Anda di halaman 1dari 14

STUKTUR JIWA DALAM

PSIKOLOGI ISLAM
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Psikologi Islam

Dosen Pengampu:

Ahmad Fauzan, M.Pd.I.

Disusun oleh :

MAYSITA MAR’ATUS SHOLIHAH ( 126308201048 )


NUR AINI DWI LAILATUL AZIZAH ( 126308201050 )
MEYLA AZZAHRA SUTRISNO ( 126308201052 )
YOLANDA MEYDIA AKBARI ( 126308201054 )

SEMESTER 1
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 1B
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. Sholawat dan


salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah saw. atas
berkat limpahan dan rahmat-Nya pnulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “struktur jiwa dalam psikologi islam”.
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi upaya dalam
mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang
dipelajari. Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Ahmad Fauzan, M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Dasar-Dasar
Psikologi Islam yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
3. Civitas-civitas akademika IAIN Tulungagung dan teman-teman yang telah
membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis, mengharapakan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tulungagung, 2 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I....................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................4
Tujuan...............................................................................................4
BAB II..................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................5
3.1 Substansi Manusia Yang Menggambarkan Struktur
Kejiwaan ( Jasmani, Rohani, Akal, dan Nafs)..............................5
A. Substansi jasmani.....................................................................5
B. Substansi Ruh...........................................................................6
C. Substansi Nafsani.....................................................................6
D. Akal...........................................................................................7
3.2 Membandingkan Dengan Struktur Dalam Psikologi Barat
Kontemporer....................................................................................8
PSIKOLOGI BARAT...................................................................8
PSIKOLOGI ISLAM.................................................................10
BAB III...............................................................................................12
KESIMPULAN..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna dengan anugerah akal
dan fikiran. Berbicara mengenai manusia yang merupakah mahluk yang unik, mahluk
psikofisik dengan memiliki beragam karakteristik, beragam kepribadian maka tentu tidak
akan ada habisnya. Di dalam islam memandang bahwa manusia mampu untuk
mengetahui sebuah pengetahuan, kebenaran sebatas modalitas yang dimilikinya dan
ketidaktahuan yang diluar modalitasnya. Selama manusia memiliki syarat utama yang
berupa kemampuan fisik, kesehatan mental secara lahiriah dan batin yang sehat maka
mereka akan dapat mengetahui.

Bagi kita bahwa Al-Qur’an cukup untuk tidak bertabrakan dengan salah satu ilmu
pengetahuan yang akan diterima oleh akal, membukakan jendela pemikiran para umat
muslim, dan memupuk kerinduan dalam diri kita untuk melakukan sebuah penghayatan,
perenungan, analisis, dan telaah ilmiah.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana strukturalisasi jiwa manusia dalam psikologi islam ?
2. Bagaimana cara membandingkan struktur Psikologi Islam dengan Psikologi Barat ?

Tujuan
1. Dapat mengetahui apa saja dan bagaimana struktur kejiwaan manusia dalam
pandangan islam.
2. Dapat membandingkan strukturlisasi dalam pandangan Psikologi Islam dengan
Psikologi Barat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Substansi Manusia Yang Menggambarkan Struktur Kejiwaan


( Jasmani, Rohani, Akal, dan Nafs)
Pengertian jiwa (nafs) dalam pandangan islam adalah nyawa/roh yang
menyebabkan adanya sebuah kehidupan, sifat yang mendorong manusia melakukan suatu
hal dan perasaan yang timbul pada diri manusia tersebut. Sedangkan psikoanalisis jiwa
diartikan sebagai suatu keadaan manusia dimana dalam diri tersebut dibagi menjadi 2
keadaan yaitu, keadaan alam bawah sadar dan keadaan sadar. Penentuan struktur
kejiwaan tak lepas dari berbagai pembahasan substansi manusia, diantaranya adalah :

A. Substansi jasmani
Jasad (jisim) dalah suatu substansi manusia yang lebih mengarah terhadap
organisme fisik. Dimana setiap mahluk biotik-lahiriah memiliki 4 unsur
material yaitu tanah,api, udara, air yang merupakan sebuah unsur abiotik
(mati). Mereka akan hidup bila diberi energi kehidupan yang sering disebut
dengan nyawa, sama dengan manusia yang hidup dengan nyawa. Abu al-
Hasan al-Asy’ari menyebutnya dengan al-hayat (daya hidup), sedangkan al-
Ghazaly menyebut dengan al-ruh (ruh material).
Lantas apa perbedaan al-ruh dengan al-hayat ? jika al-ruh itu menyatu dengan
manusia sejak dalam embrio setelah berumur 4 bulan, sedangkan al-hayat
sudah sejak adanya sel kelamin.Dengan daya ini manusia bisa merasakan
sakit, panas, dingin, lapar dll.
Jisim manusia memiliki natur terseendiri seperti menurut al-Ghazaly
yang menyatakan bahwa sifat komponen ini dapat bergerak, memiliki rasa,
berwatak gelap dan kasar tidak berbeda dengan lainnya. Sedangkan menurut
Ibnu Rusyd yang menyatakan bahwa komponen jasad adalah sebuah
komponen materi. Komponen materi ini memiliki naturnya yaitu inderawi,
empirik, dan dapat disifati.
B. Substansi Ruh
Beberapa ahli menyebut bahwa ruh adalah sebagai badan halus (jism
lathif), substansi yang sederhana (jauhar basith), dan ada juga yang substansi
ruhani (jauhar ruhani). Ruh adalah suatu substansi yang memiliki natur sendiri.
Sepertimenurut Ibnu Sina yang mengatakan bahwa kesempurnaan sebuah jasad
awal manusia yang tinggi dengan memiliki daya kehidupan. Sedangkan menurut
al-Farabi yang menyatakan bahwa ruh berasal dari amar (alam perintah) yang
memiliki suatu sifat berbeda dengan jasadnya.

Sesuai dengan ( QS. Al-a’raf:172, al-ahzab 72) bahwa fitrah dari ruh mukti
dimensi yang tidak ada batasan antara ruang dan waktu, ruh dapat keuar masuk
dan ruh juga hidup sebelum tubuh seorang manusia itu ada. Adapun bahwa
kematian tubuh tidak bisa dikatakan sebagai kematian ruh karean ruh akan masuk
ke tubuh manusia jika mereka sudah siap menerimanya dan kesiapan tersebut saat
kandungan berusia 4 bulan, dan pada saat itu ruh berubah nama menjadi al-nafs
( gabungan ruh dan jasad ). Pembahasan mengenai ruh yang dibagi menjadi 2,
yaitu : ruh yang berhubungan dengan zatnya sendiri ( al-munazzalah), dan ruh
yang berhubungan dengan jasmani (al-gharizah/ nafsaniah).

Ruh al-munazzalah diciptakan di alam ruh atau di alam perjanjian, ruh ini
sudah melekat pada diri setiap manusia atau sering disebut dengan fitrah asal yang
mendasari sebuah esensi (hakikat) struktur manusia, dimana ruh ini berguna untuk
memberikan motivasi yang menjadi dinamika tingkah lakunya. Wujud ruh al-
munazzalah adalah al-amanah. Sedangkan al-gharizah yaitu ruh seorang manusia
yang berkaitan dengan jasad.

C. Substansi Nafsani
Dalam khazanah islam nafs memiliki banyak arti, nafs yang berarti jiwa,
nyawa, ruh, kepribadian, dan struktur psikofisik manusia. Struktur nafs
merupakan bagian dari struktur psikofisik kepribadian manusia yang diciptakan
guna mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah SWT terhadap
manusia dialam arwah. Struktur nafsani berbeda dengan struktur jiwa seperti yang
dipahami dalam Psikologi Barat, ia adalah perpaduan integral antara struktur
jasmani dan rohani. Nafsani mempunyai natur gabungan antara natur ruh dan
jasad yang memiliki ikatan hukum yang bersifat ruhani-jasadi, potensi ini bersifat
potensial tetapi juga dapat teraktualisasi jika manusia mengupayakan.

Substansi nafsani memiliki potensi gharizah yang jika dikaitkan dengan


substansi jasad dan ruh maka akan terbagi menjadi 3, diantaranya yaitu :

- Al-qalb, berkaitan dengan rasa dan emosi


- Al-aql, berkaitan dengan kognisi atau cita
- Daya al-nafs, berkaitn dengan karsa atau konasi

D. Akal
Menurut al Ghazali akal yang dimaksud dalam konteks ini ialah rasio
antara nafsani dan taklid ( keyakinan berdasar kepada tingkah laku nabi semua
adalah benar) yang mengikuti nabi sebagai rasio qalbani. Menurut Ma’an
Ziyadat dan Ar-Raghib Al- ashfahany dalam Muib dan Mudzakir menyatakan
bahwa akal secara etimologi memiliki arti sebagai al-imsak (mencegah), al-
ribath (ikatan), an-nahy (melarang), dan man’u (mencegah).

Kembali lagi ke al Ghazali bahwa akal manusia sangat beragam dan dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Akal praktis (al-amilat)


b. Akal teoritis ( al-alimat)

Berdasarkan tinggi jangkauan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :

a. Akal material ( al-aql al-hayulani)


b. Akal mungkin ( al-aql al-malakat)
c. Akal aktual ( al-aql bi al-fi’li)
d. Akal perolehan ( al-aql al-mustafad)

Disamping itu akal dapat disinonimkan dengan otak seperti yang


diutarakan oleh Malinda Jo Levin dalam Mubarok (2002:32) bahwa otak kiri
bekerja untuk hal-hal yang bersifat logik (menulis, menghitung, bahasa,
berbicara) sedangkan otak kanan lebih ke hal yang bersifat emosi (seni,
apresiasi, fantasi, intuisi). Secara sedrhana akal dibagi menjadi beberapa
bagian, yakni :
a. Akal hidup, dimana segala informasi yang di tangkap akan masuk kedalam
akal hidup, terurai dalam satu persepsi kebenaran.
b. Akal sehat, yang menunjukan suatu hal kepada pembuktian dan penuh
perhitungan. Dalam hal ini kesempurnaan akal memberikan suatu
argumentasi atau pernyataan yang kebenarannya diakui khalayak umum.
c. Akal sakit, jika dilihat dari segi fisik akal ini berkaitan dengan gangguan
fisik contoh seperti saat seseorang demam maka akan terasa sulit dalam
menggunakan akal (berkonsentrasi).
d. Akal mati, yang berarti secara fisik memang ada kerusakan pda jaringan
otak yang sering disebut disfungsi, contohnya seperti orang gila di pinggir
jalan.

3.2 Membandingkan Dengan Struktur Dalam Psikologi Barat


Kontemporer

PSIKOLOGI BARAT

Definisi Secara Etimologis kata “kepribadian” berasal dari bahasa Latin yaitu
“persona” yang berarti “topeng” yakni topeng yang dipakai oleh aktor drama
dan sandiwara yang mengacu pada sebuah pertunjukkan sandiwara yang
menggunakan topeng oleh aktor-aktor Roman dalam drama yunani. Para aktor
ini menggunakan topeng untuk menonjolkan peran atau berpenampilan tiruan.
Kemudian dalam beberapa bahasa kepribadian disebut dengan istilah
personality (Inggris), personalidad (Spanyol), dan personalichkeit (Jerman).

Definisi Secara Terminologis kepribadian telah banyak didefinisikan dengan


berbagai ragam makna dan pendekatan. Kebaragaman makna ini pada
dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
perbedaan dalam hal landasan keilmuan dan sudut pandang yang digunakan.
Berikut ini adalah definisi kepribadian secara terminologis dalam pandangan
ilmuan psikolog barat.a.Allport, dalam Sumadi Suryabrata, mendefinisikan
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.

Analisis Terhadap Kepribadian dalam Pandangan Ilmuan Barat dari seluruh


definisi teori kepribadian psikologi barat yang telah dikemukakan di atas.
Namun dari keseluruhan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan menurut
ilmuan psikologi barat kepribadian dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan
dimana manusia berinteraksi dan pengalaman kehidupan yang dialami.
Dengan demikian, ilmuan psikologi barat berpandangan bahwa yang
membentuk atau yang mempengaruhi kepribadian manusia adalah lingkungan
tempat tinggal dan pengalaman kehidupannya.Pandangan ilmuan psikologi
barat tentang kepribadian manusia tersebut dibangun dari pengetahuan-
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dan penggalian secara
lahiriyah semata, yaitu dengan cara pengkajian yang berulang-ulang terhadap
sejumlah orang yang berbeda-beda dalam kondisi dan situasi yang berbeda-
beda pula. Sehingga menimbulkan sebuah kesimpulan bahwa kepribadian
manusia dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman
kehidupannya. Kemudian hasil dari pengamatan tersebut disimpulkan dan
dijadikan sebuah teori yang digunakan untuk mewakili seluruh umat manusia.
Dalam hal ini, menurut pandangan penulis tidak tepat. Karena kondisi manusia
di suatu wilayah berbeda dengan kondisi manusia di wilayah yang lain.
Sehingga pengatahuan yang dijadikan landasan oleh ilmuan psikologi barat
terhadap manusia tersebut berupa dugaan yang berpotensi ke arah salah,
disamping dibangun di atas landasan yang simpang siur. Akhirnya kekeliruan
pandangan mengenai kepribadian manusia tersebut membawa konsekuensi
pada kekeliruan terhadap konsep kepribdian manusia dan pembentukan
kepribadian manusia. Demikianlah konsep teori kepribadian menurut imuan
psikologi barat yang menurut penulis masih perlu dikaji ulang kebenarannya.

UNSUR-UNSUR PEMBENTUK KEPRIBADIAN MENURUT BARAT

Menurut pandangan ilmuan barat, dalam psikologi kepribadian barat modern,


pembahasan mengenai unsur-unsur kepribadian manusia dibicarakan oleh
beberapa tokoh, sebagai berikut:

1.Menurut Sigmund Freud, dalam Sumadi Suryabrata, unsur kepribadian


terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu :

a.Id (das es) adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisikan sesuatu
yang telah ada sejak lahir. Berorientasi kepada kesenangan yang merupakan
sumber insting kehidupan atau dorongan biologis (makan, minum, tidur, dsb.)
prinsip kesenangannya merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera dari
dorongan biologis tersebut.

b.Ego (das Ich) merupakan aksekutif atau manajer dari kepribadian yang
membuat keputusan tentang insting-insting mana yang akan dipuaskan dan
bagaimana caranya; atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi,
rasional dan berorientasi kepada prinsip realitas. Peran utamanya sebagai
mediator yang menjembatani antara iddengan kondisi dunia luar.

c.Super Ego (das uber ich) merupakan komponen moral kepribadian yang
terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk dan benar-
salah. Super ego bekerja untuk mengontrol diri sendiri, mencapai
kesempurnaan kepribadian(Sumardi. S, 1993).Unsur-unsur kepribadian ini
membentuk kepribadian pada diri seseorang sehingga melahirkan tingkahlaku
atau perbuatan, ketika ketiga unsur ini berjalan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Yaitu ketika id membutuhkan pemenuhan kemudian ego
mempertimbangkan apakah dipenuhi atau tidak sesuai dengan pertimbangan
dari super ego berdasarkan norma-norma di suatu lingkungan atau masyarakat.
Keputusan akhir dari pertimbangan super ego inilah yang menentukan suatu
perbuatan pada diri seseorang, sehingga terbentuklah kepribadian pada diri
seseorang sesuai dengan tingkah laku atau perbuatan-perbuatan yang
dilakukannya. Inilah proses pembentukan kepribadian berdasarkan id, ego dan
super ego menurut Sigmund Freud. Dengan demikian, pembentukan
kepribadian menurut Sigmund Freud hanya terfokus kepada kebutuhan alami
manusia, kemudaian insting yang berfungsi mempertimbangkan apakah
dipenuhi atau tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan.

PSIKOLOGI ISLAM

Definisi kepribadian menurut ilmuan muslim mendefinisikan kepribadian


adalah merupakan usaha untuk mendeskripsikan manusia sebagai objeknya,
melalui sifat-sifatnya, dari aspek komprehensif (jâmi’) dan protektifnya
(mâni’). Adapun yang dimaksud dengan definisi harus bersifat komprehensif
(jâmi’) dan protektif (mâni’) adalah definisi itu harus menyeluruh meliputi
seluruh aspek yang dideskripsikan, dan memproteksi sifat-sifat di luar
substansi yang dideskripsikan(Abdurrahman. H, 2007).

Definisi Kepribadian secara EtimologisSecara etimologis, kata “kepribadian”


lebih dikenal dengan term al-Syakhshiyah yang berasal dari kata “syâkhsh”
yang berarti “pribadi”. Kata itu kemudian diberi yâ’ an-nisbahsehingga
menjadi kata benda buatan “syakhshiyah” yang berarti “kepribadian”.Dalam
kamus bahasa Arab modern, istilah syakhsiyah digunakan untuk maksud
kepribadian(Abdul Mujib, 2017).Namun, dalam literatur keislaman pada
khazanah klasik abad pertengahan, kata syakhshiyah (sebagai padanan dari
kepribadian) kurang begitu dikenal, pada masa itu para tokoh ilmuan muslim
lebih mengenal term akhlak daripada term syakhshiyah(Abdul Mujib, 2017).
Sedangkan dalam literatur keislaman modern, term syakhshiyah telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dan menilai kepribadian individu. Sebutan
syakhshiyah al-muslim memiliki arti kepribadian orang Islam. Pergeseran
makna ini menunjukkan bahwa term syakhshiyah telah menjadi kesepakatan
umum untuk dijadikan sebagai padanan dari kepribadian (personality)(Abdul
Mujib, 2017).

Definisi kepribadian secara terminologi kepribadian adalah hasil kerja bareng


dan dinamika integrasi dari unsur kepribadian yang terdiri dari potensi
nafsiyah (jasad dan naluri) dan potensi akal dalam penggunaannya.

Unsur-unsur pembentuk kepribadian menurut Ilmuan Muslim dalam


pandangan Islam. Unsur kepribadian manusia yang dimaksud di sini adalah
aspek-aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia yang karena
aspek-aspek ini kepribadian terbentuk

a.Jasad

Jasad meliputi tingkah laku luar manusia yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat dan cara-cara berbicara. Aspek jasad ini
adalah merupakan aspek biologis sebagai pelaksana tingkah laku perbuatan
manusia.Dengan demikian jasad adalah merupakan organ tubuh manusia yang
secara fisikterlihat oleh kasat mata. Adapun fungsi jasad dalam proses
pembentukan kepribadian adalah sebagai pelaksana dari unsur-unsur lainnya
yang berupa tingkah laku atau perbuatan

b.Akal

Lafadz akal berasal dari bahasa Arab dari lafadz aql. Secara istilah akal adalah
kekuatan yang dapat digunakan untuk menghukumi sesuatu. Atau dengan
ungkapan yang lebih tegas, akal adalah kemampuan untuk menghukumi
fakta/realitas tertentu, baik yang berkaitan dengan perbuatan maupun benda
yang dibangun berdasarkan pandangan hidup tertentu. Dengan demikian, akal
adalah merupakan potensi yang dimiliki oleh manusia yang berfungsi untuk
berfikir atau menghukumi sebuah fakta/realitas yang terindera, yang mana akal
adalah merupakan khasiyat dari otak manusia. Dalam proses pembentukan
kepribadian manusia, akal berfungsi sebagai pembuat keputusan terhadap
fakta/realitas dan sebagai penentu pelaksanaan perbuatan, apakah perbuatan
tersebut dilakukan atau tidak.

c.Kalbu

Kalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya
emosi. Kalbu terdiri dari dua aspek, yaitu kalbu jasmani dan kalbu ruhani.
Kalbu jasmani adalah daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang
yang terletak di dalam dada sebelah kiri. Sedangkan kalbu ruhani adalah
sesuatu yang bersifat halus, ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani.
Kalbu ruhani ini memiliki insting yang disebut dengan nur ilahi (cahaya
ketuhanan) dan al-bashirah al-batinah (mata batin) yang memancarkan
keimanan dan keyakinan. Dalam proses pembentukan kepribadian fungsi
kalbu adalah melahirkan sebuah keyakinan terhadap fakta/realitas atau
perbuatan tertentu apakah dilakukan atau tidak.d.Nafsiyah (nafsu)Nafsiyah
berasal dari lafadz nafs yang ditambah dengan huruf yâ’ an-nisbah.

Konsep Kepribadian Islami

Islam telah memberikan solusi terhadap manusia dalam mewujudkan


kepribadian islami, yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai landasan
berfikir, yang diatas landasan tersebut dibangun seluruh pemikirannya serta
dibentuk pemahamannya dalam memberikan solusi atas perbuatan-perbuatan
manusia yang timbul dari kebutuhan jasmani dan nalurinya dengan hukum-
hukum syara’ yang terpancar dari akidah Islam. Dengan demikian setiap orang
yang berpikir berdasarkan akidah Islam dan hawa nafsunya dikembalikan
kepada akidah Islam maka seseorang tersebut memiliki kepribadian
islamiKepribadian islami terwujud pada diri seseorang ketika aqliyah dan
nafsiyahnya menyatu dengan Islam, dan tidak cukup hanya dengan aqliyahnya
saja yang islami, di mana misalnya seseorang bisa mengeluarkan keputusan
hukum tentang benda dan perbuatan sesuai hukum-hukum syara’, sehingga
orang tersebut mampu menggali hukum, mengetahui halal dan haram.
Semuanya itu belum cukup, kecuali setelah nafsiyahnya juga menjadi nafsiyah
Islam, sehingga bisa memenuhi tuntutan kebutuhan jasmani dan nalurinya
dengan landasan Islam. Sehingga orang tersebut mengerjakan shalat, puasa,
zakat, haji, serta melaksanakan yang halal dan menjauhi yang haram.
Demikian juga tidak cukup jika seseorang hanya memiliki nafsiyah Islam,
sementara aqliyahnya tidak. Dengan demikian, ketika seluruh perbuatan
seseorang dibangun berdasarkan aqliyah Islam dan nafsiyah Islam maka
terwujudlah kepribadian islami, yaitu kepribadian yang memiliki ciri khas
Islam. Kepribadian islami pada diri seseorang dapat dilihat dari perbuatan-
perbuatannya dan pemikiran-pemikirannya yang senantiasa terikat dengan
akidah Islam.

BAB III

KESIMPULAN
Pengertian jiwa dalam pandangan islam adalah nyawa atau roh yang
menyebabkan adanya sebuah kehidupan, sifat yang mendorong manusia
melakukan sesuatu hal dan perasaan yang timbul pada diri manusia tersebut.
Sedangkan psikonalisis jiwa diartikan sebagai sesuatu keadaan manusia
dimana dalam diri tersebut dibagi menjadi 2 keadaan yaitu, keadaan alam
bawah sadar dan keadaan sadar. Adapun substansi manusia sebagai berikut :
substansi jasmani, substansi ruh, substansi nafsani, akal.

Kepribadian manusia tidak ada kaitannya dengan bentuk tubuh, wajah,


keserasian fisik dan hal lain sejenisnya. Manusia memiliki keistimewaan
disebabkan akalnya, sementara baik atau buruknya kepribadian manusia
ditunjukkan oleh perbuatannya. Perbuatan adalah aktifitas yang dilakukan
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Perbuatan
manusia terkait erat dengan mafahimnya serta tidak bisa dipisahkan.
Sedangkan mafahim adalah pemahaman terhadap fakta/realitas berdasarkan
landasan tertentu yang diyakini sebagai informasi yang tersimpan di dalam
otak.

Adapun aktifitas pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri erdasarkan


mafahim yang dimiliki oleh seseorang disebut dengan pola sikap. Sedangkan
aktifitas menghukumi fakta berdasarkan landasan tertentu yang diyakini
disebut dengan pola berpikir.Berdasarkan konsep kepribadian di atas,
kepribadian didefinisikan sebagai “satu kesatuan integrasi dari cara kerja
aqliyah dan nafsiyah berdasarkan akidah tertentu yang diyakini kemudian
melahirkan perbuatan”. Definisi ini bersifat umum untuk seluruh definisi
kepribadian manusia. Inilah definisi kepribadian dan inilah konsep kepribadian
menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.Islam telah memberikan solusi
terhadap manusia dalam mewujudkan kepribadian islami, yaitu dengan
menjadikan akidah Islam sebagai landasan berfikir, yang diatas landasan
tersebut dibangun seluruh pemikirannya serta dibentuk pemahamannya dalam
memberikan solusi atas perbuatan-perbuatan manusia yang timbul dari
kebutuhan jasmani dan nalurinya dengan hukum-hukum syara’ yang terpancar
dari akidah tersebut.

Dengan demikian setiap orang yang berpikir berdasarkan akidah Islam dan
hawa nafsunya dikembalikan kepada akidah Islam maka seseorang tersebut
memiliki kepribadian islami. Ketika akidah Islam yang dijadikan satu-satunya
tolak ukur umum terhadap seluruh pemikiran dalam menghukumi fakta, maka
terbangunlah pemahaman islami yaitu aqliyah Islam. Dan ketika akidah Islam
yang dijadikan satu-satunya tolak ukur umum dalam pemenuhan dorongan
kebutuhan jasmani dan nalurinya secara praktis dan riil, maka terbangunlah
pola sikap islami yaitu nafsiyah Islam. Dengan demikian, ketika seluruh
perbuatan seseorang dibangun berdasarkan aqliyah Islam dan nafsiyah Islam
maka terwujudlah kepribadian islami, yaitu kepribadian yang memiliki ciri
khas Islam. Berdasarkan hal ini, kepribadian islami didefinisikan sebagai,
“satu kesatuan integrasi dari cara kerja aqliyah dan nafsiyah berlandaskan
akidah Islam yang melahirkan perbuatan”. Inilah definisi dan konsep
kepribadian islami menurut pandangan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.

Unsur kepribadian manusia terdiri dari, unsur dalam diri manusia dan unsur
diluar diri manusia. Unsur dalam diri manusia meliputi, panca indera, otak,
akal dan nafsiyah. Namun keempat unsur ini hanya dapat menghasilkan reaksi
saja. Oleh karena itu untuk dapat melahirkan sebuah perbuatan tertentu pada
diri seseorang, dibutuhkan unsur dari luar diri manusia berupa fakta/realitas
dan informasi awal yang tersimpan didalam otak manusia yang meliputi ilmu
dan pengetahuan-pengetahuan yang terpancar dari akidah. Adapun informasi
atau pengetahuan yang dijadikan landasan berfikir dalam menghukumi
fakta/realitas oleh seseorang menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani,
bersumber dari akidah Islam, akidah sekuler dan akidah komunis.Dari akidah
inilah terpancar pengetahuan-pengatuan yang berupa tsaqofah.Dengan
demikian ketika ingin membentuk kepribadian islami pada seseorang maka
harus menjadikan akidah Islam dan tsaqofah Islam sebagai landasannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjf35Sy8vfsAhV3IbcAHY-
xC8sQFjADegQIAhAC&url=https%3A%2F%2Fmoraref.kemenag.go.id%2Fdocuments%2Farticle
%2F98077985952814390%2Fdownload&usg=AOvVaw0ZFhspTWaKLVkazgxvXbpe

Anda mungkin juga menyukai