Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Langkah-langkah dalam Pelaksanaan dalam Kegiatan


Penyuluhan Agama

MATA KULIAH

ILMU KEPENYULUHAN AGAMA

Dosen Pengampu:

Drs. H. Muslim, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Aidil Amin : (180103010190)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

STUDI AGAMA AGAMA

BANJARMASIN

2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan sebuah penyuluhan agama tidak ada yang boleh
dilakukan sembarangan. Hal ini dikarenakan jika penyuluhan dilakukan
sembarangan maka untuk mencapai tujuan kepenyuluhan akan sulit untuk
didapatkan. Pelaksanaan yang dilakukan sembarangan hanya akan membuang-
buang waktu, materi, dan tenaga. Pelaksanaan yang sembarangan akan
menimbulkan masalah, baik masalah yang nampak atau tidak. Oleh karena hal itu
maka perlulah bagi seorang penyuluh untuk mengetahui cara atau langkah-
langkah penyuluhan yang baik dan benar.
Mengetahui langkah-langkah dalam penyuluhan ini adalah hal penting
bagi seorang penyuluh. Dengan mengetahui langkah-langkah dalam
melaksanakan penyuluhan maka seorang penyuluh akan lebih mudah untuk
mencapai tujuan kepenyuluahnnya. Langkah-langkah penyuluhan ini akan
memudahkan penyuluh dalam menyampaikan penyuluhannya. Dengan
penyuluhan yang bagus dan teratur maka juga akan sangat berpengaruh bagi para
peserta penyuluhan. Oleh karenanya kualitas langkah kepenyuluhan yang diambil
juga akan berpengaruh bagi dampak yang ditimbulkan bagi objek penyuluhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka terbentuklah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa makna langkah-langkah dalam pelaksanaan dalam kegiatan
penyuluhan agama?
2. Bagaimana langkah-langkah penyuluhan agama?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diketahui tujuan pembahasan
sebagai berikut:
1. Mengetahui makna langkah-langkah dalam pelaksanaan dalam
kegiatan penyuluhan agama.
2. Mengetahui langkah-langkah penyuluhan agama.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Langkah-langkah Penyuluhan Agama


Secara bahasa kata “langkah-langkah” merupakan jamak dari kata
“langkah”. Kata “langkah” dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki tiga makna.
Makna pertama adalah gerakan kaki (ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan)
waktu berjalan. Makna kedua adalah jarak antara dua kaki ketika melangkah
(berjalan). Lalu, makna yang terakhir adalah sikap, tindakan, atau perbuatan.1 Dari
ketiga makna tersebut makna yang tepat pada pembahasan kali ini adalah makna
yang terakhir, yaitu sikap, tindakan, atau perbuatan. Hal ini diakrenakan kita
sedang membahas tindakan, bukan membahas gerakan kaki, apalagi jarak antar
kaki. Dari makna tersebut maka kata langkah-langkah dalam pembahasan ini
adalah berupa tindakan-tindakan.
Kemudian, kata “penyuluhan” dimaknai oleh U. Samsudin dengan sebagai
sistem pendidikan non-formal tanpa paksaan dalam rangka menjadikan seseorang
sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan
dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya.2 Makna ini saya kira
adalah makna yang sangat tepat. Makna ini mengeluarkan pendidikan formal dan
ajakan dengan paksaan keluar dari makna penyuluhan. Berdasarkan makna
penyuluhan ini maka penyuluhan agama bisa kita artikan sebagai sistem
pendidikan non-formal dan tanpa paksaan mengenai ajaran agama dengan tujuan
menjadikan seseorang atau umat sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan
akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan
sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan di atas kita bisa
menyimpulkan makna langkah-langkah dalam pelaksanaan dalam kegiatan
penyuluhan agama. Maknanya adalah tindakan-tindakan dalam pelaksanaan
dalam kegiatan pendidikan non-formal dan tanpa paksaan mengenai ajaran agama
dengan tujuan menjadikan seseorang atau umat sadar dan yakin bahwa sesuatu

1
Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 810.
2
Enjang AS, “Dasar-dasar Penyuluhan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No. 14, Juli-
Desember 2009, h. 731.

2
yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan
atau dilakukan sebelumnya.

B. Langkah-langkah Penyuluhan Agama


Ada banyak penjelasan bagaimana langkah-langkah penyuluhan agama.
Langkah-langkah penyuluhan agama yang banyak ini akan kita klasifikasikan
berdasarkan kriteria-kriterianya masing-masing.
1. Penyuluhan Agama Berdasarkan Proses Yang Terus Menerus
Langkah-langkah penyuluhan agama berdasarkan proses yang terus
menerus terdiri dari dua fase atau dua langkah.
a) Penyuluhan yang dalam kegiatannya hanya bersifat mendidik
berupa penjelasan, memberi contoh, memberi semangat,
memberi arah pemikiran baru, dan seandainya diperlukan
dapat memberi bantuan. Fase ini dimaksudkan agar masyarakat
(umat) mau menerima, mempelajari, mencoba, dan
mengaplikasikan segala sesuatu yang disampaikan oleh
penyuluh, ke dalam perilaku beragama mereka.
b) Selanjutnya penyuluh berusaha agar masyarakat (umat)
berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik,
yaitu masyarakat yang menyadari dan menjalankan petunjuk
langit. Umat yang tidak memihak pada golongan kanan atau
kiri, tidak pada Timur Komunis dan tidak pula pada Barat
Kapitalis, tapi umat yang berada di antara keduanya, umat
yang memiliki orientasi dan identitas yang moderat.3

2. Penyuluhan Agama Berdasarkan Jenis Masyarakat


Langkah-langkah penyuluhan agama berdasarkan jenis masyarakat
ini dibagi menjadi 3 langkah atau level.

3
Enjang AS, “Dasar-dasar Penyuluhan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No. 14, Juli-
Desember 2009, h. 756.

3
a) Masyarakat yang awam agama (level 1) ini tidak bisa
dilakukan metode lain selain informatif, karena agama selain
sumber informasi juga sebagai sumber nilai yang tidak bisa
dipelajari sendiri, melainkan harus diajarkan oleh mereka yang
sudah menguasai ilmu-ilmu agama. Para dai adalah sumber
informasi agama sehingga harus menerangkan ajaran agama
bagi mereka yang belum memahami agama.
b) Selanjutnya bagi masyarakat yang sudah mengalami kemajuan
dalam pemahaman agama (level 2), artinya sudah mampu
merasakan manfaat dasar-dasar agama (afektif) bagi kehidupan
spiritualnya harus terus didorong untuk mengamalkannya
(psikomotorik) dalam kehidupan sehari-hari dan sosialnya,
maka metode yang tepat untuk mencapai hal ini adalah metode
edukatif yang lebih menekankan pada melaksanakan apa yang
sudah diketahui. Meskipun begitu, metode informatif tetap
dipertahankan karena informasi ajaran agama masih banyak
yang harus disampaikan.
c) Untuk level 3 atau masyarakat yang maju dalam pemahaman
agama, dalam penyuluhan agama disamping merupakan target
yang ingin dicapai, juga merupakan imdikator suksesnya
penyuluhan agama. Dengan semakin majunya pemahaman
agama masyarakat, maka diharapkan semakin meningkatnya
tingkat pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari,
meskipun tidak ada korelasi positif antara keduanya.
Mengingat tidak adanya korelasi, maka pada level 3 ini,
masyarakat didorong pada upaya membangun kesadaran
dengan kehendak sendiri (persuasi) untuk terus meningkatkan

4
kualitas ibadah wajib maupun sosial sebagai upaya menjadi
masyarakat yang religius.4

3. Penyuluhan Agama dengan Metode Ceramah


Dalam penyuluhan agama dengan metode ceramah terdapat enam
langkah atau tahapan dalam pelaksanaannya.
a) Tahap persiapan, yaitu menyusun kerangka yang hendak
diceramahkan dan mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu
membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan.
b) Tahap penyajian, yaitu menyampaikan bahan-bahan atau
pokok-pokok pelajaran yang telah disiapkan.
c) Tahap asosiasi, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
untuk menghubungakan dan membandingkan bahan ceramah
yang telah diterima apabila ada pembahasan yang tidak
dimengerti.
d) Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi
ceramah, umumnya berupa mencatat isi ceramah yang telah
disampaikan.
e) Tahap aplikasi, yaitu penilaian terhadap pemahaman mengenai
bahan yang telah diberikan.
f) Evaluasi, yaitu menilai penyuluhan yang telah dilakukan, bisa
dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain. Hal ini
bertujuan sebagai pembelajaran untuk penyuluhan yang lebih
baik. 5

4
Amri Syarif Hidayat, Syamsul Hadi, dan Subejo, “Metode dan Media Komunikasi
dalam Penyuluhan Agama: Studi Kasus Penyuluhan Agama Islam di Kabupaten Sukoharjo”, Acta
Diurna, Vol. 15, No.2, 2019, h. 27-28.
5
Syamsul Azman, “Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam dalam Pencegahan
Perilaku Menyimpang pada Remaja di Kabupaten Aceh Selatan”,Skripsi, (Medan: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), h. 20.

5
4. Penyuluhan Agama secara Teknis
Langkah-langkah penyuluhan agama secara teknis terdiri dari 4
langkah.
a) Perencanaan

Perencanaan di sini merupakan suatu kegiatan di dalam


sebuah organisasi kepenyuluhan yang dilakukan sebelum adanya
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi perencanaan (planning), yaitu menentukan keputusan yang
diambil untuk waktu yang akan datang, meliputi apa yang akan
dilakukan, kapan dan siapa yang melakukan. Oleh karena itu, maka
dalam rangka merencanakan sesuatu, termasuk merencanakan
kegiatan penyuluhan, terlebih dahulu diperlukan penetapkan
tujuan, penentuan planning premises (rencana ramalan), mencari
dan menguji berbagai alternatif kegiatan, penilaian atau evaluasi
seluruh alternatif, seleksi dari seluruh alternatif, merumuskan
rencana yang menjadi penunjang rencana dasar.

Menurut H. Muliaty Amin, pentingnya perencanaan sebagai


strategi penyuluhan memiliki beberapa alasan:

1) Menghilangkan atau mengurangi ketidak pastian


pelaksanaan penyuluhan sebagai kegiatan dakwah di
masa datang.
2) Memusatkan perhatian setiap unit yang terlibat dalam
kegiatan penyuluhan dan dakwah.
3) Membuat kegiatan penyuluhan dengan cara berdakwah
lebih ekonomis.
4) Memungkinkan dilakukan pengawasan.

Alasan yang dikemukakan di atas, sekaligus dapat dijadikan


sebagai bahan untuk mempersiapkan langkah-langkah metodologi
penyuluhan, yang dipahami sebagai upaya untuk menciptakan

6
situasi yang baik dan terkoordinasi secara efektif, efisien, utuh dan
menyeluruh terhadap suatu usaha atau kegiatan penyuluhan.
Dengan konsep seperti ini, maka langkah metodologi penyuluhan
adalah sistem pengelolaan penyuluhan secara berproses untuk
mencapai tujuan penyuluhan yang mencakup seluruh kehidupan.

Langkah-langkah perencanaan:
1) Observasi.
2) Penyiapan bahan penyuluhan.
3) Penentuan jadwal penyuluhan.
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam kegiatan penyuluhan adalah hal
yang sangat penting dalam kaitannya dengan proses kerjasama bagi
semua penyuluh agama. Dengan pengorganisasian itu, penyuluh
dapat merancang suatu upaya dakwah yang efektif sesuai dengan
daya dan sumber dana yang dimiliki. Bila hal ini terwujud maka
pelaksanaan penyuluhan sebagai bagian dari kegiatan dakwah
terwujud dengan baik pula. Untuk tujuan itu, diperlukan upaya
pengembangan sumber daya penyuluh yang meliputi pembinaan
dan pengembangaan komponen-komponen kepenyuluhan.
Pembinaan penyuluh, bisa dilakukan melakukan training-training
atau pendidikan kader dai yang bertujuan untuk peningkatan
wawasan intelektual dan kreativitas dai dalam keilmuan dan
keterampilan yang relevan. Juga peningkatan wawasan tentang
ajaran agama secara kaffah dan integral.
Pengorganisasian kegiatan penyuluhan di lapangan
sebagaimana yang dikemukakan H. Muh. Said adalah dengan cara
kerjasama yang baik antara penyuluh dengan masyarakat. Penyuluh
turun langsung di lokasi dan memeriksa laporan yang telah dibuat
apakah sesuai dengan data yang diinput dari masyarakat. Di sisi
lain sebagaimana yang dikemukakan Paharuddin dan Syahribulan

7
bahwa, pengorganisasian penyuluhan adalah dengan cara
membentuk kelompok-kelompok penyuluhan di tingkat kecamatan
dan desa, membetuk forum lembaga dakwah, membentuk dan
mengaktifkan majelis taklim dan kelompok remaja rohis. Hal
serupa dikemukakan oleh Muh. Basri bahwa dalam mengorganisir
kegiatan penyuluhan adalah mengaktifkan pengurus Majelis
Taklim atau kelompok pengajian, kemudian menyampaikan
informasi tentang pelaksanaan penyuluhan, dan melibatkan tokoh-
tokoh masyarakat sebagai panutan dalam kegiatan penyuluhan.
Muhammad Imran menyatakan bahwa untuk efektifitas
pengorganisasian tersebut, maka dalam kegiatan penyuluhan
ditunjuk seorang ketua, sekretaris dan bendahara di dalam majelis
taklim dan pengajian untuk mengumpulkan masyarakat di suatu
tempat dalam rangka kegiatan penyuluhan.
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sesuai program kerja masing-
masing penyuluh yang telah diberikan. Dalam melaksanakannya
itu, para penyuluh diharapkan konsisten untuk pencapaian tujuan.
Ini sangat peting diperhatikan bagi penyuluh sebagai ujung tombak
penyampai dakwah (mubalig), dilakukan dengan sebaik-baiknya,
baik melalui dakwah bil hal maupun bil lisan sesuai dengan
amanah yang disepakati bersama. Pemberian tugas ini dilakukan
secara tertulis melalui SK dan tugas lain secara lisan.
Dakwah bi al-ḥal implementasinya berupa pemberian
contoh baik kepada masyarakat, uswatun hasanah, suri tauladan.
Sedangkan untuk dakwah bi al-lisān dengan menyampaikan
ceramah dengan tema pokok sebagaimana yang dilakukan pada
dakwah bi al-hal. Ini berarti ada kesesuaian antara perbuatan dan
perkataan ada pada diri masing-masing penyuluh.
Kengiatan penyuluhan melalui dakwah bi al-ḥāl adalah
dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini

8
dimaksudkan agar si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal
ikhwal si da'i (juru dakwah) dalam hal ini mengikuti apa yang
dicontohkan penyuluh agama yang diyakini mempunyai pengaruh
yang besar pada diri masyarakat. Kegiatan penyuluhan melalui
dakwah bi al-hāl, dilakukan dengan berbagai perbuatan dan
kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat.

d) Pengawasan
Kegiatan pengawasan untuk penyuluhan agama bertujuan
untuk menciptakan situasi penyuluhan yang baik dan terkoordinasi
secara efektif, efisien, utuh dan menyeluruh dalam upaya
peningkatan kesadaran ibadah bagi masyarakat.
Pengawasan terhadap pelaksanaan penyuluhan diperlukan
untuk dapat mengetahui tugas-tugas penyuluh yang dilaksanakan
oleh para pelaksana dakwah, tentang bagaimana tugas itu
dilaksanakan, sejauhmana pelaksanaannya, atau mungkin ada
penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan sehingga
diperlukan pengawasan. Oleh karena itu, dengan pengawasan
terhadap kegiatan penyuluhan dapat diambil tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan adanya penyelewengan.
Penyusunan laporan merupakan bagian integral dari
kegiatan penyuluhan agama sebagai bentuk pengawasan.
Penyusunan laporan merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap penyuluh. Gunanya adalah untuk melihat
sejauh mana kinerja dan tingkat keberhasilan seorang penyuluh
dalam melakukan penyuluhan di tengah-tengah masyarakat. Ada
beberapa tujuan dasar dari dibuatnya laporan.
1) Untuk memenuhi kewajiban yang dibebankan kepada
setiap penyuluh oleh Kementerian Agama.
2) Sebagai bahan evaluasi kenerja penyuluh.

9
3) Sebagai barometer prorgres yang telah dicapai
penyuluh dalam melakukan penyuluhan agama dan
pembangunan ditengah-tengah masyarakat
4) Untuk menghitung angka kredit bagi tiap-tiap penyuluh
sebagai syarat untuk kenaikan golongan.

Dengan demikian setiap penyuluh agama perlu menguasai


teknik penyusunan laporan, kemampuan mengolah data dan
informasi yang diperlukan, yang ahirnya data dan laporan tersebut
disajikan secara sistimatis. Untuk efektivias pelaksanaan
penyuluhan sebagaimana yang dilaporkan itu, maka tetap diadakan
pengawasan. Andi Muh. Arasy Sinrang menyatakan bahwa, dalam
pengawasan tersebut ada semacam pengamatan apakah jamaah
sudah memahami materi penyuluhan yang telah diberikan dan
seterusnya atau belum, kalau sekiranya belum dipahami maka
diulangi lagi materinya. Hal ini dimaksudkan agar penerangan
yang diberikan kepada masyarakat dapat mereka hayati dan
amalkan, hingga akhirnya dapat melaksanakan ajaran agama
dengan baik dan benar.

Bentuk lain pengawasan sebagaimana yang dikemukakan


oleh H. Nurdiyati, adalah dengan mengadakan rapat rutin setiap
bulan untuk menyusun rencana kerja selanjutnya, dan bagi
pengawas juga masing-masing menyusun jadwal pengawasan di
setiap kecamatan tempat penyuluhan untuk mengetahui
pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam upaya peningkatan
ibadah mereka. Dengan pengawasan itu, maka penyuluh agama
memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai untuk
membuat laporan kepengawasan kepenyuluhan, terutama dalam hal
penguasaan materi penyuluhan maupun teknik penyampaian, ia
juga mampu memutuskan dan menentukan sebuah proses kegiatan
bimbingan dan penyuluhan, sehingga dapat berjalan sistematis,

10
bermanfaat, serta berguna dalam upaya pencapaian tujuan yang
diinginkan. Dengan demikian, kegiatan pengawasan penting dalam
rangka melihat sejauh mana peranan penyuluh agama.6

6
Maqbul, dkk, “Proses Pelaksanaan Strategi Penyuluhan Agama Islam di Kabupaten
Barru”, Jurnal Diskursus Islam, Vol. 7, No. 3, Desember 2019, h. 433-449.

11
PENUTUP

Kesimpulan

Langkah-langkah dalam pelaksanaan dalam kegiatan penyuluhan agama


adalah tindakan-tindakan dalam pelaksanaan dalam kegiatan pendidikan non-
formal dan tanpa paksaan mengenai ajaran agama dengan tujuan menjadikan
seseorang atau umat sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan
membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan
sebelumnya.
Ada 4 jenis kriteria langkah-langkah penyuluhan agama. Langkah-langkah
itu antara lain:
1. Penyuluhan agama berdasarkan proses yang terus menerus.
2. Penyuluhan agama berdasarkan jenis masyarakat.
3. Penyuluhan agama dengan metode ceramah.
4. Penyuluhan agama secara teknis.

Langkah-langkah ini merupakan satu kesatuan dalam penyuluhan agama,


hanya saja dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Apabila dalam sebuah
kepenyuluhan dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat maka akan
membuahkan hasil yang bagus.

12
DAFTAR PUSTAKA

AS, Enjang, “Dasar-dasar Penyuluhan Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4, No.
14, Juli-Desember 2009.

Hidayat, Amri Syarif, Syamsul Hadi, dan Subejo, “Metode dan Media
Komunikasi dalam Penyuluhan Agama: Studi Kasus Penyuluhan Agama
Islam di Kabupaten Sukoharjo”, Acta Diurna, Vol. 15, No.2, 2019.

Maqbul, dkk, “Proses Pelaksanaan Strategi Penyuluhan Agama Islam di


Kabupaten Barru”, Jurnal Diskursus Islam, Vol. 7, No. 3, Desember 2019.

Sugono, Dendy, dkk, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Syamsul Azman, “Metode Penyuluhan Agama Dinas Syariat Islam dalam


Pencegahan Perilaku Menyimpang pada Remaja di Kabupaten Aceh
Selatan”, Skripsi, Medan: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2017.

Anda mungkin juga menyukai