OLEH :
HERFINA
60300118057
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan Nikmat
Iman dan Islam, serta Nikmat-Nikmat-Nya. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan, ampunan
dan ridha-Nya baik yang nampak maupun yang tersembunyi di masa lalu dan saat ini. Sholawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi-Nya dan Rosul-Nya, Muhammad beserta para
Sahabatnya yang menolong agama-Nya dengan usaha yang sungguh-sungguh serta orang-orang
yang mengikuti mereka yang mewarisi ilmu mereka dan ulama itu pewaris para Nabi-.
Muliakanlah para ulama tersebut sebagai pewaris dan yang diwarisi.
Sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang sahabat rasulullah saw,
khulafaur rasyidin yaitu khalifah Abu Bakar Ass-Siddiq.
Makalah ini dibuat secara ringkas, namun mudah-mudahan tidak mengurangi sejarah
aslinya. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengangkat tentang Khalifah Abu Bakar : profil,
beberapa keutamaan, kekhilafahan, dan lainnya.
Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai dengan sabda rasulullah
saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang yang memberi manfaat kepada orang
lain”. Wallahua’lam…….
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh
siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai
pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah”
artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam)
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.
Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam
dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn
Abi Thalib.
Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam sebagai
institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam kedaulatan
tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas “ekstra”
dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk pelaksana
hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan kilafah pada masa Abu Bakar yang dimulai
sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang telah diberikanya untuk islam dan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar pembuatan makalah kami ini akan membahas tentang:
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-
Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya
berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah
yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau
meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar : ”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang
datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya
adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah
para Shahabat?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan
Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau
cintai?” beliau bersabda : ”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab :
“ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan
beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia
menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai
kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu
Bakar sebagai Khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber
perpecahan pertama dalam islam dimana umat islam terpecah menjadi kaum sunni dan syi’ah.
Disatu sisi kaum syi’ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib yang menjadi pemimpin
dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum sunni berpendapat
bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa
Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin, sementara muslim syi’ah
berpendapat berpendapat kalau Rasulullah dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah
makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan
apalagi masalah kepemimpinan umat terakhir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi’ah
tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali
sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai’at) kepada Abu Bakar dan dua Khalifah
setelahnya (Umar dan Utsman). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan
yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Dan Sementara kaum
syi’ah menggambarkan bahwa Ali melakukan bai’at tersebut secara pro forma, mengingat beliau
berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan-bulan lamanya dan setelah itu ia
menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan
gawat. Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai
pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang
pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani
Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap
sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir.
2. Perang Riddah
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dab
stabilitas komunitas dan negara islam saat itu muncul. Beberapa suku arab yang berasal dari
Hijaz dan Nejed membangkang kepada Khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa
diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama islam secara utuh.
Beberapa yang lain kembali memeluk berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya
memiliki komitmen denan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak
berlaku lagi.
Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak mau
menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan melawan
mereka, dalam hal ini Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalam
perang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah seorang penuntut kenabian
yang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal
menundukan Musailamah, kemudia Abu Bakar mengutus Kholid untuk melawan nabi palsu dari
Yaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan
membunuhnya dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut “Taman Maut”
3. Pengumpulan Ayat-Ayat Al-Qur’an.
Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis . Atas saran dan
usul dari Umar bin Khattab yang didukung oleh sahabat-sahabat lain, Abu Bakar mengumpulkan
ayat suci Al-Qur’an menjadi satu naskah (30 juz) dan dikerjakan oleh Zaid bin Tsabit. Usul
Umar itu atas dasar pertimbangan para penghafal wahyu banyak yang gugur syahid di medan
pertempuran dalam memerangi kaum penyeleweng, tidak kurang dari tujuh ratus orang
penghafal Al-Qur’an gugur, wahyu yang ditulis pada daun-daun, kayu-kayu, tulang,tulang
mudah rusak. Apabila penghafal wahyu dan tulisan itu rusak, dikhawatirkan kemurnian Al-
Qur’an akan hilang.
1. Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi
sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya
dikalangan sahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju dengan
kebijaksanaan Khalifah ini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu
timbul gejala kemunafikan dan kemurtadan yang merambah untuk menghancurkan Islam
dari dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah untuk menyerbu Romawi,
sebab menurutnya hal itu merupakan perintah Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah ke
Romawi di bumi Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis dan
membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam dalam
keadaan tegang akan tetapi muncul interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan Islam
cukup tangguh. Sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat
mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern (Said bin al
Qathani, 1994:166-167).
2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi
terputus. Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu :
3. Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang
meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.
4. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan
mengeluarkannya.
Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada prinsipnya
yaitu memerangi mereka sampai tuntas. Mengembangkan wilayah Islam keluar Arab. Ini
ditujukan ke Syiria dan Persia. Untuk perluasan Islam ke Syiria yang dikuasai Romawi (Kaisar
Heraklius), Abu akar menugaskan 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sufyan ditempatkan
di Damaskus, Abu Ubaidah di Homs, Amir bin Ash di Palestina dan Surahbil bin Hasanah di
Yordan. Usaha tersebut diperkuat oleh kedatangan Khalid bin Walid dan pasukannya serta
Mutsannah bin Haritsah, yang sebelumnya Khalid telah berhasil mengadakan perluasan ke
beberapa daerah di Irak dan Persia (Misbach dkk., 1994:9). Dalam peperangan melawan Persia
disebut sebagai “pertempuran berantai”. Hal ini karena perlawanan dari Persia yang beruntun
dan membawa banyak korban.
Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah:
Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika
beliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalam suatu
perkara. Dan jika tidak ditemukannya apa yang dicari, beliaupun mengumpulkan tokoh-tokoh
yang terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka setelah
pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai suatu keputusan dan
suatu peraturan.
3. Konsep Pemerintahan
Politik dalam pemerintahan Abu Bakar telah beliau jelaskan sendiri kepada rakyat banyak
dalam sebuah pidatonya : “Wahai manusia ! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,
padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapat menunaikan
tugasku dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka
luruskanlah ! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil
hak daripadanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat
mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah
perlu mentaatiku.
4. Kekuasaan Undang-undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidak
pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undangundang. Dan
mereka itu dihadapan undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslim
maupun non Muslim.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan
oleh kaum riddat yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban dan keamanan
diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutkan membebaskan lembah Mesopotamia yang didiami
suku-suku Arab. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar bagi kepentingan agama Islam
adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah-naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an dari
simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad
SAW pada masa hidupnya, dan menyimpan keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW,
yakni Siti Hafshah.
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang agama
Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang paling singkat
bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya.
Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu bakar, Umar menjadi khalifah
yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar.
B. Saran
Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan tantangan.
Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa putus asa, penuh kesabaran,
kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon kepada-Nya serta lebih mempererat ukhuwah
Islamiyyah, agar tercipta suatu tatanan masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera
dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekeliruan, untuk itu membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, aamiin,,,
DAFTAR PUSTAKA
http://dedhymaesycoery.blogspot.com/2011/03/islam-pada-masa-abu-bakar- ash- siddiq.html?
zx=823f0bc892f5ba9d
http://gemene2010.wordpress.com/2011/06/07/propil-sdn-016-tampan/
http://www.masbied.com/2011/02/12/sejarah-khulafaur-rasyidin/#more-7625
http://www.dadangsadkar.com/agama/65-khalifah-umar-bin-khatab.html
http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html