Anda di halaman 1dari 23

Etika, MORAL,

Akhlaq dan Ihsan


beragama

Mata Kuliah Prodi S1 Kesehatan


Horizon University
Latar Belakang
Era global dimana ilmu pengetahuan semakin berkembang berperan
serta dalam perubahan pola pikir dan perilaku generasi saat ini.

Mudahnya menerima arus informasi yang masuk cenderung akan


mempercepat proses perubahan nilai budaya dan gaya hidup.

saat ini Kesadaran akan pentingnya etika moral dan akhlak kurang
diperhatikan. Keadan tersebut dapat terlihat dari adanya berbagai
penyimpangan sosial di masyarakat. Arus informasi yang cepat menyebar
menjadi salah satu pemicu permasalahan tersebut.
Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa latin, etos, yang berarti
kebiasaan. Berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos yang memiliki
pengertian adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin kecenderungan
hati untuk melakukan perbuatan.
yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan
manusia yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai
sesuatu yang subtansinya paling benar.
Etika adalah cara pandang manusia tentang tingklah laku yang baik
dan benar, dan dari cara pandang itu dapat digali dari beberapa
sumber, kemudian dijadikan sebagai tolak ukur bagi suatu tindakan
dengan pendekatan yang rasional dan filosofis.
Dari definisi etika dapat diketahui bahwa etika berhubungan
dengan 4 hal sebagai berikut
1. Dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2. Dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau
filsafat.
3. Dari segi fungsinya etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
4. Dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni sesuai dengan
tuntutan zaman dan tempat.
Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin “mores” kata jamak dari
“mos” berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti tata susila.
Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan
pada kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah
tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia
sebagai individu maupun sebagai sosial.
Sidi Gazalba mengatakan, moral ialah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan yang wajar.
Untuk itu dia, menyimpulkan bahwa moral itu adalah
suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan
yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau
lingkungan tertentu.
Susila
Susila atau juga sering disebut kesusilaan, berasal dari kata susila yang
berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “su” yang berarti baik dan “sila” yang
berarti dasar, prinsip peraturan hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang
lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Susila dapat pula berarti sopan, beradap, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan. Kesusilaan menggambarkan keadaan
dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Susila
Susila atau juga sering disebut kesusilaan, berasal dari kata susila yang
berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “su” yang berarti baik dan “sila” yang
berarti dasar, prinsip peraturan hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang
lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik,
sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Susila dapat pula berarti sopan, beradap, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan. Kesusilaan menggambarkan keadaan
dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Akhlaq
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlaq” berasal dari bahasa
arab jama’ dari bentuk mufrodnya ‫ خلق‬yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat.

Menurut ibnu athir dalam bukunya an-nihayah menerangkan bahwa hakikat


makna khuluq ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan
sifat-sifatnya), sedangkan khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya
(yaitu yang berhubungan dengan jasad/badan).
Menurut abd. Hamid Yunus akhlaq adalah
‫َاَاْلْخ َال ُق ِه ِص َف ا ُت اِاْل ْن َس ا ُن ا َاْلَد ا ِب َّي ُة‬
‫َي‬
“Akhlaq ialah segala sifat manusia yang memiliki nilai pendidikan.”
Menurut Ibnu Miskawaih, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
‫َح اٌل ِلل َّن ْف ِس َد اِع َي ٌة َل َه ا ِا ىَل َاْف َع اِل َه ا ِم ْن َغ ْي ِر ِف ْك ٍر َو َالُر ْؤ َي ٍة‬
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”
Menurut Imam Al-Ghazali, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
‫َف ا ْل ُخ ُل ُق ِع َب ا َر ٌة َع ْن َه ْي َئ ٍة ِف ي ال َّن ْف ِس َر اِس َخ ٌة َع ْن َه ا َت ْص ُد ُر ا َاْلْف َع اُل ِب ُس ُه ْو َل ٍة‬
‫َو ُي ْس ٍر ِم ْن َغ ْي ِر َح ا َج ٍة ِا َىل ِف ْك ٍر َو ُر ْؤ َي ٍة‬
“Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dulu).”
Menurut Ibnu Miskawaih, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
‫َح اٌل ِلل َّن ْف ِس َد اِع َي ٌة َل َه ا ِا ىَل َاْف َع اِل َه ا ِم ْن َغ ْي ِر ِف ْك ٍر َو َالُر ْؤ َي ٍة‬
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”
Menurut Imam Al-Ghazali, yang dimaksud dengan akhlaq adalah
‫َف ا ْل ُخ ُل ُق ِع َب ا َر ٌة َع ْن َه ْي َئ ٍة ِف ي ال َّن ْف ِس َر اِس َخ ٌة َع ْن َه ا َت ْص ُد ُر ا َاْلْف َع اُل ِب ُس ُه ْو َل ٍة‬
‫َو ُي ْس ٍر ِم ْن َغ ْي ِر َح ا َج ٍة ِا َىل ِف ْك ٍر َو ُر ْؤ َي ٍة‬
“Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dulu).”
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang dimaksud dengan akhlaq
adalah
‫َع َّر َف َبْع ُض ُه ُم ا ْل ُخ ُل َق ِب َأَّن ُه َع اَد ُة اِاْل َر اَد ِة َيْع ِن ى َأَّن اِاْل َر اَد َة ِا َذ ا ا ْع َت اَد ْت‬
‫َش ْي ًئ ا َف َع اَد ُت َه ا ِه َي ا ْل ُم َس َّم ا ُة ا ْل ُخ ُل ُق‬
“Sebagaian ulama mendefinisikan akhlaq ialah kehendak yang terbiasa.
Artinya kebiasaan seseorang adalah akhlaqnya.”
Unsur-Unsur Akhlak
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan, maka akhlaq itu
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Menjelaskan baik dan buruk.
2. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta
bagaimana cara kita bersikap antar sesama.
3. Menjelaskan mana yang patut kita perbuat.
4. Menunjukkan jalan lurus yang hendak kita lewati.
Dari beberapa pengertian ini juga dapat disimpulkan bahwa terdapat 4
ciri-ciri yang terkandung dalam perbuatan akhlak, yaitu:
a. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang sehingga telah menjadi kepribbadiannya
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
pemikiran.
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena sandiwara.
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
ssemata-mata karena Allah.
Karakteristik Akhlak
Dari beberapa pengertian ini juga dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 ciri-
ciri yang terkandung dalam perbuatan akhlak, yaitu:
a. Perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribbadiannya
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena sandiwara.
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah.
Perbedaan antara akhlak, etika,
moral dan susila
Perbedaan antara akhlak, etika, moral dan susila adalah terletak pada;
Sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.
Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral
dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum dimasyarakat, maka
pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah
berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits, dimana Rasulullah SAW sebagai teladannya.
Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”
QS Al Qalam: 4
Rasulullah SAW bersabda:
‫ِإ َّن َم ا ُبِع ْث ُت ُألَت ِّم َم َم َك ا ِر َم ا َألْخ ال ِق‬
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-
.Baihaqi dari Abu Hurairah)
Etika, moral, dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika
.lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis
Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila
.menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan
Ihsan dalam beragama
Rukuan agama ada 3;
Iman
Islam
Ihsan

Apa arti Ihsan ?


‫َك‬ ‫ُه‬ ‫َّن‬ ‫َف‬ ‫َت‬
‫ رواه البخاري عن‬. ‫ْن َر ا ُه ِإ َي َر ا‬ ‫ُك‬ ‫َت‬ ‫َل‬ ‫َف‬
‫َر ا ُه ِإ ْن ْم‬ ‫َت‬ ‫َك‬ ‫َّن‬ ‫َأ‬ ‫َك‬ ‫َت‬
‫ْن ْع ُب َد َهَّللا‬ ‫َأ‬
‫أبي هريرة‬
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika )Ihsan(
tidak bisa menghadirkan perasaan tersebut, maka yakinlah bahwasanya Dia (Allah)
melihatmu. HR Bukhori dari Abi Hurairah
Korelasi
Aqidah Iman

Ibadah Islam

Akhlak Ihsan

Jika Agama terdiri Aqidah, ibadah dan akhlak, dimana masing-masing saling
ada keterkaiatan dan saling menguatkan, maka aqidah yang benar itu adalah
diisi dengan Iman, ibadah yang benar adalah Islam, dan akhlak yang benar
adalah Ihsan
Pohon AGAMA Islam
"Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Struktur sebuah pohon
Allah telah membuat perumpamaan kalimat - Akar
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya - Batang-ranting-daun
- Buah
kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.
(pohon) itu menghasilkan buahnya pada Aqidah (Iman) adalah AKAR
setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Ibadah/Syari’ah (Islam) adalah
Allah membuat perumpamaan itu untuk BATANG/RANTING/DAUN
Akhlaq (Ihsan) adalah BUAH
manusia agar mereka selalu ingat." QS
Ibrahim: 24 - 25
Sikap adalah pikiran, kecenderungan,perasaan dan respon
Pembahasan
Dari abu hamzah anas bin malik radhiyallahu ‘anhu,pembantu rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “salah seorang di antara kalian tidaklah
beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri. (Hr. Bukhari dan muslim)

‫اَل َيْن َه اُكُم ُهَّللا َع ِن اَّلِذيَن َلْم ُيَق اِتُلوُكْم ِفي الِّديِن َو َلْم ُيْخِرُجوُكم ِّم ن ِد َياِرُكْم َأن َتَبُّروُه ْم َو ُتْق ِس ُط وا ِإَلْي ِه ْم ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْق ِس ِط يَن‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Al-mumtahanah [60]: 8)
‫َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِم ِنْي َن ِإْيَم اًنا َأْح َس ُنُه ْم ُخُلًق ا‬
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya” (HR at-
tirmidzi no 1162)

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya
pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR at-tirmidzi

‫ُل‬‫ُخ‬ ‫ْن‬ ‫ِم‬ ‫ِة‬ ‫ا‬ ‫ِق‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َم‬ ‫َي‬ ‫ِم‬ ‫ْؤ‬ ‫ُم‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫َز‬ ‫ِم‬ ‫ِف‬ ‫ُل‬ ‫َق‬ ‫ْث‬‫ا ِم ْن َش ٍء َأ‬
‫ٍق َحَس ٍن‬ ‫َم‬ ‫َي‬ ‫ِن ْو‬ ‫ْي ْي ِن‬ ‫ْي‬ ‫َم‬
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR at-tirmidzi)

Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia berada di atas kebenaran, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan sebuah rumah di tempat tertinggi di
surga bagi siapa yang membaguskan akhlaqnya.
Pertanyaan:

1. Jelaskan perbedaan etika, susila dan moral dengan akhlak?


2. Apa yang dimaksud Ihsan dalam agama dan sebutkan contohnya?
3. Dimana posisi Akhlak dalam Agama Islam?

Referensi:

1. Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, 2013, Jakarta, Rajawali Pers.
2. Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat IV, 1981, Jakarta, Bulan Bintang
3. Amin, Ahmad; alih Bahasa: Farid Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), 1995, Jakarta, Bulan Bintang.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai