Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : DR. Muhammad Sungaidi, MA.

Disusun oleh :

Kelompok 6 Kesejahteraan Sosial 3D

1. Faza Rizfa Azkia (11190541000109)


2. Shabrina Putri Syarafah (11190541000112)
3. Naura Nazifah Aulia (11190541000119)
4. Ahmad Ghetich Rangkassiwi (11190541000134)

PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin” dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak DR. Muhammad
Sungaidi, M.A. yang telah memberikan arahan dan rencana pembelajaran sehingga tugas ini
dapat selesai dengan baik. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah
berkontribusi dalam memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Kami sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan dari pembaca.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 20 Oktober 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………..................…....... 1

A. Latar Belakang…………………………………........................... 1

B. Rumusan Masalah……………………………….......................... 1

C. Tujuan Penulisan……………………………...................…......... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2

A. Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq....................... 2

B. Islam Pada Masa Umar bin Khattab.............................................. . 7

C. Islam Pada Masa Usman bin Affan................................................ 13

D. Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib.............................................. 18

BAB III PENUTUP…………………………………………. ......................... 24

A. Kesimpulan............…………………………............................... 24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………............................ 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah menciptakan kristalisasi baru


dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Setelah
wafatnya Rasulullah, dakwah Islamiyah tetap dijalankan dan diteruskan oleh para sahabat yang
dipandang bijaksana serta dapat memimpin pemerintahan dan mampu memberikan pengarahan
terhadap dahwah Islamiyah. Masa kepemimpinan para sahabat ini dikenal dengan sebutan
khulafaur rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka adalah para sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Rasulullah.

Dalam sejarah pemerintahan Islam, pengangkatan mereka sebagai khalifah Rasulullah


menjadi dasar terbentuknya model pemerintahan kekhilafahan. Keempat khalifah tersebut
mempunyai cerita dan tempat tersendiri dalam khasanah sejarah awal pembentukan
pemerintahan Islam. Selama masa khulafaur rasyidin, perkembangan Islam telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Dalam masa pemerintahan masing-masing khalifah, mereka
berusaha dan berjuang untuk menegakkan panji-panji keislaman bukan hanya di wilayah Arab
saja namun meluas kewilayah Armenia, Persia, Mesir dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam pada masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq?
2. Bagaimana Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab?
3. Bagaimana Islam pada masa khalifah Usman bin Affan?
4. Bagaimana Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang :
1. Islam pada masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq.
2. Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab.
3. Islam pada masa khalifah Usman bin Affan.
4. Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah anak Abn Quhafah, khalifah pertama dari rangkaian al-
Khulafa’ al-Rasyidin, memerintah pada 632-634 (11-13 H). Dia termasuk orang terkemuka
Quraisy pertama yang menerima ajaran nabi Muhammad. Khalifah pertama ini dikenal dalam
sejarah, dengan banyak nama dan panggilan (gelar). Nama aslinya adalah Abdullah Ibn
`Uthman (gelar Abu Quhfah) ibn Amir ibn Ka`ab ibn Sa`ad ibn Taim ibn Murrah al-Taimy.
Pada masa Jahiliyah ia bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Rasulullah dengan nama
Abdullah. Nama panggilannya adalah Abu Bakar, karena sejak awal sekali ia masuk Islam.
Gelarnya adalah al-Siddiq, karena ia amat segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai
peristiwa, terutama peristiwa Isra’ dan Mi’raj (Hasan, 1979: 205).

Abu Bakar masuk Islam pada hari-hari pertama Islam didakwahkan. Tidak sulit baginya
meyakini ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, karena sejak usia muda ia
sudah kenal betul akan keagungan Nabi Muhammad SAW. Setelah masuk Islam, ia
menumpahkan seluruh perhatiannya untuk pengembangan Islam. 1 Sebagai orang yang disegani
dikalangan bangsawan Arab, keislaman Abu Bakar membuat banyak orang tertarik masuk
Islam, seperti Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf dan Zubair bin Awwam.

Perjuangan Abu Bakar dan darma baktinya bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam
banyak sekali yang dapat disebutkan. Diantaranya ia sangat menaruh perhatian kepada
penderitaan yang dialami kaum yang lemah, khususnya para budak yang menerima dakwah
Nabi Muhammad SAW. Sejumlah budak yang disiksa oleh tuannya karena mereka memeluk
Islam ditebus oleh Abu Bakar dengan hartanya kemudian dimerdekakan. Salah satu dari budak
yang dimerdekakan seperti Bilal bin Rabah.

Peran yang dimainkan Abu Bakar ketika di Mekkah banyak sekali, seperti dibidang materi
segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam dan demi
kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW dalam waktu suka maupun duka. Dalam
pertempuran yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW Abu Bakar tidak pernah absen,
melainkan selalu berada di dekat Nabi Muhammad SAW. Contohnya dalam perang Tabuk,

1
Ensiklopedi Islam., op.cit, hlm. 38.
2
bukan hanya jiwa yang dipertaruhkannya, namun seluruh harta bendanya habis dikorbankan
untuk memenangkan perjuangan Islam. 2

Pengorbanan dan jasanya ketika di Mekkah di samping harta benda ia selalu berusaha
mendampingi dan melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang
mengejeknya, bahkan ia yang mendampingi Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah ke
Madinah. Pada saat di Madinah Abu Bakar selalu mendampingi, melindungi dan membantu
Nabi Muhammad SAW dalam proses penyebaran Islam. Di samping itu banyak peperangan
yang diikuti Abu Bakar selama di Madinah, seperti perang Badar, perang Uhud, perang
Khandak dan sebagainya. Karena kesibukan Nabi Muhammad SAW di Madinah, maka pada
saat kota Makkah berhasil ditundukkannya dan umat Islam akan menunaikan ibadah haji, maka
untuk memimpin jamaah haji dipercayakan kepada Abu Bakar. Dalam banyak kesempatan Abu
Bakar sering mendapatkan kepercayaan untuk mewakili dirinya, seperti pada saat Rasulullah
SAW uzur (berhalangan) tidak dapat mengimami shalat di Masjidil Haram Madinah, Nabi
Muhammad SAW menunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai imam shalat. 3

Permasalahan yang muncul pada masa ke khalifahan Abu Bakar. Pada awal pemerintahan
nya, banyak masalah masalah yang harus dihadapi, di antaranya:

a) Orang-Orang Murtad

Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya golongan murtad antara lain:


Setelah Nabi muhammad Saw wafat, orang orang yang telah memahami agama Islam dan
mempunyai iman yang teguh sebagian besar hanya penduduk Mekkah, Madinah, dan Thaif,
sedangkan penduduk di luar wilayah tersebut dalam memeluk Islam masih dalam taraf
pengakuan saja, mereka tidak dapat memisahkan agama dari Rasul pembawanya, maka ketika
Rasul wafat mereka merasa tidak terikat lagi dengan Islam dan memilih kembali memeluk
agama nenek moyang.

Selain faktor diatas, yang menyebabkan banyak nya golongan murtad adalah kebanyakan
mereka yang memeluk agama Islam tidak didasari oleh keyakinan yang sebenarnya, sebagian
besar mereka masuk islam semata mata untuk menghindari peperangan dengan kaum muslimin.
Mereka belum menyadari dan memahami bahwa peperangan yang dilakukan oleh kaum

2
Prof. Dr. H. Chatibul Umam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, (Kudus: Menara Kudus, 2003), hlm. 140.
3
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990), hlm. 226.

3
muslimin semata mata hanya untuk membela diri bukan untuk menyerang kemudian menjajah
atau menguasai.

b) Bermunculan Nabi-Nabi Palsu

Pada akhir hayat Nabi Muhammad Saw, mulai bermunculan orang orang yang mengaku
dirinya sebagai nabi, setelah Nabi wafat sebagian dari mereka berani menyatakan dirinya
sebagai nabi, diantara orang orang yang mengaku sebagai nabi palsu diantaranya: Musailamah
Al-Kazzab dari bani Hanifah di Al-Yamamah, Thulaihah bin Khuwailid dari bani As'ad, Sajah
dari bani Tamim, yang kemudian menikah dengan Musailamah Al-Kazzab, dan Aswad Al-
Ansai dari Yaman

c) Golongan Pembangkang yang Enggan Membayar Zakat

Kebanyakan dari golongan pembangkang yang enggan membayar zakat ini adalah kabilah-
kabilah yang berdiam di sekitar Madinah seperti Bani Gatfan, Bani Bakr, dan sebagainya.
Menurut mereka membayat zakat hanya kepada Nabi Muhammad Saw, sedangkan setelah Nabi
wafat, zakat bagi mereka hanyalah pajak atau upeti yang dipaksakan.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada masa pemerintahannya, khalifah Abu
Bakar melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang ada, diantara upaya Abu Bakar
yaitu :

1) Bermusyawarah dengan para sahabat, untuk menentukan tindakan yang harus diambil.
Akhirnya dengan persetujuan bersama, Abu Bakar mengambil keputusan untuk memerangi
semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran Islam.
2) Membentuk 11 pasukan untuk menumpas penyelewengan yang ada, masing-masing
pasukan yang disiapkan Abu Bakar dipimpin oleh Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah,
Syurahbil, dan lain sebagainya.
3) Mengirim surat perdamaian dan menyerukan agar kembali ke ajaran Islam yang benar. Dan
bagi golongan yang tetap menyeleweng akan di tumpas. Berkat upaya yang dilakukan Abu
Bakar, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun golongan golongan murtad, nabi palsu,
dan para pembangkang dapat di tumpas.

Perjuangan Abu Bakar Untuk Memajukan Islam.

Beberapa upaya yang dilakukan Abu Bakar pada masa ke kekhalifahannya antara lain:

4
1) Perluasan wilayah Islam (11-13 Hijriyah)

Perluasan wilayah Islam yang dilakukan Abu Bakar yang terpenting adalah perluasan
wilayah ke Irak, Persi, syiria dan Syam. Perluasan wilayah ke Irak dilakukan oleh pasukan yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Al Mutsana Ibnu Haritsah serta Qa'qa bin Amr. Irak pada
waktu itu merupakan jajahan kerajaan Persia, peperangan antara pasukan Khalid bin Walid
terjadi karena panglima perang Persia yang bernama Hormutz menolak untuk masuk Islam atau
menyerah dengan membayar upeti. Dalam peperangan yang terjadi, Hormuz terbunuh di tangan
Khalid bin Walid dan kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh pasukan Islam telah
berhasil menaklukkan beberapa wilayah diantaranya Mazar, Walajh, Allis, Hirah, Anbar,
Ainuttamr, Daumatil Jandal dan sebagainya.

2) Perluasan wilayah Islam ke Syam (Syiria)

Negeri Syam pada saat itu merupakan jajahan bangsa Romawi, khalifah Abu Bakar
mengerahkan bala tentaranya dalam jumlah besar sebanyak 12.000 personil, namun kemudian
ditambah menjadi 24.000 personil dan mengangkat Khalid Bin Sa'ad sebagai kepala daerah
Taima yang merupakan daerah perbatasan Syam. Pasukan yang dikirim ke Syam dibagi
menjadi empat.

Pertama, pasukan yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah dikirim ke Hirns, sekaligus
mengangkat Ubaidilah menjadi khalifah atau pemimpin ke empat pasukan tersebut.
Kedua, pasukan yang dipimpin oleh Yazid Ibnu Abi Sufyan yang ditugaskan ke Damaskus
Ketiga, pasukan yang dipimpin oleh Amru bin Ash yang dikirim ke Palestina
Keempat, pasukan yang dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah yang dikirim ke lembah
Yordania.

Peperangan yang terjadi antara pasukan Islam dan pasukan Romawi terjadi di bagian
Ajnadain pada tahun 13 Hijriyah, dan puncak dari pertempuran tersebut terjadi di
Yamurk pasukan romawi berjumlah 100.000-120.000 personil yang dipimpin oleh panglima
Theodore, saudara raja Romawi (Heraklius) berhasil dikalahkan.

Kebijakan-Kebijakan Abu Bakar

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa
sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan
Madinah. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan
5
agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut
Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang
tersebut adalah Khalid bin Walid. 4 Bahwa kekuasaan yang dijalankan oleh Abu Bakar adalah
sebagaimana yang dijalankan pada masa Rasulullah Saw yaitu bersifat sentral; kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Meskipun demikian, Abu bakar
selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.

Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu
Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Irak dan
Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut
Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari
serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium. Untuk ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid
bin Walid, sedangkan ke Suriah dipimpin tiga panglima yaitu : Amr bin Ash, Yazid bin Abu
Sufyan dan Surahbil bin Hasanah.

Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an adalah atas usul
dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan Al Qur'an setelah para sahabat
yang hafal Al Qur'an banyak yang gugur dalam peperangan, terutama waktu memerangi para
nabi palsu. Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur'an banyak berserakan ada yang ditulis pada
daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak dan hilang.5

Atas usul Umar bin Khattab tersebut pada awalnya Abu Bakar agak berat melaksanakan
tugas tersebut, karena belum pemah dilaksanakan pada masa Nabi Muhammad SAW. Namun
karena alasan Umar yang rasional yaitu banyaknya sahabat penghafal Al Qur'an yang gugur di
medan pertempuran dan dikhawatirkan akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya, dan selanjutnya menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu pada masa
Rasulullah SAW, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu.

Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam, Abu Bakar
senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip musyawarah dalam
pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW selalu
dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan rakyatnya dan tidak segan-segan
membantu mereka yang kesulitan. terhadap sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.

4
Dr. Badri Yatim. M. A.. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 3
5
Drs. Amir Abiyan dkk, Sejarah Kebudayaan Islam. (Jakarta: Departemen Agama RI, 1990), hlm. 10
6
Sahabat yang telah menduduki jabatan pada masa Nabi Muhammad SAW tetap dibiarkan
pada jabatannya, sedangkan sahabat lain yang belum mendapatkan jabatan dalam pemerintahan
juga diangkat berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan kemajuan
yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar membentuk lembaga
"Baitul Mal", semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada
Abu Ubaidah, sahabat Nabi SAW yang digelari "amin al-ummah" (kepercayaan umat). Selain
itu didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khattab.

Kebijakan lain yang ditempuh Abu Bakar yaitu membagi sama rata hasil rampasan perang
(ghanimah). Dalam hal ini ia berbeda pendapat dengan Umar bin Khattab yang menginginkan
pembagian dilakukan berdasarkan jasa tiap-tiap sahabat. Alasan yang dikemukakan Abu Bakar
adalah semua perjuangan yang dilakukan atas nama Islam akan mendapat balasan pahala dan
Allah SWT di akhirat.

Persoalan besar yang sempat diselesaikan Abu Bakar sebelum wafat adalah menetapkan
calon khalifah yang akan menggantikannya. Dengan demikian ia telah mempersempit peluang
bagi timbulnya pertikaian di antara umat Islam mengenai jabatan khalifah. Dalam menetapkan
calon penggantinya Abu Bakar tidak memilih anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan
memilih orang lain yang secara obyektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai
khalifah, yaitu sahabat Umar bin Khattab. Abu Bakar dengan masa pemerintahannya yang amat
singkat (kurang lebih dua tahun) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri
Madinah yang baru tumbuh itu, dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan
Islam di Semenanjung Arabia.

B. Islam Pada Masa Umar bin Khattab

Umar bin Khattab dilahirkan di Mekkah (Jamil Ahmad, 2000: 21), nama lengkap Umar bin
Khattab adalah Umar bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt Razzah bin Adiy bin
Ka’ab bin Luay. Ia dilahirkan setelah tiga belas tahun kelahiran Nabi Muhammad. (H.
Sulasman, 2013: 79 dan Muhammad Ahmad Asyur, 1997: 19) Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail al-Quraisy. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Nabi pada generasi kedelapan
Ka’ab bin Lu’ay. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin Mugirah bin Abdullah bin Amr
bin Mahzum (H. Sulasman, 2013: 79).

Umar dikenal sebagai orang yang menjaga kehormatan dirinya dan memiliki watak yang
temperamental. Setiap kali ia berpapasan dengan orang-orang muslim, pasti dia menimpakan
berbagai macam siksaan. Dalam hati Umar bergolak berbagai perasaan yang sebenarnya saling
7
bertentangan. Keislaman Umar di awali dengan peristiwa Umar yang ingin membunuh
Rasulullah ketika itu Rasulullah sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak
hijrah ke Abisinia (Ethopia) di rumah Arkam di safa, Umar pun mengetahuinya dan segera
menuju kesana ingin membunuh Rasulullah agar orang-orang yang hijrah ke Abisinia akan
kembali kepada agama Quraisy. Saat di jalan ia bertemu Nu’aim bin Abdullah, setelah
mengetahui maksud Umar ia memberitahunya jangan menipu diri sendiri karena keluarga Abu
Manaf tidak akan tinggal diam jika Umar membunuh Nabi Muhammad, lebih baik Umar pulang
saja dan perbaiki keluarganya sendiri. Nu’aim pun memberitahu Umar bahwa sesungguhnya
Fatimah dan suaminya Sa’id bin Zaid telah memeluk Islam meninggalkan agama mereka
berdua.

Umar ke rumah Fatimah dengan terburu-buru, yang saat itu Khabbab bin Al-Art, ada di
rumah Fatimah sedang menghadapi Shahifah berisi surat Thaha. Dia membacakan surat ini di
hadapan Fatimah dan Sa’id bin Zaid. Tatkala Habbab mendengar suara kedatangan Umar, dia
menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan Fatimah menyembunyikan Shahifah al-
Quran. Namun tatkala mendekati rumah adiknya tadi, Umar sempat mendengar bacaan
Khabbab di hadapan adik dan iparnya (Syaikh Shaifurrahman Al-Mubarakfury, 2005: 140).

Umar sangat marah dan langsung memukul iparnya dengan ganas, pukulan yang tidak
membuat sang ipar dan adiknya meninggalkan agama Islam. Keteguhan adik dan iparnya
membuat Umar meminta mereka membaca kembali kitab suci Al-Quran. Permintaan tersebut
dipenuhi. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat Umar begitu
terpesona, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan dan langsung memeluk agama Islam (Jamil
Ahmad, 2000: 21).

Kepemimpinan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah atas wejengan dari Abu Bakar ash-Shiddiq
sebelum ia meninggal. Abu Bakar ash-Shiddiq melakukan perundingan dengan para sahabat
guna mempertimbangkan siapa yang pantas menggantikan dirinya menjadi khalifah. Abu Bakar
mengungkapkan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Berdasarkan
masukan-masukan yang diterima, Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian memilih Umar bin Khattab
untuk menggantikannya menjadi khalifah, walau ditunjuk langsung oleh Abu bakar namun
pemilihan Umar dilakukan dengan perudingan dan musyawarah mufakat. Ketika Abu Bakar
ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, setelah Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga,

8
bertepatan pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H, Umar bin al-Khattab menggantikan
seluruh tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin. 6

Umar Bin Khattab adalah seorang yang adil, penyayang, antusias, cerdas, teguh iman dan
selalu sedia membela agamanya. Sifat-sifat tersebut yang tertanam mantap pada dirinya, tidak
tersembunyi bagi orang yang memperhatikannya. (Abbas Mahmoud Al-Akkad, 1978). Dalam
memimpin Umar memiliki rasa tanggung jawab yang tinnggi juga dalam mengambil keputusan
Umar tetap mempertahankan budaya pemimpin sebelumnya yaitu musyawarah, walaupun
Umar sudah di bai’at agar semua orang-orang tunduk padanya. Adapun begitu Umar memiliki
kebijakan-kebijakan yang lain dari pemimpin sebelumnya. Kebijakan nya terbagi dua, yaitu :

a. Kebijakan-kebijakan Politik
1) Pembagian Kekuasaan, Umar bin Khattab telah membagi kekuasaannya secara terpisah.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, Umar mulai memisahkan antara kekuasaan
legislatif (majelis syura), yudikatif (qadha) dan eksekutif (khalifah). Dengan demikian
jauh sebelum lahirnya “Trias Politica”, Umar bin Khattab telah mengatur administrasi
pemerintahannya dengan sempurna.7
2) Sistem Pemerintahan Umar, Salah satu sistem pemerintahan yang sangat penting ialah
pembentukkan Majelis Permusyawaratan yang anggota-anggotanya terdiri dari suku Aus
dan Khazraj yang berfungsi sebagai lembaga Legislatif. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa jauh sebelum lahirnya teori-teori “Trias Politica” Umar bin Khattab
telah lebih dulu mengatur administrasi pemerintahannya melalui pembagian dan
pemisahan kekuasaan yaitu Eksekutif yang Umar bin Khattab pimpin, sedangkan
Yudikatif dilimpahkan kepada hakim dan kekuasaan Legislatif ada pada majelis
permusyawaratan.8
3) Penataan Birokrasi, Masa Khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri,
terpisah dari eksekutif dan legislatif. Ia memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah dari
kekuasaannya, dan untuk itu ia mengangkat Abu ad-Darda‟ yang diberi gelar Qadi
(Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, ia membangun jaringan

6
Ibnu Katsir, “Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah terj. Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa’ur
Rasyidin”. (Jakarta: Dar al-Haq), hlm. 168.
7
Muhammad Iqbal, “Pemikiran Politik Islam; dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer “. (Yogyakarta:
Putaka Pelajar, 2010), hlm. 57.
8
Sirajudin, “Politik Ketatanegaraan Islam”, hlm. 43.
9
pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya, sehingga ia
pantas mendapatkan julukan “Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern”. 9
b. Kebijakan- kebijakan Sosial
1) Pemberlakuan Ijtihad, Umar mengadakan ijtihad dalam bidang fiqih, politik, ekonomi
dan sosial dengan pengaruh yang begitu besar dalam masyarakat Islam dan masyarakat
Arab, baik yang tinggal di Semenanjung atau yang kemudian bermukim di negeri-negeri
yang sudah dibebaskan. Pada masanya, ijtihad ini pulalah yang menyelamatkan
kehidupan sosial dari kemunduran. Dialah yang telah menjaga kehormatan jiwa Islam
dalam hati kaum Muslimin di manapun mereka berada. 10
2) Pemberlakuan Kalender Islam, Khalifah Umar r.a adalah seorang administrator ulung.
Bukti dan kenyataan dari hal tersebut adalah semenjak ia memegang tampuk
kekuasaannya. Pekerjaan pertama yang dilakukan oleh khalifah Umar r.a adalah
menetapkan penanggalan atau kalender Hijriyah. Alasannya, suratsurat administrasi yang
disampaikan padanya oleh para pegawai pemerintahan dan para panglima perangnya,
hanya mencantumkan tanggal dan bulan saja, tanpa tahun. Hal ini disebabkan umat Islam
belum memiliki kalender khusus milik mereka sendiri. 11

Dakwah dan Perkembangan Islam pada Masa Umar bin Khattab

Selain menjadi pemimpin sebuah Negara Umar bin Khattab sebagai khalifah tentu saja
haru meneruskan dakwah islamiyah Nabi Muhamaad SAW untuk menyebarkan kepada umat
Manusi. Dalam berdakwah sendiri, Umar memiliki cara sendiri untuk menyampaikan
dakwahnya, yatiu

a. Dakwah Melalui Penaklukan


Penaklukan wilayah pada masa Umar bin Khattab dimulai dari ibu kota Syiria,
Damaskus, dikuasai pada tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium
kalah dipertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Dengan memakai Syiria sebagai basis, penaklukan diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan
Amr ibn Ash dank e Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah, ibu kota

9
Fita Love, Skripsi: “Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab” (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019),
hlm. 59.
10
Muhammad Husain Haekal, “Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan
Kedaulatannya”. (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2011), hlm. 659.
11
Fita Love, Skripsi: “Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab” (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019),
hlm. 69.
10
Mesir, ditaklukkan 641 M. dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-
Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia. Al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641
M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah
Persia, dan Mesir. Secara administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi: Mekkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir (Badri
Yatim, 1993: 37).
Khalifah Umar memutuskan dua kebijakan pokok pada pemerintahan pasca
penaklukan: bahwa pasukan Islam tidak boleh menghancurkan masyarakat pertanian dan
harus bekerjasama dengan pimpinan dan kalangan bangsawan wilayah taklukan. Dalam
menjalankan dua kebijakan pokok di atas: Umar melakukan dua prinsip. Pertama, Umar
menjadikan pasukan Islam sebagai elite militer yang bertugas menjalankan penaklukan
berikutnya, dan untuk membentengi wilayah-wilayah yang sudah ditaklukkan. Pasukan
Islam tidak terlibat sebagai pekerja atau profesi dari pekerjaan warga taklukan, juga tidak
sebagai pemilik tanah atau sebagai petani. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada tanah-tanah pertanian yang produktif. Kedua, daerah yang sudah
ditundukkan tak boleh warganya diganggu. Ini artinya pasukan Islam tidak boleh
memaksakan penduduk setempat untuk memeluk Islam. 12
Pasukan Islam dalam menaklukkan suatu wilayah, tidak hanya bertujuan
mempertahankan eksistensi Islam sebagai agama, tetapi juga mengakui eksistensi agama-
agama lain, dan memberi hak kepada warga taklukan yang beragama selain Islam untuk
hidup berdampingan dan saling menghormati (M. Quraish Shihab, 2005: 379).
b. Dakwah Melalui Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Agama Islam
Keberhasilan Umar bin Khattab dalam melakukan ekspansi menyebabkan terjadinya
perpindahan orang-orang Jazirah Arab keluar ke wilayah taklukan begitu juga sebaliknya,
daerah taklukan melakukan perjalanan ke wilayah jazirah Arab, khususnya bagi mereka
yang masuk ke dalam Islam dan mempelajari Islam di Madinah, tempat berkumpulnya para
sahabat Nabi. Hal ini yang mendorong Umar untuk membuat tata bahasa Arab agar
terhindar dari kesalahan dalam membaca dan memahami Al-Quran dan hadis. Ali bin Abi

12
Patmawati, “Dakwah Pada Masa Umar bin Kahttab”. (Al-Hikmah: Jurnal Dawah., Volume. 10, No. 1, 2016),
hlm. 21.
11
Thalib adalah pembangun pertama dasar-dasar ilmu nahwu yang selanjutnya
disempurnakan oleh Abu Al-Aswad Al-Du’aly (H. Sulasman, 2013: 94).
Terjadinya perpindahan agama dari non Islam menjadi Islam, sebagian dari mereka
ada yang kesulitan memahami maksud dan tujuan dari banyak ayat al-Quran bila tidak
dijelaskan dan diterangkan. Terlebih lagi al-Quran hadir dengan tingkatan retorika bahasa
tertinggi dan gaya bahasa retorika yang beragama (Muhammad Husain Mahasnah, 2016:
63). Hal ini membuat Umar bin Khattab menganggap perlu menafsirkan ayat al-Quran agar
terhindar dari kesalahan dalam memahami. Para sahabat yang menekuni penafsiran al-
Quran adalah Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud, Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu
Sa’id al-Khudri, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Hurairah,
Abu Musa Al-Asy’ari, dan yang paling terkenal adalah Abdullah bin Abbas. Dalam
menafsirkan al-Quran, mereka menggunakan metode mengutip apa yang mereka dengar
dari Rasulullah tentang makna ayat-ayat, yaitu dalam bentuk hadis-hadis yang bersanad
(rangkaian orang yang meriwayatkan hadis) (Allamah M.H. Thabathaba’i, 1990: 64).
Mereka kemudian dianggap sebagai mufasir pertama dalam Islam.
Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan di luar Jazirah Arab, dikirim guru-guru yang
terdiri atas para sahabat ahli ilmu, yaitu Abdullah bin Mas’ud dikirim ke Kufah, Abu Musa
al-Asy’ari dan Anas bin Malik dikirim ke Basrah, Muadz dan Abu Darda dikirim ke Syam,
dan Abdullah bin Amr bin Ash dikirim ke Mesir (H. Sulasman, 2013: 95).

Dari Umar bin Khattab menjadi khalifah selama 10 tahun hingga ia meninggal dunia karena
di bunuh oleh Abu Lukluk seorang budak Persia pada Subuh hari rabu 25 Dzulhijjah 23 H/644
M. Perkembangan dunia Islam telah banyak mengalami kemajuan pada masa
kepemimpinannya, diantara lain yang paling penting ialah :

a. Perluasan wilayah selama 10 tahun kekhalifahan Umar bin Khattab berhasil menguasai
daerah Irak, Iran, Siria, Palestina, dan Mesir. Pada masanya Islam berubah menjadi
kekaisaran yang besar, dan kekuatan yang terbesar di dunia. Dengan menghilangkan
perbedaan suku, ras, dan warna kulit. Dilanjutkan dengan penegakkan hukum Islam, serta
pemerintahan yang demokratis dan transparan. Membangun masyarakat militer. Dalam
bahasa Prof. Hitti bahwa kebijakan Umar bin Khattab ialah mengorganisasikan bangsa
Arab kedalam satu agama yang sempurna, untuk semuanya dengan tujuan menjaga
kemurnian, aturan dan aqidah. Khalifah Umar Bin Khattab tidak menetapkan semua hukum
yang belum dimengerti oleh masyarakat, kemudian membentuk lembaga penasehat dalam
pemerintahannya. (Syed Mahmudunnasir, 2005).
12
b. Khalifah Umar dapat dikatakan sebagai pelopor perundang-undangan dalam negara Islam.
Beliau telah membuka lembaran baru dalam Sejarah Islam, membentuk pemerintahan,
menyusun dewan-dewan negara, mengatur peradilan dan administrasi, menyempurnakan
Bayt al Mal, memperlancar komunikasi antar berbagai daerah dengan membuat dewan pos.
Dengan kata lain, beliau meletakkan dasar-dasar dalam setiap perundang-undangan yang
dapat dijadikan sebagai panutan bagi masamasa selanjutnya. 13
c. Umar adalah orang yang pertama mencetuskan ide perlunya dilakukan pengumpulan ayat-
ayat Al-Qur’an. Ketika itu ayat-ayat Al-Qur’an tersebar di berbagai lempengan batu,
pelepah kurma, tulang belulang dan sebagainya. Tempatnya pun berserakan di tangan para
sahabat, tidak terkumpul dalam satu tempat. Pada masa Nabi Muhammad, cukup banyak
sahabat yang menghafal Al-Qur’an seluruhnya, sehingga mengumpulkan tulisan-tulisan
Al-Qur’an belum dirasa perlu.14

C. Islam Pada Masa Usman bin Affan

Setelah Umar bin Khattab wafat, Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga. Nama
lengkap Usman bin Affan adalah Usman bin Affan bin Abi al-‘Ash bin Umayyah bin Abdus
Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu;ay bin Ghalib, Al-
Quraisyiy Al-Umawi Al-Makki Al-Madani, Abu ‘Amr. Nasabnya dari keturunan Umayyah
salah satu pembesar Quraisy. 15 Usman lahir di Thoif pada tahun 576 M, enam tahun setelah
Rasulullah Saw. lahir. Usman merupakan anak dari ‘Affan, seorang saudagar yang kaya raya
dan Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz. 16 Sebagaimana ayahnya, Usman berprofesi sebagai
pedagang, dan ia merupakan salah satu orang terkaya di Mekkah.

Usman bin Affan hidup ditengah orang-orang musyrikin Quraisy yang menyembah
berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan, animisme, dinamisme serta adat istiadat yang
kotor. Beliau menjauhi segala bentuk kotoron jahiliyah seperti berzina, membunuh, ataupun
meminum khamer. Beliau tumbuh dengan akhlak yang mulia dan perangai yang baik. Beliau
sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah

13
Mami Nofiranti, “Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Umar Ibn Khattab”. (Jurnal Ilmiyah Syariah, Volume.
17, No. 2, Juli-Desember 2018), hlm. 273.
14
Mami Nofiranti, “Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Umar Ibn Khattab”. (Jurnal Ilmiyah Syariah, Volume.
17, No. 2, Juli-Desember 2018), hlm. 273-274.
15
Imam as-Suyuthi, Tarikh al Khulafa’. (Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar) h. 171.
16
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan` Dunia Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.
86.
13
menyakiti orang lain. Sebagai seorang saudagar yang kaya, Usman dikenal sebagai pedagang
yang dermawan dan murah hati. Beliau mengeluarkan hartanya untuk pembangunan umat
Islam.

Usman bersahabat dengan Abu Bakar dan masuk Islam setelah berdiskusi serta
mendapatkan masukan dari Abu Bakar. Mayoritas keluarganya menolak keputusan Usman
untuk menjadi seorang Muslim, termasuk istri-istrinya yang pada akhirnya diceraikan Usman.
Usman bin Affan mempunyai pertalian silsilah dengan Rasulullah Saw. yang pada akhirnya
menjadi mertuanya pada generasi kelima dan kemudian diberi julukan Zun-Nur’ain (yang
memiliki dua cahaya) karena telah menikahi dua putri Rasulullah Saw. yakni Ruqayyah dan
setelah Ruqayyah wafat ia menikahi Ummu Kalsum.

Usman masuk Islam pada saat berusia 30 tahun. Pada saat itu Usman berhijrah ke Abessinia
bersama kaum muslimin lainnya atas perintah Rasullullah Saw. yang kemudian termasuk
muhajirin pertama yang berhijrah ke Madinah. 17 Pada masa Rasulullah Saw. masih hidup,
Usman terpilih menjadi salah satu sekretaris sekaligus masuk dalam tim penulis wahyu. Usman
bin Affan senantiasa berperan serta dalam setiap peperangan mempertahankan agama Islam
yang baru berkembang. Usman berkontibusi banyak dalam membela Islam, baik melalui
perjuangannya, hartanya, raga dan nyawanya.

Kepemimpinan Usman bin Affan

Usman bin Affan merupakan khalifah ketiga umat Islam di periode awal Islam. Ia
menggantikan kepemimpinan Umar bin Khattab. Jika Umar ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai
khalifah kedua, maka Usman diangkat sebagai khalifah bukan melalui sistem penunjukkan,
melainkan sistem formatur.18 Ketika diangkat sebagai khalifah usia Usman telah menginjak 70
tahun. Masa pemerintahan Usman bin Affan menjadi yang paling lama dibandingkan dengan
khalifah lainnya, yaitu 12 tahun.

Selama awal pemerintahannya sebagai khalifah, Usman bin Affan menunjukkan berbagai
prestasi yang hebat untuk perkembangan Islam. Usman berhasil membangun sebuah bendungan
besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke seluruh bagian kota.
Pemerintahannya pun dapat membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan, masjid, dan lain

17
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Cet. IX; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), hlm. 40.
18
Hitti, Philip K. History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2005), hlm. 212.
14
sebagainya dengan sangat baik. Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan Usman bin Affan
dalam membangun pemerintahannya :

a. Bidang Politik
1) Politik Dalam Negeri
Lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa Usman bin Affan terbagi menjadi
beberapa bagian, antara lain :
Pembantu (Wazir/Muawwin). Wazir/Muawwin adalah pembantu yang diangkat
oleh khalifah agar membantu tugas-tugas serta tanggung jawab kekhalifahan Islam.
Tugas dari Wazir/Muawwin ini adalah membantu khalifah dalam bidang pemerintahan
(Muawwin Tanfidz) dan membantu khalifah dalam bidang administrasi (Muawwin
Tafwidz). Wazir/Muawwin pada masa khalifah Usman bin Affan adalah Marwan bin
Hakam. (Murad, 2007: 110-119)
Pemerintahan daerah/gubernur. Usman bin Affan menetapkan kekuasaan para
gubernur sebelumnya yang sudah diangkat oleh Umar bin Khattab. Masa para gubernur
ini diperpanjang selama satu tahun penuh.
Hukum. Pentingnya masa khalifah Usman bin Affan dalam bidang hukum terlihat
dalam dua hal yang mendasar, antara lain : (1) Menjaga teks-teks pada masa Nabi
Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan apa yang ada di dalam teks, mengikuti
dan mentaati teks yang ada. (2) Meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat
pondasi negara Islam yang semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah
beraneka ragam (Syalabi, 2013: 174-176).
Baitul Mal (Keuangan). Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah keuangan.
Bentuk peran Baitul Mal ini mengurusi semua masalah keuangan negara. Tugas Baitul
Mal mulai dari membayar gaji para khalifah, gaji para pemimpin daerah (gubernur), gaji
para tentara, dan gaji para pegawai yang bekerja di pusat pemerintahan. Baitul Mal juga
mengatur semua masalah pajak, dan masalah masalah sarana dan prasarana.
Militer. Usman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan
Islam seperti al-Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash. Kemajuan
pemerintahan Islam pada masa Usman bin Affan selama 12 tahun juga dikarenakan
mampu menjaga kedaulatan di daerah kekuasannya. Kemajuan militer pada waktu itu
membawa pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Usman bin Affan mencapai
puncak kejayaan.

15
Majelis Syuro. Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin
dalam menyampaikan pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Orang non-muslim
juga diperbolehkan menjadi anggota majelis syuro untuk menyampaikan pengaduan
tentang kedzaliman para penguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam.
2) Politik Luar Negeri
Usman bin Affan melaksanakan politik ekspansi untuk menaklukkan daerah-daerah
seperti; Azerbaijan, Ar-Ray, Alexandria, Tunisia, Tabaristan, dan Cyprus adalah wilayah
yang sangat kaya akan sumber daya alam dan hasil bumi yang sangat melimpah. Wilayah
yang ditaklukkan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan bukan hanya ke tujuh
wilayah tersebut. Masih ada wilayah-wilayah yang menjadi taklukkan Islam diantaranya;
Armenia, Tripoli, An-Nubah, Kufah, Fars, dan Kerman. Pada masa pemerintahan
khalifah Usman bin Affan wilayah takklukan Islam semakin bertambah luas dan semakin
bertambah banyak.
b. Bidang Ekonomi

Pada masa Usman bin Affan dalam bidang ekonomi sangat berkembang maju dan pesat.
Usman bin Affan menggunakan prinsip-prinsip politik ekonomi yang dijalankan dalam
pemerintahannya, prinsip-prinsip tersebut; (1) menerapkan politik ekonomi secara Islam. (2)
tidak berbuat dzolim terhadap rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak. (3) menetapkan
kewajiban harta atas kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal. (4) memberikan hak-
hak kaum muslimin dari Baitul Mal. (5) menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir
dzamimi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan memberikan hak-hak mereka serta tidak
mendzolimi mereka. (6) mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam harta benda yang
dapat menghilangkan kesempurnaan nikmat umat secara umum.

c. Bidang Sosial

Usman bin Affan telah memberi kebebasan kepada umatnya untuk keluar daerah. Kaum
muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah daripada di masa Umar bin Khattab yang
dirasakan terlalu keras dan ketat dalam pemerintahannya (Amin, 2010: 105-107).

d. Bidang Agama
1) Mengerjakan shalat
Pada tahun 29 H/650 M Usman bin Affan mengerjakan shalat empat rakaat di Mina secara
berjamaah. Shalat yang dilaksanakan oleh Usman bin Affan ini membawa kebinggungan
terhadap para sahabatnya, ketika semua orang mengerjakan shalat berjamaah sebanyak
16
dua rakaat, maka Usman bin Affan mengerjakan shalat sebanyak empat rakaat. Kebijakan
ini merupakan bentuk kasih sayangnya terhadap umat Islam.
2) Ibadah Haji
Usman adalah salah satu orang yang mengerti tetang hukum-hukum ibadah Haji. Usman
bin Affan juga melarang umatnya untuk beribadah haji jika tidak sesuai hukum-hukum
Haji.
3) Renovasi Masjid
Beberapa Masjid yang direnovasi pada masa Usman bin Affan yaitu Majidil Haram,
Masjid Nabawi, dan Masjid Quba.
4) Pembukuan Al-qur’an
Penyusunan kitab suci Al-qur’an adalah suatu hasil dari pemerintahan khalifah Usman
bin Affan. Pada masa ini Al-Qur’an dibukukan secara tertib yang disebut Mushaf Usmani.
Tujuan penyusunan kitab suci Al-qur’an ini untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan
serius dalam bacaan Al-qur’an. Usman bin Affan menginginkan saling bersatunya umat
Islam dalam satu bacaan.
5) Penyebaran Agama Islam
Penyebaran agama Islam pada masa Usman salah satunya dilakukan dengan cara
ekspedisi-ekpedisi ke wilayah yang menjadi jajahan Islam. Ekspedisi yang dilakukan
bukan hanya untuk menaklukan daerah saja, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam.

Sistem Dakwah Usman bin Affan

1) Berdakwah dengan melaksanakan tugas kekhalifahan yang diamanahkan secara


maksimal.
2) Meneruskan dakwah para khalifah pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu Bakar Ash-
Siddiq, dan Umar bin Khattab.
3) Berdakwah dalam bingkai Al-Qur’an dan sunnah.
4) Mengikuti tradisi yang sudah ada.
5) Tidak mendahulukan hukuman dalam mendidik rakyat.
6) Mengajak rakyat untuk hidup zuhud.

Pada akhir masa kekhalifahan Usman bin Affan terdapat beberapa persoalan yang terjadi
dalam pemerintahannya. Usman lebih mengutamakan tokoh dari keluarganya untuk menjadi
pejabat publik, dan sangat selektif dalam memilih pejabat yang bukan berasal dari pihak
keluarganya, hal ini yang menjadi dasar kekecewaan para rakyat dan menimbulkan tuduhan

17
nepotisme. Faktor usia membuat Usman yang ingin menjaga stabilitas politik dunia Islam
dengan mengangkat para saudaranya, ternyata hanya dimanfaatkan oleh keluarganya dan tidak
bisa berbuat apa-apa menghadapi ambisi para keluarganya. Usman hanya menjadi simbol
pemerintahan saja. Kemudian, ia juga mengizinkan para sahabat senior untuk meninggalkan
Madinah sehingga kontrol terhadap kekuasaan Usman menjadi tidak ada.

Banyak pihak yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Usman bin Affan, sehingga
beberapa daerah menjadi oposisi Usman. Kebijakan yang diambil Usman membuat para
sahabat tidak puas, di antaranya Ali, Talhah dan Zubayr. Para pendukung Ali dari Kuffah dan
Mesir mengajukan protes, dan mengirim pasukan untuk memberontak terhadap khalifah.
Rumah khalifah Usman dikepung oleh para pemberontak yang merupakan sesama kaum
muslim dan mengakibatkan terbunuhnya Usman bin Affan. 19 Tragedi pembunuhan terhadap
khalifah Usman bin Affan merupakan sebab terjadinya banyak fitnah dan memecah belah umat
Islam. Tragedi tersebut merupakan awal munculnya fitnah ditengah umat Islam, hingga nampak
kedustaan dimana-mana, bermula dari penyimpangan Islam baik dalam aqidah maupun
syariat.20

D. Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib lahir di Mekkah sekitar 13 Rajab 23 tahun sebelum peristiwa hijrah ke
Madinah atau 599 Masehi. Sepuluh tahun sebelum Rasulullah diutus sebagai nabi. Ayahnya,
Abdul Manaf adalah paman Rasulullah, yang dikenal sebagai Abu Thalib, pemimpin Bani
Hasyim, klan suku Quraish. Ketika Ali lahir, Rasulullah sendiri menjadi pelindungnya, karena
keadaan ekonomi ayahnya sangat lemah. Karena itu, sejak awal Ali bersama dengan Rasulullah.

Rasulullah berusia delapan tahun ketika kakek beliau, Abdul Mutalib wafat. Abu Thalib,
meskipun miskin, dengan penuh tanggung jawab menerima Rasulullah dan merawatnya sebagai
putranya sendiri. Ibunda Sayyidina Ali, Fatimah binti Asad, merawat Rasulullah seperti
putranya sendiri. Fatimah masuk Islam dan ikut hijrah ke Madinah. Ketika dia wafat, Rasulullah
bersabda bahwa setelah Abu Thalib, beliau sangat berterima kasih kepada Fatimah binti Asad.
Ali bin Abi Thalib termasuk dalam sahabat Nabi yang beriman diawal dakwah Rasulullah.

19
Hitti, Philip K. History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2005), hlm. 220.
20
Muhammad Amahzun. Tahqiq Mawaqifish shahabah fil fitnah (Dar as – Salam, 2010 M), hlm. 483.
18
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib

Setelah Usman wafat, keadaan semakin kacau. Kaum muslimin mendesak agar Ali dibaiat
sebagai khalifah. Dalam suasana kacau, Ali pun dibaiat. Peristiwa itu berlangsung pada 25
Zulhijah 35 H di Masjid Madinah. Ali diwarisi berbagai pergolakan. Masa pemerintahannya
penuh dengan cobaan. Pada masa kepemimpinan atau pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib menerapkan sebuah sistem pemerintahan yang berbeda dari sistem pemerintahan
sebelumnya.

Dimana sistem yang dibuat adalah sistem yang merangkul para kaum lemah. Tidak ada
keterpihakan terhadap kaum apapun, semua kaum dirangkul dan menjadi satu. Kaum lemah
pun demikian, diberi perlindungan dan tidak ada penindasan. Berikut adalah tipe kepemimpinan
Ali bin Abi Thalib :

a. Tipe Demokratis
Pada masa ini mulai berkembangnya paham demokrasi. Paham demokrasi ini merupakan
paham yang dikembangkan dan dianut oleh kaum Khawarij. Menurut mereka khalifah atau
imam harus dipilih secara bebas oleh umat Islam. Ali Bin Abi Thalib menerima
kekhalifahan dan mau dibaiat Tetapi baiat harus dilakukan di Masjid dan di depan
masyarakat banyak secara tidak tersembunyi, serta atas kerelaan kaum muslimin. Baiat
berlangsung di Mesjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan Anshar dan tidak ada
penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh belas sampai dua puluh orang.
b. Tipe Karismatik.
Sifat Ali di hari pertama kekuasaannya selalu memperhatikan dan mencermati keadaaan
rakyatnya. Berusaha meneliti apa-apa yang mengusik, menyakiti, dan menyulitkan hidup
mereka. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Ali Bin Abi Thalib membuat saluran air
untuk mengairi lembah-lembah dan membuat sejumlah tempat pemandian umum di jalan-
jalan yang dilintasi kaum muslim. Beliau juga sering berjalan-jalan di pasar seraya
memperingatkan para pedagang agar tidak melakukan pekerjaan mereka tanpa mengetahui
fikih muamalah.
c. Tipe Milliteristik
Dalam bidang pemerintahan ini, Ali berusaha mengembalikan kebijaksanaan khalifah
Umar bin Khattab pada tiap kesempatan yang memungkinkan. Ia melakukan beberapa hal,
yaitu :

19
1. Membenahi dan menyusun arsip negara dengan tujuan untuk mengamankan dan
menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah.
2. Membentuk kantor hajib (perbendaharaan).
3. Mendirikan kantor shahib al-Shurta (pasukan pengawal).
4. Mendirikan lembaga qadhi al-Mudhalim, suatu unsur pengadilan yang
kedudukannya lebih tinggi dari qadhi (memutuskan hukum) atau muhtasib
(mengawasi hukum). Lembaga ini bertugas untuk menyelesaikan perkara-perkara
yang tidak dapat diputuskan oleh qadhi atau penyelesaian perkara banding.
5. Mengorganisir polisi sekaligus menetapkan tugas-tugas mereka.

Mengenai bidang kemiliteran, kaum muslimin pada masa khalifah Ali telah berhasil
meluaskan wilayah kekuasaan Islam. Misalnya setelah pemberontakan di Kabul dan Sistan
ditumpas, orang Arab mengandalkan penyerangan laut atas Konkan (pantai Bombay).
Negarawan yang juga ahli perang ini mendirikan pemukiman-pemukiman militer di pebatasan
Syiria. Sambil memperkuat daerah perbatasan negaranya, ia juga membangun benteng-benteng
yang tangguh di Utara perbatasan Parsi.

Dakwah dan Perkembangan Islam pada Masa Ali bin Abi Tholib

Da’i adalah subjek dalam kegiatan dakwah. Da’i memiliki peranan yang dominan dalam
menentukan keberhasilan dakwah. Maka seorang da’i harus benar-benar memiliki kemampuan
yang baik dalam bidang dakwah islam. Tak bisa dipungkiri bahwa Ali memiliki semua itu.
Beliau juga seorang alim dan sastrawan. Bahasa beliau sangat tinggi, bahkan beliau terkenal
sebagai yang meletakkan prinsip-prinsip gramatika Arab. Sebagai orang alim maka beliau
diangkat oleh para khalifah sebelumnya sebagai penasihat. Ia termasuk orang yang selalu
berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan
dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia selalu meletakkan
perkara pada tempatnya yang tepat.

Dalam soal fiqih dan hukum, tiada orang yang lebih masyhur selain Ali ra. Dialah orang
yang paling pintar dalam fiqih dan syariat di zamannya. Tiada orang yang lebih mengerti
daripada Ali. Tiada yang lebih mampu mengeluarlan faham dari hokum-hukum al-Quran dan
al-Hadist, serta masalah kemasyarakatan lain selain Ali. Umar bin Khattab pun mengagumi
kepandaian Ali ra dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit. Tiada masalah yang sulit
bagi Abu Hasan. Setiap permasalahan yang membutuhkan ijtihad, pendapat, dan qiyas yang
benar selalu dikembalikan dan dicari tafsirnya dalam syari’at. Salah satu bentuk reformasi
20
pemerintahan Ali adalah dengan meningkatkan keintelektualitasan kaum Muslimin. Sehingga
muncul nama-nama terkemuka seperti Abul Aswad ad-Duali, Abdurahman Salmi, Kumail bin
Ziyad, Umar ibn Salmi, Abdullah ibn Samit, Abdullah ibn Abbas, yang sepeninggal Ali masing-
masing merupakan sentral dari orbit aktifitas intelektual. 21

Seorang da’I atau juru dakwha dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia
tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih media atau sarana yang
tepat merupakan salah satu unsure keberhasilan dakwah. Begitu pula yang dilakukan Ali, ia
adalah salah seorang dalam sejarah Islam yang menggunakan berbagai media dalam bentuk
tulisan, untuk menulis berbagai karangan seperti; Penghimpun al-Quran, Mushaf Fatimah, As-
Shahifah, Jamiah, Shahifah al-Faraidh. Metode dakwah merupakan cara-cara yang dipakai
seorang da’I dalam menyampaikan dakwahnya. Ali memiliki cara berbeda dalam penyampaian
dan pengembangan dakwahnya. Saat beliau menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik
dipasar-pasar untuk melakukan pengawasan tanpa disertai pembantu atau pengawal. Disitu
beliau memebrikan petunjuk-petujnjuk, membantu yang lemah, berbincangbincang dengan
para pedagang, serta memerintahlkan kepada mereka agar berlaku tawadhu’, bergaul dengan
baik, dan membacakan untuk mereka ayat Allah. Ali selalu berada di tengah-tengah orang
banyak guna mengetahui segala kebutuhan mereka, beliau mengikuti roda ekonomi, mangamati
timbangan dan tkaran, serta barang0-barang yang tidak laku di pasar-pasar, srbagaimana yang
telah kami kemukakan di muka. Ali secara ketat mengawasi para gubernurnya diberbagai
propinsi, para komandan pasukan dan para bendaharawan, serta memerintahkan kepada mereka
agar bersikap lembut dan tawadhu’ dalam bergaul dengan orang banyak. 22

Ali selalu menampakkan kebiasaan sosialieme dalam islam, baik secara kejiwaan atau
tindakan nyata. Sebenarnya sosialisme ini telah tersebar luas secara merata pada Zaman
khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman, Sayidina Ali yang didorong oleh ruh Islamnya,
kezuhudan dan kewara’annya itu kembali mempergunakan sosialisme ini, walaupun tidak
menyerupai sosialisme modern seperti sekarang ini23. Sebelum berperang, Ali selalu mengajak
musuhnya untuk mengikuti alan Allah, Rasul-Nya dan Islam. Setelah ajakan itu ditolak, maka

21
Moh. Shoboroenur Rasyid, Sebuah Prisma Seribu Cahaya, (Jakarta: Humaniora Utama, 2000), hlm. 77.
22
Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 2000), hlm. 123.
23
Abdul Halim Uweis & Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yang dideskriditkan, (Jakarta: Yayasan
Alumni Timur Tengah Indonesia, 1997), hlm. 101.
21
barulah Ali mengajaknya berprang tanding, dan ia dapat membunuhnya. Kebijakan inilah yang
merupakan salah satu sebab mengapa umat islam selalu menang.24

Beliau sangat mudah bergaul, sebagai bukti gampangnya beliau bergaul dengan
masyarakat, adalah sambutannya terhadap orang-orang secara langsung menemui beliau.
Beliau menyambut mereka dengan penghormatan yang spontan, senyyum hangat, dan wajah
berseri, untuk membuang jauh-jauh segala formalitas yang memisahkan seorang pemimpin dari
rakyatnya, dan menyingkirkan segala gelar yang selama ini dipakai oleh para pembesar dan
pemimpin Negara dalam pergaulan mereka dengan orang banyak. 25

Ali jarang mengeluarkan kata-kata keras yang menunjukkan kemarahan. Jarang pula kaum
ahli pedang mendengar kemarahan dari mulut dan lidahnya. Biasanya kalaupun ada seringkali
sudah tak tahan memendamnya. Sebagai pahlawan, wajar apabila gejolak marah itu tersalur
melalui perbuatan, lontaran panahnya, ayunan pedang atau dalam geraknya. Ali juga sangat
baik hati kepada penduduk Non Muslim. Ia memerintahkan para pejabatnya agar
memperlakukan mereka dengna baik dan memberi perhatian yang khusus terhadap
kebutuhannya. 26

Meskipun banyak pergolakan pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, banyak hal yang
dilakukan dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang sosial, politik,
militer, dan ilmu pengetahuan. Situasi umat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin
Abi Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Umat Islam pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas
yang harus diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya.
Selain itu, kehidapan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak
terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan. Namun pada masa
pemerintahan pada masa Khalifah Usman bin Affan keadaan mulai berubah. Perjuangan pun
sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi.Oleh karena itu, beban yang harus
dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat.Usaha-usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib
dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipunia dapat tantangan yang

24
Said bin Ali bin Wahif al-Qahthani, Dakwah Islam dan Dakwah Bijak, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press,
1994), hlm. 180.
25
Ahsin Muhammad dan Afif Muhammad, Para Pemuka ahlu Bayt Nabi, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2004), hlm.
66.
26
Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Ali bin Abi Thalib, (Bogor: CV. Pustaka Mantiq, 1994), hlm. 38.
22
sangat luar biasa. Semua itu bertujauan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera.
Usaha-usaha yang dilakuakan semasa kepemimpinannya adalah sebagai berikut:

1. Mengganti Para Gubernur yang Diangkat Khalifah Usman bin Affan, Semua
Gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman bin Affan terpaksa diganti, karena banyak
masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan Khalifah Ali bin Abi Thalib para
gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap
pemerintahan Khlalifah Usman bin Affan. Mereka melakukan hal itu karena Khalifah
Usman pada paruh kedua masa kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol
terhadap para penguasa yang berada dibawah kepemimpinannya. Hal itu disebabkan
karena usianya yang sudah lanjut usia, selain para Gubernur sudah tidak banyak lagi yang
memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan mengembangkan Islam.
2. Menarik Kembali Tanah Milik Negara, Pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin
Affan banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas dan kemudahan dalam berbagai
bidang hingga banyak diantara mereka yang kemudian merongrong pemerintahan Khalifah
Usman bin Affan dan harta kekayaan Negara. Oleh karena itu, Ali bin ABi Thalib menjadi
Khalifah, ia memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan persoalan
tersebut. Ia berusah menarik kembali semua tanah pemberian Usman bin Affan kepada
keluarganya untuk dijadikan milik Negara.
3. Dalam Bidang Politik Militer, Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki banyak kelebihan,
kecerdasan, ketelitian ketegasan, keberanian dan sebagainya. Karena ketika ia terpilih
sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu masih membara di dalam dirinya. Banyak usaha
yang dilakukannyatermasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan
Negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang.
4. Dalam Bidang Ilmu Bahasa, Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, wilayah
kekuasaan Islam telah melampaui sungai Eufrat, Tigris dan Amu Dariyah, bahkan sampai
Indus, akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan
berasal dari kalangan masyarakat Arab memluk Islam, banyak ditemukan kesalahan dalam
membaca teks al-Qur’an atau hadis sebagai sumber hokum Islam, Khalifah Ali bin Abi
Thalib menganggap bahwa kesalahan ini sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang akan
mempelajari ajaran Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Oleh karena itu,
Khalifah memerintahkan Abu Al-Aswadal-Duali mengarang pokok-pokok ilmu Nahwu
Qawaid Nabahab).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disampaikan dapat kami simpulkan bahwa terdapat empat
khalifah dalam masa khulafaur rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Islam pada masa khulafaur rasyidin mempunyai cara
kepemimpinan dan berdakwah yang berbeda-beda. Setiap khalifah mempunyai kebijakan
masing-masing dalam pemerintahannya. Dalam kepemimpinan para khalifah ini tentu saja
terdapat persoalan-persoalan yang dihadapi para khalifah setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW.

Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama yang memimpin dalam masa
khulafaur rasyidin. Beliau merupakan orang terkemuka Quraisy pertama yang menerima ajaran
Rasulullah. Sebagai orang yang disegani dikalangan bangsawan Arab, keislaman Abu Bakar
membuat banyak orang tertarik masuk Islam. Kontribusi yang diberikan Abu Bakar sangat
banyak dalam membela ajaran Islam, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk
perjuangan dan kejayaan demi kebenaran ajaran Islam.

Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua yang ditunjuk oleh Abu Bakar. Umar adalah
orang yang adil, penyayang, antusias, cerdas, teguh iman dan selalu bersedia membela
agamanya. Dalam memimpin Umar memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi serta tegas,
beliau juga tetap mempertahankan budaya pemimpin sebelumnya dalam mengambil keputusan.
Perkembangan Islam telah banyak mengalami kemajuan pada masa kepemimpinannya.

Khalifah ketiga yaitu Usman bin Affan, seorang saudagar kaya yang dikenal dermawan
dan murah hati. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun,
pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Selama masa pemerintahannya, Usman
menunjukkan berbagai prestasi yang hebat dalam perkembangan Islam. Usman berhasil
membangun infrastruktur dan mensejahterakan rakyatnya. Pada masa ini Al-Qur’an mulai
dibukukan secara tertib yang disebut Mushaf Utsmani.

Kemudian khilafah terakhir yaitu Ali bin Abi Thalib, seorang alim dan juga sastrawan. Ali
dibai’at dalam keadaan yang penuh dengan kekacauan akibat dari terbunuhnya Usman. Dalam
keadaan yang penuh dengan cobaan Ali tetap menjalankan kepemimpinannya dengan sebaik

24
mungkin. Sistem pemerintahan Ali sedikit berbeda dari pemerintahan yang sebelumnya. Ali
mencoba meredakan keadaan dan merangkul semua kaum agar dapat menjadi satu kembali.
Dalam kepemimpinannya, Ali menggunakan demokrasi dan selalu berusaha untuk
mensejahterakan rakyatnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Ali bin Abi Thalib, (Bogor: CV. Pustaka Mantiq,
1994).

Abdul Halim Uweis & Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yang
dideskriditkan, (Jakarta: Yayasan Alumni Timur Tengah Indonesia, 1997).
Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Penerbit Mizan Anggota
IKAPI, 2000).
Ahsin Muhammad dan Afif Muhammad, Para Pemuka Ahlu Bayt Nabi, (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 2004).

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan` Dunia Islam (Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2004).

Drs. Amir Abiyan dkk, Sejarah Kebudayaan Islam. (Jakarta: Departemen Agama RI,
1990).
Dr. Badri Yatim. M. A.. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004).

Fita Love, Skripsi: “Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab”
(Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019).
Hitti, Philip K. History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi. (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005).

Ibnu Katsir, “Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah terj. Al Bidayah Wan
Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin”. (Jakarta: Dar al-Haq).
Imam as-Suyuthi, Tarikh al Khulafa’. (Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar).

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Cet. IX; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009).
Mami Nofiranti, “Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Umar Ibn Khattab”. (Jurnal
Ilmiyah Syariah, Volume. 17, No. 2, Juli-Desember 2018).
Moh. Shoboroenur Rasyid, Sebuah Prisma Seribu Cahaya, (Jakarta: Humaniora Utama,
2000).

Muhammad Amahzun. Tahqiq Mawaqifish shahabah fil fitnah (Dar as – Salam, 2010 M).
Muhammad Husain Haekal, “Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang
Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya”. (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2011).

Muhammad Iqbal, “Pemikiran Politik Islam; dari Masa Klasik Hingga Indonesia
Kontemporer “. (Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2010).

26
Patmawati, “Dakwah Pada Masa Umar bin Kahttab”. (Al-Hikmah: Jurnal Dawah.,
Volume. 10, No. 1, 2016).

Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990).
Prof. Dr. H. Chatibul Umam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, (Kudus: Menara Kudus,
2003).
Said bin Ali bin Wahif al-Qahthani, Dakwah Islam dan Dakwah Bijak, (Jakarta: Penerbit
Gema Insani Press, 1994).

27

Anda mungkin juga menyukai