Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN ISLAM MASA ABU BAKAR AL-SIDDIQ DAN UMAR BIN

KHATTAB

MAKALAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti

Perkuliahan Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Edi Iskandar, S.Ag, M.Pd

Oleh :

Andrahman Amri : 12110313822

Arba'Adri Asmara : 12110313901

Gusma Valdo : 12110313869

Lisa Afriani : 12110320441

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Sholawat serta salam semoga tercurah dan dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.

Maksud penulis membuat karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM yang diamanatkan oleh dosen
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun didalam isinya.

Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis


yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah
pengetahuan tentang PENDIDIKAN ISLAM MASA ABU BAKAR AL-
SIDDIQ DAN UMAR BIN KHATTAB , Aamiin.

Pekanbaru...September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Al-siddiq (11/632-13/634)................2

B. Pendidikan Islam Pada Masa Umar Bin Khattab. (13/23-634/644)...................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................19

Kesimpulan............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk


membentuk manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Allah SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama
manusia agar dapat menjalankan pendidikan dapat menjalankan seluruh
kehidupannya, sebagaimana yang telah ditentukan Allah dan Rasulnya demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rasulullah


wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrasyidin. Wilayah
Islam telah meluas diluar jazirah Arab para khalifah ini memusatkan perhatiannya
pada pendidikan keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan.

Tahun-tahun pemerintahan khulafaurrasyidin merupakan perjuangan terus-


menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka
perangi dan musuhi. Pada zaman khulafaurrasyidin seakan-akan kehidupan
Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam masih tetap
memantulkan al-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah
dan di berbagai negeri lain yang ditaklukan oleh orang-orang Islam.

B.Rumusan Masalah.

A. Bagaimana Pendidikan Pada Masa Abu Bakar Al-siddiq ?


B. Bagaimana pendidikan Pada Masa Umar Bin Khattab ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Al-siddiq (11/632-13/634)

Abdullah bin Abu Quhafah atau di masa jahiliyah lebih akrab dipanggil
Abdullah bin Ka'bah (Hamba Kabah), merupakan salah seorang kerabat jauh
(extended family) 1Rasulullah saw, yang bertemu nasabnya dengan kakek buyut
keturunan keenam Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Ia dilahirkan pada tahun 573 M
atau dua tahun setelah tahun gajah. Ini berarti usia Abu Bakar lebih muda dua
tahun dari Rasulullah saw.

Setelah memeluk agama Islam maka sebagaimana saran dari Rasulullah saw.
nama Abu Quhafah kemudian berganti dengan sebutan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Kata Ash-Shiddiq berarti "berkata benar sebuah gelar kehormatan setelah
sebelumnya Abu Bakar menjadi orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra
Mi'raj Rasulullah saw." Pada fase-fase selanjutnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq
kemudian memiliki hubungan yang semakin erat setelah ia menikahkan putrinya
yang bernama Aisyah binti Abu Bakar dengan Rasulullah saw. pasca
meninggalnya Khadijah. Setelah bertahun-tahun mendampingi perjuangan
Rasulullah saw, bahkan ketika hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Akhirnya tiba
saat bagi kedua sahabat ini untuk berpisah. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin
saat matahari siang telah benar-benar meninggi, bertepatan dengan tanggal 12
Rabiul Awal tahun 11 H. ketika itu, Rasulullah saw. genap berusia 63 tahun 4
hari. Umat Islam ketika itu merasakan kesedihan yang mendalam. Mereka,
merasa kehilangan sosok paripurna. Mendengar berita wafatnya Rasulullah saw.,
1
Keluarga jauh (extended family) adalah suatu unit sosial yang terdiri dari keluarga inti (muclear
family) dan saudara sedarah, sering kali mencakup tiga generasi atau lebih yang memiliki tradisi
dan ikatan emosional kekeluargaan yang kental. Kerabat jauh juga termasuk bagian dalam
keluarga jauh

2
Abu Bakar segera menuju rumah menantunya, tak lama setelah ber-takziyah ia
pun angkat bicara prihal wafatnya Rasulullah saw., dengan mengatakan:

"Amma Badu, barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka
sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang
menyembah Allah maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati. Allah
berfirman: 'Muhammad itu tidak lain banyalah seorang Rasul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur"2

Pasca pemakaman Rasulullah saw. di Madinah mulai semakin terasa adanya


guncangan dalam barisan kaum Muslimin, terutama bagi mereka yang masih
awam mengenal Islam dan atau bagi mereka yang masih lemah imannya. Untuk
meredam perpecahan di kalangan kaum Muslimin serta tetap tegaknya kesatuan
Negara Madinah, maka dipandang perlu untuk segera dilakukan penunjukan calon
Kepala Negara yang baru mengantikan jabatan politik Rasulullah saw. Berbagai
nama sempat muncul sebagai kandidat calon Kepala Negara Madinah. baik dari
suku Khazraj, suku Auz, termasuk dari Abu Sofiyan (mantan pemimpin Quraisy
terakhir). Namun, dengan berbagai pertimbangan nama Umar bin Khattab dan
Abu Ubaidah bin Jarah justru menjadi kandidat yang paling kuat untuk maju
sebagai calon pemimpin Negara Madinah.

Tidak lama setelah dicalonkan menjadi pemimpin, kedua nama ini justru
kemudian mengundurkan diri dan mereka lebih memilih untuk membaiat Abu
Bakar Ash-Shiddiq menjadi Amir Al-Mu'minin yang pertama dan pembaiatan ini
kemudian diikuti oleh anggota dari suku bangsa lainnya. Maka sejak sejak tahun
11 H/ 632 M Abu Bakar Ash-Shiddiq secara resmi menjadi pengganti tampuk

2
Zuhair Mahmud al-Humawi, Wasiat-Wasiat Akhir Hayat dari Raulullah, Abu Bakarm dll.Terj)
Abdul Hayyie al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 17.

3
pimpinan politik negara Islam setelah wafatnya Rasulullah saw. Pengangkatan
Abu Bakar menjadi Amir Al-Muminin bukanlah tanpa alasan, selain ia adalah
sahabat, mertua dan juga orang yang sering kali mendampingi Rasulullah dalam
berbagai kesempatan. Ia juga sempat menggantikan Rasulullah saw ketika sakit
untuk menjadi imam shalat berjemaah sebagaimana sebuah riwayat yang artinya:

"Aisyah berkata, "Ketika itu orang beritikaf di masjid, sambil menunggu


Rasulullah saw. untuk shalat isya. Maka Rasulullah mengutus seseorang kepada
Abu Bakar mengimami shalat. Utusan itu menemui Abu Bakar, lalu berkata,
"Sesungguhnya Rasulullah menyuruhmu untuk menjadi imam shalar... Abu Bakar
berkata, 'Hai Umar imamilah orang-orang shalat! Umar menjawab, Anda lebih
berhak menjadi imam. Maka Abu Bakar menjadi imam shalat selama beberapa
hari."3

Selanjutnya, selapas dibaiat menjadi kepala negara, dalam khotbahnya yang


singkat Abu Bakar As-Siddiq mengatakan di depan masyarakat umum:

"Wahai manusia, saya telah dilantik menjadi pemimpin kepada kamu dan
saya bukanlah orang yang terbaik berbanding dengan kamu. Sekiranya saya
berada dalam kebenaran maka hendaklah kamu membantu saya. Sebaliknya jika
sekiranya saya telah menyeleweng maka kamu berkewajiban membentulkan
kesalahan-kesalahan saya."4

Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq terhitung sangat singkat. Ja


menjabat sebagai kepala Negara selama kurang lebih dua tahun. Tanggal 13
Jumadil akhir 13 H/ 22 Agustus 634 M atau ketika Abu Bakar genap 63 tahun. ia
kemudian menghembuskan napas terakhirnya, akibat sakit. Meskipun

3
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim.

4
Ahmad Kilani Mohamed, Pengurusan Pendidikan di Sekolah: Hunian Perspektif Islam,(Kuala
Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2003), hlm. 121.

4
kepemimpinan Abu Bakar terbilang singkat, ternyata berdampak signifikan
terhadap peradaban dan pendidikan Islam di masa yang akan datang.

Masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, kondisi umat Islam terbagi


dalam beberapa golongan, di antara mereka ada yang sudah kuat imannya. namun
ada juga yang belum kuat imannya. Hal ini seperti yang terjadi di Najd dan
Yaman (Yamamah), sehingga banyak di antara mereka memilih untuk menjadi
murtad, menolak membayar zakat, dan mengkhianati konstitusi Negara Kota
Madinah yang sudah disepakati baik melalui Piagam Madinah, perjanjian
Aqobah, dan lain-lain. Selain itu ada pula di antara beberapa kepala suku yang
merasa kehilangan kedudukannya selama Rasulullah saw. masih hidup, di
antaranya Tulaiha bin Khuwailid dan seorang wanita yang mengaku sebagai nabi,
Sajah binti Al-Harith bin Suwaid, pengikut ajaran Nasrani. Momen inilah yang
kemudian menjadi kesempatan bagi mereka untuk mencetuskan gerakan
pemberontakan terhadap negara Madinah dan memecah belah kekuatan Islam.
Yaman dan sekitarnya pada saat itu menjadi basis terkuat kaum murtad di jazirah
Arabia yang dahulu dibatasi oleh Bahrain di Utara, al-Hasa di Timur, Hijaz di
Barat, serta Najd dan Yaman (saat ini adalah Republik Yaman) di bagian selatan.
Sehingga, tidak mengherankan jika masih saja ada tersisa peninggalan nabi-nabi
palsu, seperti ditemukan pada tahun 1972 M tentang sebuah Manuskrip Sana'a
yang konon dipercaya sebagai manuskrip Al-Qur'an tertua di Yaman, Republik
Yaman, namun subtansinya banyak melenceng dari versi mushaf Utsmani yang
ada hingga hari ini.

Selain itu, Abu Bakar juga tercatat sebagai khalifah yang berhasil menumpas
kelompok bersenjata yang tidak mau membayar zakat, sebagai respons atas
tindakan pemberontakan mereka terhadap sumpah setia pada negara dan
konstitusi Negara Islam setelah sebelumnya upaya menempuh jalan damai
menemui kebuntuan. Abu Bakar juga berhasil menumpas kelompok bersenjata
yang telah menjadi murtad dan melakukan penistaan terhadap agama dan
dipimpin nabi-nabi palsu berpengaruh bagi kelompoknya. Di antara mereka ada

5
yang berasal dari kalangan wanita, yaitu yaitu Sajah binti Harits ibnu Suwaid.
Ada juga dari laki-laki, seperti Thalhah ibnu Kuwailid al-Asadi, Musailamah Al-
Kadzab, dan lain-lain. Tindakan pemberontakan dan penistaan agama tersebut
banyak menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an dalam berbagai
pertempuran, di antaranya perang Riddah 11 H/ 632 M. Musailamah Al-Kadzab
sendiri kelak terbunuh pada tahun 12 H dalam Perang Yamamah oleh Wahsyi bin
Harb yang dahulu sebelum memeluk Islam telah membunuh paman Rasulullah
saw., Hamzah bin Abdul Muthalib dalam Perang Uhud.

Di antara peperangan-peperangan hebat dalam rangka menumpas kaum


murtad beserta pengikutnya. Perang Yamammah adalah yang paling merugikan
bagi kekuatan Negara Madinah. Tentara Islam yang ikur dalam peperangan ini,
kebanyakan terdiri dari para sahabat dan penghafal Al-Qur'an. Dalam peperangan
ini gugur 70 orang penghafal Al-Qur'an. Bahkan sebelum itu gugur pula hampir
sebanyak itu dari penghafal Al-Qur'an di masa Rasulullah di suatu pertempuran
dekat Sumur Ma'unah, Madinah. Oleh karena itu Umar bin Khathab khawatir
akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Qur'an yang masih hidup maka ia pun
lalu datang kepada Abu Bakar untuk memusyawarahkan hal ini.5

Kemudian dikumpulkanlah ayat-ayat Al-Qur'an yang berasal dari daun.


pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta, kambing dan dari sahabat sahabat
yang hafal Al-Qur'an. Zaid bin Tsabit salah satu asisten pencatat naskah Al-
Qur'an ketika Rasulullah saw. masih hidup, diangkat Abu Bakar sebagai ketua
pengumpulan Al-Qur'an. Ia beserta tim penghafal Al-Qur'an bekerja amat berhati-
hati dan teliti. Selain mencari ayat-ayat dan berbagai sumber yang masih tercecer,
lalu dicocokkan dengan apa yang telah dihafal para penghafal Al-Qur'an lainnya.
Maka dari itu sekalipun beliau hafal Al-Qur'an seluruhnya. tetapi untuk
kepentingan pengumpulan Al-Qur'an yang sangat penting bagi umat Islam, ia

5
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya.

6
masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang
lain dengan disaksikan dua orang saksi6

Begitulah akhirnya Al-Qur'an hingga seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin
Tsabit dalam lembaran-lembaran, dan diikatnya dengan benang, tersusun menurut
urutan ayat-ayat dan surah-surahnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar. Mushaf ini tetap di
tangan Abu Bakar sampai ia meninggal. Setelah Abu Bakar wafat Mushaf induk
tersebut kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab dan tetap di sana
mushaf tersebut selama pemerintahannya. Sesudah Umar bin Khattab wafat,
mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, putri Umar bin Khattab, istri
Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an di masa
khalifah Utsman.7

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa Abu Bakar, Al-
Qur'an untuk pertama kalinya berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf atas
rekomendasi dari Umar bin Khattab. Adapun ketua tim pengumpulan Al Qur'an
seperti yang telah dijelaskan adalah Zaid bin Tsabit yang juga merupakan salah
satu anggota penulis Al-Qur'an di zaman Rasulullah saw. Kelak setelah Abu
Bakar dan Umar bin Khattab tutup usia, ia pun kembali ditugaskan oleh Amir Al-
Muminin Utsman bin Affan untuk menjadi ketua untuk me-recopy Al Qur'an
yang dikenal sabagai mushaf Utsmani.

Pada saat Abu Bakar memimpin Negara Madinah, arlas kekuatan Negara
Islam Madinah semakin meluas. Islam berkembang hingga keluar wilayah
Makkah Madinah. Padahal Negara kecil ini baru berusia kurang lebih 12 tahun
sejak wafatnya Rasulullah saw., namun realitasnya telah mampu untuk
mematahkan dominasi dua kekaisaran terkuat dan terbesar di dunia, yaitu
Kekaisaran Persia dan Kekaisaran Romawi Timur. Melalui berbagai kampanye
6
Ibid., hlm. 24.

7
Ibid

7
militer, Abu Bakar telah mengirimkan panglimanya Khalid bin Walid dan Iyadh
bin Ghanam untuk menyerang Kekaisaran Persia. Selanjutnya Abu Bakar juga
mengirimkan pasukan ke Suriah yang dipimpin Amr bin Ash, Yazid bin Abu
Sufyan, Abu Ubaidah bin Jarah dan Syurahbil bin Hasanah. Meski tidak sempat
menaklukkan seluruh wilayah kekaisaran tersebut, namun langkahnya ini
merupakan batu pijakan penyebaran Islam ke seluruh dunia, termasuk sebagai
jaminan akan kemerdekaan kepada seluruh negara yang selama ini telah dijajah
oleh Kekaisaran Romawi Timur dan Persia dalam kurun waktu yang cukup lama.

Kebijakan pendidikan di masa Amirul Mukmini Abu Bakar As-Siddiq


cenderung menggunakan model pendidikan konservatif. Ia memilih untuk tetap
mempertahankan model dan sistem pendidikan yang diwariskan oleh Rasulullah
saw, dalam pemerintahnya. Meskipun demikian, pendidikan militer pada masa ini
mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini dipicu dari berbagai agresi militer
dari ribuan personel Kekaisaran Romawi Timur, terhadap Negara Madinah pada
masa Rasulullah saw., dalam Perang Mut'ah (8 H/ 629 M) dan Perang Tabuk (9
H/ 630 M) yang berlanjut hingga pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Perang Murah dan Tabuk tidak hanya menyisakan luka politik dan ancaman
kekuatan asing bagi Negara Madinah yang baru berumur 8 tahun ketika itu.
Namun juga guncangan terhadap esksistensi kewibawaan Kekaisaran Romawi
Timur. Kedua belah pihak yang sama-sama tidak menemukan kata sepakat
menempuh jalan damai, akhirnya kembali terlibat dalam serangkaian konflik
bersenjata.

Kekuatan pasukan Abu Bakar ini teruji setelah berhasil menaklukkan satu
per satu daerah jajahan Kekaisaran Romawi di Suriah dalam pertempuran Busrah
Juni-Juli 634 M. Saat itu Kekaisaran Romawi Timur pada akhirnya terpaksa harus
melepaskan wilayah koloninya di Ghassan. Suriah setelah kehilangan ribuan
pasukan terbaiknya dalam berbagai pertempuran. Pasukan ini juga berhasil
membebaskan wilayah Al-Hirah dan Anbar (Mesopotamia, saat ini merupakan

8
bagian dari Negara Irak) daerah koloni jajahan Kekaisaran Persia dalam
Pertempuran Walaja 633 M dan Pertempuran Ullais 633 M.

Perang-perang tersebut merupakan serangkaian operasi militer yang sudah di


mulai sejak tahun perdana pengangkatan Abu Bakar Ash-Siddiq. Langkah ini
ditempuh militer Islam dari tahun 12 H/ 632 - M sebagai jawaban sekaligus
bentuk "syok terapi" bagi pasukan musuh, khususnya langkah antisipasi sebelum
Kekaisaran Romawi Timur melanjutkan agresi militernya menyerang Islam
sebagaimana terjadi di masa Rasulullah saw. Adapun perang pembuka Islam
melawan Romawi di masa Amir Al-Mu'minin adalah perang Yarmuk dan
dilanjutkan dengan perang-perang lainnya hingga masa khalifah Utsman bin
Affan.

Meskipun proses meluasnya Islam di masa Abu Bakar seakan penuh dengan
berbagai aksi-aksi militer. Jumlah penganut Islam tidak menurun dan malah justru
semakin hari semakin bertambah. Kesemuanya bukan dengan jalan paksaan,
melainkan murni berasal dari hidayah yang diberikan Allah Swt.Pernah terjadi
sebuah peristiwa di tengah-tengah pertempuaran besar, Perang Yarmuk, Suriah
(636 M) seorang komandan senior sayap kanan Kekaisaran Romawi Timur,
Gregorius Teodorus, "Jirri Tudur" beserta sejumlah pasukannya memilih untuk
membelot serta memutuskan untuk menjadi muallaf.

B. Pendidikan Islam Pada Masa Umar Bin Khattab (13/23-634/644)

Dua tahun menjabat sebagai Kepala Negara Madinah, Abu Bakar Ash
Shiddiq kemudian tutup usia pada tanggal 13 Jumadilakhir 13 H/ 22 Agustus 634
M, dikarenakan sakit. Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq telah
berwasiat untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya.

9
Dengandemikian, maka Umar bin Khattab secara resmi menjadi Amir Al-
Mu'minin yang kedua pascawafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Umar bin Khattab, diperkirakan lahir pada tahun 581 M. di Makkah.


Ayahnya bernama Khattab bin Nufail al-Makhzumi al-Quraisy dari suku Adi.
Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar bacaan ayat suci Al-Qur'an
dari rumah adiknya sendiri, Fatimah bin Khattab setelah sebelumnya Umar bin
Khattab berniat untuk membunuh Rasulullah saw. Adapun surah sebagaimana
dimaksud adalah Tahaaha (20): 1- 5. yang artinya:

"(1) Tabba (2) Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah. (3) Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada
Allah). (4) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi. (5) (Yaitu) Tuhan Yang Maha Permurah, yang bersemayam di atas 'Arsy."

Umar bin Khattab menjabat sebagai Amir Al-Mu'minin kurang lebih selama
10 tahun lamanya, yaitu sejak tahun 13 H/634 M-23 H/ 644 M. di masa
kepemimpinannya inilah Negara Kota Madinah pada tahun 18 H/ 639 M di bawah
panglima perang Amru bi al-Ash' dan Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah berhasil
membebaskan wilayah al-Quds atau Baitul Maqdis, Yerusalem (Negara Palestina
saat ini) dari jajahan Kekaisaran Romawi Timur yang menganut ajaran Kristen
Ortodoks dengan tanpa menumpahkan darah setetes pun." Uskup Nasrani
Shafarinus (Sophronius), dari patriak Yerusalem dan beberapa pejabat yang
berkuasa pada saat itu menyepakati untuk menyerahkan kunci Kota al Quds
dengan sukarela. Sebagai imbalannya Umar bin Khattab mengadakan "Al-Uhdah
Al-'Umariyyah" (perjanjian Umar bin Khattab) atau Perjanjian Aclia (Illiya), di
mana Islam menjamin keamanan semua pemeluk agama untuk menjalankan
ibadah dengan tenang tanpa gangguan dan ancaman dari pihak mana pun.8

8
Hanafi Muhallawi, Tempat-Tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Ramlullah, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), hlm. 55.

10
Berikut merupakan terjemahan dari potongan isi surat perjanjian Umar bin
Khattab:

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah dokumen
tertulis dari Umar bin Khattab kepada penduduk Bayt al-Maqdis. Kalian dijamin
atas keamanan hidup kalian, harta kalian, dan gereja gereja kalian; tidak akan
diambil alih ataupun dirusak, selama kalian tidakmenggangu keamanan publik."9

Tidak hanya di zaman Umar bin Khattab, hingga tahun 2017 M. kepercayaan
umat Nasrani di Yerusalem dari golongan Ortodoks Yunani, Katolik, Ortodoks
Syiria, Ortodoks Koptik Alexandria - Mesir, Ortodoks Ethiopia Tewahedo dan
Ortodoks Armenia terhadap Islam masih terjaga dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dari masih dipegangnya kunci gereja makam suci (Church of The
Holy Sepulchre), yang diyakini sebagai makam Yesus Kristus, secara turun
temurun oleh orang Islam dari keturunan Nusseibeh. Sebuah klan yang datang ke
Yerusalem bersamaan dengan kedatangan pasukan Umar bin Khattab saat
penaklukan al-Quds atau lebih dari 1400 tahun lalu.

Dari penelusuran sejarah, pasca menyerahnya Kekaisaran Romawi Timur


pada penguasa Islam maka dapat dikatakan Islam sebenarnya lebih berhak atas al-
Quds (Yerusalem) ketimbang Israel. Bahkan ketika Perang Salib I tahun 1905 M.
di mana al-Quds dirampas secara paksa oleh tentara Salib Katolik dan sekutunya,
Salahudin al-Ayubi kembali merebut kembali tanah tersebut tanpa pertumpahan
darah. Berbagai peristiwa di atas menunjukkan bahwa al-Quds memang memiliki
ikatan kuat dengan agama Islam. Setelah wilayah al-Quds dimerdekakan, Umar
bin Khattab membangun Masjid al-Qibli yang lebih populer dengan sebutan
Masjid Al-Aqsa. Khalifah Islam selanjutnya seperti Abdul Malik bin Marwan
juga ikut membangun sebuah masjid di kompleks Masjid Al-Aqsa pada tahun 66
H/685 M selesai tahun 72 H/691 M dengan mengutus arsiteknya bernama Roja

9
Elza Peldi Taher (Ed), Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai 70 Tahun Djohan
Effendi Jakarta: ICRP dan Kompas, 2009), hlm. 158.

11
bin Hiwah al-Kanadi. Adapun masjid tersebut diberi nama Masjid Kubah ash-
Shakhrah.72 Selain itu, khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam sejarah juga
tercatat sebagai khalifah pertama dari daulah Islamiyah yang membuat koin
emasnya sendiri dengan tulisan Arab, setelah sebelumnya orang-orang Arab jauh
sebelumnya mengandalkan koin emas dari peninggalan Kekaisaran Persia dan
Romawi Timur.

Kekaisaran Romawi Timur, pada saat itu memang memiliki wilayah yang
lebih luas meskipun mereka tidak dapat merebut kembali Kekaisaran Romawi
Barat yang telah digulingkan oleh bangsa Barbar dari Eropa. Sebagian besar
penduduknya Romawi Timur beragama Kristen Ortodoks. Gereja Timur yang
berada di bawah kekuasaan Kaisar membentuk sistem yang disebut "Caesaropa
Pisme". Hubungan kekuasaan negara dan gereja menjadi jelas. Karena itu, para
pemimpin gereja kemudian larut dalam perdebaran filosofis tentang kekristenan.
Gereja Timur yang memakai bahasa Yunani menyebur diri mereka "Ortodoks".
Sementara itu, Kekaisaran Romawi Barat yang secara berangsur-angsur telah
melemah dan hancur akibat serangan beruntun dari bangsa barbar di sekitarnya
kemudian lahir kembali dengan nama Kekaisaran Romawi Suci (962-1806 M),
serta memproklamirkan diri sebagai penganut "Katolik".

Itulah sebabnya kaum gereja Barat menjadikan Paus Roma Katolik sebagai
pusatnya menjauhi pengaruh otoritas negara dan mengusahakan penguatan
wewenang pada Paus. Melalui bahasa Latin sebagai bahasa resmi yang digunakan
Gereja Barat, mereka kemudian menekankan kepercayaan praktis dan etika.
Adapun ahli teologi yang mewakilinya adalah Agustinus.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam negeri relatif
stabil, usaha perluasan Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah negara
Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi semenanjung Arabia,
Palestina,Syiria, Irak, Persia, dan Mesir. Namun, dengan meluasnya wilayah
Islam dengan begitu pesat, hal ini mengakibatkan meluas pula dinamika dan

12
tatanan kehidupan umat Islam dalam segala bidang. Untuk memenuhi dan
menyiapkan kebutuhan ini maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian, sehingga penyelenggaran pendidikan dipandang
merupakan salah satu efektif mengatasi persoalan tersebut.

Materi pelajaran yang diberikan di masa Umar bin Khattab adalah membaca,
menulis, dan menghafalkan Al-Qur'an serta pembelajaran pokok lainnya
berkaitan agama Islam. Pendidikan pada masa Umar ini lebih maju dibandingkan
dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab sudah
mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam, oleh
karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar pendidikan, sedangkan bahasa lokal menjadi bahasa pergaulan sehari-
hari atau dalam istilah modern pembelajaran model ini dikenal dengan sekolah
dua bahasa (bilingual).

Selain itu, di masa kepemimpinan Umar bin Khattab kesejahteraan guru


terjamin dengan baik. Hal ini ditandai dari upah dari setiap guru yang diterima
berupa pembayaran gaji per bulan sebesar 15 dinar perbulan (1 dinar = 4,5 gram
emas). Jumlah ini terus bertambah hingga di masa khalifah Harun ar Rasyid yang
konon mencapai ribuan dinar per bulan, meskipun sebenarnya banyak catatan
yang menunjukkan bahwa tidak semua guru mau menerima pembayaran tersebut
dan lebih memilih untuk menjadikan amalan ilmunya sebagai amal jariyah.

Di masa Umar bin Khattab masjid juga tetap difungsikan sebagaimana yang
berlaku di masa Rasulullah saw. Hanya saja pada masa itu. Umar bin Khattab
membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu bagi anak-anak yang terletak di
sudut-sudut masjid. Sejak zaman itulah pendidikan anak mulai dibandingkan
dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab sudah
mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam, oleh

13
karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar pendidikan, sedangkan bahasa lokal menjadi bahasa pergaulan sehari-
hari atau dalam istilah modern pembelajaran model ini dikenal dengan sekolah
dua bahasa (bilingual).

Selain itu, di masa kepemimpinan Umar bin Khattab kesejahteraan guru


terjamin dengan baik. Hal ini ditandai dari upah dari setiap guru yang diterima
berupa pembayaran gaji per bulan sebesar 15 dinar perbulan (1 dinar = 4,5 gram
emas). Jumlah ini terus bertambah hingga di masa khalifah Harun ar Rasyid yang
konon mencapai ribuan dinar per bulan, meskipun sebenarnya banyak catatan
yang menunjukkan bahwa tidak semua guru mau menerima pembayaran tersebut
dan lebih memilih untuk menjadikan amalan ilmunya sebagai amal jariyah.

Di masa Umar bin Khattab masjid juga tetap difungsikan sebagaimana yang
berlaku di masa Rasulullah saw. Hanya saja pada masa itu. Umar bin Khattab
membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu bagi anak-anak yang terletak di
sudut-sudut masjid. Sejak zaman itulah pendidikan anak mulai tertata, 10 sekaligus
menginspirasi terbentuknya pendidikan anak yang dikenal sebagai Taman
Pendidikan Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Raudhatul Athfal. Berdasarkan hal
tersebut tidak berlebihan jika Umar bin Khattab dapat dikatakan sebagai "Bapak
Ilmu Taman Kanak-Kanak". Umar bin Khattab juga telah membentuk tatanan
baru ilmu kontruksi pembangunan dan arsitektur Islam. Pada tahun 17 H/638 M
Umar bin Khattab telah mengawali pembangunan dan perluasan Masjid Nabawi,
Madinah, Masjidil Haram di Makkah serta Masjid Kufah dan Fustat, Mesir.
Selain itu sistem administrasi baru yang mengadopsi sistem administrasi
Kekaisaran Persia, Yunani-Romawi juga telah dikembangkan.

Achmad Fanani (2009: 173) menyebutkan bahwa Umar memberi tafsir baru
terhadap apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw., bahwa yang perlu diwarisi

10
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), hlm. 148-149.

14
adalah semangatnya bukan melestarikan bentuk mati hasil pekerjaannya. Umar
menangkap pesan dan mampu memilah mana kepraktisan yang dipilih Nabi. yang
boleh dikembangkan terus, dan mana panduan prinsip yang harus diikuti. Hal
tersebut tampak sekali pada peristiwa, ketika ia memberikan panduan untuk
membangun Masjid Kufah dan ketika ia menolak usulan 'Amr ibn Al Ash ketika
mengusulkan memasang mimbar di Masjid Fustat. Umar menolak usulan itu
bukan karena wujud bendanya, tetapi ia khawatir semangat yang ada di belakang
usul itu, akan memberikan kecenderungan kepada umat untuk meniru tradisi
kemewahan (bermegah-megah) dari budaya Romawi. Dengan memilih bentuk
tampilan yang tetap sederhana semacam itu, Umar telah menjadikan Masjid
Nabawi dan Masjidil Haram model yang mudah ditiru, baik dalam tata cara
maupun teknik kontruksi untuk didirikan di sepanjang daerah baru yang dikuasai
Islam.11

Selanjutnya pada masa Umar bin Khattab, hari Jumat ditetapkan sebagai hari
libur nasional dengan pertimbangan sebagai waktu untuk menyiapkan diri
mengikuti shalat Jumat. Usulan ini kemudian menjadi sistem yang terus diikuti
hingga saat ini khususnya bagi lembaga pendidikan Islam di tingkat pesantren.

Adapun materi utama yang diajarkan di masa kepemimpinan Umar bin


Khattab adalah seluruh materi yang berkaitan dengan Al-Qur'an dan keteladanan
Rasulullah. Untuk materi duniawi berdasarkan nasihat Umar bin Khattab, yang
bersumber dari Imam Baihaqi tercatat, mereka diperintahkan untuk mengajarkan
anak-anak berenang, memanah (menembak), seni mempertahankan diri, dan
menunggang kuda.
12

Di bidang ilmu astronomi, umat Islam sudah mulai mengembangkan ilmu


astronomi Islam atau dikenal juga sebagai ilmu falak, serta penanggalan Hijriyah

11
Achmad Fanani, Arsitektur Majid. (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2009), hlm. 173.

12
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Ilam: Mencorak Pribadi Awal Anak, (Selangor,
Malysia: Publishing House Sendirian Berhand. 1987), hlm. 455.

15
di seluruh wilayah kedaulatan Islam. Ilmu ini memiliki peran yang besar dalam
rangka pelaksanaan kegiatan ibadah umat Islam sehari-hari, terutama dalam hal
menetapkan tahun Hijriyah. Berdasarkan tradisi Islam, penetapan tanggal Hijriyah
dilaksanakan dengan mengikuti kalender peredaran bulan.

Lebih lanjut, di masa Umar bin Khattab ilmu jurnalistik mulai


dikembangkan, terutama yang berkaitan dengan komunikasi di birokrasi,
protokoler, dan militer. Tidak jarang, Umar bin Khattab mengirimkan surat
kepada para gubernur dan pemimpin militer di medan tempur untuk
mengklarifikasi suatu berita. menasihati ataupun memberikan teguran dan
instruksi. Salah satu suratnya. yang terkenal di antaranya tercantum dalam surat
Umar bin Khattab kepada seorang qadhi di Kuffah, Abu Musa al-Asy'ari. Di
mana Umar bin Khattab telah mengatur prinsip-prinsip pokok tentang peradilan,
bagaimana seharusnya peradilan dilaksanakan, dan bagaimana seharusnya sikap
seorang hakim dari suatu pengadilan yang mandiri. Prinsip ini sendiri ternyata
jauh lebih tua dibandingkan dengan rancangan milik Sir Edward Cokes, hakim
Inggris abad 17 yang terkenal dengan judicial review dan petition of rights.13

Surat-surat Umar bin Khattab, saat ini terkubur dalam teks-teks kitab kuning
dan kitab tarikh Islam." Karena yang membaca kitab tersebut hanya para ulama-
yang telah jauh pula pengertiannya mengenai suatu peradilan yang seharusnya-
maka dari itu dapat dikatakan belum ada kajian-kajian yang serius tentang
gagasan cemerlang Umar bin Khattab itu oleh para sarjana yang berkompeten,
baik sarjana hukum ketatanegaraan maupun oleh hakim."14

Umar bin Khattab termasuk seorang politikus dan ahli ketatanegaraan yang
baik. Di masa kekuasaannya ia berhasil menaklukkan tanah Baitul Maqdis,
Yerusalem (Negara Palestina dan Israel), yang ketika itu merupakan salah satu

13
Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum lilam di Indonesia: Abar Sejarah, Hambatan dan
Prospeknya. (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 141.

14
Busthanul Arifin, Ibid.

16
provinsi Kekaisaran Romawi Timur (Binzantiyum). Di masanya, ia juga banyak
mengangkat gubernur-gubernur baru bahkan merupakan yang pertama dalam
sejarah Islam, seperti Gubernur Mesir Amr bin Ash, Gubernur Syam Abu
Ubaidah bin Jarrah, Gubernur Madinah Suhail bin Hanif al-Anshari, serta
Gubernur Kuffah dan Bashrah pertama, Abdullah bin Qais (Abu Musa Al
Asy'ari).

Pada tahun 23 H/644 M. Umar bin Khattab seperti biasa berangkat dari
rumahnya menuju Masjid Nabawi untuk menjadi imam shalat Subuh. Tanpa
disadari, Abu Luluah (Fairuz) seorang budak dari Mughirah bin Syubah ikut
shalat berjemaah di belakang Umar bin Khattab. Di saat suasana jemaah hening
karena melaksanakan ibadah shalat. Umar kemudian ditikam dari belakang oleh
belati (pisau) yang dibawa oleh Abu Luluah (Fairuz). Adapun motif dari aksi Abu
Luluah adalah dendam atas runtuhnya Kekaisaran Persia oleh Umar bin Khattab.

Meskipun dalam keadaan sakit akibat luka tikaman, Umar bin Khattab tetap
memimpin negara. Ia menunjuk Abdurrahman bin Auf untuk menggantikannya
sebagai imam shalat berjemaah. Selain itu, Umar bin Khattab memerintahkan
agar Majelis Syu'ra yang terdiri dari Utsman bin Affan. Ali bin Abi Thalib,
Zubbair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf dan Saad bin
Abi Qaqqas, untuk memilih siapa yang akan menjadi Amir Al-Mu'minin
selanjutnya jika ia meninggal dunia.
Akhirnya, Umar bin Khattab tutup usia pada tahun 23 H/644 M, kurang lebih
dua belas tahun sejak wafatnya Rasulullah saw. Sepuluh tahun dari wafatnya
Umar bin Khattab tersebut kelak lahirlah salah satu ulama Mazhab yang bernama
Malik bin Anas pengarang kitab Al-Muwatt al-Muwatta yang dikenal sepanjang
masa sebagai penggagas Mazhab Maliki.

17
BAB III

PENUTUP

A.kesimpulan

Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan
pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab
pendidikan sudah lebih meningkat di mana pada masa Umar guru-guru sudah
diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan kepada rakyat dan

18
sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan
kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda
konflik yang berujung kepada kekacauan.

PUSTAKA

Zuhair Mahmud al-Humawi, Wasiat-Wasiat Akhir Hayat dari Raulullah, Abu


Bakar Abdul Hayyie al-Kattani

(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 17.

Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim.

Ahmad Kilani Mohamed, Pengurusan Pendidikan di Sekolah: Hunian Perspektif


Islam,

19
(Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2003), hlm. 121.

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya,

Ibid., hlm. 24.

Ibid

Hanafi Muhallawi, Tempat-Tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Ramlullah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. 55.

Elza Peldi Taher (Ed), Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai 70


Tahun Djohan Effendi

Jakarta: ICRP dan Kompas, 2009), hlm. 158.

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 148-149.

Achmad Fanani, Arsitektur Majid.

(Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2009), hlm. 173.

Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Ilam: Mencorak Pribadi Awal Anak,

(Selangor, Malysia: Publishing House Sendirian Berhand. 1987), hlm. 455.

Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum lilam di Indonesia: Abar Sejarah,


Hambatan dan Prospeknya.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 141.

Busthanul Arifin, Ibid.

20

Anda mungkin juga menyukai