Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MASA ABU BAKAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah sejarah peradaban islam

Disusun Oleh :
FADHEL PAMUNGKAS
HASBI ASSIDIQI

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA
BATANG HARI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat yang senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Penulis merasa
bahagia dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjalan lancar.
Makalah ini berjudul “PERADABAN ISLAM MASA ABU BAKAR” ,
adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah agama.

Akhir kata “Tiada Gading Tak Retak” tiada manusia yang tidak lepas dari
kesalahan. Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam
menyusun, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun dan bilamana terdapat kesalahan dan kekurangan penulisan
mohon maaf. Semoga saja makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Muara Bulian,17 Maret 2023

penulis
Kata pengantar............................………………………………………………….........… 1
Daftar Isi .....................................................................................……………. 2
BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………………………………………….2
A. Latar Belakang.……………………...................................................................3
B. Rumusan Masalah .........................................................................………. 4
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................……… 5
BAB II
Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq..……………….............................……. 6
Proses Pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiq............................................…. 7
Proses-Proses Berat Yang Dihadapi Abu Bakar Diawal Pemerintahannya..8
Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq................................................................ 9
BAB III
Kesimpulan ...................................................................................…………… 10
Daftar Pustaka...............................................................................………….. 11
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata ”khalifah” diambil dari bahasa Arab, yang secara harfiah berarti seseorang yang menggantikan
kedudukan orang lain karena hilang atau meninggal dunia. Dalam konteks masyarakat Islam kata
khalifah berarti pemimpin umat yang menggantikan posisi Rasulullah Saw. sebagai pemimpin politik,
militer dan segala urusan umat Islam. Sementara itu, kata “Rasyidin” lebih ditekankan pada empat
khalifah pasca-Rasulullah Saw. mulai dari Abu Bakar Ash-Shiddiq sampai Ali Ibn bi Thalib yang
dipandang sebagai tokoh Islam yang mengagumkan dan adil. Dalam pembahasan ini dibahas secara
terperincih salah satu khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sepeninggal Rasulullah, muncul beda pendapat di antara orang Anshar dan orang Muhajirin tentang
siapa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi, karena Nabi tidak meninggalkan
wasiat tentang penunjukan seseorang menjadi khalifah sepeninggalnya.

Lain halnya dengan Ahl al-Bait yang berpendapat bahwa Nabi telah menunjuk Ali sebagai khalifah
pengganti Rasul berdasarkan wasiat Nabi. Hal itu, dibantah pihak orang Anshar dan orang Muhajirin.
Kalau Nabi pernah berwasiat menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti beliau, tidak mungkin orang
Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari khalifah pengganti Nabi.

Abu Bakar yang ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi berdasarkan musyawarah yang diadakan di
Tsaqifah bani Sa’idah antara orang Anshar dengan orang Muhajirin mendapat bai’at dari mayoritas
umat Islam, tetapi tidak dari Ali bin Abi Thalib kecuali enam bulan kemudian.
Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah dapat menyelamatkan umat Islam dari krisis yang sangat
genting karena munculnya orang murtad, Nabi palsu dan yang enggan membayar zakat, Abu Bakar
bertindak tepat memerangi mereka sampai kembali kepada kebenaran. Itu sebabnya Abu Bakarn
dikenal sebagai khalifah penyelamat Negara Islam.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Bagaimana proses pembai’atan abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana Proses-proses berat yang dihadapi Abu bakar Ash-Shiddiq?
4. Kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1 . Mengetahui Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Mengetahui proses pembaiatan Abu bakar Ash-Shiddiq.
3. Mengetahui proses-proses berat yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq.
4. Mengetahui kapan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu bakar Ash-Siddiq Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin
Sa’id bin Taim bin Murrah alTamimi, yang lebih dikenal dengan Abd al-Ka’bah di masa Jahiliyah. Dia
dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun gajah (573 M), berarti beliau lebih
muda dua tahun dari Rasulullah s.a.w. Dia terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji, tidak
pernah minum khamar dan selalu menjaga kehormatan diri.

Mengenai gelar Abu Bakr Ash-Shiddiq yang dibawanya dalam kehidupan sehari-hari, menurut para
penulis karena ia orang yang paling dinih masuk Islam.3 Ayahnya bernama Utsman Ibn Amir dan di
juluki Abu Quhafah, ibunya bernama Ummu Al-Khair Salma binti Sakhr. Nasabnya bertemu
Rasulullah Saw. Pada kakeknya, Murrah Ibn Ka’ab Ibn Lu’ai. Abu bakar berasal dari Kabilah Taim Ibn
Murrah Ibn Ka’ab, Kabilah Taim adalah satu dari dua belas cabang dari suku Quraisy. Namun, kabilah
ini bukanlah kabilh yang besar
.
Abu Bakar Ash-Shiddiq bertubuh kurus dan berkulit putih. Aisyah putri Abu Bakar mengatakan
bahwa ia berkulit putih, kurus, kedua pelipisnya tipis, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu
turun dari pnggangnya), wajahnya lancip, matanya hitam, keningnya lebar, dan urat-urat tangannya
tampak jelas,4 karena hal ini pulalah banyak sumber mengatakan Abu Bakar Ash-shiddiq mendapat
julukan Atiq.

Abu Bakar telah mengharamkan minuman keras untuk dirinya pada masa jahiliyah. Bahkan, dia tidak
pernah menyembah dan bersujud pada sebuah berhala apapun. Dia adalah sahabat Rasullullah yang
dianggap sebagai orang kedua dalam islam setelah Rasullullah.
Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di makkah. Lepas masa anak-anak ke
masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Dalam usia
muda ini ia menikah dengan Kutailah binti Abdul Uzza, dari perkawinan ini Abu Bakar memiliki dua
anak yaitu Abdullah dan Asma’ (Zatun-ni-taqoin). Sesudah dengan Kutailah ia menikah lagi dengan
Umm Rauman binti Amir bin Awaimar dari perkawinan ini Abu Bakar memiliki anak Abdurrahman
dan Aisyah. Kemudian di Madinah Abu Bakar menikah dengan Habibah binti Kharij, setelah itu
menikah dengan Asma’ binti Umais melahirkan seorang putra bernama Muhammad.

Abu Bakar selalu senantiasa menemani Rasullullah sejak masuk islam hingga wafat Rasullullah. Dia
behijrah bersama Rasullullah ke Madinah dan bersama-sama pula bersembunyi di gua Tsur, pada
malam permulaan hijrah sebelum melanjutkan perjalanan. Abu Bakar dikenal sebagai salah seorang
pemberani yang selalu gagah didalam segala medan perang, dia dikenal sebagai sosok yang
dermawan dan menginfakan sebagian hartanya di jalan Allah.

B.Proses Pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi wafat adalah politik, yaitu mengenai
pengganti Nabi sebagai kepala negara dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di Madinah, sedang
kedudukannya sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh siapapun. Sementara Nabi tidak
meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang yang akan menggantikannya sebagai kepala
negara sepeninggalnya.

Karena itu, tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh
Anshar dan Muhajirin berkumpul di balai Tsaqifah Bani Sa’idah Madinah. Mereka bermusyawarah
untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi
perdebatan yang sangat alot karena masing-masing kelompok di antara dua kelompok tersebut
menganggap bahwa kelompoknya yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai khalifah.

Abu Bakar mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari
kaum Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat dua orang
pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan alasan bisa membawa
perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits Nabi yang
mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.

Oleh sebab itu beliau mengusulkan agar Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, usul itu
tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada beliaulah yang paling pantas menjadi
khalifah. Akhirnya Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul Umar bin Khaththab, ketika itu usia
Abu Bakar 61 tahun..

Kemudian menyusul, Abu Ubaidillah memberikan ikrar: “Engkaulah dikalangan Muhajirin yang paling
mulia.” Lalu pembai’atan itu diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain, diantaranya, Basyir Ibn Sa’ad,
Hubab Ibn al-Munzir, dan sahabat lainnya, tidak ketinggalah pula Usaid Ibn Hudair, pemimpin Bani
Aus ikut membai’at Abu Bakar, sambil menoleh kepada kaumnya yang juga sedang memperhatikan
para sahabat yang sedang membai’at Abu Bakar. Usaid Ibn Hudair berkata: “kalau sekali khazraj
memerintah kita, maka akan tetap mereka mempunyai kelebihan atas kita dan dengan mereka sama
sekali kita tidak akan mendapat hak apa-apa. Maka marilah sekarang kita baiat Abu Bakar.”

Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah beliau berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskan siasat
pemerintahan yang akan beliau jalankan. Dibawah ini kita kutip prinsip” yang diucapkan Abu Bakar
dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata:
“Wahai manusia!!! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu padahal aku bukanlah orang
yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku, tetapi jika
aku berbuat salah, maka benarkanlah!!.
Ketika pelantikan Abu Bakar selesai sudah di Saqifah, jenazah Nabi di rumah masih dikelilingi
keluarga: Ali Ibn Abi Talib, Abbas Ibn Abdul Muttalib bersama beberapa orang yang ikut
menyelenggarakan. Tidak jauh dari mereka, di dalam masjid ada juga beberapa orang dari kalangan
Muhajirin.
Seperti kita lihat, bai’at ini selesai dalam keadaan yang membuat beberapa sumber menghubungkan
kata-kata ini pada Umar: “peristiwa sangat tiba-tiba sekali.”
Tetapi sumber-sumber lain berpendapat, bahwa Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah sudah sepakat,
bahwa pimpinan memang akan berada di tangan Abu Bakar. Apapun yang akan dikatakan kedua
sumber itu, yang tak jelas ialah, bahwa keputusan Saqifah ini telah menyelamatkan Islam yang baru
tumbuh itu dari malapetaka, yang hanya Allah saja yang tahu akan segala akibatnya.

C.Proses-Proses Berat Yang Dihadapi Abu Bakar Diawal Pemerintahannya

1. Memerangi Kaum Murtad


Ada tiga golongan pembangkang yang muncul sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang murtad,
orangorang yang enggan membayar zakat dan Nabi-nabi palsu. Orang-orang murtad muncul di
Bahrain, sedangkan orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan terdapat di Yaman,
Yamamah dan Oman. Adapun Nabi-nabi palsu muncul di Yaman (al-Aswad), Yamamah
(Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir ini paling banyak
pengikutnya, apalagi dia menikah dengan Musailamah.
Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat
terkemuka. Diputuskan bahwa semua kaum penyeleweng itu harus diperangi sampai mereka
kembali kepada kebenaran. Kemudian Abu Bakar membentuk 11 pasukan, antara lain dipimpin oleh
Khalid bin Walid, Amr bin Al-Ash, Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin Hasanah. Kepada mereka
dinasehatkan agar hanya menyerang orang-orang yang menolak diajak ke jalan yang benar. Perang
ini disebut dengan “Perang Riddah” (perang melawan kemurtadan).

Khalid bin Walid yang memimpin perang melawan Musailamah yang berhasil mengumpulkan 40.000
orang berlangsung sengit. Dalam perang itu ribuan orang meninggal, termasuk Musailamah. Pasukan
lain berhasil juga mencapai sasarannya sehingga 6 bulan kemudian para penyeleweng yang masih
hidup kembali kepada kebenaran, termasuk Nabi palsu Sajah, kecuali Thulaihah masuk Islam di masa
khalifah Umar.

Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah menyelamatkan Negara Islam yang masih
muda itu. meslipun untuk itu harus dibayar mahal dengan gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an.
Bagaimana pun juga, Abu Bakar telah bertindak tepat dalam mengatasi krisis itu dan untuk itu ia
pantas disebut sebagai “juru selamat Islam”

2. Gerakan Terhadap Orang-orang yang Enggan Membayar Zakat

Kekacauan yang menimpa kawasan Arab itu berkesudahan dengan berbaliknya mereka dari
Islam, sementara diantara yang lain tetap dalam Islam tetapi tidak mau membayar zakat kepada Abu
Bakar. Keengganan membayar zakat itu baik karena kikir dan kelihaian mereka seperti kelihainnya
dalam mencari dan menyimpan uang, atau kerena anggapan bahwa pembayaran itu sebagai upeti
yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah tiada, dan boleh dibayarkan kepada saja yang mereka
pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Madinah. Mereka mogok tak mau membayar zakat dengan
menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar.
Demikian yang terjadi dengan kabilah-kkabilah yang dekta dengan Madinah, terutama kabilah Abs
dan Zubyan. Untuk memerangi mereka tidak mudah setelah Abu Bakar melaksanakan perintah
mengirimkan Usamah, sebab sudah tidak ada lagi pasukan untuk mempertahankan Madinah.
Abu Bakar mengadakan rapat dengan para sehabat besar itu guna meminta saran dalam memrangi
mereka yang tak mau menunaikan zakat. Umar Ibn Khattab dan beberapa orang sahabat
berpendapat untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik
meminta bantuan kepada mereka dalam menghadapi musuh bersama dan sebagian kecil yang lain
menghendaki jalan kekerasan. Abu Bakar melibatkan diri mendukung gerakan minoritas, betapa
kerasnya ia membela pendiriannya itu, tampak dari kata-katnya ini: “demi Allah, orang yang
keberatan menunaikan zakat kepadaku, yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah, akan aku
perangi”.

D. Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 634 M. dalam usia sekitar
62 tahun. Ia di makamkan di samping makam Rasullulah Saw. Ada pelajaran menjelang wafatnya
Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia memegang tampuk pemerintahan sepeninggalan Rasulullah Saw. Periode
pemerintahan yang singkat yaitu selama dua tahun tiga bulan sepuluh hari , di tandai oleh
keteguhannya meneruskan kebijakan Rasulullah Saw. dalam berbagai bidang, kendati tidak jarang di
usulkan untuk diubah. Dalam hal itu ia juga di kenal sebagai orang yang lemah lembut tetapi tidak
menurangi sikap tegasnya sebagai khalifah. Sumber yang dapat diterima mengenai sakitnya Abu
Bakar sampai meninggalnya, dengan mengacu kepada puterinya, ummul mukminin Aisyah dan
kepada puteranya Abdurrahman. Mereka berkata: “Abu Bakar sakit dimulai pada saat hari yang
sangat dingin ia mandi, lalu selama lima belas hari ia merasa demam, tidak keluar rumah untuk
melaksanakan shalat, ia meminta Ummar Ibn Khattab mengimami shalat.

Tetapi selama dua minggu dalam sakit sampai wafatnya itu pikiran Abu Bakar selalu tertumpu pada
nasib kaum muslimin, selalu membuat perhitungan dengan dirinya, apa yang telah dilakukannya
sejak ia memegang pimpinan ummat.sejak sakitnya itu kuat sekali perasaannya bahwa ajal sudah
dekat, dan dia akan bertemu tuhan. Menghadapi itu ia merasa gembira, puas, karena saat itu sudah
mencapai usia ketika Rasulullah berpulang ke Rahmatullah, dan dia merasa sudah melaksanakan
kewajibannya kepada Allah. Suatu hari pernah ada yang berkata padanya: mengapa tidak meminta
pertolongan dokter?”, ia menjawab: “dia sudah melihatku”. “lalu apa katanya kepadamu?”, dia
menjawab:”aku boleh berbuat sesuka hatiku”. Hal ini menandakan bahwa dia telah menyerahkan
segala persoalan kepada Allah, dan apa yang sudah menjadi kehendak Allah dia sudah merasa
bahagia dan yang sangat didambakannya sekiranya Allah menempatkannya di sisi-Nya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah pengganti pemerintahan (khalifah) pertama setelah Rasulullah
wafat, ia dipilih secara demokrasi oleh kaum Muslimin dan di bai’at oleh para sahabat.
2. Banyak kesulitan yang di hadapi Abu Bakar dalam awal pemerintahannya, karena di masa Abu
Bakar inilah masa transisi setelah wafatnya Rasulullah, proses-proses sulit itu dihadapinya dengan
baik, mulai dari perang Riddah, menumpas nabi palsu, dan memerangi orang-orang yang enggan
membayar zakat.
3. Abu bakar mejadi kholifah selama 2 tahun 3bulan 10 hari, sampai akhir hayatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai