Anda di halaman 1dari 29

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................. ................... 5
2.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin .................................... 5
2.2 Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ................................ 5
2.2.1 Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq ........................ 5
2.2.2 Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq. .. 6
2.2.3 Kebijakan masa Abu Bakar Ash-Shiddiq. .......... 8
2.3 Khalifah Umar bin Khattab .......................................... 11
2.3.1 Biografi Umar bin Khattab ................................. 11
2.3.2 Proses Pengangkatan Umar bin Khattab. ............ 11
2.3.3 Kebijakan masa Umar bin Khattab. .................... 14
2.4 Khalifah Utsman bin Affan .......................................... 17
2.4.1 Biografi Utsman bin Affan ................................. 17
2.4.2 Proses Pengangkatan Utsman bin Affan. ............ 18
2.4.3 Kebijakan masa Utsman bin Affan. .................... 19
2.5 Khalifah Ali bin Abi Thalib ......................................... 22
2.5.1 Biografi Ali bin Abi Thalib ................................. 22
2.5.2 Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib. ........... 23
2.5.3 Kebijakan masa Ali bin Abi Thalib. ................... 24
BAB III PENUTUP..................... ....................................................... 28
3.1 Simpulan............................................................. ......... 28
3.2 Saran............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 30
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah peradaban Islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa
kita abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah
terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana
pemerintahan pada zaman Nabi sampai pada Khulafaur Rasyidin. Akan
tetapi kadang kita sebagai umat Islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita
cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah
adadi masa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa di masa silam
terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan
matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan
kekuatan apapun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat adalah merupakan agama Islam pada zaman keemasan,
hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku
dan faktor utamanya yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian
pada zaman selanjutnya kaum muslim mulai dipimpin oleh seorang khalifah dari
para sahabat terkhusus pada zaman khalifat empat atau yang lebih dikenal dengan
Khulafaur Rasyidin semenjak wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk menggantikan kedudukan Nabi sebagai pemimpin umat dan
pemimpin Negara membuat Islam semakin berkembang dengan pesat. Hal itu
tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan
dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhai oleh Allah
SWT. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik
perubahan peradaban kearah yang lebih maju.
Maka tidak heran para sejarah mencatat bahwa islam pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Khulafaur Rasyidin merupakan
Islam yang luar biasa pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan
adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya. Padahal Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah mengajarkannya dan tugas kita
3

adalah mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk membahas
tentang Khulafaur Rasyidin agar para penuntut ilmu saat ini mengerti dan paham
bahwa Islam memiliki sejarah keemasan pada masanya. Dan tentu hal ini akan bisa
dijadikan pelajaran bagi para penuntut ilmu untuk menatap masa depan agar lebih
baik lagi kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan dari dalam penulis makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa khilafah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa khilafah Umar bin Khattab?
4. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa khilafah Utsman bin Affan?
5. Bagaimanakah peradaban Islam pada masa khilafah Ali bin Abi Thalib?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam.
2. Untuk memahami pengertian dari Khulafaur Rasyidin.
3. Untuk mengetahui peradaban Islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.
4. Untuk memahami peradaban Islam pada masa khilafah Umar bin Khattab.
5. Untuk mengetahui peradaban Islam pada masa Utsman bin Affan.
6. Untuk memahami peradaban Islam pada masa khilafah Ali bin Abi Thalib.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari
kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di
sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yang mengganti
kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sesudah wafat pada
tahun 632 M atau tahun 11 H, untuk melindungi agama dan siasat (politik)
keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya
dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana, maka khulafaur
Rasyidin mempunyai arti pemimpin yang bijaksana sesudah Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin
yang arif dan bijaksana. Mereka terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkualitas tinggi dan baik, berilmu luas dan
mendalam, berani bertindak, berwibawa, lalu paham dalam hukum-hukum agama.
Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifah pertama dalam sejarah Islam,
yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak kejayaannya, Khulafaur
Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, sampai ke Levant, Kaukasus dan Afrika
Utara di Barat, serta sampai ke dataran tinggi Iran dan Asia Tengah di Timur.
Kekhalifahan Rasyidin merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai masa
tersebut.1

2.2 Peradaban Islam pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


2.2.1 Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru
bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu’ai bin Ghalib

1Rein Taagepera, Ukuran dan Durasi Kerajaan: Kurva Pertumbuhan-Penurunan, 600 SM hingga
600 SM, Sejarah Ilmu Sosial, Vol. 3, 1979, hal. 115-138.
5

bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-Taimy. 2 Jika diperhatikan garis keturunan
Abu Bakar Ash- Shiddiq maka bertemu dengan garis keturunan Rasulullah
SAW pada Murrah bin Ka`ab dan terus hingga ke atas.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M atau
lebih kurang 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan setelah tahun Gajah.3 Dari
sini dapat dipahami bahwa Abu Bakar al-Shiddiq lebih muda dari Rasulullah
SAW karena beliau lahir pada tahun gajah atau tepatnya pada tahun 571 M.
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama Abdul
Ka`bah. Ketika ia masuk Islam Rasulullah SAW mengganti namanya dengan
Abdullah. Kemudian nama ini lebih dikenal dalam berbagai periwayatan oleh
ulama Ahlu Sunnah sebagai nama Abu bakar Ash-Shiddiq.4
Ali al-Tanthawy menyebutkan bahwa panggilan Abu Bakar oleh
bangsa Arab berasal dari kata al-bakru yang berarti unta yang masih muda.
Sedangkan bentuk plural dari kata ini adalah bikarah. Jika seseorang dipangil
dengan bakran, maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan
sosok pemimpin kabilah yang sangat terpandang kedudukannya dan juga
sangat terhormat. 5
2.2.2 Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah Rasulullah SAW. Wafat, kaum muslimin dihadapkan
sesuatu problema yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak
meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan
umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam
kebingungan. Hal ini karena Mereka sama sekali tidak siap kehilangan
beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang
mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan
sahabat dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah,

2 Al-Imam Syamsuddin Muhamamad bin Ahmad bin Utsman al-Dzahaby, Siyar A`lam al
Nubala’, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1996), Jilid ke-3, hlm. 7
3 Al-Imam Izzudin bin Ali bin Muhammad bin al-Atsir, Asadu al-Ghabah fi Ma`rifati al-
Shahabah, (Beirut: Daru al-Fikri, 1409 H), Jilid 3, hlm. 205
4 Ali al-Tanthawy, Abu Bakar al-Shiddiq, (Jeddah: Daru al-Manarah, 1986), Cet. ke-3, hlm.
43
5 Ibid., hlm. 46
6

sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah


penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani
Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah
SAW, ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan
tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti
Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin
kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa
golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin
dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja gagasan
dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar.
Pada saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin
Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain
mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju
ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada saat orang-orang Muhajirin datang di
Saqifah Bani Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk mengangkat
dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat
tersebut para tokoh Muhajirin juga datang maka mereka juga diajak untuk
mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang
diwakili abu Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin
Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan
khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar
adalah merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin
dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan
membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum
kafir Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar, golongan Anshar tidak
dapat membantah usulannya.
Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang
Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan
agar memilih satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian
kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu
7

Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar
dan Abu Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru balik menunjuk
dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan
tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan
membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu
Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar
Kecuali Saad bin Ubadah.6
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum
dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya
tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut: “Saudara-saudara, saya
sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang
terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu-lah saya. Kebenaran
adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah
saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya
melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu
kepada saya.”
2.2.3 Kebijakan pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ucapan pertama ketika dibai’at menunjukkan kebijaksanaan Abu Bakar
dalam mementukan kebijakan antara lain :
a. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya ia diuji dengan adanya ancaman
yang datang dari umat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya
yakni mereka yang belum cukup imannya tampil sebagai penentang
demikian juga kaum yahudi dan Kristen. Di antara perbuatan makar
tersebut ialah timbulnya orang- orang yang murtad, orang- orang yang
tidak mau membayar zakat, orang- orang yang mengaku menjadi nabi,
dan pemberontakan dari beberapa kabilah.7
b. Kebijaksanaan Kenegaraan

6 Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, 1979, hlm 138.

7 Prof. K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), hal. 92


8

Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau


kenegaraan antara lain :
1) Bidang Eksekutif
Untuk pelaksanaan tugas- tugas eksekutif, Abu Bakar
melakukan pembagian kekuasaan di kalangan sahabat senior, Abu
Bakar mengangkat tiga orang sahabat yaitu : Ali , Usman dan Zaid bin
Tsabit sebagai sekretaris Negara (Katib) yang berkedudukan di kota
Madinah. Untuk memegang keuangan Negara, Abu Bakar menunjuk
Abu Ubaidah sebagai Bendahara. Sedangkan untuk jabatan hakim
agung diserahkan kepada ‘Umar ibn Al Khattab, sementara dalam
membantu khalifah memutuskan urusan- urusan kenegaraan, Abu Bakar
juga membentuk Majelis Syura yang terdiri dari ‘Umar, Usman, Ali,
Abd al – Rahman ibn ‘Awf, Mu’adz ibn Jabal, Ubay ibn Ka’b dan Zaid
bin Tsabit.8
2) Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan- pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu
disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri.
Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin
Harisah,, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan dan lain- lain.
3) Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan
selama masa pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu
permasalahan yang berarti untuk dipecahkan, hal ini karena kemampuan
dan sifat Umar sendiri dan masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim.
4) Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal. Di dalamnya dikelola harta
benda yang di dapat dari zakat, infak, shadaqah, ghanimah dan lain- lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai Negara dan
untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.

8Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2000), hal. 51
9

Pada masa Abu Bakar ini, bagi orang yang enggan enggan dan
membangkang dalam membayar dapat dihukum dengan denda, bahkan
dapat diperangi dan dibunuh. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar
sepeninggal Rasulullah SAW, karena banyak suku Arab yang tidak mau
membayar zakat dan hanya mau mengerjakan shalat. Abu Bakar pernah
menyatakan, “Demi Allah, Saya akan memerangi siapapun yang
membeda- bedakan zakat dan shalat“.9
5) Memperluas wilayah penyebaran agama Islam diantaranya:
a. Hiroh dijadikan pusat pertahanaan dan ibu kota diluar arab.
b. Anbar dan Persia
c. Daumatul jandal
d. Firad, kazima (mazar)
e. Yarmuk, syam (pernah dikuasai tentara romawi)
f. Syiria (Usman bin Zaid bin haris dan raja Herakhis di Yarmuk).
6) Menugaskan kepada Zaid bin Tsabit untuk menyusun Al-Qur’an atas
usul daripada Umar bin Khattab dengan alasan sudah mulai banyaknya
para penghafal Al-Qur’an yang wafat di peperangan, tulisan-tulisan
yang berada di Pelepah kurma, batu-batu, atau tulang-tulang banyak
berserakan sehingga dikhawatirkan akan hilang atau rusak.
7) Menumpas orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai Nabi, akan tetapi
tidak benar adanya seperti Aswad Al-Ansi, Tulaihah bin Khawailid Al-
Asadi, Malik bin Nuwairah dan Musailamah Al-Kadzab.

2.3 Peradaban Islam pada Masa Umar Bin Khattab


2.3.1 Biografi Umar bin Khattab
Umar ibnu Khatab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin
Nafil bin Abd al- Uzza bin Rabah bin Ka’ab bin Luay al Quraisy.10 putera

9 Al Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, ( Solo: Tiga Serangkai, Cetakan Pertama, 2008 ),
hal. 27
10
Syamruddin, Sejarah Peradaban Islam, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas Ushuluddin
UIN Suska Riau, 2007. Hal. 68
10

dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy.
Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia
dibesarkan layaknya anak-anak lainnya
Seperti pemuda pada masa Jahiliyah lainnya, Umar akrab dengan
minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam
membela agama nenek moyangnya. Tak akan ia biarkan orang, siapa pun
dia, mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai
mendakwahkan Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol
memusuhi Rasulullah. Pada waktu masa awal dakwah Islam di Mekkah,
bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan tokoh
Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin, karena kekejaman dan
permusuhannya terhadap Islam.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar bin Khattab
dan Abdul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah pernah berdoa
kepada Allah agar salah satu dari keduanya masuk Islam. ”Allahumma ya
Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin
Khattab” demikian doa Nabi. Doa Nabi terkabul dengan masuknya Umar
ke dalam agama Islam.11 Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan
pesat bagi Islam. Kaum muslimin menjadi berani terang-terangan
melakukan shalat dan thawaf.

2.3.2 Proses Pengangkatan Umar bin Khattab


Pada hari Senin tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 634 M, Abu
Bakar As- Shidiq wafat, setelah itu dikuburkan pada malam itu juga. Ketika
Abu Bakar sakit, Umar yang melakukan tugas Abu Bakar sebagai imam
shalat. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Utsman bin Affan untuk
menuliskan wasiat, isi wasiat tersebut adalah mewasiatkan jabatan khalifah
kepada Umar bin Khattab. 12
Pengangkatan Umar bin Khattab merupakan fenomena baru
yang berbeda dengan proses pengangkatan sebelumnya dengan melewati

11Ibid., hal. 69
12Abu Ihsan Al –Atsari, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung, (Jakarta: Darul Haq,
2014), hal. 239
11

perdebatan yang sangat keras. Umar diangkat melalui rekomendasi atau


wasiat dari khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar. Walaupun melalui
rekomendasi tetap saja Abu Bakar memusyawarahkan keputusannya
tersebut kepada para sahabat. Sahabat yang terlibat adalah Abdul
Rahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Abu Bakar
menanyakan kepada Abdurrahman tentang Umar, menurut Abdurrahman,
Umar adalah orang yang mempunyai pandangan terbaik, namun Umar
terlalu keras. Kemudian Abu Bakar menanyakan hal yang sama terhadap
Utsman. Menurut Utsman, Umar adalah orang yang mempunyai isi hati
yang baik dibandingkan dengan lahiriahnya dan tidak ada orang yang
sepertinya di kalangan umat Islam. Selanjutnya Abu Bakar menanyakan
kepada Ali, Ali berpendapat bahwa Umar adalah orang yang keras, Abu
Bakar mengatakan bahwa setelahku butuh orang yang keras.13
Sementara itu, mendengar Abu Bakar akan mengangkat Umar
sebagai penggantinya, Thalhah langsung mendatangi Abu Bakar dan
menyampaikan kekecewaannya kepada Abu Bakar. Thalhah menyangsikan
keputusan Abu Bakar tersebut. Ia khawatir perilaku Umar yang kasar
akan merugikan umat Islam dikemudian hari. Namun Abu Bakar tetap
pada pendiriannya. 14
Setelah ada penentangan dari Thalhah bin Ubaidillah, Abu Bakar
merasa perlu untuk bermusyawarah dengan kaumnya. Kemudian ia datang
ke mesjid dan bermusyawarah dengan orang-orang yang ada di situ. Hasil
dari musyawarah tersebut adalah kesepakatan Umat Islam untuk
mengangkat Umar sebagai pengganti dari Abu Bakar.15
Setelah itu, Umar dipanggil untuk menghadap Abu Bakar. Mereka
berbicara empat mata. Kemudian Abu Bakar menyampaikan wasiat tersebut
kepada Umar dan menasihatinya. Setelah mendapatkan wasiat tersebut
Umar keluar dari ruangan Abu Bakar.16

13
Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), hal. 87
14Munir Subarman, Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Peradaban Islam (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2012) hal. 89

15
Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hal. 87
16
Ibrahim Al-Quraibi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qisthi Press, 2012), hlm: 407.
12

Adapun isi dari wasiat tersebut adalah Umar diperintahkan untuk


melanjutkan perang di Irak dan Syam dan jangan bersikap lemah lembut
dan agar berpegang teguh pada kebenaran dalam masa kekhalifahannya,
karena yang disukai Allah adalah kebenaran. Supaya umat menjadi takut
kepada Allah hendaknya tidak hanya membacakan ayat-ayat kasih sayang
tetapi juga ancaman. Jika wasiat ini dijaga tidak ada hal gaib yang lebih
disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tidak dapat dikalahkan. 17
Setelah itu Abu Bakar mengumpulkan umat Islam dan meminta
mereka untuk membaiat Umar. Umat Islam kemudian membaiat Umar
dengan penuh ketaatan. 18 Dalam sambutan pertamanya, Umar memohon
kepada Allah agar diberi kekuatan dalam menjalankan pemerintahan. 19
Menurut Al-Baihani, Abu Bakar memilih Umar sebagai
penggantinya berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni sebagai berikut.
a. Umar pada saat itu adalah wakil dari khalifah Abu Bakar. Ia
mempunyai peran yang sangat besar dalam pemerintahan Abu Bakar,
selain itu Umar merupakan orang kepercayaan Abu Bakar.
b. Umar adalah orang yang selalu patuh akan perintah Abu Bakar. Menurut
Umar apa yang diperintahkan Abu Bakar adalah sebuah kebijakan
yang tepat dan disukai Nabi.

Sehingga jiwa Abu Bakar dan Umar adalah seolah-olah satu walau
berada dalam dua jasad.
c. Umar adalah orang yang paling dipercayai Abu Bakar daripada sahabat
yang lain. Menurut Abu Bakar, Umar adalah orang yang memiliki
pemikiran yang cemerlang, keluasan ilmu, keimanan yang kuat dan sikap
yang tegas, walau begitu Umar adalah memiliki jiwa yang lembut. 20
2.3.3 Kebijakan pada masa Umar bin Khattab
Agenda pertama setelah Umar bin Khattab memegang amanah jabatan

17
Muhammad Husain Haikal, Op.Cit., hal. 89
18
Ibrahim Al-Quraibi,Op. Cit., hal. 412
19
Abdurrahman bin Ali bin Muhamad bin Jauzi, Manaqib Amirul Mu’minin Umar bin Khattab,
(Beirut: Darul Kutub Alamiyah, 1996), hal. 24
20 Ibrahim Al-Quraibi,Op. Cit., hal. 408
13

sebagai Khalifah adalah ekspansi wilayah Islam sebagai kelanjutan dari


kebijakan Khalifah Abu Bakar. Dengan demikian, pada masa
kepemimpinannya, daerah taklukan Islam meluas hingga Jazirah Arabia,
Palestina, Syria, Mesir, dan sebagian besar wilayah Persia. Meluasnya ekspansi
yang tengah dilakukan, mau tidak mau menuntut Umar untuk mengatur
administrasi negara yangterencana.
Berkaitan dengan itu, Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah yang
pernah menorehkan tinta emas pada lembaran sejarah peradaban umat Islam.
Pada masanya, pemerintahan Islam semakin kuat, yang didukung dengan
kebijakan yang sangat fenomenal. Banyak perubahan yang dilakukan, bukan
saja di sisi keagamaan, tetapi juga meliputi aspek politik, sosial, pengetahuan,
termasuk pada ranah kebijakan ekonomi.
1. Bidang Politik
Pada masa khalifah Umar bin khattab, kondisi politik Islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar bin Khattab
segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia
sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar,
kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit
tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan. Kekuasaan
Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid
dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih
Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi
(Byzantium).
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi:
Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada
masa Umar bin khattab mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan
yang bercorak. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh
pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.
Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat
membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar
14

membentuk lembaga pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim


(yudikatif) terlepas dari pengaruh badan pemerintahan (eksekutif). Adapun
hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi
yang baik dan mempunyai keperibadian yang luhur.
Zaid ibn Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sural-
Azdi sebagai Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina,
Abdullah ibn mas‟ud sebagai Qadhikufah.
Pada masa Umar bin Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum Islam. Dimasa
ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran. ekspansi Islam meliputi
daerah Arabia, Syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas
maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan
pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2. Bidang Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah
Umar mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan
ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam
rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban. Demikian pula jabatan pekerjaan umum.
Umar juga mendirikan Baitul Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun
hijriah. Dan menghapuskan zakat bagi para Mu‟allaf. Ada beberapa kemajuan
dibidang ekonomi antara lain :
a) Alkharaj
Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini
diadakan pajak tanah (Al kharaj).
b) Ghanimah
Semua harta rampasan perang (Ghanimah), dimasukkan kedalam
Baitul Mal Sebagai salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat.
Ketika itu, peran diwanul jund, sangat berarti dalam mengelola harta
15

tersebut.
c) Pemerataan zakat
Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya dan
meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orang-
orang yang diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum).
d) Lembaga Perpajakan
Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak
dan Syria serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah
pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya
tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga
lainnya. Oleh karena itu, dalam konteks ini Ibnu Khadim mengatakan
bahwa perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang
mengatur pemasukan dan pengeluaran.
3. Perkembangan Sosial
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ahli al-dzimmah yaitu penduduk yang
memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah kekuasaan Islam. Al-
dzimmah terdiri dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan Majusi. Mereka mendapat
perhatian, pelayanan serta perlindungan pada masaUmar.Pada masa Umar sangat
memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti kaum fakir, miskin dan anak yatim piatu,
juga mendapat perhatian yang besar dari Umar bin Khattab.

4. Perkembangan Agama
Di zaman Umar gelombang ekspansi secara besar-besaran pertama terjadi
di ibu kota Syiria, Damaskus ditaklukkan dan setahun kemudian (636 M). Setelah
tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiriah jatuh ke
bawah kekuasaan Islam. dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan
ke Mesir dibawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Irak dibawah pimpinan Sa‟ad bin
Abi Waqash. Iskandaria ditaklukan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir
jatuh kebawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah sebuah ibukota dekat Hirah dan Irak
ditaklukan pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibukota Persia. Al-
Madain ditaklukan pada tahun itu juga, Pada tahun 641 M. Musol dapat dikuasai.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah
16

meliputi jazirah Arab, Palestina, syiriah dan sebagian besar wilayah Persia dan
Mesir. Dalam kata lain Islam pada zaman Umar semakin berkembang.
2.4 Peradaban Islam pada Masa Utsman bin Affan
2.4.1 Biografi Utsman bin Affan
Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash
bin Umayah bin Abdu Syam bin Abdu Manaf bin Qusay bin Malik bin Nadhr bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad
bin Adnan. Ia juga biasa dipanggil dengan sebutan Abu Amr dan Abu Abdullah,
Al-Quraisy Al-Umawi, Amirul Mukminin dan Dzun Nurain.21
Ia lahir di kota Mekah pada tahun keenam dari tahun gajah, atau pada tahun
576 M(kira-kira lima tahun setelah Nabi Muhammad SAW. Lahir).22 Utsman bin
Affan tergolong sahabat yang kaya raya, namun penuh kesalehan dan
kedermawanan. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi memberikan dua orang
puterinya untuk dinikahi oleh Usman bin Affan, yakni Ruqayyah dan ummu
kultsum.23

2.4.2 Proses Pengangkatan Utsman bin Affan


Berbeda dengan Umar, Utsman dalam proses menjadi khalifah melalui
tahap yang cukup panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang
dibentuk oleh Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara
sahabat yang lain. Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama dengan apa
yang dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk
menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum
menjadi khalifah. Ketika seorang pria menanyakan terhadap Umar mengapa ia tidak
menunjuk anaknya sendiri yakni Abdullah bin Umar menjadi penggantinya sebagai
khalifah, maka Umar pun marah dan mencukupkan dirinya saja dari kalangan
keluarganya yang sebagai khalifah.24

21 Abu Ihsan Al –Atsari, Op. Cit., hal. 415


22 Departemen Agama R.I., Ensiklopedi Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Kelembagaaan Agama
Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN, 1987/1988),
hal. 1006.
23 Mahmudun Nasir Its Concep and History, terj. Adam Effendi, Islam Konsepsi dan Sejarah, (Cet.

III; Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993). hal. 137.


24
Al-Jazari, Al-Kamil fi Al-Tarikh, jilid II, (Libanon: Darul Kutub,1987), hal. 459.
17

Namun jika Umar tidak segera menentukan sikap siapa penggantinya, maka
kekhawatiran akan muncul kembali konflik yang pernah terjadi pada proses
pengangkatan Abu Bakar. Maka para sahabat mendesak Umar agar segera
menentukan penggantinya. Umar pun tidak bisa mengelak desakan tersebut. Hanya
saja Umar tidak menunjuk secara langsung penggantinya, akan tetapi Umar
membuat tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro. Mereka adalah terdiri dari
enam sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf
dan Abdullah bin Umar. Namun Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak
boleh dipilih.25
Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main pemilihan
tersebut: bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu orang dan satu atau
dua orang tersebut membangkang, maka bunuhlah mereka yang membangkang.
Jika suara berimbang 3 berbanding 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah
bin Umar, tapi kalau tidak disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan
yang dipilih oleh Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal
saja mereka yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini
sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu Bakar dan
Rasulullah SAW. Namun dengan cara yang berbeda.
Pada saat itu, Thalhah sedang tidak ada di Madinah, maka Abdurrahman
menyarankan untuk salah satunya mundur dari pencalonan, agar jumlah menjadi
ganjil. Namun mereka tetap bersikukuh dan tidak mau mengalah. Perdebatan ini
dipicu oleh ambisi ingin menguasai kekuatan Islam. Karena sepeninggalan Umar,
Islam telah mencapai kegemilangannya dengan wilayah yang sangat luas dan
kekayaan Islam yang sangat melimpah ruah. Selain dari pada itu, persoalan
fanatisme kesukuan muncul kembali. Persaingan antara kabilah Bani Hasyim dan
Bani Umayah yang masing-masing menginginkan kekhalifahan dari
kelompoknya.26 Maka Abdurrahman sendiri yang mengalah dan mengundurkan
diri, kemudian diikuti oleh Zubair dan Sa’ad. Sehingga hanya tersisa Ali dan

25
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Prenanadmedia
Grup, 2016), hal. 74.
26
Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hal. 25
18

Utsman saja. Selanjutnya, Abdurrahman yang dipercaya oleh Umar untuk


memimpin syura tersebut berkeliling ke beberapa sahabat Nabi dan masyarakat
Madinah.27
Abdurrahman menanyakan kepada Utsman tentang siapa yang pantas untuk
dijadikan khalifah, kemudia ia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama juga diajukan
kepada Ali, Zubair dan Sa’ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman.
Maka suara Utsman lebih unggul daripada Ali. Setelah itu, Abdurrahman
mengumpulkan umat Islam untuk membai’at Utsman.28
2.4.3 Kebijakan pada masa Utsman bin Affan
Utsman bin Affan dibai’at pada tanggal 3 Muharam tahun 23 H/ 644 M.
Sementara itu, menurut Al-Jazari bahwa ahli syuro Berkumpul pada waktu Ashar,
dan pada saat itu Shuhaib yang mengumandangkan adzan. Kemudian Utsman bin
Affan keluar untuk melaksanakan sholat bersama umat Islam, hal yang pertama kali
ia lakukan adalah menambahkan jatah sebanyak seratus dirham kepada masyarakat
dan menyebarluaskan berita tersebut ke berbagai pelosok.
Setelah itu Utsman berkhutbah di hadapan masyarakat dengan perasaan
yang sangat sedih karena Utsman takut jika ia tidak mampu mengemban amanah
tersebut dengan baik, dan masyarakat menerima bai’at terhadap Utsman. 29
1. Perluasan Wilayah
Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab yang dibunuh oleh Abu
Lu’luah. Khalifah Utsman, terpaksa menggunakan masa setahun penuh dari awal
pemerintahannya untuk menumpas pemberontakan di berbagai daerah yang mulai
bermunculan kembali. Umat Islam tiba-tiba dikejutkan oleh gerakan bersenjata
yang merongrong Negara dari berbagai penjuru. Romawi Timur telah melanggar
perjanjian yang telah dibuat dengan Khalifah Umar bin Khattab, demikian pula
dilakukan oleh sebagian wilayah Persia.
Seolah-olah terbunuhnya Umar, merupakan aba-aba dimulainya gerakan
oleh golongan pembangkang, sehingga secara serentak bangkitlah mereka di
Azirbaijan dan Armenia. Sementara armada romawi menyerang Iskandria dan

27 Khalid Muhamad Khalid, Utsman bin Affan Khalifah Penjunjung Al-Qur’an, (Bandung: Mizania,
2014), hal. 61-62
28
Muhammad Iqbal, Op. Cit., hal. 74-75
29 Al-Jazari, Op. Cit., hal. 475.
19

Palestina. Maka berkobarlah kembali peperangan secara luas dalam wilayah yang
telah dikuasai oleh Islam.
Upaya yang menghukum para pemberontak itu, Khalifah Usman sendiri
yang memilih panglima-panglima tentara yang akan dikirim ke berbagai
pertempuran. Operasi pembebasan yang mulai dilakukan oleh Khalifah kepada
kaum pembangkang bersenjata yang merongrong kedaulatan Islam di Azerbaijan
dan Armenia. Dikerahkannya suatu pasukan tentara dibawah panglima perang
Walid bin Uqbah, dan berhasil mengembalikan mereka untuk mematuhi perjanjian
yang ditanda tangani sebelumnya.
Khalifah Usman bin Affan patut pula dikenang sebagai pemimpin muslim
yang pertama yang membangun angkatan laut Arab. gubernur Syam, Muawiyah bin
Sufyan menghadapi serangan-serangan angkatan laut Romawi di pesisir
provinsinya. Upaya memukul mundur para penyerbu, dia memerlukan suatu
angkatan laut. Atas pereintah Khalufah, dia membangun suatu angkatan laut dan
dengannya dia berhasil melawan penyerbu-penyerbu Romawi. Bahkan Muawiyah
mengirim suatu ekspedisi angkatan laut di pulau Siprus. Dia mengalahkan pasukan
Romawi di tempat itu, dan mengharuskan pula membayar upeti kepada Khalifah. 30
Utsman bin Affan menduduki jabatan kekhalifaan selama dua belas tahun.
Selama dua belas tahun itu, Shaban membaginya dengan enam tahun pertama
sebagai masa kestabilan dan kecemerlangan, enam tahun berikutnya dengan masa
yang penuh dengan pergolakan.31
2. Ekonomi
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang
handal namun sangat dermawan. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
memiliki sistem perekonomian betul-betul mapan dan terstruktur. Beliau adalah
khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan
masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan
rukun Islam kelima (haji).

30Mamudunnasir, Islam ist Consept and History, (New Delhi: KItab Bavan, 1981), hal. 187.
31Shaban, Islamic History, a New Interpretation, (Cambridge; Cambridge University Press, 1971),
hal. 63.
20

Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat


bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya
dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara,
Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut
yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam
pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk
kepentingan pertanian.
3. Sosial
Dalam pemerintahan usman komposisi kelas sosial di dalam masyarakat
berubah demikian cepat sehingga semakin sulit pemerintahan usman banyak sekali
konflik yang muncul dipermukaan. Bukan tugas yang mudah untuk mengawasi
orang badui yang pada dasarnya mencintai kebebasan pribadi dan tidak mengenal
otoritas pemerintah yang dominan.
Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan persia diambil alih oleh umar
tetapi dia menyimpannya sebagai lahan begara yang tidak di bagi-bagi. Sementara
itu utsman menbaginya kepada individu-individu untuk reklamasi dan untuk
kontribusi sebagian yang diprosesnya kepada baitul maal. Dilaporkan bahwa lahan
ini pada masa umar menghasilakan 9 juta dirham, tetapi pada masa usman
penerimaan meningkat menjadi 50 juta. Pada periode selanjutnya dia juga
mengizinkan menukar lahan tersebut dengan lahan yang ada di hijaz dan yaman,
sementara kebijakan umar tidak demikian.
Akhir hayat usman diawali ketika pada saat berbagai utusan dari kufah,
basrah, dan mesir datang menemui usman agar memecat para gubernurnya yang
notabene adalah kerabat-kerabat sendiri, namun usman menolaknya.

2.5 Peradaban Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib


2.5.1 Biografi Ali bin Abi Thalib
Ia bernama Ali bin Abi Thalib (nama Abu Thalib sendiri Abdu Manaf) ibn
Abdul Muthallib (namanya adalah Syaibah) ibn Hasyim (namanya adalah Amr) ibn
21

Abdi Manaf (namanya adalah Mughirah) ibn Qusyhai (namanya aslinya adalah
Zaid) ibn kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr Malik ibn
kinanah. Ali adalah satu dari sepupu orang yang mendapat jaminan dari Rasulullah
Saw untuk masuk surga. Ia adalah saudara Rasulullah SAW sewaktu terjadi
Mu’akhat (jalinan ukhuwah dari Madinah). Ali adalah juga menantu Rasulullah
SAW karena ia menikahi putri beliau, Fatimah, pemimpin perempuan sedunia. Ali
adalah salah satu ulama Rabbaniyyin dan seorang pejuang yang gagah berani. Ia
adalah diantara penghimpun Al-Qur’an dan ia bacakan dihadapan Rasulullah
SAW.32
Ali adalah keturunan Bani Hasyim dari suku Quraisy. Dalam sejarah, semua
orang mengakui ketinggian dan kemuliaan nasab suku Quraisy. Mereka dikenal
memiliki bahasa yang fasih dan kemampuan lisan untuk menjelaskan sesuatu
dengan gmblang. Keluhuran akhlak, keberanian, dan kedermawanan mereka sudah
dikenal setiap orang.
2.5.2 Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Baiat terhadap Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah berjalan dengan suka
rela dari kaum muslimin, hal itu berlangsung setelah terjadi pembunuhan terhadap
Khalifah Utsman oleh tangan-tangan kotor para pemberontak yang datang dari
berbagai penjuru daerah, sehingga peristiwa tersebut menghantarkan sang Khalifah
Rasulullah itu syahid menghadap Allah SWT. Mereka membunuh Utsman secara
zhalim, keji, dan penuh kebencian. Terjadi pada hari jumat tanggal 18 Dzulhijah
tahun 35 H.
Ketika itu terjadi pengelompokan-pengelompokan masyarakat, pada satu
bagian kaum pemberontak membuat perkumpulan, dibagian lain orang-orang
Muhajirin dan Anshar membuat suatu kelompok pula, termasuk tabi’in dari kota
Madinah. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana dengan umat Islam yang sudah
berkembang, membentang dari perbatasan Rum sampai ke Yaman dan dari
Afganistan sampai ke Afrika utara, yang selama beberapa hari tidak memiliki
pemimpin.33

32
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah, Penerjemah, Muhammad Ali nurdin,
(Jakarta: Qisthi press, 2014), hal. 179-180.
33
Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1978), hal. 155.
22

Atas dasar itulah mereka berusaha untuk memilih seorang khalifah secapat
mungkin dan dilakukan di Madinah karena kita itu satu-satunya yang menjadi ibu
kota Islam. Di sana juga tinggal ahl alhalli wa al-aqd, semacam dewan perwakilan
yang berhak memilih melakukan bai’at kepada seorang khalifah.
Karena kondisi yang sangat genting tidak mungkin meminta pendapat dari
daerah dan provinsi yang bertebaran di seluruh negeri. Keadaan yang sangat
berbahaya ini memerlukan pengangkatan seorang pimpinan yang layak dengan
segera untuk menghindari perpecahan dan kehancuran yang mengancam keutuhan
negara.
Pada waktu itu ada empat orang sahabat Nabi SAW dari enam yang dipilih
Umar sebelum wafat, yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair dan Saad bin Abi
Waqas. Dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama. 34 Dalam sebuah
pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin Auf menetapkan Ali sebagai tokoh
yang paling dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
2.5.3 Kebijakan pada masa Ali bin Abi Thalib
Setelah pengangkatan sebagai Khalifah pasca terbunuhnya Utsman, Ali bin
Abi Thalib berusaha keras memulihkan keamanan yang tidak kondusif. Di atas
telah dijelaskan bahwa pengangkatan Ali berada dalam kondisi yang amat sulit.
Stabilitas yang tidak terjamin menyebabkan Ali mengalami berbagai kesulitan yang
tidak sedikit.35
Diantara langkah-langkah kebijakan yang dilakukan Ali bin Abi Thalib,
yakni:
1. Bidang Politik
Memberhentikan sebagian besar gubernur yang diangkat pendahulunya
Utsman bin Affan, kemudian menggantinya dengan tokoh-tokoh lain.
Pemberhentian itu kelihatan bertujuan untuk mengamankan kekhalifahannya. Di
antara gubernur yang diberhentikan adalah Ya’la bin Umayyah dan mengangkat
sepupunya Ubaidillah bin Abbas untuk Yaman. Adapun pengganti mereka yang
diangkat oleh khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain Sabil bin hanif sebagai

34
Ibid., hal. 156
35 H. A. Dzajuli, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), hal. 21.
23

gubernur Syiria, Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basroh, Qois bin saad sebagai
gubernur Mesir dan Umroh bin Shihab sebagai gubernur Kuffah.
Kebijakan Ali dalam bidang politik lainnya antara lain yaitu dalam urusan
korespondensi, urusan pajak, urusan angkatan bersenjata, urusan administrasi
peradilan. Demikian juga strategi pada Perang Shiffin. Ia memerintahkan
pasukannya agar tidak mundur dari medan perang. Kemudian kebijakan Ali yang
lain dalam pemerintahan adalah menarik tanah-tanah yang dulu oleh Utsman
dihadiahkan kepada para pendukungnya dan hasil tanah itu diserahkan kepada kas
negara.
2. Bidang Sosial
Di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, dalam bidang sosial memiliki
tantangan dan konflik diantaranya di saat pembai’atan Ali, Talhah dan Zubair
termasuk sahabat pertama yang memberikan bai’at setelah didesak orang banyak
dengan syarat Ali segera menjatuhkan hukuman kepada pembunuh Usman.
Namun syarat ini tidak dipenuhi Ali, sehingga mereka tidak terikat lagi
dengan kewajiban bai’at yang telah mereka berikan. Ali sebenarnya bukan
mengabaikan syarat yang diajukan oleh Talhah dan Zubair, tetapi ia menangguhkan
terlebih dahulu penangkapan terhadap para pembunuh Usman karena keadaan saat
itu masih kacau dan belum terkendali.
Di sisi lain ada rasa kecewa yang terpendam dalam diri Talhah dan Zubair
terhadap Ali sesudah pengangkatannya sebagai Khalifa. Kedua orang ini meminta
Ali mengangkat mereka untuk menjadi Gubernur di Irak dan Yaman, tetapi Ali
tidak mengabulkan permintaan tersebut, sebaliknya meminta kepada mereka berdua
untuk menjadi penolong dan penasehatnya. Penolakan Ali, membuat Thalhah dan
Zubair berbalik memberatkannya tentang pembunuhan usman. Untuk mewujudkan
maksud itu mereka minta izin kepada Ali untuk pergi ke Mekkah dengan alas an
untuk melaksanakan umrah. Aisyah yang pada saat itu mendengar pengangkatan
Ali menjadi khalifah juga menuntut atas kematian Utsman. Dan Aisyah pun
bergabung dengan Talhah dan Zubair untuk pergi ke Mekkah.
Ali mengetahui bahwa pasukan Talhah Zubair dan Aisyah telah saampai di
Baasrah, Ia segera mengerahkan pasukannya menuju Basrah yang semula sudah
dipersiapkan untuk menumpas Mua’awiyah di Damaskus
24

Ketika perundingan sedang berlangsung, sebagian pengikut Ali yang


dipimpin oleh Abdullah Ibn Saba’ menyerang kelompok talhah dan Zubair tanpa
sepengetahuan Ali, sehingga akhirnya peperangan pun tak dapat dihindarkan. Ini
merupakan perang saudara antara sesame umat Islam yang pertama kali terjadi,
perang ini kemudian disebut perang jamal karena dalam perang tersebut Aisuah
mengendarai Unta. Perang tersebut dimenangkan oleh Ali, sedangkan Talhah dan
Zubair gugur dalama perang tersebut. Sementara itu Aisyah selamat dan
dipulangkan ke Mekkah dengan penuh penghormatan dan kemuliaan.
Tantangan kedua terhadap ali datang dari Mu’awiyah Gubernur Damaskus
dan anggota keluarga terdekat Utsman. Mu’awiyah tidak mengakui Ali sebagai
Khalifah bahkan menuduhnya terlibat dalam pembunuhan Utsman, karena salah
seorang pemuka pemberontak, yaitu Muhammad, adalah anak angkat dari Ali.36
Dengan menggunakan kekuasaan yang sudah berurat berakar di Damaskus
dan kemampuan agitasi yang dimilikinya sebagai politikus ulung, Mu’awiyah
memulai propagandanya dengan menghasut penduduk Damaskus menentang ali.
Propaganda tersebut berhasil, sehingga Mu’awiyah mendapat dukungan penuh
dalam merealisasikan maksudnya.
Di sisi lain, Ali dengan kekuatan pasukan yangv terlebih dahulu telah
digunakan untuk mematahkan perlawanan kelompok Talhah dan Zubair telah
bersiap menghadapi kelompok Mu’awiyah. Kedua pasukan itu bertemu di Siffin
pada bulan Muharram tahun 37 H, Ali berupaya terlebih dahulu menggunakan jalan
damai dengan meminta kepada Mu’awiyah untuk ta’at kepada kehalifahannya dan
bersatu dengan jamaah umat Islam, namun upayanya tidak berhasil sehingga
peperangan pun tak dapat terelakkan.
3. Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan
distribusi uang rakyat telah diperkenalkan.Sistem distribusi setiap pekan sekali
untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari pendistribusian atau hari
pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu
dimulai penghitungan baru. Cara itu mungkin solusi yang terbaik dari sudut

36Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985, Jilid 1, cet.5 ,
hal. 94
25

pandang hukum dan kondisi negara yang sedang berada dalam masa-masa transisi.
Peraturan yang telah beliau sumbangkan untuk pelaksanaan roda kekhalifahan
adalah tentang administrasi pemerintahan. Bukti dalam hal itu terlihat dalam
suratnya yang diajukan kepada Malik bin Harith, dimana surat itu mendeskripsikan
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab pengusaha, menyusun prioritas dalam
melakukan dispensasi terhadap keadilan, kendali pejabat tinggi dan staf, peraturan
hakim, dan jaksa. Hal ini menandakan bahwa disamping seorang khalifah, beliau
juga seorang yang ahli manajemen.
Khalifah Ali r.a. meninggal dalam usia 63 tahun setelah memerintah selama
5 tahun 3 bulan. Ali bin Abi Thalib membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik
di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik.
Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi thalib
menerapkan sistem pemerataan. Selama masa pemerintahannya, khalifah Ali ibn
Ali Thalib menetapkan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan
mengizinkan Ibnu Abbas, Gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran
segar yang akan digunakan sebagai distribusi setiap pekan sekali untuk pertama
kalinya diadopsi. Selain itu langkah penting yang dilakukan khalifah Ali ibn Abi
Thalib pada masa pemerintahannya adalah percetakan mata uang koin atas nama
Negara Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan tersebut, kaum
muslimin telah menguasai teknologi peleburan besi dan percetakan koin. Namun
demikian, uang yang dicetak oleh kaum muslimin itu tidak dapat beredar dengan
luas karena pemerintahan Ali ibn Abi Thalib berjalan sangat singkat seiring dengan
terbunuhnya sang Khalifah pada tahun keenam pemerintahannya.
26

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Khulafaurrasyidin adalah para pemimpin bijaksana yang menggantikan
kedudukan Nabi Muhammad SAW sesudah wafat. Kekhalifahan ini terdiri atas
empat khalifah pertama dalam sejarah Islam, yakni dimulai dari Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dimana mereka merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki ilmu
yang luas dan sifat yang bijaksana. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin,
khalifah di pilih berdasarkan musyawarah.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Bakar memiliki
kebijakan-kebijakan yakni, memberantas orang-orang yang mengaku sebagai nabi
palsu, memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat, dan
pemberontakan dari beberapa suku-suku. Untuk pelaksanaan tugas- tugas eksekutif,
Abu Bakar melakukan pembagian kekuasaan di kalangan sahabat senior, Abu
Bakar mengangkat tiga orang sahabat yaitu : Ali , Utsman dan Zaid bin Tsabit
sebagai sekretaris Negara (Katib) yang berkedudukan di kota Madinah. Sedangkan
untuk jabatan hakim agung diserahkan kepada ‘Umar ibn Al Khattab. Abu Bakar
membuat Baitul Mal, dan menugaskan Zaid bin Tsabit untuk menyusun Al-Qur’an.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Umar memiliki kebijakan-
kebijakan yakni, memperluas wilayah Islam dengan melakukan ekspansi-ekspansi
hingga Jazirah Arab, Palestina, Syria, Mesir dan sebagian wilayah Persia.
27

Meluasnya ekspansi yang tengah dilakukan, mau tidak mau menuntut Umar untuk
mengatur administrasi negara yang terencana seperti mulai diatur dan ditertibkan
sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka
memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga
keamanan dan ketertiban. Demikian pula jabatan pekerjaan umum. Umar juga
mendirikan Baitul Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijriah. Dan
menghapuskan zakat bagi para Mu’alaf.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Utsman memiliki kebijakan-
kebijakan yakni, perluasan wilayah untuk menumpas pemberontakan yang
bermunculan kembali setelah wafatnya Umar, membangun suatu angkatan laut
melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah).
Dan mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf ,
serta beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan
kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, Ali memiliki kebijakan-
kebijakan yakni, memberhentikan sebagian besar gubernur yang diangkat
pendahulunya Utsman bin Affan lalu kemudian menggantinya dengan tokoh-tokoh
lain, menarik tanah-tanah yang dulu oleh Utsman dihadiahkan kepada para
pendukungnya dan hasil tanah itu diserahkan kepada kas negara. Kemudian
pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap
pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari
pendistribusian atau hari pembayaran. Pada masa pemerintahannya Ali bin Abi
Thalib memiliki tantangan dan konflik dengan Thalhah dan Zubair, serta
Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

3.2 Saran

Penulis memberikan saran yang ditujukan kepada seluruh kaum muslimin


agar tidak malas dalam memahami tentang kisah sejarah para sahabat khususnya
Khulafaurrasyidin, sehingga kita bisa belajar banyak dari para sahabat-sahabat Nabi
Muhammad SAW.
Terakhir, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca makalah ini demi kesempurnaan makalah ini
28

dimasa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman bin Ali bin Muhamad bin Jauzi. 1996. Manaqib Amirul Mu’minin
Umar bin Khattab, Beirut: Darul Kutub Alamiyah.
Abu Ihsan Al –Atsari. 2014. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung,
Jakarta: Darul Haq.
Al Furqan Hasbi. 2008. 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, Cetakan
Pertama.
Al-Imam Izzudin bin Ali bin Muhammad bin al-Atsir. 1409 H. Asadu al-Ghabah
fi Ma`rifati al- Shahaba. Beirut: Daru al-Fikri, Jilid 3.
Ali al-Tanthawy. 1986. Abu Bakar al-Shiddiq. Jeddah: Daru al-Manarah, Cetakan
ke-3.
Al-Jazari. 1987. Al-Kamil fi Al-Tarikh, jilid II, Libanon: Darul Kutub.
Al-Maududi. 1978. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan.
Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Cetakan
ke-5. Jakarta: UI Press.
H. A. Dzajuli. 2003. Fiqh Siyasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ibrahim Al-Quraibi. 2012. Tarikh Khulafa. Jakarta: Qisthi Press,
Imam As-Suyuthi. 2014. Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah, Penerjemah,
Muhammad Ali nurdin. Jakarta: Qisthi press.
Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Bulan Bintang.
Khalid Muhamad Khalid. 2014. Utsman bin Affan Khalifah Penjunjung Al-Qur’an.
Bandung: Mizania.
Mahmudun Nasir. 1993. Its Concep and History, terj. Adam Effendi, Islam
Konsepsi dan Sejarah, Cet. III. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muhammad Husain Haikal. 2002. Umar bin Khattab. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa.
Muhammad Iqbal. 2016. Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam.
Jakarta: Prenanadmedia Grup.
Munir Subarman. 2012. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Peradaban Islam
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Syamruddin. 2007. Sejarah Peradaban Islam, Badan Penelitian dan Pengembangan
Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau.
Rein Taagepera. 1979. Ukuran dan Durasi Kerajaan: Kurva Pertumbuhan-
Penurunan, 600 SM hingga 600 SM, Sejarah Ilmu Sosial, Vol. 3. (diakses
pada 03 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai