Anda di halaman 1dari 39

Makalah

Agama hindu

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang
hingga kini masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam
perjalanannya memiliki kisah, sistem peraturan dan kemasyarakatan yang unik
bila dibandingkan dengan agama lainnya. Agama ini juga dikenal mengandung
sinkretisme yang dibentuk dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan
budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari seluruh agama yang masih
hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua setelah kepercayaan animisme dan
dinamisme.

Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang agama-agama,


pembahasan agama Hindu bila dibandingkan dengan agama-agama lainnya ialah
paling awal bila diruntut secara sejarah perkembangan agama-agama di dunia, dan
juga memiliki nilai historis yang sangat tinggi walaupun asal-usul terbentuknya
agama ini belum ditemukan. Sehingga dipandang perlu mengetahui agama Hindu
beserta seluk-beluknya pada saat memperbincangkan agama-agama di dunia.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah perkembangan agama Hindu?

b. Apa asas dan kepercayaan, dan siapa pendiri agama Hindu?

c. Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama Hindu?

d. Apa kitab suci agama Hindu

e. Apa saja peraturan-peraturan dalam agama Hindu?

f. Apa doktrin dalam agama Hindu?

2
g. Bagaimana ritual keagamaan dalam agama Hindu?

h. Apa saja upacara keagamaan agama Hindu?

i. Apa tempat-tempat suci agama Hindu?

j. Apa saja aliran-aliran dalam agama Hindu?

k. Apa kesusastraan agama Hindu?

l. Apa saja pembaharuan-pembaharuan dalam agama Hindu?

1.3. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan agama Hindu.

b. Untuk menyebutkan asas, kepercayaan, dan pendiri agama Hindu.

c. Untuk menjelaskan sistem ketuhanan dalam agama Hindu.

d. Untuk menyebutkan kitab suci agama Hindu.

e. Untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam agama Hindu.

f. Untuk menyebutkan doktrin dalam agama Hindu.

g. Untuk menjelaskan ritual dan upacara keagamaan dalam agama Hindu.

h. Untuk menyebutkan upacara keagamaan agama Hindu.

i. Untuk menyebutkan tempat-tempat suci agama Hindu.

j. Untuk menjelaskan aliran-aliran dalam agama Hindu.

k. Untuk menjelaskan kesusastraan agama Hindu.

l. Untuk menyebutkan pembaharuan-pembaharuan dalam agama Hindu.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.2. Sejarah Perkembangan Agama Hindu

Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran


Abadi"), atau dalam istilah lain Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran")
adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan
lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa
Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai
1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.
Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan
Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa1.

Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama


yang dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli
India. Sehingga masuknya agama Hindu ke India kira-kira pada tahun 1500 SM
melalui bangsa Arya yang masuk ke India pada tahun tersebut 2. Perlu diketahui,
bangsa Dravida memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi sebelum kedatangan
bangsa Arya. Ini dibuktikan dengan adanya bukti sejarah di lembah sungai Indus
yang cukup maju pada tahun 2500 SM.

Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya mengandung adat-istiadat,


budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga
dinamakan Agama Brahma yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu
suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya pengaruh yang tersembunyi yang
memerlukan amalan-amalan ibadat, seperti membaca doa-doa, menyanyikan lagu
pemujaan, dan memberikan korban-korban3. Selain agama Brahma, Hindu juga

1
Agama Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
2
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Widjaya, 1986), hlm. 41.
4
memiliki nama lain, seperti agama Weda, agama Dharma, agama Upanishad, atau
agama Sri Khrisna4.

Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi sekaligus merupakan


kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa
Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi dari generasi ke generasi. Setelah
datang ke India, mereka dapat menundukkan penduduk asli (bangsa Dravida),
kemudian membentuk suatu masyarakat tersendiri di luar penduduk asli 5. Oleh
karena bangsa Arya menang setelah mengalahkan bangsa Dravida, maka
kebudayaan bangsa Arya lebih unggul dan dominan terhadap kebudayaan bangsa
Dravida6.

2.3. Asas, Kepercayaan, dan Pendiri Agama Hindu

Asas agama Hindu menurut Louis Renou adalah kepercayaan bangsa Arya
yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan
bangsa lain, terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India.
Kemudian kepercayaan-kepercayaan ini berkesan di India setelah berbenturan
dengan pemikiran-pemikiran dan falsafah-falsafah penduduk asli (bangsa
Dravida)7. Sehingga dalam perkembangannya, agama Hindu terbentuk dari unsur-
unsur pemikiran kedua bangsa tersebut. Unsur Hindu dari bangsa Arya ialah
kitab-kitab Weda, sedangkan unsur dari bangsa Dravida ialah ajaran memuliakan
penjelmaan roh, dewa, dan hantu-hantu8.

Sedangkan menurut Abdul Mun’im Namir, agama Hindu lebih merupakan


suatu cara hidup daripada kumpulan kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai
isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan dan hal-hal yang harus
dilakukan. Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun

3
Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di India (Jakarta: Bumi
Aksara, 1998), hlm. 18.
4
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 41.
5
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
6
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
7
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
8
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
5
hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula
pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus9.

2.4. Sistem Ketuhanan

Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian


banyak Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain
Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa
pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut lebih dikenal dengan sebutan
Trimurti10.

Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena


memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama
Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha
Esa tiada duanya, dan hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala
yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam
beragam bentuk11. Meski begitu, tidak ada agama lain yang mempercayai banyak
Tuhan/Dewa selain agama Hindu. Agama Hindu tetap saja tidak bisa disebut
agama monotheisme tulen, tapi lebih tepat disebut agama polytheisme12.

Orang-orang Hindu meyakini bahwa bilangan Tuhan sangatlah banyak dan


masing-masing memiliki kekuatan mutlak, ada yang memberi faedah dan ada
yang membahayakan. Lebih lanjut Mohamed Abdul Salam (1953) yang dikutip
Prof. Dr Ahmad Shalaby menuturkan,

Bentuk-bentuk alam yang indah dan pemandangannya yang agung


menimbulkan kesadaran beragama mereka. Mereka sangat kagum
dan terus menikmatinya. Mereka bersyukur, merasa senang
dengannya, memuji-mujinya, dan bahkan mereka menyangka bahwa
bentuk-bentuk alam ini memiliki ruh dan jiwa sebagaimana mereka
juga. Mereka menganggap ruh-ruh ini memiliki daya kekuatan yang
tersembunyi dibalik bentuknya yang nampak. Dan daya-daya
kekuatan inilah yang berkuasa menampakkan bentuk-bentuk yang
mengagumkan dan menawan. Lalu mereka pun mendekatinya
melalui bentuk-bentuk ibadat serta menghadiahkan sesajian atau
9
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
10
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.
11
Agama Hindu, op.cit.
12
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.
6
korban-korban, dan menganggapnya sebagai Tuhan-tuhan yang
mereka seru ketika ada keinginan13.
Dengan sebab inilah, bilangan Tuhan-tuhan bertambah banyak seiring
bertambah kekaguman mereka terhadap suatu benda-benda alam.

2.5. Kitab Suci Agama Hindu

Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Kitab suci ini mengandung
keper-cayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak memiliki
pencipta yang pasti. Penganut agama Hindu mempercayai kitab Weda adalah
suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaannya.
Sebagaimana halnya agama Hindu yang tidak memiliki pendiri, kitab Weda tidak
mempunyai pencipta 14.

Kitab suci agama Hindu ini terdiri dari empat macam, yaitu15:

a. Rig Weda

Kitab ini merupakan kitab yang termasyhur, terpenting, dan


paling lengkap di antara keempat kitab-kitab Weda yang lain. Kitab ini
disusun pada sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi, yang mengandung
1.017 buah nyanyian agama. Kitab ini umumnya memuat puji-pujian
bagi Dewa-dewa (hymne) yang oleh para pemeluknya dinyanyikan
untuk dewa-dewa mereka, yakni Agni (dewa api), Varuna, dan Surya
(dewa matahari).

b. Sana Weda

Sana Weda ini isinya hampir sama dengan Rig Weda, hanya saja
ada sedikit tambahan. Kitab ini berisi bunga rampai penjelasan dari Rig
Weda yang dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian, yang diiringi dengan
musik pengiring pada saat sedang menjalankan ritual upacara dan
pembacaan doa.

c. Yajur Weda
13

14

15

7
Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa dan mantra-mantra yang
dibaca oleh para pendeta ketika akan menyerahkan persembahan dalam
ritual upacara keagamaan yang lebih kecil.

d. Atharva Weda

Kitab ini juga disebut atharwan karena merupakan kitab suci


khusus bagi para pendeta golongan atharwan (suatu bagian dari kasta
Brahmana). Kitab ini mengandung beberapa uraian tentang sihir,
kekuatan-kekuatan gaib, dan kepercayaan-kepercayaan semu yang
menyatu dengan saduran purbakala. Kehidupan Hindu yang tertulis
dalam kitab Atharva Weda ini penuh dengan dosa dan keadaan alam
yang menakutkan dan dipenuhi setan-setan. Tuhan-tuhan tidak lagi
berbuat baik dan tidak menolak kejahatan. Kitab ini juga menceritakan
bagaimana manusia menuju kepada perkara-perkara yang salah,
kekuatan-kekuatan gaib serta sihir dengan tujuan untuk melindungi diri.

Selain itu, di dalamnya juga terdapat hymne yang harus dipakai


dalam persembahan Soma, penyembuhan penyakit, menyambung cinta
kasih, keuntungan dagang, dan sampai maksud dan tujuan cita-cita.

Sedangkan isi kitab Weda terdiri beberapa bagian, yaitu16:

a. Mantra/Samhita

Sebagian besar isi Weda adalah mantra yang terdiri dari


doa-doa dan nyanyian-nyanyian suci, yang dilakukan oleh para
pendeta ketika menghi-dangkan sesajen bagi para Dewa. Di
samping itu, juga terdapat semacam mantra yang digunakan untuk
tenung, guna-guna, dan juga sebagai penghalau makhluk halus.

Disebut juga samhita karena terdapat banyak kumpulan


ayat-ayat puisi seperti gubahan yang terdapat dalam Rig Weda
dan Sama Weda. Sementara gubahan di dalam Atharva Weda
adalah berupa doa-doa yang diberikan oleh penduduk India purba
16

8
kepada Tuhan mereka sebelum kedatangan bangsa Arya, sehingga
mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

b. Brahmana

Brahmana adalah petunjuk yang diberikan oleh golongan


Brahmana kepada para penduduk negeri mereka dan di tengah-
tengah keluarga mereka. Brahmana berisi uraian atau penjelasan
mengenai upacara korban, agar supaya korban itu diterima oleh
para Dewa, dan dosa-dosa orang yang berkorban dapat diampuni.

c. Aranyaka

Aranyaka adalah petunjuk-petunjuk dan panduan-panduan


yang diberikan kepada orang-orang tua yang meninggalkan
keluarganya untuk tinggal di gua-gua dan hutan-hutan. Aranyaka
mengajarkan beberapa amalan yang mudah dilaksanakan sebagai
pengganti korban-korban yang di luar penguasaan mereka.

d. Upanisyad

Upanisyad terdiri dari dua kata, “Upani” yang berarti


dekat, dan “syad” artinya duduk, sehingga artinya ialah duduk
dekat dengan seorang guru. Upanisyad merupakan rahasia-rahasia
dan penglihatan jiwa yang dilakukan oleh golongan tasawwuf,
yang disusun sebagai petunjuk kepada golongan-golongan
pendeta dan ahli ibadat yang konsisten kepada kehidupan batin
dan meninggalkan segala bentuk kehidupan luar.

Upanisyad ini adalah sebuah bentuk mazhab rohani yang


memiliki kedudukan tertinggi dalam tingkatan agama. Di dalam
Upanisyad ini, segala bentuk dan upaya menuju Brahma atau
ketuhanan kurang mendapat perhatian. Mereka berlepas diri dari
bayang-bayang Brahma menuju kepada kebebasan beragama.
Doa-doa yang dilakukan lebih tenang dan upaya pengorbanan
juga semkin jarang, perenungan ketuhanan menurun dan
9
digantikan dengan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, Upanisyad
hanyalah berupa pandangan falsafah kehidupan saja.

Isi Upanisyad antara lain mengenai ketuhanan jiwa


manusia, penjelmaan jiwa yang berganti-ganti, dan sebagainya.

Kesimpulannya, kitab Weda dapat dikategorikan menjadi dua


golongan. Pertama, menurut jumlah bukunya ada empat macam, yaitu
Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharva Weda. Kedua,
menurut isinya terbagi menjadi empat, yaitu Mantra atau Samhita (teks
doa), Brahmana (tafsir para pendeta), Aranyaka, dan Upanisyad (tafsir
secara filsafat umum).

2.6. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu

Sebagaimana diketahui, struktur kemasyarakatan dalam agama Hindu


terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan
Syudra17. Pembagian kasta tersebut didasari atas keunggulan bangsa Arya atas
bangsa Dravida yang berpengaruh pada pembagian masyarakat berdasar
tingkatan (strata) sosial. Sebagaimana diutarakan pada bab sebelumnya,
kebudayaan bangsa Arya lebih unggul daripada bangsa Dravida yang
mengakibatkan terpecahnya sistem sosial kemasyarakatan. Dari bangsa Arya
ada yang menjadi golongan pendeta, tentara, raja-raja, saudagar atau orang-
orang kaya. Sedangkan dari bangsa Dravida, pada umumnya membentuk
golongan petani miskin dan pekerja kasar, kecuali mereka yang telah
melakukan perkawinan dengan bangsa Arya18.

Masing-masing dari pembagian kasta tersebut akan dibahas lebih


detail berikut:

a. Kasta Brahmana

Kasta Brahmana terdiri dari golongan pendeta dan


pendidik. Golongan ini berkewajiban mempelajari kitab-kitab

17

18

10
Weda dan mengajarkannya kepada kaumnya, dan bertanggung
jawab memelihara undang-undang dan agama. Mereka juga
memegang hak mutlak dalam menerima pemberian korban yang
dilakukan oleh kaumnya.

Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh para Brahmana,


sehingga tergolong sebagai kasta yang disucikan dan dihormati.
Semua yang ada di alam ini adalah milik Brahmana. Ketika
seorang Brahmana berkehendak, maka ia berhak memiliki harta
benda kaum Sudra yang sudah menjadi hamba kepadanya. Dan
Raja tidak berhak menghukum Brahmana atas perbuatannya. Raja
juga tidak boleh memungut pajak Para Brahmana yang sedang
mempelajari kitab suci, meskipun Raja benar-benar berhasrat
untuk memungutnya.

Begitu pula ketika Brahmana sedang lapar, maka Raja


jangan hanya berdiam diri. Raja dilarang membunuh Brahmana
sekalipun ia melakukan kesalahan besar, namun ia boleh diusir
dari kerajaan tetapi harta bendanya tidak boleh diusik. Begitu
halnya dalam bermusyawarah, Raja jangan sekali-kali memberi
keputusan sebelum mendengar pendapat dari kaum Brahmana.

b. Kasta Ksatria

Kasta ksatria terdiri atas golongan raja dan


tentara/panglima. Orang-orang yang telah memperkaya akal
pikirannya dengan kitab-kitab Weda sangat patut dan layak
dijadikan sebagai pemimpin, raja, tentara, panglima, dan hakim
bagi manusia. Golongan ini sangat dihormati dan jangan sekali-
kali direndahkan. Terutama dari kalangan Raja, mereka sangat
diagungkan karena sifat ketuhanan meresap dari dirinya berupa
manusia.

11
Sedangkan dari kalangan panglima dan prajurit, mereka
tidak boleh terlepas dari tugas-tugas ketentaraan. Raja harus
selalu menyediakan perleng-kapan perang bagi mereka, dan harus
selalu siap berperang bila sewaktu-waktu ada serangan dari
musuh.

c. Kasta Waisya

Kasta waisya terdiri dari golongan pedagang, saudagar,


dan petani. Mereka harus mengetahui undang-undang perniagaan
dan peraturan memungut bunga (riba). Seorang waisya harus
mengetahui semua yang berkaitan dengan aktivitas perdagangan
dan pertanian, seperti cara-cara mengelola lahan dan menabur
benih, dan juga memiliki pengetahuan bagaimana cara
menimbang dan mengukur dalam aktivitas jual beli.

Mereka diharuskan kawin dengan perempuan dari


golongannya juga, memberikan perhatian yang sungguh-sungguh
dalam pekerjaannya, dan senantiasa memelihara binatang-
binatang ternak.

d. Kasta Sudra

Kasta sudra adalah kastanya golongan para kuli dan


hamba sahaya. Golongan ini harus mematuhi perintah dari
golongan Brahmana yang menjadi pemuka agama yang arif dalam
mengajarkan kitab Weda kepadanya. Dengan kepatuhan ini
diharapkan ia diberi kebahagiaan setelah mati dengan suatu
penghidupan baru yang lebih tinggi.

Mereka harus taat kepada para Brahmana dan jangan


sampai menyinggung perasaannya. Mereka para sudra tidak layak
mengumpulkan harta berlebihan sekalipun mereka mampu
melakukannya. Bahkan apabila golongan sudra berani
menyamakan dirinya dengan derajat kaum Brahmana, maka

12
mereka akan dihukum, seperti dipotong tangannya apabila
mengangkat tangan melebihi tangan para Brahmana, potong kaki
jika menendang dengan kakinya, mulutnya akan dimasukkan
pisau panas apabila tidak memperlihatkan rasa hormat kepada
para Brahmana, dan mulut atau telinganya dituang minyak panas
apabila mengabaikan perintah atau pesan yang diberikan para
Brahmana kepadanya.

Selain keempat kasta di atas, ada lagi golongan yang


tingkatannya lebih rendah dari kasta sudra. Golongan tersebut
dinamakan Paria, yang dalam bahasa Tamil berarti tukang
tambur atau golongan paling bawah dalam agama Hindu19.
Golongan ini dinisbatkan kepada bangsa Dravida yang tidak
memiliki pekerjaan tetap (gelandangan) yang umumnya terdesak
ke daerah selatan India. Mereka bukan lagi termasuk kasta sudra,
akan tetapi disebut bangsa Paria, sehingga dianggap sebagai
bangsa yang tak berkasta. Oleh karena tidak memiliki kasta, maka
mereka dijauhkan dari pergaulan hidup sehari-hari20.

2.7. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:

a. Widhi Tattwa, yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
segala aspeknya

b. Atma Tattwa, yakni percaya dengan adanya jiwa dalam setiap


makhluk

c. Karmaphala Tattwa, yakni percaya dengan adanya hukum sebab-


akibat dalam setiap perbuatan (karma)

19

20

13
d. Punarbhava Tattwa, yakni percaya dengan adanya proses kelahiran
kembali (reinkarnasi/tanasukh ruh-ruh)

e. Moksa Tattwa, yakni percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan


tujuan akhir manusia (pembebasan mutlak)21.

Masing-masing ajaran dan doktrin dalam agama Hindu diatas akan


dijabarkan secara detail berikut:

a. Karma

Secara konseptual istilah karma adalah sangat sederhana dimana


karma dapat dikatakan sebagai “tindakan” atau karma juga dikatakan
sebagai “perbuatan” dalam hal ini terdapat tiga cara dilakukannya
karma tersebut yaitu dengan pikiran, perkataan dan tubuh. Dalam
konsep dan pandangan Agama Hindu bahwa karma tersebut juga adalah
perbuatan yang dalam kitab Smerti Bhagawad Gita Bab III Sloka 4
dikatakan : Tanpa kerja orang takkan mencapai kebebasan, demikian
juga ia tidak mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan
kerja.

Dalam Bhagawad Gita juga dikatakan bahwa Karma tersebut


berasal dan yang maha abadi yaitu Brahman sebagaimana dalam Bab III
- Sloka 15 dikatakan : Ketahuilah, adanya karma adalah karena
Brahman yang ada dan Yang Maha Abadi, karena itu Brahman yang
melingkupi semuanya ini selalu berkisar disekitar persembahan. Sangat
jelas sekali dalam pandangan Hindu bahwa karma tersebut ada atas
dasar kehendak dan Brahman sebagai sebab yang tak tersebabkan, akan
sedikit berbeda dengan konsep dalam ajaran Budhisme bahwa karma
tersebut memang manusialah yang sedemikian berbuat sehingga terikat
atas kelahiran kembali dalam hidupnya

21

14
b. Pengembalian ruh-ruh (tanasukh ruh-ruh)

Doktrin agama Hindu yang kedua ialah meyakini akan


pengembalian ruh-ruh manusia (tanasukh/reinkarnasi). Tanasukh adalah
ruh yang keluar dari sebuah tubuh lalu kembali lagi ke alam dunia di
dalam sebuah tubuh yang lain. Istilah ini oleh sebagian orang lebih
dikenal dengan sebutan “Kedatangan ruh kembali” atau “Pengulangan
kelahiran”.

Adapun sebab-sebab pengembalian ruh-ruh ini ialah:

1) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang dan masih mempunyai hawa
nafsu dan kemauan yang terikat dengan alam dunia yang belum
ditunaikan.

2) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang karena menanggung banyak


hutang kepada orang lain dan harus dipenuhi.

Jadi dapat dipahami, bahwa nafsu atau kemauan seseorang harus


dipuaskan oleh kehidupan yang lain, dan ruh juga harus merasa sebagai
hasil perbuatan yang dilakukannya dalam kehidupan yang lalu. Sebab
keinginan dan nafsu memerlukan kemauan, dan kemauan membutuhkan
perbuatan. Sedangkan perbuatan itu hanya dapat dilakukan melalui
jasad atau tubuh manusia.

Bila dipikirkan, maka dapat dipahami apabila seandainya


keinginan manusia tidak atau belum terlaksana, maka ia tidak akan
selamat dari pengulangan kelahiran. Sebaliknya, bila keinginan di dunia
sudah ditunaikan dengan sempurna, ia tidak menanggung suatu dosa
dan semua hutang telah dibayar, maka ruhnya akan selamat dan terlepas
dari pengulangan kelahiran serta dapat bersatu dengan Brahma.

Dengan demikian, hubungan antara ruh dan jasad menurut


ajaran Hindu dapat digambarkan sebagai berikut:

Tubuh atau jasad manusia itu terlahir dari kedua


tubuh orang tua (ibu-bapak). Adapun yang
15
menggerakkannya adalah tubuh halus yang tersusun
dari kekuatan asasi, panca indera, alat penggerak,
unsur-unsur yang lembut, dan akal. Apabila terjadi
kematian, maka jasad itupun ikut mati, kaku, dan
menjadi rapuh. Akan tetapi tubuh halus tidak ikut
mati, namun sebaliknya ia akan keluar dan pindah ke
alam halus yang menyerupai alam mimpi. Disana ia
akan merasakan surga dan neraka, kemudian kembali
lagi ke dalam tubuh yang baru dengan membawa
keinginan dan pekerjaan yang lalu. Demikianlah
perputaran kehidupan ruh tersebut dari perputaran
yang lalu menuju perputaran yang baru. Ruh ini akan
didapati di dalam tubuh manusia atau seekor
binatang. Dia akan merasa bahagia dan sengsara
menurut amalan yang telah dilakukannya dalam
kehidupan yang dulu.
Uniknya, ada perbedaan antara pengalaman hidup yang
dialami oleh ruh dari alamnya yang dahulu dengan alam yang
dijalaninya kemudian. Ruh yang hidup di alamnya yang baru itu
tidak akan teringat akan pengalaman kehidupannya yang dulu.
Sehingga tiap-tiap putaran ruh secara langsung terputus langsung
dari putaran yang lain22.

c. Pembebasan mutlak

Doktrin yang ketiga adalah pembebasan mutlak. Doktrin ini


ada kaitannya dengan penyempurnaan keinginan seperti yang
sudah dijelaskan pada doktrin tanasukh. Arti kesempurnaan
keinginan dan hawa nafsu adalah penguasaan seorang manusia atas
dirinya hingga sampai pada kondisi yang sama sekali tidak
menginginkan apa-apa atau hawa nafsu atas dirinya, dan juga
merasa puas terhadap apa yang dialaminya serta tidak meminta
lebih dari itu.

Apabila hawa nafsu sudah terpuaskan dan segala keinginan


sudag dijalaninya dengan sempurna dalam kehidupannya, maka ruh
tersebut terlepas dari pengulangan kelahiran dan akan bersatu

22

16
dengan Brahma. Keadaan inilah yang dinamakan pembebasan
mutlak. Dengan demikian, pembebasan mutlak berarti menyatunya
ruh manusia dengan Brahma sebagaimana bercampurnya setitik air
dengan lautan besar.

Di dalam Aranyaka terdapat keterangan, yang intinya


adalah barangsiapa yang sama sekali tidak menginginkan terhadap
sesuatu, terbebas dari penghambaan terhadap hawa nafsu, serta
merasa puas terhadap dirinya, maka ia akan terbebas dari panca
inderanya dan bersatulah ia dengan Brahma. Dengan demikian, ia
akan kekal dan tak akan pernah binasa selamanya.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembebasan


mutlak tidak diperoleh dengan amalan-amalan, baik amalan baik
maupun amalan buruk. Karena amalan baik seseorang menurut
pemahaman agama Hindu akan dibalas dengan jalan kelahiran,
begitu halnya dengan amalan buruk23.

d. Kesatuan wujud

Doktrin yang keempat adalah kesatuan wujud. Kesatuan


wujud ini masih ada hubungannya dengan doktrin-doktrin atau
ajaran-ajaran sebelumnya, malah berikatan erat. Dalam
pembicaraan mengenai pembebasan mutlak, dipahami bahwa
seorang manusia boleh bersatu dengan Tuhan. Dalam kitab Weda
banyak sekali diterangkan tentang hubungan antara alam dan
Brahma hingga menyebabkan kepercayaan mereka terhadap
kesatuan wujud.

Juga menurut kitab Weda, manusia dari segi ruhnya datang


dengan kemauan Tuhan Brahma. Ruhnya tidak berlainan dengan
ruh yang maha besar, hanya saja perbedaannya di antara keduanya
adalah seperti benih dengan pohon. Ketika ruh itu bersih dari

23

17
tanda-tanda kebendaan, maka ia kembali kepada ruh yang maha
besar. Dengan sebab itulah keluarnya ruh dari jasad lebih dikenal
dengan sebutan “jalan pulang”24.

Prinsip kesatuan wujud ini hampir sama persis dengan


aliran tasawuf dalam agama Islam, seperti yang dialami al-Hallaj
dan Syekh Siti Jenar yang dengan istilah jawanya yang terkenal
dengan sebutan “Manunggaling Kawula Gusti”.

24

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Ritual dan Upacara Keagamaan Agama Hindu

Seperti yang dimiliki agama pada umumnya, agama Hindu juga


memiliki beberapa ritual dan upacara yang dilakukan. Antara lain:

a. Sandhyopasana adalah pemujaan pada pertemuan (sandhi) waktu,


yaitu: dari malam hingga pagi, dari pagi hingga siang, dari siang hingga
malam, melakukan meditasi dengan pengulangan Mantra Gayatri dan
dibantu dengan tasbih atau japamala yang memuat 108 biji ganitri.

b. Upasana  atau pemujaan merupakan pencerminan dari rasa bhakti dan


cinta kasih kepada Tuhan. (1) Saguna-upasana adalah meditasi yang
menggunakan simbol (pratika) seperti, patung, saligrama, gambar
Rama, Krsna, Devi Gayatri. (2) Nirguna-upasana adalah meditasi pada
aksara yang tanpa bentuk dan tanpa kelengkapan.

c. Pùjà adalah istilah umum bagi pemujaan ritual. Obyek pemujaan adalah
Ista Devata atau Devata penuntun atau wujud tertentu dari pada deva,
seperti Narayana atau Wisnu. Sebuah saligrama adalah sebuah patung
Wisnu, simbol Wisnu, patung Siwa, simbol Siwa.

d. Samskara adalah upacara-upacara yang berkenaan dengan tahapan


kehidupan pribadi dari mulai penciptaan sampai pembakaran mayat
yang kesemuanya itu menandakan tahapan yang penting dari kehidupan
seorang manusia. Macam-macam upacara samskara ialah antara lain:

1) Garbhadhana (Upacara Penciptaan Sang Bayi).

2) Pumsawana Samskara (Upacara Kandungan Bulan Ketiga)

19
3) Sìmantonnayana Samskara (Upacara Kandungan Bulan
Ketujuh).

4) Jatakarma Samskara (Upacara Bayi Lahir)

5) Nàmakarana Samskara (Upacara Pemberian Nama),


dilaksanakan kepada si anak saat berusia 10, 11, atau 12 hari

6) Annaprasana Samskara (Upacara Anak Umur Enam Bulan)

7) Mundana Samskara (Upacara Pencukuran Rambut),


dilaksanakan pada tahun pertama atau tahun ketiga.

8) Upanayana Samskara (Upacara Kelahiran Spriritual), pada saat


si anak berusia 12 tahun.

9) Samawatana Samskara (Upacara Tamat Belajar).

10) Wiwaha (Upacara Perkawinan).

11) Pretakarma (Upacara Kematian).

e. Panca Maha Yajna

1) Brahma Yajna atau Rsi Yajna Brahma Yajna atau Rsi Yajna,
dilakukan dengan mempelajari kitab-kitab suci sehari-hari dan
mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, ia
membayar hutang-hutangnya kepada para Resi.

2) Dewa Yajna, upacara Dewa Yajna dilaksanakan dengan


mempelajari Weda dan upacara pada Ista Dewata. Manu
menyatakan: Biarlah seseorang dalam mempelajari Weda dan
upacara pada para dewa. Kesibukan dalam upacara Weda.

3) Pitra Yajna, upacara Pitra Yajna kurban suci yang ditujukan


kepada para leluhur, melalui persembahyangan di pura-pura
keluarga, sesuai keyakinan dan kemampuan umat.

4) Bhuta Yajna, upacara Bhuta Yajna dilakukan dengan cara


membagikan makanan kepada sapi, anjing, burung-burung atau

20
hewan lainnya serta tumbuh-tumbuhan atau memelihara hewan
dan tanaman, dan bukan kurban suci kepada Bhuta Kala
(makhluk halus).

5) Manusya Yajna, upacara Manusya Yajna dilakukan dengan


berbagai macam pelayanan terhadap umat manusia yang
kemalangan seperti: memberi makan orang-orang miskin, dan
kelaparan, memberi pakaian orang yang telanjang, menghibur
orang-orang yang kesedihan. Semuanya sebagai kurban suci
kepada sesama manusia berupa punia atau dana punia25.

Agama ini juga dikenal adanya kepanditaan, yang memimpin dan


mengatur jalannya upacara keagamaan, seperti persembahyangan,
persembahan, dan korban.

a. Persyaratan dan kedudukan

Kata “pandita” berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu orang pandai.


Pandita berarti rohaniawan agama Hindu dari golongan dwijati
(brahmana, ksatria, dan waisya), sedangkan rohaniawan dari golongan
ekajati (sudra) disebut pinandita. Adapun syarat-syarat yang harus
dipenuhi seseorang untuk menjadi pandita antara lain:

1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga

2) Pria yang nyukla brahmacari

3) Wanita yang tidak kawin (kanya)

4) Pasangan suami isteri yang sah

5) Sehat dan bersih secara lahiriyah, tidak cacat jasmaninya


(cedangga)

6) Sehat dan bersih secara batiniyah, tidak gila.

25

21
7) Berpengetahuan luas, meliputi pengetahuan umum, mengerti
bahasa kawi, bahasa sanskerta, bahasa indonesia, mendalami
masalah wariga, tattwa, sasana-sasana dan yajna.

8) Memiliki pergaulan masyarakat yang baik, berkelakuan baik dan


bijaksana terhadap sesama, alam, dan pemerintah, serta tidak
pernah tersangkut perkara kriminal.

9) Lulus diksa pariksa, atau bila di Indonesia dinyatakan dengan


surat oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia

10) Sudah mempunyai calon “nabhe” yang akan menyelesaikan


(muput) upacara padiksan.

Setelah seseorang di diksa dan lulus diksa pariksa (artinya upaya


penyucian lahir batin dengan upacara padiksan agar hidup menjadi
lebih sempurna), maka ia sudah menduduki sebagai orang Suci atau
sulinggih, dan pada saat itu juga ia memperolah gelar jabatan
kerohaniawan. Ia berwenang untuk memenuhi permintaan orang yang
meminta petunjuk kerohanian atau upacara keagamaan. Adapun syarat-
syarat bagi seseorang yang akan menjadi pinandita antara lain:

1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga

2) Pria atau wanita yang mengambil biata sukla Brahmacari

3) Bertingkah laku baik dalam kehidupan sehari-hari

4) Berhati dan berperilaku suci

5) Taat dan mengetahui ajaran-ajaran agama

6) Tidak gila atau menderita penyakit syaraf

7) Suka belajar di bidang kerohanian Hindu

8) Mendapat persetujuan dari pengurus dan dukungan masyarakat


setempat

22
Jadi bagi pinandita yang telah memenuhi syarat, maka di
kalangan masyarakat akan disebut sebagai pemangku, yang biasanya
hanya mengurus salah satu pura (tempat suci) tertentu26.

b. Sasana pandita dan pinandita

Sasana dalam bahasa sanskerta artinya pecaturan, hukum, ajaran,


perintah. Sehingga istilah sasana bila dikaitkan dengan kedudukan
pandita dan pinandita, adalah peraturan-peraturan untuk mengendalikan
diri lahir batin, serta tingkah laku atau norma-norma kesusilaan dalam
ajaran Hindu. Adapun peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang
harus ditaati oleh seorang pandita antara lain:

1) Dapat menguasai ajaran Yama, Brata, dan Nyama Brata

2) Tidak boleh menentang guru Nabhe, menginjak bayangan dan


menduduki tempat duduknya

3) Tidak boleh sombong, mencaci maki, dan tidak boleh berkata


kasar/kotor

4) Tidak boleh makan hewan peliharaan, seperti ayam, sapi, babi


atau binatang buas

5) Tidak boleh makan sisa-sisa makanan, makanan yang disentuh


atau terletak di bawah benda yang tidak suci, atau makanan yang
diyakini/diragukan kesuciannya.

6) Dilarang minum minuman keras

7) Dilarang mengunjungi rumah-rumah yang melakukan pekerjaan


hina (kotor), seperti tempat perjudian dll

Sedangkan peraturan dan larangan bagi seorang pinandita antara


lain:

1) Hendaknya setiap hari melakukan penyucian diri, dan memohon


tirta penyucian dari tempat suci
26

23
2) Harus mengutamakan kebenaran, menegakkan dharma,
kesucian, mempelajari kerohanian, dan mengetahui filsafat
ketuhanan

3) Meminta izin terlebih dahulu kepada pandita bila ingin


menyelesaikan/ mengantarkan upacara keagamaan agar
dibersihkan dari dosa

4) Harus memakai pakaian serba putih pada saat melakukan


upacara dan pada saat memuja boleh melakai genta

5) Dilarang berjudi atau datang ke tempat perjudian. Dan untuk


menjauhi adanya kutukan atau sumpah, maka dilarang bergaul
dengan orang jahat

6) Dilarang mengangkat sesuatu, seperti barang-barang yang ada di


warung atau di bawah atap (tatarub) yang tidak suci

7) Pinandita yang meninggal dunia tidak boleh dikuburkan27.

c. Korban atau persembahan (Yajna)

Pada mulanya, korban diperuntukkan bagi para Dewa supaya


dilimpahkan kesejahteraan, ketenangan, dan ketenteraman, serta
dijauhkan dari segala marabahaya. Berhasil tidaknya korban bergantung
pada kekuatan korban itu sendiri, yakni bunyi mantra dan prilaku dalam
korban tersebut, bukan pada kemurahan dari para Dewa. Kesalahan
dalam memilih maupun membaca mantra dalam suatu upacara, maka
akan berakibat korban yang dilakukan tidak memberi kekuatan apapun.
Maka dari itu, kedudukan Brahmana menjadi sangat penting dalam
membantu terlaksananya korban dan memahami kitab-kitab Weda.

Ada dua jenis korban, yaitu korban besar dan korban kecil.

1) Korban besar

27

24
Korban besar dilakukan dalam bentuk upacara yang
menggunakan empat macam api suci yang dilakukan oleh para
pandita atas orang-orang yang memerlukannya. Upacara korban
besar ini antara lain. Pertama, upacara Soma Yadha, yaitu
upacara korban yang dilakukan oleh empat pandita dan dibantu
para pembantunya. Kedua, upacara Aswameda, yaitu upacara
korban yang diselenggarakan oleh Raja sebagai ujian bagi
kekuasaan dan kekuatannya.

2) Korban kecil

Upacara korban kecil ini hanyalah sebagai pelengkap korban


besar, sifatnya hanya memerlukan perlengkapan sederhana,
misalnya di setiap rumah tangga cukup menyediakan api suci
dan dibuat oleh kepala keluarga yang baru membentuk rumah
tangga.

Upacara korban kecil ini antara lain upacara Nitya dan


Naimittika. Upacara nitya adalah upacara yang dilakukan pada
waktu tertentu, seperti pada bulan baru, bulan purnama, waktu
menyemai benih tanaman, waktu panen, dan lain sebagainya.
Sedangkan upacara Naimittika adalah upacara yang menyangkut
siklus kehidupan, misalnya pada saat menyambut tamu penting,
waktu bayi dalam kandungan, saat kelahiran, dan lain
sebagainya.

Dari serangkaian korban yang dilakukan, ada lagi ritual dalam agama
Hindu yang disebut sembahyang, atau sandhya. Sembahyang merupakan
salah satu perwujudan dari rasa bakti manusia kepada Tuhan dengan
penyerahan diri yang ikhlas dan sebulat-bulatnya. Pelaksanaan sembahyang
bermacam-macam, di kalangan Hindu Bali ialah berdasarkan kebiasaan yang
bersumber dari kitab-kitab atau kebiasaan menurut tempat28.

28

25
3.2. Upacara Keagamaan Agama Hindu

a. Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi' adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan
setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX)
yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di
pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat
Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi
sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak
seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai
dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan
ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara
Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan


Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam
manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam
semesta)29.

b. Hari Raya Galungan

Hari raya Galungan: Buda Kliwon Dungulan adalah hari


memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya dan kemenangan
dharma melawan adharma Umat Hindu melakukan persembahan
kehadapan Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara/dengan segala
manisfestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmatnya serta untuk
keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang dipasang di muka tiap-
tiap perumahan yaitu merupakan aturan kehadapan Bhatara Mahadewa
yang berkedudukan di Gunung Agung30.

29

30

26
c. Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan adalah hari raya yang dirayakan umat Hindu
Dharma di Bali. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon,
wuku Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari, dengan
menggunakan perhitungan kalender Bali31.

d. Hari Raya Saraswati

Hari raya Saraswati adalah hari turunnya Ilmu Pengetahuan.


Umat Hindu Dharma di Bali merayakannya setiap 210 hari sekali pada
Sabtu (Saniscara), Umanis (Legi), Watugunung. Pada hari saraswati
dilakukan pemujaan pada Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu
Pengetahuan dan Seni32.

3.3. Tempat-Tempat Suci Agama Hindu

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang


dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat persembahyangan bagi umat Hindu
untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya. Di Tanah Hindu, banyak
kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya ke
dunia (awatara), seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap kuil
menitikberatkan pemujaannya terhadap Dewa-Dewi tertentu, termasuk
memuja Bhatara Rama dan Bhatara Kresna sebagai utusan Tuhan untuk
melindungi umat manusia.

Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali sebutan di berbagai


belahan dunia, dan nama tersebut tergantung dari bahasa yang digunakan.
Umumnya berbagai nama tersebut memiliki arti yang hampir sama, yaitu
merujuk kepada pengertian “Rumah pemujaan kepada Tuhan”.

Berbagai istilah tempat suci Hindu yaitu:

a. Mandir atau Mandira (bahasa Hindi – salah satu bahasa resmi India)

b. Alayam atau Kovil (bahasa Tamil)


31

32

27
c. Devasthana atau Gudi (Kannada)

d. Gudi, Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)

e. Puja pandal (bahasa Bengali)

f. Kshetram atau Ambalam (Malayalam)

g. Pura atau Candi (Indonesia: Bali, Jawa, dll)33.

Disamping itu ada beberapa tempat yang dianggap suci oleh agama Hindu
antara lain:

a. Kota Varanasi/Banares

Varanasi juga dikenal sebagai Benares atau Banaras dan Kashi,


adalah sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Gangga di negara bagian
India Uttar Pradesh, 320 kilometer (199 mil) tenggara dari ibukota negara
bagian Lucknow. Hal ini dianggap sebagai kota suci oleh umat Hindu,
Buddha, dan Jain. Ini adalah salah satu kota terus menerus dihuni tertua di
dunia dan tertua di India.

The Naresh Kashi (Maharaja of Kashi) adalah pelindung budaya


kepala Varanasi dan merupakan bagian penting dari semua perayaan
keagamaan. Budaya Varanasi sangat erat kaitannya dengan Sungai Gangga
dan pentingnya agama sungai. Kota ini telah menjadi pusat budaya dan
agama di India Utara selama beberapa ribu tahun. The Benares Gharana
bentuk musik klasik India dikembangkan di Varanasi, dan banyak
terkemuka India filsuf, penyair, penulis, dan musisi tinggal atau berada di
Varanasi. Gautama Buddha memberikan khotbah pertamanya di Sarnath
terletak dekat Varanasi (Kashi). Oleh umat Hindu kota ini dianggap
sebagai tempat bersemayamnya Dewa Syiwa34.

b. Sungai Gangga

33

34

28
Gangga atau Ganges (ejaan orang barat) adalah nama seorang
Dewi dalam agama Hindu yang dipuja sebagai dewi kesuburan dan
pembersih segala dosa dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga
merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering
dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan air di dalam guci.
Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga pada saat yang
tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan seseorang
untuk mendapat keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil tersebut
didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu. Orang-orang
melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari
jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga; pencelupan
itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju
surga35.

3.4. Aliran-Aliran Dalam Agama Hindu

a. Aliran Wedanta

Aliran wedanta disebut juga aliran Uttara Mimamsa yang didirikan


oleh Pendeta Badrayana, dengan bukunya Wedantasutra dan
Brahamastura. Menurut aliran ini asas pertama dari segala sesuatu ialah
Brahman, dan Brahman itu pula sebagai akhir segala sesuatu. Rohani dan
jasamani (purusa dan prakerti) berasal dari brahman ini (bukan azali
seperti pendapat aliran Samkhya). Brahman menjelmakan dirinya di dunia
ini tak ubahnya dengan periuk dari tanah liat. Brahman juga diannga
sebagai Tuhan (karena itu pantheisme). Jiwa manusia disebut atman, tetapi
pada hakikatnya adalah Brahman yang menampakkan dirinya secara
terbatas. Kelepasana itu melalui pengetahuan atau kesadaran diri terhadap
kenyataan yang dialaminya. Barangsiapa mencapai pengetahuan ini,
berarti dia mengubah penderitaannya secara menyeluruh terhadap dirinya
dan terhadap dunia, dan inilah beraati kebebasan (moksa) buat dia.

35

29
Kelepasan atau kebebasan yang sempurna hanya dapat dicapai dengan
pengetahuan yang lebih tinggi terhadap Brahman itu sendiri36.

b. Aliran Samkhya

Samkhya, juga disebut dengan Sankhya adalah salah satu aliran


dalam filsafat Hindu. Para ahli meyakini bahwa ajaran ini berakar dari
nilai-nilai positif atheis. Kemudian Maharsi Kapila, putra Devaguti,
membangun ajaran Samkhya yang bersifat theistik, seperti yang
disebutkan dalam Bhagavatapurana.

Samkhya adalah ajaran filsafat tertua dalam filsafat India. Karya


sastra mengenai Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika
yang di tulis oleh Īśvarakṛṣṇa sekitar 200 SM. Ajaran Saṁkhya ini sudah
sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya
dalam sastra-sastra Śruti, smrti, itihasa dan purana. Saat ini ajaran
Samkhya yang murni sudah tidak eksis lagi, tapi ajaran ini banyak
membawa pengaruh pada ajaran Yoga dan Wedanta.

Kata Saṁkhya berarti pemantulan, yaitu pemantulan filsafati.


Ajaran Saṁkhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas
dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas
yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakarti37.

c. Aliran Yoga

Yoga berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan


alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu
dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada
aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh
pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara
keseluruhan.

36

37

30
Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas
latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga
digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini
dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah
dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun.

Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogis, yogin bagi praktisi
pria dan yogini bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran
Yoga, diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta
Yoga serta beberapa sastra lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam
Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana
Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja Yoga/Marga38.

3.5. Kesusastraan Agama Hindu

a. Ramayana

Ada tamsil pelajaran dalam pelajaran dalam hasil sastra


keagamaan Hindu ini, yaitu bahwa hidup suami-istri mengandung godaan
yang berliku, mengalami fitnah bertubi-tubi dan merupakan pendorong
bagi perjuangan hidup yang lebih besar, pemerintahan negara dan
peperangan. Rama dan Sita dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh
yang gagal menghilangkan rakyatnya terkecuali dengan korban terakhir,
yakni kelenyapan merekan dari rakyatnya. Inilah inti dari ajaran agama
Hindu tentang pengorbanan yang terbayang banyak dalam hukum
kegaamaan Hindu sepanjang sejarah dewasa ini sudah banyak terlarang
oleh perundang-undangan modern. Bagi umum di luar agama Hindu,
mromantik yang terkandung dalam saatra Ramayana itu dirasakan hidup
dan menarik, bukan karena pandangan keagamaannya tetapi karena love-
affair (rasa birahi dan cemburu) yang digambarkan di dalamnya adalah
realistis dan human sesuai tabiat kemanusiaan39.

b. Mahabharata
38

39

31
Di dalam Mahabarata, tergambar intinya Pantheisme dari agama
Hindu serta dualism (persaingan) antara pengaruh Wisnu dan Syiwa.
Selain aksentuasi soal peperangan antara Kurawa dan Pandawa, menarik
pula sutau parwa khusus dari Mahabarata itu, yakni parwa keenam
(Bismaparwa), yang membuat Bhagawatgita (Nyanyian Tuhan). Isi
pokok Bhagawatgita adalah dialog antara Kresna dan Arjuna mengenai
perang Bharatayudha. Pada perang Arjuna ragu-ragu, lalu dikuatkan
semangatnya oleh krisna sebagai satria untuk berbakti dan menyerahkan
diri kepada Tuhan. Krisna menerangkan tiga jalan kelepasan yaitu: (1)
Juana Marga, kelepasan melalui pengetahuan, (2) Bhakti Marga, jalan
kelepasan melalui pemujaan, dan (3) Karma Marga, jalan kelepasan
melalui penaklukkan kehendak sendiri pada ridha Tuhan40.

3.6. Pembaharuan-Pembaharuan Dalam Agama Hindu

Setelah datangnya agama Islam di India pada abad ke 10 dan agama


Kristen pada abad ke 18, lalu timbul gerakan pembaharuan dalam agama
Hindu sebagai reaksi atas pengaruh kedua agama tersebut, dengan maksud
membendung pemurtadan penganut Hindu.

a. Agama Sikh

Seorang ulama, bernama Kabir (1440-1518), mengusahakan agar


agama Islam dan agama Hindu saling mempengaruhi. Diajarkannya
bahwa Tuhan adalah yang tertinggi dan disembah oleh semua agama.
Karena itu, menurut Kabir, menyembah banyak dewa adalah salah.
Kelepasan di dapatkan dengan Iman dan Bhakti, bukan dengan
menghafal ayat-ayat kitab suci (Weda) saja. Pendapat kabir itu diperkuat
oleh ulama Nanak (1469-1538), dengan mendirikan agama Sikh, yang
lepas dari agama Hindu dan Islam tetapi berada diantara keduanya.
Ajaran Nanak menyatakan bahwa ajaran Hindu dan Isam, keduanya
palsu. Ia menentang penyembahan berhala. Kelepasan terdidi dari
persekutuan dengan Tuhan di dalam Kasih. Di bawah pipinan guru
40

32
Girind Singh (1707), orang-orang Sikh menjadi suatu persekutuan yang
bersenjata lengkap. Para anggota persekutuan itu disebut Khalsa (yang
murni). Para murid harus memiliki lima K yaitu: Kas (rambut tak
dipotong), Kangh (sisir), Kripan (pedang), Kara (gelang), dan Kanch
(celana hingga lutut). Mereka dilarang merokok, perbedaan kasta juga
ditiadakan. Sedang kitab suci mereka disebut Adi Granth41.

b. Agama Brahmana Samaj

Jika agama Sikh muncul dari reaksi terhadap pengaruh agama


Islam, maka agama Brahmana Samaj adalah sebagai reaksi terhadap
agama Kristen. Pendiri agama ini adalah Ram Mohan Roy (1772-1833).
Pada tahun 1828, Ram Mohan Roy mendirikan Brahmana Samaj yang
berarti masyarakat Brahma. Samaj adalah suatu persekutuan. Pada tiap
hari sabtu mereka mengadakan suatu himpunan yang cara keaktiannya
disusun begitu rupa, mirip kebaktian Kristen pada hari minggu. Acara di
bagi menjadi empat yaitu: membaca ayat-ayat Weda, menafsirkan
bagian-bagian dari Unpanisyad, menyampaikan khutbah (dalam bahasa
Benggala), dan akhirnya melagukan nyanyian-nyanyian agama dengan
diiringi music (koor keagamaan). Pertemuan ini dipimpin oleh seorang
Brahman.

Ajaran Brahmana Samaj dapat diringkaskan sebagai berikut.


Weda adalah satu-satunya kitab suci dasar iman. Pengenalan Tuhan
bersumber alam dan intuisi. Tuhan adalah sesuatu yang berpribadi dan
tidak menitis. Tuhan mendengarkan dan mengabulkan do’a manusia.
Penyembahan kepadanya harus dilakukan secara rohani’ jalan
mendapatkan keselamatan adalah dengan cara tobat dan menghentikan
perbuatan dosa (bukan cara Kristen, cukup dengan percaya kepada karya
Salib sebagai tebusan dosa)42.

3.7. Perbandingan Agama Hindu Dengan Agama Lainnya di Dunia

41

42

33
a. Agama Hindu dengan agama Budha

Agama budha sering dikatakan sebagai agama yang


“memberontak” terhadap agama Hindu, tapi itu hanya kelihatan dari sisi
luarnya saja. Kenyataannya yang sebenarnya ialah dalam
perkembangannya, agama Budha ialah agama yang diberi tempat
kembali dalam agama Hindu43.

Secara konsep kehidupan, terdapat perbedaan antara agama hingu


dengan agama budha. Apabila agama Hindu lebih menekankan pada
reinkarnasi atau kebangkitan ruh kembali, maka dalam agama Budha
lebih mengenal istilah nirwana, yakni tujuan hidup terakhir pemeluk
agama Budha di mana seseorang telah lepas dari penderitaan dan
selanjutnya akan merasakan kebahagiaan yang abadi44.

b. Agama Hindu dengan agama Kristen

Ada kesamaan antara konsep agama Hindu dengan agama kristen.


Apabila dalam agama Hindu dalam konsep ketuhanan terdapat istilah
trimurti (Brahmana, Wisnu, dan Syiwa), maka dalam agama kristen
terdapat trinitas. Sehingga antara keduanya terlihat konsep ketuhanan
yang sama, yakni tiga dalam satu.

c. Agama Hindu dengan agama Islam

Dilihat dari segi definsi, agama menurut ajaran Hindu dapat


diartikan sebagai satya (kebenaran yang absolut), arta (peraturan yang
mengatur hidup namusia), diksa (penyucian), tapa (semua perbuatan
suci), dan brahma (doa atau mantra). Sehingga agama berarti
kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang
Hyang Widhi yang kekal dan abadi45. Sedangkan Islam mendefinisikan
agama sebagai peraturan Allah yang diturunkan kepada para nabi-Nya

43

44

45

ce
34
yang berisi perintah dan larangan yang wajib ditaati oleh umat manusia
dan menjadi pedoman hidup agar selamat dunia dan akhirat46.

Sekilas uraian diatas dapat ditarik pengertian bahwa antara agama


Hindu dengan Islam terdapat persamaan dalam mendefinisikan agama,
sebab sama-sama berasal dari Tuhan. Perbedaannya terletak pada doktrin
dan ajaran yang dibawanya. Jika agama Hindu mengajarkan pada sistem
kepercayaan hidup yang dikuatkan oleh ajaran-ajaran suci. Sedangkan
agama Islam lebih memposisikan sebagai ajaran yang berisi perntah dan
larangan yang harus ditaati oleh umat manusia agar selamat di dunia dan
akhirat.

Selanjutnya, dari konsep ketuhanan. Agama Hindu meyakini


bahwa Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi cara memanifestasikan Tuhan
yang dilakukan oleh umat Hindu lah yang menjadikan Tuhannya menjadi
bermacam-macam. Sehingga matahari, bulan, bintang, bahkan ular-pun
oleh umat Hindu dianggap Tuhan. Sedangkan agama Islam, Allah adalah
satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya,
sebagaimana tertuang dalam surat al-Ikhlas ayat 1 – 447.

Dan yang menjadi perbedaan mendasar antara agama Hindu dan


Islam ialah terlihat pada sistem tatanan masyarakat. Masyarakat Hindu
dikenal akan pembagian kastanya menjadi empat kasta seperti yang telah
diuraikan di atas. Hal inilah yang menurut Solihin Salam (1960), yang
menimbulkan kesenjangan di tengah-tengah masyarakat, terutama
golongan bangsawan dengan golongan rendahan (ksatria dengan sudra),
sehingga terjadi diskriminasi antar golongan. Mereka menginginkan
kehidupan yang mengajarkan persamaan (equality) dan persaudaraan
(fraternity) antara manusia dan tidak mau dibeda-bedakan. Sistem
kemasyarakatan yang mengajarkan persamaan antar golongan ini mereka
temukan dalam ajaran Islam. Singkatnya, ajaran Islam tidak membeda-

46

47

35
bedakan satu sama lain, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan
dan ketakwaannya kepada Tuhan48.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam.
48
Solichin Salam, op.cit., hlm. 10-11.
36
Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama yang
dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli India.

Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami
perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa lain, terutama
bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India

Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada kumpulan kepercayaan.


Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian banyak
Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain Brahmana
(Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa pembinasa).
Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut lebih dikenal dengan sebutan Trimurti

Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam agama Hindu terbagi
menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni: Widhi Tattwa, Atma Tattwa, Karmaphala
Tattwa, Punarbhava Tattwa, Moksa Tattwa.

Ritual dalam agama Hindu antara lain: Sandhyopasana, Upasana, Pùjà,

Samskara, Yajna Maha Panca .

Hari raya dalam agama Hindu antara lain: hari raya Nyepi, hari raya
Galungan, hari raya Kuningan, hari raya Saraswati.

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang


dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat persembahyangan bagi umat Hindu
untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya.

Aliran-aliran dalam agama Hindu antara lain: aliran Wedanta, aliran


Samkhya, aliran Yoga.

Kesusastraan dalam agama Hindu antara lain: Ramayana dan


Mahabharata.
37
Pembaharuan dalam agama Hindu antara lain: agama Sikh dan agama
Brahmana Samaj.

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Hasbullah. 1986. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Widjaya.


Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama Bagian 1. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Rajawali Press.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.
Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di India, terj:
Abu Ahmadi. Jakarta: Bumi Aksara.
38
Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Agama Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Bhuwana, Mpu Sri Rastra Jaya. Ritual Hindu Dharma: Upacara Sederhana
Menurut Pustaka Suci Weda. Dikutip dari situs
http://ritualagamahindu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
Galungan. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Gangga (Hindu). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situs http://religiku.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 10 September 2007.
Kuningan (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Nyepi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Samkhya. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Saraswati (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Tempat Suci Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Varanasi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

39

Anda mungkin juga menyukai