Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk memperbaiki dalam
penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi
motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah terjadi pada zaman sebelum sekarang dan
juga kita bisa mengerti bagaimana pemerintahan pada zaman nabi sampai pada khulafaur rasyidin.
Kaum muslim mulai dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi untuk menggantikan
kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali ?
C. Tujuan
a. Kita bisa mengetahui pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin.
PEMBAHASAN
Abu bakar adalah orang yang pertama kali masuk islam ketika islam mulai didakwahkan.
Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawakan oleh Muhammad SAW. Dikarenakan
sejak kecl ia telah mengenal keagungan Muhammad SAW.setelah masuk islam, ia tidak segan untuk
menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul
sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Nabi muhammad SAW pun wafat tak
lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya dikemudian hari,
pada saat jenazah nabi belum dimakamkan di antara uat islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-
cepat memikirkan pengganti nabi.
Abu bakar dipilih berdasarkan aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya,
misalnya Ali bin Abi Thalib, Yhalhah dan Zubair yang menolak dengan hormat. Mereka masih
mempermasalhkan diangkatnya Abu Bakar tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul
setelah pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kelompok lain yang menyetujuinya ialah Anshar Salad bin
Ubadah meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta
pembai’atnya, resmilah berdirinya kekhalifahan pertama di dunia islam.
Pada awal pemerintahannya, diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat islam sendiri
yang menentang kepemimpinannya. Di antara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang-orang
yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi
nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
b.Kebijakan kenegaraan
Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan sebagai pulungan,
diuraikan sebagai berikut.
1. Bidang eksekutif
2. Pertahanan dan keamanan
3. Yudikatif
4. Sosial ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial di bidang
politik dan pertahanan keamanan. Keberhasialan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
memberikan ahk dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan
berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga
legislatif.
Adapun urusan pemerintah di luar kota madinah, Khalifah Abu Bakar membagi wilayah
kekuasaan hukum negara madinah menjadi beberapa provinsi, dan setiap provinsi ia menugaskan
seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur). Para amir tersebut juga bertugas sebagai
pemimpin agama, juga (seperti imam dalam shalat), menetapkan hukum dan melaksanakan undang-
undang. Artinya seorang amir di samping sebagai pemimpin agama, juga sebagai hakim dan pelaksana
tugas kepolisian.
Peranan Umar dalam sejarah masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena
perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-
besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para
sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan
pda masa Umar, islam akan tersebar seperti sekarang.
Setelah Umar masuk agama islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi
Muhammad SAW.kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi
salah seorang yang gigih dan setia membela agama islam. Bahkan,dia termasuk sahabat yang terkemuka
dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H. Menunjuk Umar ibn Al-Khaththab
sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,
tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada beberapa
faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk Umarmenjadi khalifah. Pertama,
kekhawatiranperistiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat
islam ke jurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuk seorang untuk menjadi
penggantinya. Kedua, kaum Anshar dan Muhajirin saling mengkalim sebagai golongan ya ng berhak
menjadi khalifah. Ketiga, umat islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan
pembangkang. Sementara itu di luar kota madinah melawan tentara persia di satu pihak dan tentara
romawi di pihak lain.
Berangkat dari kondisi politik yang demikian,tampaknya tidak menguntungkan apabila pemilihan
khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika alternatif ini dipilih,besar
kemungkinan akan timbul kontroveksi berkepanjangan di kalangan umat islam tentang siapa yang lebih
proporsional menggantikan Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil Utsman
bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan Uma(bai’at Umar). Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin
Khaththab begitu dibai’at atau dilantik menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya
di Majid Nabidi hadapan kaum muslimin.
Semenjak penaklukan persia dan romawi, pemerintah islam menjadi adikuasa dunia yang
memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi semenanjung Arabia, Palestina,Siria,Irak, Persia dan Mesir.
Umar ibn Al-khaththab yang dikenal sebagai negarawan, administrator terampil dan pandai, dan
seorang pembaharu membuatbberbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah kekuasaanyang luas,
ia menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintah negara Madinah berdasarkan semangat
demokrasi
Dalam mempertimbangkan perkara ini, Khalifah Umar selaku hakim yang bijaksana melakukan
dua hal penting yang patut mendapatkan perhatian dan menjadi pelajaran berharga bagi para hakim di
sepanjang zaman. Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan dari Ali r.a adalah apa
yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jarimah (menganalisis unsur kejahatannaya sendiri), seperti
pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan. Misalnya, langkah
selanjutnya Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang diahurkan oleh pendakwah (wanita yang
menuduh).
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan termasuk muhajirin
pertama ke Yatsirb. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan sosial. Siang harinya ia gunakan untuk
shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat gemar membaca Al-Quran, sehingga Khalid Muh Khalid
menulis bahwa untuk shalat dua rakaat saja, Utsman menghabiskan waktu semalam karena banyaknya
ayat Al-Quran yang dibaca, dan pada saat Khalifah Utsman bin Affan wafat, Al-Quran berada di
pangkuanya. Kesalehan sosialnya terbukti dan membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirham dan
menghibahkannya kepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga
15.000 dinar untuk peluasan Masjid Nabawi. Menyerahkan 940 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan
Jaisyul Usrah pada Perang Tabuk. Setiap hari Jumat, Utsman bin Affan membebaskan seorang budak
laki-laki dan seorang budak perempuan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman bin Affan mengikuti beberapa peperangan, di
antara Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Perang
Badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah SAW. Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai
meninggal.
2. Peradaban Pada Masa Utsman bin Affan.
Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya,
terutama dalam perluasan wilayah kekusaan Islam. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan
kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an. Pembukuan ini didadasarkan atas alasan dan
pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan dikalangan umat Islam yang diketahui pada saat
ekspedisi militer ke Amenia dan Azerbaijian.
Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-
Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat
beberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai
pedoman yang benar untuk masa selanjutnya. Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang
luar itu, meliputi pembangunan daerah,-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tanu,
pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang menuju ke Madinah
dilengkapi dengan Khalifah dan fasilitas bagi para pendatang. Masjid Nabi di Mdianh diperluas. Tempat
persediaan air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan ladang-ladang perternakan untadan
kuda. Pembangunan beberapa sarana umum ini menunjukan bahwa Utsman sebagai Khalifah sangat
memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat.
[11]
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam
pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa kekhalifahan
Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok sahabat mencela
kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.[12]
Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat
Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang kecewa itu. Pembunuhan usman merupakan malapetaka besar yang menimpa
ummat.
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthallib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW., yang
kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi Muhammad SAW, yaitu Fatimah. Ia masuk
Islam ketika usianya sangat muda dan termasuk orang yang pertama masuk islam dari golongan pria.
Pada saat nabi menerima wahyu pertama, Ali berumur 13 tahun, menurut A.M. Saban, sedangkan
menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun. Mahmudunnasir selanjutnya menulis bahwa Ali
termasuk salah seorang yang baik dalam memainkan pedang dan pena, bahkan ia di kenal sebagai
orator. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
pergolakan. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh
Usman. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan Umar.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai berikut :
a. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
b. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
e. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih
dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
f. 6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu pengusa
Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-organisasi
atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya sebagi berikut :
a. Lembaga Politik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan musyawarah. Setelah
Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah melalui pertemuan saqifah atas usulan
umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah munculnya nabi palsu dan kelompok ingkar zakat
serta munculnya kamum murtad Musailimah bin kazzab beserta pengikutnya menolak. membayar zakat
dan murtad dari islam yang mengakibatkan terjadinya perang Yamamah. Perang tersebut terjadi pada
tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Qur’an hingga dia mengusulkan
kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang ditulis pada masa nabi menjadi satu
mushaf Al-Qur’an. Umar membentuk panitia yang beranggotakan 6 orang sahabat dan meminta salah
satu diantaranya menjadi khalifah setelah Umar wafat. Panitia berhasil mengangkat Utsman menjadi
khalifah.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat pejabat dari
kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam membaiak Ali menjadi khalifah
pengganti utsman. Setelah Ali meninggal, ia diganti oleh anaknya, Hasan. Hasan mengadakan
perundingan damai dengan Mu’awiyah dan umat islam dikuasai oleh Mu’awiyah. Dengan begitu
berakhirlah pemerintahan yang berdasarkan pemilihan (khulafaur rasyidin berganti dengan sistem
kerajaan).
B. Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin.
Tapi yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur
Negara di ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan ketidak tegasan dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan perpecahan dan pemberontakan
di kalangan umat Islam, sehingga berdampak negatif di era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul Munir, Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta : Amzah, 2009.
Rahman Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf. 1995.
Sinn Ahmad Ibrahim Abu, Manajemen Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.