Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar dan Umar Bin Khattab
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam
Dosen Pengampu: Dr. Rodliyah Khuza’I, Dra., M.Ag.
Disusun oleh:
Anggi Nopianti 10090221001
Haris Al-Rasyid 10090221002
Alviani Sartika 10090221003
M. Reihan Mubarok 10090221007
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti
oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua
sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan
“Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan
komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas
kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Usman bin affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Dalam setiap kemajuan peradaban, terdapat seorang pemimpin yang berperan penting.
Karakter dan sikap pemimpin ini menjadi faktor penentu dalam pemilihan. Umar bin
Khattab dan Abu bakar merupakan sahabat nabi yang diberi gelar Khalifah, dimana Abu
Bakar pada tahun 632-634M dan Umar bin Khattab pada tahun 634-644M. Umar bin
Khattab adalah salah satu Khalifah yang menggantikan Abu Bakar. Rasulullah
menyebutkan Umar bin Khattab memiliki sifat yang adil, bijaksana, tegas dan sangat
disegani oleh siapapun, dengan keberaniannya itu membuat kaum Quraisy ketakutan
terhadap Umar bin Khattab. Sebaliknya, Abu Bakar memiliki sifat yang bertolak belakang
dengan Umar yaitu lembut hati dan bijaksana.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, stabilitas politik menghasilkan
keberhasilan perluasan politik. Umar ra. segera mengatur administrasi negara dengan
mengadopsi praktik administrasi yang diterapkan oleh Abu Bakar di Persia. Selain itu,
Umar ra. melanjutkan upaya penyebaran Islam di Persia yang sudah dimulai oleh Abu
Bakar. Umar ra. juga mengatur administrasi pemerintahan, mendirikan Baitul Maal,
menerapkan pajak, dan mengarahkan seluruh harta rampasan perang ke Baitul Maal untuk
mendukung kesejahteraan rakyat. Selain itu, Umar ra. memperbaiki sistem perpajakan dan
memastikan pemerataan pajak, juga memberikan perhatian kepada penduduk non-Muslim
yang tinggal di wilayah kekuasaan Islam.
1
Khulafaur Rasyidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan
Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam
Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak
memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru,
namun mereka termasuk pelaksana hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan khilafah pada masa Abu Bakar dan
Umar bin Khattab yang dimulai sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang
telah diberikan nya untuk Islam dan penduduk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Muslimin seharusnya berasal dari golongan Anshar yang telah banyak membantu Nabi
dalam melindungi dan mendukungnya dari penindasan orang-orang kafir Quraisy. Usulan
ini mendapat persetujuan dari sebagian sahabat Anshar. Namun, tokoh-tokoh sahabat
Muhajirin, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan yang lainnya, yang mengetahui
pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah, segera mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Setelah tiba,
kaum Muhajirin yang diwakili oleh Abu Bakar dengan tegas menolak usulan tersebut. Hal
itu dikarenakan bahwa jabatan Khalifah harus diberikan kepada kaum Muhajirin, yang
telah memeluk Islam lebih awal, dan telah mendampingi dan membantu Nabi selama 13
tahun di tengah gangguan dan penindasan dari kaum kafir Quraisy di Mekkah.
Argumentasi ini membuat golongan Anshar kesulitan untuk menolak usulan Abu Bakar
ra.
3. Perang Riddah
Tak lama setelah suksesi Abu Bakar, muncul beberapa tantangan yang mengancam
persatuan dan stabilitas dalam komunitas dan negara Islam. Sejumlah suku Arab dari
wilayah Hijaz dan Najd mulai memberontak terhadap pemerintahan Khalifah baru dan
sistem yang ada. Beberapa di antara mereka menolak membayar zakat, meskipun mereka
tetap mengikuti agama Islam secara umum. Ada juga yang kembali kepada penyembahan
berhala. Suku-suku ini berdalih bahwa komitmen mereka hanya kepada Nabi Muhammad,
dan setelah kematiannya, komitmen tersebut tidak berlaku lagi.
Gerakan riddat (gerakan murtad, atau keluar dari agama Islam) dimulai menjelang
wafatnya Nabi Muhammad. Setelah berita kematian Nabi Muhammad menyebar, gerakan
murtad ini merambah wilayah-wilayah di bagian tengah, timur, dan selatan, hingga
mencapai Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah yang terkepung. Gerakan
murtad ini dimulai dengan munculnya tiga tokoh yang mengklaim diri sebagai nabi dengan
maksud menyaingi Nabi Muhammad SAW. Ketiga tokoh tersebut adalah Musailamah,
Tulaihah, dan Aswad Al-Ansi. Musailamah berasal dari suku Bani Hanifah di wilayah
Arab Tengah, Tulaihah adalah pemimpin suku Bani Asad, dan Sajah adalah seorang
wanita Kristen dari suku Bani Yarbu yang menikahi Musailamah.
Sebagai seorang Khalifah, Abu Bakar tidak tinggal diam menghadapi situasi tersebut.
Beliau segera mengumpulkan para prajurit dari Madinah dan membagi mereka menjadi
sebelas batalion, masing-masing dengan seorang panglima yang bertanggung jawab, dan
menugaskan mereka ke berbagai wilayah di seluruh Arab. Abu Bakar memberi instruksi
kepada pasukan tersebut untuk mencoba membujuk mereka yang telah meninggalkan
Islam agar kembali ke agama tersebut. Namun, jika mereka menolak untuk kembali, maka
pasukan tersebut diberi perintah untuk berperang melawan mereka.
Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak mau
menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan
melawan mereka, dalam hal ini Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan
Tulaiha, dalam perang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah
5
seorang penuntut kenabian yang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil.
Akan tetapi mereka gagal menundukan Musailamah, kemudian Abu Bakar mengutus
Khalid untuk melawan nabi palsu dari Yaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat
menghancurkan pasukan Musailamah dan membunuhnya dalam taman yang berdinding
tinggi, sehingga taman disebut “Taman Maut”.
7
b. Konsep Pemerintahan
Konsep pemerintahan di zaman Abu Bakar berbentuk sentral atau terpusat, dimana
seluruh kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif berada di tangan khalifah.
Meskipun begitu, Abu Bakar tetap mengajak para sahabat untuk bermusyawarah
dalam memutuskan suatu solusi terhadap permasalahan yang ada.
c. Kekuasaan Undang-Undang
Abu Bakar tidak pernah menganggap dirinya diatas undang-undang, tidak pernah
memberikan posisi anggota keluarganya yang lebih tinggi dalam hukum. Abu Bakar
ra. menganggap bahwa semua penduduk (keluarga maupun penduduk) tanpa
terkecuali memiliki status yang sama di depan hukum, baik muslim maupun non-
muslim.
8
Pada masa muda, Umar terlibat dalam gaya hidup yang melibatkan minuman keras,
hubungan dengan perempuan, dan bahkan membela agama nenek moyangnya. Saat
Rasulullah mulai menyebarkan Islam, Umar adalah salah satu yang paling keras dalam
memusuhi Rasulullah. Umar bersama dengan Abu Jahal adalah dua tokoh yang
menimbulkan ketakutan di kalangan umat Muslim karena kekejamannya dan sikap
permusuhan terhadap Islam. Salah satu insiden yang dikenang adalah ketika Umar secara
kejam menganiaya seorang budak perempuan Muslim. Ia bahkan membeli budak tersebut
untuk menganiayanya berulang kali hingga akhirnya melepaskannya.
Karena doa Rasulullah, Umar akhirnya memeluk Islam dan dengan berani
memberitahu Abu Jahal bahwa ia telah masuk Islam. Saat Rasulullah memutuskan untuk
hijrah ke Yastrib (Madinah), Umar bergabung dengan para Muhajirin lainnya dalam
perjalanan tersebut, bersama dengan Abu Bakar. Setibanya di Madinah, Umar menjadi
saudara dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga berpartisipasi dalam
pertanian di tanah subur Madinah.
10
• Dewan Penasehat Tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat yang terkenal, antara
lain Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabal, Ubay bin Kaab, Zaid bin
Tsabit, Tolhah dan Zubair.
• Dewan Penasihat Umum, terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan Muhajirin) dan
pemuka berbagai suku, bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkut
kepentingan umum.
• Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum. Beranggotakan para sahabat (Anshar dan
Muhajirin) yang dipilih, hanya membahas masalah-masalah khusus.
b. Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin Arqam.
c. Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah keuangan dengan
pemasukan dari pajak bumi, ghanimah, jizyah, fai’ dan lain-lain.
d. Nidzamul Idary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk memudahkan pelayanan
kepada masyarakat, di antaranya adalah diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan
perang dan pegawai pemerintahan.
e. Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara keamanan dalam
negara.
f. Departemen Pendidikan dan lain-lain (Ali Khan, 1978:122-123).
11
Dalam mengelola harta ini, Diwanul Jund memainkan peran yang signifikan, yang berbeda
dengan masa pemerintahan Nabi, di mana pembagian ghanimah dilakukan berdasarkan
ijtihad beliau.
Khalifah Umar tidak hanya menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga
melakukan perbaikan dan revisi pada peraturan yang sudah ada. Contohnya, dalam hal
sistem pertanahan, di mana awalnya kaum Muslimin diberi hak atas tanah dan sumber
daya hasil perang, Umar mengubah pendekatan ini. Menurut perubahan tersebut, tanah-
tanah harus tetap berada dalam kepemilikan pemilik asalnya, sementara pajak tanah (al-
kharaj) diberlakukan sebagai kompensasi. Umar juga melakukan peninjauan ulang
terhadap bagian-bagian zakat yang diperuntukkan bagi mereka yang dijinakkan hatinya
(al-muallafatu qulubuhum).
Selain kemajuan dalam ilmu pengetahuan, seni arsitektur mengalami perkembangan
yang signifikan, termasuk dalam bangunan sipil (imarah madaniyah), bangunan agama
(imarah diniyah), dan bangunan militer (imarah harbiyah). Kota-kota yang menjadi pusat
pengetahuan, seperti Basrah, Hijaz, Syam, dan Kuffah, menjadi tempat di mana para ulama
menjadikan eksplorasi dan penggalian ilmu pengetahuan sebagai prioritas, mencapai
tingkat kedalaman dan keragaman yang luar biasa.
Ahli-ahli kebudayaan membagi ilmu Islam menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Al ulumul islamiyah atau al adabul islamiyah atau al ulumul naqliyah atau al
ulumus syariat yang meliputi ilmu-ilmu Quran, hadis, kebahasaan (lughat), fikih,
dan sejarah (tarikh).
b. Al adabul arabiyah atau al adabul jahiliyah yang meliputi syair dan khitabah
(retorika) yang sebelumnya memang telah ada, tapi mengalami kemajuan pesat
pada masa permulaan Islam.
c. Al ulumul aqliyah yang meliputi psikologi, kedokteran, teknik, falak, dan filsafat.
12
b. Ghanimah
Semua harta rampasan perang (Ghanimah), dimasukkan kedalam Baitul Maal Sebagai
salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat. Ketika itu, peran diwanul jund,
sangat berarti dalam mengelola harta tersebut.
c. Pemerataan zakat
Khalifah Umar bin Khattab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya dan
meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orang-orang yang
diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum).
d. Lembaga Perpajakan
Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria serta
Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang
menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang
menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini
Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan merupakan kebutuhan bagi
kekuasaan raja yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.
Sebenarnya konsep perpajakan secara dasar berawal dari keinginan Umar untuk
mengatur kekayaan untuk kepentingan rakyat. Kemudian secara tehnis beliau banyak
memperoleh masukan dari orang bekas kerajaan Persia, sebab ketika it Raja Persia
telah mengenal konsep perpajakan yang disebut sijil, yaitu daftar seluruh pendapatan
dan pengeluaran diserahkan dengan teliti kepada negara. Berdasarkan konsep inilah
Umar menugaskan stafnya untuk mendaftar pembukuan dan menyusun kategori
pembayaran pajak.
13
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
14
Khalifah Umar mengadopsi berbagai metode untuk memperluas wilayah Islam dan
memperkuat posisi politiknya dengan memastikan pasukan Muslim diberi gaji. Dalam
upaya desentralisasi kekuasaan, pemerintahan pusat tetap dipegang oleh Khalifah,
sedangkan provinsi diatur oleh gubernur Muslim. Terkait dengan harta rampasan perang
(ghanimah), ghanimah dipisahkan dari harta asalnya (assalb) dan dimasukkan ke baitul
maal (kas negara), dengan peran penting Diwanul Jund dalam pengelolaannya.
Kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Abu Bakar melibatkan beberapa aspek.
Pertama, dalam hal pertanahan, sebelumnya, kaum Muslimin diberi hak atas tanah hasil
perang, tetapi Umar mengubah pendekatan ini. Tanah harus tetap berada dalam
kepemilikan pemilik asalnya, namun pajak tanah (Al-Kharaj) diperkenalkan sebagai
kompensasi. Kedua, harta rampasan perang (Ghanimah) dimasukkan ke Baitul Maal untuk
membantu rakyat, dan pengelolaan harta ini diberikan kepada Diwanul Jund. Ketiga, Umar
memperhatikan pemerataan zakat, serta meninjau kembali bagian zakat yang
diperuntukkan bagi orang-orang yang membutuhkan (Al-Muallafatu Qulubuhum).
Keempat, Umar mengembangkan lembaga perpajakan untuk mengatur pendapatan dan
pengeluaran negara dengan konsep yang dia pelajari dari bekas kerajaan Persia, di mana
mereka telah menerapkan sistem perpajakan yang disebut "sijil" yang mencatat semua
pendapatan dan pengeluaran dengan teliti, dan Umar menugaskan stafnya untuk
melaksanakannya. Ini bertujuan untuk mengatur kekayaan untuk kepentingan rakyat.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/23/makalah-masa-khalifah-abu-bakar-dan-
umar-bin-khattab/
https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-palangka-raya/taalym-
allgh%D8%A9-alaarby%D8%A9/makalah-kelompok-1-peradaban-islam-zaman-abu-bakar-
dan-umar/36443438
https://www.kompasiana.com/ramdhanimaulana/5dae4bb80d823040b35c3372/sistem-politik-
dan-pemerintahan-islam-dibawah-kepemimpinan-khalifah-abu-
bakar?page=all&page_images=1
http://repository.iainbengkulu.ac.id/2421/1/BAB%20I-V_Edit.pdf
https://mpikelasa.files.wordpress.com/2018/05/s-p-i-peradaban-islam-masa-umar-bin-khatab-
r-a.pdf
16