merupakan faktor dominan yang dapat mengarahkan pendidikannya. Oleh karena itu
dalam membahas masalah pendidikan tidak lepas dari pembahasan tentang
hakekat diri manusia itu sendiri. Dalam al-Qur’an manusia adalah makhluk Allah
yang dibebani tanggung jawab, oleh karena itu ia disifati dengan kesempurnaan
sebagai kesiapan memikul tanggung jawab (taklîf), dan jika gagal akan
dikembalikan kepada derajat paling hina agar ia waspada terhadap perintah dan
larangan. Agar amanah tersebut terlaksana, manusia harus berusaha untuk
menumbuhkan amanah dalam perilaku sebagai wahana yang paling
dominan yang terformat dalam pendidikan.
Al-Qur’an sering memuji manusia sekaligus mengecam terhadap mereka yang tidak
mempedulikan kemulyaan yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya ( Baca: Al-
Isrâ’: 70). Ayat tersebut adalah pujian Allah kepada manusia sekaligus hinaan
kepadanya setelah diberi nikmat. Nikmat tersebut tidak difungsikan sesuai dengan
tujuannya, yaitu untuk bersyukur kepada-Nya.
Allah menundukkan semua yang ada di laingit dan di bumi untuk manusia sebagai
persiapan menjadi khalifah (Luqmân: 20). Wajar jika kedudukan manusia
menurut al-Qur’an sangat tinggi dan mulia, agar dapat menjalankan risalah
kehidupannya, yaitu menyebarkan kebenaran, kebaikan, kebajikan dan keindahan.
Di antara potensi yang ada pada manusia adalah:
Bahan Bacaan
Abud, Abdul Ghani, Allah wa al-Insân al-Mu’âshir, Dâr al-Fikr al-Arabi, 1977
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1999
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994