Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDALAMAN MATERI SKI DI MADRASAH

“Kepemimpinan Abu Bakar & Umar bin Khattab”

Dosen Pengampu :
M. Yusuf, S.Ag, M.Pd

Kelas : PAI 5 F

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Anisa Zahra (201210184)


2. Augina Patricia Maysara (201210191)
3. El-Pajri (201210205)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN

THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kepemimpinan Abu Bakar & Umar bin Khattab”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Pendalaman Materi
Akidah Akhlak di Madrasah.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak M. Yusuf, S.Ag,


M.Pd selaku Dosen mata kuliah Pendalaman Materi SKI di Madrasah. Berkat tugas
yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Jambi, September 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq............................................................. 3
B. Khalifah Umar bin Khattab.................................................................. 11
BAB III ............................................................................................................. 18
PENUTUP ........................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Islam pada Zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
merupakan masa keemasan Islam, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian
Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan aktor/faktor utamanya yaitu
Rasulullah, kemudian pada zaman selanjutnya yaitu pada zaman sahabat yang
membawa misi peradaban yang lebih baik. Peradaban merupakan konotasi
positif pada diri manusia yang berkembang secara sadar menjadi manusia yang
ideal (Zainudin Sadar, 1999). Istilah peradaban sering digunakan untuk
menunjukkan pendapat serta penilaian terhadap perkembangan kebudayaan
yang pada masanya mencapai puncak kejayaan. Pada setiap kepemimpinan
Islam tentunya memiliki kemajuankemajuan (peradaban) yang berbeda dan
punya ide dan gagasan yang berbeda serta kebijakan-kebijakan yang berbeda
pula baik itu sebelumnya atau sesudahnya. Karena karakter dan sikap setiap
pemimpin menentukan sebuah wilayah.
Dalam sejarah sahabat Rasulullah SAW ada dua sahabat yang mempunyai
karakter yang berbeda dan berlawanan, namun terjalin hubungan atau
persahabatan yang kuat dan keduanya menjadi pengawal Islam dalam hidupnya
yaitu Abu Bakar As Sidiq dan Umar bin Khattab. Rasulullah memuji Abu
Bakar karena diberi kelembutan hatinya dan bijaksana, sedangkan Umar bin
Khattab diberi sifat keras, cerdas dan tegas. Dengan karekter/ sifat yang tegas,
keras dan cerdas yang dimiliki khalifah Umar membawa dampak yang
signifikan dalam sejarah perkembangan Islam, sehingga sejarah mencatat
mulai terbukanya dakwah Islam dengan terbuka dan terang-terangan pada
masyarakat zaman itu.1
Sejarah telah mencatat dengan tinta emasnya, bahwa Islam pernah mencapai
kejayaannya dalam bidang peradaban, bahkan sebelum bangsa Eropa maju,
peradaban Islam telah mencapai puncak keemasannya. Dengan demikian, tidak
dapat disangkal lagi bahwa karena perdaban Islam-lah peradaban Eropa

1
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, cet ke I (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 32-37.

1
menjadi maju, karena bangsa Eropa telah belajar dari peradaban Islam. Ini tidak
terlepas dari andil besar para sahabat Rasulullah Saw., dan generasi terbaik
sesudahnya yang telah mendapatkan didikan Rasulullah Saw., baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dan di antara sahabat yang memiliki andil
besar itu adalah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Dengan demikian penulis berupaya untuk menyajikan fakta sejarah dua
khalifah yang agung ini dalam kiprahnya dalam membangun peradaban Islam.
Sehingga kami bermaksud menulis makalah dengan judul "Kepemimpinan
pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan biografi Khalifah Abu Bakar & Umar bin Khattab?
2. Apa saja kebijakan pada kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan menganalisis sejarah dan biografi Khalifah Abu Bakar &
Umar bin Khattab.
2. Mengetahui dan menganalisis kebijakan pada kepemimpinan Abu Bakar
dan Umar bin Khattab.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
1. Biografi Abu Bakar As - Shiddiq
Abu Bakar lahir di Mekkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun
Gajah. Namanya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab
bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'aib bin Ghalib Al-Qurasyi
At-Taimi. Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq bertemu dengan nasab Nabi
Muhammad pada kakek keenam yaitu Murrah bin Ka'ab. 2
la memiliki nama Kuniyah Abu Bakar (Bakr), dari kata, "Al-Bak" yang
artinya adalah unta yang muda dan kuat. Bentuk jamaknya adalah, "Bikar"
dan "abkur". Orang Arab menyebut Bakr, yaitu moyang sebuah
kabilah yang besar.
Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki sejumlah nama laqab atau julukan
yang kesemuanya menunjukan pengertian luhurnya derajat dan kedudukan
serta kemuliaan jejak langkah dan nasab. Diantaranya adalah Al-'Aniq
dan Ash-Shiddiq.
Rasulullah SAW menyifatinya dengan "Atiq bin An-nar" (orang yang
terbebas dari api neraka), sehingga dia lebih dikenal dengan nama "Atiq".
Ada yang mengatakan bahwa ia dipanggil dengan Atiq karena kebagusan
rupanya. Sedangkan gelar Shiddiq, nama julukan ini diberikan oleh
Rasulullah kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan
dan mempercayai Rasulullah. Umat bersepakat atas julukan Ash-Shiddiq
bagi Abu Bakar, karena ia senantiasa langsung membenarkan dan
mempercayai Rasulullah tanpa pernah ia bersikap agak bimbang serta
senantiasa berkomitmen pada kebenaran dan kejujuran, tanpa pernah
melakukan hal-hal yang tidak baik. 3

2
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Abu Bakar As-hiddiq, Jakarta: Pustaka Al-
kausar, 2013), hlm. 22.
3
Ibid, hlm.24

3
Sedangkan gelar As Shiddiq disandangnya dikarenakan banyak
melakukan kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang
meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau.
Sebahagian ulama juga berbeda pendapat, Sebagian mereka mengatakan
bahwa sebelum masuk Islam, Abu Bakar telah dikenal dengan sifatnya yang
jujur dan dapat dipercaya. Bahkan orang-orang Quraisy tidak meragukan
lagi tentang apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, Oleh sebab itu ia
digelari dengan As Shiddiq' Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman
khamr, beliau tergolong orang kaya raya. Abu Bakar pada masa mudanya
adalah seorang saudagar kaya, dia yang pertama kali masuk Islam dari
kalangan laki-laki dewasa dan setelah menjadi seorang muslim dia lebih
memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah. 4
Abu Bakar As Shiddiq merupakan sahabat yang senantiasa menemani
dakwah Rasulullah saw. baik dalam suka ataupun duka. la rela berkorban
dengan harta dan jiwa yang ia miliki untuk mendukung dan menyebarkan
risalah dakwah. Pengorbanan yang ia berikan tidak akan akan bisa dilupakan
sejarah. Sehingga dengan demikian Abu Bakar As Shiddiq memiliki tempat
yang khusus dihati Rasulullah saw. dalam bentangan sejarah Islam.
Abu Bakar As Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar As Shiddiq menderita sakit
lebih kurang 15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya
terbaring ditempat tidur dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama
sahabat lainnya. Agar shalat jamaah di masjid bisa terus berlanjut, Abu
Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab.
Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun.
Jenazah Abu Bakar As Shiddiq dimandikan oleh isterinya yaitu Asma' binti
Amisy, sesuai dengan wasiatnya sebelum ia meninggal. 5 Jika ada hal-hal
yang tidak bisa ia lakukan maka ia meminta bantuan kepada putranya;

4
Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthy, Tarikh al-Khulafa, (Beirut: Daru al-
Fikri,1997). hlm. 27
5
Abu Muhammad Abdul Malik, Sirah al-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kunuz al-
Dzahabiyah, 2000). hlm. 255

4
Abdurrahman bin Abu Bakar. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Abu
Bakar As Shiddiq menderita sakit yang mengantarkannya pada kematian
disebabkan oleh makanan yang dibubuhi racun oleh seorang Yahudi. Abu
Bakar As Shiddiq memakan makanan tersebut bersama al-Harist bin
Kaladah dan al-Atab bin Usaid. Mereka mengalami penyakit yang sama dan
meninggal pada hari yang sama. 6
2. Masa Kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H = 632-634 M)
a. Awal Pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya,
dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam shalat
menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi
bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah
kematiannya (632 M), dilakukan musyawarah dikalangan para pemuka
kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat islam atau
khalifah islam.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber
perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai Khalifah adalah subyek
yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama
dalam islam dimana umat islam terpecah menjadi kaum sunni dan
syi’ah. Disatu sisi kaum syi’ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi
Thalib yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan
Rasulullah sendiri, sementara kaum sunni berpendapat bahwa
Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni
berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk
penunjukan pemimpin, sementara muslim syi’ah berpendapat
berpendapat kalau Rasulullah dalam hal-hal terkecil seperti sebelum
dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan
umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan

6
Muhammad bin Sa'ad, Kitab al-Thabaqat al-Kubra, (Cairo: Syirkah al-Dauliyah li al-
Thiba'ah, 2001). hlm. 186

5
umat terakhir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi’ah tentang
siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin
islam yang dua belas.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing
kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya
(berbai’at) kepada Abu Bakar dan dua Khalifah setelahnya (Umar dan
Utsman). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai
pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar
dan Umar. Dan Sementara kaum syi’ah menggambarkan bahwa Ali
melakukan bai’at tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat
setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan-bulan lamanya
dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari
kehidupan publik.
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam
dalam keadaan krisis dan gawat. Yaitu timbulnya perpecahan,
munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan
yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang
pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama
(musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi
sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai
terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa
Islam telah berakhir.7
b. Perang Riddah
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang
mengancam persatuan dab stabilitas komunitas dan negara islam saat
itu muncul. Beberapa suku arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed
membangkang kepada Khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa
diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama
islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk berhala. Suku-

7
M. Husain Haikal. Biografi Abu Bakar As-Shiddiq. ( Jakarta : Qitshi Press, 2007) hlm. 387-390

6
suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen denan Nabi
Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.
Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi
Muhammad jatuh sakit. Ketika tersiar berita kemangkatan Nabi
Muhammad, maka gerakan belot agama itu meluas di wilayah bagian
tengah, wilayah bagian timur, wilayah bagian selatan sampai ke
Madinah Al-Munawarah serta Makkah Al-Mukaramah itu sudah
berada dalam keadaan terkepung. Gerakan riddat itu bermula dengan
kemunculan tiga tokoh yang mengaku dirinya Nabi, guna menyaingi
Nabi Muhammad SAW, yaitu: Musailamah, Thulhah, Aswad Al-Insa.
Musailamah berasal dari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah,
Tulaiha seorang kepala suku Bani Asad, Sajah seorang wanita Kristen
dari Bani Yarbu yang menikah dengan Musailamah. Masing-masing
orang tersebut berupaya meluaskan pengikutnya dan membelakangi
agama Islam. 8
Abu Bakar sebagai seorang Khalifah, tidak mendiamkan kejadian
itu terus berlanjut. Beliau memandang gerakan murtad itu sebagai
bahaya besar, kemudian beliau menghimpun para prajurit Madinah dan
membagi mereka atas sebelas batalion dengan komando masing-
masing panglima dan ditugaskan keberbagai tempat di Arabia. Abu
Bakar menginstruksikan agar mengajak mereka kembali pada Islam,
jika menolak maka harus perangi.
Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang
lainnya tidak mau menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan.
Oleh karena itu pecahlah peperangan melawan mereka, dalam hal ini
Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalam
perang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah
seorang penuntut kenabian yang paling kuat, Abu Bakar mengirim
Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal menundukan

8
Abu Achmadi, Sungarso. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X. (Jakarta : Bumi
Aksara, 2019), hlm. 115

7
Musailamah, kemudian Abu Bakar mengutus Kholid untuk melawan
nabi palsu dari Yaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat
mengahacurkan pasukan Musailamah dan membunuhnya dalam taman
yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut “Taman Maut”.
c. Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi)
sebagaimana dijelaskan pada peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah,
merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifah bukan atas
kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam.
Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah, maka mulailah beliau
menjalankan kekhalifahannya, baik sebagai pemimpin umat maupun
sebagai pemimpin pemerintahan. Adapun sistem politik Islam pada
masa Abu Bakar bersifat “sentral”, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif
dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam
memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat
untuk bermusyawarah. Sedang kebijaksanaan politik yang dilakukan
Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya yaitu: 9
1) Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk
memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana
Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya dikalangan
sahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju
dengan kebijaksanaan Khalifah ini. Alasan mereka, karena dalam
negeri sendiri pada saat itu timbul gejala kemunafikan dan
kemurtadan yang merambah untuk menghancurkan Islam dari
dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah untuk
menyerbu Romawi, sebab menurutnya hal itu merupakan perintah
Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah ke Romawi di bumi
Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis
dan membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu

9
Ali Muhammad Ash- Shalabi. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq. ( Beirut : Dar Al-Ma’rifat, 2002)
hlm. 105-107

8
meskipun negara Islam dalam keadaan tegang akan tetapi muncul
interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan Islam cukup tangguh.
Sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga
dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang
bersifat intern.
2) Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan
adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat,
maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Adapun
orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu :
a) Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di
dalamnya orang yang meninggalkan sholat, zakat dan kembali
melakukan kebiasaan jahiliyah.
b) Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau
mengakui kewajiban zakat dan mengeluarkannya.

Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar


tetap pada prinsipnya yaitu memerangi mereka sampai tuntas.

d. Kebijakan-kebijakan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq


Kepemimpinan Abu Bakar as-Siddiq sebagai khalifah hanya
berlangsung selama dua tahun (632-634 M). Kebijakan dan strategi
ketika memimpin di antaranya sebagai berikut.10
1) Pembukuan Al-Qur'an
Wafatnya Rasulullah Saw. menyisakan kenyataan bahwa
banyak pengikut Rasulullah Saw. yang tidak setia dan tidak bisa
mempertahankan keimanannya. Munculnya Perang Riddah
menimbulkan banyak korban, termasuk sebagian para penghafal al-
Qur'an. Jika semakin banyak penghafal al-Qur'an gugur, kenyataan
ini sangat merugikan sekaligus mengkhawatirkan. Hal ini bisa
berakibat hilangnya al-Qur'an. Menyadari hal ini, Umar bin Khattab
memerintahkan agar mencatat semua hafalan al-Qur'an dari para

10
Abu Achmadi, Sungarso. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X. Op.Cit, hlm.117

9
sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, al-Qur'an dapat
diwariskan kepada generasi mendatang.
Abu Bakar As-Siddiq ragu, apakah harus menerima usulan
Umar bin Khattab ataukah menolaknya. Ia ragu sebab Rasulullah
Saw. belum pernah melakukannya. Namun, Umar berhasil
meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan al-Qur'an akan sangat
bermanfaat bagi keutuhan al-Qur'an sendiri. Akhirnya Abu Bakar
menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan al-
Qur'an. Zaid ditunjuk karena ia pemuka yang cerdas dan
berpengalaman mencatat ayat-ayat al-Qur'an. Zaid bin Tsabit dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
2) Perluasan Wilayah Baru
Keberhasilan dalam Perang Riddah, ancaman dari dalam
Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar
sedang bergerak. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah
Abu Bakar as-Siddiq, bersifat sentral. Kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan
hukum. Meski demikian, seperti juga Rasulullah Saw.. Abu Bakar
as-Siddiq selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.

Ketika Abu Bakar as-Siddiq menjabat sebagai khalifah pertama, ia


berusaha me- wujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas
wilayah kekuasaan Islam ke daerah Suriah. Untuk keperluan tersebut Abu
Bakar As-Siddiq menugaskan empat orang panglima perang, yaitu:11

1) Yazid bin Abu Sufyan (w. 640 M) ditugaskan di Damaskus


2) Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs
3) Amru bin Ash ditugaskan di Palestina
4) Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania

11
Ibid, hlm.117

10
Ketika Suriah berada di bawah kekuasaan Romawi yang dipimpin oleh
Kaisar Heraklius, pengembangan Islam ke Suriah ini telah dimulai sejak
sebelum Rasulullah Saw. wafat, yaitu di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.
Namun pengembangan tersebut terhenti karena pasukan Islam mendengar
berita tentang wafatnya Rasulullah Saw. Kemudian, pengembangan
tersebut dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar as-
Siddiq. Usaha perluasan ini dipimpin oleh empat orang panglima dan
diperkuat lagi dengan datangnya pasukan Khalid bin Walid yang berjumlah
lebih kurang 1.500 orang Selain itu, pasukan muslim juga mendapat bantuan
dari Mutsanna bin Haritsah, Khalid bin Walid sebelumnya telah berhasil
mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena Abu
Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah (w. 639 M) kewalahan dalam
menghadapi pasukan Romawi Timur di Suriyah, lalu Khalid diperintahkan
untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.

B. Khalifah Umar bin Khattab


1. Biografi Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab dilahirkan pada tahun 13 pasca tejadinya tahun
Gajah. Pada saat kelahiran Umar kondisi bangsa Arab masih menganut
ajaran dinamisme dengan Tuhan yang mereka sebut dengan Latta dan
Uzza. Walaupun begitu di sana juga sudah berkembang agama lainnya
seperti Nasrani, Majusi dan Yahudi. Bisa dikatakan saat kelahiran Umar
bangsa Arab masih berada pada masa kebodohan. Tapi di sini arti bodoh
dalam konteks bangsa Arab saat itu bukan berarti bangsa Arab tidak
berilmu pengetahuan. Namun sebaliknya, bangsa Arab bisa dikatakan maju
dalam segi perdagangan dan sastranya. Hal ini menunjukan bahwa bangsa
Arab memiliki pengetahuan yang lebih. 12
Nama lengkap Umar adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin abd al
Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qursth bin Razah bin Adiy bin Ka'ab bin

12
Abdul Rohim. Jejak Langkah Umar bin Khattab. (Yogyakarta : Anak Hebat Indonesia , 2021)
hlm. 15

11
Luay bin Ghalib Al-Quraisi Al adawi. Kalo dirunut nasab Umar bertemu
dengan Nabi Muhammad dari Ka'ab dan Luay.
Umar kecil dilahirkan dari keluarga bangsawan di Makkah. Nama
lengakap ayahnya adalah Al Khattab bin Nufail dan nama ibunya adalah
Hatamah binti Hasyim bin Mughiroh. Kakek moyangnya Nufail bin Abd
Al Uzza adalah seorang hakim, di mana orang Quraisy memercayainya
untuk menyelesaikan pelbagai sengketa yang terjadi di antara mereka.
Ditambah lagi moyangnya Ka'ab bin Luay, adalah orang yang terpandang
di kalangan bangsa Arab. Dari situlah di kemudian hari nanti Umar selalu
mendapat posisi yang strategis di kalangan masyarakat Quraisy. 13
Sejak kecil Umar besar seperti anak-anak Quraisy pada umumnya,
Umar menghabiskan separuh perjalanan hidupnya di masa Jahiliyah yang
penuh dengan adat masyarakat yang tidak beradab. Namun karena Umar
anak yang suka belajar dan cerdas dia tumbuh menjadi anak yang
bertanggung jawab. Bukan anak-anak yang suka huru-hara dan nyaman
bergelimbang harta. Selain itu Umar juga terkenal mempunyai watak yang
keras, hal ini karena pola asuh yang diterapkan sejak dini oleh sang ayah
yang menempatkannya di dunia gembala. Di dunia inilah sosok Umar
mulai terbentuk, mental kerasnya di bentuk dari perlakuan keras sang ayah
yang mewariskan sikap-sikap buruk pada diri Umar.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Atsir, Umar bin Khathab Ra.
merupakan salah satu pembesar kaum Quraisy. Pada zaman Jahiliah, jika
ada permasalahan yang membutuhkan orang untuk diutus ke pihak lain
maka kaum Quraisy akan memilih Umar bin Khathab Ra. Jika kaum
Quraisy terlibat konflik bersenjata, terutama dengan pihak luar, maka Umar
bin Khathab Ra. yang didelegasikan sebagai negosiator. Bila ada orang
yang menyerang atau ada kelompok lain yang menunjukkan

13
Ibid, hlm.16

12
kearoganannya di hadapan kaum Quraisy, maka Umar bin Khathab Ra.
yang ditugaskan untuk menandingi dan membungkam sang musuh. 14
2. Masa Kepemimpinan Umar bin Khattab ( 13-23 H = 634-644 M)
a. Masa Awal Pemerintahan Umar bin Khattab
Sebelum Khalifah Abu Bakar wafat, beliau telah menunjuk Umar
sebagai pengganti posisinya dengan meminta pendapat dari tokoh-tokoh
terkemuka dari kalangan sahabat seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman,
dan Tolhah bin Ubaidillah. Masa pemerintahan Umar bin Khatab
berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M
sampai tahun 23H/644M. Beliau wafat pada usia 64 tahun. Selama masa
pemerintahannya oleh Khalifah Umar dimanfaatkan untuk
menyebarkan ajaran Islam dan memperluas kekuasaan ke seluruh
semenanjung Arab.
b. Kebijakan-kebijakan Khalifah Umar bin Khattab
Kepemimpinan Umar bin Khattab (Umar al-Khattab), yang
merupakan salah satu dari empat khalifah yang benar-benar diakui oleh
umat Islam sebagai Khalifah Rasyidin, adalah salah satu periode paling
signifikan dalam sejarah Islam. Selama masa kepemimpinannya, Umar
bin Khattab menerapkan berbagai kebijakan yang memiliki dampak
besar pada perkembangan Islam dan masyarakat Muslim.
1) Ahlu Al Halli Wal ‘Aqdi
Secara etimologi, ahlul hall wal aqdi adalah lembaga penengah
dan pemberi fatwa. Sedangkan menurut terminologi, adalah wakil-
wakil rakyat yang duduk sebagai anggota majelis syura, yang terdiri
dari alim ulama dan kaum cerdik pandai (cendekiawan) yang
menjadi pemimpin-pemimpin rakyat dan dipilih atas mereka.
Dinamakan ahlul hall wal aqdi untuk menekankan wewenang
mereka guna menghapuskan dan membatalkan. Penjelasan

14
Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin (Jakarta: Darul Haq,
2004), hlm. 310

13
tentangnya merupakan deskripsi umum saja, karena dalam
pemerintahan Islam, badan ini belum dapat dilaksanakan.
Anggota dewan ini terpilih karena dua hal yaitu: pertama,
mereka yang telah mengabdi dalam Dunia politik, militer, dan misi
Islam, selama 8 sampai dengan 10 tahun. kedua, orang-orang yang
terkemuka dalam hal keluasan wawasan dan dalamnya pengetahuan
tentang yurisprudensi dan Quran.
Dalam masa pemerintahannya, Umar telah membentuk
lembaga-lembaga yang disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di
antaranya adalah:15
a) Majelis Syura (Diwan Penasihat), ada tiga bentuk yaitu Dewan
Penasihat Tinggi, Dewan Penasehat Umum, dan Dewan antara
penasehat tinggi dan umum.
b) Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin
Arqam.
c) Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah
keuangan dengan pemasukan dari pajak
bumi, ghanimah, jizyah, fai’ dan lain-lain.
d) Nidzamul Idary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk
memudahkan pelayanan kepada masyarakat, di antaranya
adalah diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan perang
dan pegawai pemerintahan.
e) Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara
keamanan dalam negara.
f) Departemen Pendidikan dan lain-lain. Pada masa Umar, badan-
badan tersebut belumlah terbentuk secara resmi, dalam arti
secara de jure belum terbentuk, tapi secara de facto telah
dijalankan tugas-tugas badan tersebut. Meskipun demikian,

15
Abdul Syukur Al-Azizi. Umar Bin Khattab RA. (Yogyakarta : Diva Press, 2021) hlm. 213

14
dalam menjalankan roda pemerintahannya, Umar senantiasa
mengajak musyawarah para sahabatnya.
2) Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik
Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan
“abad emas” Islam dalam segala zaman. Khalifah Umar bin Khattab
mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengan segenap
kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar
seorang pemimpin biasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan
yang professional. Ia adalah pendiri sesungguhnya dari sistem
politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah (syariat)
sebagai code (kitab undang-undang) suatu masyarakat Islam yang
baru dibentuk. Maka tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa
beliaulah pendiri daulah islamiyah (tanpa mengabaikan jasa-jasa
Khalifah sebelumnya).
Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan
perluasan wilayah, sehingga musuh mau menerima Islam karena
perlakuan adil kaum Muslim. Di situlah letak kekuatan politik
terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim mendapatkan gaji dari
hasil rampasan sesuai dengan hukum Islam. Untuk mengurusi
masalah ini, telah dibentuk Diwanul Jund (Majid, 1978:86).
Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji
tetap (rawatib), juga menerima tunjangan (al-itha’). Khusus untuk
Amr bin Ash, Umar menggajinya sebesar 200 dinar mengingat
jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk Imar bin Yasar,
diberi 60 dinar disamping tunjangan (al-jizyaat) karena hanya
sebagai kepala daerah (al-amil).16
Khalifah Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan
baru, beliau juga memperbaiki dan mengadakan perbaikan terhadap
peraturan-peraturan yang perlu direvisi dan dirubah. Umpamanya

16
Ibid, hlm.220

15
aturan yang telah berjalan tentang sistem pertanahan, bahwa kaum
muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-
tanah itu harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi
bertalian dengan ini diadakan pajak tanah (al-kharaj). Umar juga
meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada
orang-orang yang dijinaki hatinya (al-muallafatu qulubuhum).
Di samping itu, Umar juga mengadakan “Dinas Malam” yang
nantinya mengilhami dibentuknya as-syurthah pada masa
kekhalifahan Ali. Disamping itu Nidzamul Qadhi (departemen
kehakiman) telah dibentuk, dengan hakim yang sangat terkenal yaitu
Ali bin Abu Thalib. Dalam masyarakat, yang sebelumnya terdapat
penggolongan masyarakat berdasarkan kasta, setelah Islam datang,
tidak ada lagi istilah kasta tersebut (thabaqatus sya’by). Kedudukan
wanita sangat diperhatikan dalam semua aspek kehidupan. Istana
dan makanan Khalifah dikelola sesederhana mungkin. Terhadap
golongan minoritas (Yahudi- Nasrani), diberikan kebebasan
menjalankan perintah agamanya. Tidak ada perbedaan kaya-miskin.
Hal ini menunjukkan realisasi ajaran Islam telah nampak pada masa
Umar.
Mengenai ilmu keislaman pada saat itu berkembang dengan
pesat. Para ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda, baik
untuk mencari ilmu maupun mengajarkannya kepada muslimin yang
lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan sebelum Islam datang,
dimana penduduk Arab, terutama Badui, merupakan masyarakat
yang terbelakang dalam masalah ilmu pengetahuan. Buta huruf dan
buta ilmu adalah sebuah fenomena yang biasa. 17
Di samping ilmu pengetahuan, seni bangunan, baik itu
bangunan sipil (imarah madaniyah), bangunan agama (imarah

17
Ali Muhammad Ash- Shalabi. Biografi Umar bin Khattab. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2013)
hlm. 317

16
diniyah), ataupun bangunan militer (imarah harbiyah), mengalami
kemajuan yang cukup pesat pula.
Kota-kota gudang ilmu, di antaranya adalah Basrah, Hijaz,
Syam, dan Kuffah seakan menjadi idola ulama dalam menggali
keberagaman dan kedalaman ilmu pengetahuan. 18

18
Ibid, hlm.319

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Bakar As-Shiddiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang
sangat dihormati dalam sejarah Islam. Ia dikenal dengan julukan Ash-Shiddiq
karena kejujurannya yang luar biasa dalam mempercayai dan mendukung
Rasulullah. Selama masa kepemimpinannya, Abu Bakar berperan penting
dalam memimpin umat Islam melalui masa-masa sulit, seperti Perang Riddah
dan penyebaran Islam ke wilayah-wilayah baru. Pengorbanan dan dedikasinya
dalam mendukung Islam membuatnya memiliki tempat khusus dalam sejarah
Islam. Sementara itu, Khalifah Umar bin Khattab adalah salah satu pemimpin
paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Selama masa kepemimpinannya, ia
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang membantu mengukuhkan
Islam sebagai kekuatan politik yang kuat. Umar memperluas wilayah Islam
melalui penaklukan wilayah-wilayah baru dan membentuk lembaga-lembaga
pemerintahan yang efisien. Selain itu, ia mengedepankan keadilan,
kesederhanaan, dan kesejahteraan masyarakat dalam pemerintahannya.
Kepemimpinan Umar bin Khattab adalah salah satu masa paling penting dalam
perkembangan Islam dan meninggalkan warisan yang kuat dalam sejarah
agama ini.
B. Saran
Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan
tantangan. Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa
putus asa, penuh kesabaran, kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon
kepada-Nya serta lebih mempererat ukhuwah Islamiyyah, agar tercipta suatu
tatanan masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera dengan persatuan
dan kesatuan yang kokoh.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa
makalah kami masih banyak kekeliruan, untuk itu kami membutuhkan kritik
dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin..

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohim. 2021. "Jejak Langkah Umar bin Khattab." Yogyakarta: Anak Hebat
Indonesia.

Abu Achmadi, Sungarso. 2019. "Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah


Kelas X." Jakarta: Bumi Aksara.

Abu Muhammad Abdul Malik. 2000. "Sirah al-Nabawiyah." Beirut: Dar al-Kunuz
al-Dzahabiyah.

Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthy. 1997. "Tarikh al-Khulafa." Beirut:


Daru al-Fikri.

Ali Muhammad Ash-Shalabi. 2002. "Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq." Beirut: Dar
Al-Ma’rifat.

Ali Muhammad Ash-Shalabi. 2013. "Biografi Abu Bakar As-hiddiq." Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar.

Ash-Shalabi, Ali Muhammad. 2013. "Biografi Umar bin Khattab." Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.

Ibnu Katsir. 2004. "Al-Bidayah wan Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin." Jakarta:
Darul Haq.

Istianah Abu Bakar. 2008. "Sejarah Peradaban Islam." Cetakan ke I. Malang: UIN
Press.

M. Husain Haikal. 2007. "Biografi Abu Bakar As-Shiddiq." Jakarta: Qitshi Press.

Muhammad bin Sa'ad. 2001. "Kitab al-Thabaqat al-Kubra." Cairo: Syirkah al-
Dauliyah li al-Thiba'ah.

Syukur Al-Azizi, Abdul. 2021. "Umar Bin Khattab RA." Yogyakarta: Diva Press.

19

Anda mungkin juga menyukai