KHATTAB
MAKALAH
Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Maksud penulis membuat karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM yang diamanatkan oleh dosen
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun didalam isinya.
Pekanbaru...September 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
Kesimpulan............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.Rumusan Masalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Abdullah bin Abu Quhafah atau di masa jahiliyah lebih akrab dipanggil
Abdullah bin Ka'bah (Hamba Kabah), merupakan salah seorang kerabat jauh
(extended family) 1Rasulullah saw, yang bertemu nasabnya dengan kakek buyut
keturunan keenam Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Ia dilahirkan pada tahun 573 M
atau dua tahun setelah tahun gajah. Ini berarti usia Abu Bakar lebih muda dua
tahun dari Rasulullah saw.
Setelah memeluk agama Islam maka sebagaimana saran dari Rasulullah saw.
nama Abu Quhafah kemudian berganti dengan sebutan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Kata Ash-Shiddiq berarti "berkata benar sebuah gelar kehormatan setelah
sebelumnya Abu Bakar menjadi orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra
Mi'raj Rasulullah saw." Pada fase-fase selanjutnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq
kemudian memiliki hubungan yang semakin erat setelah ia menikahkan putrinya
yang bernama Aisyah binti Abu Bakar dengan Rasulullah saw. pasca
meninggalnya Khadijah. Setelah bertahun-tahun mendampingi perjuangan
Rasulullah saw, bahkan ketika hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Akhirnya tiba
saat bagi kedua sahabat ini untuk berpisah. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin
saat matahari siang telah benar-benar meninggi, bertepatan dengan tanggal 12
Rabiul Awal tahun 11 H. ketika itu, Rasulullah saw. genap berusia 63 tahun 4
hari. Umat Islam ketika itu merasakan kesedihan yang mendalam. Mereka,
merasa kehilangan sosok paripurna. Mendengar berita wafatnya Rasulullah saw.,
1
Keluarga jauh (extended family) adalah suatu unit sosial yang terdiri dari keluarga inti (muclear
family) dan saudara sedarah, sering kali mencakup tiga generasi atau lebih yang memiliki tradisi
dan ikatan emosional kekeluargaan yang kental. Kerabat jauh juga termasuk bagian dalam
keluarga jauh
2
Abu Bakar segera menuju rumah menantunya, tak lama setelah ber-takziyah ia
pun angkat bicara prihal wafatnya Rasulullah saw., dengan mengatakan:
"Amma Badu, barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka
sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang
menyembah Allah maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati. Allah
berfirman: 'Muhammad itu tidak lain banyalah seorang Rasul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur"2
Tidak lama setelah dicalonkan menjadi pemimpin, kedua nama ini justru
kemudian mengundurkan diri dan mereka lebih memilih untuk membaiat Abu
Bakar Ash-Shiddiq menjadi Amir Al-Mu'minin yang pertama dan pembaiatan ini
kemudian diikuti oleh anggota dari suku bangsa lainnya. Maka sejak sejak tahun
11 H/ 632 M Abu Bakar Ash-Shiddiq secara resmi menjadi pengganti tampuk
2
Zuhair Mahmud al-Humawi, Wasiat-Wasiat Akhir Hayat dari Raulullah, Abu Bakarm dll.Terj)
Abdul Hayyie al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 17.
3
pimpinan politik negara Islam setelah wafatnya Rasulullah saw. Pengangkatan
Abu Bakar menjadi Amir Al-Muminin bukanlah tanpa alasan, selain ia adalah
sahabat, mertua dan juga orang yang sering kali mendampingi Rasulullah dalam
berbagai kesempatan. Ia juga sempat menggantikan Rasulullah saw ketika sakit
untuk menjadi imam shalat berjemaah sebagaimana sebuah riwayat yang artinya:
"Wahai manusia, saya telah dilantik menjadi pemimpin kepada kamu dan
saya bukanlah orang yang terbaik berbanding dengan kamu. Sekiranya saya
berada dalam kebenaran maka hendaklah kamu membantu saya. Sebaliknya jika
sekiranya saya telah menyeleweng maka kamu berkewajiban membentulkan
kesalahan-kesalahan saya."4
3
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim.
4
Ahmad Kilani Mohamed, Pengurusan Pendidikan di Sekolah: Hunian Perspektif Islam,(Kuala
Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2003), hlm. 121.
4
kepemimpinan Abu Bakar terbilang singkat, ternyata berdampak signifikan
terhadap peradaban dan pendidikan Islam di masa yang akan datang.
Selain itu, Abu Bakar juga tercatat sebagai khalifah yang berhasil menumpas
kelompok bersenjata yang tidak mau membayar zakat, sebagai respons atas
tindakan pemberontakan mereka terhadap sumpah setia pada negara dan
konstitusi Negara Islam setelah sebelumnya upaya menempuh jalan damai
menemui kebuntuan. Abu Bakar juga berhasil menumpas kelompok bersenjata
yang telah menjadi murtad dan melakukan penistaan terhadap agama dan
dipimpin nabi-nabi palsu berpengaruh bagi kelompoknya. Di antara mereka ada
5
yang berasal dari kalangan wanita, yaitu yaitu Sajah binti Harits ibnu Suwaid.
Ada juga dari laki-laki, seperti Thalhah ibnu Kuwailid al-Asadi, Musailamah Al-
Kadzab, dan lain-lain. Tindakan pemberontakan dan penistaan agama tersebut
banyak menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an dalam berbagai
pertempuran, di antaranya perang Riddah 11 H/ 632 M. Musailamah Al-Kadzab
sendiri kelak terbunuh pada tahun 12 H dalam Perang Yamamah oleh Wahsyi bin
Harb yang dahulu sebelum memeluk Islam telah membunuh paman Rasulullah
saw., Hamzah bin Abdul Muthalib dalam Perang Uhud.
5
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya.
6
masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang
lain dengan disaksikan dua orang saksi6
Begitulah akhirnya Al-Qur'an hingga seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin
Tsabit dalam lembaran-lembaran, dan diikatnya dengan benang, tersusun menurut
urutan ayat-ayat dan surah-surahnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar. Mushaf ini tetap di
tangan Abu Bakar sampai ia meninggal. Setelah Abu Bakar wafat Mushaf induk
tersebut kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khattab dan tetap di sana
mushaf tersebut selama pemerintahannya. Sesudah Umar bin Khattab wafat,
mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, putri Umar bin Khattab, istri
Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur'an di masa
khalifah Utsman.7
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa Abu Bakar, Al-
Qur'an untuk pertama kalinya berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf atas
rekomendasi dari Umar bin Khattab. Adapun ketua tim pengumpulan Al Qur'an
seperti yang telah dijelaskan adalah Zaid bin Tsabit yang juga merupakan salah
satu anggota penulis Al-Qur'an di zaman Rasulullah saw. Kelak setelah Abu
Bakar dan Umar bin Khattab tutup usia, ia pun kembali ditugaskan oleh Amir Al-
Muminin Utsman bin Affan untuk menjadi ketua untuk me-recopy Al Qur'an
yang dikenal sabagai mushaf Utsmani.
Pada saat Abu Bakar memimpin Negara Madinah, arlas kekuatan Negara
Islam Madinah semakin meluas. Islam berkembang hingga keluar wilayah
Makkah Madinah. Padahal Negara kecil ini baru berusia kurang lebih 12 tahun
sejak wafatnya Rasulullah saw., namun realitasnya telah mampu untuk
mematahkan dominasi dua kekaisaran terkuat dan terbesar di dunia, yaitu
Kekaisaran Persia dan Kekaisaran Romawi Timur. Melalui berbagai kampanye
6
Ibid., hlm. 24.
7
Ibid
7
militer, Abu Bakar telah mengirimkan panglimanya Khalid bin Walid dan Iyadh
bin Ghanam untuk menyerang Kekaisaran Persia. Selanjutnya Abu Bakar juga
mengirimkan pasukan ke Suriah yang dipimpin Amr bin Ash, Yazid bin Abu
Sufyan, Abu Ubaidah bin Jarah dan Syurahbil bin Hasanah. Meski tidak sempat
menaklukkan seluruh wilayah kekaisaran tersebut, namun langkahnya ini
merupakan batu pijakan penyebaran Islam ke seluruh dunia, termasuk sebagai
jaminan akan kemerdekaan kepada seluruh negara yang selama ini telah dijajah
oleh Kekaisaran Romawi Timur dan Persia dalam kurun waktu yang cukup lama.
Perang Murah dan Tabuk tidak hanya menyisakan luka politik dan ancaman
kekuatan asing bagi Negara Madinah yang baru berumur 8 tahun ketika itu.
Namun juga guncangan terhadap esksistensi kewibawaan Kekaisaran Romawi
Timur. Kedua belah pihak yang sama-sama tidak menemukan kata sepakat
menempuh jalan damai, akhirnya kembali terlibat dalam serangkaian konflik
bersenjata.
Kekuatan pasukan Abu Bakar ini teruji setelah berhasil menaklukkan satu
per satu daerah jajahan Kekaisaran Romawi di Suriah dalam pertempuran Busrah
Juni-Juli 634 M. Saat itu Kekaisaran Romawi Timur pada akhirnya terpaksa harus
melepaskan wilayah koloninya di Ghassan. Suriah setelah kehilangan ribuan
pasukan terbaiknya dalam berbagai pertempuran. Pasukan ini juga berhasil
membebaskan wilayah Al-Hirah dan Anbar (Mesopotamia, saat ini merupakan
8
bagian dari Negara Irak) daerah koloni jajahan Kekaisaran Persia dalam
Pertempuran Walaja 633 M dan Pertempuran Ullais 633 M.
Meskipun proses meluasnya Islam di masa Abu Bakar seakan penuh dengan
berbagai aksi-aksi militer. Jumlah penganut Islam tidak menurun dan malah justru
semakin hari semakin bertambah. Kesemuanya bukan dengan jalan paksaan,
melainkan murni berasal dari hidayah yang diberikan Allah Swt.Pernah terjadi
sebuah peristiwa di tengah-tengah pertempuaran besar, Perang Yarmuk, Suriah
(636 M) seorang komandan senior sayap kanan Kekaisaran Romawi Timur,
Gregorius Teodorus, "Jirri Tudur" beserta sejumlah pasukannya memilih untuk
membelot serta memutuskan untuk menjadi muallaf.
Dua tahun menjabat sebagai Kepala Negara Madinah, Abu Bakar Ash
Shiddiq kemudian tutup usia pada tanggal 13 Jumadilakhir 13 H/ 22 Agustus 634
M, dikarenakan sakit. Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq telah
berwasiat untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
9
Dengandemikian, maka Umar bin Khattab secara resmi menjadi Amir Al-
Mu'minin yang kedua pascawafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
"(1) Tabba (2) Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah. (3) Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada
Allah). (4) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi. (5) (Yaitu) Tuhan Yang Maha Permurah, yang bersemayam di atas 'Arsy."
Umar bin Khattab menjabat sebagai Amir Al-Mu'minin kurang lebih selama
10 tahun lamanya, yaitu sejak tahun 13 H/634 M-23 H/ 644 M. di masa
kepemimpinannya inilah Negara Kota Madinah pada tahun 18 H/ 639 M di bawah
panglima perang Amru bi al-Ash' dan Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah berhasil
membebaskan wilayah al-Quds atau Baitul Maqdis, Yerusalem (Negara Palestina
saat ini) dari jajahan Kekaisaran Romawi Timur yang menganut ajaran Kristen
Ortodoks dengan tanpa menumpahkan darah setetes pun." Uskup Nasrani
Shafarinus (Sophronius), dari patriak Yerusalem dan beberapa pejabat yang
berkuasa pada saat itu menyepakati untuk menyerahkan kunci Kota al Quds
dengan sukarela. Sebagai imbalannya Umar bin Khattab mengadakan "Al-Uhdah
Al-'Umariyyah" (perjanjian Umar bin Khattab) atau Perjanjian Aclia (Illiya), di
mana Islam menjamin keamanan semua pemeluk agama untuk menjalankan
ibadah dengan tenang tanpa gangguan dan ancaman dari pihak mana pun.8
8
Hanafi Muhallawi, Tempat-Tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Ramlullah, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), hlm. 55.
10
Berikut merupakan terjemahan dari potongan isi surat perjanjian Umar bin
Khattab:
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah dokumen
tertulis dari Umar bin Khattab kepada penduduk Bayt al-Maqdis. Kalian dijamin
atas keamanan hidup kalian, harta kalian, dan gereja gereja kalian; tidak akan
diambil alih ataupun dirusak, selama kalian tidakmenggangu keamanan publik."9
Tidak hanya di zaman Umar bin Khattab, hingga tahun 2017 M. kepercayaan
umat Nasrani di Yerusalem dari golongan Ortodoks Yunani, Katolik, Ortodoks
Syiria, Ortodoks Koptik Alexandria - Mesir, Ortodoks Ethiopia Tewahedo dan
Ortodoks Armenia terhadap Islam masih terjaga dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dari masih dipegangnya kunci gereja makam suci (Church of The
Holy Sepulchre), yang diyakini sebagai makam Yesus Kristus, secara turun
temurun oleh orang Islam dari keturunan Nusseibeh. Sebuah klan yang datang ke
Yerusalem bersamaan dengan kedatangan pasukan Umar bin Khattab saat
penaklukan al-Quds atau lebih dari 1400 tahun lalu.
9
Elza Peldi Taher (Ed), Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai 70 Tahun Djohan
Effendi Jakarta: ICRP dan Kompas, 2009), hlm. 158.
11
bin Hiwah al-Kanadi. Adapun masjid tersebut diberi nama Masjid Kubah ash-
Shakhrah.72 Selain itu, khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam sejarah juga
tercatat sebagai khalifah pertama dari daulah Islamiyah yang membuat koin
emasnya sendiri dengan tulisan Arab, setelah sebelumnya orang-orang Arab jauh
sebelumnya mengandalkan koin emas dari peninggalan Kekaisaran Persia dan
Romawi Timur.
Kekaisaran Romawi Timur, pada saat itu memang memiliki wilayah yang
lebih luas meskipun mereka tidak dapat merebut kembali Kekaisaran Romawi
Barat yang telah digulingkan oleh bangsa Barbar dari Eropa. Sebagian besar
penduduknya Romawi Timur beragama Kristen Ortodoks. Gereja Timur yang
berada di bawah kekuasaan Kaisar membentuk sistem yang disebut "Caesaropa
Pisme". Hubungan kekuasaan negara dan gereja menjadi jelas. Karena itu, para
pemimpin gereja kemudian larut dalam perdebaran filosofis tentang kekristenan.
Gereja Timur yang memakai bahasa Yunani menyebur diri mereka "Ortodoks".
Sementara itu, Kekaisaran Romawi Barat yang secara berangsur-angsur telah
melemah dan hancur akibat serangan beruntun dari bangsa barbar di sekitarnya
kemudian lahir kembali dengan nama Kekaisaran Romawi Suci (962-1806 M),
serta memproklamirkan diri sebagai penganut "Katolik".
Itulah sebabnya kaum gereja Barat menjadikan Paus Roma Katolik sebagai
pusatnya menjauhi pengaruh otoritas negara dan mengusahakan penguatan
wewenang pada Paus. Melalui bahasa Latin sebagai bahasa resmi yang digunakan
Gereja Barat, mereka kemudian menekankan kepercayaan praktis dan etika.
Adapun ahli teologi yang mewakilinya adalah Agustinus.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam negeri relatif
stabil, usaha perluasan Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah negara
Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi semenanjung Arabia,
Palestina,Syiria, Irak, Persia, dan Mesir. Namun, dengan meluasnya wilayah
Islam dengan begitu pesat, hal ini mengakibatkan meluas pula dinamika dan
12
tatanan kehidupan umat Islam dalam segala bidang. Untuk memenuhi dan
menyiapkan kebutuhan ini maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian, sehingga penyelenggaran pendidikan dipandang
merupakan salah satu efektif mengatasi persoalan tersebut.
Materi pelajaran yang diberikan di masa Umar bin Khattab adalah membaca,
menulis, dan menghafalkan Al-Qur'an serta pembelajaran pokok lainnya
berkaitan agama Islam. Pendidikan pada masa Umar ini lebih maju dibandingkan
dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab sudah
mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam, oleh
karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar pendidikan, sedangkan bahasa lokal menjadi bahasa pergaulan sehari-
hari atau dalam istilah modern pembelajaran model ini dikenal dengan sekolah
dua bahasa (bilingual).
Di masa Umar bin Khattab masjid juga tetap difungsikan sebagaimana yang
berlaku di masa Rasulullah saw. Hanya saja pada masa itu. Umar bin Khattab
membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu bagi anak-anak yang terletak di
sudut-sudut masjid. Sejak zaman itulah pendidikan anak mulai dibandingkan
dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab sudah
mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus
belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam, oleh
13
karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar pendidikan, sedangkan bahasa lokal menjadi bahasa pergaulan sehari-
hari atau dalam istilah modern pembelajaran model ini dikenal dengan sekolah
dua bahasa (bilingual).
Di masa Umar bin Khattab masjid juga tetap difungsikan sebagaimana yang
berlaku di masa Rasulullah saw. Hanya saja pada masa itu. Umar bin Khattab
membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu bagi anak-anak yang terletak di
sudut-sudut masjid. Sejak zaman itulah pendidikan anak mulai tertata, 10 sekaligus
menginspirasi terbentuknya pendidikan anak yang dikenal sebagai Taman
Pendidikan Al-Qur'an dan Taman Pendidikan Raudhatul Athfal. Berdasarkan hal
tersebut tidak berlebihan jika Umar bin Khattab dapat dikatakan sebagai "Bapak
Ilmu Taman Kanak-Kanak". Umar bin Khattab juga telah membentuk tatanan
baru ilmu kontruksi pembangunan dan arsitektur Islam. Pada tahun 17 H/638 M
Umar bin Khattab telah mengawali pembangunan dan perluasan Masjid Nabawi,
Madinah, Masjidil Haram di Makkah serta Masjid Kufah dan Fustat, Mesir.
Selain itu sistem administrasi baru yang mengadopsi sistem administrasi
Kekaisaran Persia, Yunani-Romawi juga telah dikembangkan.
Achmad Fanani (2009: 173) menyebutkan bahwa Umar memberi tafsir baru
terhadap apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw., bahwa yang perlu diwarisi
10
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), hlm. 148-149.
14
adalah semangatnya bukan melestarikan bentuk mati hasil pekerjaannya. Umar
menangkap pesan dan mampu memilah mana kepraktisan yang dipilih Nabi. yang
boleh dikembangkan terus, dan mana panduan prinsip yang harus diikuti. Hal
tersebut tampak sekali pada peristiwa, ketika ia memberikan panduan untuk
membangun Masjid Kufah dan ketika ia menolak usulan 'Amr ibn Al Ash ketika
mengusulkan memasang mimbar di Masjid Fustat. Umar menolak usulan itu
bukan karena wujud bendanya, tetapi ia khawatir semangat yang ada di belakang
usul itu, akan memberikan kecenderungan kepada umat untuk meniru tradisi
kemewahan (bermegah-megah) dari budaya Romawi. Dengan memilih bentuk
tampilan yang tetap sederhana semacam itu, Umar telah menjadikan Masjid
Nabawi dan Masjidil Haram model yang mudah ditiru, baik dalam tata cara
maupun teknik kontruksi untuk didirikan di sepanjang daerah baru yang dikuasai
Islam.11
Selanjutnya pada masa Umar bin Khattab, hari Jumat ditetapkan sebagai hari
libur nasional dengan pertimbangan sebagai waktu untuk menyiapkan diri
mengikuti shalat Jumat. Usulan ini kemudian menjadi sistem yang terus diikuti
hingga saat ini khususnya bagi lembaga pendidikan Islam di tingkat pesantren.
11
Achmad Fanani, Arsitektur Majid. (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2009), hlm. 173.
12
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Ilam: Mencorak Pribadi Awal Anak, (Selangor,
Malysia: Publishing House Sendirian Berhand. 1987), hlm. 455.
15
di seluruh wilayah kedaulatan Islam. Ilmu ini memiliki peran yang besar dalam
rangka pelaksanaan kegiatan ibadah umat Islam sehari-hari, terutama dalam hal
menetapkan tahun Hijriyah. Berdasarkan tradisi Islam, penetapan tanggal Hijriyah
dilaksanakan dengan mengikuti kalender peredaran bulan.
Surat-surat Umar bin Khattab, saat ini terkubur dalam teks-teks kitab kuning
dan kitab tarikh Islam." Karena yang membaca kitab tersebut hanya para ulama-
yang telah jauh pula pengertiannya mengenai suatu peradilan yang seharusnya-
maka dari itu dapat dikatakan belum ada kajian-kajian yang serius tentang
gagasan cemerlang Umar bin Khattab itu oleh para sarjana yang berkompeten,
baik sarjana hukum ketatanegaraan maupun oleh hakim."14
Umar bin Khattab termasuk seorang politikus dan ahli ketatanegaraan yang
baik. Di masa kekuasaannya ia berhasil menaklukkan tanah Baitul Maqdis,
Yerusalem (Negara Palestina dan Israel), yang ketika itu merupakan salah satu
13
Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum lilam di Indonesia: Abar Sejarah, Hambatan dan
Prospeknya. (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 141.
14
Busthanul Arifin, Ibid.
16
provinsi Kekaisaran Romawi Timur (Binzantiyum). Di masanya, ia juga banyak
mengangkat gubernur-gubernur baru bahkan merupakan yang pertama dalam
sejarah Islam, seperti Gubernur Mesir Amr bin Ash, Gubernur Syam Abu
Ubaidah bin Jarrah, Gubernur Madinah Suhail bin Hanif al-Anshari, serta
Gubernur Kuffah dan Bashrah pertama, Abdullah bin Qais (Abu Musa Al
Asy'ari).
Pada tahun 23 H/644 M. Umar bin Khattab seperti biasa berangkat dari
rumahnya menuju Masjid Nabawi untuk menjadi imam shalat Subuh. Tanpa
disadari, Abu Luluah (Fairuz) seorang budak dari Mughirah bin Syubah ikut
shalat berjemaah di belakang Umar bin Khattab. Di saat suasana jemaah hening
karena melaksanakan ibadah shalat. Umar kemudian ditikam dari belakang oleh
belati (pisau) yang dibawa oleh Abu Luluah (Fairuz). Adapun motif dari aksi Abu
Luluah adalah dendam atas runtuhnya Kekaisaran Persia oleh Umar bin Khattab.
Meskipun dalam keadaan sakit akibat luka tikaman, Umar bin Khattab tetap
memimpin negara. Ia menunjuk Abdurrahman bin Auf untuk menggantikannya
sebagai imam shalat berjemaah. Selain itu, Umar bin Khattab memerintahkan
agar Majelis Syu'ra yang terdiri dari Utsman bin Affan. Ali bin Abi Thalib,
Zubbair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf dan Saad bin
Abi Qaqqas, untuk memilih siapa yang akan menjadi Amir Al-Mu'minin
selanjutnya jika ia meninggal dunia.
Akhirnya, Umar bin Khattab tutup usia pada tahun 23 H/644 M, kurang lebih
dua belas tahun sejak wafatnya Rasulullah saw. Sepuluh tahun dari wafatnya
Umar bin Khattab tersebut kelak lahirlah salah satu ulama Mazhab yang bernama
Malik bin Anas pengarang kitab Al-Muwatt al-Muwatta yang dikenal sepanjang
masa sebagai penggagas Mazhab Maliki.
17
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan
pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab
pendidikan sudah lebih meningkat di mana pada masa Umar guru-guru sudah
diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan kepada rakyat dan
18
sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan
kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda
konflik yang berujung kepada kekacauan.
PUSTAKA
19
(Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2003), hlm. 121.
Ibid
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Ilam: Mencorak Pribadi Awal Anak,
20