َوَأنَا ِمن‬،ُ‫َش ِري َك لَه‬ ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ اَل‬ َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا‬ َ ‫ِإ َّن‬
‫ َوقِنِي َسيَِّئ‬، َ‫ق اَل يَ ْه ِدي َأِلحْ َسنِهَا ِإاَّل َأ ْنت‬
ِ ‫ال َوَأحْ َس ِن اَأْل ْخاَل‬ ِ ‫ اللَّهُ َّم ا ْه ِدنِي َأِلحْ َس ِن اَأْل ْع َم‬. َ‫ْال ُم ْسلِ ِمين‬
َ‫ق اَل يَقِي َسيَِّئهَا ِإاَّل َأ ْنت‬ِ ‫ال َو َسيَِّئ اَأْل ْخاَل‬ ِ ‫»اَأْل ْع َم‬

4[4]Ibid,. H. 1
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta
alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang
Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang
bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan dan akhlak yang
buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain Engkau". [Sunan An-
Nasa'i: Sahih]

Hadist tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat islam
saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan
fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang yang telah gelap hatinya sehingga
ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan buruk baginya karena keburukan itu telah
mendarah daging dalam dirinya.
Beberapa ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu:
a.       Akhlak mempunyai suatu sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang yang
menjadi kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang lain.
b.      Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan bagaimana
pun juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu dilakukan oleh
seseorang.
c.       Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di paksa,
atau mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.
d.      Akhlak merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.5[5]

Selain dari kata akhlak, ada beberapa kata yang sama dengan kata akhlak yaitu:
1.      Etika
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam
kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak(moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat.
Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu
menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk menurut perbuatan manusia.6[6]

5[5]Ibid, h. 2

6[6]Ibid, h. 3
2.      Moral.
Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan
dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah
penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Meskipun etika dan moral mempunyai
kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain mempunyai unsur
perbedaan, misalnya :
a.       Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan suatu
ilmu.
b.      Istilah moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu,
moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.

3.      Kesusilaan dan Kesopanan


Kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “su” yang berarti lebih baik,
dan kata “sila” berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah dasar-dasar aturan hidup
yang lebih baik.
Sedangkan kesopanan berasal dari bahasa Indonesia yang berasal dari kata sopan yang
artinya tenang, beradab, baik dan halus (perkataan ataupun perbuatan)
Istilah Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah
moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlaq sama pengertianya sebagai suatu norma untuk
menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu
perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlaq dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila
ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda.Dimana etika bersumber dari
filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-qur’an dan hadits dan sumber
pengembangannya adalah filsafat.
Istilah akhlaq dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat perbedaanya bila
dipandang dari objeknya di mana akhlaq menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan dan sesama
manusia, sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya menitikberatkan perbuatan terhadap
sesama manusia saja. Maka istilah akhlaq sifatnya teosentris meskipun akhlaq itu ada yang
tertuju kepada manusia dan makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt
semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja
karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).

B.  Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia,
kemudian menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong buruk. Ilmu
Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah
laku manusia, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakana baik atau buruk, maka ukuran
yang harus digunakan adalah ukuran normative.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan
manusia yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun sosial.Tapi sebagian orang juga
menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, namun perlu ditegaskan bahwa yang
dijadikan obyek kajian ilmu akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan
kemauan, sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus
sehingga mentradisi dalam kehidupannya.
Banyak contoh perbuatan yang termasuk perbuatan akhlak dan begitu juga
sebaliknya.Seseorang yang membangun mesjid, gedung sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan pos
keamanan termasuk perbuatan akhlak yang baik karena itu berdasarkan kemauan manusia itu
sendiri yang telah dipersiapakan sebelumnya. Tetapi jika seseorang yang memicingkan mata
dengan tiba-tiba pada waktu benda berpindah dari gelap ke terang, atau menarik tangan pada
waktu tersengat api atau binatang buas, bernapas, hati yang berubah rubah, orang yang menjadi
ibu-bapak kita, tempat tinggal kita, kebangsaan kita,warna kulit kita, dan tumpah darah kita itu
tidak termasuk perbuatan akhlak karena semua itu diluar perencanaan, kehendak atau pilihan
kita.
Jadi sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak
terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan yang pura-pura.Perbuatan-
perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk.7[7]

7[7]Abuddin Nata, “Akhlak Tasawuf”(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 8


C.  Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan
sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang
buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk,
membayar utang kepada pemilik nya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang
termasuk perbuatan buruk.8[8]
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan
kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci bersih bagaikan
cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. 9[9] Keterangan tersebut memberikan panduan
kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya
menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau buruk
Selanjutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk,
serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan baik, dan perbuatan yang buruk itu, dan
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan yang buruk. Selain itu ilmu
akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa
dan maksiat.
Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin
yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan
lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang
memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di
akhirat.

8[8] Ahmad Amin, loc.cit.,hlm.1.

9[9] Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm.67.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan
tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. ilmu akhlak
adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk
kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan Akhlak pun
memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.
Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan
manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. . ilmu akhlak bukanlah tingkah laku
manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu
dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.
DAFTAR PUTAKA

Mahjudin. 2009. Akhlak Tasawuf I. Jakarta : Kalam Mulia.


Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf.Jakarta :Rajawali Pers.Tiswarni. 2007. Akhlak
Tasawuf.Jakarta : Bina Pratama
Zahri, Mustafa. 1995. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu.
Departemen Agama.1987. Alquran dan Terjemahannya.Jakarta : Serajaya Santra

MAKALAH AKHLAK “Pengertian Akhlak, Konsep Akhlak, dan Urgensi


Akhlak dalam Kehidupan”
Posted on Januari 17, 2015 by Annafi MujaStandar

BAB IPENDAHULUAN 

1. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.     Timbulnya
kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak
hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai
mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan
adalah menentang kesadaran itu.   Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya
sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan
buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam dunia hewan tidak ada
hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya
sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya
itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang
mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.     

1. Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian dari akhlak?
3. Bagaimana konsep akhlak dalam kehidupan?
4. Bagaimana urgensi akhlak dalam kehidupan?

  

1. C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak


2. Untuk mengetahui konsep akhlak dalam kehidupan
3. Untuk mengetahui urgensi akhlak dalam kehidupan sehari-hari

BAB II PEMBAHASAN

1. PengertianAkhlak

[1]Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari   bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari ”khuluq”
yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir menjelaskan
bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat
batiniah),sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit,tinggi
rendah badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum
dalam Al-quran surah Al-Qalam(68):4, yang artinya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad)
berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang
sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya:”Bahwasanya aku
(Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”;. Secara
terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli.Ahmad Amin
mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan
bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz
mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang
membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak
yang jahat (akhlak yang buruk)”.       Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,perbuatan-perbuatan
manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat,
yaitu :

1. Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi
suatu kebiasaan bagi pelakunya.
2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena adanya tekanan dari
luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan ketakutan atau bujukan dengan harapan
mendapatkan sesuatu.

Disamping istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu
sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia.Perbedaannya
terletak pada standar masing-masing.Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan
Sunnah.Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat
kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat

1. Etika

Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.Di dalam kamus
istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang
mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7). Etika
menurut Ki Hajar Dewantara“ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan
di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).     

2. Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk
perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk.Perbedaan antara moral dan
etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat
praktis.Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal.
Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.(Asmaran, 1992: 8-9).

3. Kesusilaan

Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari
bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip,
peraturan   hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti
sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila
selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.Orang susila adalah orang
yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.

2. KONSEP AKHLAK

Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa [2]akhlak adalah tabiat atau
sifat seseorang,yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,sehinnga dalam jiwa tersebut benar-benar
telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan,tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki.Hanya saja karena yang demikian itu
dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan,maka perbuatan itu muncul dengan
mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah
perbuatan,melainkan gambaran batin (jiwa) yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat
kejiwaan/abstrak),sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau
tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan dilakukan
secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak,dan bisa juga perbuatan itu dilakukan
sekali atau beberapa kali saja,atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa disertai ikhtiar
(kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-perbuatan tersebut
diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan
berakhlak dermawan,apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua
kali saja,atau mungkin dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah
tekanan) yang sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya,atau mungkin untuk
memberikan hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan
pertimbangan.Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting,karena dia
menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan,sehingga suatu perbuatan bisa disebut
perbuatan akhlak.

3. URGENSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya
merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah
membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak
yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan
hidup di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk
mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang
terdahulu.Beliau bersabda :‫ار َماَأْل ْخالَقِرواهأحمدوالبيهقى‬ ‫ُأِل‬
ِ ‫“ ٳنَّ َماب ُِع ْثتُ تَ ِّم َم َم َك‬Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Apakah Rasulullah diutus hanya
untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak?Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada
dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai
ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada
pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa
muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar,
pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses
Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan
tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia
selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak
juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak beriman, demi
Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka
wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan
tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang
berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini
mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu
yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita
mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan
manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek.”
sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang
ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang
yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang
yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang
yang paling baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna
imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud).
Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama
masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R.
Tirmidzi). [3]Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang
bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik
merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-
perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau
akhlak yang ditunjukkan.Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang
yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh
perbedaannya.                                       BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara yang terpuji dan yang
tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud dari akhlak itu sendiri
adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara makhluk dengan makhluk. Kita
harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari agar semuanya berjalan
sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.

Anda mungkin juga menyukai