Anda di halaman 1dari 5

1.

Hindu

Dari seluruh agama yang masih hidup mungkin agama Hindu yang tertua. Agama ini
adalah sinkertisme yang dibentuk kompromi antara berbagai agama dan kebudayaan
di anak benua India. Dua aliran agama yang bercampur dalam agama Hindu, yakni
Dravida dan Indo-Aria.

Bangsa Dravida telah mencapai tingkat kebudayaan yang sangat tinggi jauh sebelum
munculnya bansa Aria di anak benua Indo-Pakistan sekitar 2500 SM. Mohenjo Daro
memberi beberapa kata kunci sifat agama mereka. Berbagai gambar wanita di
berbagai tembikar memberikan isyarat bahwa ada beberapa bentuk penyembahan
terhadap tuhan ibu di kalangan mereka. Juga ada candi yang menunjukkan bentuk
wanita yang dari perutnya keluar suatu tanaman, dan ini menunjukkan ide dari dewi
bumi yang berhubungan dengan tanaman. Dewi-dewi semacam ini adalah biasa
dalam agama Hindu sekarang. Ini adalah prototipe dari dewi Hindu yang sebagai
tuhan utama Shiva, tuhan dari binatang buas dan pangeran Yogi.

Dalam ajaran Hindu, ada kebebasan yang mutlak dalam meyakini ketuhanan.
Seorang Hindu dapat saja percaya terhadap setiap konsepsi ketuhanan, yakni dalam
upaya meyakini atau menerimanya. Sebagian besar filsafat Hindu berkeyakinan
bahwa Realitas Akhir atau Tuhan ada Esa, Dia tidak terhingga, abadi, tidak berubah,
dan mutlak. Semua orang Hindu yakin tentang konsep Tuhan seperti itu (nirgunna
Brahman).

2. Buddha

Agama Buddha adalah revolusi yang lain terhadap agama Brahmana, dan gerakan
besar ini tidak dapat bercampur lagi dengan agama Hindu. Buddha bukanlah suatu
agama yang berbeda, melainkan suatu sistem yang positif. Namun demikian, setelah
suatu masa sukses dan popularitas yang luas, agama ini terasing dari tanah
kelahirannya oleh agama Hindu yang dibangkitkan lagi. Tetapi sebelum itu, agama
Buddha telah tersebar ke berbagai negeri di luar India dan menjadi satu dari agama
besar di dunia.

Hindu telah mengembangkan kegemaran untuk berfilsafat secara hitam putih, yang
tiada lain kecuali mencari kebenaran atau menyalib orang. Ini adalah abad
kekacauan yang penuh pertengkaran yang membingungkan. Dalam hutan dan gua-
gua hiduplah banyak resi dan pertapa yang menjalankan penyiksaan diri dan
menolak kesenangan bagi diri mereka untuk masa yang panjang dan percaya bahwa
ini adalah jalan utnuk mencapai ketinggian rohani. Rakyat menyembah segala
macam, mulai dari matahari hingga batu biasa, dewa yang tinggi hingga setan. Di
dunia inilah, Siddharta yang mempunyai nama keluarga Gautama dan di belakang
hari menjadi Buddha dilahirkan.

Fakta sejarah mengenai kehidupan pendiri agama Buddha telah tenggelam dalam
banjir dongen yang muncul sejak awal sejarah agama tersebut. Bahkan Ananda
Coomaraswamy percaya bahwa Buddha bukanlah seorang manusia melainkan suatu
mitos Dewa Matahari. “Pertimbangan-pertimbangan ini”, tulisnya, “membangkitkan
pertanyaan apakah ‘kehidupan’ dan ‘penakluk kematian’ dan ‘Guru dari dewa dan
manusia’ yang menyatakan bahwa ia dilahirkan dan diturunkan di dunia-Brahma,
dan yang turun dari langit serta masuk dalam rahim dan lahir dar Maha Maya dapat
dianggap sebagai fakta sejarah ataukah sekedar suatu mitologi di mana sifat dan
tindakan dewa Weda yakni Dewa Agni serta Dewa Indra yang kurang lebihnya telah
bercampur dengan jelas di dalamnya.”

Siddharta Gautama dilahirkan pada tahun 563 SM. di tanah Lumbini. Ayahnya,
Suddhodana, seorang raja dari marga Sakya. Ibunya, Maya, meninggal dunia ketika
dia berumur tujuh hari, dia dibesarkan oleh saudara perempuan ibunya, yakni
Pajapati. Siddharta merasa sebagai tawanan dalam istana serta taman-taman
kemewahan yang didirikan ayahnya. Kemudian dia mengadakan perjalanan guna
melihat dunia nyata. Dalam perjalanannya, dia melihat pertapa tua berkepala gundul
dengan jubah kuning, dan pandangannya kepada pertapa tua itu mengilhami
keinginan untuk mencari kedamaian hidup keagamaan, dan ketentraman serta
mengenakan jubah pendeta.

Orang-orang yang pertama kali dia menyampaikan risalahnya adalah lima pertapa
yang ditinggalkannya saat dia menghentikan hidup bertapa. Dia mengajarkan
kepada mereka Jalan Tengah, Empat Kebenaran Mulia, dan Delapan Segi Jalan ke
Arah Keselamatan. Mereka menjadi murid-muridnya yang pertama
dan Arahant (Wali yang sempurna). Jumlah pengikutnya bertambah dengan cepat.
Selama empat puluh tahun mengajarkan Dharma dan Jalan Kedamaian abadi dan
hidup kekal. Di akhir hidupnya dia mengatakan kepada para pengikutnya untuk
membuat “diri sendiri sebagai tempat mengungsi, dan pengungsian Hukum Abadi
mereka.” Kata-kata terakhirnya, “Dapat rusaklah segala perkara yang berpasangan;
bekerjalah dalam kesungguhan demi tujuan anda.”

Inti sari ajaran Buddha adalah cinta kasih yang terdapat dalam khutbahnya
“Meletakkan diri dalam Gerak Roda Kebenaran”. Dia mengajarkan bahwa mereka
yang ingin memasuki hidup keagamaan harus mencegah dua ekstrimitas yang
mengumbar nafsu pribadi, hidup menyiksa diri, dan mengikuti jalan tengah. Dia
mengungkapkan Empa Kebenaran Mulia:

1. Kebenaran Pertama yakni tentang adanya penderitaan dan


kesusahan di dunia ini.
2. Kebenaran Kedua yakni menyatakan bahwa sebab dari penderitaan
dan kesusahan itu adalah nafsu pribadi.
3. Kebenaran Ketiga menjamin bahwa nafsu pribadi dan kesusahan
dapat dibinasakan.
4. Kebenaran Keempat menunjukkan jalan yang menuntut ke arah
menghilangkan kesusahan dan ketidakbahagiaan.
5. Kong Hu Chu

China memiliki sejarah yang panjang dan mulia tiada tandingannya. Ketika sejarah
mereka dimulai sekitar 2700 SM., watak, sifat, dan lembaga-lembaga di China telah
mapan. Sekitar abad ke-VI SM. Tampak ada keadaan tanpa hukum yang besar
pengaruhnya di China. Baik kehidupan politik, maupun keagamaan menjadi rusak
dan merosot dari kemuliaannya yang semula. Dalam keadaan inilah, dua agama
besar China yakni Kong Hu Chu dan Tao lahir. Dari segenap agama-agama di China,
maka Kong Hu Chu telah meninggalkan kesan yang kuat dalam kehidupan dan
kebudayaan China. Untuk hampir 25 abad, Kong Hu Chu dianggap oleh China
sebagai Guru yang pertama yang mengatasi mereka dalam derajatnya.
Confusisus adalah nama latin dari nama K’ung Fu-Tzu, dilahirkan pada tahun 551
SM. dari keluarga terpandang tapi miskin dan meraih sukses atas hasil usahanya
sendiri. Kong Hu Chu menghindarkan diskusi mengenai hal-hal yang metafisik dan
abstrak. Seorang mudirnya, Chung Yun, suatu kali bertanya kepada Tuannya tentang
roh. Kong Hu Chu menjawab: “Bilaman engkau tidak dapat mengenal manusia,
bagaimana engkau dapat mengenal roh?” Ketika dia ditanya tentang kematian:
“Bilamana engkau tidak mengenal kehidupan, bagaimana engkau bisa mengetahui
kematian?”

Kong Hu Chu percaya bahwa dunia ini dibangun berdasarkan landasan moral. Jika
manusia dan negara menjadi rusak akhlaknya, maka tata-susunan alam akan
terganggu. Akan bencana peperangan, banjir, gempa bumi, paceklik yang panjang,
dan wabah penyakit.” Kong Hu Chu tidak percaya adanya beban gaib, dosa asal, atau
dosa yang diwariskan. Dia percaya bahwa manusia tidak memerlukan juru selamat
yang secara mukjizat akan menghapus segala dosanya. Apa yang diperlukan manusia
adalah seorang Guru ketulusan yang dengan sepenuhnya mempraktikkan ajaran-
ajarannya dapat menjadi contoh teladan bagi manusia lainnya. Kong Hu Chu adalah
Guru semacam itu yang dibangkitkan Tuhan.

Selama periode Chin (221-207 SM.) ada gerakan yang tidak terelakkan terhadap
kemerdekaan berpikir pada akhir tahun Chou, yang ditandai dengan lahirnya
‘Seratus Aliran’. Dengan diilhami oleh reaksi inilah, maka Kaisar Shih Huang Ti
menginginkan pengendalian aliran pemikiran dengan dekritnya yang terkenal buruk,
yakni membakar semua karya mereka tentang ketuhanan, pengobatan, dan
pertanian. Sebagai akibat dari dekrit ini, maka sebagian buku-buku Kong Hu Chu
dimusnahkan menjadi abu dan tidak kurang dari 460 ahli pemikiran dihukum mati.

Namun dengan bangkitnya dinasti Han (206-220 SM.) kebebasan berpikir muncul
kembali di China. Tung Chu-shu mencoba membangkitkan kembali ajaran murni
dari Kong Hu Chu tidak sekedar sebagai filsafat, melainkan juga sebagai agama yang
sepenuhnya dengan aspek-aspek kerohanian akhlak dan budaya.

4. Yahudi

Sejarah Bani Israil dimulai saat Abad Perunggu, di mana orang-orang Semit pindah
dari peradaban yang menonjol di Lembah Efrata, mengikuti hancurnya kota tua Ur,
dan menetap di negeri perbukitan yang terpisah di Kanaan Tengah dan Kanaan
Selatan di tepi Laut Tengah. Pemimpin dari keluarga ini adalah seorang laki-laki,
Abraham, yang tegak berhadapan melawan agama purba serta berhala rakyat dan
dengan mengikuti wahyu ilahi. Karena keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan hidupnya yang saleh, Ibrahim dijanjikan bahwa keturunannya yang tulus akan
menjadi sumber rahmat yang lestari bagi bangsa-bangsa di muka bumi ini.

Akidah agama Yahudi dikenal sebagai Shema. Agama Yahudi berlandaskan dua


ajaran yang luas, keyakinan atas keesaan Tuhan dan terpilihnya Israil sebagai
pembawa kepercayaan ini. selain ajaran tentang keesan-Nya adalah juga ke Maha
Kuasaa-Nya dalam istilah Talmud “Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh Kehendak-Nya. Konsepsi tentang Tuhan dalam
banyak teks dari Alkitab adalah antropomorfis. Dia adalah menurut istilah Mathew
Arnold, “seorang yang gagah perkasa dan tidak seperti orang biasa.” Dasar agama
Yahudi sebagai suatu sistem keagamaan dan hukum moral adalah kesucian yang
mengandung dua aspek: negatif dan positif. Kesucian agama meminta dalam arti
negatif menolak semua penyembahan berhala, dan dalam arti positif dijalankannya
suatu sistem dalam upacara yang dianggap bangsa Yahudi telah diwahyukan kepada
mereka dari Tuhan.

5. Kristen

Pada saat Yesus dilahirkan, Palestina adalah bagian dari Kekaisaran Romawi. Senat
Roma menunjuk Herodes sebagai Raja Palestina di bawah perwalian Romawi.
Herodes secara lunak harus mempertahankan kepentingan Romawi di satu pihak,
tetapi di sisi lain dia harus  mendapat popularitas di kalangan bangsa Yahudi, dan ini
bukanlah tugas yang mudah. “Pemerintahannya telah dibandingkan,” tulis Morton
Scott Enslin, “dengan pemerintahan Sulaiman as. Kenyataannya ini jauh di
bawahnya.

Umat Nabi Isa as., yakni Bani Israil sendiri telah tercerai berai ke berbagai bagian
dunia. Mereka yang tetap tinggal di Palestina hanya sebagian kecil saja dari semua
orang Yahudi. Di kota Alexandria yang pada saat itu merupakan pusat utama dari
dunia ilmu agama maupun perekonomian, sekurang-kurangnya ada satu juga orang
Yahudi. Bani Israil tercerai berai khusunya mereka yang tinggal di Alexandria,
mereka tetap mempertahankan kesetiaannya pada agama berikut upacara-upacara
peribadatan mereka yang telah bercampur dengan berbagai kebudayaan dan filsafat
Yunani. Mereka telah melupakan ucapan Ibrani dan membaca Alkitab dalam
terjemahan Yunani.

Kaum Yahudi di Palestina pada saat itu terpecah dalam beberapa golongan atau
sekte. Yang paling penting adalah kaum Saduki dan Farisi. Mereka telah membagi
Sanhedran di kalangan mereka sendiri; kaum Saduki mengawasi Sanhedran dan
Kanisah; kaum Farisi menguasai bagian keagamaan Sanhedran dan Sinagog-
sinagog.

Semua golongan, kecuali Saduki, menyongsong kedatangan Almasih Yang


Dijanjikan, yang akan membimbing mereka kepada Abad Keemasan. Namun mereka
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap Almasih yang diharapkan. Berapa
kaum menyongsong Almasih dalam bentuk politis yang akan membebaskan Bani
Israil dari Penjajahan Romawi dan dia sendiri akan menjadi Raja Israil. Golongan
lainnya memandang lebih dari segi rohani dan percaya bahwa Almasih yang akan
datang itu membimbing ke aray Tata Dunia Baru. Dalam situasi seperti inilah Isa
Almasih dilahirkan dan kemudian menjadi utusan Tuhan, seperti yang mereka
harapkan.

6. Islam

Pada abad ke-VI Masehi, agama yang sejati telah mencapai titik yang lemah dan
tidak murni lagi, atau menjadi dilupakan dunia. Di negeri Cina Kuno, agama Lao Tzu
dan Kong Hu Chu telah kehilangan kemanusiaan dan kekuatan moralnya. Agama
Buddha yang mulia dan welas asih telah sejak lama menjadi rusak akibat
hubungannya dengan Brahmanisme dan Paganime Asia Tengah, agama tersebut
pecah menjadi dua sekte utama, satu sekte menolak Tuhan dan roh, sekte lainnya
telah menjadikan Buddha sebagai Tuhan. Agama tersebut telah merosot menjadi
ritus-ritus yang mati, penyembahan berhala, penyembahan candi, dan kemalasan
para rahib.

Agama Hindu yang telah dihidupkan kembali telah terserap dalam kesenangan yang
mesum dan primitif. Upanishad dan ajaran moran yang mengagumkan dari Krishna
semuanya telah lenyap. Yang lebih buruk lagi, sekte Sakti, yang telah memberi baju
agama kepada banyak praktik tidak bermoral, dan adegan-adegan yang paling
mesum dipahatkan di dinding-dinding candi, serta disajikan dalam balai-balai suci
mereka. Kaum Yahudi tidak perduli terhadap ras-ras selain mereka serta
menganggap diri mereka sebagai umat pilihan Tuhan.

Di semua tempat pada waktu itu adalah agama dan kehidupan politik rakyat yang
penuh kekerasan, mereka siap menunggu adanya kejutan baru yang dapat
memperbaiki harapan untuk masa depan yang lebih baik dan masyarakat yang
tumbuh dengan perasaan moral yang manusiawi. Ini adalah saat dalam rencana Ilahi
untuk mengutus Nabi Dunia yang akan menghidupkan agama yang benar dari para
nabi terdahulu, dan membawa seluruh tas umat manusia ke dalam keyakinan
universal serta satu persaudaraan. Nabi dari zamun baru ini adalah Muhammad
Saw.

Anda mungkin juga menyukai