Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DIMASA ABU

BAKAR ASH - SHIDDIQ DAN UMAR BIN KHATTAB


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban islam
Dosen Pengampu: Mahmuji, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Muhammad ridho 2311101234

Muhammad Tasbih 2311101111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS SAMARINDA

2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas


karunia yang telah diberikannya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, tak lupa juga shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam karena atas syafa’at beliaunya lah
kita bisa menjalani kehidupan dari zaman gelap gulita menjadi terang benderang
seperti sekarang saat ini.

Sebelumnya kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampu yaitu


bapak Mahmuji, S.Pd, M.Pd. karena telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk membawakan materi yang berjudul perkembangan islam dimasa abu bakar
dan umar bin khattab, merupakan suatu kebanggan bagi kami.

Tak banyak yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga
makalah yang kami buat ini bagi siapa saja yang membaca kurang dan lebihnya
mohon dimaafkan, saran dan kritik sangat diharapkan untuk membuat makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.

Sekian Terima Kasih


Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Kelompok 3

Samarinda,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB 2................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Situasi Politik,Ekonomi,Dan Budaya Pada Masa Abu Bakar Ash Shiddiq.....3
B. Situasi Politik,Ekonomi,Dan Budaya Pada Masa Umar Bin Khattab.............8
BAB 3..............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab dalam sejarah
Islam merupakan zaman yang kritis dan berpengaruh dalam pembentukan dasar-
dasar agama Islam dan pengembangan kekhalifahan Islam. Setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, umat Islam menghadapi tantangan besar dalam menegakkan
ajaran-ajaran Islam dan mempertahankan keutuhan komunitas Muslim.

Pada masa Abu Bakar, umat Islam mengalami proses penyatuan kembali
(riddah wars) terhadap beberapa suku Arab yang mulai memberontak setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Selain itu, terjadi juga pemeliharaan Al-Qur'an
dalam bentuk mushaf yang disusun oleh Zaid bin Thabit, yang menjadi landasan
utama dalam pengajaran dan penyebaran Islam.

Kepemimpinan Umar bin Khattab, khalifah kedua, ditandai dengan ekspansi


kekhalifahan Islam yang luas, mencakup wilayah yang signifikan di Timur
Tengah, Persia, Mesir, dan sekitar Laut Tengah. Umar juga dikenal dengan
kebijakan yang adil dan efisien dalam administrasi negara, penegakan hukum
Islam, serta pengembangan infrastruktur sosial dan ekonomi.

Makalah ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang


perkembangan Islam pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab, termasuk
peristiwa-peristiwa penting seperti penyelesaian Al-Qur'an, pemberontakan suku-
suku Arab, ekspansi kekhalifahan Islam, kebijakan pemerintahan, serta kontribusi
mereka dalam pembentukan struktur dan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan
bagi perkembangan selanjutnya dalam sejarah umat Islam. Melalui analisis yang
komprehensif, makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang fase penting ini dalam sejarah Islam dan relevansinya dengan konteks
zaman sekarang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana situasi politik,ekonomi,dan budaya pada masa Abu Bakar Ash
Shiddiq
2. Bagaimana situasi politik,ekonomi,dan budaya pada masa Umar Bin
Khattab
C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui :
1. Situasi politik,ekonomi,dan budaya pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq
2. Situasi politik,ekonomi,dan budaya pada masa Umar Bin Khattab

2
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Situasi Politik,Ekonomi,Dan Budaya Pada Masa Abu Bakar
Ash Shiddiq
1. Situasi politik

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi) dari


peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah menunjukkan bahwa dia tidak menjadi
Khalifah atas pilihannya sendiri, tetapi dipilih melalui kesepakatan umat
Islam. Setelah terpilih, Abu Bakar mulai menjalankan perannya sebagai
pemimpin umat dan pemerintahan. Sistem politik Islam pada masa Abu Bakar
terpusat pada Khalifah, yang memiliki kekuasaan untuk membuat hukum dan
mengatur pemerintahan.

Meskipun begitu, seperti Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak


para sahabatnya untuk berdiskusi dan bermusyawarah sebelum mengambil
keputusan penting. Ini menunjukkan bahwa walaupun Khalifah memiliki
kekuasaan, namun keputusan-keputusan penting diambil setelah
mendengarkan pendapat dari banyak orang. Hal ini menunjukkan prinsip
kepemimpinan yang melibatkan banyak orang dalam pengambilan keputusan
di masa itu.

Pada awal masa kepemimpinan Abu Bakar, terjadi banyak goncangan


dan pemberontakan di komunitas Muslim. Banyak orang yang mengklaim diri
sebagai Nabi baru dan menolak membayar zakat serta menentang aturan-
aturan agama Islam. Abu Bakar, sebagai Khalifah, menghadapi tantangan
besar dalam menangani pemberontakan ini. Salah satu langkahnya adalah
mengirim pasukan untuk melawan pemberontak di daerah Yamamah.
Akibatnya, terjadi pertempuran sengit di mana banyak penghafal Al-Quran
gugur dalam medan perang.12

1 Virgia Annisa Almond, “Praktek Ketatanegaraan Di Masa Khalifah Rasyidin,” Jurnal


Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2024): 10.

3
Ketika khawatir bahwa Al-Quran akan hilang karena banyak
penghafalnya gugur dalam pertempuran, Umar bin Khattab mengusulkan
kepada Khalifah Abu Bakar untuk membuat versi tertulis Al-Quran. Untuk
mewujudkan usulan tersebut, Zaid bin Tsabit diutus untuk mengumpulkan
semua tulisan Al-Quran yang tersebar. Di masa kekhalifahan Abu Bakar,
banyak Muslim yang meninggalkan agama Islam (murtad), sehingga
pemerintahannya mengalami kekacauan yang signifikan.

Selama masa pemerintahannya yang singkat, Abu Bakar


mengimplementasikan beberapa kebijakan strategis untuk menata kembali
umat Islam, mendukung kemajuan, dan meningkatkan kesejahteraan negara
baru tersebut. Kebijakan-kebijakan ini mencakup penanganan pemberontakan
akibat klaim sebagai nabi palsu, kasus-kasus pemurtadan, penolakan
pembayaran zakat, serta ekspansi wilayah ke beberapa daerah.

Namun di antara itu semua, hal yang paling berpengaruh bagi


pemerintahan berikutnya adalah Abu Bakar membuat keputusan yang sangat
berpengaruh bagi pemerintahan berikutnya dengan menunjuk Umar bin
Khattab secara langsung sebagai penggantinya setelah wafat. Keputusan ini
didasarkan pada musyawarah dengan beberapa sahabat senior seperti Abdur
Rahman bin Auf dan Usman bin Affan. Tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya perpecahan di dalam umat Islam setelah kepergiannya, mengingat
pengalaman yang hampir mengarah pada perpecahan setelah kematian Nabi
Muhammad.3

2. Situasi Ekonomi

Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar


menjadi khalifah pertama. Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin
2 F Putri and R R Kurniawan, “Sejarah Ekonomi Islam Pada Masa Rasulullah Dan Khalifah
Abu Bakar Ash-Shidiq,” Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam 1, no. 1 (2022): 6–18,
https://osf.io/preprints/b7fxa/.
3 Heri Firmansyah, “Muhammad Saw Pada Periode Mekah,” At-Tafkir 12, no. 1 (2019):
55–77, https://doi.org/10.32505/at.v12i1.806.

4
Abu Quhafah al-Tamimi. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung
lama, hanya sekitar dua tahunan. Dalam kepemimpinannya Abu Bakar banyak
menghadapi persoalan dalam negerinya, di antaranya kelompok murtad, nabi
palsu, dan pembangkang membayar zakat.

Dalam menjalankan pemerintahan dan mengatur ekonomi masyarakat


Madinah, Abu Bakar sangat memperhatikan ketepatan perhitungan zakat. Dia
mengambil langkah-langkah strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat
dari seluruh umat Islam, termasuk Badui (a’rabi), yang menunjukkan tanda-
tanda penolakan membayar zakat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Abu
Bakar juga memberi instruksi kepada petugas zakat untuk memastikan bahwa
kekayaan individu tidak dicampur adukkan atau dipisahkan, untuk mencegah
kesalahan dalam pembayaran atau penerimaan zakat. Zakat yang terkumpul
dianggap sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin tanpa sisa.

Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul


mal adalah prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama
kepada semua sahabat Rasulullah saw. dan tidak membeda-bedakan antara
sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan sahabat yang kemudian,
antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria dengan wanita. Dengan
demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul mal tidak
pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin.4

Selama masa kekhalifahannya, Abu Bakar menerapkan beberapa


kebijakan umum dalam bidang perekonomian, antara lain :

1. Menetapkan praktek akad perdagangan yang sesuai dengan prisip syariah.

2. Menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar


zakat. Zakat dan berbagai bentuk pendapatan negara dalam ekonomi
merupakan instrument untuk redistribusi pendapatan dalam rangka keadilan
sosial dan ekonomi.

4 Kharidatul Mudhiiah, “Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik,”


Iqthishadia 8, no. 2 (2015): 189–210.

5
3. Melakukan pengelolaan dan penghitungan zakat secara akurat dan teliti.

4. Melakukan pendistribusian secara langsung. Hasil pengumpulan zakat oleh


Abu Bakar dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan (ditampung)
dalam Baitul Maal untuk kemudian langsung didistribusikan eluruhnya kepada
kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa dalam jangka waktu yang tidak
lama. Bahkan, ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam
perbendaharaan negara.

5. Tidak menjadikan ahli Badar (orang-orang yang berjihad pada perang


Badar) sebagai pejabat negara. Tentang hal ini, Abu Nu'aim meriwayatkan
bahwa dikatakan kepada Abu Bakar, "Wahai khalifah, tidakkah engkau
mengambil ahli Badar sebagai pejabat? Abu Bakar berkata, "Saya mengetahui
kedudukan mereka, namun saya tidak suka mengotori mereka dengan dunia”.

6. Tidak mengistimewakan ahli Badar dalam pembagian kekayaan negara.

7. Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak, perunggu,
besi, dan baja, sehingga menjadi sumber pendapatan negara.

8. Pengembangan dan pengangkatan penanggungjawab bayt al-mal

9. Menetapkan gaji para pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan


masing-masing. Pada saat itu, daerah kekuasaan Islam telah terbagi-bagi dan
setiap daerah memiliki seorang pegawai yang berhak mendapatkan gaji sesuai
kedudukan dan kadar yang telah ditentukan.

10. Tidak merubah kebijakan Rasullullah SAW dalam masalah jizyah.


Sebagaimana Rasulullah SAW, Abu Bakar RA tidak membuat ketentuan
khusus tentang jenis dan kadar jizyah. Maka pada masanya, jizyah dapat
berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, kayu-kayu, atau benda-
benda lainnya.5

3. Situasi Budaya

5 Putri Fauziyah Haqiqi and Rachmad Risqy Kurniawan, “Sejarah Ekonomi Islam Masa
Rasulullah SAW Dan Khalifah Abu Bakar,” Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islalm 1, no.
1 (2022): 7–14.

6
Setelah membaca uraian dari pemerintahan Islam di masa Abu Bakar,
dapat disimpulkan dari budaya-budaya Islam yang ada pada masa ini adalah
sebagai berikut:

1. Pemerintahan berdasarkan Musyawarah, budaya ini melanjutkan dari


budaya Rasulullah. Apabila terjadi suatu permasalahan Abu Bakar mencari
hukumnya dalam kitab Allah. Jika tidak ditemukan maka beliau
mempelajari bagaimana Rasulullah bertindak dalam suatu perkara.
Kemudian apabila masih belum menemukan jawaban apa yang dicari, Abu
Bakar mengumpulkan tokoh-tokoh terbaik dari para sahabat untuk
mengajak bermusyawarah. Dan hasilnya dijadikan sebuah keputusan dan
peraturan.
2. Baitul Mal, budaya ini juga melanjutkan budaya dari Rasulullah tentang
kewajiban dalam membayar Zakat. Abu Bakar tetap mengembangkan hal
tersebut karena itu merupakan amanah dari Allah swt dan mengajak
seluruh umat untuk membayar Zakat.
3. Kodifikasi al-Qur’an, Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat al Quran itu
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut, banyak sahabat yang
hafal Al Quran gugur dalam perang penumpasan orangorang murtad,
Ayat-ayat Al Quran yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu, dan
kayu-kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha
penyelamatan, Penulisan ayat-ayat Al Quran dan membukukannya ini
bertujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman
4. Perluasan Wilayah Islam
Ketika Nabi Muhammad SAW. Wafat, wilayah Islam meliputi Hijaz
(Mekah, Madinah), Oman, Yaman, dan Hadralmaut. Selanjutnya Khalifah
Abu Bakar as Shiddiq melanjutkan perluasan dan perkembangan wilayah
Islam ke negeri Irak, Persia, dan Syam (Syiria). Setelah memerintah dua
tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadilakhir
tahun 13 H dalam usia 3 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah
SAW.67
6 Helga Margareth, Sejarah Kebudayaan Islam, 2021-2022, 2017.
7 Kharisma Kumala Nur Aini and Sri Wigati, “Sistem Dan Kebijakan Ekonomi Islam Pada
Masa Abu Bakar,” KASBANA : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2, no. 1 (2022): 12–25,

7
B. Situasi Politik,Ekonomi,Dan Budaya Pada Masa Umar Bin
Khattab
1. Politik

Pada saat dijalankannya sistem politik tersebut, masyarakat Arab telah


terbiasa dengan hak kepemilikan yang telah berlaku. sehingga Umar bin
Khattab mengambil suatu langkah dengan menghapuskan hak milik tanah para
tuan tanah yang bukan penduduk asli daerah tersebut dan menerapkan sistem
kekhalifahan. Isi Umar Ibn Khattab merupakan seorang pemimpin yang
mengilhami banyak kebijakan revolusioner selama masa pemerintahannya
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dalam ranah kebijakan politik dan
kenegaraan, Umar Ibnu Khattab melakukan ekspansi terhadap wilayah Persia
dan Bizantium.

1. Ekspansi ke Persia

Ekspansi ke Persia terjadi setelah Umar mengambil alih kepemimpinan


dari Abu Bakar. Dia melanjutkan kebijakan peperangan yang telah
dicanangkan sebelumnya, dengan fokus utama pada wilayah Hira yang
merupakan bagian dari kawasan Sasanid Persia. Peperangan tersebut, seperti
perang Namarraq, al-Jasr, Qadisiya, dan Jalula, berhasil memperluas wilayah
kekuasaan negara Islam.

Motivasi untuk terlibat dalam konflik dan melakukan penaklukan


terhadap wilayah Sasanid Persia antara lain karena alasan stabilitas keamanan
dan pertimbangan ekonomi. Umat Islam merasa terprovokasi oleh tindakan
Persia yang menghina utusan yang dikirim oleh Nabi Muhammad, serta
membantu musuh dalam menghadapi negara Madinah. Selain itu, wilayah
Persia, terutama Irak, memiliki potensi ekonomi yang besar karena subur dan
strategis secara geografis.

2. Ekspansi ke Bizantium

Selanjutnya, Umar juga melakukan ekspansi ke wilayah Bizantium,


yang pada awalnya memiliki hubungan baik dengan negara Madinah di bawah
https://doi.org/10.53948/kasbana.v2i1.33.

8
kepemimpinan Nabi Muhammad. Namun, hubungan tersebut memburuk
setelah terjadinya insiden pembunuhan terhadap delegasi yang dikirim oleh
Nabi Muhammad ke daerah tersebut. Umar juga merespons ancaman dari
Bizantium terhadap stabilitas keamanan negara Madinah dan
memperhitungkan potensi ekonomi yang dimiliki oleh wilayah Bizantium.

3. Sistem pemerintahan

Selain kebijakan ekspansi, Umar Ibnu Khattab juga dikenal karena


mendirikan sistem pemerintahan yang efektif. Dia membagi wilayah negara
menjadi beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur, yang bertanggung
jawab langsung kepada khalifah. Umar juga mendirikan lembaga-lembaga
seperti pengadilan dan majelis penasehat untuk mengatur urusan negara
dengan lebih baik. Selain itu, Umar menetapkan sumber pendapatan negara
dari berbagai pajak seperti zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, dan fay', serta
melakukan pengawasan langsung terhadap kehidupan rakyatnya.

Kepemimpinan Umar Ibnu Khattab memberikan pelajaran berharga bagi


generasi mendatang, seperti kejujuran, keadilan, inovasi, kesederhanaan, dan
keberpihakan terhadap rakyat. Dengan demikian, Umar Ibnu Khattab menjadi
contoh pemimpin yang sangat dibutuhkan oleh umat Islam dalam menghadapi
berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara.

2. Ekonomi

Ketika Umar bin Khattab diutus menjadi khalifah, beliau


mengumumkan beberapa kebijakan ekonomi yang akan diterapkan pada masa
pemerintahannya. Dasar dari kebijakan ekonomi ini adalah prinsip-prinsip
Islam dan hukum Syariah. Berikut rincian preseden kebijakan ekonomi yang
mendasari pemerintahannya:

1.Perampasan kekayaan negara: Negara merampas kekayaan negara hanya


sesuai dengan prinsip syariah dan pendapatan negara tidak termasuk Harta
Kharaj atau Fa'i kecuali melalui mekanisme yang telah ditetapkan.

9
2. Subsidi tambahan dan pengampunan utang: 4.444 negara bagian
memberikan subsidi, menghapuskan utang, dan memastikan produksi yang
tersedia sesuai dengan hak mereka.

3. Penerimaan Kekayaan Berdasarkan Syariah: Negara hanya akan menerima


kekayaan yang berasal dari sumber yang sesuai dengan prinsip Syariah.

4. Penggunaan kekayaan sesuai syariah: Negara menggunakan kekayaan


sesuai prinsip syariah. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, terjadi
krisis pada tahun Ramadhan yang mengakibatkan terjadinya kelaparan dan
kekeringan di banyak wilayah, terutama di wilayah Hijaz.

Banyak warga yang harus pindah ke Madinah, namun keadaan


penduduk di Madinah sangat memprihatinkan karena kurangnya perbekalan.
Krisis ini berlangsung selama sembilan bulan pada tahun 18 Masehi. Umar bin
Khattab mengambil tindakan untuk membendung dan mengatasi masalah
krisis tersebut.

Pemerintahan Umar bin Khattab dikenal sebagai pemerintahan yang


bersih, kokoh dan berwibawa yang mampu membawa kedamaian,
ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal itu
dibuktikan dengan terselesaikannya krisis di bulan Ramadhan dan meratakan
keadaan perekonomian dan pendapatan masyarakat Arab saat itu.

Kesejahteraan ekonomi didasarkan pada berbagai sumber pendapatan,


seperti pajak tanah (kharaj), zakat, pajak tanggungan (jizyah), barang
rampasan (ghonimah), dan pajak perdagangan atau bea masuk (usyur). Umar
bin Khattab lebih menerapkan prinsip ekonomi Islam dan menolak
kesewenang-wenangan penguasa. Ia juga mengembangkan prinsip-prinsip
ekonomi sejalan dengan ajaran Islam, berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah
Nabi, yang menekankan keadilan dan keseimbangan.

Berikut beberapa kebijakan ekonomi yang dilaksanakan pada masa


pemerintahan Umar bin Khattab:

Pertama, berdirinya lembaga Baitul Mal:

10
Umar bin Khattab lahir pada tahun 16 M. Didirikan di. Madinah
Cabangnya tersebar di berbagai negara bagian. Badan ini bertugas mengelola
sumber-sumber penerimaan negara antara lain Zakat, Ushr, Qums, Almus,
Haraj, Fai, Jizya, Ushr, dan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk berbagai
keperluan, termasuk kesejahteraan sosial, biaya administrasi, dan militer.

kedua: Pendirian Lembaga Hisbah: Umar bin Khattab juga mendirikan


lembaga Hisbah. Misinya adalah mengendalikan pasar dan moralitas umum.
Merupakan lembaga yang memantau transaksi ekonomi, mengendalikan harga
barang, memantau kualitas barang, dan menjamin kewajaran berbagai
transaksi komersial.

Ketiga, kebijakan kepemilikan tanah: Umar bin Khattab mengambil


langkah untuk mengatur kepemilikan tanah agar lebih adil. Dia menghapuskan
kepemilikan tanah bagi pemilik tanah asing dan memperkenalkan
kekhalifahan Islam ke dalam semua bentuk lembaga pertanahan. Melalui
langkah-langkah tersebut, pemerintahan Umar bin Khattab berhasil
menciptakan kondisi perekonomian yang stabil dan adil serta memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat pada saat itu.

3. Budaya

Kebijakan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab mengenai lembaga


kebudayaan mencakup berbagai aspek seperti budaya , pendidikan,
kemasyarakatan, dan infrastruktur. Kebijakan yang diterapkan pada masa
pemerintahannya adalah:

a. Hari Jumat adalah hari libur umum: Umar bin Khattab menetapkan hari
Jumat sebagai hari libur umum guna menyisihkan waktu untuk berdoa dan
berbagi kebahagiaan dengan sesama.
b. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur: Pemerintahan Umar bin Khattab
melaksanakan pembangunan infrastruktur seperti gedung, jalan, dan
sistem irigasi untuk memudahkan kehidupan masyarakat.

11
c. Organisasi Politik : Sistem pemerintahan pada masa Umar bin Khattab
terdiri dari kekuasaan legislatif (Majelis Syura), yudikatif (Qada), dan
eksekutif (Khalifa), yang menjadikan pemerintahan mampu berfungsi
secara efisien untuk kepentingan dari komunitas Muslim.
d. Perhatian terhadap kondisi umat : Umar bin Khattab menunjukkan
kepedulian yang besar terhadap kondisi umat dengan memberikan
pelayanan dan perlindungan kepada seluruh penduduk wilayah Islam,
termasuk non-Muslim.
e. Pelaksanaan Ijtihad dan Penetapan Kalender Islam: Umar bin Khattab
menggunakan Ijtihad dan Penetapan Kalender Islam untuk mengambil
keputusan dan menangani permasalahan Angkatan Darat. Umar bin
Khattab mendirikan Kementerian Pertahanan dan Keamanan (dewan al-
jundiy) untuk mengelola dan mengatur dinas militer, dengan tujuan
melindungi militer dari kemungkinan serangan eksternal.

Sebagai Khalifah, Umar bin Khattab mengembangkan sistem


pemerintahan yang mencakup berbagai sektor dan melalui kebijakannya
berhasil meningkatkan kesejahteraan umat Islam dan mengubah kemajuan
Islam secara mendasar.8

BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masa kepemimpinan Abu Bakar :

Situasi Politik: Abu Bakar menjadi Khalifah setelah dipilih melalui kesepakatan
umat Islam. Dia menghadapi banyak tantangan politik, termasuk pemberontakan

8 Sehan Rifky, Masduki Duryat, and Savitri Tungga Saddami, “Manajemen


Kepemimpinan Kebijakan Politik Umar Bin Khattab,” Jurnal Keislaman 6, no. 2 (2023): 311–25,
http://ejournal.kopertais4.or.id/susi/index.php/JK/article/view/3897.

12
dan klaim sebagai nabi palsu. Abu Bakar menekankan musyawarah dalam
pengambilan keputusan penting dan memimpin dengan prinsip kepemimpinan
yang melibatkan banyak orang.

Situasi Ekonomi: Abu Bakar memperhatikan ketepatan perhitungan zakat dan


mengelola ekonomi dengan prinsip kesamarataan dalam distribusi harta Baitul
Mal. Dia juga mengambil langkah-langkah tegas dalam menegakkan hukum
terkait pembayaran zakat dan pendapatan negara.

Situasi Budaya: Budaya musyawarah dan kewajiban membayar zakat dari masa
Nabi dilanjutkan oleh Abu Bakar. Dia juga melakukan kodifikasi Al-Quran untuk
menjaga keselamatan ayat-ayat Al-Quran dan memperluas wilayah Islam.

2. Masa kepemimpinan umar bin khattab :

Kebijakan Politik: Ekspansi ke Persia dan Bizantium untuk memperluas wilayah


kekuasaan negara Islam.Pendirian sistem pemerintahan efektif dengan provinsi-
provinsi dan gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada
khalifah.Pembentukan lembaga pengadilan dan majelis penasehat untuk mengatur
urusan negara.

Kebijakan Ekonomi: Berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan hukum Syariah dalam


pengelolaan kekayaan negara. Pendirian lembaga Baitul Mal untuk mengelola
sumber-sumber penerimaan negara. Kebijakan kepemilikan tanah yang lebih adil
dan penggunaan sumber pendapatan seperti zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, dan
fay'.

Kebijakan Budaya: Menetapkan hari Jumat sebagai hari libur umum untuk
kegiatan berdoa dan kebahagiaan bersama. Pembangunan infrastruktur untuk
memudahkan kehidupan masyarakat. Perhatian besar terhadap kondisi umat
dengan pelayanan dan perlindungan kepada semua penduduk, termasuk non-
Muslim.

13
DAFTAR PUSTAKA
Almond, Virgia Annisa. “Praktek Ketatanegaraan Di Masa Khalifah Rasyidin.”
Jurnal Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2024): 10.
Firmansyah, Heri. “Muhammad Saw Pada Periode Mekah.” At-Tafkir 12, no. 1
(2019): 55–77. https://doi.org/10.32505/at.v12i1.806.
Haqiqi, Putri Fauziyah, and Rachmad Risqy Kurniawan. “Sejarah Ekonomi Islam
Masa Rasulullah SAW Dan Khalifah Abu Bakar.” Al-Ibar: Artikel Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islalm 1, no. 1 (2022): 7–14.

14
Hayati, Revi. “Kebijakan Ekonomi Islam Umar Bin Khattab Dalam Menghadapi
Krisis.” Jurnal Syari’ah Dan Hukum 1 (2021): 13–26.
Kumala Nur Aini, Kharisma, and Sri Wigati. “Sistem Dan Kebijakan Ekonomi
Islam Pada Masa Abu Bakar.” KASBANA : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
2, no. 1 (2022): 12–25. https://doi.org/10.53948/kasbana.v2i1.33.
Margareth, Helga. Sejarah Kebudayaan Islam. 2021-2022, 2017.
Mudhiiah, Kharidatul. “Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik.”
Iqthishadia 8, no. 2 (2015): 189–210.
Putri, F, and R R Kurniawan. “Sejarah Ekonomi Islam Pada Masa Rasulullah Dan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq.” Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam 1, no. 1 (2022): 6–18. https://osf.io/preprints/b7fxa/.
Rifky, Sehan, Masduki Duryat, and Savitri Tungga Saddami. “Manajemen
Kepemimpinan Kebijakan Politik Umar Bin Khattab.” Jurnal Keislaman 6,
no. 2 (2023): 311–25.
http://ejournal.kopertais4.or.id/susi/index.php/JK/article/view/3897.

15

Anda mungkin juga menyukai