Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RIBA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
HADIS EKONOMI

OLEH

Kelompok 8 EI-C

Rahmiati Zulfahmi 3217277


Lidya Ananda 3219092
Elisa Isti 3219104

Dosen Pembimbing

YENNI RAHMAN, S.Thl, MA

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BUKITTINGGI
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW
yang mengajarkan kepada umat manusia, menuntun pada kebenaran dan membawa kita dari
kegelapan menuju jalan yang terang benderang seperti saat sekarang ini.

Adapun judul dari makalah ini yaitu “RIBA”. dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pemakalah sangat
berterima kasih kepada ibuk YENNI RAHMAN.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Melalui kata
pengantar ini penulis meminta maaf apabila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang penulis buat kurang tepat atau menyimggung perasaan pembaca. Dengan ini, penulis
persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Bukittinggi, 23 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba..........................................................................................................2
B. Hukum Riba...............................................................................................................2
C. Macam-Macam Riba..................................................................................................4
D. Hal-hal yang Menimbulkan Riba...............................................................................6
E. Dampak Riba..............................................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Riba secara etimologi bermakna ziyadah (tambahan). Secara liguistik, riba
mempunyai arti tumbuh dan membesar. Seluruh fuqaha sepakat bahwasannya
hukum riba itu adalah haram berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan al-Hadis. Pernyataan tentang keharaman riba yang terdapat dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275, 276, 278, dan 279. Yang artinya:
Orang  orang yang memakan (memungut) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan syaitan lantaran ganguan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata:
sesungguhnya jual beli itu sama dngan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba......
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertia riba ?
2. Apa hukum riba ?
3. Apa saja macam-macam riba ?
4. Apa saja hal yang menimbulkan riba ?
5. Bagaimana dampak riba ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian riba
2. Untuk mengetahui hukum riba
3. Untuk mengetahui hukum riba
4. Untuk mengetahu hal yang menimbulkan riba
5. Untuk mengetahui bagaimana dampak riba

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian yaitu :
1. Bertambah,karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari
suatu yang dihutangkan.
2. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainya yang dipinjamkan pada orang
lain.
3. Berlebihan atau menggelembung.

Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan riba menurut Al-mali


yang artinya adalah “akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak
diketahui perimbanganya menurut ukuran syara’, ketika berakad atau dengan
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu dari keduanya.
Menurut abdur rahman al-jaiziri, yang dimaksud dengan riba adalah akad
yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
aturan syara’ atau terlambat salah satunya.
Riba dapat timbul dalam pinjaman ( ribadayn ) dan dapat pula timbul dalam
perdagangan (riba bai’). Riba bai’ terdiri dari dua jenis yaitu riba karna pertukaran
barang sejenis tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadhl) dan riba karena
pertukarang barang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka
waktu (riba nasi’ah).1

B. Hukum Riba
Seluruh fuqaha sepakat bahwasannya hukum riba adalah haram
berdasarkan keterangan yang sangat jelas dalam al – Qur’an dan al – Hadis.
Pernyataan al – Qur’an tentang larangan riba terdapat pada surat al –
Baqarah ayat 275, 276, 278, dan 279. Yang Artinya:

1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2002)
Hlm.57

2
“orang-orang yang beriman memakan (memungut) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasuka setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba.
Padahal, allah telah menghalal kan jual beli dan mengharamkan riba........
(Q.S Al-Baqarah: 275 )

Surat al – Baqarah ayat 275 di atas mengencam keras pemungutan riba dan
mereka diserupakan dengan orang yang kerasukan Setan. Selanjutnya ayat ini
membantah kesamaan antara riba dan jual beli dengan menegaskan Allah
menghalalkan jual – beli dan mengharamkan riba.2
Larangan riba dipertegas kembali pada ayat 278, pada surat yang sama,
dengan perintah meninggalkan seluruh sisa – sisa riba, dan dipertegas kembali
pada ayat 279 yang artinya:  “jika kamu tidak meninggalkan sisa – sisa riba maka
ketahuilah bahwa Allah dan RasulNya akan memerangi kamu. Jika kamu
bertaubat maka bagimu adalah pokok bartamu. Tidak ada di antara kamu orang
yang menganiaya dan tidak ada yang teraniaya”.
Pernyataan Hadis Nabi mengenai keharaman riba antara lain :

,‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل الرِّ با َ َو ُم ْو ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه‬ ِ ‫لَ َع َن َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬
َ َ‫َوق‬
‫ هُ ْم َس َوا ٌء‬:‫ال‬
“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba,
penulisnya, dan dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka semua sama”. (HR
Muslim).

‫َفه َُو ِر ًبا‬ ‫ض َجرَّ َم ْن َف َع ًة‬


ٍ ْ‫ُك ُّل َقر‬
“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi).

ِ ‫صلَّىاهللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهى َع ْن بَي ِْع الَ َحيَ َو‬


‫ان‬ ٍ ‫َع ْن َس َم َر ِة ب ِْن ُج ْن ُد‬
َّ ِ‫ب اَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ِ ‫بِ ْال َحيَ َو‬
ً‫ان نَ ِس ْيئَة‬

2
Moh Rifal, Mutiara Fiqh, (Semarang: CV Wicaksana,1998), hlm.772-773

3
“Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang
jual beli hewan dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima
dan dishahihkan oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud)”.3

C. MACAM-MACAM RIBA
1. Jenis riba jual beli (Riba al-Buyu’)
Fuqaha’ mazhab hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah embagi riba
menjadi dua macam: riba an-nasi’ah dan riba al-fadal. Sedangkan fuqaha
Syafi’iyah membaginya menjadi menjadi tiga macam:riba al-nasi’ah, riba
al-fadhl, riba al-yad. Dalam pandangan jumhur madzahib riba al-yad ini
termasuk dalam kategori riba al-nasi’ah.
a. Pengertian riba al-Nasi’ah
Riba al-Nasi’ah menurut Wahbah al-Zuhaily adalah “penambahan
harga atas barang kontan lantaran penundaan waktu pembayaran atau
penambhan ‘ain (barang kontan) atas dain (barang hutang)” terhadap
barang berbeda jenis yang ditimbang atau di takar atau terhadap
barang sejenis yang di takar atau ditimbang”.
Menurut Abdur Rahman al-Zajairay riba al-nasi’ah adalah riba atau
tambahan (yang dipungut) sebagi imbangan atas penundaan
pembayaran.
b. pengertian riba al-fadhl
Riba al-fadhl adalah Penambahan pada salah satu dari benda yang
dipertukarkan dalam jual beli benda ribawi yang sejenis, bukan karena
faktor penundaan pembayran.
Para fuqaha sepakat bahwasanya riba al-fadhl hanya berlaku pada
harta benda ribawi. Mereka juga sepakat terhadap tujuh macam harta
benda sebagi harta bena ribawi karena dinyatakan secara tegas dalam
nash Hadis. Ketujuh harta benda tersebut adalah,: emas, perak, burr
(jenis gandum), syair (jenis gandum), kurma, zabib, anggur kering,
dan garam.

3
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia 2014) hlm.65

4
Menurut fuqaha Dhahiriyah harta ribawi terbatas pada tujuh
macam harta benda tersebut diatas. Mazhab Abu Hanafiyah dan
Hanbilah memperluas konsep harta benda ribawi pada setiap harta
benda yang dapat dihitung melalui satuan timabngan atau takaran.
Mazhab Syafi’iyah memperluas harta ribawi pada setiap mata uang
(an-naqd) dan makanan (al-ma’thum) meskipun tidak lazim dihitung
melalui satuan timbangan atau takaran. Yang dimaksud dengan
makanan
menurut mazhab Syafi’iyah adalah segala sesuatu yang lazim
dimakan manusia, termasuk buah-buahan dan sayur mayur.
Sedangkan mazhab Malikiyah memperlaus konsep harta benda ribawi
pada setiap jenis mata uang dan sifat al-iqtiat (jenis makanan yang
menguatkan badan) dan al-iddibar (jenis makanan yang dapat
disimpan lama).
Menurut mazhab Malikiyah sayur mayur dan buah-buahan basah
tidak termasuk harta benda ribawi karena tidak dapat disimpan dalam
waktu yang lama. Fuqaha Masahib juga berselisih pandangan
mengenai persamaan jenis. Menurut Fuqaha’ mazhab Hanfiyah
persamaan jenis meliputi tiga hal. Pertama, persamaan asal, seperti
beras dan tepung beras adalah sejenis, sedangkan tepung beras dengan
tepung terigu adalah berbeda jenis. Demikian juga macam – macam
gandum seperti al-Burr, al-Syair, al-khinthah masing – masing adalah
berbeda jenis dengan lainny. Kedua, persamaan fungsi dan
kegunaannya, misalnya daging gibas dan daging kambing adalah
sejenis, sedangkan wool yang terbuat dari kulit gibas dan kuit
kambing adalh berbeda jenis. Ketiga, tidak menandung unsur
produktivitas kerja manusia, misalnya gandum dan roti yang terbuat
dari gandum adalah berbeda jenis.4

4
Ibn Rusyd sebagaimana dikutip oleh Rachmat Syafel, Fiqh Muammallah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2001) hlm. 262-263

5
Menurut Fuqaha Malikiyah persamaan jenis diketahui berdasarkan
dua keriteria. Pertama, persamaan atau kedekatan fungsinya, misalnya
al-syair dan al-qham adalah sejenis. Kedua, persamaan asal sekalipun
berbeda fungsi, atau sebaliknya terdapat persamaan fungsi sekalipun
berbeda asal. Seperti minyak yang terbuat dari bahan yang berbeda
termasuk sejenis, namun jika masing-masing minyak tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda maka termasuk jenis yang berbeda.
c. Riba Fudul
Penukaran dua barang sejenis dalam jumlah yang tidak sama.
d. Riba Yad
Riba yang dilakukan dalam transaksi jual beli yang belum diserah
terimakan namun oleh si pembeli sudah dijual lagi kepada orang lain.
2. Jenis riba utang piutang (Riba Ad-duyun)
a. Riba Qardi
Riba dalam bentuk hutang piutang atau pinjaman dengan syarat
ada tambahan atau keuntungan bagi yang memberi pinjaman.
b. Riba Jahiliyah
Riba ini terdapat pada hutang yang dibayar melebihi dari pokoknya, hal
ini dikarenakan si peminjam tidak mampu membayarnya pada waktu yang
telah ditetapkan adapun penambahan hutang yang dibayarkan akan semakin
bertambah besar bersamaan dengan semakin mundurnya waktu pelunasan
hutang. Sistem ini dikenal juga dengan istilah riba muda’afah atau melipat
gandakan uang.5
D. HAL-HAL YANG MENIMBULKAN RIBA
Jika seseorang menjual benda yang mungkin mendatangkan riba menurut
jenisnya, maka disyaratkan sama nilainya, sama ukurannya menurut syara’, dan
sama-sama tunai di majelis akad.
Berikut ini yang termasuk riba pertukaran diantaranya:
a. Seseorang menukar langsung uang kertas Rp 10.000,00 dengan uang
recehan Rp 9.950,00. Uang Rp 50,00 tidak ada imbangannya atau tidak
termasuk, maka uang tersebut adalah riba.
5
Isnaini Harahap, Hadis-Hadis Ekonomi, (Jakarta:Kencana, 2015) hlm.189

6
b. Seseorang meminjamkan uang sebanyak Rp 100.000,00 dengan syarat
dikembalikan ditambah 10% dari pokok pinjaman maka 10% dari pokok
pinjaman adalah riba sebab tidak ada imbangannya.
c. Seseorang menukarkan seliter beras ketan dengan dua liter beras dolog,
maka pertukaran tersebut adalah riba sebab beras hanya ditukar dengan
beras sejenis dan tidak boleh dilebihkan salahsatunya. Jalan keluarnya
adalah beras ketan dijual terlebih dahulu dan uangnya digunakan untuk
membeli beras bulog.
d. Seseorang yang akan membangun rumah membeli batu bata, uangnya
diserahkan tanggal 5 Desember, sedangkan batu batanya diambil nanti
ketika pembangunan rumah dimulai, maka perbuatan tersebut adalah
perbuatan riba sebab terlambat salahsatunya dan berpisah sebelum serah
terima barang.
e. Seseorang yang menukarkan 5 gram mas 22 karat dengan 5 gram mas
12  karat termasuk riba walaupun sama ukurannya, tetapi berbeda nilai
(harganya) atau menukarkan 5 gram mas 22 karat dengan 10 gram mas 12
karat yang harganya sama, juga termasuk riba sebab walaupun harganya
sama ukurannya tidak sama.6
E. DAMPAK PRAKTEK RIBA
Adapun dampak akibat praktek dari riba itu sendiri diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menyebabkan eksploatasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin,
sehingga menjadiakan si kaya semakin berjaya dan si miskin tambah
sengsara.
2.   Dapat menyebabkan kebangkrutan usaha bila tidak disalurkan pada
kegiatan-kegiatan yang produktif, karena kebanyakan modal yang
dikuasai oleh the haves (pengelola) justru disalurkan dalam perkreditan
berbunga yang belum produktif.

6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 341.

7
3. Menyebabkan kesenjangan ekonomi, yang pada gilirannya bisa
mengakibatkan kekacauan sosial.
4. Bahaya buat masyarakat dan agama.
5. Para Ahli ekonomi berpendapat bahwa penyebab utama krisis ekonomi
adalah bunga yang dibayar sebagai penjiman modal atau dengan singkat
bisa disebut riba.
6. Riba dapat menimbulkan over produksi. Riba membuat daya beli
sebagian besar masyarakat lemah sehingga persedian jasa dan barang
semakin tertimbun, akibatnya perusahaan macet karena produksinya tidak
laku, perusahaan mengurangi tenaga kerja untuk menghindari kerugian
yang lebih besar, dan mengakibatkan adanya sekian jumlah
pengangguran.
7. Seringan-ringan dosa riba yaitu seperti halnya kita berjima' dengan ibu
kita sendiri (Ibn Majah dan al-Hakim).
8. Mendapat laknat dan kelak di yaumil qiyamah mereka pelaku riba, Allah
dan Rasul-Nya akan memerangi mereka, dibangkitkan dalam keadaan gila
dan mereka kekal di dalam neraka.7

7
Ghufron A, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2002)
hlm. 54

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini bahwasannya riba itu
suatu perbuatan yang dilarang atau diharamkan oleh Allah SWT. Karna bisa
berdampak buruk bagi perekonomian umatnya. Riba itu terbagi menjadi dua,
Riba utang piutang dan riba jual beli. Adapun riba utang piutang diantaranya
Qardi dan jahiliyah, sedangkan riba jual beli diantarantya riba al-Nasi’ah, riba
al-Fadhal, riba al-Fudul dan riba yad.    
B. Saran
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Demikianlah makalah ini kami susun dengan baik. Semoga dapat
bermanfaat bagi teman-teman, maka kami pun dari penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu mohon maaf, sekaligus
kami berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suhandi Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO


PERSADA
Rifal Moh. 1998. Mutiara Fiqh. Semarang: CV Wicaksana
Khosyi’ah Siah. 2014. Fiqh Muamalah Perbandingan. Bandung: Pustaka Setia
Ibn Rusyd. 2001. Fiqh Muammallah. Bandung: CV Pustaka Setia
Harahap Isnaini. 2015. Hadis-Hadis Ekonomi. Jakarta: Kencana
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 1997. Hukum-Hukum Fiqh Islam.
Semarang: Pustaka Rizki Putra
Ghufron A. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada

Anda mungkin juga menyukai