Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, amanat dakwah berpinah kepada
para sahabat. Islam tidak mati dengan matinya Rasulullah karena sebelum
meninggalnya beliau telah meninggalkan kader-kader yang tangguh yang siap
menyungsung ajaran islam. Para sahabat mengerahkan segenap potensi mereka,
baik tenaga, harta bahkan jiwa mereka untuk menyebarkan islam. Upaya para
sahabat dan generasi selanjutnya dalam menyebarkan islam dalam bentuk
perluasan wilayah dalam sejarah islam dikenal dengan istilah Futuhat
Islamiyah.
Khulafaur rasyidin merupakan para pemimpin umat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar Bin
Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, Radiallahu Taala Anhu
Ajmain, dimana sistem yang diterapkan adalah pemerintahan yang Islam karena
berundang-brundang dengan Al-Quran dan As-Sunnah, yang ditunjukan pada
syiar Islam, Nabi SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin yang akan meneruskan dakwah islamnya
setelah beliau wafat, beliau menyerahkan persoalannya tersebut kepada kaum
muslimin sendiri untuk menentukannya.
Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan
Anshar berkumpul di kota Bani Saidah mereka bermusyawarah siapa yang dipilih
untuk dijadikan pemimpin, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang sangat kuat
mereka adalah Khulafaur Rasyidin.

B. Rumusan Masalah
a.

Bagaimana hakikat dakwah?

b. Bagaimanakah Dakwah Pada Masa Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib?
c.

Bagamanakah pendekatan dan metode dakwah para Khulafa Ur Rasyidin?

C. Tujuan Masalah
1.
2.
3.

Mengetahui bagaimana hakikat dakwah.


Mengetahui Dakwah Pada Masa Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib.
Mengetahui pendekatan dan metode dakwah para Khulafa Ur Rasyidin?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Dakwah
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya

untuk

senantiasa

aktif

melakukan

kegiatan

dakwah

yang

dilakukannya, karena itu Al-Quran dalam menyebut kegiatan dakwah dengan


ahsanu qaula. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi
yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama islam, tidak dapat dibayangkan
apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai
faktor terlebih kepada era globalisasi sekarang ini, di mana berbagai informasi
masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi. Umat islam harus
dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan
dengan nilai-nilai islam.
Karena merupakan suatu kebenaran, maka islam harus tersebar luas dan
penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat islam secara
keseluruhan. Sesuai dengan misinya Rahmatan Lil Alamin, islam harus
ditampilkan dengan wajah yang menarik supaya umat lain beranggapan dan
mempunyai pandangan bahwa kehadiran islam bukan sebagai ancaman bagi
eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentrama dalam
kehidupan mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan di
dunia dan akhirat.[1]
Implikasi dari pernyataan islam sebagai agama dakwah menurut umatnya
agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang
tidak pernah usai selama kehidupan dunia asih berlangsung dan akan terus
melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.
Dakwah islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim di
mana saja ia berada, sebagai mana termaktub dalam Al-Quran Assunah
Rasulullah SAW., kewajiban dakwah menyerukan dan menyampaikan agama
islam kepada masyarakat.
B. Dakwah pada Masa Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib
1 M Munir dkk, M.A, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, 2009, hal.5

1. Umar bin l-Khattab


Nama asli Khalifah Umar bin Al Khaththab adalah kuniyah Abu
Hafsh.Kuniyah Abu Hafsh ini didapatkan beliau dari Nabi SAW karena Nabi
melihat sifat tegas yang dimilikinya. Abu Hafsh adalah julukan bagi singa. Beliau
adalah orang pertama yang dijuluki sebagai Amirul Mukminin secara luas oleh
umat. , Kekhalifahan Umar bin Al Khaththab berlangsung selama 10 tahun, 6
bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil Akhir 13 hijriyah hingga 26
Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah. 2
a. Kebijakan dan Strategi Umar bin Khattab

Pengembangan Wilayah Islam


Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha pengembangan Wilayah

Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu
Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam
pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar,
Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18
H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.
Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan pengembangan wilayah
Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam
yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas.
Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota,
seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18
H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir.
Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami
penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari
orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah
Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang
2 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas, Surbaya, 1986, hlm. 17

menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis,
tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil
dan Iskandariyah.

Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah

adalah menertibkan

pemerintahan

dengan

mengeluarkan

undang-undang.

Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran


dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.

Membagi Wilayah Pemerintahan


Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah

pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah


bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang
oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.

Membentuk beberapa dewan


Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa

dewan, diantarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga


membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu
adalah Ali bin Abu Thalib.
b. Langkah-langkah Dakwah yang di lakukan Umar Bin
Khattab
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan Umar ibn Alkhattab.
a)
b)
c)
d)

Pembenahan manajemen dan admimistrasi kepemerintahan


Pembenahan dan pembentukan pranata hukum dan sistem pengadilan
Penetapan sistem kalender hijriah
Memperkokoh majelis syura dan sistem konstitusi negara berdasarkan sistem

teo demokratis
e) Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan dibangunnya beberapa
sarana umum, seperti irigasi pertanian, sistem keuangan negara, bait al-maal
dan sebagainya

f)

Pembinaan masyarakat dan upaya futuhat keberbagai wilayah strategis bagi


pengembangan dakwah

2. Ali bin Abi Thalib


Ali Bin Abi Thalib adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan
anak-anak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya
bendera jihad pada saat perang Khaibar yang dengan perantara perjuangannyalah
Allah memenangkan umat Islam dalam pertempuran. Beliau dibaiat sebagai
khalifah setelah khalifah Utsman terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syari
hingga wafat dalam keadaan mati syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 hijriyah
dalam usia 63 tahun. Kehalifahan Ali berlangsung selama 4 tahun 9 bulan, sejak
19 Dzulhijah 12 hari.3
a. Kebijakan dan Strategi Ali Bin Abi Thalib

Penggantian pejabat lama dengan yang baru


Khalifah Ali bin Abu Thalib memerintah hanya enam tahun. Selama masa

pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun


dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan
khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi dikarenakan keteledoran mereka.

Penarikan Kembali Tanah Hadiah


Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk

dengan menyerahkan hasl pendapatannya kepada negara., dan memakai kembali


sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
diterapkan oleh Umar bin Khatab.

Mengadapi Para Pemberontak


Setelah kebijakan tersebut diterapkan, Ali bin Abu Thalib menghadapi

pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah
3 J. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, MSA, 2000, Jakarta, hal 66.

Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar
keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai.
Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah
dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya.
Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah, yang
didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan
dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan
Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Sifn. Pertempuran
tersebut dikenal dengan nama perang Sifn. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga yaitu al Khawarij, artinya orang-orang
yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abu
Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah
(pengikut) Ali dan al Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Keadaan Iini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah satu
anggota kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putranya yang
bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun karena Hasan ternyata
lemah, sementara Muawiyah kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai.
Perjajian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan
politik, di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga
menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H
(661 M), tahun persatuan ini dikenal dalam sejarah sebagai tahun Amul Jamaah.

Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
b. Langkah-langkah Dakwah yang di lakukan Ali Bin Abi
Thalib
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Ali
ibn Abi Thalib.4
a)
b)
c)

Berupaya menyelesaikan persoalan intern diantara laum muslimin


Mengadakan kompromi politis dengan elit politisi
Berusaha menjadikan mesjid sebagai tempat menyelesaikan persoalan (sentral
kegiatan)

d) Menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak ambisius.


C. Unsur-unsur Pendekatan dan Metode Dakwah Para Khulafaurrasyidn
1. Unsur-Unsur Dakwah
Kekuasaan khulafur rasyidin berumur kurang lebih 30 tahun. Srtuktur
dakwah pada masa khulafaur rasyidin meliputi unsure-unsur dakwah sebagai
berikut:
a.

Dai
Pengganti Rasulullah adalah Khulafaur rasyidin, mereka adalah Abu Bakar
Asidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib. Ke empat sahabat
Nabi ini berperan sebagai ulama yang menyebarkan Agama Islam seklaligus
berperan sebagai seorang Khalifah (pemimpin). Para dai pada masa khulafaur
rasyidin ini adalah, Abu Bakar As-Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Afan, Ali
Bin Abi Thalib, beliau-beliaulah yang berperan dalam dakwak pada masa khulafaur
Rasyidin dan beliau-baliaulah yang menggantikan Nabi dalam menjadi seorang
kepala negara. Sehingga corak DaI pada masa Khulafaur rasyidin ini adalah AlUlama wa Al-Umara.
b. Madu
Kondisi madu pada masa khulafaur Rasyidin adalah bersifat ijabah, karena
pada masa Rasulullah sudah banyak orang yang memeluk Agama Islam. Khulafaur
Rasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah rasulullah, namun masih

4 Ghozali Darussalam, dinamika ilmu dakwah islamiyah, Nur Niaga SDN.BHD,


Malaysia 1996 hal 5

banyak umat yang belum menerima Islam sebagai Agamanya, seperti orang-orang
Qurasyi dan Yahudi, sehingga madu pada masa Kulafaur Rasyidin bercorak ijabah
dan ummah.
b.
Materi
Materi yang diterapkan pada masa khulafaur Rasyidin adalah aqidah,
syariah dan muamalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan, atau Meng
Esakan Allah, sedangkan syariah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu,
sholat dan mambaca Al-Quran, sedangkan muamalah yaitu dengan ditetapkannya
zakat bagi orang-orang muslim yang diserahkan kepada baiulmal dan pajak bagi
orang-orang non muslim.
d.

Metode
Metode yang digunakan oleh khulafaur Rasyidin hampir mencakup ruang

lingkup dari surat An-Nahl: 125 yang tiga metode dakwah.

Dari beberapa macam langkah dan metode yang telah dipaparkan diatas,
dapat kita ketahui bahwa metode yang telah dilakukan khulafaarrasyidin dalam
berdakwah adalah melalui tiga cara berikut.
1) Lisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafaurrasyidin dengan lisan atau
ucapan antara lain adalah :
a) Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesanpesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.
b) Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan
Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam
memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu juga untuk merangsang
perhatian madu. Seorang madu juga dapat mengajukan pertanyaan kepada
seorang dai tentang materi yang belum dikuasai oleh madu, sehingga akan
terjadi suatu hubungan timbal balik antara dai dan ,madu.
c) Metode Konseling

Pada masa khulafaurrasyidin, para Khalifah mengajarkan secara langsung


cara membaca Al-quran, tata cara berwudhu, shalat dan cara-cara yang lainya
dalam hal apapun yang di rasa belum di ketahui oleh ummat.
d) Metode Diskusi
Misalnya, Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimipin
Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai .
e) Metode Propaganda
Didalam proses dakwah pasti terdapat unsur propaganda, guna untuk
mempengaruhi seorang madu.
2) Tulisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafaurrasyidin dengan tulisan antara
lain adalah :
a) Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran sebagai
mushaf, dan pada masa khalifah Utsman bin Affan dibukukan menjadi sebuah AlQuran.
b) Metode Korespondensi
Sebelum para dai dikirim ke daerah-daerah yang akan di dakwahi,
terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
3) Perbuatan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafaurrasyidin dengan perbuatan
antara lain adalah :
a) Metode Missi(Bitsah)
Penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara
mengutus para dai. Apabila ada yang menentang atau memberontak maka
dilakukan peperangan atau jihad.
b) Metode Ekspansi
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan
wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan
Persia, Mesir, Khurasan, Armenia, Afrika Utara.

10

c) Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu mengatur dalam
sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan harta kekayaan Negara.
d) Metode Keteladanan
Para khulafaurrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan
dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
e) Metode Silaturahim
Pada masa khulafaurrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah
kekuasaanya untuk mengetahui perkembangannya.
6. Media Dakwah
Media yang digunakan pada masa khulafaur Rasyidin adalah: 5
a.

Media Masjid

Masjid di jadikannya sebagai tempat atau sasaran utama oleh para Khulafaur
Rasyidin, selain itu dijadikan sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan Al-Quran dan membukukannya, kemudian di
sebarkannaya ke seluruh wilayah kekuasaan Islam, yang terjadi pada masa Usman
Bin Affan.
c.

Lembaga Pendidikan

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, Abu Sofyan mengajarkan Al-Quran kepada
penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf Al Quran akan dikenakan
sanksi cambuk.
d.

Lembaga Kantor/pemerintahan

Fungsi dari Lembaga Kantor/pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat
segala aktivitas pemerintahan, seperti gedung-gedung DPR atau istana Negara. Dan
pemerintahan pada masa Khulafaur Rasyidin ini pemerintahannya dijalankan sesuai
dengan nilai-nilai ke Islaman, misalnya pada masa Umar Bin Khattab dibuat sebuah
kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar
pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa memebantu prang miskin. Pada
aktivitas beginilah lembaga Kantor/pemerintahan digunakan atau dibutuhkan. 6

5 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas, Surbaya, 1986, hlm. 17


6 Ghozali Darussalam, dinamika ilmu dakwah islamiyah, Nur Niaga SDN.BHD, Malaysia
1996 hal 5

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulaffaur Rasyidin berasal dari bahasa Arab, dari kata Khulafa dan
Arrasyidin. Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin umat islam setlah

12

nNabi Muhammad SAW wafat yaitu pada masa peemerintaha Abu Bakar , Umar
Bin Khatab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, diman sistm yang digunakan
dalam pemerintaha adalah pemeritahan yang islami karna berundand-undangkan
Al-Quran dan Al-Hadist. Khulafaurr Rasyidin adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana dalam menjalankan tugasnya senantiasa meneladani kepemimipinan
Rasulullah, sifat dan akhlak beliau-beliau sebagai pemimipin masyarakat, beliaubeliau inilah yang menyebarkan agama Islam yang sangat hebat dan baik.
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan kompeherensif, karena ia
meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrawi. Islam secara teologis merupakan sistem nilai dan dan ajaran yang
bersifat ilahiah dan transenden. Sedangkan dari aspek sosiologis , Islam
merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realistis sosial dalam kehidupan
manusia.
Selanjutnya salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan
untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada
umumnya adalah aktivitas dakwah. Aktivitas ini dilakukan baik melalui lisan,
tulisan, maupun perbuatan nyata. [dakwah bi al-lisan, wa al-qalam wa bi al-hal]
Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju suatu
tatanan kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan
keagamaan dan pesan-pesan sosialnya juga merupakan ajakan kepada kesadaran
untuk senatiasa memiliki komitmen [istiqomah] di jalan yang lurus. Dakwah
adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan individu dan masyarakat dari
pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan kejahiliahan menuju internalisasi
nilai-nilai ketuhanan. Disamping itu, dakwah juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman keagamaan dalam berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan
dalam bersikap, berpikir dan bertindak.
B. Saran dan kritik
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap, pembaca dapat memberi
sebuah tanggapan yang bersifat membangun kepada makalah Anda, yang tidak

13

lepas dari kesalahan-kesalahan yang ada. Penulis juga berharap dengan adanya
makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan kita tentang sejarah-sejarah
Islam pada masa lalu

DAFTAR PUSTAKA
M Munir dkk, M.A, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta,
Asmuni Syukir, 1986, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas,
Surbaya.
Dr.

Wardi

Bachtiar, 1997.Metodologi

dakwah, Logos, Jakarta


14

Penelitian

ilmu

Drs. H. Hassanuddin, 1996, Hukum Dakwah, pedoman Ilmu Jaya,


Jakarta,
Ghozali Darussalam, 1996 dinamika ilmu dakwah islamiyah, Nur
Niaga SDN.BHD, Malaysia Abdul kadir Sayyid Abd. Rauf, dirasah
fid

Dakwah

Al-islamiyah,

Dar

kairo,1987

15

El-Tibaah

al-Mahmadiyah,

Anda mungkin juga menyukai