PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, amanat dakwah berpinah kepada
para sahabat. Islam tidak mati dengan matinya Rasulullah karena sebelum
meninggalnya beliau telah meninggalkan kader-kader yang tangguh yang siap
menyungsung ajaran islam. Para sahabat mengerahkan segenap potensi mereka,
baik tenaga, harta bahkan jiwa mereka untuk menyebarkan islam. Upaya para
sahabat dan generasi selanjutnya dalam menyebarkan islam dalam bentuk
perluasan wilayah dalam sejarah islam dikenal dengan istilah Futuhat
Islamiyah.
Khulafaur rasyidin merupakan para pemimpin umat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar Bin
Khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, Radiallahu Taala Anhu
Ajmain, dimana sistem yang diterapkan adalah pemerintahan yang Islam karena
berundang-brundang dengan Al-Quran dan As-Sunnah, yang ditunjukan pada
syiar Islam, Nabi SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin yang akan meneruskan dakwah islamnya
setelah beliau wafat, beliau menyerahkan persoalannya tersebut kepada kaum
muslimin sendiri untuk menentukannya.
Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan
Anshar berkumpul di kota Bani Saidah mereka bermusyawarah siapa yang dipilih
untuk dijadikan pemimpin, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang sangat kuat
mereka adalah Khulafaur Rasyidin.
B. Rumusan Masalah
a.
b. Bagaimanakah Dakwah Pada Masa Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib?
c.
C. Tujuan Masalah
1.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Dakwah
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya
untuk
senantiasa
aktif
melakukan
kegiatan
dakwah
yang
Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu
Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam
pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar,
Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18
H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.
Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan pengembangan wilayah
Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam
yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas.
Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota,
seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18
H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir.
Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami
penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari
orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah
Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang
2 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas, Surbaya, 1986, hlm. 17
menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis,
tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil
dan Iskandariyah.
Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah
adalah menertibkan
pemerintahan
dengan
mengeluarkan
undang-undang.
teo demokratis
e) Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan dibangunnya beberapa
sarana umum, seperti irigasi pertanian, sistem keuangan negara, bait al-maal
dan sebagainya
f)
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah
3 J. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, MSA, 2000, Jakarta, hal 66.
Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar
keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai.
Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah
dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya.
Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah, yang
didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan
dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan
Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Sifn. Pertempuran
tersebut dikenal dengan nama perang Sifn. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga yaitu al Khawarij, artinya orang-orang
yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abu
Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah
(pengikut) Ali dan al Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Keadaan Iini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah satu
anggota kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putranya yang
bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun karena Hasan ternyata
lemah, sementara Muawiyah kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai.
Perjajian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan
politik, di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga
menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H
(661 M), tahun persatuan ini dikenal dalam sejarah sebagai tahun Amul Jamaah.
Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
b. Langkah-langkah Dakwah yang di lakukan Ali Bin Abi
Thalib
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Ali
ibn Abi Thalib.4
a)
b)
c)
Dai
Pengganti Rasulullah adalah Khulafaur rasyidin, mereka adalah Abu Bakar
Asidiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib. Ke empat sahabat
Nabi ini berperan sebagai ulama yang menyebarkan Agama Islam seklaligus
berperan sebagai seorang Khalifah (pemimpin). Para dai pada masa khulafaur
rasyidin ini adalah, Abu Bakar As-Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Afan, Ali
Bin Abi Thalib, beliau-beliaulah yang berperan dalam dakwak pada masa khulafaur
Rasyidin dan beliau-baliaulah yang menggantikan Nabi dalam menjadi seorang
kepala negara. Sehingga corak DaI pada masa Khulafaur rasyidin ini adalah AlUlama wa Al-Umara.
b. Madu
Kondisi madu pada masa khulafaur Rasyidin adalah bersifat ijabah, karena
pada masa Rasulullah sudah banyak orang yang memeluk Agama Islam. Khulafaur
Rasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah rasulullah, namun masih
banyak umat yang belum menerima Islam sebagai Agamanya, seperti orang-orang
Qurasyi dan Yahudi, sehingga madu pada masa Kulafaur Rasyidin bercorak ijabah
dan ummah.
b.
Materi
Materi yang diterapkan pada masa khulafaur Rasyidin adalah aqidah,
syariah dan muamalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan, atau Meng
Esakan Allah, sedangkan syariah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu,
sholat dan mambaca Al-Quran, sedangkan muamalah yaitu dengan ditetapkannya
zakat bagi orang-orang muslim yang diserahkan kepada baiulmal dan pajak bagi
orang-orang non muslim.
d.
Metode
Metode yang digunakan oleh khulafaur Rasyidin hampir mencakup ruang
Dari beberapa macam langkah dan metode yang telah dipaparkan diatas,
dapat kita ketahui bahwa metode yang telah dilakukan khulafaarrasyidin dalam
berdakwah adalah melalui tiga cara berikut.
1) Lisan
Cara berdakwah yang dilakukan khulafaurrasyidin dengan lisan atau
ucapan antara lain adalah :
a) Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesanpesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.
b) Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan
Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam
memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu juga untuk merangsang
perhatian madu. Seorang madu juga dapat mengajukan pertanyaan kepada
seorang dai tentang materi yang belum dikuasai oleh madu, sehingga akan
terjadi suatu hubungan timbal balik antara dai dan ,madu.
c) Metode Konseling
10
c) Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu mengatur dalam
sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan harta kekayaan Negara.
d) Metode Keteladanan
Para khulafaurrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan
dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
e) Metode Silaturahim
Pada masa khulafaurrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah
kekuasaanya untuk mengetahui perkembangannya.
6. Media Dakwah
Media yang digunakan pada masa khulafaur Rasyidin adalah: 5
a.
Media Masjid
Masjid di jadikannya sebagai tempat atau sasaran utama oleh para Khulafaur
Rasyidin, selain itu dijadikan sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan Al-Quran dan membukukannya, kemudian di
sebarkannaya ke seluruh wilayah kekuasaan Islam, yang terjadi pada masa Usman
Bin Affan.
c.
Lembaga Pendidikan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, Abu Sofyan mengajarkan Al-Quran kepada
penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf Al Quran akan dikenakan
sanksi cambuk.
d.
Lembaga Kantor/pemerintahan
Fungsi dari Lembaga Kantor/pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat
segala aktivitas pemerintahan, seperti gedung-gedung DPR atau istana Negara. Dan
pemerintahan pada masa Khulafaur Rasyidin ini pemerintahannya dijalankan sesuai
dengan nilai-nilai ke Islaman, misalnya pada masa Umar Bin Khattab dibuat sebuah
kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar
pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa memebantu prang miskin. Pada
aktivitas beginilah lembaga Kantor/pemerintahan digunakan atau dibutuhkan. 6
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulaffaur Rasyidin berasal dari bahasa Arab, dari kata Khulafa dan
Arrasyidin. Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin umat islam setlah
12
nNabi Muhammad SAW wafat yaitu pada masa peemerintaha Abu Bakar , Umar
Bin Khatab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, diman sistm yang digunakan
dalam pemerintaha adalah pemeritahan yang islami karna berundand-undangkan
Al-Quran dan Al-Hadist. Khulafaurr Rasyidin adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana dalam menjalankan tugasnya senantiasa meneladani kepemimipinan
Rasulullah, sifat dan akhlak beliau-beliau sebagai pemimipin masyarakat, beliaubeliau inilah yang menyebarkan agama Islam yang sangat hebat dan baik.
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan kompeherensif, karena ia
meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrawi. Islam secara teologis merupakan sistem nilai dan dan ajaran yang
bersifat ilahiah dan transenden. Sedangkan dari aspek sosiologis , Islam
merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realistis sosial dalam kehidupan
manusia.
Selanjutnya salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan
untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada
umumnya adalah aktivitas dakwah. Aktivitas ini dilakukan baik melalui lisan,
tulisan, maupun perbuatan nyata. [dakwah bi al-lisan, wa al-qalam wa bi al-hal]
Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju suatu
tatanan kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan
keagamaan dan pesan-pesan sosialnya juga merupakan ajakan kepada kesadaran
untuk senatiasa memiliki komitmen [istiqomah] di jalan yang lurus. Dakwah
adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan individu dan masyarakat dari
pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan kejahiliahan menuju internalisasi
nilai-nilai ketuhanan. Disamping itu, dakwah juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman keagamaan dalam berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan
dalam bersikap, berpikir dan bertindak.
B. Saran dan kritik
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap, pembaca dapat memberi
sebuah tanggapan yang bersifat membangun kepada makalah Anda, yang tidak
13
lepas dari kesalahan-kesalahan yang ada. Penulis juga berharap dengan adanya
makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan kita tentang sejarah-sejarah
Islam pada masa lalu
DAFTAR PUSTAKA
M Munir dkk, M.A, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta,
Asmuni Syukir, 1986, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Al-Ikhlas,
Surbaya.
Dr.
Wardi
Bachtiar, 1997.Metodologi
Penelitian
ilmu
Dakwah
Al-islamiyah,
Dar
kairo,1987
15
El-Tibaah
al-Mahmadiyah,