Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak.1 Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang
yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata
mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.

Oleh karena itu seseorang

yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari
hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dengan

demikian

memahami

akhlak

adalah

masalah

fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam


hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu
memiliki akhlak.

Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan

kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang ulang dengan
kecenderungan hati (sadar). 2
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat
di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk. 3

BAB II
1

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 62
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996, hlm.27
3
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo
2

-1-

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya
"Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan
"khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta
dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.4
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al
Qur'an, sebagai berikut:Yang Artinya :


Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
Agung. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).5
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1.Ibn Miskawaih Bahwa
mendorongnya

akhlak

adalah

untuk melakukan

keadaan

jiwa

perbuatan-perbuatan

seseorang
tanpa

yang
melalui

pertimbangan pikiran lebih dahulu.6


2.Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu
kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan
yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak
4

Zahruddin AR.Pengantar Ilmu Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra

Semarang, 1989), h. 960


6

Zahruddin AR, h. 4

-2-

yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut
akhlak yang buruk.7
3.Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak
ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan
sesuatu,

kebiasaan

itu dinamakan akhlak.

Menurutnya

kehendak

ialah

ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan


merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masingmasing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai
kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih
besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak. 8
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan
saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam
perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi
dan sudah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan
berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak
yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian
akhlak

Islami

adalah

perbuatan

yang dilakukan dengan mudah, disengaja,

mendarah daging dan sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi
sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. 9
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan
akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social
yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua
7

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29

Zahruddin AR, h. 4-5.

Prof. Dr. H.Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-5, h.

147

-3-

misalnya adalah

akhlak

yang

bersifat mutlak

dan

universal.

Sedangkan

bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan
oleh

hasil pemikiran manusia. Jadi,

akhlak islam bersifat mengarahkan,

membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi


penyakit social dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak .
Hadits sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan seharihari bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi
kepada umat, apa yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
akhlak lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan
manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan
binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian,
masing masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.
Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian
kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah
laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Etika adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.10
Berikutnya, dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat
moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik,
buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.11
10

Ahmad Amin, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-2, h. 7

11

.Encyclopedia Britanica, hal 9

-4-

Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu
ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat,
hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para
filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada
pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya
humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan
pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasulkan oleh akal manusia.
Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.

-5-

Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan
nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral
tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika
dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih
bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.12
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama,
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua,
kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan
12

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Pustaka Setia, 2003, h. 11

-6-

yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu
dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga,
kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam
diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.

B. Karakteristik Akhlak, Etika dan Moral


Karakteristik Etika Islam
Berbeda dengan etika filsafat, etika Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang
baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan
buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Quran dan al- Hadits
yang sohih.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka
berada.

-7-

d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
mmemanusiakan manusia (Hamzah Yakub, 1996:11). 13
Karakteristik Akhlak
Karakteristik Akhlak dalam Ajaran Islam Islam memiliki dasar-dasar
konseptual tentang ahklak yang komprehensif dan menjadi karakteristik yang khas.
Di antara karakteristik tersebut adalah:
1. Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperinci. Di dalam Al-Quran
ada ajaran akhlak yang dijelaskan secara umum, tetapi ada juga yang diterangkan
secara mendetail. Sebagai contoh, ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara
umum adalah Q.S. An-Nahl (16):90 yang menyuruh perintah untuk berakhlak
secara umum: Untuk berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji,
mungkar, dan permusuhan. Sedangkan contoh ayat yang menjelaskan masalah
akhlak secara terperinci adalah Q.S. Al-Huujurat (49): 12 yang menunjukkan
larangan untuk saling mencela, serta memanggil dengan gelar yang buruk.
2. Akhlak bersifat menyeluruh
Dalam konsep Islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan muslim, baik beribadah
secara khusus kepada Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama makhluk
seperti akhlak dalam mengelola sumber daya alam, menata ekonomi, menata
politik, kehidupan bernegara, kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat.
3. Akhlak sebagai buah iman
Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan.
Jika iman dapat diibaratkan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan
batang, ranting dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya. Iman yang kuat akan
termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhlakul karimah.
Lemahnya iman dapat terdeteksi melalui indikator tidak tertibnya ibadah dan sulit
membuahkan akhlakul karimah.
13

www. media.diknas.go.id/media/document/965.pdf. diakses tanggal 27 maret 2010

-8-

4. Akhlak menjaga konsistensi dengan tujuan


Akhlak tidak membenarkan cara-cara mencapai tujuan yang bertentangan dengan
syariat sekalipun dengan maksud untuk mencapai tujuan yang baik. Hal tersebut
dipandang bertentangan dengan prinsip-prinsip ahklakul karimah yang senantiasa
menjaga konsistensi cara mencapai tujuan tertentu dengan tujuan itu tersendiri.14
C. Hubungan Akhlak, Etika Dan Moral Dengan Ilmu Lain
Sebagai suatu ilmu tentunya tak lepas dari aturan agama. Artinya adalah ada
bagian Ilmu Pengetahuan yang
1)berada di dalam lingkup agama
2)di luar lingkup agama.
Agama juga demikian, tapi kita tidak akan membahas lebih lanjut.Ilmu
Pengetahuan akan melanggar "akhlak" apabila lingkup Ilmu Pengetahuan memiliki
tujuan serta perilaku yang tidak sesuai dengan sifat-sifat saintifis. Secara garis besar
ada lima dan merupakan lawan dari sifat saintifis:
1) Subjektif dan mendukung yang belum tentu secara membabi buta
2) Plagiat dan tidak kreatif
3) Parsial atau mendukung hanya sebagian besar, minoritas tidak dipikirkan
4) Berpikir pendek atau kurang mau menalar
5) Bohong atau kebenarannya tidak didukung apapun, bahkan hipotesis sekalipun
Ilmu Pengetahuan akan melanggar "moral" apabila Ilmu Pengetahuan itu
ada di luar aturan-aturan agama dan budaya. Selanjutnya tergantung agama dan
budaya apa yang dianut. Contoh produk Ilmu Pengetahuan tak bermoral misalnya
senjata pemusnah massal. Bagi si pemilik senjata benda tersebut adalah suatu
anugerah, tapi merupakan sebuah bencana di mata calon korban.
Ilmu Pengetahuan akan menjadi tak "beretika" apabila Ilmu Pengetahuan
tersebut melanggar nilai kehormatan seorang manusia. Hubungan yang satu ini
adalah hasil spesifikasi dari contoh sains yang tak bermoral. Yang satu ini sering
14

http://one.indoskripsi.com/node/8884, diakses tanggal 27 maret 2010

-9-

terjadi di dunia biologi sebagai sebuah kontroversi. Contoh: kloning merupakan suatu
hal yang tak beretika karena mengganggu kemurnian seorang manusia. Manusia
diciptakan satu untuk satu orang, tapi mereka memanipulasi agar ada satu orang yang
sama dalam tempat yang berbeda melalui kloning.
Walau demikian, pada kenyataannya pelanggaran sains terhadap akhlak,
moral, dan etika malah membuat aturan-aturan di dunia sains semakin kompleks dan
spesifik agar tidak terjadi pelanggaran serupa di masa depannya. Sehingga pada
akhirnya pelanggaran tersebut meningkatkan nilai moral, akhlak, dan etika dari Ilmu
Pengetahuan itu sendiri.15

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran
yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.

15

http://one.indoskripsi.com/node/8884, diakses tanggal 27 maret 2010

- 10 -

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral
dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia
secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika
menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran
tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral
dan susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk AlQur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya,
materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ardani Moh., Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005)


Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003Zahruddin
AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996

- 11 -

http://one.indoskripsi.com/node/8884, diakses tanggal 27 maret 2010


www. media.diknas.go.id/media/document/965.pdf. diakses tanggal 27 maret 2010

KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Akhlak, Etika, Moral,
Karakter Serta Hubungan Dengan Ilmu Lain tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

- 12 -

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, Oktober 2011

Penyusun

- 13 -

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFATR ISI.....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika Dan Moral..............................................

B. Karakteristik Akhlak, Etika Dan Moral..........................................

C. Hubungan Akhlak, Etika Dan Moral Dengan Ilmu Lain...............

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................

11

B. Kritik dan Saran ...................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

iii

ii
iii - 14 -

MAKALAH
AKHLAK
Akhlak, Etika, Moral, Karakter Serta Hubungan Dengan Ilmu Lain

Oleh :

Anta Saadi
Yusuf Ariansyah Feri
Meri Lestari
Yensi Harmita
Vera Fitria Utama
Dosen :

Adi Saputra S.Sos.i.,M.Pd


JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN (BENGKULU)
2011

- 15 -

- 16 -

Anda mungkin juga menyukai