DISUSUN OLEH
NIM. 12502184005
TAHUN 2018
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami,
sehinggakami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Sejarah Peradaban Islam
dengan judul Masa Kemepimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq ra Dan Khalifah Umar
Bin Khattab ra
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bpk Dr.
Kuthbuddin Aibak , M.H.I selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Progam Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Tulungagung yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Masa Kemepimpinan Khalifah Abu Bakar As
Siddiq ra Dan Khalifah Umar Bin Khattab ra ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang dibimbing oleh Bpk Bpk Dr. Kuthbuddin Aibak ,
M.H.I
Dalam makalah dengan tema Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kemepimpinan
Khalifah Abu Bakar As Siddiq ra Dan Khalifah Umar Bin Khattab ra ini, kami akan
membahas tentang Masa Kemepimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq ra Dan Khalifah
Umar Bin Khatta bra.
Penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Penyusun
Daftar isi
Masa Kemepimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah amanah.dan karena itu, dalam suatu system yang islami,
seseorang tak boleh menuntut suatu jabatan.[1] Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat
penting bagi kelompok masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas masyarakat,
bangsa dan negara tidak akan maju, aman dan terarah jika tidak adanya seorang pemimpin.
Pemimpin menjadi kunci keberhasilan dalam suatu komunitas masyarakat, pemimpin yang
mampu memberi rasa aman, tentram, mampu mewujudkan keinginan rakyatnya, itulah yang
dianggap sebagai pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang
dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu
diikuti dan rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu.
Figur kepemimpinan yang mendekati penjelasan tersebut adalah kepemimpinan
Rasulullah saw beserta para sahabatnya (Khulafaur Rasyidin). Abu Bakar terpilih menjadi
kalifah untuk mengganti kepemimpinan setelah Rasulullah saw merupakan anugrah
tersendiri, dan semacam ini merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepadanya. Pada
dasarnya sahabat Rasulullah saw merupakan orang yang akan mewarisi dakwah Islamiyah/
risalah bagi seluruh umat manusia, sekaligus menjadi pemimpin bagi dirinya dengan
keteladanan yang mereka unggulkan dan keistiqamahan di dalam menjalankan syari’at Allah
swt dan Rasul-Nya, baik melalui kitabullah maupun sunnah Rasulullah.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana kiprah kepemimpinan pada masa khalifahan Abu
Bakar dan Khalifah umar bin Khattab selama menjadi pemimpin, problematika yang
dihadapi sekaligus kemajuan yang telah dicapai dalam memperjuangkan dan memperluas
daerah kekuasaan Islam, sehingga Islam bisa jaya ketika itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepemimpinan Abu bakar As shidiq?
2. Bagaimana kepemimpinan Umar bin Khattab?
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk :
(1). Mengetahui bagaiman kepemimpinan Abu Bakar As shidiq ra,
(2). Mengetahui bagaiman kepemimpinan Umar bin Khattab ra
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abu Bakar As Siddiq
Sedang kebijaksanaan politik yang dilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya
yaitu:
1. Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum
Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya
dikalangan sahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju dengan
kebijaksanaan Khalifah ini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu
timbul gejala kemunafikan dan kemurtadan yang merambah untuk menghancurkan Islam
dari dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah untuk menyerbu Romawi,
sebab menurutnya hal itu merupakan perintah Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah
ke Romawi di bumi Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis
dan membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam
dalam keadaan tegang akan tetapi muncul interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan
Islam cukup tangguh. Sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga
dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern (Said bin al
Qathani, 1994:166-167).
2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi
terputus. Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu :
1. Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang
yang meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.
2. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban
zakat dan mengeluarkannya.
Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada prinsipnya yaitu
memerangi mereka sampai tuntas.
1. Mengembangkan wilayah Islam keluar Arab. Ini ditujukan ke Syiria dan Persia.
Untuk perluasan Islam ke Syiria yang dikuasai Romawi (Kaisar Heraklius), Abu akar
menugaskan 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sufyan ditempatkan di Damaskus,
Abu Ubaidah di Homs, Amir bin Ash di Palestina dan Surahbil bin Hasanah di Yordan.
Usaha tersebut diperkuat oleh kedatangan Khalid bin Walid dan pasukannya serta
Mutsannah bin Haritsah, yang sebelumnya Khalid telah berhasil mengadakan perluasan
ke beberapa daerah di Irak dan Persia (Misbach dkk., 1994:9). Dalam peperangan
melawan Persia disebut sebagai “pertempuran berantai”. Hal ini karena perlawanan dari
Persia yang beruntun dan membawa banyak korban.
Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah:
1. Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah
Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika
beliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalam
suatu perkara. Dan jika tidak ditemukannya apa yang dicari, beliaupun mengumpulkan tokoh-
tokoh yang terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka
setelah pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai suatu
keputusan dan suatu peraturan.
2. Amanat Baitul Mal
Para sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaum
muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya dan
pengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syari’at.
Mereka mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi.
3. Konsep Pemerintahan
Politik dalam pemerintahan Abu Bakar telah beliau jelaskan sendiri kepada rakyat banyak
dalam sebuah pidatonya : “Wahai manusia ! Aku telah diangkat untuk mengendalikan
urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapat
menunaikan tugasku dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah,
maka luruskanlah ! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat
mengambil hak daripadanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat
sampai aku dapat mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah dan
Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu mentaatiku.
4. Kekuasaan Undang-undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidak
pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undangundang. Dan
mereka itu dihadapan undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum
Muslim maupun non Muslim.
5. Wasiat Abu Bakar Terhadap Khalifah Umar
Ath-Thabari, Ibnu Jauzi, dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bakar ra khawatir kaum
muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau dan tidak memperoleh kata sepakat. Maka
Abu Bakar meminta pendapat para tokoh sahabat mengenai penggantinya kelak. Setelah
mengetahui kesepakatan mereka tentang keutamaan dan kelayakan Umar R.a, beliau pun
keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah mengerahkan segenap
usaha untuk memilih penggantinya kelak. Kepada khalayak, Abu Bakar meminta agar
mereka menunjuk Umar Ra. sebagai Khalifah sepeninggalnya kelak. Mereka semua
menjawab, “Kami dengar dan kami taat.” Jadi penunjukan Umar ra sebagai khalifah bukanlah
berdasarkan keinginan Abu Bakar semata, akan tetapi merupakan hasil dengar pendapat dan
rekomendasi dari para tokoh sahabat. Jadi sekali lagi, ini merupakan hasil syura dari Ahlul
Halil wal ‘Aqdi. Adapun perkataan Abu Bakar dihadapan khlayak adalah sebagai
pengumuman hasil keputusan yang sah dan harus dipatuhi oleh kaum muslimin.
3. Kemajuan yang telah dicapai
Pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun di dalam pengembangan
Islam, antara lain :
a. Perbaikan sosial (masyarakat)
b. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
c. Mengumpulkan ayat-ayat al Qur’an
d. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam
e. Meningkatkan kesejahteraan umat perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar, ialah usaha
untuk menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan Tanah Arab
dari para penyelewengan (orang murtad, nabi palsu dan orang yang enggan membayar
zakat). Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu
Bakar melakukan perluasan wilayah luar jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Iraq dan
Syria yamg berbatasan langsung dengan wilayah kekuasan Islam.
4. Prestasi atau keberhasilan yang telah dilakukan Khalifah Abu Bakar ash Shidiq,
sebagai berikut :
Ketika Abu Bakar r.a sebelum wafat, dia mengangkat Umar sebagai khalifah setelah
bermusyawarah dengan para sahabat senior dan persetujuan mereka dalam hal itu (Ath-
Thabari, di dalam Al haritsi, 2006). Hal ini dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian
politik antar umat Islam sendiri.Beliau khawatir kalau pengangkatan itu dilakukan melalui
proses pemilihan pada masanya maka situasinya akan menjadi keruh karena kemungkinan
terdapat banyak kepentingan yang ada diantara mereka yang membuat negara menjadi tidak
stabil sehingga pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat. Pada
saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan secara langsung beliau diterima sebagai
khalifah yang resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa yang penuh dengan
kemajuan dan akan siap membuka cakrawala di dunia muslim. Beliau diangkat sebagai
khlifah pada tahun 13H/634M.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan sebutan
khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a, mereka
disebut dengan Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat kepada beliau.
Salah satu sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena bila Abu Bakar r.a
dipanggil dengan khalifah Rasulullah (pengganti Rasulullah), otomatis penggantinya berarti
khalifah khalifah Rasulullah (pengganti penggantinya Rasulullah), dan begitulah selanjutnya,
setidaknya begitulah menurut Haikal. Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam telah
meluas, hingga ke daerah-daerah yang bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan
sistem pemerintahan yang terperinci, sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan
terperinci dalam Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena itu ia menolak untuk dipanggil
sebagai khalifatullah dan khalifah Rasulullah.
Kebijakan-kebijakan politik dan pengaturan pemerintahan Umar bin Khattab.
1. Mengatur seluruh strategi perluasan islam bahkan pada beberapa hal sampai dengan strategi
teknis.
2. Menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, menindak orang-orang yang dholim dengann
tegas (dicopot jabatannya, dll).
3. Membentuk Hakim (Qadhi) di kota besar (Madinah, Syam, Mesir, dan Persia).
4. Membentuk lembaga keuangan dan melakukan sensus penduduk.
5. Mengendalikan seluruh sistem pemerintahan dengan ketat (supervise/ pengendalian ketat).
6. Menekankan keimanan, tanggung jawab sosial diatas pribadi hidup sederhana, keteladanan
kepada seluruh wakil-wakilnya didaerah.
7. Umar melarang memberi zakat pada muallaf.
8. Dimulai penanggalan Hijriyah berdasarkan Hijrahnya Umat Islam, sebagai upaya
penguatan identitas muslim.
9. Talak tiga sekali ucapan
10. Pembagian harta ghonimah yang tersentral & membentuk departemen keuangan.
11. Melakukan sensus penduduk.
12. Penghapusan nikah mut’ah
13. Melarang mengumpulkan hadits, kemudian membiarkannya
Umar mengendalikan islam saat itu dengan pola kepemimpinan sosial yang baik, yakni:
1. Pola hidup Umar yang sederhana, dan sangat mengutamakan kesejahteraan umatnya
khususnya orang fakir miskin daripada keluarganya sendiri.
2. Kasus saudara Umar yang minta bagian maal lebih banyak, yang ditolak, karena lebih
mendahulukan muslim yang mempunyai jasa terhada islam terlebih dahulu, berdasarkan
masuknya, dan kualitas jasanya.
3. Kasus anaknya Amr bin Ash yang menganiaya orang miskin yang kemudian dihukum
dengan keras.
4. Kasus seorang Yahudi yang mengadu ke Umar karena rumahnya digusur oleh Amr di
Mesir, yang kemudian Amr diperingatkan oleh Umar dengan tulang yang digaris dengan
pedangnya.
5. Kasus pembantu yang mencuri malah dibela, malah juragannya yang dihukum sebab tidak
melaksanakan haknya.
6. Kasus anaknya Umar bin Khattab yang minum Khamr kemudia dihukum 2 kali lipat oleh
umar langsung kemudian sakit & meninggal.
7. Saat perjalanan menuju ke Palestina gantian dengan pembantunya serta sikap Umar
melihat sambutan mewahnya Muawiyah
8. Kasus saat paceklik Umar hidup prihatin sama seperti rakyatnya, dan senantiasa
mengontrol keadaan umatnya, bahkan pada suatu malam ada seorang ibu yang memasak batu
untuk menenangkan anaknya karena tidak punya makanan, ketika Umar tahu hal itu, maka
dia langsung turun tangan menyelesaikannya saat itu juga. Karena takut akan pertanggung
jawaban nantinya diakherat.
9. Sangat takut akan pertanggung jawaban sebagai pemimpin di akherat, sehingga dia benar-
benar totalitas untuk membantu umatnya
· Menata administrasi dan keuangan pemerintahan
Selama pemerinatahannya, Umar melakukan banyak reformasi secara administratif .
antara lain dengan pembentukan:
1) Baitul Mal sebagai lembaga yang mengurusi keuangan negara
2) Dewan Perang lembaga administrasi ketentaraan
Selain itu, Umar juga memberikan santunan kepada seluruh rakyat berdasarkan lamanya
memeluk Islam
· Penetapan kalender hijriyah
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan tentang aturan penanggalan Islam, bahwa:
1) Awal penghitungan tahun hijriyah berdasarkan hijrah Rasul ke Madinah
2) Hijrah adalah simbol titik balik kemenangan Islam
3) Hijrah menandai pembagian surah-surah al-Qur’an
4) Hijrah menandai dua periode dakwah
3. Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik
Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan “abad emas” Islam dalam segala
zaman. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengan segenap
kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang pemimpin biasa,
tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang professional. Ia adalah pendiri sesungguhnya
dari sistem politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah(syariat)
sebagai code (kitab undang-undang) suatu masyarakat Islam yang baru dibentuk. Maka tidak
heran jika ada yang mengatakan bahwa beliaulah pendiri daulah islamiyah (tanpa
mengabaikan jasa-jasa Khalifah sebelumnya).
Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan wilayah, sehingga musuh
mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum Muslim. Di situlah letak kekuatan politik
terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim mendapatkan gaji dari hasil rampasan sesuai
dengan hukum Islam. Untuk mengurusi masalah ini, telah dibentuk Diwanul Jund (Majid,
1978:86). Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji tetap (rawatib), juga
menerima tunjangan (al-itha’). Khusus untuk Amr bin Ash, Umar menggajinya sebesar 200
dinar mengingat jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk Imar bin Yasar, diberi 60
dinar disamping tunjangan (al-jizyaat) karena hanya sebagai kepala daerah (al-amil).
Dalam rangka desentralisasi kekuasaan, pemimpin pemerintahan pusat tetap dipegang oleh
Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan di propinsi, ditunjuk Gubernur (oramg Islam) sebagai
pembantu Khalifah untuk menjalankan roda pemerintahan. Di antaranya adalah :
Oleh karena itulah, banyak orang yang berasumsi bahwa kebangkitan Arab masa itu didorong
oleh kebangkitan Islam dalam menyadari pentingnya ilmu pengetahuan. Apabila ada orang
menyebut, “ilmu pengetahuan Arab”, pada masa permulaan Islam, berarti itu adalah “ilmu
pengetahuan Islam”.
Dalam masaklah peradilan Umar bin Khattamb melimpahkan wewenang kepada haikm
daerah yang ditunjukan melalui, surat yang Beliau kirim kepada Abu Musa Al-Asy’ari
(hakim Kufah) yang isinya mengandung pokok-pokok atau prinsip-prinsip berperkara di
persidangan dalam lingkungan peradilan. Isi surat tersebut adalah:
¶ Memutuskan perkara di pengadilan adalah kewajiban yang harus dikokohkan dan sunah
yang harus diikuti.
¶ Sebelum sebuah perkara diputuskan, ia harus dipahami terlebih dahulu agar (hakim) dapat
bertindak adil. Sesungguhnya berbicara keadilan tanpa ditegakkan, tidaklah bermanfaat.
¶ Pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan sama, baik dalam persidangan maupun
dalam menetapkan keputusan, sehingga pejabat tidak mengharap menang (karena ketidak
adilan peradilan) dan orang-orang lemah tidak putus asa dalam memperjuangkan keadilan.
¶ Alat bukti dibebankan kepada penggugat, sedangkan sumpah dibebankan kepada pihak
tergugat. Kelima, damai –sebagai jalan keluar dari persengketaan- dibolehkan selama tidak
menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
¶ Berilah waktu kepada penggugat untuk mengumpulkan alat-alat bukti; dan persengketaan
diputuskan harus berdasarkan alat-alat bukti.
¶ Hakim harus berani mengakui kesalahan apabila ternyata dalam keputusannya terdapat
kekeliruan (prinsip peninjauan kembali).
¶ Kesaksian seorang muslim dapat diterima kecuali muslim yang pernah memberikan
kesaksian palsu, pernah dijatuhi hukuman had, atau yang asal-usulnya diragukan. Kedelapan,
seorang hakim dibenarkan melakukan analogi (qiyas) dalam memutuskan perkara apabila
perkara yang hendak diselesaikan tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
¶ Dalam proses menyelesaikan dan memutuskan perkara, hakim tidak boleh dalam keadaan
marah, berpikiran kacau (goyah), jemu, bersikap keras, dan hendaklah memutuskan perkara
dilakukan dengan ikhlas hati dan berharap pahala dari Allah SWT
Dalam masa kekhalifahannya pula, Umar bin Khatab telah membuat masyarakat semakin
makmur. Umar memperlihatkan kegeniusan dalam mengatur administrasi sipil. Setiap negeri
dibagi menjadi propinsi-propinsi, pendataan tanah dan sensus diadakan, kantor-kantor
didirikan,angkatan kepolisian disusun, saluran-saluran digali, kas negara dimulai. Kalender
Hijriyah yang sangat membantu pencatatan sejarah juga mulai dikenalkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya atau kewenangannya yang dimiliki yang
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkannya.
Rahasia utama kepemimpinan yaitu kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan hanya dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain. Pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.
Gaya Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ash Shidiq merupakan seorang khalifah penerus
perjuangan Nabi yang berusaha menciptakan sebuah masyarakat yang hidup dalam zaman
“Baldatun tayyibatun warabbun ghafur”. Dengan dua sifat yang menonjol yaitu,
kelembutannya beliau menginsyafkan orang yang berbuat munkar dengan ketegasannya
beliau mengatasi orang yang memberontak.
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi
rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu
kebiasaannya adalah melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota
mengawasi kehidupan rakyatnya. Dalam banyak hal Umar bin Khatthab dikenal sebagai
tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius. Beberapa keunggulan yang dimiliki
Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga
kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan
dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”
DAFTAR PUSTAKA