Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami bersaksi tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad saw. adalah hamba dan utusannya. Beliaulah penutup dari
seluruh para nabi. Sebaik-baiknya perkataan adalah kalam Allah dan sebaik-
baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah saw.
Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling Individual. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan
ilmu pengetahuan penulis, di mana penulis telah berusaha semaksimal mungkin
dengan bekal pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang terbaik.
Maka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, kami terbuka untuk
menerima kritik-kritik yang konstruktif dari pembaca.
Semoga karya kecil ini dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
dan menjadikan rahmat yang tak putus bagi penulis. Amin.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang
muslim. Karena dengan muraqabah inilah, seseorang dapat menjalankan ketaatan
kepada Allah SWT dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada
derajat seorang mumin sejati. Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap
seperti ini, akan membawa seseorang pada jurang kemaksiatan kepada Allah
kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya. Inilah urgensi sikap muraqabah
dalam kehidupan muslim.
B. Rumusan Masalah
2. Aspek-aspek Muhasabah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Allah swt berfirman sebagaimana yang tercantum dalam surah al-Hasyr ayat
18 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, Orang yang
pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam
Turmudzi, ia berkata, Hadits ini adalah hadits hasan)
Berdasarkan ayat 18 surah al-Hasyr dan Hadis Rasulullah saw di atas, maka setiap
orang muslim dituntut untuk selalu melakukan muhasabah.
Muhasabah seperti yang dianjurkan oleh agama Islam di atas agaknya mirip
dengan teknik self-observation, teknik self-evaluation, atau teknik self-criticism
dalam istilah psikologi, atau teknik self-analysis dalam Psikoanalisa, yaitu suatu
usaha individu untuk memahami diri sendiri, serta mengenali kelemahan atau
keterbatasan dirinya (Chaplin, 1997).
B. Aspek-Aspek Muhasabah.
a. Aspek Ibadah
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah.
Karena ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini.
[QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]
Dari Ibnu Masud ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, Tidak
akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5
perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana
dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana
dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya. (HR. Turmudzi)
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan
sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama
manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang
digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, Tahukah kalian siapakah
orang yang bangkrut itu? Sahabat menjawab, Orang yang bangkrut diantara
kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.
Rasulullah saw. bersabda, Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang
datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga
datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain,
memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan
pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah
habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan
dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR.
Muslim)
Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang
muslim. Karena dengan muraqabah inilah, seseorang dapat menjalankan ketaatan
kepada Allah SWT dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada
derajat seorang mumin sejati. Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap
seperti ini, akan membawa seseorang pada jurang kemaksiatan kepada Allah
kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya. Inilah urgensi sikap muraqabah
dalam kehidupan muslim.
Pernah suatu ketika, seorang istri yang lama ditinggal pergi suaminya;
bersyair pada tengah malam, yang kebetulan di dengar oleh Umar bin Khatab ra.
Ia mengutarakan kegundahan hatinya yang kesepian karena tiada suami yang
mendampinginya. Ia mengatakan:
Sungguh terasa teramat panjangnya malam ini, juga teramat sunyi. Lebih
membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku Namun demi Allah,
sekiranya bukan karena takut terhadap Allah. Pasti ranjang ini telah bergetar
karena kemaksiatan
1.Dari segi bahasa muraqabah berarti pengawasan dan pantauan. Karena sikap
muraqabah ini mencerminkan adanya pengawasan dan pemantauan Allah
terhadap dirinya.
2.Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah, suatu keyakinan yang dimiliki
seseorang bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya, melihatnya,
mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap
waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata sekalipun.
Pada intinya, sikap ini mencerminkan keimanan kepada Allah yang besar,
hingga menyadari dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tanpa kebimbangan,
bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap gerak-geriknya, setiap langkahnya,
setiap pandangannya, setiap pendengarannya, setiap yang terlintas dalam hatinya,
bahkan setiap keinginannya yang belum terlintas dalam dirinya. Sehingga dari
sifat ini, akan muncul pengamalan yang maksimal dalam beribadah kepada Allah
SWT, dimanapun ia berada, atau kapanpun ia beramal dalam kondisi seorang diri,
ataupun ketika berada di tengah-tengah keramaian orang.
2. Urgensi Sifat Muraqabah
1. Suatu hal yang sudah pasti dari adanya sifat seperti ini adalah optimalnya
ibadah yang dilakukan seseorang serta jauhnya ia dari kemaksiatan. Karena ia
menyadari bahwa Allah senantiasa melihat dan mengawasinya.
2. Urgensi lainnya dari sifat muraqabah ini adalah rasa kedekatan kepada Allah
SWT. Dalam al-Quranpun Allah pernah mengatakan, Dan Kami lebih dekat
padanya dari pada urat lehernya sendiri. Sehingga dari sini pula akan timbul
kecintaan yang membara untuk bertemu dengan-Nya. Ia pun akan memandang
dunia hanya sebagai ladang untuk memetik hasilnya di akhirat, untuk bertemu
dengan Sang Kekasih, yaitu Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
mengatakan :
Barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun
akan merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barang siapa yang tidak
menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai pertemuan
dengannya (HR. Bukhari).
b. Menjaga agar perjalananya tetap konsisten berada tepat dalam rel yangbenar
dan tidak melenceng.
c. pengendalian diri agar tidak terlalu sulit untuk kembali kepada jalan yangbenar,
untuk meraih tujuan dan meraih ridho Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika seseorang sedang mengalami sakit (sakit mental atau pun fisik),
maka dianjurkan untuk bermuhasabah agar mengenali dan memahami
keterbatasan-keterbatasan yang terdapat pada dirinya sendiri, juga mengevaluasi
hal-hal yang pernah ia dilakukan, apa kesalahan dan kekurangannya, dan mengapa
ia berbuat begitu. Jika hal-hal yang telah diperbuatnya ditemukan kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan, maka seharusnya ia berusaha memperbaiki
kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan tersebut untuk diperbaiki di
masa yang akan datang.
B. Saran