Anda di halaman 1dari 13

AKAD TIJARAH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mata Kuliah Akad-Akad Bisnis Syariah

Disusun Oleh:
Fasta Bikul Khoiroh (21020297)
Fandilatun Nasiroh (21020295)
Wilda Risydiyani (21020465)

Dosen Pengampu:
Qurotul Aini, SH., MH.

PROGRAM STUDI EKONIMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI


STAI SYUBBANUL WATHON
2022/2023
PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa, sholawat serta salam senantiasa kita
panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
hari akhir nanti.
Makalah dengan judul “Akad-Akad Tijarah” ini membahas tentang
bagaimana pengertian, dasar hukum, dan implementasi akad tijarah dalam bisnis
syariah. Adapun penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akad-Akad Bisnis Syariah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliahAkad-Akad
Bisnis Syariah, Ibu Qurotul Aini, SH., MH. yang telah membimbing penyelesaian
makalah ini. Tidak lupa penulis juga berterimakasih kepada para pihak yang telah
mendukung penyelesaian makalah dari awal hingga akhir. Harapannya, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan.
Tidak ada sesuatu yang sempurna, begitupun makalah ini. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kaliamat serta kesalahan dalam
penulisan. Kritik dan saran sangat diharapkan, supaya dalam pembuatan makalah-
makalah berikutnya lebih baik lagi.

Wassalamualaikum wr.wb

Secang, 25 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................i
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................1
Bab II Pembahasan..............................................................................................2
A. Pengertian Akad Tijarah ............................................................................2
B. Landasan Hukum Akad Tijarah .................................................................3
C. Macam-Macam Akad Tijarah ....................................................................4
Bab III Penutup ...................................................................................................9
A. Kesimpulan ...............................................................................................9
Daftar Pustaka .....................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam fiqh, akad dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi
sesuai karakteristik dan kebutuhan yang ada. Bentuk dan macam akad sangatlah
banyak. Oleh karena itu, kita perlu mengerti dan memahami akad apa yang
sesuai denga napa yang kita butuhkan. Hal yang paling sederhana yaitu dengan
mengetahui macam-macam akad berdasarkan tujuannya. Untuk menambah
pemahaman mengenai macam-macam akad, maka pada makalah ini akan
dibahas salah satu akad yang dilihat dari tujuannya, yaitu akad tijarah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan akad tijarah?
2. Landasan hukum apa yang ada pada akad tijarah?
3. Apasajakan macam-macam akad tijarah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akad tijarah
2. Untuk mengetahui landasan hukum dalam akad tijarah
3. Untuk mengetahui macam-macam akad tijarah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Tijarah


Tijarah berasal dari bahasa Arab yang berarti bisnis, perdagangan dan
niaga. Tijarah adalah kontrak komersial di mana real estat ditukar dengan
properti menurut metode yang menguntungkan dan diperbolehkan oleh hukum
Syariah. Akad Tijarah adalah semua jenis akad yang dibuat untuk tujuan
komersial.1 Tijarah yaitu akad yang dimaksudkan untuk mencari dan
mendapatkan keuntungan di mana rukun dan syarat telah dipenuhi semuanya.
Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Ijarah, Salam, Murabahah,
Istishna‟, Musyarakah, Muzara‟ah dan Mukharabah, musaqah. Atau dalam
redaksi lain akad tijarah (conpensational contract) adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut for profit transaction.2
Akad tijarah/muawadah (compensational contract) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad ini digunakan
mencari keuntungan, karena itu akad ini bersifat komersil.3
Akad tijarah (akad/kontrak perniagaan) Yaitu akad-akad yang mengacu
pada akad jual beli, dan berorientasi bisnis. Tujuan utama dalam perikatan ini
adalah mencari keuntungan (profit oriented). Dalam perikatan ini, keuntungan
bersifat certain (pasti) atau bisa diprediksikan dan ucertain (tidak pasti).4
Akad tijarah dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tingkat
kepastian dan hasil yang diperolehnya, yaitu:5

1
Novi Indriyani Sitepu, “Tinjauan Fiqh Mu’Amalah: Pengetahuan Masyarakat Banda Aceh
Mengenai Akad Tabarrū’ Dan Tijārah,” Journal of Chemical Information and Modeling 1 (2017):
89–99, http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/iblr/article/view/1368.
2
Haqiqi Rafsanjani, “Akad Tabarru’ Dalam Transaksi Bisnis,” Masharif Al-Syariah 1, no. 1 (2016):
101–29.
3
Lena Tiara Widya, “Akad Tijarah Dalam Tinjauan Fiqih Muamalah,” 2022, 16.
4
Dede Abdurohman, “Kontrak/Akad Dalam Keuangan Syariah,” Jurnal EcoBankers: Jurnal
Perbankan Syariah 1, no. 1 (2020): 39–58,
http://journal.bungabangsacirebon.ac.id/index.php/EcoBankers/article/view/72.
5
Desi Isnaini Betti Anggraini, Lena Tiara Widya, Yetti Afrida Indra, Akad Tabarru’ & Tijarah: Dalam
Tinjauan Fiqh Muamalah, ed. M. Ak Dr. Desi Isnaini, M.A, Yetti Afrida Indra (CV. Sinar Jaya
Berseri, 2022).

2
1. Natural Certainty Contracts (NCC)
Dalam Natural Certainty Contract, kedua belah pihak saling
mempertukarkan aset yang dimilikinya karena itu objek pertukarannya
(baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti
baik jumlah, mutu, kualitas, harga dan waktu penyerahannya. Jadi kontrak-
kontrak ini secara sunnatullah menawarkan return yang tetap dan pasti.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak jual beli (Al Bai‟ naqdan,
al Bai‟ Muajjal, al Bai‟ Taqsith, Salam, Istishna), sewamenyewa (Ijarah dan
Ijarah Muntahia bittamlik).
2. Natural Uncertainty Contract (NUC)
Pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik
real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian
menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini,
keutungan dan kerugian ditanggung bersama. Maka, kontrak ini tidak
memberikan kepastian pendapatan (return), dari segi jumlah (amount),
maupun waktu (timing). Yang termasuk dalam kontrak ini adalah
kontrakkontrak investasi. Kontrak investasi ini secara by their nature tidak
menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak fixed and
predetermined. Contoh-contoh NUC adalah sebagai-berikut: Musyarakah
(wujuh, ‘inan, abdan, muwafadhah, mudharabah); Muzara‟ah; Musaqah;
Mukhabarah.
B. Landasan Hukum Akad Tijarah
Hukum tijarah pada prinsipnya adalah mubah (dibolehkan), hal ini
bersasarkan surah:6
An-Nisa (4) ayat 29
‫َن ت َ َراضا ِّم ْنكُ ْاماۗ َو َلا‬
‫َارةا ع ْا‬ ‫ْن ٰا َمنُ ْوا َال تَأْكُلُ ْٓوا ا َ ْم َوالَكُ ْام بَ ْينَكُ ْام ِّبا ْلبَاطِّ ِّال ا ا ِّٓل ا َ ْا‬
‫ن تَك ُْو َا‬
َ ‫ن تِّج‬ ‫ٰ ٓياَيُّهَا الا ِّذي َا‬
‫ّللا ك َا‬
‫َان ِّبكُ ْام َرحِّ يْما‬ َ ُ‫ت َ ْقتُلُ ْٓوا ا َ ْنف‬
‫سكُ ْاماۗ ا اا‬
‫ِّن َٰا‬
Artinya:

6
Betti Anggraini, Lena Tiara Widya, Yetti Afrida Indra.

3
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
Ayat ini menjelaskan tentang keharaman memakan hata manusi secara batil,
kecuali melalui perdagangan yang dilaksanakan suka sama suka.
C. Macam-Macam Akad Tijarah
1. Ijarah
Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti sama dengan kata al-
'iwadhu yaitu ganti atau upah. Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul
fqih syafi'i berpendapat bahwa ijarah berarti upah mengupah. Hal ini terlihat
ketika beliau menerangkan rukun dan syarat upah mengupah, yaitu mu‟jir
(yang memberi upah) dan musta‟jir (yang menerima upah), sedangkan
Kamaluddin A. Marzuki sebagai penerjemah fiqih sunnah karya Sayyid
Sabiq menjelaskan makna ijarah dengan sewa menyewa.7 Dilihat dari
objeknya, akad ijarah dibagi menjadi 2, yaitu:8
a. Ijarah manfaat (Al-ijarah ala al-Manfa’ah), hal ini berhubungan dengan
sewa asset property, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari asset
atau property tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.
b. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-‘Amal), hal ini
berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.
Rukun dan syarat ijarah yaiu:9
a. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad menyewa atau
upah-mengupah
b. Shigat (ijab Kabul)

7
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
8
Laili Nur Amalia, “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Penerapan Akad Ijarah Pada Bisnis Jasa
Laundry (Studi Kasus Di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar),” Economic: Jurnal Ekonomi Dan
Hukum Islam 5, no. 2 (2015): 166–89.
9
Suhendi, Fiqih Muamalah.

4
c. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik di
dalam sewa-menyewa maupun maupun dalam upahmengupah.
d. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam
upahmengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan dengan beberapa
syarat yaitu; barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-
mengupah dapat dimanfaatkan kegunaanya, benda yang menjadi objek
sewa-menyewa dan upahmengupah dapat disarankan kepada penyewa dan
pekerja berikut kegunaannya (khusus dalam sewa-menyewa), Manfaat dari
benda yang disewa adalah perkara mubah (boleh) menurut syara’ bukan hal
yang dilarang (diharamkan), Benda yang disewakan disyaratkan kekal, ain
(zatnya) hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.
2. Salam
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan di antara
pembeli (muslam) dengan penjual (musalam ilaih). Spesifikasi dan harga
barang pesanan harus sudah disepakati di awal akad, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh.10 Adapun syarat dan rukun
jual beli salam menurut Sulaiman Rasjid, yaitu:11
a. Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan memesan
barang.
b. Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok barang pesanan.
c. Modal atau uang. Ada pula yang menyebut harga (tsaman).
d. Muslan filih adalah barang yang dijual belikan.
e. Shigat adalah ijab dan qabul.
Syarat-syarat Salam:
a. Membayar Uang di tempat akad
b. Barang menjadi hutang bagi penjual
c. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan
d. Ukuran, takaran, timbangan, ataupun bilangannya harus jelas

10
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli,” Mizan: Journal of Islamic Law 4, no. 1 (2016):
121–30, https://doi.org/10.32507/mizan.v4i1.177.
11
Saprida.

5
e. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
f. Disebutkan tempat menerimanya
3. Murabahah
Secara bahasa murabahah diambil dari kata rabiha-yarbahuribhan-
marabahan yang berarti beruntung atau memberikan keuntungan.
Sedangkan kata ribh itu sendiri berarti suatu kelebihan yang diperoleh dari
produksi atau modal (profit). Murabahah berasal dari masbhar yang berarti
“keuntungan, laba, atau faedah.” Secara istilah, murabahah ini banyak
didefinisikan oleh para fuqahah. Jual beli murabahah adalah jual beli dengan
harga jualnya sama dengan harga belinya ditambah dengan keuntungan.
Gambaran murabahah ini, sebagaimana dikemukakan oleh Malikiyah
adalah jual beli barang dengan harga beli beserta tambahan yang diketahui
oleh penjual dan pembeli. Ibn Qudamah yang menyatakan bahwa
murabahah adalah menjual dengan harga beli ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.12
Rukun dan syarat dalam murabahah yaitu:
a. Penjual, dengan syarat penjual memberitahu biaya modal kepada
pembeli (nasabah), dan penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila
terjadi cacat atas barang sesudah pembelian, serta penjual harus
menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.
b. Pembeli, memahami kontrak yang telah disepakati bersama dan tidak
ada unsur merugikan bagi pembeli.
c. Barang yang dibeli, tidak cacat dan sesuai dengan kesepakatan bersama.
d. Akad/shigat, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan, dan kontrak harus bebas dari riba.
e. Secara prinsip, jika syarat penjual memberitahu biaya modal kepada
nasabah, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat

12
Danang Wahyu Muhammad and Erika Vivin Setyoningsih, “Kajian Terhadap Akad Murabahah
Dengan Kuasa Membeli Dalam Praktek Bank Syariah,” Jurnal Media Hukum 25, no. 1 (2018): 93–
101, https://doi.org/10.18196/jmh.2018.0105.93-101.

6
atas sesudah pembelian, dan penjual harus menyampaikan semua hal
yang berkaitan dengan pembelian
f. belian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang tidak dipenuhi,
maka pembeli mempunyai pilihan melanjutkan pembelian seperti apa
adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual, dan membatalkan kontrak.
4. Istishna’
Menurut bahasa berasal dari kata shana'a yang artinya membuat
kemudian ditambah huruf alif, sin dan ta’ menjadi istashna'a yang berarti
meminta dibuatkan sesuatu. Transaksi jual beli istishna’ merupakan kontrak
penjualan antara mustashni’ (pembeli) dan shani’ (pembuat barang
/penjual). Secara istilah, istishna‟ adalah suatu akad yang dilakukan seorang
produsen dengan seorang pemesan untuk mengerjakan sesuatu yang
dinyatakan dalam perjanjian, yakni pemesan membeli sesuatu yang dibuat
oleh seorang produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen.
5. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk menjalankan suatu usaha dengan masing-masing berkontribusi
memberikan modal sesuai dengan porsi masing-masing yang mana
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepatan diawal
akad. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang dimiliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh sumber daya baik yang
berwujud maupun tidak berwujud dalam bahasa ekonomi hal ini biasa
dikenal sebagai joint venture.13
6. Muzara’ah dan Mukhabarah
Dalam hukum Islam, bagi hasil dalam usaha pertanian dinamakan
Muzara‟ah dan Mukhabarah. Kedua istilah tersebut mempunyai pengertian

13
Tiara Widya, “Akad Tijarah Dalam Tinjauan Fiqih Muamalah.”

7
yang hampir sama, hanya dibedakan dari benih dan bibit tanaman.
Perbedaan muzara‟ah dan mukhabarah terletak pada benih tanaman. Dalam
muzara‟ah benih berasal dari pemilik lahan, sedangkan mukhabarah benih
dari penggarap.
Muzara‟ah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau
ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau
seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik
tanah. Mukhabarah ialah mengerjakan tanah(orang lain) seperti sawah atau
ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau
seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang
yang mengerjakan.14
7. Musaqah
Musaqah adalah sebuah bentuk Kerjasama petani pemilik kebun
dengan petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan
dirawat sehingga memberikan hasil yang maksimal. Kemudian segala
sesuatu yang dihasilkan pihak kedua adalah merupakan hak bersama antara
pemilik dan penggarap sesuai dengan kesepakatanyang mereka buat.
Penggarap disebut musaqi. Dan pihak lain disebut pemilik pohon.Yang
disebut kata pohon dalam masalah ini adalah: Semua yang ditanam agar
dapat bertahan selama satu tahun keatas, untuk waktu yang tidak ada
ketentuannya dan akhirnya dalam pemotongan/penebangan. Baik pohon itu
berbuah atau tidak. Kerja sama dalam bentuk musaqahini berbeda dengan
mengupah tukang kebun untuk merawat tanaman, karena hasil yang
diterimanya adalah upah yang telah pasti ukurannya dan bukan dari hasilnya
yang belum tentu.15

14
Betti Anggraini, Lena Tiara Widya, Yetti Afrida Indra, Akad Tabarru’ & Tijarah: Dalam Tinjauan
Fiqh Muamalah.
15
Ahmad Syaickhu, Nik Haryanti, and Alfin Yuli Dianto, “Analisis Aqad Muzara’ah Dan Musaqah,”
Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah 7, no. 2 (2020): 149–68, https://doi.org/10.53429/jdes.v7i2.85.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad Tijarah (Kontrak/Kontrak Komersial) adalah akad yang berkaitan
dengan akad jual beli dan berorientasi bisnis. Tujuan utama dari akad ini adalah
mengejar keuntungan (profit-making). Dalam akad ini, keuntungannya pasti
atau dapat diprediksi dan tidak pasti. Akad dalam kategori ini adalah: Ijarah,
Salam, Murabahah, Istishna', Musyarakah, Muzara'ah dan Mukhabarah,
Musaqah. akad tijarah dalam redaksi lainnya (akad ganti rugi) meliputi segala
macam akad untuk memenangkan perdagangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohman, Dede. “Kontrak/Akad Dalam Keuangan Syariah.” Jurnal


EcoBankers: Jurnal Perbankan Syariah 1, no. 1 (2020): 39–58.
http://journal.bungabangsacirebon.ac.id/index.php/EcoBankers/article/view/7
2.
Amalia, Laili Nur. “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Penerapan Akad Ijarah Pada
Bisnis Jasa Laundry (Studi Kasus Di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar).”
Economic: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 5, no. 2 (2015): 166–89.
Betti Anggraini, Lena Tiara Widya, Yetti Afrida Indra, Desi Isnaini. Akad Tabarru’
& Tijarah: Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah. Edited by M. Ak Dr. Desi
Isnaini, M.A, Yetti Afrida Indra. CV. Sinar Jaya Berseri, 2022.
Muhammad, Danang Wahyu, and Erika Vivin Setyoningsih. “Kajian Terhadap
Akad Murabahah Dengan Kuasa Membeli Dalam Praktek Bank Syariah.”
Jurnal Media Hukum 25, no. 1 (2018): 93–101.
https://doi.org/10.18196/jmh.2018.0105.93-101.
Rafsanjani, Haqiqi. “Akad Tabarru’ Dalam Transaksi Bisnis.” Masharif Al-Syariah
1, no. 1 (2016): 101–29.
Saprida. “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli.” Mizan: Journal of Islamic Law
4, no. 1 (2016): 121–30. https://doi.org/10.32507/mizan.v4i1.177.
Sitepu, Novi Indriyani. “Tinjauan Fiqh Mu’Amalah: Pengetahuan Masyarakat
Banda Aceh Mengenai Akad Tabarrū’ Dan Tijārah.” Journal of Chemical
Information and Modeling 1 (2017): 89–99.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/iblr/article/view/1368.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Syaickhu, Ahmad, Nik Haryanti, and Alfin Yuli Dianto. “Analisis Aqad Muzara’ah
Dan Musaqah.” Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah 7, no. 2 (2020): 149–68.
https://doi.org/10.53429/jdes.v7i2.85.
Tiara Widya, Lena. “Akad Tijarah Dalam Tinjauan Fiqih Muamalah,” 2022, 16.

10

Anda mungkin juga menyukai