Anda di halaman 1dari 9

PEPERANGAN YG TERJADI PADA MASA RASULULLAH PENYEBAB & AKHIR

PEPERANGAN

Nama : Augina Patricia Maysara


NIM : 201210191
Kelas : 4F

1. Perang Badar
Peristiwa perang badar terjadi di lembah Badar pada 17 maret 624 M. Perang
Badar bermula pada saat rombongan kafilah Abu Sufyan yang kembali dari Syiria
(Syam) yang mengirim utusan kepada penduduk Mekah untuk meminta perlindungan
atas kafilahnya yang sedang dalarn perjalanannya pulang dari Syiria. Permintaan itu
ditanggapi oleh penduduk Mekah dengan penafsiran bahwa kafilah mereka dicegat
oleh umat Islam. Berita tentang pencegatan umat Islam terhadap kafilah Abu Sufyan
diterima oleh Abu Jahal, lalu dia naik pitam dan mengirim pasukannya berjumlah
sekitar 900-1.000 orang.
Perang Badar terjadi di lembah Badar pada tahun 624 M. Adapun sebab
terjadinya perang Badar antara lain:
a. Ketegangan setelah terjadi tukar-menukar tawanan perang.
b. Permintaan Abu Sufyan kepada penduduk Makkah untuk melindungi kafilahnya
yang sedang dalarn perjalanannya pulang dari Syiria. Perrnintaan itu ditanggapi
oleh penduduk Makkah dengan penafsiran bahwa kafilah mereka dicegat oleh
umat Islam.
c. Berita tentang pencegatan umat Islam terhadap kafilah Abu Sufyan diterima oleh
Abu Jahal, lalu dia naik pitam dan mengirim pasukannya berjumlah sekitar 900-
1.000 orang.
Pasukan kaum muslim hanya berjumlah 313, dari jumlah tersebut 240 orang
adalah kaum anshar, karena mereka keluar tidak untuk niat perang hanya menghadang
rombongan kafilah Abu Sufyan yang kembali dari syiria. Adapun pasukan muslim
hanya menggunakan kendaraan dua ekor kuda dan 70 ekor unta dan yang membawa
bendera adalah Mush’ab bin Umair Al-Abdari. Sedangkan pasukan Abu Jahal
berjumlah sekitar 900-1000 orang, informasi ini di dapat dari dua hamba sahaya yang
bertugas menyiapkan air minum buat pasukan Quraisy. Setelah ditanya Nabi
Muhammad tentang ternak yang disembelih mereka dalam seharinya, mereka
menjawan kadang sembilan kadang sepuluh ekor unta.
Di lembah Badar tepatnya pada hari 17 Ramadhan 2 H atau 17 Maret 624 M,
peperangan terjadi antara pasukan Kafir Quraisy dan Umat Islam.Pertama-tama
terjadi duel antara anggota pasukan. Tiga anggota pasukan kafir Quraisy, yaitu Utbah
bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, dan Walid bin Utbah, berhadapan dengan Hamzah,
Ali bin Abu Thalib dan Ubaidah dari pihak umat Islam Madinah. Dalam pertempuran
itu, ketiga kafir Quraisy terbunuh. Utbah dibunuh oleh Hamzah, Walid dibunuh oleh
Ali, dan Syaibah dibunuh oleh Ubaidah.
Setelah itu, terjadi peperangan antara dua pasukan. Umat Islam yang berjumlah
313 dengan perlengakapan sederhana berhasil memenangkan peperangan. Abu Jahal
bersama 70 orang pasukan Mekah terbunuh, sementara pasukan umat Islam 14 orang
yang mati syahid terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Anshar.
Kemenangan di Badar memberikan kesan tersendiri, baik bagi umat Islam maupun
kafir Quraisy Mekah. Di antaranya sebagai berikut.
1. Semakin solid kekuatan Umat Islam di Madinah.
2. Menjadi dasar pemerintahan Nabi di Madinah.
3. Kemenangan militer umat Islam yang pertama.
4. Semangat jihad perang badar sangat berpengaruh terhadap dakwah Islam pada
hari-hari berikut.
Masalah tawanan perang, para sahabat berbeda pendapat. Umar bin Khatab
mengusulkan agar tawanan dibunuh. Sedangkan Abu Bakar menyarankan agar
dilepaskan. Nabi Muhammad membuat keputusan yang seimbang dengan
memanfaatkan kemampuan yang dimiliki para tawanan ini. Akhirnya bersepakat
untuk melepaskan mereka dengan cara tebusan yaitu satu orang tawan dengan harga
120 dinar. Sementara yang tidak mampu membayar diwajibkan untuk mengajar baca
tulis kepada penduduk Madinah.
2. Perang Uhud
Tragedi uhud atau yang dikenal dengan Perang uhud terjadi Pada bulan
Ramadhan tahun 3 H/625 M. Hal ini bermula Kaum Kafir Quraisy Mekah
merencanakan untuk menyerang secara besar-besaran terhadap umat Islam pasca
kekalahan mereka dalam Perang Badar. mereka berangkat menuju Madinah dengan
membawa pasukan yang terdiri dari 3.000 pasukan berunta, 200 pasukan berkuda, dan
700 orangberbaju besi di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Nabi Muhammad Saw. mengetahui rencana itu melalui sepucuk surat dari
Abbas bin Abdul MuThalib, pamannya, yang sudah menaruh simpati pada Islam.
Pada mulanya Nabi Saw. umat Islam bertahan di dalam kota Madinah. Setelah
mempertimbangkan saran dari para shahabat, Nabi Saw memutuskan untuk keluar
kota Madinah. Kemudian Nabi Saw. berangkat dengan 1.000 tentara. Dalam
perjalanan kaum munafiq yang dipimpin Abdullah bin Ubay sebanyak 300 membelot
dan kembali pulang ke Madinah. Sehingga tersisa 700 tentara, Nabi Saw. tetap
melanjutkan perjalanan.
Nabi Muhammad Saw dan Pasukannya tiba di bukit Uhud. Pegunungan Uhud
terletak di sebelah utara Madinah. Nabi Saw. menyusun strategi perang. Pasukan
ditempatkan di belekang bukit dengan dilindungi oleh lima puluh pemanah mahir
dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair yang ditempatkan di lereng bukit yang cukup
tinggi. Mereka ditugaskan untuk membendung pasukan berkuda kafir Quraisy. Nabi
Muhammad Saw. berpesan agar para pemanah tidak meninggalkan tempat dengan
alasan apapun.
Pada awalnya, pasukan umat Islam berhasil memukul mundur pasukan kafir
Quraisy. Pasukan umat Islam tergoda dengan harta benda yang ditinggalkan musuh.
Mereka mengumpulkan harta rampasan dan tidak menghiraukan gerakan musuh.
Beberapa pasukan pemanah tergoda juga dengan harta rampasan. Mereka
menganggap perang sudah selesai. Akhirnya mereka turun dari bukit, hanya sedikit
pasukan pemanah yang masih tetap bertahan di bukit. Melihat kondisi tersebut,
Khalid bin Walid pimpinan pasukan berkuda Quraisy berputar haluan untuk kembali
menyerang sampai akhirnya berhasil melumpuhkan pasukann pemanah Islam. Satu
persatu pasukan muslim berguguran, Nabi Saw. sendiri mendapatkan luka cukup
berat. Umat Islam terselamatkan dengan berita terbunuhnya nabi Muhammad Saw..
Berita itu membuat pasukan kafir Quraisy mengurangi serangan karena kematian
Nabi Saw. sudah cukup sebagai balasan atas kekalahan di perang Badar.
Dalam perang Uhud, tentara Quraisy terbunuh 25 orang, sementara pasukan
muslim 70 orang syuhada. Diantaranya paman Nabi Saw., Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Mus’ab bin Umar, Dai pertama Islam.
Perang Uhud berakhir karena beberapa faktor yang mempengaruhi situasi di
medan perang. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan berakhirnya
pertempuran tersebut:
a. Kekacauan di medan perang: Saat pertempuran berlangsung, beberapa pasukan
Muslim mengabaikan perintah Nabi Muhammad untuk mempertahankan posisi di
gunung Uhud. Mereka tergoda oleh harta rampasan yang ditinggalkan oleh
pasukan musyrik Quraisy yang mundur. Kehadiran mereka di luar posisi
pertahanan membuat formasi pasukan Muslim terpecah dan menyebabkan
kekacauan di medan perang.
b. Serangan balik pasukan Quraisy: Memanfaatkan kekacauan yang terjadi di pihak
Muslim, pasukan musyrik Quraisy berhasil melancarkan serangan balik yang kuat.
Mereka mengambil kesempatan untuk mengejar dan melawan pasukan Muslim
yang terpecah. Serangan balik ini menyebabkan kerugian signifikan bagi pasukan
Muslim.
c. Kehilangan tokoh-tokoh penting: Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
akhir perang Uhud adalah kehilangan beberapa tokoh penting dalam pasukan
Muslim. Di antaranya adalah Hamzah bin Abdul Muttalib, paman Nabi
Muhammad, yang gugur dalam pertempuran. Kehilangan tokoh-tokoh ini tidak
hanya mengurangi kekuatan militer pasukan Muslim, tetapi juga mempengaruhi
moral dan semangat perang mereka.
d. Penarikan diri pasukan Quraisy: Meskipun pasukan musyrik Quraisy berhasil
melancarkan serangan balik yang kuat, mereka tidak melanjutkan serangan
mereka ke Madinah. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan ini termasuk
kelelahan pasukan Quraisy setelah pertempuran yang berkecamuk, keberhasilan
pasukan Muslim dalam bertahan di gunung Uhud, dan kurangnya persediaan yang
cukup untuk mengepung Madinah.
Dengan kombinasi dari faktor-faktor ini, perang Uhud berakhir dengan pasukan
Quraisy kembali ke Mekah dan pasukan Muslim berhasil mengamankan posisi
mereka di Madinah. Meskipun pasukan Muslim mengalami kekalahan dalam
pertempuran ini, mereka tetap melanjutkan perjuangan mereka dalam menyebarkan
agama Islam.
3. Perang Khandaq
Khandak berarti parit, nama ini digunakan untuk menyebut sebuah kejadian
perang yang terjadi pada tahun ke-5 setelah hijrah ke Madinah atau bertepatan tahun
627 Masehi. Perang khandak ini adalah perang ketiga yang dipimpin langsung oleh
Nabi Muhammad Saw.
Perang khandak adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang terdiri
atas bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan. Perang khandak disebut juga perang
Ahzab, yang bermakna gabungan. pasukan Quraisy Mekkah dan sekutunya hendak
menyerang Umat Islam di Madinah. Jumlahnya pasukan mereka kurang lebih 10.000
pasukan. Pasukan kafir Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan, mereka bergerak menuju
Madinah.
Ketika Nabi Muhammad Saw. mendengar berita tersebut, beliau mengadakan
musyawarah dengan para shahabatnya. Salman Al Farisi mengusulkan agar
dibangunkan parit besar mengintari perbatasan kota Madinah sebagai pertahanan kota.
Nabi Saw. dan para sahabat menyetujui usulan Salman al Farisi. Seluruh pasukan
Umat Islam, termasuk Nabi Saw., bekerjasama menggali parit besar. Pasukan Kafir
Quraisy dan sekutunya keheranan melihat strategi yang diterapkan oleh pasukan Umat
Islam. Karena mereka belum pernah melihatnya. Setiap kali pasukan kafir Quraisy
dan sekutunya berusaha menerobos, pasukan umat Islam mudah menggagalkannya.
Serangan dan pengepukan berjalan berhari-hari sampai perbekalan mereka berkurang.
Ringkas cerita pada suatu hari, Allah memberikan pertolongan bagi umat Islam
dengan mengirim angin kencang disertai badai pasir yang merobohkan tenda-tenda
musuh.
Melihat kondisi seperti itu, pasukan kafir Quraisy tidak dapat bertahan
mengepung kota Madinah. Akhirnya Abu Sufyan pemimpin pasukan kafir Quraisy
membubarkan sekutunya untuk kembali ke tempatnya masing-masing.
4. Perang Khaibar
Perang Khaibar terjadi pada bulan Jumadil Akhir tahun 7 H (627 M) antara
pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw. dan suku Yahudi Khaibar
yang menduduki wilayah Khaibar di Hijaz, Arab Saudi. Pertempuran ini merupakan
salah satu konflik penting dalam sejarah awal Islam.
Khaibar adalah sebuah oase yang terletak sekitar 150 kilometer di sebelah utara
Madinah. Suku Yahudi Khaibar memiliki kekuatan pertahanan yang kuat dan mereka
menguasai wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Suku Yahudi Khaibar
menjalankan pertanian dan memiliki benteng-benteng yang kokoh, menjadikannya
sebagai benteng yang sulit ditembus.
Penyebab utama perang Khaibar adalah ancaman yang ditimbulkan oleh suku
Yahudi Khaibar terhadap umat Muslim dan hubungan mereka dengan pasukan
musyrik Quraisy yang bermusuhan dengan Islam. Suku Yahudi Khaibar juga terlibat
dalam konspirasi dan serangan terhadap umat Muslim.
Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk melancarkan serangan ke Khaibar
dengan tujuan untuk mengatasi ancaman suku Yahudi dan mengamankan wilayah
tersebut. Pasukan Muslim yang terdiri dari para sahabat bergerak menuju Khaibar dan
menghadapi pertahanan yang kuat dari suku Yahudi.
Selama pertempuran, pasukan Muslim berhasil merebut beberapa benteng dan
mengepung suku Yahudi Khaibar. Namun, pertempuran berlangsung dengan sengit
dan pasukan Muslim menghadapi tantangan yang besar dalam menghadapi benteng-
benteng yang kuat dan pertahanan suku Yahudi.
Pada akhirnya, pasukan Muslim berhasil memaksa suku Yahudi Khaibar untuk
menyerah. Mereka menandatangani perjanjian dengan pasukan Muslim, yang
memungkinkan mereka untuk tetap tinggal di Khaibar dengan syarat membayar pajak
atau memberikan sebagian hasil pertanian kepada umat Muslim.
Perang Khaibar memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah awal Islam.
Kemenangan ini memperluas wilayah pengaruh Islam di Hijaz dan melemahkan
kekuatan suku Yahudi di kawasan tersebut. Selain itu, perang Khaibar juga menjadi
contoh bagi pasukan Muslim dalam menghadapi musuh yang memiliki pertahanan
yang kuat dan strategi pertempuran yang rumit.
5. Fathu Makkah
Fathu Makkah, juga dikenal sebagai Pembebasan Mekah, terjadi pada bulan
Ramadhan tahun 8 H (630 M) dan merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Fathu Makkah mengacu pada saat pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad saw. merebut kembali kota Mekah yang sebelumnya dikuasai oleh
pasukan musyrik Quraisy.
Penyebab Fathu Makkah bermula dari perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada
tahun sebelumnya antara Nabi Muhammad dan pasukan musyrik Quraisy. Dalam
perjanjian tersebut, terdapat ketentuan gencatan senjata selama sepuluh tahun antara
kedua pihak. Namun, ketika suku Khuzayah, sekutu Muslim, diserang oleh suku
Hawazin yang merupakan sekutu Quraisy, pasukan Muslim melihat pelanggaran
perjanjian dan memutuskan untuk mengakhiri gencatan senjata.
Nabi Muhammad dan pasukan Muslim bergerak menuju Mekah dengan tujuan
untuk merebut kembali kota suci tersebut. Pasukan Muslim yang kuat dan
berkembang dengan cepat berhasil mencapai Mekah. Namun, mereka tidak
menghadapi perlawanan yang kuat dari pasukan Quraisy. Sebagai gantinya, banyak
suku dan kabilah Arab di sekitar Mekah yang menyadari kekuatan dan kesuksesan
Islam memilih untuk bergabung dengan pasukan Muslim.
Nabi Muhammad memasuki Mekah dengan sikap penuh pengampunan dan
kelembutan. Dia memerintahkan pasukannya untuk tidak melakukan pembalasan atau
penindasan terhadap penduduk Mekah yang sebelumnya pernah memusuhi mereka.
Banyak penduduk Mekah yang akhirnya memeluk Islam sebagai hasil dari perlakuan
adil dan penyayang Nabi Muhammad.
Fathu Makkah secara efektif menandai keberhasilan Islam dan pembukaan
kembali kota Mekah bagi umat Muslim. Nabi Muhammad mengumumkan amnesti
umum bagi penduduk Mekah dan menghapuskan kekafiran yang dilakukan oleh suku
Quraisy. Pemujaan berhala di Ka'bah dihapuskan dan Ka'bah menjadi pusat ibadah
yang suci bagi umat Islam.
Fathu Makkah menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam karena
mengokohkan kekuasaan dan pengaruh Islam di wilayah Arab. Peristiwa ini juga
mempengaruhi hubungan antara Islam dan suku-suku Arab lainnya yang kemudian
mengakui kekuatan dan kemuliaan Islam.
6. Perang Hunain
Perang Hunain terjadi pada tahun 630 M setelah penaklukan Mekah oleh
pasukan Islam. Perang ini terjadi ketika pasukan musyrik suku Hawazin dan Thaqif
melancarkan serangan terhadap pasukan Islam di Lembah Hunain.
Sebab Terjadinya:
a. Kepercayaan Musyrik yang Kuat: Suku Hawazin dan Thaqif adalah suku-suku
Arab yang masih menganut agama politeistik dan merupakan musuh-musuh lama
umat Islam. Mereka merasa terancam dengan kekuatan yang semakin
berkembangnya umat Islam di Mekah dan khawatir akan kehilangan kekuasaan
dan pengaruh mereka.
b. Kekhawatiran Setelah Penaklukan Mekah: Pasukan Hawazin dan Thaqif merasa
terancam oleh penaklukan Mekah oleh pasukan Islam. Mereka khawatir bahwa
Islam akan semakin kuat dan memperluas pengaruhnya, sehingga mereka
memutuskan untuk melancarkan serangan sebelum pasukan Islam menjadi lebih
kuat.
c. Kelebihan Jumlah Pasukan Musyrik: Pasukan musyrik dalam perang Hunain lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan pasukan Islam. Hal ini memberikan
mereka keyakinan bahwa mereka dapat mengalahkan pasukan Islam dan
menghancurkan kekuatan Islam yang baru saja menguasai Mekah.
Sebab Berakhirnya:
Perang Hunain pada awalnya tidak berjalan lancar bagi pasukan Islam. Pasukan
musyrik berhasil melancarkan serangan kejutan dan memukul mundur pasukan Islam,
bahkan mengakibatkan kepanikan dan kerugian di pihak pasukan Muslim. Namun,
perang berbalik ketika Nabi Muhammad SAW dan beberapa komandan kunci umat
Islam mampu memulihkan keadaan dan memobilisasi pasukan.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan perang Hunain berakhir:
a. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW dan
kepemimpinannya menjadi kunci dalam mengatasi kekalahan awal pasukan Islam.
Dengan ketenangan dan keberanian beliau, pasukan Islam dipulihkan dan mereka
kembali mengorganisir diri untuk melawan musuh.
b. Konsolidasi Pasukan Islam: Setelah kekalahan awal, pasukan Islam berhasil
mengkonsolidasikan diri dan kembali menyusun strategi perang yang efektif. Hal
ini memungkinkan mereka untuk membalikkan keadaan dan melancarkan
serangan balik terhadap pasukan musyrik.
c. Motivasi dan Semangat Pasukan Islam: Pasukan Islam diberi semangat baru oleh
keberanian Nabi Muhammad SAW dan tekad mereka untuk membela agama
Islam. Semangat ini membantu mereka untuk mengatasi ketakutan dan kepanikan
awal, dan membangkitkan semangat juang yang tinggi.
Akhirnya, pasukan Islam berhasil memenangkan pertempuran dan pasukan
musyrik mengalami kekalahan yang telak. Perang Hunain menjadi pengalaman
penting bagi umat Islam, yang mengajarkan mereka pentingnya keberanian,
kesabaran, dan konsolidasi dalam menghadapi musuh.
7. Perang Tabuk
Perang Tabuk terjadi pada tahun 630 M dan melibatkan pasukan Islam di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang bergerak menuju perbatasan utara Arab
untuk menghadapi pasukan Romawi Bizantium.
Sebab Terjadinya:
a. Ancaman dari Romawi Bizantium: Pada saat itu, Kekaisaran Romawi Bizantium
merupakan kekuatan besar yang menguasai wilayah perbatasan utara Arab.
Pasukan Romawi Bizantium mengumpulkan pasukan besar dan dikabarkan akan
melancarkan serangan terhadap umat Islam. Hal ini menjadi ancaman bagi
keberadaan Islam dan menjadi alasan untuk menghadapi pasukan Romawi
Bizantium.
b. Perluasan Pengaruh Islam: Pasukan Islam di bawah kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW telah berhasil menaklukkan Mekah dan wilayah-wilayah
sekitarnya. Kemenangan-kemenangan ini menyebabkan peningkatan jumlah
penganut Islam dan pertumbuhan pengaruh Islam di Arab. Perang Tabuk menjadi
kesempatan bagi umat Islam untuk menunjukkan kekuatan mereka dan
melindungi agama mereka.
Sebab Berakhirnya:
Perang Tabuk tidak menghasilkan pertempuran langsung dengan pasukan
Romawi Bizantium. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan berakhirnya
perang Tabuk:
a. Retret Pasukan Romawi Bizantium: Ketika pasukan Islam mendekati perbatasan
utara, pasukan Romawi Bizantium yang dihadapinya memutuskan untuk tidak
melancarkan serangan. Pasukan Bizantium menghadapi masalah internal dan
konflik di wilayah mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih untuk mundur
tanpa pertempuran dengan pasukan Islam.
b. Diplomasi dan Perjanjian: Dalam beberapa kasus, pasukan Islam dapat mencapai
perjanjian dengan suku-suku Arab yang mendukung Romawi Bizantium.
Perjanjian ini mencakup ketentuan-ketentuan yang menguntungkan umat Islam
dan memastikan keamanan wilayah tersebut.
c. Pembelajaran dan Persiapan: Meskipun tidak ada pertempuran yang terjadi,
Perang Tabuk memberikan kesempatan bagi pasukan Islam untuk belajar dan
mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi ancaman masa depan. Perjalanan
ke Tabuk memperkuat persatuan umat Islam dan menunjukkan kesetiaan para
sahabat terhadap Nabi Muhammad SAW.
Perang Tabuk memiliki signifikansi strategis dalam sejarah Islam, meskipun tidak
melibatkan pertempuran langsung. Perjalanan ini menguji iman dan kesetiaan para
sahabat serta memperkuat posisi Islam di wilayah Arab utara.

Anda mungkin juga menyukai