Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Dakwah Periode Khulafaur Rasyidin : Abu Bakar As-Siddiq dan


Umar bin Khattab

Dosen Pengampu
Siti Bahiroh, Dr. Dra. M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 9

1. Archaiva Raihanah Azzahra – 20200710085


2. Ainur Rizki Pratama – 20200710109
3. Hana Firdaus Kusuma – 20200710102
4. Mochammad Faiz Muqsith Hammami – 20200710072
5. Nabilah Nur Azizah – 20200710111
6. Wafiqra Nur Khamidah – 20200710119
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
yang bertemakan Dakwah Khulafaur Rasyidin dan berfokus pada dakwah Abu Bakar
Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam yang mana berkat kehadiratnya kita mampu
terhindar dari berbagai macam kesesatan yang mampu menjauhkan diri kita dari sang
Khaliq dan semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang akan
mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti Aamiin Allahumma Aamiin.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Bahiroh, Dr. Dra. M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Sejarah Dakwah Klasik yang telah memberikan tugas
penulisan makalah ini sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang
sesuai dengan bidang yang sedang kami tekuni.

Tugas penulisan yang kami buat ini adalah sebagai ringkasan mengenai perjalanan
dakwah Khulafaur Rasyidin khususnya Abu Bakar As-Siddiq dan Umar bin Khattab.
Merupakan suatu harapan apabila makalah ini mampu meningkatkan iman, taqwa, serta
wawasan bagi para pembaca dan khususnya untuk penulis. Selain itu, masih terdapat
banyak sekali kekurangan dalam penyusanan makalah ini. Oleh karena itu, saran serta
kritik yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakan
penuyusunan makalah ini. Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 7 Maret 2021

Kelompok 9 Sejarah Dakwah Klasik

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

I.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1


I.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
I.3 Tujuan Pembahasan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

II.1 Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.............................3


a. Abu Bakar Ash-Shiddiq.............................................................................3
b. Umar bin Khattab.......................................................................................4
II.2 Strategi dan Metode Dakwah........................................................................5
a. Strategi Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq.................................................5
b. Metode Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq.................................................7
c. Strategi Dakwah Umar bin Khattab...........................................................7
d. Metode Dakwah Umar bin Khattab...........................................................8
II.3 Tantangan Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab...........8
a. Tantangan Dakwah yang dihadapi Abu Bakar Ash-Shiddiq.....................8
b. Tantangan Dakwah yang dihadapi Umar bin Khattab.............................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

III.1 Kesimpulan....................................................................................................14
III.2 Saran...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Khulafaur Rasyidin adalah sebuah kata Khulafa’ atau Ar-Rasyidin yang artinya
“pengganti” karena kata Ar-Rasyidin merupakan para pengganti yang telah
mendapatkan petunjuk. Kelompok Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin yang telah
memiliki tugas-tugas dari Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan kepala negara pada
pemerintahan umat Islam. Khalifah Ar-Rasyidin terdapat empat orang khalifah dengan
kepemimpinan para pendiri pertama agama Islam yang sangat dipercaya umat Islam
untuk penerus setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Diantara keempat khalifah
tersebut adalah Umar bin Khattab, Abu Bakar Ash-Shidiq, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib. Dalam hal ini kami akan membahas dakwah pada masa periode Abu Bakar
Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.

Abu Bakar as-Siddiq Ra merupakan salah satu yang memiliki nama asli yaitu
sebagai Abdul Ka’bah dan menggantinya dengan Abdullah sehingga dapat melahirkan
tokoh-tokoh yang sangat terhormat pada masa ke Nabian pada masa Rasulullah SAW.
Sejak kecil Abu Bakar as-Siddiq telah terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut dan
jujur serta orang yang paling sabar diantara sahabat-sahabat Rasulullah Salallahu Alaihi
Wasallam dan telah terkenal dengan julukan “Ash-Shidiq. Abu Bakar juga telah
diangkat menjadi salah satu khalifah hasil dari musyawarah dengan kaum Anshar dan
kaum Muhajirin sehingga pada masa kepemimpinannya Abu Bakar telah mencapai
kesuksesan yang sangat luar biasa.

Umar bin Khattab berasal dari suku Quraisy, ia terkenal dengan wataknya yang
sangat keras dan memiliki tubuh yang tegap. Umar bin Khattab merupakan orang
terpandang yang sangat mulia dan Umar dilahirkan di negara arab sebelum kelahiran
Nabi muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Umar menjadi salah satu sahabat terdekat
Rasulullah dan beliau dijadikan sebagai pemecah masalah pada masa itu. Umar bin
Khatthab salah satu orang yang menjadi penerusnya muhammad Salallahu Alaihi
Wasallam. Kekhalifahan pada masanya sangat menjamin stabilitas untuk mencegah
terjadinya perselisihan pada kalangan umatnya.

1
I.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin?


2. Bagaimana biografi dari Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab?
3. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq dan
Umar bin Khattab?
4. Bagaimana metode dakwah pada periode Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan
Umar bin Khattab?
5. Tantangan dakwah apa saja yang dialami pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq
dan Umar bin Khattab?

I.3 Tujuan Pembahasan

Tentunya tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dakwah periode khulafaur rasyidin


pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.
2. Untuk mengetahui biografi khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin
Khattab.
3. Untuk mengetahui strategi, metode, dan tantangan pada periode khalifah Abu
Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.
4. Untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Sejarah Dakwah Klasik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Biografi Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab

a. Abu Bakar Ash-Shidiq

Abu Bakar lahir di Mekah pada tahun 573 M dan berasal dari Bani Tamim. Ayah
Abu Bakar bernama Utsman bin Umar, sedangkan ibunya bernama Ummul Khair Salma
bin Sahr. Gelar as-Siddiq diberikan kepada beliau karena sifatnya yang senantiasa
membenarkan segala hal yang datang dari Nabi Muhammad saw. dengan kepercayaan
yang sangat tinggi.

Sejak kecil, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw. Mereka
sering menggembala kambing bersama. Mereka juga sama-sama tumbuh menjadi
pedagang yang ahli. Meskipun terlahir dari keluarga bangsawan, Abu Bakar tetap hidup
sederhana. Beliau tidak mempunyai perilaku seperti kebanyakan pembesar Arab
lainnya.

Sepeninggal Nabi Muhammad saw., Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pertama.
Abu Bakar memimpin umat hanya dalam waktu kurang lebih selama 2 tahun lebih 3
bulan. Abu Bakar merupakan Khulafaurrasyidin yang mempunyai masa jabatan paling
pendek. Di akhir hidupnya beliau menderita sakit keras dan pada tanggal 21 Jumadil
Akhir 13 H, bertepatan dengan 12 Agustus 634 M, beliau meninggal dunia dalam usia
63 tahun.

Berikut ialah perilaku yang dapat kita teladani dari Khalifah Abu Bakar ash-
Shiddiq:
 Penyabar dan suka bermusyawarah
 Berwibawa, rendah hati, dan berjiwa tenang
 Tegas, bijaksana, dan pemberani
 Berjiwa sosial tinggi dan terbuka untuk kritik
 Setia dan cinta kepada Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam

3
 Adil dan dermawan

b. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab lahir di Mekah pada tahun 584 M. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al-Shimh Al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Garis keturunan
Rasulullah saw. dan Umar bertemu pada Ka'ab bin Lu'ai. Umar dikenal sebagai seorang
pemberani. Beliau tak pernah gentar dan pandai berkelahi. Siapa pun musuh yang
berhadapan dengannya pasti akan bertekuk lutut. Orang-orang menjulukinya dengan si
Singa Padang Pasir. Umar juga merupakan orang yang cerdas dan cepat berpikir
sehingga dijuluki Abu Faiz.

Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab merupakan orang yang selalu
memerangi umat Islam. Akan tetapi, setelah masuk Islam, Umar menjadi salah satu
barisan terdepan dalam membela Islam. Umar masuk Islam setelah mendengar adiknya,
Fatimah, sedang membaca Q.S. Tähā (20]: 1-8. Hatinya bergetar karena tersentuh akan
keindahan isi Al-Qur'an. Dengan masuk Islamnya Umar bin Khattab, agama Islam
menjadi semakin kuat.

Umar bin Khattab memegang tampuk pemerintahan selama kurang lebih 10 tahun 6
bulan, mulai tahun 634 M sampai 644 M atau 13 23 H. Beliau wafat pada tahun 23 H
atau 644 M pada tanggal 25 Dzulhijjah setelah ditikam oleh Abu Lu'luah saat
memimpin salat Subuh di Masjid Nabawi.

Berikut adalah keteladanan yang dapat kita ambil dari perjuangan dakwah yang
dilakukan oleh Umar bin Khattab sebagai berikut:

 Sosok yang pemberani dan tegas


 Selalu berperilaku hidup sederhana
 Menyayangi fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan
 Memiliki nasihat dan wasiat yang bermanfaat bagi umat Islam
 Memiliki kecerdasan dalam menentukan politik negara dan cara memajukan agama
Islam

4
II.2 Strategi dan Metode Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab

a. Strategi Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq

1. Memerangi Kaum Murtad


Setelah sukses, Abu Bakar As-Siddiq mendapat beberapa
masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas. Beberapa suku
Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan murtad atau
membangkan pada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa
diantaranya menolak membayar zakat, walaupun tidak menolak
agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memluk
agama dan tradisi lamanya, yakni menyembah berhala. Sukuk-suku
tersebut menyatakan bahwa mereka hanya memiliki perjanjian
dengan nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kematian Nabi
Muhammad SAW menjadi alasan sehingga perjanjian tersebut tidak
berlaku lagi rasa kesukuan dan sifat faternalisistik, yaitu tunduk
secara membabi buta kepada pemimpinnya juga menjadi penyebab
timbulnya gerakan murtad (riddah).

Para kepala suku yang masih lemah imannya mempelopori


gerakan riddah. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq memandang gerakan
itu sangat berbahaya, maka khalifah Abu Bakar As-Siddiq bersikap
tegas. Ketegasannya itu tersirat dalam salah satu ucapannya
yaitu: “jika saja zakat itu seutas tali unta dan mereka tidak mau
menunaikannya, niscaya tetap aku perangi mereka”. Di balik
ketegasannya, kahlifah Abu Bakar As-Siddiq tetap berpesan kepada
panglimanya untuk mengadakan pendekatan sacara persuasif atau
damai. Sebagian kaum murtad ada yang menerima ajakan damai
tersebut dan kembali tunduk kepada hukum Islam. Namun ada juga
yang tidak mau berdamai dan memilih perang.

2. Menyusun Kitab ( Kodifikasi Al-Qur’an )

5
Hasil karya masa khalifah Abu Bakar As Siddiq yang masih
dapat kita rasakan hingga sekarang adalah adanya mushaf Al-
Qur’an. Ketika itu Al-Qur’an tertulis dalam berbagai benda yang
berserakan di berbagai tempat. Usaha itu dilaksanakan atas saran
Umar bin Khattab yang saat itu menjadi penasihat utama khalifah
Abu Bakar As Siddiq.
Pada mulanya khalifah Abu Bakar As Siddiq merasa enggan
melakukan tugas ini karena Nabi Muhammad SAW. tak pernah
mencontohkannya. Akan tetapi, umar bin Khattab mengemukakan
beberapa alasan, salah satunya adalah banyaknya para penghafal Al-
Qur’an yang meninggal dalam perang Yamamah.

Khalifah Abu Bakar As Siddiq bersedia mewujudkan


pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau menunjuk Zaid bin
Tsabit sebagai pemimpin proyek mulia ini. Zaid bin Tsabit adalah
sekretaris Rasulullah SAW, semasa hidupnya. Jika ada wahyu yang
turun, Zaid bin Tsabit menulisnya dengan bimbingan Rasulullah
SAW. wahtu tersebut kemudian dihafalkan oleh para sahabat. Selain
itu, ada juga sahabat yang menyalinnya ke pelepah kurma, bebatuan
atau tulang belulang. Mereka kemudian mengajarkan kepada kaum
Muslimin di daerah lain.

Setelah usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai,


mushaf disimpan khalifah Abu Bakar As Siddiq, mushaf itu yang
menjadi pedoman pembelajaran Al-Qur’an kepada segenap kaum
muslimin saat itu. Setelah khalifah Abu Bakar As Siddiq wafat,
mushaf tersebut disimpan oleh Habsah binti Umar, yakni putri
Umar bin Khattab dan salah seorang istri Rasulullah.

3. Perluasan Wilayah Islam


Setelah situasi sosial politik masyarakat Islam dirasa stabil,
khilafah Abu Bakar As Siddiq, mulai menyebarkan Islam ke
wilayah yang lebih luas lagi. Perluasan wilayah tersebut bukan
berarti penjajahan, sebab khalifah Abu Bakar As Siddiq selalu

6
menekankan kepada para panglimanya untuk mengadakan
pendekatan damai.

Ada 3 (tiga) hal yang menjadi pegangan utama para Da’i atau tentara
Islam saat memasuki daerah baru, antara lain sebagai berikut:
a. Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan
dilindungi.
b. Boleh tidak masuk Islam, tetapi membayar Jizyah (pajak
perlindungan yang sangat ringan), maka jiwa hartanya akan
dilindungi.
c. Jika menentang, mereka akan diperangi.

b. Metode Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq


Metode dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq semasa menjadi
khalifah biliau mengunakan metode bil lisan, melalui metode pidato. metode bit
tadwin ketika memgumpulkan ayat-ayat al-quran. metode bil yad berperang demi
mempertahankan agama Islam. metode bil hal dalam berbagai bidang diantaranya:
bidang keagamaan, pendidikan pertahankan keamanan, lembaga yodikatif elsikutif.
metode uswatun hasanah dengan memberikan contoh tauladan yang baik melal
perbuatan nyata. selaian itu pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq terdiri dari
berbagai macam agama, tidak semuanya memeluk agama Islam. Maka kondisi
seperti itu tidak berbeda dengan kondisi masa sekarang ini. Sehingga dapat
dikatakan metode dakwah yang dilakukan khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq masih
relevan untuk diaplikasikan pada masa sekarang.

c. Strategi Dakwah Umar bin Khattab

1. Pengembangan Wilayah Islam


Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha
pengembangan Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam
perang Yarmuk pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk
menggiatkan lagi usahanya. Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16
H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan. Selanjutnya beberapa kota
di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka

7
(Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M
dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.

Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan


pengembangan wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa
Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di
bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam perkembangan
berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia
tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18 H /
639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.

Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan


Islam ke Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti
(Qopti) sedang mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan
sangat mengaharapkan bantuan dari orang-orang Islam. Setelah berhasil
menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khatab
memberangkatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang menuju
Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma,
Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil
merebut benteng babil dan Iskandariyah.

2. Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia
menjabat khalifah adalah menertibkan pemerintahan dengan
mengeluarkan undang-undang. Diadakan kebijakan peraturan
perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli,
mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.

3. Membagi Wilayah Pemerintahan


Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi
beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin

8
pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur
yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.

4. Membentuk beberapa dewan


Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa
dewan, diantarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan
Militer. Ia juga membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang
terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abu Thalib.

d. Metode Dakwah Umar bin Khattab

Dalam dakwahnya, Khalifah Umar bin Khattab menggunakan metode dakwah


al-Hikmah, dan al-Mau’dzatil hasanah. Hal ini disebabkan karena pada masa itu,
banyak kerajaan yang dipimpin oleh orang musyrik yang tidak mau melakukan
perdebatan karena dianggap hanya membuang waktu saja. Sehingga beliau tidak
menggunakan metode dakwah al-Mujadalah bil lati hiya ahsan. Selain itu pada
masa kekhalifahan Umar, kelompok masyarakatnya terdiri dari berbagai macam
agama, tidak semuanya memeluk Islam. Maka kondisi seperti itu tidak berbeda
dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa
metode dakwah yang digunakan Khalifah Umar bin Khattab masih relevan untuk
diaplikasikan pada masa sekarang.

II.3 Tantangan Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab

a. Tantangan dalam berdakwah yang dihadapi Abu Bakar

1. Banyak Orang Yang Menolak Membayar Zakat


Banyak suku Arab yang menganggap zakat sebagai upeti pada
Nabi Muhammad, bukan sesuatu yang harus dibayarkan berdasar ajaran
agama. Oleh karena itu, sepeninggal Nabi Muhammad mereka menolak
membayar zakat. Suku ini misalnya Bani Ghatafan, Bani Hawazin, dan
Bani Tayy. Namun, Abu Bakar sebagai seorang sahabat setia Nabi
telah membuktikan dirinya menjadi orang yang kuat memegang teguh
pada jalan yang ditunjukkan Nabi. Ketegasan Abu Bakar tercermin
dalam menghadapi orang-orang yang tidak mau bayar zakat ini.

9
Sejumlah anggota suku mengimbau para pemipin Islam di Madinah
agar mereka dibebaskan dari membayar zakat. Keadaan tampaknya
begitu suram, sehingga menghadapi masalah ini orang seperti Umar
pun terpaksa mengalah dan ia mohon kepada Abu Bakar “O, Khalifah
Rasul, bersikap ramahlah kepada orang-orang ini, dan perlakukanlah
mereka dengan lemah lembut”. Khalifah sangat jengkel dengan
pameran kelemahan yang tidak disangka-sangka itu, dan dengan
amarah yang amat sangat ia menjwab: “Anda begitu keras pada zaman
jahiliyah, tapi sekarang, Anda menjadi begitu lemah. Wahyu Allah
telah sempurna dan iman kita telah mencapai kesempurnaan. Sekarang
anda ingin merusakkannya pada saat aku masih hidup. Demi Allah,
walau sehelai benang pun yang akan dikurangi dari zakat, aku akan
berjuang mempertahankannya dengan semua kekuatan yang ada
padaku”. (Jamil Ahmad, 2000).

2. Banyaknya Nabi Palsu Sepeninggal Nabi Muhammad


Sepeninggal Nabi Muhammad, banyak orang yang mengaku
sebagai nabi dan menyatakan diri sebagai pemimpin baru yang tidak
mau tunduk pada Abu Bakar, yaitu para penipu lihai yang muncul di
berbagai bagian Arab setelah wafatnya Rasulullah. Nabi-nabi palsu ini
membuat berbagai suku Arab menjadi murtad. Kelompok ini misalnya
adalah Musailimah Al-Kazzab, Tulaihah bin Khuwailid, Sajah binti Al-
Haris, Aswad Asni, Talha Bani Asad, dan Sajah seorang wanita
Yaman.

Untuk mengatasi para nabi palsu ini, Abu Bakar mengirim


ekspedisi pasukan yang dipimpin oleh panglima pasukan Khalid bin
Walid, dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal dan Amr bin Ash.
Perlawanan Abu Bakar terhadap para nabi palsu ini disebut dengan
“Perang Riddah”. Dinamakan Perang Riddah karena mereka adalah
orang-orang yang mengingkari ajaran Nabi. Sebagian ulama membagi
riddah menjadi empat golongan: riddah dalam kepercayaan, riddah
dalam perkataan, riddah dalam perbuatan, dan riddah karena
meninggalkan (Izzuddin Baliq, 1985).

10
Dalam sejarahnya, khalifah Abu Bakar adalah seorang yang
memegang teguh pendirian dan integritasnya, berwatak baja. Ia selalu
tampil mempertahankan ajaran dasar agama Islam pada saat-saat yang
sangat kritis. Para sejarawan dahulu maupun sekarang banyak
memberikan pujian mengenai watak dan prestasi Abu Bakar. Dialah
salah satu pilar Islam yang kuat, yang sangat membantu dalam
menjadikan agama baru itu sebagai suatu kekuatan di dunia.

b. Tantangan dalam berdakwah yang dihadapi Umar Bin Khattab

Setelah masa kepemimpinan Abu Bakar, beliau menunjuk Umar sebagai


penggantinya, walaupun perbuatan ini belum pernah dilakukan oleh Nabi.
Apabila Abu Bakar membiarkan kursi khilafah (kepemimpinan) kosong ketika
ia meninggal, maka umat Islam diperkirakan akan kembali pada perdebatan
sebagai terjadi di Saqifah Bani Sa’idah. Hal serupa dikemukan juga oleh Jalal
al-Din al-Suyuthi bahwa kekosongan pemimpin akan melahirkan fitnah yang
lebih parah dan lebih dahsyat dibandingkan dengan adanya fitnah dari orang-
orang murtad. Dengan kata lain, Abu Bakar menunjuk Umar sebagai
penggantinya dalam memimpin umat Islam agar umat Islam terhindar dari
perpecahan (Jaih Mubarok, tt., 103). Penunjukan Umar sebagai pengganti Abu
Bakar sangat tepat karena bertepatan dengan pengembangan wilayah dakwah
keluar dari Jazirah Arab melalui penaklukan wilayah. Umar memerintah
selama sepuluh tahun (634-644 M) dan membawa kejayaan pada umat Islam.
Namun, tidak memungkiri untuk adanya tantangan yang dihadapi beliau.

1. Dakwah Umar Melalui Penaklukan

Penaklukan wilayah pada masa Umar bin Khattab dimulai dari


ibu kota Syiria, Damaskus, dikuasai pada tahun 635 M dan setahun
kemudian, setelah tentara Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk,
seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syiria sebagai basis, penaklukan diteruskan ke Mesir di
bawah pimpinan Amr ibn Ash dank e Irak di bawah pimpinan Sa’ad

11
ibn Abi Waqqash. Iskandariah, ibu kota Mesir, ditaklukkan 641 M.
dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-
Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M
dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia. Al-Madain yang
jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai.
Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar
wilayah Persia, dan Mesir. Secara administrasi pemerintahan diatur
menjadi delapan wilayah propinsi: Mekkah, Madinah, Syiria, Jazirah,
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir (Badri Yatim, 1993: 37).

Kehebatan Umar bin Khattab terlihat dalam


mengkonsolidasikan negeri-negeri yang telah ditaklukkannya. Para
orientalis Barat menyatakan bahwa kemenangan Islam pada waktu itu
dikarenakan terjadinya masa kemunduran Kaisar Romawi dan
Chosroes, krisis politik yang berkepanjangan, intrik persekongkolan
dan kontroversi agama, dan ini memudahkan Islam masuk ke wilayah
taklukan sebagai penyelamat yang tidak membeda-bedakan status
sosial sehingga semua kelompok yang masuk wilayah Islam akan aman
(H. Sulasman, 2013: 87 dan Karen Armstrong, 2002:37).

Kemenangan kaum muslimin dalam menaklukkan wilayah juga


disebabkan oleh adanya gelora semangat, keteguhan, ketabahan, dan
keberanian yang ditanamkan oleh pendiri Islam yang suci, Nabi
Muhammad Saw., yang telah menanamkan semangat baru itu. Mereka
merasa berjuang hanya demi Allah dan dipertajam oleh Umar bin
Khattab yang tidak hanya haus kekuasaan dan kemenangan.

2. Dakwah Melalui Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan


Agama Islam

Keberhasilan Umar bin Khattab dalam melakukan ekspansi


menyebabkan terjadinya perpindahan orang-orang Jazirah Arab keluar
ke wilayah taklukan begitu juga sebaliknya, daerah taklukan melakukan

12
perjalanan ke wilayah jazirah Arab, khususnya bagi mereka yang
masuk ke dalam Islam dan mempelajari Islam di Madinah, tempat
berkumpulnya para sahabat Nabi. Hal ini yang mendorong Umar untuk
membuat tata bahasa Arab agar terhindar dari kesalahan dalam
membaca dan memahami Al-Quran serta hadist. Terjadinya
perpindahan agama dari non-Islam menjadi Islam, sebagian dari
mereka ada yang kesulitan memahami maksud dan tujuan dari banyak
ayat al-Quran bila tidak dijelaskan dan diterangkan. Terlebih lagi al-
Quran hadir dengan tingkatan retorika bahasa tertinggi dan gaya bahasa
retorika yang beragama (Muhammad Husain Mahasnah, 2016: 63). Hal
ini membuat Umar bin Khattab menganggap perlu menafsirkan ayat al-
Quran agar terhindar dari kesalahan dalam memahami.

13
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Perjalanan dakwah agama Islam tidak hanya berhenti sampai masa ketika
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam masih hidup saja atau pada masa kenabian,
melainkan perjalan dakwah masih tetap berlangsung dan terus berkembang sampai saat
ini.

Pada hakikatnya, penerusan kepemimpinan agama Islam masih tetap berjalan pasca
wafatnya Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam. Kepemimpinan tersebut diambil
alih oleh keempat sahabat Rasulullah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin
pada masa kekhalifahan. Para Khulafaur Rasyidin ini diangkat menjadi penerus dakwah
Islam sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad untuk memutuskan sesuatu, yaitu dengan
musyawarah dan demokratis.

Setiap kepemimpinan para Khulafaur Rasyidin ini menghasilkan berbagai macam


kebudayaan dan perkembangan dakwah Islam yang lebih luas. Selain itu, metode dan
perjalanan dakwah yang dilakukan oleh masing-masing khalifah pun berbeda-beda.
Namun, tujuan dan latar belakang dari perjalanan dakwah yang Khulafaur Rasyidin ini
lakukan tentunya memiliki persamaan, yaitu untuk melanjutkan serta memperluas
dakwah dan ajaran Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam dan mengarahkan umat
muslim agar selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

III.2 Saran

Sebagai umat Islam tentunya kita harus mengetahui serta memahami sejarah dan
perkembangan agama Islam. Oleh karena itu, kita semua dapat menjadikan peristiwa-

14
peristiwa tersebut sebagai pelajaran dan sarana untuk meningkatkan keimanan serta
ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

DAFTAR PUSTAKA

Patmawati dkk, 2015, “Sejarah Dakwah Pada Masa Abu Bakar”, Jurnal Dakwah, Vol.9, No. 1

Patmawati, 2016, “Dakwah Pada Masa Umar Bin Khattab”, Jurnal Dakwah, Vol. 10, No. 1

http://eprints.walisongo.ac.id/8607/

https://materibelajar.co.id/khulafaur-rasyidin/

https://www.bacaanmadani.com/2019/11/strategi-dakwah-khalifah-umar-bin.html

https://rarancak.blogspot.com/2020/01/strategi-dan-kebijakan-dakwah-abu-bakar.html

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/19432#:~:text=Dalam%20dakwahnya%2C
%20Khalifah%20Umar%20bin,al%2DMau'dzatil%20hasanah.&text=Selain%20itu%20pada%20masa
%20kekhalifahan,kondisi%20masyarakat%20Indonesia%20saat%20ini

15

Anda mungkin juga menyukai