PEMERINTAHAN ISLAM
Berbagai Ekspedisi yang dilakukan Kaum Muslimin pada Masa Pemerintahan Nabi
Muhammad SAW.
Ekspedisi yang dilakukan kaum Muslimin pada masa ini sebanyak 74 kali atau, dalam
Peristiwa terbesar yang terjadi di masa ekspedisi pertama adalah Perang Badar. Dalam
perang ini, kaum Muslimin berhasil meraih kemenangan dan memperoleh harta rampasan
yang terdiri dari senjata, hewan ternak, kuda, barang-barang pribadi, serta beberapa barang
dagangan. Sejumlah kecil senjata terdiri dari pedang, jubah, helm kulit, helm besi, dan
beberapa jenis tombak. Senjata-senjata tersebut adalah senjata pribadi milik musuh yang telah
mati.
Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, seperlima bagian harta rampasan
perang diserahkan kepada nabi dan orang-orang Muslim yang miskin. Sementara 4/5 bagian
yang lain dibagikan secara merata di antara para pejuang Badar. Dari pembagian ini,
beberapa tentara masing-masing memperoleh seekor unta atau beberapa barang dagang,
sedangkan beberapa tentara lainya masing-masing memperoleh mendapat dua ekor unta dan
Ekspedisi pada tahun kedua ini dimulai dengan peperangan dengan Bani Qainuqa,
salah satu kaum Yahudi terkemuka di Madinah. Setelah melewati proses pengepungan
selama beberapa hari, orang-orang Yahudi Bani Qainuqa menyerah kepada kaum Muslimin.
Dalam hal ini, harta rampasan perang terdiri dari senjata dan peralatan pertambangan emas
mengingat mereka adalah para pengrajin yang sangat ahli. Peralatan pertambangan emas
merupakan peralatan yang akan digunakan untuk membuat senjata dan baju perang.
Menurut peraturan perang yang berlaku. seluruh persenjataan dan baju perang musuh
yang kalah perang menjadi milik pemenangnya. Namun demikian, kaum Yahudi Bani
mengalahkan mereka, tentara kaum Muslimin tidak mengetahui jumlah pasti persenjataan
kaum Yahudi Bani Qainuqa, mengingat musuh menyerang dari dalam benteng mereka dan
tidak turun ke medan terbuka. Peristiwa yang sama juga terjadi di tahun berikutnya, yakni
ketika Bani Nadhir yang terusir dari tanah mereka karena melanggar perjanjian dengan kaum
meninggalkan Madinah. Kenyataan tersebut menjadi bukti yang cukup bahwa sebagian besar
Ekspedisi terakhir pada tahun ini adalah perang sawiq. Pada peristiwa tersebut, kaum
Muslimin mengejar pelarian tentara Makkah yang di bawa pimpinan Abu Sofyan bin Harb.
Dalam pengejaran itu, beberapa perlengkapan yang dibawa tentara musuh dibuang di medan
Berdasarkan fakta-fakta di atas, tampak bahwa selama dua tahun pertama setelah
hijrah (622-624 M) hanya perang Badar dan pertempuran dengan Bani Qainuqa yang
Pada tahun ketiga ini (624-625 M), terdapat tujuh ekspedisi yang dilakukan oleh
kaum Muslimin. Ghazwah kudur merupakan peperangan pertama yang memberikan harta
rampasan. Dalam perang ini, harta rampasan perang berupa 500 unta. Perang lainya yang
menghasilkan harta rampasan perang adalah perang melawan Bani Sulaiman. Dalam perang
ini, kaum Muslimin memperoleh harta rampasan perang yang nilanya berkisar antara 20.000
sampai dengan 70.000 dirham dan bagian standar kaum Muslimin antara 100 sampai dengan
Ekspedisi kelima dalam urutan waktu dan kedua dalam hal besarnya harta rampasan
perang ialah sariyah Zaid bin Harist yang melibatkan 100 orang tentara. Pasukan ini dikirim
ke Qaradah dan berhasil menghadang sebuah kafilah Makkah di jalur timur dan mengambil
seluruh barang dagangan yang berupa perak dan emas. Harta rampasan perang yang
diperoleh kau Muslimin dalam peristiwa ini berjumlah 100.000 dirham. Dari jumlah itu,
khums yang diterima Rasulullah adalah 20.000 dirham dan setiap anggota pasukan
Hasil sebaliknya terjadi pada perang uhud. Dalam perang ini, awalnya kaum
Muslimin berhasil meraih harta rampasan perang yang besar, tetapi pada akhirnya mereka
kalah. Sejumlah harta rampasan perang hilang ketika pasukan kacau dan ditarik mundur.
Namun beberapa tentara Islam berhasil mempertahankan apa yang sudah merek peroleh
sebelumnya. Harta yang sedikit tersebut tidak dibagikan kepada kaum Muslimin melainkan
Pada tahun keempat setelah hijrah (625-626 M), kaum Muslimin melakukan tujuh
buah ekspedisi. Dua diantaranya menghasilkan harta rampasan perang. Yang pertama adalah
sariyah Abu Salamah ibn Abdul Asad yang dikirim ke Qathan, sumur milik Bani Asad, pada
bulan Muharram (625 M). Sebagai hasil rampasan perang , 7 unta diberikan kepada setiap
tentara. Di samping itu, kaum Muslimin juga menangkap tiga penggembala yang semuanya
Ekspedisi kedua yang menghasilkan harta rampasan perang dan merupakan ekspedisi
terakhir pada tahun ini adalah perang melawan bangsa Yahudi Bani Nadhir di Madinah.
Jumlah ini tidak mencakup seluruh persenjataan mereka yang seharusnya diberikan kepada
kaum Muslimin karena orang-orang Yahudi Bani Nadhir diperkirakan telah membawa
Sebagai konsekuensi terusirnya Bani Nadhir dari Madinah, lahan perkebunan yang
meliputi kebun kurma dan lahan garapan serta pemukiman mereka menjadi milik kaum
Muslimin. Keluarga Rasul dan kerabatnya dari suku Bani Hasyim dan Bani Muthalib juga
menerima bagian milik Rasulullah berupa persediaan kurma dan gandum yang dapat
Ekspedisi yang dilakukan pada tahun kelima hijriyah (626-627 M) sebanyak lima
buah dan tiga diantaranya menghasilkan harta rampasan perang. Perang yang diikuti Nabi
Muhammad SAW di Daumatul Jandal pada bulan Rabiul Awwal (627) untuk menumpas
kawanan penyamun dari suku-suku di Utara yang bermusuhan dengan penduduk Madinah
menghasilkan beberapa ternak. Pada peristiwa ini musuh kaum Muslimin adalah penyamun
yang sering merampas kereta pedagang yang ingin berdagang di pasar yang terkenal.
Ekspedisi berikutnya terjadi sekitar enam bulan kemudian. Dalam kesempatan ini,
kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah tersebut menuju mata air Muraisy,
untuk menyerang Bani Musthaliq cabang dari suku Khuza’ah. Suku ini sedang merencanakan
penyerangan ke Madinah yang mungkin di bantu oleh orang-orang Makkah. Pada ekspedisi
ini kaum Muslimin memperoleh harta rampasan perang dalam jumlah besar, terdiri dari 2000
unta, 5000 domba, serta sejumlah senjata dan harta yang ditemukan dalam kantung pelana
prajurit yang kalah perang. Mereka juga mendapatkan 200 keluarga sebagai tawanan perang.
Sebagian di antaranya kemudian dibebaskan tanpa tebusan karena Nabi Muhammad SAW.
menikahi Juwairiyah. putri dari Harist bin Abi Dhihar, kepala suku setempat. Sebagian lagi
Ekspedisi berikutnya yang terjadi pada tahun ini adalah perang khandaq (parit).
Walaupun memiliki arti yang sangat penting dari sudut pandang politik dan militer, perang
khandaq ini tidak menghasilkan harta rampasan apa pun kecuali salab (barang-barang pribadi
Ekspedisi terakhir di tahun ini adalah perang yang diikuti Rasulullah melawan Bani
Quraizah, satu-satunya suku bangsa Yahudi yang masih tinggal di Madinah. Mereka
kemudian digempur segera setelah terjadi peristiwa perang khandaq atau yang dikenal juga
sebagai perang Ahzab. Dalam peristiwa ini, kaum Muslimin memperoleh sejumlah besar
rampasan perang berupa senjata, unta, hewan ternak, dan barang-barang rumah tangga,
seperti perkakas dan pakaian. Rampasan peran dalam bentuk senjata terdiri dari 1500 pedang,
300 baju baja, 2000 tombak, serta 1500 perisai dari besi dan kulit.
Pada tahun keenam Hijriyah (627-628 M), terdapat tiga peperangan yang diikuti
Rasulullah dan 18 peperangan yang tidak diikuti Rasulullah. Namun demikian, tidak ada satu
pun peperangan yang diikuti Rasulullah yang menghasilkan harta rampasan perang dan hanya
Qurata pada bulan Muharram yang menghasilkan 150 ekor unta dan 3.000 ekor domba untuk
pasukan yang terdiri dari 30 orang. Tiga bulan kemudian sariyah yang terdiri dari 40 orang
tentara yang dipimpin oleh Ukashah bin Mihsin ke Al-Ghamr memperoleh 200 ekor unta
sebagai harta rampasan perang. Di bilan yang sama, ekspedisi Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke
Dzu al-Qassah berhasil mendapatkan harta rampasan perang, tetapi tidak diketahui
jumlahnya.
Pada bulan berikutnya, dalam ekspedisi yang lain yang dipimpin oleh Zaid ke al-Taraf
diperoleh harta rampasan perang yang terdiri dari 20 unta. Pada bulan yang sama, dia juga
memimpin sariyah yang lain ke tempat yang dikenal sebagi al-Hisma dan berhasil
memperoleh harta rampasan perang yang bernilai tinggi, tetapi seluruh perolehanya tersebut
dikembalikan untuk membayar kerugian korban pasukan Muslim. Dua bulan kemudian
ekspedisi Ali ke Fadak yang membawahi 100 tentara berhasil mendapatkan harta rampasan
berupa ternak yang terdiri dari 500 unta dan 2.000 domba.
Pada tahun ke tujuh Hijriyah (628-629 M), kaum Muslimin melakukan 14 buah
ekpedisi yang terdiri dari 6 ghazawat dan 8 saraya. Salah satu ghazawah bersamaan dengan
pelaksanaan ibadah haji Nabi ke Makkah. Oleh karena itu, tidak ada harta rampasan pada saat
itu. Namun demikian, sebagian besar ekspedisi ini menghasilkan harta rampasan perang, baik
Ekspedisi pertama pada tahun ketujuh Hijriyah ini adalah perang Khaibar. Dalam
ekspedisi ini kaum Muslimin memperoleh banyak harta rampasan perang berupa ternak,
emas, perak, perhiasan, dan uang tunai. Rampasan perang ini diyakini merupakan suber
pendapatan permanen dan terus-menerus. Selain itu, kaum Muslimin juga memperoleh
sejumlah besar persenjataan. Dengan menaklukan benteng Nitat, kaum Muslimin dapat
mengambil alih senjata pelontar (catapult) yang sudah rusak yang kemudian diperbaiki dan
dapat dioperasikan kembali. Selain itu, pasukan Muslim berhasil menawan dua ahli strategi
perang dan sejumlah besar senjata tradisional. seperti baju besi, pedang, helm besi, dan
tombak.
Selain senjata, harta rampasan perang Khaibar juga meliputi sejumlah besar bahan
makanan. Seperti gandum untuk membuat bir, lemak, madu, minyak, mentega, dan beberapa
bahan makanan lainya. Kaum Muslimin juga mendapatkan harta rampasan perang berupa
emas, perak, makanan dan ternak di benteng Ubay. Mereka juga memperoleh sejumlah
Dari benteng Saad bin Muadz, kaum Muslimin memperoleh 20 bundel linen sulaman
Yaman, 1500 seprei dengan manik-manik dari kaca, untaian mutiara, dan beberapa barang
yang digunakan sehari-hari. Sangat mungkin juga ditemukan pakaian, senjata, dan beberapa
Selain itu, harta rampasan perang meliputi koin, perhiasan dan benda-benda berharga
milik keluarga Abi Al-Huqaida yang ditemukan di benteng Sulalim, seperti gelang, kalung,
gelang kaki, cincin, giwang emas, dan untaian mutiara. Sejumlah besar ternak dan unta
Selain penaklukan Khaibar, ada tiga desa lain, yaitu daerah Fadak, Taima dan Wadi
al-Qurra, yang juga menerima kekuasaan Nabi dan berjanji untuk membayar setengah dari
mereka produksi. Tetapi Wadi al-Qurra menyerah setelah melakukan beberapa perlawanan
dan dari sini juga diperoleh beberapa harta rampasan perang berupa harta bergerak dan tanah.
Ekspedisi lain di tahun ini tidak terlalu menguntungkan. Mereka hanya memperoleh
sedikit harta rampasan perang. Sariyah Abu Bakar di bulan Sya’ban melawan Bani Kilab dari
Najd diperkirakan menghasilkan beberapa harta rampasan perang satu atau dua tawanan
dijual ke Madinah.
Untuk setiap 200 tentara yang kuat memperoleh tujuh unta yang setara dengan
sejumlah domba atau biri-biri yang menunjukkan bahwa semua harta rampasan perang yang
diperoleh berupa hewan ternak, tawanan dan harta benda lainya bernilai sama dengan 1750
ekor unta. Dua ekspedisi lain yang dipimpin oleh Ghalin bin Abdullah dan Bashir bin Sa’ad
al-Khazraji ke al-Maifa’ah dan al-Jinab kira-kira satu bulan kemudian berhasil membawa
hewan ternak sebagai harta rampasan perang yang jumlahnya tidak disebutkan mungkin
Pada tahun kedelapan Hijriyah (629-630), hanya enam ekspedisi yang mengahasilkan
harta rampasan perang. Sariyah pertama di tahun ini dipimpin oleh Ghalib bin Abdullah Al-
Kadid di bulan Safar yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil berjumlah 10-15 orang.
Pasukan ini berhasil memperoleh beberapa harta rampasan perang berupa tanah dan tawanan.
Satu bulan kemudian, pasukan Syuja bin Wahab yang terdiri dari 24 orang yang dikirim ke
Siy dan, sebagai hasilnya, setiap tentara memperoleh 15 unta atau yang senilai dengan
sejumlah domba yang menunjukkan bahwa harta rampasan perang terdiri dari 450 ekor unta
Selama ekspedisi Mu’tah, pasukan Muslim mengalami kemunduran. Oleh karena itu,
beberapa tentara kaum Muslimin mungkin hanya mendapatan beberapa harta rampasan
perang berupa salab. seperti seorang tentara memperoleh cincin yang terbuat dari emas
sedangkan yang lainya menemukan batu yang terletak di kepala musuh yang dibunuhnya.
Selain itu, tentara Muslim juga memperoleh beberapa senjata. Ekspedisi Amr bin al-Asl al-
Sahni ke Dzat al-Salasi memperoleh beberapa hewan ternak yang disembelih untuk makan
para tentara yang kelaparan. Harta rampasan perang yang diperoleh dari sariyah Abu
Qatadah bin Rib’i ke al-Khairah berjumlah 200 unta dan 1000 biri-biri.
Selama ekspedisi besar yang dilakukan untuk menaklukan Makkah, tidak ada harta
rampasan perang yang diambiloleh kaum Muslimin, kecuali beberapa senjata yang
diserahkan oleh para militer dari Hudhail dan Quraisy yang berhenti melakukan perlawanan
terhadap pasukan Muslim yang dikomandani oleh Khalid bin Walid bin Walid Al-Makhzum.
Harta rampasan perang terbesar di tahun ini diperoleh dari perang Hunain yang merupakan
ghazwah terbesar. Dalam perang ini, harta rampasan perang yang diperoleh berupa 24.000
unta, sekitar 40.000 biri- biri atau domba, dan 4000 uqiyah perak ata setara dengan
160.000dirham serta 6000 orang tawanan. Harta rampasan perang dibagi sama rata diantara
Sebagian besar ekspedisi yang dilakukan pada tahun kesembilan Hijriyah (630-631M)
berhasil mendapatkan harta rampasan perang, baik dalam jumah kecil maupun besar. Sariyah
pertama di tahun ini terjadi antara pasukan Uyainah bin Hisn Al-Fazari melawan Bani Tamim
pada bulan Muharram. Dalam peristiwa ini, kaum Muslimin berhasil memperoleh beberapa
tawanan dan mungkin beberapa ternak ke Madinah. Namun, seluruh harta rampasan perang
tersebut dikembalikan setelah salah seorang wakil sukunya bertemu dan berbicara dengan
Nabi.
Sebulan kemudian berlangsung sariyah Qutbah bin Amir ke Bishah melawan pasukan
Khat’am dan berhasil memperoleh harta rampasan perang berupa hewan ternak. Dari 20
perang ini setelah ditamah khums berjumlah 100 unta. Sariyah yang kelima yang dipimpin
oleh Ali bin Abi Thalib berhasil menaklukkan al-Fuls, berhala dari Tayi, dan memperoleh
banyak harta rampasan, baik berupa harta benda, tawanan maupun hewan ternak, disamping
Selama ekspedisi Tabuk, Khalid bin Walid Al-Makhzumi memimpin sebuah sariyah
melawan penguasa Kindi di Daumatul Jandal. Ukaidir bin Abdul Malik. Dari perang ini,
kaum Muslimin berhasil memperoleh kemenangan dan mendapatkan harta rampasan perang
berupa 2.000 ekor unta, 800 biri-biri, 400 baju besi, dan 400 tombak. Masing-masing pasukan
yang berjumlah 420 orang memperoleh 5 ekor unta atau yang senilai dengan itu.
Pada tahun kesepuluh Hijriyah (631-632 M), hanya satu ekspedisi yaitu sariyah Ali
bin Abi Thalib ke Yaman yanng berhasil memperoleh harta rampasan perang berupa hewan
ternak, tawanan, baju dan lain-lain. Dalam hal ini, tawanan dinyatakan bebas selama mau
menerima islam sedangkan sisa harta rampasan perang dibagi-bagikan kepada seluruh
anggota pasukannya. Jadi, dari semua ekspedisi yang dilakukan selama masa kepemimpinan
Rasulullah SAW. hanya ada empat dari dua tahun terakhir yang menghasilkan harta
rampasan yang berjumlah sangat kecil. Diperkirakan mulai dari ekspedisi ini tidak lebih dari
250 dirham.
Sebagai gambaran pertama adalah berapa banyak orang yang akan diberi makan dari
hasil rampasan perang tersebut. Untuk mengetahui besarnya biaya hidup yang terjadi pada
masa itu, adalah perkara yang tidak mudah. Namun demikian, terdapat sedikit petunjuk.
Ketika menjadi Khalifah Abu Bakar membutuhkan gaji sebesar 3.000 dirham per tahun untuk
membiayai kebutuhan hidup sendiri, istri dan tiga orang anaknya. Setiap keluarga
memerlukan 3.000 dirham untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, jumlah
total harta rampasan perang hanya cukup untuk menghidupi 207 keluarga selama periode 10
tahun. Jumlah ini baru mencakup penduduk Muslim dari Madinah saja, belum termasuk
Penduduk Muslim tidak menetap hanya di kota Madinah dan daerah sekitarnya, tetapi
ada sejumlah besar penduduk Muslim yang tinggal di berbagai tempat di Jazirah Arab.
Terdapat 140.000 orang Muslim yang mengiringi kehadiran Rasulullah ketika melaksanakan
ibadah hajinya yang terakhir dan pada saat yang bersamaan, perkembangan populasi di
Jazirah Arabia dan daerah-daerah sekitarnya mencapai 500.000 hingga 1 juta jiwa
diperkirakan total pengeluaran umat Islam selama satu tahun berkisar 300 juta dirham dan hal
ini berarti jumlah total harta rampasan perang hanya merupakan 0,207% dari total
pengeluaran tersebut.
Di sisi lain, jika dihubungkan dengan jumlah penduduk Muslim yang tinggal diluar
Madinah, terdapat faktor lain yang harus dipertimbangkan, yakni tidak ada di antara mereka
yang tahu harus ikut berperang selama masa hidup Rasulullah SAW. Hal ini berarti bahwa
meskipun jumlah mereka lebih besar daripada pendudu Muslim Madinah, pendapatan mereka
rampasan perang yang diperoleh kaum Muslimin adalah berkaitan dengan pengeluaran
selama melakukan ekspedisi. Sekalipun tidak ada data yang secara akurat menunjukkan
besarnya biaya yang dihabiskan untuk melakukan ekspedisi, yang jelas setiap ekspedisi
memerlukan sejumlah besar uang dan beberapa perlengkapan ekspedisi, seperti senjata, alat
transportasi, baju, makanan, dan bahan makanan. Sebuah riwayat menyatakan bahwa orang-
orang Makkah telah menghabiskan dana sebesar 50.000 dinar (6.000.000 dirham) untuk
Selain biaya-biaya yang terkait angsung untuk para anggota pasukanya, kaum
Muslimin juga harus mengeluarkan biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan
mereka sehingga nantinya dapat mengurangi tingkat perolehan harta rampasan perang.
Contoh dari biaya-biaya tersebut adalah biaya untuk para tahanan dan tawanan perang. para
tawanan perang Badar diperlakukan oleh kaum Muslimin dengan sangat baik. Kaum
Muslimin memberikan makanana dan penginapan kepada para tawanan perang, walaupun
dalam beberapa kasus mereka sendiri sedang kelaparan. Para tahanan dari Hawazin diberikan
aktivitas militer adalah kerugian materil yang terkadang sangat besar jumlahnya sehingga
penderitaan setelah operasi militer tersebut. Kekalahan perang membawa kerugian materi
yang terkadang besar yang meliputi uang, hewan ternak atau tanah. Kerugian tentu saja
merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh kaum Muslimin dalam memperoleh
kesuksesan ekspedisi, baik berupa materi maupun nyawa. Meskipun kerugian yang di derita
relatif kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat, kerugian itu seharusnya
dimasukkan ke dalam perhitungan ketika menentukan nilai bersih dari suatu harta rampasan
perang.
Perekonomian Islam di Jazirah Arab yang berlangsung selama 10 tahun sejak pertama
yakni perdagangan dan perniagaan, pertanian, kerajinan dan manufaktur, serta pekerja kasar.
Dari keempat jenis aktivitas ekonomi tersebut, perdagangan dan pertaniaan merupakan dua
lapangan pekerjaan yang menjadi dasar perekonomian Muslim pada saat itu.
Pada masa-masa hujrah ke Madinah, tidak sedikit para sahabat nabi yang hidup dalam
kemiskinan. Mereka tinggal di Madinah dalam kondisi serba kekurangan, baik uang,
makanan, pekerjaan, maupun tempat tinggal. Namun demikian, terdapat sebagian sahabat
yang merupakan orang-orang kaya dan pedagang yang sukses saat menetap di Makkah.
Ketika berhijrah ke Madinah, mereka turut serta membawa harta kekayaan mereka, baik
berupa barang maupun uang. Di kalangan kaum Anshor, terdapat juga beberapa orang yang
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa harta rampasan perang tidak memberikan
kontribusi yang penting dalam meningkatkan pendapatan kaum Muslimin. Dari pendapatan
masyarakat Madinah, harta rampasan perang hanya memberikan keuntungan sebesar 2%,
sementara 98% lainya merupakan keuntungan dari berbagai aktivitas ekonomi yang