PENDAHULUAN
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak.1 Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang
yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata
mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.
yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari
hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dengan
demikian
memahami
akhlak
adalah
masalah
kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang ulang dengan
kecenderungan hati (sadar). 2
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat
di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk. 3
BAB II
1
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 62
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996, hlm.27
3
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo
2
-1-
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya
"Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan
"khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta
dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.4
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al
Qur'an, sebagai berikut:Yang Artinya :
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
Agung. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).5
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1.Ibn Miskawaih Bahwa
mendorongnya
akhlak
adalah
untuk melakukan
keadaan
jiwa
perbuatan-perbuatan
seseorang
tanpa
yang
melalui
Zahruddin AR.Pengantar Ilmu Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra
Zahruddin AR, h. 4
-2-
yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut
akhlak yang buruk.7
3.Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan
sesuatu,
kebiasaan
Menurutnya
kehendak
ialah
Islami
adalah
perbuatan
mendarah daging dan sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi
sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. 9
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan
akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social
yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua
7
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29
Prof. Dr. H.Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-5, h.
147
-3-
misalnya adalah
akhlak
yang
bersifat mutlak
dan
universal.
Sedangkan
bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan
oleh
Ahmad Amin, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-2, h. 7
11
-4-
Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu
ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat,
hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para
filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada
pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya
humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan
pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasulkan oleh akal manusia.
Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
-5-
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral
tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika
dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih
bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.12
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama,
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua,
kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan
12
-6-
yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu
dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga,
kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam
diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.
-7-
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
mmemanusiakan manusia (Hamzah Yakub, 1996:11). 13
Karakteristik Akhlak
Karakteristik Akhlak dalam Ajaran Islam Islam memiliki dasar-dasar
konseptual tentang ahklak yang komprehensif dan menjadi karakteristik yang khas.
Di antara karakteristik tersebut adalah:
1. Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperinci. Di dalam Al-Quran
ada ajaran akhlak yang dijelaskan secara umum, tetapi ada juga yang diterangkan
secara mendetail. Sebagai contoh, ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara
umum adalah Q.S. An-Nahl (16):90 yang menyuruh perintah untuk berakhlak
secara umum: Untuk berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji,
mungkar, dan permusuhan. Sedangkan contoh ayat yang menjelaskan masalah
akhlak secara terperinci adalah Q.S. Al-Huujurat (49): 12 yang menunjukkan
larangan untuk saling mencela, serta memanggil dengan gelar yang buruk.
2. Akhlak bersifat menyeluruh
Dalam konsep Islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan muslim, baik beribadah
secara khusus kepada Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama makhluk
seperti akhlak dalam mengelola sumber daya alam, menata ekonomi, menata
politik, kehidupan bernegara, kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat.
3. Akhlak sebagai buah iman
Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan.
Jika iman dapat diibaratkan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan
batang, ranting dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya. Iman yang kuat akan
termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhlakul karimah.
Lemahnya iman dapat terdeteksi melalui indikator tidak tertibnya ibadah dan sulit
membuahkan akhlakul karimah.
13
-8-
-9-
terjadi di dunia biologi sebagai sebuah kontroversi. Contoh: kloning merupakan suatu
hal yang tak beretika karena mengganggu kemurnian seorang manusia. Manusia
diciptakan satu untuk satu orang, tapi mereka memanipulasi agar ada satu orang yang
sama dalam tempat yang berbeda melalui kloning.
Walau demikian, pada kenyataannya pelanggaran sains terhadap akhlak,
moral, dan etika malah membuat aturan-aturan di dunia sains semakin kompleks dan
spesifik agar tidak terjadi pelanggaran serupa di masa depannya. Sehingga pada
akhirnya pelanggaran tersebut meningkatkan nilai moral, akhlak, dan etika dari Ilmu
Pengetahuan itu sendiri.15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran
yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.
15
- 10 -
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral
dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia
secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika
menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran
tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral
dan susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk AlQur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya,
materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
- 11 -
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Akhlak, Etika, Moral,
Karakter Serta Hubungan Dengan Ilmu Lain tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
- 12 -
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun
- 13 -
DAFTAR ISI
DAFATR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika Dan Moral..............................................
11
11
iii
ii
iii - 14 -
MAKALAH
AKHLAK
Akhlak, Etika, Moral, Karakter Serta Hubungan Dengan Ilmu Lain
Oleh :
Anta Saadi
Yusuf Ariansyah Feri
Meri Lestari
Yensi Harmita
Vera Fitria Utama
Dosen :
- 15 -
- 16 -